• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI LARVA LELE SANGKURIANG

Clarias

sp. DARI

UKURAN INDUK 0,8-1,5 KG DENGAN PEMBERIAN PAKAN

AWAL CACING SUTERA DAN

Artemia

sp.

REGINA NOVANDA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

(4)

ABSTRAK

REGINA NOVANDA. Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan DEDI JUSADI.

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi produktivitas benih ikan adalah kualitas induk ikan dan pengelolaan pemeliharaan, terutama pada awal-awal pemeliharaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang yang dihasilkan dari ukuran induk berbeda dan yang diberi pakan dengan jenis yang berbeda pada saat awal pemeliharaannya. Ada 2 katagori ukuran ikan, yakni kecil (K, berat 0,8-1,0 kg/ekor) dan besar (B, 1,5 kg/ekor). Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan yaitu larva berasal dari induk kecil yang diberi pakan nauplii Artemia (Perlakuan KA) dan yang diberi pakan cacing sutra (KC), larva berasal dari induk besar yang diberi pakan nauplii Artemia (BA) dan yang diberi pakan cacing sutra (BC). Larva diberi pakan awal tersebut selama 4 hari, selanjutnya semua perlakuan diberikan pakan cacing sutera hingga akhir penelitian (hari ke 17). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup benih yang menggunakan larva yang berasal dari induk yang berbeda ukuran dan yang diberi pakan awal berbeda sama, sedangkan laju pertumbuhan benih yang berasal dari induk besar, baik yang diberi nauplius artemia maupun cacing sutra (BA dan BC) lebih tinggi dibanding yang diberi perlakuan lain.

Kata kunci: Artemia, cacing sutera, induk, larva lele sangkuriang.

ABSTRACT

REGINA NOVANDA. Production of Larvae Sangkuriang Catfish Clarias sp. from Sizes of Brood 0,8-1,5kg with Early Fish Feed Tubifex and Artemia sp. Supervised by DADANG SHAFRUDDIN and DEDI JUSADI.

The important factors that affect fish seed productivity are quality of brood fish and rearing management of the seed, especially at the early phase. The research was conducted to evaluate survival rate and growth catfish fry produced by different size of brood fish and that fed on different type of early fish feed. There were two size category ofthe brood fish, namely small (S ,weight of 0,8-1,0/fish) and large (L, 1,5kg/fish). This research used 4 treatments that were larvae from the small brood fish were fed on Artemia nauplii (Treatment KA) or fed on Tubifex larvae (KC), larvae from the large brood fish were fed on Artemia nauplii (BA) or fed on Tubifex larvae (BC). The larvae were fed on the early feed as long 4 days, and after that all fish fed on Tubifex until end of the rearing periods (17days). The researsh showed that survival rate of catfish fry that came from different size of brood fish and that fed on different type of early fish feed was not different, whereas the growth rate fry came from large brood fish and that fed on either Artemia or Tubifex (BA and BC) were higher than the others.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Budidaya Perairan

PRODUKSI LARVA LELE SANGKURIANG

Clarias

sp. DARI

UKURAN INDUK 0,8-1,5 KG DENGAN PEMBERIAN PAKAN

AWAL CACING SUTERA DAN

Artemia

sp.

REGINA NOVANDA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp.

Nama : Regina Novanda NIM : C14100069

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Ir. Dadang Shafruddin, MSi Pembimbing I

Dr. Ir. Dedi Jusadi, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp.”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2014 di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Berbagai pihak telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sudarjo dan Ibu Utiah yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, do’a dan dukungan yang tiada henti. Kakak, Datika Harliana, S.Kom serta ketiga adik Putri Ramadhanty Ningtyas, Muhammad Rizki Julianto, dan Nuraini Ramadhani yang senantiasa memberikan motivasi, nasihat dan semangat kepada penulis.

2. Bapak Ir. Dadang Shafruddin, MSi selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Dedi Jusadi, MSc selaku Pembimbing II dan Prof. Dr. D. Djokosetiyanto selaku Pembimbing Akademik atas segala masukan dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.

3. Ibu Yuni Puji Hastuti, S.Pi, MSi selaku dosen penguji tamu dan Ibu Dr. Dinamella Wahjuningrum, S.Si, MSi selaku dosen perwakilan Ketua Program Studi yang telah memberikan banyak masukan pada penyelesaian skripsi ini. 4. Teman-teman Sistekers 47.

5. Teman-teman dan sahabat seperjuangan BDP 47 atas semangat, motivasi, kebersamaan, dan kenangan.

6. Sahabat-sahabat terdekat: Yola, Cindy, Mila, Fatimah, Evy, Aslia, Lilis, Rifqah, Chynthia, Armita, Meyliana,Rifqah, Dio, Fendy, Haris dan Aini. 7. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan, BDP 46, BDP 48, dan BDP

49.

8. Serta sahabat-sahabatku diluar kampus yang selalu memberi dukungan dan semangatnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat, dan seluruh pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL……… vi

DAFTAR GAMBAR……… vi

DAFTAR LAMPIRAN………. vi

PENDAHULUAN……… 1

Latar Belakang……….. 1

Tujuan………... 2

METODE……….. 2

Rancangan Penelitian……… 2

Prosedur Penelitian……… 2

Parameter Uji dan Analisis Data………...……… 4

HASIL DAN PEMBASAN……….. 5

Hasil……….. 5

Pembahasan………... 8

KESIMPULAN DAN SARAN………..………... 11

Kesimpulan………... 11

Saran……….. 11

DAFTAR PUSTAKA………... 11

LAMPIRAN……….. 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan perlakuan induk berbeda ukuran dengan pemberian pakan

awal yang berbeda……… 2

2 Parameter kualitas air………...…... 5

3 Rekapitasi parameter pemijahan………...….………. 5

4 Rekapitulasi kinerja pertumbuhan………..………... 6

5 Kisaran nilai kualitas air larva lele sangkuriang ………...………... 8

DAFTAR GAMBAR

1 Kelangsungan hidup larva lele sangkuriang Clariassp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda………... 6

2 Laju pertumbuhan spesifik larva lele sangkuriang Clariassp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda………... 7

3 Bobot rata-rata larva lele sangkuriang Clariassp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda………..……… 7

4 Panjang rata-rata larva lele sangkuriang Clariassp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda………... 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data pertumbuhan dan kelangsungan hidup lele sangkuriang Clarias sp. pada ukuran induk dan pakan awal berbeda………….……….. 13

2 Analisa statistik parameter pertumbuhan………..…….. 14

3 Data kualitas air………... 15

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan lele merupakan komoditas perikanan budidaya air tawar yang nilai produksinya semakin meningkat setiap tahunnya. Kementrian Kelautan Perikanan menargetkan produksi untuk jenis ikan lele adalah sebesar 900.000 ton pada tahun 2014. Nilai tersebut tercatat meningkat dari produksi lele pada tahun 2013 sebesar 670.000 ton (DJPB 2014). Kondisi tersebut mendorong kebutuhan benih lele yang berkualitas baik juga mengalami peningkatan.

Penyediaan benih yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya. Kualitas benih lele yang baik dihasilkan dari induk lele yang baik pula. Hal tersebut sesuai dengan Lucas dan Southgate (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan akan kapasitas reproduksi untuk pemijahan ikan sangat dibutuhkan untuk menghasilkan telur yang berkualitas tinggi. Salah satu kendala yang dihadapi oleh para petani lele adalah adanya anggapan bahwa pemijahan pada induk lele yang dilakukan secara terus menerus akan mengurangi kualitas telur dan larva lele yang dihasilkan. Larva yang berkualitas jelek memiliki derajat kelangsungan hidup serta pertumbuhan yang rendah.

Umur lele sangkuriang pertama kali matang gonad adalah 8-9 bulan (Sunarmana 2004). Induk lele yang sudah berkali-kali dipijahkan memiliki bobot tubuh yang lebih besar dibandingkan induk yang baru pertama kali dipijahkan. Keadaan tersebut disebabkan karena gonad dalam tubuhnya yang semakin membesar. Yusuf et al. (2013) menyatakan bahwa bobot tubuh yang semakin besar akan diiringi dengan pertambahan bobot gonad yang akan mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan. Effendie (2003) dalam Unus dan Omar (2010) menambahkan bahwa semakin berkembangnya gonad maka semakin besar pula diameter telurnya sebagai hasil pengendapan kuning telur dan pembentukkan butir-butir minyak. Diameter yang semakin besar akan kesempatan hidup yang lebih baik pada ikan. Nikolsky (1963) dalam Unus dan Omar (2010) menjelaskan bahwa salah satu parameter untuk menentukan potensi reproduksi adalah dengan mengetahui variasi diameter telur dan ovari.

Hambatan pembenihan ikan lele adalah tingginya tingkat kematian larva terutama pada fase kritis. Fase kritis terjadi ketika larva memulai pola makan exogenous feeding, yaitu setelah kuning telur dalam tubuh larva habis. Larva sangat sensitif terhadap ketersediaan makanan dan faktor lingkungan dikarenakan larva ikan belum dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan sistem pencernaannya yang belum sempurna (Muchlisin et al. 2003).

(12)

2

untuk berbagai jenis larva ikan dan krustasea (Akbary et al. 2010). Penelitian yang telah dilakukan Chumaidi et al. (2009) menunjukkan bahwa nauplii Artemia mampu meningkatkan pertumbuhan pada larva ikan botia (Chromobotia macracanthus) dikarenakan ukurannya yang relatif kecil sekitar 200-400µm (Lucas dan Southgate 2003), sehingga dapat menyesuaikan dengan saluran pencernaan yang relatif masih sederhana. Penggunaan Artemia sebagai pakan awal di pembenihan lele masih jarang. Hal ini disebabkan harga Artemia yang cukup mahal. Namun, melihat ukuran serta kualitas Artemia yang baik diduga pemberian Artemia dapat meningkatkan produksi larva lele terutama bagi larva lemah. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan produksi larva lele sangkuriang yang dihasilkan pada ukuran induk yang berbeda melalui perbedaan nutrisi pakan pada stadia awal larva.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih lele yang berasal dari induk yang berbeda ukuran serta diberi pakan awal berupa cacing sutera dan Artemia.

METODE

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan yang masing-masing terdapat 3 ulangan. Perlakuan berupa ukuran induk dan pakan awal seperti Tabel 1 berikut: Tabel 1 Rancangan Perlakuan Induk Berbeda Ukuran dengan pemberian pakan awal yang berbeda

Ukuran induk Pakan Awal

Artemia (A) Cacing Sutera (C)

Besar (B) BA BC

Kecil (K) KA KC

Induk yang besar berukuran 1,5kg sedangkan yang kecil 0,8-1 kg. Perlakuan pakan awal diberikan pada larva yang berumur 3 hari yaitu Artemia dan cacing sutera cincang.

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

(13)

3 liter. Setelah semua akuarium terisi air kemudian didesinfeksi menggunakan klorin dan dinetralkan kembali dengan Na-thiosulfat dengan diberi aerasi kuat. Setelah itu, dilakukan penyiponan pada dasar akuarium untuk menghilangkan sisa Na-thiosulfat yang mengendap. Setiap akuarium diberikan Methylen Blue (MB). Heater dipasang untuk menstabilkan dan mempertahankan suhu 28-30o, sedangkan aerasi yang diletakkan dibagian tengah akuarium.

Pemijahan

Kegiatan pemijahan induk lele sangkuriang Clarias sp. dilakukan pada malam hari di wadah yang terkontrol. Induk lele sangkuriang yang digunakan bobot 1,5 kg dan diketahui sudah 5 kali dipijahkan dipijahkan dan induk muda yang baru pertama kali memijah dengan bobot 0,8-1,0 kg. Setelah induk matang gonad dilakukan pemijahan secara semi alami yaitu dengan penyuntikan hormon ovaprim. Dosis penyuntikan ovaprim yaitu 0,2 ml/kg induk dengan pengenceran akuabides sebanyak 2 kali dosis ovaprim yaitu 0,4 ml/kg induk. Induk lele disuntik pada bagian intramuscular. Perbandingan jumlah jantan dan betina adalah 1:1. Setelah dilakukan penyuntikan induk lele kemudian dimasukkan kedalam bak pemijahan untuk memijah secara alami. Kakaban sebagai substrat telur diletakkan pada bagian dasar bak pemijahan. Pemijahan berlangsung selama 8-12 jam.

Penetasan Telur dan Penebaran Larva

Telur yang menempel pada kakaban dibiarkan melekat, kemudian dipindahkan ke wadah penetasan. Wadah penetasan tersebut sebelumnya telah diberikan Methylen Blue (MB) untuk mencegah jamur pada telur yang telah dibuahi. Telur kemudian akan menetas setelah 18-24 jam. Larva ditebar di akuarium pemeliharaan dengan kepadatan 600 ekor/akuarium. Penebaran dilakukan pada pagi hari melalui aklimatisasi suhu selama ± 15 menit. Pada awal pemeliharaan, panjang rata-rata larva yang dihasilkan dari pemijahan lele ukuran induk besar dan kecil masing-masing sebesar 0,76±0,11 cm dan 0,78±0,04 cm. Bobot rata-rata larva pada ukuran induk besar dan kecil masing-masing 0,02±0,00 g/ekor dan 0,03±0,00 g/ekor yang didapatkan dari perhitungan biomassa awal. Pemeliharaan dimulai pada saat larva berumur 3 hari.

Pemberian Pakan

Pakan larva yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing sutera dan Artemia komersil. Pemberian pakan awal yang berupa cacing sutera cincang dan Artemia dilakukan dengan frekuensi 4 kali sehari yaitu pukul 07.00, 13.00, 19.00, dan 01.00 selama 4 hari. Setelah itu seluruh ikan diberi pakan yang sama yaitu, cacing sutera utuh secara ad libitum dengan frekuensi 4 kali sehari pada pukul 07.00, 12.00, 17.00, dan 22.00. Pemberian pakan dilakukan hingga satu hari menjelang akhir pemeliharaan atau hari ke 14.

Pengamatan

(14)

4

Selanjutnya, pengamatan terhadap parameter pertumbuhan selama penelitian yaitu meliputi sampling panjang dan bobot ikan yang diukur 5 hari sekali. Pemanenan dilakukan setelah 15 hari waktu pemeliharaan.

Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air selama pemeliharaan dilakukan melalui penyiponan dan pergantian air sebanyak 50% volume (8 liter) atau 5 cm setiap sore hari pukul 16.00. Air yang digunakan untuk pergantian air berasal dari air tandon yang telah diendapkan. Pengukuran kualitas air dilakukan bersamaan dengan sampling. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Parameter Uji dan Analisis Data

Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup larva lele dilakukan dengan menghitung persentase jumlah ikan saat akhir dan awal pemeliharaan dengan rumus Goddard (1996):

Keterangan:

SR = Kelangsungan Hidup (%)

Nt = Jumlah larva akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah larva awal pemeliharaan (ekor)

Laju Pertumbuhan Spesifik

Pengukuran terhadap laju pertumbuhan spesifik larva lele pada setiap perlakuan selama pemeliharaan dilakukan melalui perhitungan bobot awal dan akhir larva berdasarkan rumus Akbary (2010):

Keterangan:

SGR = Laju Pertumbuhan Spesifik (%)

= Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g) = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g) t = Lama pemeliharaan (hari)

Bobot Mutlak

Pengukuran terhadap bobot larva dilakukan setiap 5 hari sekali pada sampel populasi ikan menggunakan timbangan digital. Berdasarkan data tersebut dilakukan perhitungan pertumbuhan bobot mutlak dengan rumus (Effendie 1997): Keterangan:

h = bobot mutlak (g)

(15)

5

Panjang Mutlak

Pengukuran terhadap panjang larva dilakukan setiap 5 hari sekali pada sampel populasi ikan menggunakan mistar. Berdasarkan data tersebut dilakukan perhitungan pertumbuhan panjang mutlak dengan rumus Effendi (1997):

Keterangan:

P = panjang mutlak (cm)

Pt = panjang rata-rata pada akhir penelitian (cm) Po = panjang rata-rata pada awal penelitian (cm)

Kualitas Air

Pengukuran terhadap kualitas air dilakukan bersamaan dengan kegiatan sampling panjang dan bobot yang dilakukan setiap 5 hari sekali selama 15 hari waktu pemeliharaan. Pengukuran kualitas air meliputi parameter fisik dan kimia air seperti suhu, DO, pH, Amoniak, dan Alkalinitas (Tabel 2).

Tabel 2 Parameter kualitas air

Parameter Satuan Peralatan Metode

Pengukuran

Waktu Pengukuran Suhu oC Heater, thermometer In situ Setiap hari

pH pH meter Eks situ 5 hari sekali

DO mg/l DO meter Eks situ 5 hari sekali

Amoniak mg/l Spektofotometer Eks situ 5 hari sekali Alkalinitas mg/l CaCO3 Titrasi Eks situ 5 hari sekali

Analisis Data

Data hasil perhitungan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk penyajian grafik. Analisis data menggunakan program SPSS 17.0 dengan selang kepercayaan 95%. Program tersebut digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh terhadap beberapa parameter seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, panjang mutlak, dan bobot mutlak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter Pemijahan

Hasil pemijahan lele sangkuriang dengan ukuran induk berbeda didapatkan nilai faktual ukuran diameter telur, diameter yolk egg, dan panjang larva (Tabel 3). Tabel 3 Rekapitulasi parameter pemijahan lele sangkuriang

Parameter Induk besar Induk kecil

Diameter telur (µm) 736±68,77a 680±27,38a

Diameter yolk egg (µm) 268±10,95b 230±34,64b

(16)

6

Parameter Pengamatan

Hasil uji statistik pada parameter laju pertumbuhan spesifik, bobot mutlak, dan panjang mutlak menemukan hasil yang berbeda nyata pada setiap perlakuan yang diberikan (P<0,05). Akan tetapi pada parameter tingkat kelangsungan hidup memberikan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) (Lampiran 1 dan 2). Rekapitulasi data beberapa parameter tersebut tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 Rekapitulasi parameter kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan

Parameter Uji

Ket: huruf superscript yang sama dibelakang standar deviasi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05)

Kelangsungan Hidup

Nilai tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate) pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Perbedaan ukuran induk dan jenis pakan alami awal yang diberikan tidak mempengaruhi parameter kelangsungan hidup larva selama pemeliharaan (Gambar 1).

Gambar 1 Kelangsungan hidup larva lele sangkuriang Clarias sp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda

Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate) larva lele sangkuriang menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai persentase pada induk berukuran besar yang lebih mendominasi dibandingkan dengan larva yang berasal dari induk ukuran kecil. Laju pertumbuhan spesifik dipengaruhi oleh ukuran asal induk yang digunakan, sedangkan jenis pakan alami awal yang diberikan tidak mempengaruhi nilai tersebut (Gambar 2).

(17)

7

Gambar 2 Laju pertumbuhan spesifik larva lele sangkuriang Clarias sp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda

Bobot

Bobot rata-rata larva lele sangkuriang selama 15 hari waktu pemeliharaan terus mengalami peningkatan setiap harinya. Bobot mutlak larva hari ke 15 setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05%) pada semua perlakuan yang diberikan. Perbedaan ukuran induk mempengaruhi bobot larva, sebaliknya pemberian jenis pakan awal yang berbeda tidak mempengaruhi bobot larva selama pemeliharaan (Gambar 3).

Gambar 3 Bobot rata-rata larva lele sangkuriang Clarias sp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda

Panjang

(18)

8

asal induk maupun jenis pakan awal yang diberikan mempengaruhi pertumbuhan panjang rata-rata larva selama pemeliharaan (Gambar 4).

Gambar 4 Panjang larva lele sangkuriang Clarias sp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda

Kualitas Air

Parameter kualitas air fisik seperti suhu dipertahankan tetap nilainya dalam kisaran optimum pertumbuhan larva lele menggunakan heater, sedangkan nilai parameter kualitas air lainnya seperti pH, DO, Amoniak, dan Alkalinitas diukur setiap 5 hari sekali (Lampiran 3). Data hasil pengukuran kualitas air yang didapatkan selama 15 hari waktu pemeliharaan sesuai dengan literatur optimum untuk larva lele sangkuriang (Tabel 5).

Tabel 5 Kisaran nilai kualitas air larva lele sangkuriang selama pemeliharaan

Perlakuan Suhu (

Literatur Rujukan 25-30 (Kordi dan

Kegiatan pemijahan lele sangkuriang (Clarias sp.) dapat dilakukan secara alami, semi alami, maupun buatan. Induk betina yang telah matang gonad dan siap dipijahkan akan memiliki ciri-ciri bagian perutnya membesar dan lembek. Waktu ovulasi yang didapatkan pada pemijahan induk lele yang berukuran besar maupun kecil selama penelitian ini adalah 8-12 jam. Hal ini sesuai dengan Setyani (2007)

(19)

9 yang menyatakan bahwa pada ikan lele memiliki waktu laten dari penyuntikkan hingga ovulasi adalah 10-15 jam. Rothrad (1997) menambahkan bahwa lamanya waktu tersebut tergantung pada beberapa faktor diantaranya jenis ikan, suhu, dan kadar hormon yang digunakan pada saat pemijahan.

Ukuran induk yang berbeda menghasilkan pertumbuhan larva baik panjang, bobot, maupun Specific Growth Rate yang berbeda nyata (P<0,05) (Lampiran 2). Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan ukuran diameter telur dan yolk egg yang dihasilkan oleh induk yang berbeda tersebut. Rata-rata diameter telur dan yolk egg pada asal induk ukuran besar lebih tinggi dibandingkan induk kecil (Tabel 3). Pada ukuran diameter telur yang besar akan menghasilkan diameter yolk egg yang besar pula. Unus dan Omar (2010) menyatakan bahwa ukuran diameter yolk egg yang semakin besar akan mempengaruhi kualitas larva yang dihasilkan karena fungsinya sebagai cadangan makanan pada larva dengan menyimpan sumber energi sementara bagi larva sebelum mendapat asupan makanan dari luar. Keadaan tersebut membuat larva ikan dapat bertahan hidup lebih lama dan memiliki pertumbuhan larva yang baik. Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan bahwa pertumbuhan larva yang dihasilkan oleh larva dari induk ukuran besar dengan diameter telur dan yolk egg yang besar menghasilkan pertumbuhan larva yang lebih tinggi dibandingkan dengan larva yang dihasilkan oleh induk ukuran kecil. Menurut Effendi (1997) semakin berkembangnya gonad maka ukuran diameter telur yang ada akan semakin besar sebagai pengendapan kuning telur, hidrasi, dan pembentukkan butir-butir minyak. Schulz (1994) dalam Sehriban dan Erdal (2007) menambahkan bahwa induk dewasa yang memiliki gonad yang baik tidak ditentukan oleh umur akan tetapi ukuran ikan.

Perbedaan ukuran induk dan jenis pakan awal yang diberikan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada parameter kelangsungan hidup (Survival Rate) larva lele (P>0,05) (Lampiran 2). Nilai kelangsungan hidup selama pemeliharaan yang rendah disebabkan tingginya angka mortalitas yang diduga akibat tingginya kanibalisme. Sifat kanibalisme muncul karena ukuran larva lele selama pemeliharaan yang cukup beragam, sehingga lele yang cenderung agresif terhadap kondisi lingkungan ini akan membentuk sifat dominasi dalam wadah pemeliharaan. Larva yang berukuran besar akan menguasi makanan daripada larva yang berukuran kecil dan akan mempengaruhi pertumbuhannya yang lebih cepat. Larva yang berukuran besar juga dapat memakan larva lain yang ukurannya lebih kecil (SNI 2000).

(20)

10

Menurut Tekeuchi (1997) dalam Chumaidi et al. (2009) pertumbuhan larva ikan tropis seperti lele membutuhkan asam lemak pada rantai n-6 maupun n-3 yang dipasok dari luar tubuhnya. Asam lemak esensial merupakan komponen lemak yang sangat penting nutrisinya yang tidak dapat dibentuk didalam tubuh ikan dan harus dipenuhi dari luar tubuhnya. Kekurangan asam lemak esensial dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada ikan, kematian larva dan pertumbuhan yang abnormal (Pangkey 2011). Kedua jenis pakan mampu tercerna baik pada tahap awal pertumbuhan larva lele sangkuriang. Pada cacing sutera tidak memiliki skeleton dan bersegmen, sehingga sangat mudah dicerna oleh larva. Sedangkan, Artemia diketahui megandung enzim pencernaan yang berperan sebagai katalisator sehingga menimbulkan reaksi autocatalytic dan membantu proses pencernaan dalam tubuh larva (Budiardi et al. 2005).

Pada larva lemah yang berasal dari induk kecil memiliki nilai kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang lebih tinggi ketika diberikan pakan awal berupa Artemia. Hal ini diduga karena ukuran dari Artemia yang sesuai dengan bukaan mulut larva, sedangkan pada pakan berupa cacing sutera memiliki variasi ukuran sehingga larva mengalami kesulitan dalam memangsanya. Lucas dan Southgate (2003) menyatakan bahwa ukuran Artemia relatif kecil sekitar 200-400 µm.

Nilai kualitas air masih dalam batas toleransi bagi larva lele sangkuriang sehingga mampu hidup dan berkembang pada media pemeliharaan (Tabel 5). Hal tersebut dilihat dari nilai pertumbuhan panjang dan bobot larva selama pemeliharaan yang terus meningkat. Lingkungan yang optimal tersebut terjadi karena dilakukannya pergantian air sebanyak 50% pada wadah budidaya setiap harinya, sehingga mampu mengakumulasi oksigen dan racun sisa metabolisme. Goddard (1996) menyatakan bahwa oksigen yang semakin berkurang dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan pemberian aerasi. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki alat pernapasan tambahan yaitu aborecent sehingga mampu hidup pada kondisi lingkungan dengan kandungan oksigen yang rendah (Kordi dan Ghufran 2007). Nilai kadar oksigen terlarut selama pemeliharaan didapatkan > 4 mg/l dan diketahui optimum untuk pertumbuhan larva lele (Tucker 1991). Penggunaan heater pada media pemeliharaan menjaga suhu tetap optimal untuk kehidupan dan pertumbuhan larva.

Nilai amonia selama pemeliharaan masih dalam batas toleransi untuk larva lele yaitu < 0,1 mg/l (Boyd 1982). Menurut Kordi dan Ghufran (2007), persentase ammonia dipengaruhi oleh salinitas, konsentrasi oksigen, suhu, dan pH air. Makin tinggi suhu dan pH, maka pesentase ammonia dalam wadah budidaya semakin tinggi. Boyd (1982) menyatakan bahwa 0,12 mg/l NH3 akan menurunkan

pertumbuhan dan membahayakan insang pada channel catfish. Nilai alkalinitas sangat dipengaruhi oleh nilai pH dan pertumbuhan plankton (Kordi dan Ghufran 2007). Nilai pH media pemeliharaan karena masih didalam batas toleransi yang dianjurkan oleh Kordi dan Ghufran (2007) yaitu 6,5-9,0. Begitu pula halnya dengan nilai alkalinitas selama pemeliharaan masih dalam batas optimum menurut Yumameet al. (2013) yaitu 30-500 mg/l CaCO3. Alkalinitas yang optimal tersebut

(21)

11

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kelangsungan hidup benih ikan lele yang berasal dari induk yang berbeda ukuran dan juga diberi pakan awal berbeda tidak memperlihatkan perbedaan. Walaupun demikian ikan yang berasal dari induk besar ukuran 1,5 kg dan diberikan pakan awal berupa artemia menunjukkan peforma pertumbuhan yang paling tinggi.

Saran

Berdasarkan penelitian ini, maka disarankan melakukan penelitian terhadap induk ikan yang frekuensi pemijahannya lebih tinggi dengan ukuran 1,5-2 kg, sehingga diharapkan peran pakan awal dapat dilihat pada perbaikan larva berkualitas rendah guna meningkatkan peforma pertumbuhan dan produksi pembenihan lele sangkuriang di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Akbary P, Hosseini SA, Imanpoor M, Sudagar M, Makhdomi NM. 2010. Comparison between live food and artificial diet on survival rate, growth and body chemical composition of Oncorhychus mykiss larvae. Iranian Journal of Fisheries Sciences. 9 (1): 19-32.

Budiardi T, Nursyams, Agus O. S. 2005. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan betta (Betta splendens Regan) yang diberi berbagai jenis pakan alami. Jurnal Akuakultur Indonesi. 4 (1): 13-16.

Boyd, CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture: Developments in Aquaculture and Fisheries Science, Volume 9: First Edition. Netherlands: Elsevier Science Publishers.

Chumaidi, Nurhidayat, Priyadi A. 2009. Pemeliharaan ikan botia (Chromobotia macracanthus) menggunakan pakan alami yang diperkaya nutrisinya. Jurnal Akuakultur Indonesia. 8 (1): 11-18.

DJPB [Direktorat Jenderal Perikanan Buidaya]. 2014. Perikanan budidaya Indonesia [Internet] http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=955 (18 Februari 2014)

Effendie MI. 1997. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi.

Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York (US): Chapman and Hall.

Kordi, Ghufran KM. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.

Lucas JS, Southgate PC. 2003. Aquaculture: Farming Aquatic Animals and Plants. United Kingdom (UK): Blackwell Publishing.

(22)

12

Pangkey H. 2011. Kebutuhan asam lemak esensial pada ikan laut. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. 8 (2).

Priyadi A, Kusrini E, Megawati T. 2010. Perlakuan berbagai jenis pakan alami untuk meningkatkan pertumbuhan dan sintasan larva ikan upside down catfish (Synodontis nigriventris). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.

Rothbard S. 1997. Propagation of the Japanese ornamental carp. United States (USA): TFH Publication Inc.

Sehriban C, Erdal Y. 2007. Gonad development and sex ratio of sharpooth catfish (Clarias gariepinus Burchell, 1982) cultured under laboratory condition. Turk, Journal Zoo. 31: 35-46.

Setyani D. 2007. Reproduksi dan pembenihan ikan hias air tawar. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Depok.

SNI [Standar Nasional Indonesia]. 2000. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) kelas benih sebar.

Sunarmana A. 2004. Peningkatan produktifitas usaha lele sangkuriang (Clarias sp.) Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi, Direktorat Jenderal Perikanan dan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Tucker CS. 1991. Water quantity and quality requirements for channel catfish hatcheries. Southern Regional Aquaculture Center.

Unus F, Omar SBA. 2010. Analisis fekunditas dan diameter telur ikan malalugis biru (Decapterus macarelus Cuvier, 1833) di perairan kabupaten Banggai Kepulauan, Propinsi Sulawesi Tengah. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan). 20 (1): 37-43.

Yunus K, Dada SA, Abari MA. 2013. Length-weight relationship, fecundity and gonadal development of the african catfish (Clarias gariepinus) from Doma Dam, Nasarawa State, Nigeria. PAT. 9 (1): 47-58.

(23)

13

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Lele Sangkuriang pada Ukuran Induk dan Pakan Awal Berbeda

1.2 Laju Pertumbuhan Spesifik (%)

(24)

14

Lampiran 2 Analisa Statistik Parameter Pertumbuhan 2.1 Uji Anova

ANOVA

Jumlah nilai df Nilai rata-rata F Sig.

Laju Pertumbuhan Spesifik Antar Kelompok 53.082 3 17.694 17.906 .001

Galat 7.905 8 .988

Total 60.987 11

Kelangsungan Hidup Antar Kelompok 717.278 3 239.093 1.290 .342

Galat 1483.027 8 185.378

Total 2200.305 11

Panjang Mutlak Antar Kelompok .388 3 .129 4.307 .044

Galat .240 8 .030

Total .628 11

Bobot Mutlak Antar Kelompok .023 3 .008 5.991 .019

Galat .010 8 .001

Total .033 11

2.2 Uji lanjut Duncan

Laju Pertumbuhan Spesifik

Duncana

Perlakuan N

alpha = 0.05

1 2

KC 3 10.7975

KA 3 12.3064

BA 3 15.2662

BC 3 15.9223

(25)

15

(26)

16

Waktu pemeliharaan (hari ke-)

BC

BA

KC

(27)

17 3.5 Alkalinitas (mg/l CaCO3)

0 20 40 60 80 100 120 140

1 5 10 15

A

lk

alin

itas

(

m

g

/l

C

aCO3

)

Waktu Pemeliharaan (hari ke-)

BC

BA

KC

(28)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 November 1992 dari bapak Sudarjo dan Ibu Utiah. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SDN 02 Cipinang Muara Jakarta, SMPN 52 Jakarta, SMAN 12 Jakarta, dan diterima di IPB melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) tahun 2010 pada program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan diberbagai organisasi intra maupun ekstra kampus. Kegiatan tersebut diantanya adalah Anggota divisi PR (Public Relation) Himpunan Mahasiswa Akuakultur periode 2012/2013, UKM Koran Kampus 2010/2011, dan Anggota OMDA J.Co (Jakarta Community). Penulis juga aktif mengikuti lomba Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI). Penulis juga merupakan penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik tahun (2012-2014) dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI).

Selain itu, penulis juga aktif di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajamen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penulis pernah melaksanakan magang kerja di Raiser Museum Air Tawar TMII dengan komoditas ikan manvish. Penulis pernah melaksanakan Praktik Lapang Akuakultur (PLA) di Balai Budidaya Laut Batam dengan komoditas ikan kerapu macan.

Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan berjudul “Produksi Larva Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan

Gambar

Tabel 3 Rekapitulasi parameter pemijahan lele sangkuriang
Gambar 1 Kelangsungan hidup larva lele sangkuriang  Clarias sp. pada ukuran
Gambar 2 Laju pertumbuhan spesifik larva lele sangkuriang  Clarias sp. pada
Gambar 4 Panjang larva lele sangkuriang Clarias sp. pada ukuran induk dan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis alih kode dan dalam acara Opera Van Java di Trans 7. Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium guajava L) terhadap Kadar Glukosa Darah dan Gambaran Histologi Pankreas Tikus Putih (Rattus

Penelitian ini bertujuan untuk menilai kemampuan transformasi indeks vegetasi dasar (generik) yakni Ratio Vegetation Index (RVI) dan indeks vegetasi yang mampu

Berdasarkan data tersebut maka diperoleh hubungan antara reflektansi (indeks vegetasi), warna, kerapatan tanaman, dan produktivitas padi sawah untuk menduga produksi

Kesimpulan penelitian ini adalah penambahan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sampai 1% dalam air minum masih tetap menjaga stabilitas profil lemak darah ayam

Lesson Study merupakan model pembinaan pendidik berbasis sekolah dan berkelanjutan melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan kolegialitas untuk

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kombinasi mannitol, laktosa dan sukrosa mempengaruhi sifat fisik granul dan tablet hisap kulit akar senggugu yaitu kecepatan

Agama mempengaruhi dan sistem nilai budaya faktor-faktor ekonomi dan sosial (Suseno 2001: 83). Disamping itu menurut beberapa penelitian, agama dinilai berpengaruh terhadap