• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pengaruh Desain Penanaman Terhadap Aktivitas Pengguna di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Pengaruh Desain Penanaman Terhadap Aktivitas Pengguna di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGARUH DESAIN PENANAMAN TERHADAP

AKTIVITAS PENGGUNA DI TAMAN RADIO DALAM DAN

TAMAN BACANG, JAKARTA SELATAN

DIAN PUSPITASARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Pengaruh Desain Penanaman Terhadap Aktivitas Pengguna di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang, Jakarta Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

(3)

ABSTRAK

DIAN PUSPITASARI. Evaluasi Pengaruh Desain Penanaman Terhadap Aktivitas Pengguna di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang, Jakarta Selatan. Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA.

Taman lingkungan merupakan taman yang terdapat di kawasan pemukiman yang memiliki fungsi sebagai area untuk masyarakat berkumpul dan rekreasi serta berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Saat ini penggunaan taman lingkungan masih belum sesuai dengan fungsi taman pada awalnya, kurang tepatnya desain penanaman dan minimnya pengelolaan taman membuat Taman Radio Dalam dan Taman Bacang menjadi area yang tidak sesuai penggunaannya oleh pengguna taman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas desain penanaman pada taman lingkungan, melihat pengaruh desain penanaman terhadap aktivitas pengguna taman, memberikan rekomendasi redesain penanaman kepada Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode semantic differensial dengan menggunakan 200 kuesioner pada dua taman kemudian mengevaluasi desain penanamannya dan memberikan rekomendasi rencana penanaman. Berdasarkan survey kuesioner pada 200 responden didapatkan hasil yang kurang memuaskan. Hasil tersebut menunjukan perlunya redesain penanaman dengan menambahkan vegetasi yang berwarna agar taman tidak monoton, ditambahkan vegetasi produksi, bernilai estetika, dan beraroma.

Kata kunci : Evaluasi, Desain penanaman, Aktivitas pengguna

ABSTRACT

DIAN PUSPITASARI. Evaluation of the Effect of Planting Design on User Actvity of Radio Dalam Park And Bacang Park, South Jakarta. Supervised by BAMBANG SULISTYANTARA.

Neighborhood park is located in a residential area that has a function as an area for community gathering and recreation as well as green open space. Today the use of neighborhood park is still not in accordance with the function of the park. Misfunction on planting design and the lack of management of the park make Radio Dalam Park and Bacang Park become misfunction to park users. The purpose of this study is to evaluate the quality of planting design on neighborhood park, to know the effect of planting design towards activity of park users, provide recommendations to the landscaping and funeral department in South Jakarta. The method used in the study is semantic differential method using 200 questionnaires at two parks and evaluate planting design, planting plans and provide recommendations. Based on a questionnaire survey of 200 respondents found unsatisfactory results. These results indicate the need for redesign planting by adding colorful vegetation for the park, demand the plants not to be monotonous, and adding productive vegetation, aesthetic worth, and flavorful.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

EVALUASI PENGARUH DESAIN PENANAMAN TERHADAP

AKTIVITAS PENGGUNA DI TAMAN RADIO DALAM DAN

TAMAN BACANG, JAKARTA SELATAN

DIAN PUSPITASARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juli 2014 ini adalah studi Ruang Terbuka Hijau dengan judul Evaluasi Pengaruh Desain Penanaman Terhadap Aktivitas Pengguna di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang, Jakarta Selatan.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Bambang Sulistyantara M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membina dan membantu dengan penuh kesabaran. Terima kasih kepada ibu Fitriyah Nurul H.U, ST.MT dan Dr Ir Tati Budiarti sebagai dosen penguji skripsi atas segala saran dan masukan yang membangun. Kepada Ibu Vera Damayanti selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasehat yang sangat berarti. Keluarga atas doa dan dukungan kepada penulis. Kepada staff Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Selatan yang telah membantu penulis dalam pencarian informasi dan data lainnya. Kepada Biliyanto Rachman atas bantuan, doa dan pengorbanannya kepada penulis. Kepada Rahmadiyah, Dwi, tata, gega, cheming, kak Gaby atas semua bantuannya kepada penulis, kepada teman satu bimbingan Ikhwan, Ninis, Hafiz, Dea. Kepada teman seperjuangan ARL 47, Deby, Meta, Momo, Rian, Trevy, Icha, Gusmen Management dan yang lainnya yang selalu mendukung dalam susah dan senang, serta kakak ARL angkatan 46 atas semua doa serta bantuannya selama ini, Beasiswa Karya Salemba Empat, Beasiswa PPA/BBM dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa hasil skripsi ini belum sempurna dan masih memiliki kekurangan. Semoga skripsi ini dapat menjadi pedoman dan memberikan manfaat yang luas untuk pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2014

(8)
(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

ABSTRAK ii

ABSTRACT ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Taman Lingkungan 4

Prinsip Perancangan 5

Fungsi Tanaman 6

Desain Penanaman 6

Aktivitas Pengguna 7

Kuesioner 8

Skala Likert 8

Semantik Differensial 9

METODOLOGI 10

Lokasi dan Waktu Penelitian 10

Batasan Ruang/Wilayah 10

Batasan Output 10

Alat dan Bahan 10

Tahap Penelitian 11

KONDISI UMUM 12

Letak, Luas dan Batas Lokasi 12

(10)

Bacang 16

HASIL DAN PEMBAHASAN 18

Identifikasi Tanaman 18

Persepsi dan Preferensi Responden 22

Pengaruh Desain Penanaman terhadap Aktivitas 32

Analisis – Sintesis 36

Konsep 37

Rekomendasi Desain Penanaman 38

Detail Penanaman 46

SIMPULAN DAN SARAN 47

DAFTAR PUSTAKA 48

LAMPIRAN 49

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria standar desain penanaman 7

2 Kuesioner penilaian Semantic Differential (SD) 9 3 Jenis, sumber data dan cara pengambilan data yang diperlukan 11 4 Penilaian desain penanaman pada kedua taman 17

5 Jenis vegetasi pada Taman Radio Dalam 19

6 Jenis vegetasi pada Taman Bacang 19

7 Perbandingan rata-rata penilaian 30

8 Analisis sintesis Taman Radio Dalam dan Taman Bacang 36 9 Jenis tamanan yang akan digunakan pada rencana penanaman 39 10 Jenis tamanan yang akan digunakan pada rencana penanaman 41

11 Jarak tanam 43

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi Taman Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 1 2 Aktivitas pengguna di Taman Radio Dalam, Kebayoran Baru 2 3 Kondisi Taman Bacang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 2 4 Aktivitas Pengguna di Taman Bacang, Kebayoran Baru 2

5 Kerangka pikir penelitian 3

6 Peta Lokasi Penelitian (a) Taman Radio Dalam dan (b) Taman Bacang 10 7 Kondisi eksisting Taman Radio Dalam: (a), (b) Children Playground. (c) gardu listrik, (d) Lampu, (e) Gate, (f) tong sampah, (g) Paving dan

(h) parkir 13

8 Kondisi eksisting Taman Bacang: (a) Children Playground, (b) Lampu, (c) gardu listrik, (d) Gate, dan (e) paving 14

9 Kondisi pohon rusak pada taman 15

10 Pohon Ficus elastica 15

11 Aktivitas pengunjung pada (a) Taman Radio Dalam dan (b) Taman

Bacang 16

12 Eksisting Taman Radio Dalam 20

13 Eksisting Taman Bacang 21

14 Persentase responden berdasarkan umur di Taman Radio Dalam dan

Taman Bacang 22

15 Perentase responden berdasarkan jenis kelamin di Taman Radio

Dalam dan Taman Bacang 22

16 Persentase responden berdasarkan daerah asal tinggal di Taman

Radio Dalam dan Taman Bacang 23

17 Persentase responden berdasarkan jarak taman dari tempat tinggal

di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang 23

18 Persentase responden berdasarkan pendidikan terakhir di Taman

Radio Dalam dan Taman Bacang 24

19 Persentase responden berdasarkan profesi di Taman Radio Dalam dan

Taman Bacang 24

(12)

Dalam dan Taman Bacang 24 21 Persentase responden berdasarkan rekan berkunjung di Taman Radio

Dalam dan Taman Bacang 25

22 Persentase responden berdasarkan kegiatan di Taman Radio

Dalam 25

23 Persentase responden berdasarkan kegiatan di Taman Bacang 26 24 Persentase persepsi responden terhadap pemandangan di Taman

Radio Dalam dan Taman Bacang 27

25 Persentase persepsi responden terhadap penataan vegetasi di Taman

Radio Dalam dan Taman Bacang 27

26 Persentase persepsi responden terhadap variasi jenis pohon di Taman

Radio Dalam dan Taman Bacang 28

27 Persentase persepsi responden terhadap keindahan semak di Taman

Radio Dalam dan Taman Bacang 28

28 Persentase persepsi responden terhadap keindahan penutup tanah di

Taman Radio Dalam dan Taman Bacang 28

29 Persentase persepsi responden terhadap kenyamanan suhu di Taman

Radio Dalam dan Taman Bacang 29

30 Persentase persepsi responden terhadap kebersihan taman di Taman

Radio Dalam dan Taman Bacang 29

31 Semantic differensial kualitas desain taman 30 32 Persentase preferensi responden mengenai aktivitas kesukaan di

(a) Taman Radio Dalam dan (b) Taman Bacang 31

33 Spot pertama Taman Radio Dalam 32

34 Spot kedua Taman Radio Dalam 33

35 Spot ketiga Taman Radio Dalam 33

36 Spot pertama Taman Bacang 34

37 Spot kedua Taman Bacang 35

38 Spot ketiga Taman Bacang 36

39 Jenis tanaman yang digunakan pada planting plan Taman Radio

Dalam 39

40 Tanaman yang digunakan pada planting plan Taman Bacang 42 41 Rencana penanaman pada Taman Radio Dalam 44

42 Rencana penanaman pada Taman Bacang 45

43 Potongan tampak Taman Radio Dalam 46

44 Potongan tampak Taman Bacang 46

45 Detail penanaman pohon 47

46 Detail penanaman tanaman rambat 47

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner pengunjung Radio Dalam 49

2 Kuisioner pengunjung Taman Bacang 53

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman dapat dibedakan menjadi taman privat dan taman publik. Taman private adalah taman yang dibuat khusus sesuai dengan keinginan, umur dan kondisi pemiliknya. Taman publik atau disebut juga the shared garden adalah taman yang harus digunakan secara bersama oleh banyak orang pada sebuah perumahan di sekitar tempat tinggal. Salah satu taman menurut luas dan tipenya yaitu taman lingkungan. Taman lingkungan adalah sebuah taman di kawasan perumahan yang digunakan dan dimiliki oleh masyarakat setempat.

Menurut UU No. 5 Tahun 2008 taman lingkungan merupakan sebuah ruang terbuka dengan fungsi baik sosial dan estetika sebagai media untuk kegiatan rekreatif atau kegiatan lainnya di kawasan perumahan. Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum mendefinisikan taman lingkungan dengan skala layanan 250-2.500 penduduk merupakan ruang terbuka berupa taman aktif yang dapat digunakan sebagai tempat bermain, berolahraga, dan sebagai faktor pengikat lingkungan.Salah satu kesulitan dalam perancangan yaitu karena penyalahgunaan taman yang dilakukan oleh pengguna sehingga tujuan dari dibentuknya satu taman tidak sesuai dengan penggunannya. Taman publik yang berhasil adalah taman yang mampu menyediakan ruang-ruang taman yang dapat dinikmati bagi masyarakat kota.

Setiap taman yang dibuat atau yang berada pada satu tempat umumnya memiliki latar belakang pembentukannya dan memiliki tujuan tertentu. Hal ini karena didukung oleh faktor fisik, faktor budaya, faktor sejarah dan juga faktor ekonomi. Beberapa taman lingkungan di Jakarta Selatan yaitu Taman Radio Dalam dan Taman Bacang terletak di kawasan permukiman dan memiliki aktivitas pengguna seperti vandalisme, berkumpul siswa saat jam sekolah, berpacaran di tempat tertutup di dalam taman dan duduk tidak pada tempatnya seperti pada gambar 2 dan 4. Hal tersebut menjadi dasar dalam mengevaluasi desain taman terhadap perilaku pengguna taman.

(14)

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengevaluasi desain penanaman pada taman lingkungan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. mengevaluasi kualitas desain penanaman pada taman lingkungan 2. melihat pengaruh desain penanaman terhadap aktivitas pengguna taman 3. menyusun redesain penanaman

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan rekomendasi desain penanaman kepada Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Selatan.

Gambar 2 Aktivitas pengguna di Taman Radio Dalam

Gambar 3 Kondisi Taman Bacang

(15)

Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Kerangka pikir penelitian Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

Jakarta Selatan

Inventarisasi

Data Biofisik - Jenis tanaman - Jumlah

tanaman -Tinggi tanaman

Data Sosial -Pengunjung -Karakteristik

-Persepsi -Preferensi

Analisis Skala Likert (skor)

Sangat baik x 5 Baik x 4 Cukup x 3 Buruk x 2 Sangat buruk x 1

Rekomendasi rencana penanaman Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

3

Kuesioner Penataan vegetasi tertutup, tidak tertata

membuat spot di dalam taman tidak terlihat

Identifikasi tanaman

Identifikasi aktivitas pengguna

Semantik differensial Keterangan:

2 = sesuai 1 = agak sesuai

0 = bukan kedua-duanya -1 = kurang sesuai -2 = tidak sesuai Konsep taman sebagai RTH dan

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Taman Lingkungan

Ruang terbuka hijau merupakan salah satu bentuk dari kepentingan umum. Penting untuk disediakan di dalam suatu kawasan karena dapat memberikan dampak positif berupa peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan menjadi pertimbangan penting dalam menentukan tata guna lahan di suatu kota menurut Keeble (2012). Definisi di atas sejalan dengan pendefinisian menurut Permendagri No.1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang menyatakan bahwa RTH merupakan kawasan perkotaan yang menjadi bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.

Oleh karena itu, peran RTH berdasarkan definsi dan fungsinya sangat esensial dalam membangun suatu kota yang sehat. Keberadaan suatu RTH sebagai ruang terbuka yang bebas dan dilengkapi dengan pepohonan dapat meningkatkan kesehatan warga kota, baik secara jasmani (fisik) maupun rohani (jiwa).

Taman lingkungan yang merupakan ruang terbuka publik bagi masyarakat di lingkungan permukiman memiliki peran penting sebagai media beraktifitas di ruang terbuka bagi masyarakat lingkungan permukiman di sekitarnya, selain memberi fungsi sosial, ekologis, dan fungsi penting lainnya. Persoalan yang terjadi adalah buruknya kualitas taman lingkungan yang ada serta kesediaan taman yang tidak memadai dari sisi jumlah dan luas taman, di tengah kepadatan penduduk yang relatif padat.

Taman lingkungan sebagai ruang terbuka bagi publik dalam penyediaannya harus memperhatikan kebutuhan pengguna yang heterogen. Oleh karena itu, ada beberapa kriteria yang digunakan dalam penstandardisasian kualitas taman lingkungan. Dalam Zefanya (2014), kriteria – kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Keamanan, agar pengguna taman merasa aman ketika beraktivitas di dalam kawasan taman lingkungan dan mencegah terjadinya tindak kriminalitas di dalam kawasan taman tersebut.

2. Keselamatan, yaitu sedapat mungkin melindungi pengguna taman dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam kawasan taman lingkungan. 3. Kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan pengguna taman

lingkungan baik secara jasmani maupun rohani.

4. Daya tarik, agar taman lingkungan dapat menjadi tempat interaksi masyarakat.

5. Kenyamanan, menyangkut penyediaan berbagai sarana dan prasarana di dalam taman lingkungan yang bertujuan agar pengguna taman merasa nyaman dalam beraktivitas.

6. Aksesibilitas, agar pengguna taman mudah untuk memasuki taman dan merasa bebas untuk beraktivitas di dalam taman.

(17)

Dengan menggunakan kriteria-kriteria kualitas taman lingkungan berdasarkan studi literatur, dilakukan terlebih dahulu identifikasi terhadap kondisi dan kualitas taman lingkungan yang ada agar selanjutnya dapat dirumuskan prinsip-prinsip perancangan. Selain itu, dilakukan pula identifikasi persepsi dan preferensi masyarakat yang tinggal di sekitar taman sebagai pengguna potensial taman. Persepsi dan preferensi masyarakat diidentifikasi untuk mengetahui penilaian masyarakat terhadap kondisi dan kualitas taman serta keinginan masyarakat terhadap kondisi taman yang diharapkan. Penilaian terhadap kondisi dan kualitas taman serta persepsi dan preferensi masyarakat kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun perancangan.

Prinsip Perancangan

Dalam perancangan lanskap, prinsip dasar perancangan merupakan hal yang mendasar. Menurut Ingels (2003) prinsip perancangan terdiri dari:

1. Balance

Keseimbangan adalah sesuatu yang bagus dipandang. Apabila tidak seimbang akan merasa tidak nyaman dalam penglihatan. Terdapat tiga macam keseimbangan yaitu symmetric (simetris), asymmetric (asimetris) dan proximal/distal. Keseimbangan simetris (symmetric balance) adalah keseimbangan yang dapat dilihat pada taman formal.

2. Focalization of interest (pusat perhatian)

Segala sesuatu yang di desain dengan baik menjadi ciri sebagai pusat perhatian, satu tempat dalam komposisi dimana mencuri penglihatan pengunjung untuk pertama kalinya. Focal points (pusat perhatian) dapat diciptakan dengan menggunakan tanaman, elemen keras, elemen arsitektur, warna, pergerakan, tekstur, atau kombinasi dari beberapa fitur tersebut.

3. Symplicity (Simpel)

Seperti keseimbangan, simple juga dimaksudkan agar membuat nyaman untuk dilihat dalam suatu lanskap. Simplicity bukan berarti sederhana, membosankan, atau kurang imajinasi. Hanya saja menghindari terlalu banyak penggunaan banyak spesies, terlalu banyak warna, tekstur, bentuk, kurva, dan sudut dalam area.

4. Rhythm and Line (ritme dan garis)

Ketika terjadi pengulangan terhadap sesuatu dalam suatu waktu dengan adanya standar jarak dan memiliki interval diantara pengulangan tersebut, maka akan terbentuk rhythm (ritme).

5. Proportion (proporsi)

Proporsi terpusat pada hubungan ukuran antara semua pola dalam suatu fitur lanskap. Proporsi termasuk bentuk hubungan vertikal dan horizontal dalam spasial. Setiap komponen dalam suatu lanskap harus memiliki kesesuaian ukuran dan keterkaitan hubungan dengan elemen-elemen disekitarnya.

6. Unity (kesatuan)

Kesatuan merupakan sesuatu yang paling mudah untuk diukur jika kelima prinsip desain sebelumnya telah dimasukkan ke dalam desain. Sebuah kesatuan desain adalah satu dari banyak bagian yang berkontribusi untuk mengkreasikan desain keseluruhan.

(18)

Menurut Dahl dan Molnar (2003), terdapat tiga prinsip yang digunakan sebagai kerangka acuan dalam merancang, yaitu:

1. Must have a purpose, rancangan yang dibuat harus memiliki tujuan yang jelas.

2. Design for people, rancangan yang dibuat dapat digunakan oleh manusia, sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Rancangan yang dibuat dapat berfungsi secara maksimal.

3. Both functional and aesthetic requirements must be met, fungsional dan keindahan harus terdapat dalam suatu rancangan. Kedua faktor tersebut menyatu sehingga menghasilkan rancangan yang maksimal dan dapat dinikmati oleh pengguna.

Fungsi Tanaman

Berdasarkan ciri-ciri fisik, tanaman secara individu atau berkelompok dalam Ruang terbuka hijau (RTH) dipilih untuk fungsi atau penggunaan tertentu. Fungsi tanaman meliputi :

1. Penggunaan untuk ameliorasi iklim/menciptakan kenyamanan 2. Penggunaan untuk merekayasa lingkungan

3. Penggunaan untuk keperluan arsitektural 4. Penggunaan untuk keindahan

Vegetasi yang digunakan disesuaikan dengan bentuk dan sifat serta peruntukannya (Permendagri No.1 tahun 2007), yaitu:

a) botanis, merupakan campuran jenis pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran besar, perdu setengah pohon, perdu, semak dan tanaman penutup tanah/permukaan;

b) arsitektural, merupakan heterogenitas bentuk tajuk membulat, menyebar, segitiga, bentuk kolom, bentuk tiang, memayung dan menggeliat, serta mempunyai nilai eksotik dari sudut warna bunga, warna daun, buah, tekstur batang, struktur percabangan; dan

c) tanaman yang dikembangkan tidak membahayakan manusia dan memperhatikan nilai estetika.

Desain Penanaman

Tanaman menurut Siti Nurisjah (2004) merupakan unsur utama satu taman, terutama dalam taman-taman tropis atau taman-taman yang dekat dengan manusia. Taman ini tidak hanya sebagai elemen estetik dan kesehatan (fisik dan psikis) tetapi juga merupakan salah satu mata rantai ekosistem alami.

Dalam menggunakan tanaman sebagai elemen pembentuk taman harus diperhatikan 2 (dua) aspek yang terkait dengan tanaman yaitu (1) aspek arsitektural yang terkait dengan fungsi dan estetika dan (2) aspek ekologis yang terkait dengan keberhasilan tumbuh kembang tanaman. Paduan dari dua aspek ini akan menjamin keberhasilan dan keberlangsungan satu bentuk taman yang berdasarkan atas elemen tanaman ini.

Kriteria standar penanaman dengan aspek estetika memperhatikan beberapa komponen dalam Desyana 2011, seperti pada Tabel 1 .

(19)

Tabel 1 Kriteria standar desain penanaman

a. Bentuk tajuk dan percabangan menarik 1)2) b. Ukuran skalatis 1)2)

c. Terdapat variasi warna (batang, daun, bunga, buah)

1)2)

d. Tekstur tanaman menarik 1)2) 2 Pengaturan

tanaman

I. Gradasi/Repetisi

a. Terdapat perubahan warna untuk tiap kelompok tanaman pada jarak tertentu 1)2)

b. Terdapat perubahan bentuk untuk tiap kelompok tanaman pada jarak tertentu 1)2)

c. Terdapat perubahan tekstur untuk tiap kelompok tanaman pada jarak tertentu 1)2)

II. Kesatuan/Tema

a. Memiliki kesatuan tema garis dengan lingkungan sekitar 1)2)3)

b. Memiliki kesatuan bentuk dengan lingkungan sekitar

1)2)3)

c. Memiliki kesatuan warna dengan lingkungan sekitar

1)2)3)

d. Dominansi terlihat(terdapat pola/ tanaman tertentu yang dapat terekam dengan apik) 1)2)3)

III. Aksen (Kontras)

a. Memiliki aksen dari segi pengelompokan tanaman secara massal atau individu dengan struktur unik/khas

1)2)3)

b. Memiliki aksen dari pengelompokan warna/bentuk/ tekstur tertentu dari tanaman 1)2)3)

IV. Keseimbangan

a. Terciptanya keseimbangan dari komposisi tanaman secara visual baik yang bersifat formal (geometrik/simetris) ataupun secara informal (non-geometrik/asimetris) 1)

Sumber : 1) Carpenter et al. (1975) 2) Booth (1983)

3) Grey dan Deneke (1978)

Aktivitas Pengguna

Perancangan taman umumnya dikaitkan dengan berbagai kebutuhan, keinginan, dan kepentingan penggunanya. Taman tidak hanya berguna dalam meningkatkan keindahan dan arsitektur lingkungan sekitarnya tetapi juga berguna dalam meningkatkan akomodasi berbagai pengunanya.

(20)

maka taman ini akan digunakan oleh mereka sehingga program kesejahteraan masyarakat dalam satu lingkungan melalui ruang/wadah sosial/rekreatifnya dapat ditingkatkan.

Dibangunnya taman kota dengan tujuan yang mulia yaitu untuk memperindah kota dan agar suasana kota menjadi segar nan hijau. Saat ini banyak terjadi penyalahgunaan fungsi taman yang tujuan awalnya untuk membuka ruang terbuka hijau, tempat rekreasi, berteduh, beristirahat, mencari ketenangan, memberi tempat untuk merileksasikan diri dan memperindah kota.

Aktivitas pengguna taman diantaranya adalah berkumpul, bermain, olahraga, fotografi, berjualan, duduk santai dan lainnya. Pengguna taman dapat dibedakan berdasarkan umur, jenis kelamin dan pendidikan. Umur remaja (12-20 tahun) cenderung lebih sering terdorong untuk melakukan kenakalan remaja dibandingkan umur dewasa (>20 tahun). Hal ini berkaitan dengan sifat kenakalan remaja dan pelanggaran remaja. Umumnya mereka memiliki jiwa yang labil sehingga cenderung berkembang menjadi kenakalan jika tidak ditangani secara serius (Kartono, 1986) dalam Kamili (1998).

Kuesioner

Di dalam suatu penelitian diperlukan teknik-teknik untuk pengumpulan data. Menurut Iqbal Hasan (2002, hal :38) dalam Yuliana (2010) Salah satunya adalah kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Dalam penelitian survei pemakaian kuesioner merupakan hal penting untuk mengumpulkan data. Analisis data kualitatif dan kuantitatif berdasarkan kuesioner tersebut.

Sebuah kuesioner yang baik adalah sebuah kuesioner yang mengandung pertanyaan yang baik pula, dalam arti sedemikian sehingga tidak menimbulkan arti yang lain pada diri responden. Pertanyaan-pertanyaan yang ada pada sebuah kuesioner harus jelas dan mudah dimengerti sehingga mengurangi tingkat kesalahan interprestasi responden dalam pengisian kuesioner.

Pemilihan teknik pengambilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik yang digunakan yaitu Teknik sampling nonrandom. Teknik sampling nonrandom adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial seperti sangat Bagus, bagus, cukup, buruk, dan sangat buruk. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat bersifat unfavorable (negatif).

(21)

Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative. Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut: sangat baik (5), baik (4), cukup (3), buruk (2), sangat buruk (1).

Semantik Differensial

Semantik differensial adalah salah satu bentuk instrumen pengukuran yang berbentuk skala, yang dikembangkan oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum. Instrumen ini juga digunakan untuk mengukur reaksi terhadap stimulus, kata-kata,dan konsep-konsep dan dapat disesuaikan untuk orang dewasa atau anak-anak dari budaya manapun juga.

Metode SD merupakan metode penilaian dengan menggunakan sifat saling berlawanan sebagai dasar penilaian. Penilaian dilakukan dengan kuesioner dan dilakukan terhadap tujuh penilaian pada kondisi langsung ditaman. Pemberian skor dari 1 hingga 5 pada pasangan kata yaitu, (1) pemandangan sangat indah x pemandangan sangat buruk, (2) penataan tanaman sangat rapi x penataan tanaman sangat berantakan, (3) variasi jenis pohon sangat beragam x variasi jenis pohon sangat monoton, (4) keindahan semak sangat indah x keindahan semak sangat jelek, (5) keindahan penutup tanah sangat indah x keindahan penutup tanah sangat jelek, (6) kenyaman sangat sejuk x kenyamanan sangat panas, dan (7) kebersihan taman sangat bersih x kebersihan taman sangat kotor.

Tabel 2 Kuesioner penilaian Semantic Differential (SD)

Kategori -2 -1 0 1 2

Pemandangan Sangat jelek Sangat indah

Penataan tanaman Sangat berantakan Sangat rapi Variasi jenis pohon Sangat monoton Sangat beragam

Keindahan semak Sangat jelek Sangat indah

Keindahan penutup tanah

Sangat jelek Sangat indah

Kenyaman Sangat panas Sangat sejuk

Kebersihan Sangat kotor Sangat bersih

Contoh : setiap foto dinilai dengan kata-kata bipolar yang mewakilkan setiap kondisi dan diurutkan berdasarkan penilaian -2 sampai 2 dan tiap skala diberi bobot 1 sampai 5 dari kiri ke kanan seperti contoh diatas. Setelah dilakukan pemasukan keseluruhan data diolah menggunakan Ms. Excel. Langkah pengolahannya yang pertama menghitung jumlah dan rata-rata dari setiap kata pada setiap lanskap kemudian membandingkan nilai setiap kata pada taman yang berbeda dalam bentuk grafik, kemudian di dapatkan proporsi pada kualitas setiap taman.

9

(22)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan penelitian dilaksanakan di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Penelitian berlangsung selama Februari – Juli 2014. Kedua taman tersebut terletak dalam satu kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, namun terletak pada perumahan yang berbeda.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian (a) Taman Radio Dalam dan (b) Taman Bacang Batasan Ruang/Wilayah

Penelitian dilakukan di dua taman yaitu Taman Radio Dalam dan Taman Bacang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Luas Taman Radio Dalam 1375 m2 dan

luas Taman Bacang yaitu 1762 m2. Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi desain penanaman pada kedua taman. Penelitian dilakukan dengan menilai keseluruhan taman dan membagi taman menjadi 3 spot berdasarkan ruang.

Batasan Output

Hasil yang akan diberikan berupa dokumen inventarisasi, evaluasi, dan rekomendasi desain penanaman di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kamera, alat tulis, Hagameter, notebook, software: autoCAD, sketchup, photoshop, Ms.Word, Ms. Excel, kuesioner. Bahan yang digunakan yaitu data mengenai Taman Radio Dalam, Taman Bacang dan literatur.

(a)

(23)

Tahap Penelitian

Metode yang dilakukan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan melihat kondisi langsung tapak. Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan melakukan beberapa tahap ,yaitu :

1. Inventarisasi

Inventarisasi merupakan proses awal dalam mendesain yang meliputi pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung saat di lapangan seperti data fisik (batas tapak dan luas tapak) dan data sosial. Data primer yang dikumpulkan adalah (1) keadaan biofisik taman dan tata letak tanaman, (2) Jenis dan perilaku pengguna taman, (3) keadaan taman meliputi tata ruang, akses, keadaan lingkungan sekitar. Pengambilan data dilakukan seperti pada tabel 3.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur atau data yang tidak dimungkinkan didapatkan sendiri pada saat dilapangan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi standar taman lingkungan, desain penanaman di taman lingkungan.

Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan wawancara dengan memberikan kuesioner kepada para pengguna taman sebanyak 100 responden dari setiap taman.

*Kuisioner yang akan diberikan kepada pengguna taman terlampir pada lampiran 1 dan 2.

Tabel 3 Jenis, sumber data dan cara pengambilan data yang diperlukan No. Jenis Data Bentuk Data Cara Pengambilan

Data Fisik 1. Topografi

Kontur, kemiringan lahan

Deskripsi Survei lapang 2. Fasilitas

Bangunan, jalan setapak

Deskripsi Survei lapang 3. Utilitas

Penerangan, tempat

pembuangan sampah, elemen pembentuk desain

Deskripsi Survei lapang

Data Biofisik

4. Jenis tanaman, jumlah tanaman, Bentuk desain penanaman, kerapatan tanaman, tinggi tanaman

Tabel dan peta Survei lapang

Data Sosial

(24)

2. Analisis

Evaluasi dilakukan dengan cara menghitung hasil kuesioner menggunakan skala likert untuk setiap penilaian. Nilai terkecil yaitu dengan bobot 1 untuk kategori sangat buruk, bobot 2 untuk kategori buruk, kategori 3 untuk kategori cukup, bobot 4 untuk kategori baik dan bobot 5 untuk kategori penilaian sangat baik. Evaluasi yang dinilai yaitu pada tujuh kategori seperti pemandangan taman, penataan tanaman, variasi jenis pohon, keindahan semak, keindahan penutup tanah, kenyamanan, dan kebersihan taman menurut Steven dan Desyana modifikasi.

Setelah kuesioner terkumpul dari setiap taman, jawaban tersebut dikalikan dengan kategori penilaian dan dijumlahkan dengan statistik sederhana kemudian dibagi 100 lalu didapatkan rata-rata nilai akhir dari setiap kategori. Semakin tinggi nilai semakin baik kualitas dan desain penanaman pada taman.

Kemudian rata-rata dari setiap taman dibuat dalam grafik Semantic Differensial lalu dibandingkan. Apabila nilai rata-rata masih kurang dari bobot 3 (cukup) maka hal tersebut menunjukkan bahwa responden masih merasa belum cukup puas terhadap kualitas ataupun desain penanaman. Keterangan Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik

Bobot 1 2 3 4 5

3. Rekomendasi Desain Penanaman

Setelah membuat konsep dilakukan penanaman dengan memilih jenis tanaman menurut kategori yang ada pada PERMEN No.5 Tahun 2008 dan hasil analisis langsung pada tapak. Produk dari desain penanaman berupa rekomendasi jenis tanaman, jarak tanam dan jumlah yang digunakan pada taman. Pada tahap akhir dilakukan pengolahan laporan untuk melaporkan semua hasil kegiatan penelitian.

KONDISI UMUM

Letak, Luas dan Batas Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada dua taman lingkungan di Jakarta Selatan, yaitu Taman Radio Dalam dan Taman Bacang. Secara Administratif, Taman Radio Dalam terletak di Jalan Radio Dalam, Kelurahan Gandaria Utara, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan memiliki letak geografis 06o.14’23,4”LS, 106o47’28,2” BT. Taman Radio Dalam memiliki batas yang jelas dengan wilayah di sekitarnya yaitu berupa batas pagar besi. Luas area taman lingkungan ini adalah 1375 m2. Batasan tapak yaitu:

Sebelah Utara : Pemukiman

Sebelah Timur : Jalan Radio Dalam 1 Sebelah Barat : Jalan Radio Dalam Sebelah Selatan : Pemukiman

(25)

berupa batas pagar besi. Luas area taman lingkungan ini adalah 1762 m2. Batasan

tapak yaitu :

Sebelah Utara : Jalan Bacang

Sebelah Timur : Jalan Raya Gandaria 9 Sebelah Barat : Jalan Bacang 1

Sebelah Selatan : Masjid Himmatul masakin

Keadaan Fisik Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

Taman Radio Dalam memiliki fasilitas Children playground. Material hardscape yang terdapat pada taman meliputi paving, pagar besi, bangku besi, panjatan kotak, tong sampah, gate, dan papan nama. Utilitas yang terdapat pada taman yaitu lampu taman dan gardu listrik (Gambar 7). Panjang Taman 117 m dan lebar 10,6 m berbentuk persegi panjang dengan kemiringan lahan datar.

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(g) (h)

Gambar 7 Kondisi eksisting Taman Radio Dalam: (a), (b) Children Playground. (c) gardu listrik, (d) Lampu, (e) Gate, (f) tong sampah, (g) Paving dan (h) parkir

(26)

Keadaan hardscape di taman kurang terawat terlihat dari kondisi gate yang sudah retak, panjatan kotak sudah pecah dan retak, paving berlubang, tong sampah tidak berfungsi, dan mainan anak yang sudah patah. Kebersihan taman masih kotor terlihat dari banyaknya daun yang berguguran karena tanaman pada taman tergolong sudah cukup tua sehingga banyak daun yang bergugurannamun kurangnya pemeliharaan taman. Kelemahan yang terdapat pada taman yaitu kurangnya area untuk parkir sehingga pengunjung menggunakan jalan disekitar taman untuk parkir.

Taman Bacang memiliki beberapa fasilitas diantaranya Children playground dan lapangan. Material hardscape yang terdapat pada taman meliputi paving, pagar besi, bangku besi, bolard, tong sampah, gate, dan papan nama. Utilitas yang terdapat pada taman yaitu lampu taman dan gardu listrik (Gambar 8). Panjang Taman 105 m dan lebar 30 m berbentuk segitiga dengan kemiringan lahan datar. Keadaan hardscape di taman cukup terawat, namun terdapat banyak coretan di fasilitas yang terdapat ada taman. Kebersihan taman cukup bersih terlihat dari sampah daun yang terkumpul di beberapa titik, terdapat lumut di paving sehingga menyebabkan jalan licin.

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 8 Kondisi eksisting Taman Bacang:(a) Children Playground, (b) paving, (c) gardu listrik, (d) Gate, dan (e) Lampu

(27)

Keadaan BioFisik Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

Berdasarkan data Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Selatan hingga tahun 2005 Taman Radio Dalam memiliki 28 pohon dengan 4 spesies tanaman yang berfungsi sebagai tanaman peneduh yaitu Pterocarpus indicus, Polyalthia longifolia, Ficus Benjamina, Persea American, dan tanaman semak yaitu Bougainvillea spectabilis. Namun pada saat ini vegetasi pada Taman Radio Dalam mengalami peningkatan menjadi 55 pohon yang terdiri dari 18 spesies. Banyaknya pohon berjenis peneduh menyebabkan taman terlihat gelap karena kurangnya cahaya yang tertutup oleh tajuk. Dari 55 pohon di taman terdapat 3 pohon rusak seperti pada gambar 9.

Taman dikelilingi oleh pagar dan semak yang ditanam secara rapat. Ground cover pada taman tersebut tidak merata menutupi tanah, kurangnya pemeliharaan menyebabkan rumput tumbuh pada sela-sela paving.

Berdasarkan pengamatan langsung di Taman Bacang terdapat 48 pohon dengan 22 jenis spesies pohon, beberapa jenis spesies semak dan penutup tanah. Arsitektural pohon didominasi oleh pohon berbentuk dome dan menyebar. Terdapat tanaman pencekik Ficus benjamina yang menjadi fokus tanaman pada taman tersebut. Pohon tersebut berdiameter 6 m dengan ketinggian mencapai 30 m seperti pada gambar 10.

Keadaan Sosial Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

Pengunjung Taman Radio Dalam pada umumnya merupakan warga perumahan Radio Dalam yang memiliki rumah berjarak sekitar 500 m dari taman.

Gambar 10 Pohon Ficus elastica

Gambar 9 Kondisi pohon rusak pada taman

(28)

Pengunjung taman terdiri dari anak-anak, remaja, dan orang tua (Gambar 11). Intensitas keramaian pada hari kerja sepi, intensitas meningkat pada akhir pekan dan pada waktu sore hari. Pada malam hari taman masih tetap digunakan, namun pada pukul 22.00 WIB taman sudah tidak bisa dikunjungi dikarenakan akses menuju taman ditutup.

Sedangkan pengunjung pada Taman Bacang pada umumnya merupakan warga sekitar dan para pelajar yang sekolah di dekat taman tersebut. Taman Bacang memiliki lokasi di sekitar area pendidikan sehingga banyak digunakan para pelajar untuk berkumpul setelah pulang sekolah. Keberadaan taman yang memiliki fasilitas lapangan juga digunakan oleh warga pada sore hari untuk bermain bola. Pada kedua taman tersebut intensitas keramaian berpusat pada akhir pekan pada waktu sore hari.

(a)

(b)

Gambar 11 Aktivitas pengunjung pada (a) Taman Radio Dalam dan (b) Taman Bacang

Aktivitas yang dilakukan pada gambar 11 (a) menunjukan para pengunjung taman sedang bermain, berkumpul, dan orang tua sedang menyuapi anaknya di taman. Sedangkan pada gambar 11 (b) menunjukan para remaja sedang berkumpul setelah pulang sekolah dan bermain futsal di lapangan.

Kondisi Desain Penanaman pada Taman Radio Dalam dan Taman Bacang Pada Taman Radio Dalam jenis tanaman didominasi oleh pohon berbuah, terdiri dari 18 jenis tanaman. Pemilihan jenis tanaman dan pengaturan tanaman pada kedua taman dapat dilihat pada tabel 4.

(29)

Tabel 4 Penilaian desain penanaman pada kedua taman

b. Ukuran skalatis

c. Terdapat variasi warna (batang, daun, bunga, buah)

d. Tekstur tanaman menarik

v kelompok tanaman pada jarak tertentu b. Terdapat perubahan bentuk untuk tiap

kelompok tanaman pada jarak tertentu c. Terdapat perubahan tekstur untuk tiap

kelompok tanaman pada jarak tertentu -

a. Memiliki kesatuan tema garis dengan lingkungan sekitar

b. Memiliki kesatuan bentuk dengan lingkungan sekitar

c. Memiliki kesatuan warna dengan lingkungan sekitar

d. Dominansi terlihat(terdapat pola/ tanaman tertentu yang dapat terekam dengan apik) pengelompokan tanaman secara massal atau individu dengan struktur unik/khas

b. Memiliki aksen dari pengelompokan warna/bentuk/ tekstur tertentu dari tanaman

a. Terciptanya keseimbangan dari komposisi tanaman secara visual baik

yang bersifat formal

(geometrik/simetris) ataupun secara informal (non-geometrik/asimetris)

v v

Pemilihan jenis tanaman pada taman dengan kategori jenis tanaman pada PERMEN No.5 Tahun 2008 seperti berikut .

a) tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi;

(30)

b) tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;

c) ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang;

d) perawakan dan bentuk tajuk cukup indah; e) kecepatan tumbuh sedang;

f) berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; g) jenis tanaman tahunan atau musiman;

h) jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal;

i) tahan terhadap hama penyakit tanaman;

j) mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;

k) sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung

Terdapat beberapa tanaman yang belum sesuai. Letak pohon di taman tidak teratur karena terdapat beberapa pohon tua yang tumbang saat terjadi hujan dan angin besar. Taman Radio Dalam di kelola oleh Suku Dinas Pertamanan Jakarta Selatan.

Pada Taman Bacang terdiri dari 20 jenis tanaman. Pemilihan jenis tanaman pada taman sudah sesuai dengan kategori tanaman pada PERMEN No.5 Tahun 2008. Desain penanaman lebih rapi dan teratur dibandingkan pada Taman Radio Dalam. Pemeliharaan dilakukan oleh Suku Dinas Pertamanan Jakarta Selatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Tanaman

Terdapat dua lokasi penelitian di kawasan Jakarta Selatan, yaitu Taman Radio Dalam dan Taman Bacang. Tipe dan jenis vegetasi berbeda-beda pada setiap taman.

Taman Radio Dalam

Berdasarkan pengamatan langsung pada tapak terdapat 18 jenis vegetasi pada Taman Radio Dalam yang terdiri dari 15 pohon dan 3 semak seperti pada Tabel 5. Vegetasi dominan pada taman ini adalah Mangifera Indica sebanyak 26 pohon yang terletak sepanjang pedestrian di taman dan berkelompok di bagian tengah taman . Letak setiap vegetasi pada taman dapat dilihat pada Gambar 12.

Taman Bacang

Berdasarkan pengamatan langsung pada tapak terdapat 20 jenis vegetasi pada Taman Bacang, mayoritas pohon pada taman tersebut adalah mahoni dan angsana seperti pada Tabel 6. Letak setiap vegetasi pada taman dapat dilihat pada Gambar 13.

(31)

Tabel 5 Jenis vegetasi pada Taman Radio Dalam

No Nama Latin Nama Lokal Volume Satuan Tinggi(m) 1 Acalypha macrophyla Teh-tehan 254 m2 0,5

2 Artocarpus communis Sukun 1 Pohon 15

3 Bougainvillea spectabilis Bougenvil 3 Pohon 0,5 4 Chrysaliidocarpus l Palm kuning 2 Pohon 5

5 Citrus sp. Jeruk 2 Pohon 2

6 Cocos nucifera Kelapa 2 Pohon 13

7 Dracena Drasena 1 m2 0,4

8 Ficus benjamina Beringin 1 Pohon 35

9 Ficus lyrata Biola cantik 2 Pohon 15

10 Lagerstromia speciosa Bungur 1 Pohon 5

11 Mangifera indica Mangga 26 Pohon 5

12 Mimusoph elengi Tanjung 3 Pohon 10

13 Mussaenda sap Nusa indah 1 Pohon 5

14 Nephellium lappacium Rambutan 2 Pohon 7

15 Plumeria rubra Kamboja 1 Pohon 7

16 Polyalthia fragrans Glodogan 1 Pohon 15 17 Pterocarpus indicus Angsana 6 Pohon 15

18 Swietenia mahogani Mahoni 3 Pohon 5

Tabel 6 Jenis vegetasi pada Taman Bacang

No Nama Latin Nama Lokal Jumlah Satuan Tinggi (m)

1 Agave attenuata Siklok 0,3

2 Amherstia nobilis Bunga ratu 2 Pohon 7 3 Axonopus comprerssus Rumput m2

4 Citrus sp. Jeruk 1 Pohon 2

5 Codiaeum sp. Puring 1 Pohon 2

6 Cordyline Hanjuang 5 Pohon 9

7 Dieffenbachia sp. Daun bahagia 2 Pohon 0,4

8 Ficus elastica Beringin 1 Pohon 22

9 Ficus lyrata Biola cantik 5 Pohon 11

10 Mangifera indica Mangga 1 Pohon 17

11 Manilkara kauki Sawo kecik 3 Pohon 5

12 Muntingina calabura Carsen 1 Pohon 7

13 Murraya paniculata Kemuning 2 Pohon 9

14 Pisonia grandis Kol banda 1 Pohon 8

15 Polyalthia fragrans Glodogan 5 Pohon 15

16 Pometia pinnata Matoa 1 Pohon 14

17 Psidium guajava Jambu 1 Pohon 9

18 Pterocarpus indicus Angsana 6 Pohon 17

19 Swietenia mahogani Mahoni 6 Pohon 10

(32)

20

(33)

Gambar 13 Eksisting Taman Bacang

(34)

Persepsi dan Preferensi Responden

Berdasarkan penyebaran kuesioner yang telah dilakukan pada dua taman sebanyak 200 orang responden dengan masing-masing taman sebanyak 100 responden. Data yang diambil kepada responden berupa karakteristik, persepsi, preferensi, dan perilaku responden saat berkunjung ke taman. Data tersebut diambil untuk mengetahui siapa saja pengguna taman, penilaian mengenai taman, keinginan terhadap taman dan kegiatan pengguna taman.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini terdiri berdasarkan umur, jenis kelamin, daerah asal, jarak tempat tinggal, pendidikan terakhir, profesi, waktu mengunjungi taman, rekan berkunjung ke taman, dan kegiatan di taman. Dengan berbagai karakteristik responden diharapkan dapat mengetahui persepsi dan preferensi dalam mengunjungi taman.

Pada diagram lingkaran diatas dapat dilihat bahwa pengunjung pada kedua taman didominasi oleh remaja yang berumur 16 sampai 20 tahun, kemudian pada Taman Radio Dalam didominasi oleh anak-anak berumur 10 sampai 15 tahun sedangkan pada Taman Bacang didominasi kedua oleh pengunjung berumur 21 sampai 25 tahun. Persentase paling rendah terdapat pada umur lebih dari 30 tahun pada kedua taman.

Gambar 14 Persentase responden berdasarkan umur di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

Gambar 15 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

(35)

Pada Gambar 15 dapat dilihat bahwa mayoritas responden pada kedua taman yaitu berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan, hal itu terjadi karena pengunjung laki laki lebih sering melakukan kunjungan ke taman untuk berkumpul dan berolahraga di taman.

Pada Gambar 16 diketahui bahwa responden yang datang pada kedua taman umumnya berasal dan bertempat tinggal di Jakarta sedangkan minoritas berasal dari luar Jakarta yang sedang berlibur dan bertugas sehingga menetap sementara di Jakarta.

Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa jarak taman dari tempat tinggal responden pada Taman Radio Dalam umumnya kurang dari 500 m pada Taman Radio Dalam hal itu menunjukkan bahwa pengunjung taman merupakan warga komplek perumahan Radio Dalam, sedangkan pada Taman Bacang jarak taman dari tempat tinggal lebih dari 3 km. Hal tersebut dikarenakan banyaknya pengunjung taman yang datang setelah pulang sekolah ataupun setelah bimbingan belajar sehingga pengunjung tersebut bukan berasal dari warga perumahan sekitar. Sedangkan pada Taman Bacang mayoritas jarak taman dengan rumah tinggal responden lebih dari 3 km.

Selain itu letak taman yang berada berdekatan dengan masjid membuat taman ini sering dikunjungi oleh pengunjung yang sengaja untuk beristirahat setelah melakukan ibadah di masjid.

Gambar 16 Persentase responden berdasarkan daerah asal di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

Gambar 17 Persentase responden berdasarkan jarak taman dari tempat tinggal di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

(36)

Pada gambar 18 dan gambar 19 diketahui bahwa pendidikan terakhir responden pada Taman Radio Dalam adalah SMP dikarenakan pengunjung taman yang datang sengaja untuk bermain bersama setelah pulang sekolah maupun sore hari. Sedangkan pengunjung pada Taman Bacang pendidikan terakhir umumnya adalah SMA dan profesi pengunjung mayoritas pelajar dan mahasiswa hal tersebut dikarenakan terdapatnya beberapa sekolah, bimbingan belajar dan universitas di dekat taman tersebut.

Pada Gambar 20 diketahui waktu berkunjung responden ke taman mayoritas responden berkunjung ke taman pada sore hari berkisar pukul 14.00-18.00, hal itu dikarenakan suasana pada sore hari cukup nyaman dan waktu luang para Gambar 19 Persentase responden berdasarkan profesi di Taman Radio Dalam

dan Taman Bacang Radio Dalam dan Taman Bacang

39%

Gambar 20 Persentase responden berdasarkan waktu berkunjung di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

(37)

pengunjung untuk datang ke taman setelah beraktivitas pada sore hari. Pada malam hari pada kedua taman tersebut aksesnya ditutup karena untuk penjagaan keamanan kompleks sehingga para pengunjung yang tidak berasal dari kompleks perumahan Radio Dalam dan Gandaria tidak bisa masuk ke taman.

Pada Gambar 21 diketahui bahwa pada umumnya datang bersama teman sekolah, teman bimbingan belajar maupun sengaja datang ke taman untuk bertemu dengan teman. Pada Taman Radio Dalam para orang tua datang untuk bermain dengan anak-anaknya untuk bermain dan menyuapi anaknya makan. Pada Taman Bacang beberapa pengunjung datang ke taman untuk menjemput anggota keluarga pada waktu pulang kerja dan menjaga anak bermain pada taman.

Gambar 21 Persentase responden berdasarkan rekan berkunjung ke taman di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

63%

(38)

Aktivitas yang dilakukan para pengunjung Taman Radio Dalam berdasarkan hasil kuesioner (Gambar 22), responden diminta untuk mengisi 3 akivitas yang paling sering dilakukan di taman. Pada peringkat pertama responden paling sering melakukan aktivitas berkumpul, bermain, berpacaran dan berolahraga hal tersebut dikarenakan kondisi taman yang cukup sejuk dan terdapat arena bermain anak sehingga aktivitas tersebut dilakukan namun belum ada fasilitas khusus untuk olahraga sehingga para pengunjung yang datang hanya berolahraga di sekitar taman untuk berlari dan bermain skateboard.

Pada Taman Bacang aktivitas yang paling sering dilakukan yaitu berkumpul, bermain dan olahraga. Hal tersebut dikarenakan pengunjung yang datang berkumpul bersama teman-teman setelah sekolah maupun bimbingan belajar untuk refreshing, sedangkan masyarakat sekitar apabila sore hari melakukan olahraga karena pada taman ini sudah memiliki fasilitas lapangan futsal.

Persepsi responden

Persepsi responden yang ingin diketahui dalam penelitian ini terdiri dari persepsi mengenai pemandangan taman, penataan vegetasi, variasi jenis pohon, keindahan semak, keindahan penutup tanah, kenyamanan suhu, dan kebersihan taman.

(39)

Berdasarkan gambar 24 dapat diketahui penilaian pengunjung terhadap pemandangan kedua taman yaitu sedang dan jelek hal ini dikarenakan harmoni dalam prinsip penanaman belum terpenuhi. Warna dari siap tanaman masih monoton, bentuk dan proporsi tanaman masih belum beraturan. Tidak terdapatnya kesatuan harmoni antara pohon, semak dan tanaman penutup tanah.

Pada Taman Radio Dalam taman terasa sempit karena bentuk taman yang memanjang dengan variasi pohon besar sepanjang taman. Pada bagian tengah taman terdapat pohon beringin tua sehingga menjadi bad view bagi pemandangan taman.

Pada Taman Bacang taman lebih terbuka karena sedikitnya pohon penaung dan pohon yang saling bersinggungan namun terdapat beberapa bad view seperti area sampah yang berada di welcome area, pohon beringin tua yang dikeilingi sampah dan rumput taman yang tidak merata.

Pada penilaian kedua yaitu persepsi mengenai penataan vegetasi pada kedua taman berdasarkan hasil kuesioner bahwa pada Taman Radio Dalam masih berantakan dikarenakan penanaman insidental yang dilakukan tidak sesuai dengan pernecanaan awal, cuaca dan umur tanaman yang sudah membuat tanaman harus diganti. Hal tersebut membuat penanaman vegetasi yang baru tidak sesuai dengan rencana awal.

Pada penilaian penataan vegetasi di Taman Bacang didapatkan hasil penataan vegetasi sedang dikarenakan letak dari posisi setiap pohon lebih teratur berbentuk linier mengelilingi taman dibandingkan dengan penataan pohon pada Taman Radio Dalam.

Gambar 25 Persentase persepsi responden terhadap penataan vegetasi di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

45% Gambar 24 Persentase persepsi responden terhadap pemandangan di Taman Radio

(40)

Berdasarkan Gambar 26 diketahui bahwa variasi jenis pohon pada Taman Radio Dalam masih monoton, hal tersebut dikarenakan pemilihan pohon dengan warna yang monoton kurang pohon berbunga agar pengunjung lebih tertarik mengunjungi taman. Terdapat 14 jenis pohon pada Taman Radio Dalam diantaranya merupakan tanaman produksi dan estetika. Pada Taman Bacang variasi pohon sedang dikarenakan sudah cukup banyak jenis pohon yang ada sebanyak 16 jenis pohon.

Persepsi mengenai keindahan semak seperti pada Gambar 27 menunjukkan bahwa responden mengatakan semak pada Taman Radio Dalam jelek karena hanya terdapat sedikit semak diantaranya acalypha macrophyla dan Bougainvillea namun kondisinya tidak terawat sepeti tidak ada pemangkasan sehingga semak terlihat seperti tanaman liar. Sedangkan pada Taman Bacang kondisi semak sedang karena semak tumbuh dengan subur dan terawat.

Gambar 26 Persentase persepsi responden terhadap variasi jenis pohon di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

42%

Gambar 27 Persentase persepsi responden terhadap keindahan semak di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

52%

Gambar 28 Persentase persepsi responden terhadap keindahan penutup tanah di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

(41)

Pada Gambar 28 dapat diketahui bahwa keindahan penutup tanah pada Taman Radio Dalam pada umumnya adalah jelek dikarenakan banyaknya lahan yang tidak ditutpi rumput dengan rata. Sedangkan kondisi pada Taman Bacang penutupan lahan ditutupi rumput, hanya dibagian ujung taman yang jarang didatangi pengunjung taman lahan tersebut tidak merata ditutupi oleh rumput.

Pada Gambar 29 dapat dilihat bahwa kenyamanan pada Taman Radio Dalam sudah sejuk dikarenakan terdapat banyak pohon peneduh yang saling bersinggungan sehingga cahaya matahari sedikit masuk kedalam taman. Hal tersebut membuat paving di taman menjadi berlumut dan lembab. Sedangkan pada Taman Bacang pohon peneduh hanya ada di keliling taman bagian luar sehingga bagian tengah taman panas, hal tersbut membuat para pengunjung lebih memilih untuk duduk di bawah pohon pada siang hari dan tidak terdapat anak-anak yang bermain perosotan pada siang hari.

Pada Gambar 30 dapat dilihat diagram lingkaran menunjukkan persepsi mengenai kebersihan taman mayoritas pada kedua taman responden menyatkan kotor dikarenakan frekuensi pemeliharaan taman masih minim dan banyaknya vandalisme yang dilakukan pada fasilitas taman seperti tong sampah, signage, gardu dan permainan anak yang tercorat coret.

Dalam melihat kualitas desain penanaman pada kedua taman diperlukan kuantifikasi data dengan cara pemeringkatan (rating scale). Beberapa jawaban pada Gambar 30 Persentase persepsi responden terhadap kebersihan taman di Taman

Radio Dalam dan Taman Bacang 55%

Gambar 29 Persentase persepsi responden terhadap kenyamanan suhu di Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

(42)

kuesioner disusun dengan skala likert. Kuesioner diberikan pada 100 responden dari setiap taman. Penilaian pada setiap jawaban sebagai berikut:

Keterangan Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Skor 5 4 3 2 1

Penilaian dilakukan pada tujuh kategori yaitu pemandangan taman, penataan tanaman, variasi jenis pohon, keindahan semak, keindahan penutup tanah, kenyamanan, dan kebersihan taman.

Dari kedua penilaian terhadap masing-masing taman didapatkan rata-rata penilaian dalam setiap kategori. Rata-rata penilaian menunjukan kualitas buruk ke sedang, hal tersebut menunjukan penilaian responden terhadap kualitas Taman Radio Dalam kurang puas, sedangkan penilaian pada Taman Bacang didapatkan rata-rata penilaian pemandangan jelek ke sedang, penataan vegetasi buruk ke sedang, pohon monoton, penutup tanah jelek, Penilaian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7 Perbandingan rata-rata penilaian

Kategori Radio Dalam Bacang

Pemandangan taman 2,93 2,87

Penataan vegetasi 2,69 2,97

Keragaman pohon 2,84 2,8

Keindahan semak 2,58 2,73

Keindahan Penutup tanah 2,51 2,53

Kenyamanan 3,4 3,2

Kebersihan 2,29 2,45

(43)

Setelah diketahui perbandingan dari kedua taman kemudian dibuat diagram semantic differensial untuk mengetahui perbedaan kualitas pada taman seperti pada Gambar 31. Hasil persepsi masyarakat mengenai penilaian kualitas di Taman Radio Dalam yaitu pemandangan buruk-sedang, penataan tanaman Berantakan, variasi jenis pohon monoton, keindahan semak buruk, keindahan penutup tanah buruk, kenyamanan/kesejukan taman sedang, dan kebersihan taman yang kotor. Sedangkan pada taman Bacang tidak mengalami perbedaan yang signifikan hal tersebut dikarenakan posisi kedua taman yang berada dalam satu kecamatan sehingga pemeliharaan oleh satu dinas.

Preferensi Responden

Preferensi responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi preferensi terhadap aktivitas dan fasilitas yang diinginkan masyarakat. Hal ini kemudian akan menjadi pertimbangan mengenai fungsi taman yang diinginkan oleh masyarakat. Berdasarkan hasil kuesioner, responden menginginkan taman sebagai tempat untuk berkumpul dan fotografi sehingga diperlukan penambahan bangku taman, penataan vegetasi estetika kemudian responden menginginkan penambahan arena bermain anak sehingga diperlukan penambahan fasilitas permainan anak, responden juga mengharapkan area khusus untuk parkir karena pada Taman Radio Dalam tidak disediakan parkir sehingga para pengunjung parkir di tepi taman.

Preferensi kegiatan yang diinginkan responden pada Taman Radio Dalam yaitu untuk berkumpul, aktivitas fotografi dan tempat bermain. Sedangkan pada Taman Bacang pengunjung mengharapkan adanya penambahan area untuk jogging track, penambahan bangku dan fasilitas permainan. Hasil dari penilaian kuesioner dapat dilihat pada Gambar 32.

(a) (b)

Gambar 32 Persentase preferensi responden mengenai aktivitas kesukaan di (a) Taman Radio Dalam dan (b) Taman Bacang

(44)

Pengaruh Desain Penanaman terhadap Aktivitas Taman Radio Dalam

Lokasi pada taman dibagi menjadi 3 spot berdasarkan spot yang sering didatangi oleh pengunjung taman yaitu spot children playground di sebelah timur, spot tengah dan spot barat disekitar gardu listrik. Setiap area diklasifikasikan arsitektur tajuk pohon, warna vegetasi, tekstur daun, dan fungsinya.

Klasifikasi spot pertama yaitu arsitektur tajuk pohon menyebar seperti pohon Citrus sp., Polythia fragrans, Pterocarpus indicus, Mangifera Indica, Lagerstromia, semak mound renggang yaitu tanaman Bouganvillea sp., dan Acalypha m, dimensi pohon sedang, pohon tinggi, penanaman vegetasi linier, warna vegetasi tunggal, tekstur daun kasar, fungsi penaung dan tanaman produksi, terdapat arena bermain anak berupa perosotan, gambar terdapat pada Gambar 33.

Spot ini terdapat beberapa pohon peneduh sehingga spot terasa lebih sejuk dan nyaman untuk disinggahi ditambah dengan adanya fasilitas permainan anak menjadikan spot ini merupakan spot yang paling sering dikunjungi oleh pengunjung.

Berdasarkan penyebaran kuesioner pada spot ini pengunjung taman mayoritas merupakan sebuah keluarga, pada sore hari banyak terdapat orang tua yang sedang menyuapi anaknya sambil bermain perosotan. Terdapatnya fasilitas permainan anak menjadikan spot ini paling ramai dikunjungi oleh anak-anak.

Spot kedua yaitu di bagian tengah taman dengan karakteristik tanaman yaitu memiliki arsitektur tajuk pohon menyebar seperti pohon Mangifera Indica, Ficus benjamina, Chrysalidocarpus, Nephellium, Artocarpus communis, semak mound rapat yaitu tanaman Acalypha marophylla, dimensi pohon sedang, pohon tinggi, penanaman linier-berkelompok (random), warna vegetasi tunggal, tekstur daun kasar, fungsi pohon penaung dan screen. Pada spot ini sering digunakan oleh para

(45)

remaja yang sedang berkumpul ataupun yang sedang berpasangan, spot ini tertutup sehingga aktivitas tidak terpantau. terdapat bangku taman yang dikelilingi oleh semak seperti pada Gambar 34.

Berdasarkan penyebaran kuesioner pada spot kedua pengunjung menggunakan taman untuk berkumpul dan melintas. Pada spot ini terlihat gelap dan tertutup karena tajuk dari antar pohon saling bersinggungan dan semak yang tumbuh tidak dipangkas sehingga terdapat spot yang tidak terlihat dari bagian luar taman.

Spot ketiga yaitu terletak pada ujung taman sekitar gardu (Gambar 35), spot ini sering dijadikan tempat untuk berbincang bincang para pengunjung yang duduk di kendaraannya masing-masing. Tidak terdapatnya fasilitas parkir membuat para pengunjung menaruh kendaraannya di sekitar pagar taman.

Gambar 34 Spot kedua Taman Radio Dalam

Gambar 35 Spot ketiga Taman Radio Dalam

(46)

Karakteristik pada spot ini yaitu arsitektur tajuk pohon menyebar, kubah, bentuk v seperti tanaman Mangifera Indica, Pterocarpus indicus, Mimusoph elengi, Nephelium, Mussaenda, tidak terdapat semak, dimensi pohon sedang, pohon tinggi, penanaman vegetasi linier, warna vegetasi tunggal, tekstur daun kasar, fungsi peneduh.

Spot yang sepi, rindang, sejuk dan tidak terdapat fasilitas membuat pengunjung datang agar tidak terganggu oleh pengunjung lain. Berdasarkan penyebaran kuesioner pada spot 3 para pengguna taman pada umumnya hanya melintas di spot ini namun ada beberapa yang berkumpul.

Taman Bacang

Lokasi pada taman dibagi menjadi 3 spot yaitu spot pertama sekitar lapangan, spot kedua sekitar children playground pada bagian tengah dan spot ketiga. Setiap area diklasifikasikan arsitektur tajuk pohon, warna vegetasi, tekstur daun, dan fungsinya. Klasifikasi setiap spot yaitu arsitektur tajuk pohon menyebar pada spot ini terdapat pohon Ficus lyrata, Swietenia mahogani, Cordyline, dimensi pohon tinggi, semak padat rendah yaitu tanaman Acalypha macrophylla, penanaman vegetasi linier, warna vegetasi tunggal, tekstur daun kasar, fungsi penaung, terdapat fasilitas lapangan dan gardu listrik.

Pada spot ini letak penanaman pohon mengelilingi taman, sedikit variasi jenis tanaman namun terdiri dari pohon besar dan tinggi serta tidak terdapat semak. Fasilitas lapangan olahraga menjadi daya tarik utama bagi para pemuda sebagai tempat bermain futsal di sore hari, namun kurangnya fasilitas bangku taman membuat para pengunjung duduk di lapangan dan rumput. Dapat dilihat spot 1 terletak di bagian barat, spot ini sering digunakan untuk duduk-duduk oleh para jamaah masjid yang berada tepat di samping taman.

(47)

Berdasarkan penyebaran kuesioner pada spot pertama pengunjung banyak menggunakan untuk berolaharaga bola dan bermain. Spot yang paling luas dan beralaskan perkerasan membuat pengunjung merasa nyaman untuk berlarian, vegetasi disekitar lapangan membuat lapangan lebih terang dan mendapat matahari langsung sehingga pada siang hari lapangan sangat terik.

Pengunjung umumnya datang untuk berolahraga pada sore secara rutin dan beberapa pengunjung ada yang berolahraga pada pagi hari. Pengunjung yang bermain bola pada umumnya merupakan warga sekitar kompleks Gandaria.

Spot yang kedua yaitu terletak di tengah taman (Gambar 37) dengan karakteristik vegetasi yaitu arsitektur tajuk pohon menyebar seperti pohon Ficus elastis, Polyalthia fragrans, Swietenia mahogani, dimensi pohon sedang dan pohon tinggi, semak flat rapat yaitu tanaman Acalypa macrophylla, warna vegetasi tunggal, penanaman vegetasi linier, tekstur daun kasar, fungsi pohon penaung, terdapat area bermain anak.

Pada spot ini pengunjung taman pada umumnya merupakan pelajar yang berkumpul setelah pulang sekolah, pulang bimbingan belajar maupun pulang kuliah dan orang tua yang mengajak anaknya bermain, beberapa responden juga merupakan warga jauh hanya datang ke taman untuk menjemput anggota keluarga sekaligus mengajak anak bermain.

Berdasarkan penyebaran kuesioner pada spot kedua pengunjung menggunakan area tersebut untuk bermain dengan keluarga, berkumpul bersama para kerabat dan beberapa pengunjung datang untuk duduk santai melihat pengunjung lain berolahraga. Lokasi yang terletak pada kawasan pendidikan membuat taman ini menjadi daya tarik untuk melepas penat setelah pulang beraktifitas sekolah dan bekerja.

Spot ketiga yaitu pada bagian ujung taman dekat dengan jalan raya namun akses ke jalan raya langsung tertutup di pagari sehingga tidak terbuka untuk umum hanya untuk warga perumahan. Pada spot ini vegetasi ditanaman secara berkelompok sehingga berbagai variasi tanaman ada pada spot ini.

Gambar 37 Spot kedua Taman Bacang

(48)

Kriteria vegetasi pada spot ini yaitu arsitektur tajuk pohon bulat dan saling menumpuk seperti pohon Amherstia nobilis, Polyalthia fragrans, Pterocarpus indicus, dimensi pohon sedang, pohon tinggi, semak rapat terdiri dari tanaman Acalypha macrophylla, Agave attenuata, Cordyline, Dieffenbachia, warna vegetasi tunggal enanaman vegetasi berkelompok, tekstur daun kasar, fungsi penaung dan border. Letak spot ketiga dapat dilihat pada Gambar 38.

Berdasarkan penyebaran kuesioner pada spot ini hanya digunakan untuk melintas dan jalan santai. Spot ini paling jarang dikunjungi oleh pengunjung karena tidak adanya fasilitas tempat duduk ataupun tempat bermain anak sehingga pada umumnya pengunjung hanya melintas di area tersebut namun pada sisi kanan dan kiri terdapat pintu masuk sehingga pengunjung taman yang datang dari arah barat melewati spot ini.

Analisis – Sintesis

Dalam melihat kondisi langsung pada lapang maka dapat dilihat beberapa kendala dan potensi yang ada pada tapak sehingga dapat dibuat sintesisnya seperti pada tabel 8.

Tabel 8 Analisis sintesis Taman Radio Dalam dan Taman Bacang

Kategori Potensi Kendala Sintesis

Tanah Tanah latosol subur

Beberapa spot terdapat tanah yang kurang dalam menjerap air sehingga saat hujan air tergenang.

Menanam rumput agar daya jerap lebih tinggi dan menambahkan bahan organik pada tanah yang kering dan tidak subur. Gambar 38 Spot ketiga Taman Bacang

Gambar

Tabel 6  Jenis vegetasi pada Taman Bacang
Gambar 12  Eksisting Taman Radio Dalam
Gambar 13  Eksisting Taman Bacang
Gambar 14  Persentase responden berdasarkan umur di Taman Radio Dalam dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika Rangkaian dan penyambungan anda benar, maka akan muncul tulisan seperti dibawah ini, jika masih ada error silahkan cek kondisi IC Mikro dan penyambungannya sudah betul belum..

Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Dengan demikian maka penggunaan metode role playing pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Bengking, Jatinom.. Kata Kunci:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kaum perempuan melakukan perannya di dalam partai politik, selain itu juga ingin melihat strategi yang dilakukan oleh

Sebagai salah satu Perguruan Tinggi yang terpandang di Indonesia, Universitas Brawijaya sudah sejak tujuh tahun telah melakukan adaptasi dan implementasi teknologi

Tin-plated copper lug to suit 10mm (3/8”) stud Brass ring terminal to suit 6mm (¼”) stud Annealed copper cable with PVC insulation. Durable polyolefin heat shrink for lasting

yang diperoleh adalah sebesar 17 persen atau sebanyak 76 residual dengan nilai absolute di atas 0,05 (Lampiran 8). Ini berarti model memiliki ketepatan sebesar 83,00 persen

Memperagakan upacara Penggalang di lapangan 3 Memahami macam- macam SANDI dan mengetahui fungsi  bendera semaphore 3.1 Mengetahui macam- macam SANDI a.. Mengetahui macam- macam