• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Baznas Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin Pada Waktu Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Baznas Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin Pada Waktu Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

Choirun Nissa NIM :109046300001

JURUSAN MANAJAMEN ZAKAT DAN WAKAF FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

PROGRAM STUDI MUAMALAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

Choirun Nissa NIM :109046300001

Pembimbing

Dr. Alimin Mesra M.Ag 196908252000031001

JURUSAN MANAJAMEN ZAKAT DAN WAKAF FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

PROGRAM STUDI MUAMALAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Keluarga Fakir Miskin Pada Waktu Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 April 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program

Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 3 April 2014

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,.MA,.MM. NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (……….)

NIP. 197107011998032002

Sekretaris : Mu‟min Rouf, S.Ag,.M.A. (……….)

NIP. 197004161997031004

Pembimbing : Dr. Alimin Mesra, M.Ag. (……….)

NIP. 196908252000031001

Penguji I : Dr. Hj. Mesraini, M.Ag (……….)

NIP. 197602132003122001

Penguji II : Abdurrauf, Lc,.MA. (……….)

(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 April 2014

(5)

Konsentrasi Manajamen ZISWAF, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1435 H/ 2014 M.

Isi : vii + 79 halaman + 29 lampiran, 47 literatur (1972-2014).

Penelitian ini untuk menganalisis kontribusi BAZNAS melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS), tujuannya untuk mengetahui penyaluran yang dilakukan BAZNAS melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana dan untuk mengetahui adanya peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin setelah menerima zakat melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui kepustakaan dan penelitian lapangan. Adapun untuk teknik pengolahan datanya menggunakan analisis deskritptif. Proses analisis bersifat induktif, yaitu dengan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikannya serta menganalisis peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin program SKSS BAZNAS.

Hasil penelitian ini memperlihatkan kontribusi yang dilakukan BAZNAS terhadap penerima program beasiswa SKSS BAZNAS patut di apresiasi sebagai program peningkatan kesejahteraan dalam bidang pendidikan. Dalam realisasinya program SKSS BAZNAS belum sesuai dengan ketentuan BAZNAS dalam standar kemiskinan yang ditentukan oleh BPS dan Bank Dunia. Program SKSS BAZNAS dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan ekonomi secara langsung yaitu dengan bertambahnya nilai kepemilikan melalui pemberian uang saku dan SPP yang sudah di tanggung BAZNAS. Sehingga dapat menghemat pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan lain.

Kata Kunci : Kontribusi BAZNAS, Pada Saat Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana, Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin

Pembimbing : Dr. Alimin Mesra, M.Ag

(6)

i

SWT, dengan ridha dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam

rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam

Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga umatnya.

Yang Insya Allah kita termasuk di dalamnya.

Disadari pula selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat

menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan,

bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM, Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Muamalah dan

Bapak Mu‟min Rauf, M.A, Sekretaris Program Studi Muamalah yang

telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi

ini.

3. Dr. Alimin Mesra, M.Ag sebagai dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan perhatiannya dalam memberikan arahan

(7)

ii

5. Bapak Farid Setiawan, sebagai pelaksana program Satu Keluarga Satu

Sarjana yang telah membantu dan memberikan informasi dalam proses

penyusunan skripsi ini. Dan Bapak Hudzaifah Ainun divisi pengembangan

dan penelitian yang telah membantu proses penelitian skripsi penulis.

6. Amelya Hidayat, S.Pd bagian kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah

yang telah membantu memberikan koneksi untuk teman-teman penerima

beasiswa SKSS BAZNAS, Bapak Harles bagian kemahasiswaan

Palangkaraya yang telah memberikan informasi tentang program beasiswa

SKSS BAZNAS dan Kepada Bapak Ahmad Fauzan dari IAIN Walisongo

yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dan memberikan

informasi dalam penyusunan skripsi.

7. Segenap mahasiswa penerima program beasiswa Satu Keluarga Satu

Sarjana yang telah membantu kemudahan penulis dalam melakukan

penelitian dan penyusunan skripsi.

8. Segenap Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen, Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

mengajarkan ilmu yang tidak ternilai, dan tidak pernah lelah membimbing

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta

(8)

iii

harinya selalu memberikan semangat, motivasi dan do‟anya. Serta adikku

Muhammad Azhar dan Muhammad Farhan Rhamadani.

10.Keluarga Besar Manajemen Zakat dan Wakaf (ZISWAF), Sahabat

seperjuangan, Laskar Pelangi yaitu, Soraya Nazhiyah, Lani, Annisa

Rahmayanti, Ani Rikazah dan Suci Warnasari. Teman-teman kosan yang

selalu mengingatkan dan membantu memecahkan solusi Rini Handayani,

Wiwi Rosliana, Kiki, Ulfah, Iis, Seli Mauludani, Mutmainah dan Karina.

11.Keluarga Besar Asuransi angakatan 2009 yang tidak pernah lupa untuk

mengingatkan dan mengarahkan baik dalam perkuliahan ataupun dalam

menyelesaikan skripsi.

12.Teman- teman KKN EL- Fath yang tak pernah letih, untuk memberikan

motivasi, dorongan dan do‟anya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Sahabat terbaikku agiz dan khususnya teman-teman

seperjuangan dari MAN 2 Serang angkatan 2009 terutama yang berada di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu mengingatkan, selalu sabar

mendengarkan keluhan dan memberikan solusi dalam pembuatan skripsi.

13.Seluruh rekan-rekan penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, dan

telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat

menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(9)

iv

hanyalah hamba yang dhaif. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan kontribusi bagi orang banyak. Amin.

Jakarta, April 2014

(10)

v

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan (Review) Kajian Pustaka ... 8

E. Metode Penelitian... 11

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Zakat ... 17
(11)

vi

BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS

A. Profil BAZNAS ... 39

B. Program Pemberdayaan BAZNAS ... 47

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

A. Program Beasiswa Satu Keluarga Satu Sarjana ... 51

B. Penyaluran BAZNAS Terhadap Penerima Program SKSS ... 57

C. Realisasi Pada Penerima Program SKSS BAZNAS ... 65

D. Analisis Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga ... 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

(12)

vii

(13)

viii

Gambar 1 Struktur Pengurus BAZNAS ... 41

Gambar 2 Mekanisme Pencairan Dana ... 62

Gambar 3 Pekerjaan Orang Tua ... 68

Gambar 4 Pendapatan Per bulan ... 70

Gambar 5 Tabungan Keluarga ... 72

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan terjadi karena adanya kelangkaan

kebutuhan dasar ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Kebutuhan dasar yang dimaksud meliputi makanan, pakaian, tempat berlindung,

pendidikan dan kesehatan. Kurang kemampuan itulah yang bisa menyebabkan

banyaknya terjadi kekurangan gizi, pendidikan yang rendah, cepat terkena

macam-macam penyakit, pengangguran dan tidak bisa memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarganya. Karena hal-hal itu juga kemiskinan bisa mengakibatkan

tindakan sosial secara negatif. Seperti pencurian, kecendrungan berperilaku anti

sosial, rentan diajak melakukan kriminal dan mereka bisa melakukan apa saja agar

mendapatkan imbalan uang.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin di

Indonesia pada Maret 2012 mencapai angka kemiskinan 29,13 juta orang atau

11,96% dan mengalami penurunan angka kemiskinan pada September 2012

mencapai 28,59 juta orang atau sebesar 11,66 %.1 Sedangkan garis kemiskinan

menurut kebutuhan makanan dan minuman digunakan ukuran sebesar 2.100 kalori

per hari. Garis kemiskinan merupakan batasan pendapatan tertentu untuk

1Badan Pusat Statistik (BPS) “Kemiskinan” di akses pada tanggal

11 November 2013 dari

(15)

golongkan kategori miskin atau tidak miskin. Penetapan garis kemiskinan juga

untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, semakin tinggi garis kemiskinan

maka semakin sedikit jumlah golongan miskin dan semakin sejahtera sebuah

negara.

Semua orang menginginkan kehidupan berkecukupan dan melakukan

pengumpulan kekayaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain kebutuhan

konsumsi, biasanya pihak kepala keluarga harus mengatur untuk kebutuhan yang

lain. Seperti pendidikan anak, kesehatan keluarga, tabungan dan kebutuhan untuk

masa yang akan datang.

Kebutuhan semakin lama semakin banyak yang diinginkan, sehingga nilai

dari yang diinginkan juga semakin tinggi dan ditambah lagi dengan kehidupan

yang semakin canggih. Sehingga kebutuhan yang diinginkan juga bertambah sulit

untuk didapatkan. Dalam upaya mengentaskan kemiskinan, maka keluarga harus

mengetahui caranya untuk bertahan hidup.

Salah satu yang menjadi permasalahan dalam keluarga adalah pendidikan.

Karena ketidakmampuan untuk membiayai pendidikan, mustahik lebih memilih

tidak meneruskan pendidikannya dan mencari pekerjaan. Padahal pendidikan saat

ini sangat dibutuhkan untuk menunjang pekerjaan. Pendidikan dibutuhkan untuk

mengembangkan potensi manusia, sehingga menjadi manusia cerdas, berilmu dan

terampil di kehidupan mendatang. Adanya beasiswa pendidikan untuk

memberi-kan kemudahan kepada keluarga fakir miskin agar salah satu keluarganya bisa

meningkatkan kesejahteraan sehingga di masa depan mereka tidak takut

(16)

Zakat adalah salah satu nama yang diberikan untuk harta yang dikeluarkan

oleh seorang manusia sebagai hak Allah Swt yang diserahkan kepada mustahik2. Allah telah mewajibkan zakat kepada kaum muslimin melalui Al-Qur‟an dan

hadits. Sebagian zakat yang disalurkan dari pendapatan muzakki3 kepada mustahik dapat meningkatkan kesejahteraan salah satunya untuk memenuhi kebutuhan

dasar. Sehingga kebutuhan dasar itu akan mempengaruhi sektor-sektor produksi

dan konsumsi masyarakat terhadap permintaan barang dan jasa. Hal inilah yang

akan meningkatkan efesiensi alokasi dalam perekonomian.

Jika ibadah zakat dijalankan maka pengemis yang berkeliaran di jalan-jalan,

anak yang harus putus sekolah karena tidak adanya biaya, anak yatim terlantar,

perumahan kumuh dan seterusnya akan dapat terpenuhi dari dana zakat. Dalam

pendekatan birokratik dan juga politik misalnya, telah muncul Undang-Undang

No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia. Atas dasar

Undang-Undang itu, telah banyak instruksi dan bahkan juga contoh-contoh yang diberikan

oleh pemerintah untuk menjadikan zakat ini sebagai gerakan sosial.4

Salah satu peneliti zakat mengatakan bahwa sebenarnya potensi dana zakat

yang ada di Indonesia ini sangat besar yaitu mencapai 200 triliun. Sementara itu,

dana yang telah dihimpun mencapai 1,8 triliun. Fakta ini menunjukkan betapa

perlunya untuk sadar akan kewajiban membayar zakat baik muzakki, sebagai

orang yang memberikan zakat dan lembaga zakat sebagai pihak pengelola dana

2

Orang yang menerima zakat

3

Orang yang membayar zakat

4

(17)

tersebut. Tujuannya adalah untuk dapat mendistribusikan zakat secara benar dan

tepat sasaran.5

Riset terbaru yang dilakukan oleh BAZNAS dan Fakultas Ekonomi Dan

Manajamen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB) pada 2011. Dari riset ini

terungkap, potensi zakat nasional mencapai angka 3,40% dari PDB, atau tidak

kurang dari Rp217 triliun.6

Pelayanan lembaga zakat harus memudahkan akses para mustahik untuk

memperoleh hak-haknya dari dana zakat. Sekaligus juga dibutuhkan dukungan

dari para muzakki, baik perorangan maupun lembaga/badan usaha agar

menyalur-kan zakat, infak dan sedekah yang lebih besar guna mendukung program-program

lembaga zakat.7

Dengan adanya program-program lembaga zakat yang mendukung untuk

mengembangan potensi mustahik, salah satunya dari aspek pendidikan untuk

menunjang masa depan. Maka mustahik tidak perlu mengkhawatirkan berapa

banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan sedangkan pendapatan belum tentu

memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudahan adanya program-program yang

mendukung mustahik ini, dapat mengurangi beban mustahik.

Salah satu lembaga pengelolaan zakat yang telah menyalurkan dananya

kepada mustahik adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS

merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah

5 Irfan Syauki Beik,”Peran Lembaga Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan”, Kompas

, (Jakarta), 24 September 2012

6BAZNAS, “Potensi Zakat Nasional”, Zakat Menyucikan

Harta dan Jiwa (Mei – Juni 2013, Rajab 1434), h.6

(18)

berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 tahun 2001 yang memiliki tugas da

fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infak dan sedekah (ZIS) pada tingkat

nasional. BAZNAS bertanggung jawab langsung dan memberikan laporan

tahunan tentang penghimpunan dan penyaluran ZIS kepada Presiden Republik

Indonesia. Berdasarkan hukum tersebut BAZNAS memiliki dua fungsi strategis

yaitu sebagai badan amil zakat yang melakukan kegiatan pengumpulan,

pengadministrasian dan pendistribusian/ pendayagunaan zakat, infak shadaqah.

Dari hasil pengumpulan yang dilakukan oleh BAZNAS, maka BAZNAS

melaku-kan pembuatan program- program pemberdayaan dalam meningkatmelaku-kan

ke-sejahteraan mustahik. Salah satu upaya yang dilakukan BAZNAS adalah

pem-berdayaan dalam bidang pendidikan yaitu dengan program satu keluarga satu

sarjana.

Program Satu Keluarga Satu Sarjana adalah beastudi mahasiswa berprestasi

di kampus negeri di seluruh Indonesia. Sesuai namanya program ini

mengutamakan mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu tanpa sarjana.

Beastudi ini membiayai mahasiswa semester pertama sampai lulus sarjana.

Program ini juga ada ikatan dengan dinas kepada setiap penerima untuk menjadi

sarjana pelopor pemberdayaan masyarakat di desanya.8 Program ini merupakan

kontribusi yang dilakukan oleh BAZNAS untuk meningkatkan kesejahteraan

mustahik dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dengan adanya bantuan

pendidikan dari BAZNAS, dapat meringankan beban keluarga fakir miskin.

Sehingga pendapatan keluarga bisa di hemat untuk kebutuhan yang lain.

8Lembaga Badan Amil Zakat Nasional “Satu Keluarga Satu Sarjana” di akses pada tanggal

(19)

Dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Kontribusi BAZNAS Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga

Fakir Miskin Pada Waktu Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana.”

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas dan fokus pada

penulisan skripsi, maka penulis dapat memfokuskan dan membatasi pembahasan

hanya dalam ruang lingkup pada kontribusi BAZNAS program satu keluarga satu

sarjana, penyaluran yang dilakukan BAZNAS baik melalui Universitas kepada

penerima program SKSS, sasaran pada penerima program satu keluarga satu

sarjana, adanya peningkatan ekonomi keluarga sebelum menerima program dan

pada waktu menerima program satu keluarga satu sarjana.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mempermudah pembahasan yang

akan diteliti. Penulis merumuskannya sebagai berikut :

a. Bagaimana penyaluran zakat yang dilakukan BAZNAS melalui program

Satu Keluarga Satu Sarjana?

b. Apakah dana yang diberikan BAZNAS sudah tepat sasaran pada penerima

program SKSS?

c. Bagaimana peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin sebelum dan pada

(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui penyaluran yang dilakukan BAZNAS melalui program

Satu Keluarga Satu Sarjana.

b. Untuk mengetahui dana yang diberikan BAZNAS sudah tepat sasaran pada

penerima program Satu Keluarga Satu Sarjana.

c. Untuk mengetahui adanya peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin

sebelum dan pada waktu penerimaan program Satu Keluarga Satu Sarjana.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, dapat membuat pencerahan bagi pihak-pihak

terkait :

a. Bagi Praktisi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi BAZNAS atau

pihak terkait yang di dalamnya untuk meningkatkan mutu yang lebih baik, demi

kesejahteraan masyarakat sehingga tidak ada lagi kemiskinan dan bisa

meningkatkan perekonomian negara.

b. Bagi Akademisi

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan pengetahuan tentang

zakat dan ekonomi syariah di tempat penulis menuntut ilmu. Sehingga penulis

(21)

c. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan tambahan nilai kesejahteraan agar selalu

menyadari kewajiban untuk berzakat dari harta yang kita dapatkan untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan aktivitas perekonomian

serta pendidikan.

D. Tinjauan (Review) Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan topik yang

akan diteliti dengan peneliti sejenis yang pernah dilakukan oleh penelitian

se-belumnya sehingga tidak ada pengulangan yang tidak perlu. Uraian berikut akan

memaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas

bagaimana penelitian ini penting dilakukan.

1. Asep Jaenudin9dengan judul skripsi “Zakat Untuk Pemberdayaan Pendidikan

(Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Post Keadilan Peduli Ummat Pusat)”

tahun 2011. Penelitian membahas mengenai pemberdayaan dana zakat dalam

sektor pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem

penghimpunan, pengelolaan dan pemberdayaan dalam mendayagunakan dana

zakat untuk pendidikan serta mengetahui bagaimana pengaruh dana zakat

pendidikan terhadap mustahik. Metode yang digunakan adalah penelitian

kualitatif dengan mendapatkan data atau informasi melalui studi kepustakaan

dan penelitian lapangan.

9Asep Jaenudin,”Zakat Untuk Pemberdayaan Pendidikan (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat

(22)

2. Alfianah Nuraini putri10 dengan judul skripsi “Pendistribusian Dana Bantuan

BAZIS Dan Hubungannya Dengan Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

SLTA Di Wilayah Jakarta Utara” tahun 2011. Penelitian ini membahas

tentang bantuan penyaluran dana yang dilakukan BAZIS Jakarta Utara untuk

memberikan motivasi belajar siswa sehingga adanya perubahan peningkatan

yang signifikan antara nilai siswa sebelum dan sesudah menerima beasiswa

dari BAZIS. Metode yang dilakukan pendekatan kuantitatif dengan memakai

statistik melalui wawancara pihak BAZIS kemudian observasi dan

penyebaran kuesioner. Sehingga prestasi belajar siswa SLTA ditentukan oleh

pendistribusian dana BAZIS sebanyak 32,3% dan 67,7% lagi ditentukan oleh

faktor lain.

3. Muhammad Bukhori11 dengan judul skripsi “Efektifitas Penyaluran Dana

Beasiswa Etos Di Dompet Dhuafa Republika” tahun 2011. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui apakah pengawasan DPS terhadap produk

penyaluran dana beasiswa etos di Dompet Dhuafa Republika sudah berjalan

efektif dan langkah-langkah pengawasan DPS terhadap penyaluran dana etos.

Dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dan dalam

pengumpulan data digunakan wawancara serta observasi langsung ke

Dompet Dhuafa Republika. Dari hasil penelitian ini menyatakan, efektifitas

pengawasan DPS terhadap produk peyaluran dana beasiswa etos di Dompet

10Alfianih Nuraini Putri,”Pendistribusian Dana Bantuan BAZIS dan Hubungannya Dengan Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SLTA di Wilayah Jakarta Utara,”(Skripsi SI Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)

11 Muhammad Bukhori,”

Efektifitas Penyaluran Dana Beasiswa Etos Di Dompet Dhuafa Republika,”(Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

(23)

Dhuafa Republika menggunakan pengawasan internal dan eksternal, yang

mana hasil pengawasan tersebut berupa laporan dari lembaga yang

bersangkutan yang dibuat oleh tim edit auditor independen dan setelah itu

langsung di laporkan ke DPS.

4. Ramadhen Dewi Respaningrum12 dengan judul skripsi “Manajamen

Pendayagunaan Zakat, Infak dan Shadaqah Melalui Program Beasiswa

Mandiri (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Umat

Daarut Tauhid Semarang Tahun 2012)” tahun 2012. Penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan istrumen observasi,

dokumentasi dan wawancara. Dari hasil penelitian ini merupakan bentuk

aplikasi pendayagunaan dana zakat, infak dan shadaqah (ZIS) di bidang

pendidikan yang merupakan bagian tugas lembaga yang peka terhadap

generasi muda saat ini. Selain itu, program ini juga pemandirian bagi

mahasiswa untuk dapat melatih diri menghadapi masa depan dan masyarakat

yang memerlukan kepekaan atu kepedulian dari para generasi muda saat ini

melalui bekal keilmuan intelektualitas serta wawasan yang dimiliki dalam

rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri.

5. Irfan Syauqi Beik13, dengan judul Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi

Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika. Penelitian ini mengenai

upaya pengurangan tingkat kemiskinan sehingga bisa diketahui jumlah

12Ramadhen Dewi Respaningrum, “Manajamen Pendayagunaan Zakat, Infak dan Shadaqah

Melalui Program Beasiswa Mandiri (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid Semarang Tahun 2012),” (Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2012)

13Irfan Syauqi Beik, “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus

Dompet Dhuafa Republika,”Zakat dan Empowering Jurnal Pemikiran dan Gagasan volume 2

(24)

persentase keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan keparahan

kemiskinan. Penelitian ini menggunakan metode ekonometrika dengan dua

pendekatan, yaitu pendekatan penerimaan dan pengeluaran. Waktu/ Tempat

penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2008, lokasi di wilayah

DKI Jakarta.

Sedangkan penelitian skripsi ini membahas mengenai “Kontribusi BAZNAS

Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin Melalui Program Satu

Keluarga Satu Sarjana”. Penelitian ini untuk mengetahui adanya peningkatan

ekonomi setelah mahasiswa penerima program SKSS diberi dana. Dengan adanya

pemberian dana untuk pendidikan S1 maka berkurangnya pengeluaran keluarga

sehingga dana yan dikeluarkan akan tersimpan atau habis terpakai untuk

kebutuhan yang lain. Selain itu penulis juga ingin mengetahui mekanisme yang

dilakukan BAZNAS dalam penyalurannya. Sehingga penyalurannya sudah tepat

sasaran. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Dengan pengumpulan data berupa kepustakaan dan penelitian lapangan.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

analisis deskriptif, yaitu pengumpulan data yang berupa kata-kata, gambaran dan

bukan angka-angka.14 Adapun data yang bersifat angka hanya dijadikan sebagai

14

(25)

data pelengkap penelitian. Data yang sudah dikumpulkan, diolah dan dijelaskan

sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Dengan demikian penelitian ini dapat memberikan gambaran sistematis dan

akurat mengenai fenomena yang diteliti. Penelitian analisis merupakan penelitian

yang ditujukan untuk meneliti secara terperinci suatu aktifitas atau kejadian, dan

hasil dari penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk

keperluan masa yang akan datang.15 Pada penelitian ini, mengalami kelemahan

yang berupa tidak adanya data yang tertulis angkatan tahun 2008. Dan banyaknya

responden yang tidak bisa dihubungi.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang akan

membantu pengetahuan dengan bantuan berupa buku- buku, majalah, catatan,

dokumen- dokumen atau website yang memang perlu diketahui si peneliti.

b. Penelitian Lapangan

Penelitian ini dilakukan langsung ke lapangan dengan mendatangi kantor

pusat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang terletak di Jl. Kebon Sirih

Raya No.57, Jakarta Pusat – 10340 Indonesia. Serta langsung bertemu dengan

sebagian penerima beasiswa dan 3 universitas bidang kemahawiswaan untuk

melakukan wawancara dan observasi langsung. Dari hasil penelitian, penulis

mendapatkan data dengan cara berikut:

15

(26)

1) Dokumenter

Untuk melakukan penelitian ini dibutuhkan dokumen-dokumen BAZNAS

yang berhubungan dengan program satu keluarga satu sarjana, dan data penerima

beasiswa untuk dipelajari agar memudahkan penelitian.

2) Wawancara

Wawancara adalah Tanya jawab secara tatap muka yang dilakukan oleh

pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi

yang dibutuhkan. Dalam hal ini peneliti melakukan tanya jawab langsung kepada

pihak pertama pelaksana program SKSS BAZNAS di kantor pusat BAZNAS.

Pihak kedua, Universitas bidang kemahasiswaan yaitu Universitas UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta langsung datang ke kantor Administrasi UIN, IAIN

Walisongo bertemu untuk wawancara di Wisma UIN dan IAIN Palangkaraya

wawancara melalui telephone. Sedangkan Pihak ketiga penerima beasiswa ada

face to face, email, sms dan telephone.

3) Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan pertanyaan tertulis kepada responden yang telah menerima beasiswa

program satu keluarga satu sarjana dan pihak yang menyalurkan dana. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data secara efesien dan juga cocok untuk

(27)

3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengambilan data, yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data pokok yang di dapat dari responden dengan cara

wawancara dan observasi langsung. Data yang dipeoleh adalah data penerima

beasiswa program satu keluarga satu sarjana, data penyaluran zakat dan data yang

berhubungan dengan BAZNAS dan Universitas terkait.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di ambil dengan cara membaca literatur

kepustakaan, internet, media cetak, jurnal dan lain- lain. Yang ada hubungannya

dengan penelitian yang akan dilakukan.

4. Objek Pengambilan Sampel

Objek dalam penelitian ini adalah penerima program satu keluarga satu

sarjana (SKSS). Untuk program SKSS ada dua angkatan yang sudah dijalankan,

yaitu angkatan 2008- 2011 dan 2011- 2014. Untuk angkatan 2008 penulis hanya

mendapatkan 5 responden, sedangkan untuk angkatan 2011-2014 penulis dapat

wawancara 45 responden, jadi total 50 responden dari lima Perguruan Tinggi

Agama Islam Negeri yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta totalnya 10 responden

7 responden dari angkatan 2011 dan 3 responden yang sudah lulus, STAIN

Manado 10 responden dari angkatan 2011, IAIN Walisongo 10 responden dari

angkatan 2011, STAIN Palangkaraya 8 responden dari angkatan 2011 dan 2 orang

(28)

2011. Penelitian yang dilakukan menggunakan random sampling yaitu metode

yang boleh digunakan apabila populasi yang diteliti adalah homogen.16

5. Pedoman Penulisan

Pedoman skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, UIN Press, 2012”.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini dilakukan penulis dibagi menjadi lima bab

pembahasan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, metode penelitian,

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai pengertian

kontribusi, kajian zakat, pemanfaatan dan pendayagunaan zakat, pola penyaluran

zakat dan peningkatan ekonomi keluarga.

BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai profil BAZNAS

dan program pemberdayaan BAZNAS.

16

(29)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai , program

beasiswa Satu Keluarga Satu Sarjana, hasil penyaluran BAZNAS terhadap

penerima program SKSS, realisasi penerima program SKSS BAZNAS dan

analisis terhadap peningkatan ekonomi keluarga.

BAB V PENUTUP

Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah

diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis

(30)

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Zakat 1. Konsep Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu

al-barakatu „keberkahan‟, al-namaa „pertumbuhan dan perkembangan‟,

ath-thaha-ratu „kesucian‟, dan ash-shalahu „keberesan‟.1 Sedangkan secara istilah, zakat itu

adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang diwajibkan oleh Allah

SWT kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya,

dengan persyaratan tertentu pula.2

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan pengertian menurut

istilah, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah,

tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik).3 Zakat adalah harta

yang wajib dikeluarkan (mensucikan harta) menurut perintah Allah sesuai dengan

waktu dan kadar tertentu yang dianjurkan melalui Al-Qur‟an dan hadits. Zakat

terdiri dari dua macam :

a. Zakat mal, yaitu zakat yang diwajibkan atas harta berdasarkan syarat-syarat

tertentu

1

Dididn Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani,2002,

Cet. Pertama), h. 7

2

Majma Lughah al-„Arabiyyah, al-Mu‟jam al-Wasith, (Mesir : Daar el-Ma‟arif, 1972), Juz I h 396

3

(31)

b. Zakat Fitrah, yaitu zakat yang wajib dibayarkan pada bulan Ramadhan.

Terkadang zakt fitrah disebut dengan zakat badan atau sedekah fitrah.4

2. Dasar Hukum

Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Karena nilainya yang

sangat penting di dalam agama Islam. Allah telah mewajibkan zakat kepada kaum

muslimin melalui Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

a. Surat At-Taubah (009) ayat 103 tentang zakat















) ةب تلا :

(103 / 009

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan menyucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui”.

b. Hadits Zakat

Anas r.a. berkata, “Seseorang dari bani Tamim mendatangi Rasulullah saw.,

lalu berkata, „Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta yang banyak,

keluarga, dan tamu-tamu. Katakanlah kepadaku, apa yang harus aku lakukan dan

bagaimana aku menginfakkan hartaku. Rasulullah saw. bersabda:

َّح فرعت كءابرقأ لصت ك رِ طت ةر ط ا َّإف كلام نم ةاك َّلا جرخت

.لئ اَسلا راجلا نيكسملا

)دمحا ه ر(

Artinya ; Engkau mengeluarkan zakat hartamu karena zakat itu menyucikanmu, engkau mempererat tali kekerabatanmu, dan engkau mengetahui hak orang miskin, tetangga dan orang yang meminta-minta.

4

(32)

3. Syarat- syarat Wajib Zakat

Yusuf Qardhawi mengemukakan beberapa persyaratan agar zakat dapat

dikenakan pada harta kekayaan yang dimiliki oleh seorang muslim, yaitu :

a. Kepemilikan bersifat penuh. Maksudnya adalah bahwa harta yang

dizakatkan berada dalam kepemilikan yang sepenuhnya dari yang memiliki

harta tersebut, baik dalam memanfaatkan dalam menikmati hasil dari harta

tersebut.

b. Harta yang dizakatkan bersifat produktif atau berkembang. Harta yang

dizakatkan harus memiliki syarat berkembang atau produktif baik terjadi

secara sendiri atau karena harta tersebut di manfaatkan. Bila ada harta tidak

bisa dimanfaatkan, maka harta tersebut tidak dapat dikenakan wajib zakat.

c. Harta harus mencapai nisab. Nisab berarti syarat minimum dari jumlah aset

yang dapat dikenakan zakat, sesuai dengan ketentuan yang ada pada syariah

Islam. Hal ini juga merupakan penegasan bahwa zakat hanya diwajibkan

bagi orang muslim yang memang mampu untuk membayar zakat.

d. Harta zakat harus lebih dari kebutuhan pokok. Maksudnya harta zakat harus

lebih dari kebutuhan rutin yang diperlukan agar dapat melanjutkan hidupnya

secara wajar.

e. Harta zakat harus bebas dari sisa utang. Maksudnya harta yang dizakatkan

harus bebas dari sisa utang. Dalam Islam, hak seseorang yang meminjamkan

utang harus di dahulukan terlebih dulu dibandingkan dengan golongan yang

(33)

f. Harta aset harus berada dalam kepemilikan selama setahun penuh (haul).5

4. Hikmah dan Manfaat Zakat

Kewajiban menunaikan zakat merupakan sesuatu yang demikian tegas dan

mutlak. Karena di dalam ajaran Islam, hal ini terkandung hikmah dan manfaat

yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan muzakki, mustahik,

harta benda yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara

keseluruhan. Hikmah dan manfaat tersebut adalah :

a. Sebagai perwujudan iman kepada Allah, mensyukuri nikmat-Nya,

menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi,

menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup,

sekaligus mengembangkan dan menyucikan harta yang dimiliki.

b. Zakat merupakan hak bagi mustahik. Maka berfungsi untuk menolong,

membantu dan membina mereka, terutama golongan fakir miskin ke arah

kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera.

c. Salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang

harus dimiliki umat Islam.

d. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat tidak akan

diterima dari harta yang di dapatkan dengan cara yang batil. Zakat

mendorong umat Islam untuk menjadi muzakki yang sejahtera hidupnya.

e. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu

instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik

5

(34)

dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan

pendapatan.6

B. Pemanfaatan dan Pendayagunaan Zakat

Berikut ini adalah penjelasan mengenai pemanfaatan dan pendayagunaan

zakat:

1. Pemanfaatan Dana

Dalam memanfaatkan dana biasanya lembaga sosial yang telah lama

kesulitan pendanaan, dengan cepat akan segera memanfaatkan dana yang

ditawarkan. Yang tak boleh di abaikan adalah status asal usul dana. Biasanya

lembaga sosial yang telah lama kesulitan pendanaan, dengan cepat akan segera

memanfaatkan dana yang ditawarkan.

Bahkan ada lembaga yang tidak pernah ragu untuk memenuhi apa yang

dibutuhkan pihak donor, demi mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk

operasional dan kegiatan lembaganya. Perhatikan syarat-syarat yang diajukan.

Bila persyaratannya tidak menyulitkan lembaga, tidak merugikan pihak penerima,

bantuan dana dapat segera diambil. Bila persyaratan itu merugikan, hindari dana

yang ditawarkan. Hindari pula dana pinjaman dengan sistem bunga. Jangan

hiraukan dana yang diberikan dengan persyaratan tertentu, seperti kewajiban

untuk mengirim berbagai informasi sesuai yang diperlukan pihak pemberi donor.7

Jadi memanfaatkan dana juga perlu diperhatikan, sehingga dana yang

6

Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah & Bertambah ( Jakarta : Gema Insani, 2007 , Cet. Pertama), h. 69-71

7

Eri Sudewo, Manajamen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar (Ciputat

(35)

dimanfaatkan bisa tercover dengan baik oleh penerima manfaat. Pemanfaatan

zakat dapat digolongkan dalam empat kategori, yaitu :

a. Zakat konsumtif tradisional, kategori ini zakat dapat dibagikan kepada orang

yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang

bersangkutan. Seperti zakat fitrah yang diberikan langsung kepada fakir

miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang

diberikan kepada korban bencana alam.

b. Zakat konsumtif kreatif, kategori ini zakat yang diwujudkan dalam bentuk

lain dari barangnya semula seperti bentuk alat-alat sekolah, beasiswa dan

ain-lain.

c. Zakat produktif tradisional, zakat yang diberikan dalam bentuk

barang-barang produktif. Misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukangan

dan sebagainya.

d. Zakat produktif kreatif, pendayagunaan zakat yang diwujudkan dalam

bentuk modal yang dapat dipergunakan, baik untuk membangun suatu

proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal orang

pedagang atau pengusaha kecil.8

2. Pendayagunaan

Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat, adapun

pengertian pendayagunaan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu:

pengusaha agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat, pengusaha (tenaga dan

sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik. Maka dapat

8

Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta : UI-Press, 1988,

(36)

disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah bagaimana cara atau usaha dalam

mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik.9 Berikut ini

adalah persyaratan dilakukannya pengumpulan untuk mustahik :

a. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahik dilakukan

berdasarkan persyaratan sebagai berikut :

1) Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahik delapan asnaf yaitu

fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil

2) Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi

ketentuan kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan

bantuan

3) Mendahulukan mustahik dalam wilayahnya masing-masing

b. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha yang produktif

dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut :

1) Apabila pendayagunaan zakat untuk mustahik delapan asnaf sudah

terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan

2) Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan

3) Mendapat persetujuan tertulis dari Dewan Pertimbangan

c. Prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif

ditetapkan sebagai berikut :

1) Melakukan studi kelayakan

2) Menetapkan jenis usaha produktif

3) Melakukan bimbingan dan penyuluhan

9Manajamen Dakwah “Pengertian Pendayagunaan Zakat” artikel ini diakses pa

da tanggal

26 januari 2013 dari http://md-uin.blogspot.com/2009/06/pengertian-pendayagunaan-zakat_17.

(37)

4) Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan

5) Mengadakan evaluasi

6) Membuat laporan 10

3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu konsep dalam upaya

menjadikan adanya kekuatan atau kekuasaan (power) pada seseorang/ individu

atau kelompok. Pemberdayaan bertujuan untuk memberikan suatu power atau

keberdayaan bagi pihak yang diuntungkan. Pemberdayaan berhubungan dengan

upaya untuk merubah kemampuan seseorang, keluarga atau kelompok dari

keadaan tidak memiliki kemampuan/ kekuatan/keberdayaan menuju keadaan yang

lebih baik.11 Karena itu, lembaga zakat membuat program pemberdayaan agar

penyaluran dana zakat, infak dan sedekah bisa tersalurkan dengan baik.

Program pemberdayaan masyarakat adalah salah satu pilihan alternatif bagi

lembaga amil zakat dalam mengelola dana zakat yang dihimpun dari masyarakat

secara produktif. Sukses tidaknya pelaksanaan program tersebut bergantung pada

kualitas sumber daya manusia (SDM). Program pemberdayaan masyarakat agar

menjadi terencana dan tepat sasaran sangat tergantung pada tujuan dan proses.

Bila program tersebut bertujuan untuk melayani kebutuhan dan memperkuat

pemberdayaan masyarakat, maka pelaksanaan program hendaknya berorientasi

pada program.12

10

Direktorat Pemberdayaan Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Departemen Agama RI ,Pedoman Zakat 9 seri,(Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Zakat

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h 295h.296

11

Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat Prinsip dan Praktik

Pemberdayaan Ekonomi (Ciputat : Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012, Cet. Pertama), h.223-225

12

(38)

4. Pendamping Masyarakat

Pendampingan dilakukan secara intensif di lokasi wilayah sasaran, sampai

kelompok sasaran mengalami transformasi kesadaran untuk berubah dengan

sumber daya dari mereka sendiri. Karena program ini merupakan bentuk dari

pembagian zakat kepada mustahik. Beberapa tahap pendampingan:

1) Tahap perintisan dan penumbuhan

Proses menumbuhkan rasa saling percaya antar anggota kelompok, serta

membangun konsensus-konsensus atau komitmen bersama.13 Maksudnya dalam

tahap ini kita harus sadar dalam pentingnya menumbuhkan kehidupan

kebersamaan. Yaitu pentingnya hidup berkelompok, pencatatan, pembuatan

kelayakan usaha, pengelolaan dan sebagainya.

2) Tahap Penguatan

Dalam tahap ini, terjadi beberapa penguatan yang perlu dilakukan. Salah

satunya adalah penguatan usaha, manajamen organisasi dan penguatan

permodalan.14Maksud dari tahap ini adalah setelah dilakukan tahap pertama yaitu

tahap perintisan. Maka dilakukanlah tahap penguatan, agar mempermudah untuk

tahap selanjutnya dalam penanganan usaha yang akan dilakukan.

3) Tahap Pemandirian

Dalam tahap pemandirian, masyarakat mitra program pengembangan

diharapkan telah memiliki kemampuan untuk memastikan usaha mereka tetap

stabil dan memiliki produk bermutu yang telah memenuhi standar.15

13

M.Arifin Purwakananta & Noor Aflah, Southeast Asia Zakat Movement, (Jakarta : FOZ, 2008, Cet. Pertama) h. 253-254

14

Noor Aflah, Arsitekrur Zakat Indonesia, h. 176

15

(39)

C. Pola Penyaluran Zakat

1. Pola Tradisional (Konsumtif)

Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat diberikan langsung

kepada mustahik. Dengan pola ini penyaluran dana kepada mustahik tidak disertai

target, adanya kemandirian kondisi sosial maupun kemandirian ekonomi

(pemberdayaan). Hal ini dilakukan karena mustahik yang bersangkutan tidak

mungkin lagi bisa mandiri seperti pada para orang tua (jompo), orang yang cacat

dan lain-lain.16 Jadi, pola ini penyalurannya langsung diberikan kepada mustahik

dan dana yang diberikan dapat dimanfaatkan langsung oleh mustahik.

2. Pola Kontemporer (Produktif)

Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada

dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha/ bisnis. Pola

penyaluran secara produktif (pemberdayaan) adalah penyaluran zakat atau dana

lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima (lebih dikhususkan kepada

mustahik golongan fakir miskin) dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori

muzakki.17 Pola ini, dilakukan untuk mengembangkan usahanya sehingga dana

yang diberikan bisa mencukupi untuk kebutuhan keluarga dan meningkatkan pola

hidupnya. Penyaluran yang dilakukan yaitu :

a. Dana zakat yang telah dikumpulkan wajib disalurkan kepada yang berhak

menerimanya sesuai dengan ketentuan hukum Islam.

16

Lili Bariadi, dkk, Zakat & Wirausaha (Jakarta : CV. Pustaka Amri, 2005, Cet. Pertama), h.34

17

(40)

b. Penyaluran zakat kepada mustahik harus bersifat hibah (bantuan) dan harus

memperhatikan skala prioritas kebutuhan mustahik di wilayah

masing-masing.

c. Penyaluran dana zakat dapat bersifat bantuan sesaat, yaitu membantu

mustahik dalam menyelesaikan atau mengurangi masalah yang sangat

mendesak/darurat.

d. Penyaluran dana zakat dapat bersifat bantuan pemberdayaan, yaitu

membantu mustahik untuk meningkatkan kesejahteraannya.18

3. Orang yang Berhak Menerima Zakat

Allah telah menetapkan orang-orang yang berhak menerima zakat telah

disebutkan dalam Al-Qur‟an pada surat At-Taubah ayat 60, yaitu :

























) ةب تلا :

(60 / 009

Artinya : “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana”.

18

Direktorat Pemberdayaan Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

(41)

Berikut ini adalah orang yang berhak menerima zakat sebagaimana yang

telah diterangkan ayat diatas:

a. Fakir dan Miskin

Fakir adalah orang yang lemah, akan tetapi ia menghalangi dirinya dari

meminta-minta. Sedangkan Miskin adalah orang yang masih bisa memenuhi

kebutuhan hidupnya akan tetapi kurang sempurna.19

Menurut Yusuf Qardhawi yang di kutip dari Mazhab Maliki dan Hanbali

yang dimaksud dengan mencukupi bagi fakir miskin ialah yang mempunyai bekal

cukup setahun. Sedangkan menurut mazhab Syafi‟i, harus dapat mencukupi

seumur hidup, yaitu batas umum pada umumnya di negeri itu.20 Besarnya dana

zakat yang diberikan kepada fakir miskin yaitu :

1) Fakir miskin itu diberi zakat secukupnya, dan tidak ditentukan menurut

besarnya harta zakat yang diperoleh.

2) Fakir miskin itu diberi dalam jumlah tertentu dan besar kecilnya disesuaikan

dengan bagian mustahik lain.

Bagi fakir dan miskin yang tidak dapat bekerja atau menjalankan usaha

dapat diberikan zakat secara konsumtif, sementara jika mempunyai usaha dapat

diberikan dalam bentuk peralatan yang sesuai dengan keahlian dan usahanya atau

alam bentuk modal kerja. Dengan kata lain mereka berhak atas zakat sampai

mereka dinyatakan mampu.21

19

Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia Dilengkapi Kode Etik Amil Zakat Indonesia, h. 184, 185

20

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat (Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2004, Cet. Ketujuh),

h. 514

21

Taufiqullah, Akuntansi Zakat Kontemporer (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003, Cet.

(42)

b. Amil Zakat

Amil zakat adalah orang yang ditunjuk oleh imam atau wakilnya

(pemerintah) untuk mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya.22 Mengurusi

zakat meliputi : menggalang/ menjaga/ memilah-milahnya, mengumpulkan,

me-nuliskan dalam laporan, menghitung persaldoannya, mengawasinya,

memindah-kan, mengelola dan membaginya, dan lain-lain.23 Syarat amil zakat adalah orang

Islam dan ia tidak termasuk orang yang haram menerima zakat. Sesungguhnya

zakat amil adalah sebagai upah atas kerjanya.24

c. Muallaf

Muallaf adalah mereka yang baru masuk Islam. Meskipun begitu, ada

beberapa pengertian mualaf yang perlu diketahui berdasarkan ilmu fikih klasik,

yaitu :

1) Muallaf muslim yang sudah masuk Islam, akan tetapi niat dan imannya

lemah. Kondisi ini akan semakin parah bila ia juga lemah secara ekonomi

yang dikhawatirkan akan semakin memperlemah imannya.

2) Muallaf Islam, dimana niat dan imannya dalam Islam sudah cukup kuat, dan

juga orang terkemuka dikalangan kaumnya. Kaum yang terkemuka ini

biasanya diharapkan akan dapat mempengaruhi pengikutnya atau kaumnya

yang lain.

3) Muallaf yang memiliki kemampuan dalam rangka menangkal tindak

kejahatan yang dilaksanakan oleh kaum kafir.

22

Muhammad Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2009, Cet. Pertama), h. 674

23

Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, h. 186

24

(43)

4) Muallaf yang memiliki kemampuan dalam mengantisipasi tindak kejahatan

yang mungkin datang dari para pembangkang wajib zakat.25

d. Riqab

Riqab adalah bentuk jamak dari raqabah. Dalam Al-Qur‟an yang dimaksud

adalah budak. Para ulama mengatakan riqab adalah mukatibun yaitu budak yang

membeli dirinya sendiri dari tuannya pada waktu yang sudah ditentukan dengan

harta sehingga ia menjadi orang yang merdeka.26 Harta zakat diberikan untuk

membeli budak lalu memerdekakannya.

e. Gharimin

Gharimin adalah orang-orang yang berutang dan sulit untuk membayarnya.

orang yang berhutang ada macam-macamnya, di antaranya orang yang berutang

kepada orang lain hingga harus membayarnya dengan menghabiskan hartanya.

Atau orang yang terpaksa berutang karena membutuhkannya untuk keperluan

hidup atau membebaskan dirinya dari kemaksiatan. Orang-orang seperti itu boleh

menerima zakat yang cukup untuk melunasi utang.27

f. Fisabilillah

Sabilillah artinya jalan yang menyampaikan pada ridha Allah, baik akidah

maupun perbuatan. Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup

segala amal perbuatan ikhlas, yang dipergunakan untuk bertakarrub kepada Allah,

dengan melaksanakan segala perbuatan wajib, sunat dan bermacam kebajikan

lainnya.28

25

Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, h. 301-302

26

Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, h. 188

27

Al- Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2008, Cet. Pertama)h. 179

28

(44)

g. Ibnu Sabil

Ibnu Sabil adalah musafir yang pergi dari suatu negara ke negara lain. Sabil

artinya jalan. Dan menasabkan musafir kepada sabil karena seorang musafir

biasanya terus menerus berada dijalan. Dan yang dimaksud dengan ibnu sabil

adalah ibnu sabil yang kehabisan biaya dalam safarnya. Maka, orang yang

demikian berhak menerima zakat dan pembiayaan sekedar bisa meluangkannya

kembali ke daerah asalnya, walaupun di daerahnya ia orang kaya.29

D. Peningkatan Ekonomi Keluarga

Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan menaikkan atau menaiki.30

Sedangkan pengertian ekonomi secara umum bisa dibilang bahwa ekonomi adalah

sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber saya material individu,

masyarakat dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Karena

ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang

ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi.31

Sedangkan pengertian keluarga berasal dari bahasa Sansekerta : kula dan

warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah

lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah bersatu.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu

29

Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, h.190

30

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), h.994

31t.p.,”Pengertian Definisi Ekonomi Menurut Para Ahli” di akses pada tanggal 26 Januari

(45)

atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicon dan Celis di dalam

keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah

tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.32

Jadi, peningkatan ekonomi keluarga adalah kelompok kecil yang terdiri dari

beberapa anggota dan memiliki satu hubungan darah dalam proses

mempertahankan kesejahteraan hidup, kepala keluarga atau anggota lain

mempunyai tanggung jawab dalam mencukupi kebutuhannya dengan sumber daya

yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi.

1. Kebutuhan dan Keinginan

Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga dapat

mencapai kesejahteraan, bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi

maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Sedangkan

keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat

dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas.33

Kebutuhan yang tidak terbatas salah satu faktor bahwa masyarakat merasa

tidak sejahtera, sehingga bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi

maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera.34 Alasannya

32 Gunadarma University “ Pengertian Individu dan Keluarga” artikel ini diakses pada

tanggal 26 Januari 2013 dari

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/posted-under- uncategorized-e-pengertian-individu-individu-berasal-dari-kata-latin-individuum-yang-artinya-tidak-terbagi-individu-menekankan-penyelidikan-kepada-kenyataan-kenyataan-hidup-ya/

33Murianto “Kebutuhan dan Keinginan” Artikel ini di akses pada tanggal 10 Januari 2014

dari http://smagapro.blogspot.com/2011/07/kebutuhan-dan-keinginan.html

34Murianto “Kebutuhan dan Keinginan” Artikel ini di akses pada tanggal 10 Januari 2014

(46)

karena ketidakpuasan dengan benda yang diperoleh. Apabila keinginan dan

kebutuhan masa lalu sudah dipenuhi, maka keinginan- keinginan yang baru akan

terwujud. Keinginan untuk memperoleh barang dan jasa dapat dibedakan kepada

dua bentuk yaitu keinginan yang disertai oleh kemampuan untuk membeli dan

keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan untuk membeli.35

2. Jenis- jenis Barang

Barang yang dibutuhkan manusia dapat dogolongkan dengan banyak

jenis-jenis barang dalam perekonomian, yaitu :

a. Barang ekonomi

Barang ekonomi adalah barang yang memerlukan usaha untuk

memperolehnya contohnya beras, makanan lain dan barang-barang produksi

industri. Barang ekonomi dapat dibedakan menjadi barang konsumsi (contoh:

makanan, pakaian dan sepeda motor), barang modal (contoh: mesin, peralatan

bengkel dan bangunan perkantoran), barang akhir (contoh: roti, kursi dan mobil)

dan barang setengah jadi (contoh: tepung gandum, karet dan kelapa minyak

sawit). Dalam teori ekonomi terdapat dua cara penggolongan lain, yaitu:

1) Berdasarkan kepentingan barang dalam kehidupan manusia. Barang-barang

tersebut dibedakan kepada barang inferior (contoh: ikan asin dan ubi kayu),

barang esensial (contoh: beras, gula dan kopi), barang normal (contoh: baju

dan buku) dan barang mewah (contoh: mobil dan emas).

2) Berdasarkan cara penggunaan barang dalam masyarakat. Barang-barang

tersebut dapat dibedakan menjadi barang pribadi (contoh: makanan, pakaian

35

(47)

dan mobil) dan barang publik (contoh: jalan raya, lampu lintas dan mercu

suar).

b. Barang Cuma-Cuma

Sedangkan barang cuma-cuma adalah barang yang dapat dinikmati tanpa

melakukan kegiatan memproduksi seperti udara, oksigen, sinar matahari dan air

hujan.36

3. Faktor-faktor Produksi

Faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau

diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan

jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan menjadi

empat jenis, yaitu:

a. Tanah dan sumber alam, faktor produksi ini terbuat dari alam yang dapat

dijadikan modal seperti tanah, berbagai jenis tambang, hasil hutan, air yang

dibendung untuk irigasi atau pembangkit tenaga listrik.

b. Tenaga kerja, faktor produksi ini merupakan tenaga kerja yang meliputi

keahlian dan keterampilan yang mereka miliki, yaitu:

1) Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau

rendah pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu

bidang pekerjaan.

2) Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian

dari pelatihan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang

kayu dan ahli mereparasi TV dan radio.

36

(48)

3) Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan

cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu seperti dokter, akuntan,

ahli ekonomi dan insinyur.

c. Modal, faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh manusia

dan digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang

mereka butuhkan.

d. Keahlian keusahawanan, faktor produksi ini berbentuk keahlian dan

kemampuan pengusaha untuk mendirikan dan mengembang-kan berbagai

kegiatan usaha. Keahlian keusahawanan meliputi kemahirannya

meng-organisasi berbagai sumber atau faktor produksi tersebut secara efektif dan

efesien sehingga usahanya berhasil dan berkembang serta dapat

menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat.37

37

(49)

4. Konsep Keluarga Sejahtera

Konsep keluarga sejahtera menurut UU No. 10 tahun 1992 adalah keluarga

yang dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual

dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME),

memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar

keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan BKKBN

merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat

memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan sandang, pangan, perumahan,

sosial dan agama; keluarga yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan

keluarga dan jumlah anggota keluarga; keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan

kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar,

beribadah khusyuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.38

5. Pengukuran Kesejahteraan

Pengukuran kesejahteraan sering menggunakan pembagian kesejahteraan ke

dalam dua bagian yaitu kesejahteraan subjektif dan objektif. Kesejahteraan secara

objektif dan seubjektif dapat dialamatkan bagi tingkat individu, keluarga dan

masyarakat. Pada tingkat individu, perasaan bahagia atau sedih, kedamaian atau

kecemasan jiwa,dan kepuasan atau ketidakpuasan merupakan indikator subjektif

dari kualitas hidup. Pada tingkat keluarga, kecukupan kondisi perumahan

(dibandingkan standar), seperti ada tidaknya air bersih, merupakan contoh

indikator objektif.39

38Euis Sunarti, “Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi dan

Keberlanjutannya,” (Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor,2006), h. 25

39

(50)

Pada prinsipnya aspek yang dapat diamati dalam menganalisis kesejahteraan

hampir sama, yaitu mencakup dimensi: pendapatan, pengeluaran untuk konsumsi,

status pekerjaan, kondisi kesehatan, serta kemampuan untuk mengakses dan

memanfaatkan kebutuhan dasar (seperti air, sanitasi40, perawatan kesehatan dan

pendidikan). Faktor utama yang menentukan dari tingkat kesejahteraan ekonomi

adalah daya beli, apabila daya beli menurun maka berdampak pada menurunnya

kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehingga tingkat

kesejahteraan menurun. Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat apabila

terjadi peningkatan riil dari pengeluaran per kapita yaitu peningkatan nominal

pengeluaran lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama.41

6. Indik

Gambar

Tabel 2 Mekanisme Seleksi dan Evaluasi ...................................................................
Gambar 3 Pekerjaan Orang Tua ..................................................................................
Gambar 1
Tabel 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berbagai banyak keuntungan atau kelebihan dari pengaplikasian pupuk berbahan dasar Azolla sebagai bahan organik tanah , maka pupuk tersebut dapat menjadi

Ketika seseorang terpapar sinar matahari, maka tubuh akan melepaskan nitrit oksida (NO) merupakan salah satu senyawa yang berperan dalam transformasi sinyal dalam

Polah hubungan yang terjadi antara penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah di Kelurahan Tembalang sebanyak 103 pola dengan pola yang mendominasi adalah

Penelitian ini mencoba untuk menganalisis dampak dari zakat produktif yang diberikan melalui Program Rumah Makmur BAZNAS terhadap perkembangan pelaku usaha

memberikan Sistem menampilkan.. informasi mengenai nama pelanggan atau nama perusahaan. Kasir mencari data pelanggan berdasarkan informasi yang diberikan oleh pelanggan

Iradiasi pada pupa Culex quinquefasciatus dengan dosis 60-80 Gy berpengaruh terhadap fertilitas akan tetapi tidak dengan fekunditas dan daya saing kawin.. Hal ini

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pertimbangan hakim pengadilan negeri Bondowoso dalam memutus sanksi bagi kedua pelaku penadahan hasil hutan berupa kayu sesuai dengan

Walaupun komputer ini telah menggunakan transistor yang mana menggantikan fungsi tabung hampa tetapi tetap saja mengeluarkan panas walaupun tidak sebanyak yang di keluarkan