Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
Choirun Nissa NIM :109046300001
JURUSAN MANAJAMEN ZAKAT DAN WAKAF FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PROGRAM STUDI MUAMALAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
Choirun Nissa NIM :109046300001
Pembimbing
Dr. Alimin Mesra M.Ag 196908252000031001
JURUSAN MANAJAMEN ZAKAT DAN WAKAF FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PROGRAM STUDI MUAMALAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Keluarga Fakir Miskin Pada Waktu Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 April 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program
Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 3 April 2014
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,.MA,.MM. NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (……….)
NIP. 197107011998032002
Sekretaris : Mu‟min Rouf, S.Ag,.M.A. (……….)
NIP. 197004161997031004
Pembimbing : Dr. Alimin Mesra, M.Ag. (……….)
NIP. 196908252000031001
Penguji I : Dr. Hj. Mesraini, M.Ag (……….)
NIP. 197602132003122001
Penguji II : Abdurrauf, Lc,.MA. (……….)
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 April 2014
Konsentrasi Manajamen ZISWAF, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1435 H/ 2014 M.
Isi : vii + 79 halaman + 29 lampiran, 47 literatur (1972-2014).
Penelitian ini untuk menganalisis kontribusi BAZNAS melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS), tujuannya untuk mengetahui penyaluran yang dilakukan BAZNAS melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana dan untuk mengetahui adanya peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin setelah menerima zakat melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui kepustakaan dan penelitian lapangan. Adapun untuk teknik pengolahan datanya menggunakan analisis deskritptif. Proses analisis bersifat induktif, yaitu dengan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikannya serta menganalisis peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin program SKSS BAZNAS.
Hasil penelitian ini memperlihatkan kontribusi yang dilakukan BAZNAS terhadap penerima program beasiswa SKSS BAZNAS patut di apresiasi sebagai program peningkatan kesejahteraan dalam bidang pendidikan. Dalam realisasinya program SKSS BAZNAS belum sesuai dengan ketentuan BAZNAS dalam standar kemiskinan yang ditentukan oleh BPS dan Bank Dunia. Program SKSS BAZNAS dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan ekonomi secara langsung yaitu dengan bertambahnya nilai kepemilikan melalui pemberian uang saku dan SPP yang sudah di tanggung BAZNAS. Sehingga dapat menghemat pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan lain.
Kata Kunci : Kontribusi BAZNAS, Pada Saat Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana, Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin
Pembimbing : Dr. Alimin Mesra, M.Ag
i
SWT, dengan ridha dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam
rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam
Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga umatnya.
Yang Insya Allah kita termasuk di dalamnya.
Disadari pula selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat
menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan,
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM, Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Muamalah dan
Bapak Mu‟min Rauf, M.A, Sekretaris Program Studi Muamalah yang
telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi
ini.
3. Dr. Alimin Mesra, M.Ag sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan perhatiannya dalam memberikan arahan
ii
5. Bapak Farid Setiawan, sebagai pelaksana program Satu Keluarga Satu
Sarjana yang telah membantu dan memberikan informasi dalam proses
penyusunan skripsi ini. Dan Bapak Hudzaifah Ainun divisi pengembangan
dan penelitian yang telah membantu proses penelitian skripsi penulis.
6. Amelya Hidayat, S.Pd bagian kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah
yang telah membantu memberikan koneksi untuk teman-teman penerima
beasiswa SKSS BAZNAS, Bapak Harles bagian kemahasiswaan
Palangkaraya yang telah memberikan informasi tentang program beasiswa
SKSS BAZNAS dan Kepada Bapak Ahmad Fauzan dari IAIN Walisongo
yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dan memberikan
informasi dalam penyusunan skripsi.
7. Segenap mahasiswa penerima program beasiswa Satu Keluarga Satu
Sarjana yang telah membantu kemudahan penulis dalam melakukan
penelitian dan penyusunan skripsi.
8. Segenap Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen, Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mengajarkan ilmu yang tidak ternilai, dan tidak pernah lelah membimbing
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta
iii
harinya selalu memberikan semangat, motivasi dan do‟anya. Serta adikku
Muhammad Azhar dan Muhammad Farhan Rhamadani.
10.Keluarga Besar Manajemen Zakat dan Wakaf (ZISWAF), Sahabat
seperjuangan, Laskar Pelangi yaitu, Soraya Nazhiyah, Lani, Annisa
Rahmayanti, Ani Rikazah dan Suci Warnasari. Teman-teman kosan yang
selalu mengingatkan dan membantu memecahkan solusi Rini Handayani,
Wiwi Rosliana, Kiki, Ulfah, Iis, Seli Mauludani, Mutmainah dan Karina.
11.Keluarga Besar Asuransi angakatan 2009 yang tidak pernah lupa untuk
mengingatkan dan mengarahkan baik dalam perkuliahan ataupun dalam
menyelesaikan skripsi.
12.Teman- teman KKN EL- Fath yang tak pernah letih, untuk memberikan
motivasi, dorongan dan do‟anya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Sahabat terbaikku agiz dan khususnya teman-teman
seperjuangan dari MAN 2 Serang angkatan 2009 terutama yang berada di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu mengingatkan, selalu sabar
mendengarkan keluhan dan memberikan solusi dalam pembuatan skripsi.
13.Seluruh rekan-rekan penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, dan
telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat
menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
iv
hanyalah hamba yang dhaif. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan kontribusi bagi orang banyak. Amin.
Jakarta, April 2014
v
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Tinjauan (Review) Kajian Pustaka ... 8
E. Metode Penelitian... 11
F. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Zakat ... 17vi
BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS
A. Profil BAZNAS ... 39
B. Program Pemberdayaan BAZNAS ... 47
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Program Beasiswa Satu Keluarga Satu Sarjana ... 51B. Penyaluran BAZNAS Terhadap Penerima Program SKSS ... 57
C. Realisasi Pada Penerima Program SKSS BAZNAS ... 65
D. Analisis Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga ... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 77B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA
vii
viii
Gambar 1 Struktur Pengurus BAZNAS ... 41
Gambar 2 Mekanisme Pencairan Dana ... 62
Gambar 3 Pekerjaan Orang Tua ... 68
Gambar 4 Pendapatan Per bulan ... 70
Gambar 5 Tabungan Keluarga ... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan terjadi karena adanya kelangkaan
kebutuhan dasar ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kebutuhan dasar yang dimaksud meliputi makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan dan kesehatan. Kurang kemampuan itulah yang bisa menyebabkan
banyaknya terjadi kekurangan gizi, pendidikan yang rendah, cepat terkena
macam-macam penyakit, pengangguran dan tidak bisa memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarganya. Karena hal-hal itu juga kemiskinan bisa mengakibatkan
tindakan sosial secara negatif. Seperti pencurian, kecendrungan berperilaku anti
sosial, rentan diajak melakukan kriminal dan mereka bisa melakukan apa saja agar
mendapatkan imbalan uang.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada Maret 2012 mencapai angka kemiskinan 29,13 juta orang atau
11,96% dan mengalami penurunan angka kemiskinan pada September 2012
mencapai 28,59 juta orang atau sebesar 11,66 %.1 Sedangkan garis kemiskinan
menurut kebutuhan makanan dan minuman digunakan ukuran sebesar 2.100 kalori
per hari. Garis kemiskinan merupakan batasan pendapatan tertentu untuk
1Badan Pusat Statistik (BPS) “Kemiskinan” di akses pada tanggal
11 November 2013 dari
golongkan kategori miskin atau tidak miskin. Penetapan garis kemiskinan juga
untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, semakin tinggi garis kemiskinan
maka semakin sedikit jumlah golongan miskin dan semakin sejahtera sebuah
negara.
Semua orang menginginkan kehidupan berkecukupan dan melakukan
pengumpulan kekayaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain kebutuhan
konsumsi, biasanya pihak kepala keluarga harus mengatur untuk kebutuhan yang
lain. Seperti pendidikan anak, kesehatan keluarga, tabungan dan kebutuhan untuk
masa yang akan datang.
Kebutuhan semakin lama semakin banyak yang diinginkan, sehingga nilai
dari yang diinginkan juga semakin tinggi dan ditambah lagi dengan kehidupan
yang semakin canggih. Sehingga kebutuhan yang diinginkan juga bertambah sulit
untuk didapatkan. Dalam upaya mengentaskan kemiskinan, maka keluarga harus
mengetahui caranya untuk bertahan hidup.
Salah satu yang menjadi permasalahan dalam keluarga adalah pendidikan.
Karena ketidakmampuan untuk membiayai pendidikan, mustahik lebih memilih
tidak meneruskan pendidikannya dan mencari pekerjaan. Padahal pendidikan saat
ini sangat dibutuhkan untuk menunjang pekerjaan. Pendidikan dibutuhkan untuk
mengembangkan potensi manusia, sehingga menjadi manusia cerdas, berilmu dan
terampil di kehidupan mendatang. Adanya beasiswa pendidikan untuk
memberi-kan kemudahan kepada keluarga fakir miskin agar salah satu keluarganya bisa
meningkatkan kesejahteraan sehingga di masa depan mereka tidak takut
Zakat adalah salah satu nama yang diberikan untuk harta yang dikeluarkan
oleh seorang manusia sebagai hak Allah Swt yang diserahkan kepada mustahik2. Allah telah mewajibkan zakat kepada kaum muslimin melalui Al-Qur‟an dan
hadits. Sebagian zakat yang disalurkan dari pendapatan muzakki3 kepada mustahik dapat meningkatkan kesejahteraan salah satunya untuk memenuhi kebutuhan
dasar. Sehingga kebutuhan dasar itu akan mempengaruhi sektor-sektor produksi
dan konsumsi masyarakat terhadap permintaan barang dan jasa. Hal inilah yang
akan meningkatkan efesiensi alokasi dalam perekonomian.
Jika ibadah zakat dijalankan maka pengemis yang berkeliaran di jalan-jalan,
anak yang harus putus sekolah karena tidak adanya biaya, anak yatim terlantar,
perumahan kumuh dan seterusnya akan dapat terpenuhi dari dana zakat. Dalam
pendekatan birokratik dan juga politik misalnya, telah muncul Undang-Undang
No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia. Atas dasar
Undang-Undang itu, telah banyak instruksi dan bahkan juga contoh-contoh yang diberikan
oleh pemerintah untuk menjadikan zakat ini sebagai gerakan sosial.4
Salah satu peneliti zakat mengatakan bahwa sebenarnya potensi dana zakat
yang ada di Indonesia ini sangat besar yaitu mencapai 200 triliun. Sementara itu,
dana yang telah dihimpun mencapai 1,8 triliun. Fakta ini menunjukkan betapa
perlunya untuk sadar akan kewajiban membayar zakat baik muzakki, sebagai
orang yang memberikan zakat dan lembaga zakat sebagai pihak pengelola dana
2
Orang yang menerima zakat
3
Orang yang membayar zakat
4
tersebut. Tujuannya adalah untuk dapat mendistribusikan zakat secara benar dan
tepat sasaran.5
Riset terbaru yang dilakukan oleh BAZNAS dan Fakultas Ekonomi Dan
Manajamen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB) pada 2011. Dari riset ini
terungkap, potensi zakat nasional mencapai angka 3,40% dari PDB, atau tidak
kurang dari Rp217 triliun.6
Pelayanan lembaga zakat harus memudahkan akses para mustahik untuk
memperoleh hak-haknya dari dana zakat. Sekaligus juga dibutuhkan dukungan
dari para muzakki, baik perorangan maupun lembaga/badan usaha agar
menyalur-kan zakat, infak dan sedekah yang lebih besar guna mendukung program-program
lembaga zakat.7
Dengan adanya program-program lembaga zakat yang mendukung untuk
mengembangan potensi mustahik, salah satunya dari aspek pendidikan untuk
menunjang masa depan. Maka mustahik tidak perlu mengkhawatirkan berapa
banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan sedangkan pendapatan belum tentu
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudahan adanya program-program yang
mendukung mustahik ini, dapat mengurangi beban mustahik.
Salah satu lembaga pengelolaan zakat yang telah menyalurkan dananya
kepada mustahik adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS
merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah
5 Irfan Syauki Beik,”Peran Lembaga Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan”, Kompas
, (Jakarta), 24 September 2012
6BAZNAS, “Potensi Zakat Nasional”, Zakat Menyucikan
Harta dan Jiwa (Mei – Juni 2013, Rajab 1434), h.6
berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 tahun 2001 yang memiliki tugas da
fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infak dan sedekah (ZIS) pada tingkat
nasional. BAZNAS bertanggung jawab langsung dan memberikan laporan
tahunan tentang penghimpunan dan penyaluran ZIS kepada Presiden Republik
Indonesia. Berdasarkan hukum tersebut BAZNAS memiliki dua fungsi strategis
yaitu sebagai badan amil zakat yang melakukan kegiatan pengumpulan,
pengadministrasian dan pendistribusian/ pendayagunaan zakat, infak shadaqah.
Dari hasil pengumpulan yang dilakukan oleh BAZNAS, maka BAZNAS
melaku-kan pembuatan program- program pemberdayaan dalam meningkatmelaku-kan
ke-sejahteraan mustahik. Salah satu upaya yang dilakukan BAZNAS adalah
pem-berdayaan dalam bidang pendidikan yaitu dengan program satu keluarga satu
sarjana.
Program Satu Keluarga Satu Sarjana adalah beastudi mahasiswa berprestasi
di kampus negeri di seluruh Indonesia. Sesuai namanya program ini
mengutamakan mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu tanpa sarjana.
Beastudi ini membiayai mahasiswa semester pertama sampai lulus sarjana.
Program ini juga ada ikatan dengan dinas kepada setiap penerima untuk menjadi
sarjana pelopor pemberdayaan masyarakat di desanya.8 Program ini merupakan
kontribusi yang dilakukan oleh BAZNAS untuk meningkatkan kesejahteraan
mustahik dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dengan adanya bantuan
pendidikan dari BAZNAS, dapat meringankan beban keluarga fakir miskin.
Sehingga pendapatan keluarga bisa di hemat untuk kebutuhan yang lain.
8Lembaga Badan Amil Zakat Nasional “Satu Keluarga Satu Sarjana” di akses pada tanggal
Dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Kontribusi BAZNAS Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga
Fakir Miskin Pada Waktu Penerimaan Program Satu Keluarga Satu Sarjana.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas dan fokus pada
penulisan skripsi, maka penulis dapat memfokuskan dan membatasi pembahasan
hanya dalam ruang lingkup pada kontribusi BAZNAS program satu keluarga satu
sarjana, penyaluran yang dilakukan BAZNAS baik melalui Universitas kepada
penerima program SKSS, sasaran pada penerima program satu keluarga satu
sarjana, adanya peningkatan ekonomi keluarga sebelum menerima program dan
pada waktu menerima program satu keluarga satu sarjana.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mempermudah pembahasan yang
akan diteliti. Penulis merumuskannya sebagai berikut :
a. Bagaimana penyaluran zakat yang dilakukan BAZNAS melalui program
Satu Keluarga Satu Sarjana?
b. Apakah dana yang diberikan BAZNAS sudah tepat sasaran pada penerima
program SKSS?
c. Bagaimana peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin sebelum dan pada
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui penyaluran yang dilakukan BAZNAS melalui program
Satu Keluarga Satu Sarjana.
b. Untuk mengetahui dana yang diberikan BAZNAS sudah tepat sasaran pada
penerima program Satu Keluarga Satu Sarjana.
c. Untuk mengetahui adanya peningkatan ekonomi keluarga fakir miskin
sebelum dan pada waktu penerimaan program Satu Keluarga Satu Sarjana.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, dapat membuat pencerahan bagi pihak-pihak
terkait :
a. Bagi Praktisi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi BAZNAS atau
pihak terkait yang di dalamnya untuk meningkatkan mutu yang lebih baik, demi
kesejahteraan masyarakat sehingga tidak ada lagi kemiskinan dan bisa
meningkatkan perekonomian negara.
b. Bagi Akademisi
Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan pengetahuan tentang
zakat dan ekonomi syariah di tempat penulis menuntut ilmu. Sehingga penulis
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan tambahan nilai kesejahteraan agar selalu
menyadari kewajiban untuk berzakat dari harta yang kita dapatkan untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan aktivitas perekonomian
serta pendidikan.
D. Tinjauan (Review) Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan topik yang
akan diteliti dengan peneliti sejenis yang pernah dilakukan oleh penelitian
se-belumnya sehingga tidak ada pengulangan yang tidak perlu. Uraian berikut akan
memaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas
bagaimana penelitian ini penting dilakukan.
1. Asep Jaenudin9dengan judul skripsi “Zakat Untuk Pemberdayaan Pendidikan
(Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Post Keadilan Peduli Ummat Pusat)”
tahun 2011. Penelitian membahas mengenai pemberdayaan dana zakat dalam
sektor pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem
penghimpunan, pengelolaan dan pemberdayaan dalam mendayagunakan dana
zakat untuk pendidikan serta mengetahui bagaimana pengaruh dana zakat
pendidikan terhadap mustahik. Metode yang digunakan adalah penelitian
kualitatif dengan mendapatkan data atau informasi melalui studi kepustakaan
dan penelitian lapangan.
9Asep Jaenudin,”Zakat Untuk Pemberdayaan Pendidikan (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat
2. Alfianah Nuraini putri10 dengan judul skripsi “Pendistribusian Dana Bantuan
BAZIS Dan Hubungannya Dengan Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
SLTA Di Wilayah Jakarta Utara” tahun 2011. Penelitian ini membahas
tentang bantuan penyaluran dana yang dilakukan BAZIS Jakarta Utara untuk
memberikan motivasi belajar siswa sehingga adanya perubahan peningkatan
yang signifikan antara nilai siswa sebelum dan sesudah menerima beasiswa
dari BAZIS. Metode yang dilakukan pendekatan kuantitatif dengan memakai
statistik melalui wawancara pihak BAZIS kemudian observasi dan
penyebaran kuesioner. Sehingga prestasi belajar siswa SLTA ditentukan oleh
pendistribusian dana BAZIS sebanyak 32,3% dan 67,7% lagi ditentukan oleh
faktor lain.
3. Muhammad Bukhori11 dengan judul skripsi “Efektifitas Penyaluran Dana
Beasiswa Etos Di Dompet Dhuafa Republika” tahun 2011. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah pengawasan DPS terhadap produk
penyaluran dana beasiswa etos di Dompet Dhuafa Republika sudah berjalan
efektif dan langkah-langkah pengawasan DPS terhadap penyaluran dana etos.
Dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dan dalam
pengumpulan data digunakan wawancara serta observasi langsung ke
Dompet Dhuafa Republika. Dari hasil penelitian ini menyatakan, efektifitas
pengawasan DPS terhadap produk peyaluran dana beasiswa etos di Dompet
10Alfianih Nuraini Putri,”Pendistribusian Dana Bantuan BAZIS dan Hubungannya Dengan Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SLTA di Wilayah Jakarta Utara,”(Skripsi SI Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)
11 Muhammad Bukhori,”
Efektifitas Penyaluran Dana Beasiswa Etos Di Dompet Dhuafa Republika,”(Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Dhuafa Republika menggunakan pengawasan internal dan eksternal, yang
mana hasil pengawasan tersebut berupa laporan dari lembaga yang
bersangkutan yang dibuat oleh tim edit auditor independen dan setelah itu
langsung di laporkan ke DPS.
4. Ramadhen Dewi Respaningrum12 dengan judul skripsi “Manajamen
Pendayagunaan Zakat, Infak dan Shadaqah Melalui Program Beasiswa
Mandiri (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Umat
Daarut Tauhid Semarang Tahun 2012)” tahun 2012. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan istrumen observasi,
dokumentasi dan wawancara. Dari hasil penelitian ini merupakan bentuk
aplikasi pendayagunaan dana zakat, infak dan shadaqah (ZIS) di bidang
pendidikan yang merupakan bagian tugas lembaga yang peka terhadap
generasi muda saat ini. Selain itu, program ini juga pemandirian bagi
mahasiswa untuk dapat melatih diri menghadapi masa depan dan masyarakat
yang memerlukan kepekaan atu kepedulian dari para generasi muda saat ini
melalui bekal keilmuan intelektualitas serta wawasan yang dimiliki dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri.
5. Irfan Syauqi Beik13, dengan judul Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi
Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika. Penelitian ini mengenai
upaya pengurangan tingkat kemiskinan sehingga bisa diketahui jumlah
12Ramadhen Dewi Respaningrum, “Manajamen Pendayagunaan Zakat, Infak dan Shadaqah
Melalui Program Beasiswa Mandiri (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid Semarang Tahun 2012),” (Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2012)
13Irfan Syauqi Beik, “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus
Dompet Dhuafa Republika,”Zakat dan Empowering Jurnal Pemikiran dan Gagasan volume 2
persentase keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan keparahan
kemiskinan. Penelitian ini menggunakan metode ekonometrika dengan dua
pendekatan, yaitu pendekatan penerimaan dan pengeluaran. Waktu/ Tempat
penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2008, lokasi di wilayah
DKI Jakarta.
Sedangkan penelitian skripsi ini membahas mengenai “Kontribusi BAZNAS
Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Fakir Miskin Melalui Program Satu
Keluarga Satu Sarjana”. Penelitian ini untuk mengetahui adanya peningkatan
ekonomi setelah mahasiswa penerima program SKSS diberi dana. Dengan adanya
pemberian dana untuk pendidikan S1 maka berkurangnya pengeluaran keluarga
sehingga dana yan dikeluarkan akan tersimpan atau habis terpakai untuk
kebutuhan yang lain. Selain itu penulis juga ingin mengetahui mekanisme yang
dilakukan BAZNAS dalam penyalurannya. Sehingga penyalurannya sudah tepat
sasaran. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Dengan pengumpulan data berupa kepustakaan dan penelitian lapangan.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
analisis deskriptif, yaitu pengumpulan data yang berupa kata-kata, gambaran dan
bukan angka-angka.14 Adapun data yang bersifat angka hanya dijadikan sebagai
14
data pelengkap penelitian. Data yang sudah dikumpulkan, diolah dan dijelaskan
sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Dengan demikian penelitian ini dapat memberikan gambaran sistematis dan
akurat mengenai fenomena yang diteliti. Penelitian analisis merupakan penelitian
yang ditujukan untuk meneliti secara terperinci suatu aktifitas atau kejadian, dan
hasil dari penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk
keperluan masa yang akan datang.15 Pada penelitian ini, mengalami kelemahan
yang berupa tidak adanya data yang tertulis angkatan tahun 2008. Dan banyaknya
responden yang tidak bisa dihubungi.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang akan
membantu pengetahuan dengan bantuan berupa buku- buku, majalah, catatan,
dokumen- dokumen atau website yang memang perlu diketahui si peneliti.
b. Penelitian Lapangan
Penelitian ini dilakukan langsung ke lapangan dengan mendatangi kantor
pusat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang terletak di Jl. Kebon Sirih
Raya No.57, Jakarta Pusat – 10340 Indonesia. Serta langsung bertemu dengan
sebagian penerima beasiswa dan 3 universitas bidang kemahawiswaan untuk
melakukan wawancara dan observasi langsung. Dari hasil penelitian, penulis
mendapatkan data dengan cara berikut:
15
1) Dokumenter
Untuk melakukan penelitian ini dibutuhkan dokumen-dokumen BAZNAS
yang berhubungan dengan program satu keluarga satu sarjana, dan data penerima
beasiswa untuk dipelajari agar memudahkan penelitian.
2) Wawancara
Wawancara adalah Tanya jawab secara tatap muka yang dilakukan oleh
pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan. Dalam hal ini peneliti melakukan tanya jawab langsung kepada
pihak pertama pelaksana program SKSS BAZNAS di kantor pusat BAZNAS.
Pihak kedua, Universitas bidang kemahasiswaan yaitu Universitas UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta langsung datang ke kantor Administrasi UIN, IAIN
Walisongo bertemu untuk wawancara di Wisma UIN dan IAIN Palangkaraya
wawancara melalui telephone. Sedangkan Pihak ketiga penerima beasiswa ada
face to face, email, sms dan telephone.
3) Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan tertulis kepada responden yang telah menerima beasiswa
program satu keluarga satu sarjana dan pihak yang menyalurkan dana. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data secara efesien dan juga cocok untuk
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengambilan data, yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang di dapat dari responden dengan cara
wawancara dan observasi langsung. Data yang dipeoleh adalah data penerima
beasiswa program satu keluarga satu sarjana, data penyaluran zakat dan data yang
berhubungan dengan BAZNAS dan Universitas terkait.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang di ambil dengan cara membaca literatur
kepustakaan, internet, media cetak, jurnal dan lain- lain. Yang ada hubungannya
dengan penelitian yang akan dilakukan.
4. Objek Pengambilan Sampel
Objek dalam penelitian ini adalah penerima program satu keluarga satu
sarjana (SKSS). Untuk program SKSS ada dua angkatan yang sudah dijalankan,
yaitu angkatan 2008- 2011 dan 2011- 2014. Untuk angkatan 2008 penulis hanya
mendapatkan 5 responden, sedangkan untuk angkatan 2011-2014 penulis dapat
wawancara 45 responden, jadi total 50 responden dari lima Perguruan Tinggi
Agama Islam Negeri yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta totalnya 10 responden
7 responden dari angkatan 2011 dan 3 responden yang sudah lulus, STAIN
Manado 10 responden dari angkatan 2011, IAIN Walisongo 10 responden dari
angkatan 2011, STAIN Palangkaraya 8 responden dari angkatan 2011 dan 2 orang
2011. Penelitian yang dilakukan menggunakan random sampling yaitu metode
yang boleh digunakan apabila populasi yang diteliti adalah homogen.16
5. Pedoman Penulisan
Pedoman skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, UIN Press, 2012”.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ini dilakukan penulis dibagi menjadi lima bab
pembahasan, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, metode penelitian,
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai pengertian
kontribusi, kajian zakat, pemanfaatan dan pendayagunaan zakat, pola penyaluran
zakat dan peningkatan ekonomi keluarga.
BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai profil BAZNAS
dan program pemberdayaan BAZNAS.
16
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai , program
beasiswa Satu Keluarga Satu Sarjana, hasil penyaluran BAZNAS terhadap
penerima program SKSS, realisasi penerima program SKSS BAZNAS dan
analisis terhadap peningkatan ekonomi keluarga.
BAB V PENUTUP
Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Zakat 1. Konsep Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu
al-barakatu „keberkahan‟, al-namaa „pertumbuhan dan perkembangan‟,
ath-thaha-ratu „kesucian‟, dan ash-shalahu „keberesan‟.1 Sedangkan secara istilah, zakat itu
adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang diwajibkan oleh Allah
SWT kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya,
dengan persyaratan tertentu pula.2
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan pengertian menurut
istilah, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah,
tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik).3 Zakat adalah harta
yang wajib dikeluarkan (mensucikan harta) menurut perintah Allah sesuai dengan
waktu dan kadar tertentu yang dianjurkan melalui Al-Qur‟an dan hadits. Zakat
terdiri dari dua macam :
a. Zakat mal, yaitu zakat yang diwajibkan atas harta berdasarkan syarat-syarat
tertentu
1
Dididn Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani,2002,
Cet. Pertama), h. 7
2
Majma Lughah al-„Arabiyyah, al-Mu‟jam al-Wasith, (Mesir : Daar el-Ma‟arif, 1972), Juz I h 396
3
b. Zakat Fitrah, yaitu zakat yang wajib dibayarkan pada bulan Ramadhan.
Terkadang zakt fitrah disebut dengan zakat badan atau sedekah fitrah.4
2. Dasar Hukum
Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Karena nilainya yang
sangat penting di dalam agama Islam. Allah telah mewajibkan zakat kepada kaum
muslimin melalui Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
a. Surat At-Taubah (009) ayat 103 tentang zakat
) ةب تلا :(103 / 009
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”.
b. Hadits Zakat
Anas r.a. berkata, “Seseorang dari bani Tamim mendatangi Rasulullah saw.,
lalu berkata, „Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta yang banyak,
keluarga, dan tamu-tamu. Katakanlah kepadaku, apa yang harus aku lakukan dan
bagaimana aku menginfakkan hartaku. Rasulullah saw. bersabda:
َّح فرعت كءابرقأ لصت ك رِ طت ةر ط ا َّإف كلام نم ةاك َّلا جرخت
.لئ اَسلا راجلا نيكسملا
)دمحا ه ر(
Artinya ; Engkau mengeluarkan zakat hartamu karena zakat itu menyucikanmu, engkau mempererat tali kekerabatanmu, dan engkau mengetahui hak orang miskin, tetangga dan orang yang meminta-minta.
4
3. Syarat- syarat Wajib Zakat
Yusuf Qardhawi mengemukakan beberapa persyaratan agar zakat dapat
dikenakan pada harta kekayaan yang dimiliki oleh seorang muslim, yaitu :
a. Kepemilikan bersifat penuh. Maksudnya adalah bahwa harta yang
dizakatkan berada dalam kepemilikan yang sepenuhnya dari yang memiliki
harta tersebut, baik dalam memanfaatkan dalam menikmati hasil dari harta
tersebut.
b. Harta yang dizakatkan bersifat produktif atau berkembang. Harta yang
dizakatkan harus memiliki syarat berkembang atau produktif baik terjadi
secara sendiri atau karena harta tersebut di manfaatkan. Bila ada harta tidak
bisa dimanfaatkan, maka harta tersebut tidak dapat dikenakan wajib zakat.
c. Harta harus mencapai nisab. Nisab berarti syarat minimum dari jumlah aset
yang dapat dikenakan zakat, sesuai dengan ketentuan yang ada pada syariah
Islam. Hal ini juga merupakan penegasan bahwa zakat hanya diwajibkan
bagi orang muslim yang memang mampu untuk membayar zakat.
d. Harta zakat harus lebih dari kebutuhan pokok. Maksudnya harta zakat harus
lebih dari kebutuhan rutin yang diperlukan agar dapat melanjutkan hidupnya
secara wajar.
e. Harta zakat harus bebas dari sisa utang. Maksudnya harta yang dizakatkan
harus bebas dari sisa utang. Dalam Islam, hak seseorang yang meminjamkan
utang harus di dahulukan terlebih dulu dibandingkan dengan golongan yang
f. Harta aset harus berada dalam kepemilikan selama setahun penuh (haul).5
4. Hikmah dan Manfaat Zakat
Kewajiban menunaikan zakat merupakan sesuatu yang demikian tegas dan
mutlak. Karena di dalam ajaran Islam, hal ini terkandung hikmah dan manfaat
yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan muzakki, mustahik,
harta benda yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara
keseluruhan. Hikmah dan manfaat tersebut adalah :
a. Sebagai perwujudan iman kepada Allah, mensyukuri nikmat-Nya,
menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup,
sekaligus mengembangkan dan menyucikan harta yang dimiliki.
b. Zakat merupakan hak bagi mustahik. Maka berfungsi untuk menolong,
membantu dan membina mereka, terutama golongan fakir miskin ke arah
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera.
c. Salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang
harus dimiliki umat Islam.
d. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat tidak akan
diterima dari harta yang di dapatkan dengan cara yang batil. Zakat
mendorong umat Islam untuk menjadi muzakki yang sejahtera hidupnya.
e. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu
instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik
5
dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan
pendapatan.6
B. Pemanfaatan dan Pendayagunaan Zakat
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pemanfaatan dan pendayagunaan
zakat:
1. Pemanfaatan Dana
Dalam memanfaatkan dana biasanya lembaga sosial yang telah lama
kesulitan pendanaan, dengan cepat akan segera memanfaatkan dana yang
ditawarkan. Yang tak boleh di abaikan adalah status asal usul dana. Biasanya
lembaga sosial yang telah lama kesulitan pendanaan, dengan cepat akan segera
memanfaatkan dana yang ditawarkan.
Bahkan ada lembaga yang tidak pernah ragu untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan pihak donor, demi mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk
operasional dan kegiatan lembaganya. Perhatikan syarat-syarat yang diajukan.
Bila persyaratannya tidak menyulitkan lembaga, tidak merugikan pihak penerima,
bantuan dana dapat segera diambil. Bila persyaratan itu merugikan, hindari dana
yang ditawarkan. Hindari pula dana pinjaman dengan sistem bunga. Jangan
hiraukan dana yang diberikan dengan persyaratan tertentu, seperti kewajiban
untuk mengirim berbagai informasi sesuai yang diperlukan pihak pemberi donor.7
Jadi memanfaatkan dana juga perlu diperhatikan, sehingga dana yang
6
Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah & Bertambah ( Jakarta : Gema Insani, 2007 , Cet. Pertama), h. 69-71
7
Eri Sudewo, Manajamen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar (Ciputat
dimanfaatkan bisa tercover dengan baik oleh penerima manfaat. Pemanfaatan
zakat dapat digolongkan dalam empat kategori, yaitu :
a. Zakat konsumtif tradisional, kategori ini zakat dapat dibagikan kepada orang
yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang
bersangkutan. Seperti zakat fitrah yang diberikan langsung kepada fakir
miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang
diberikan kepada korban bencana alam.
b. Zakat konsumtif kreatif, kategori ini zakat yang diwujudkan dalam bentuk
lain dari barangnya semula seperti bentuk alat-alat sekolah, beasiswa dan
ain-lain.
c. Zakat produktif tradisional, zakat yang diberikan dalam bentuk
barang-barang produktif. Misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukangan
dan sebagainya.
d. Zakat produktif kreatif, pendayagunaan zakat yang diwujudkan dalam
bentuk modal yang dapat dipergunakan, baik untuk membangun suatu
proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal orang
pedagang atau pengusaha kecil.8
2. Pendayagunaan
Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat, adapun
pengertian pendayagunaan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu:
pengusaha agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat, pengusaha (tenaga dan
sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik. Maka dapat
8
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta : UI-Press, 1988,
disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah bagaimana cara atau usaha dalam
mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik.9 Berikut ini
adalah persyaratan dilakukannya pengumpulan untuk mustahik :
a. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahik dilakukan
berdasarkan persyaratan sebagai berikut :
1) Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahik delapan asnaf yaitu
fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil
2) Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
ketentuan kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan
bantuan
3) Mendahulukan mustahik dalam wilayahnya masing-masing
b. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha yang produktif
dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut :
1) Apabila pendayagunaan zakat untuk mustahik delapan asnaf sudah
terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan
2) Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan
3) Mendapat persetujuan tertulis dari Dewan Pertimbangan
c. Prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif
ditetapkan sebagai berikut :
1) Melakukan studi kelayakan
2) Menetapkan jenis usaha produktif
3) Melakukan bimbingan dan penyuluhan
9Manajamen Dakwah “Pengertian Pendayagunaan Zakat” artikel ini diakses pa
da tanggal
26 januari 2013 dari http://md-uin.blogspot.com/2009/06/pengertian-pendayagunaan-zakat_17.
4) Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan
5) Mengadakan evaluasi
6) Membuat laporan 10
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu konsep dalam upaya
menjadikan adanya kekuatan atau kekuasaan (power) pada seseorang/ individu
atau kelompok. Pemberdayaan bertujuan untuk memberikan suatu power atau
keberdayaan bagi pihak yang diuntungkan. Pemberdayaan berhubungan dengan
upaya untuk merubah kemampuan seseorang, keluarga atau kelompok dari
keadaan tidak memiliki kemampuan/ kekuatan/keberdayaan menuju keadaan yang
lebih baik.11 Karena itu, lembaga zakat membuat program pemberdayaan agar
penyaluran dana zakat, infak dan sedekah bisa tersalurkan dengan baik.
Program pemberdayaan masyarakat adalah salah satu pilihan alternatif bagi
lembaga amil zakat dalam mengelola dana zakat yang dihimpun dari masyarakat
secara produktif. Sukses tidaknya pelaksanaan program tersebut bergantung pada
kualitas sumber daya manusia (SDM). Program pemberdayaan masyarakat agar
menjadi terencana dan tepat sasaran sangat tergantung pada tujuan dan proses.
Bila program tersebut bertujuan untuk melayani kebutuhan dan memperkuat
pemberdayaan masyarakat, maka pelaksanaan program hendaknya berorientasi
pada program.12
10
Direktorat Pemberdayaan Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama RI ,Pedoman Zakat 9 seri,(Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Zakat
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h 295h.296
11
Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat Prinsip dan Praktik
Pemberdayaan Ekonomi (Ciputat : Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012, Cet. Pertama), h.223-225
12
4. Pendamping Masyarakat
Pendampingan dilakukan secara intensif di lokasi wilayah sasaran, sampai
kelompok sasaran mengalami transformasi kesadaran untuk berubah dengan
sumber daya dari mereka sendiri. Karena program ini merupakan bentuk dari
pembagian zakat kepada mustahik. Beberapa tahap pendampingan:
1) Tahap perintisan dan penumbuhan
Proses menumbuhkan rasa saling percaya antar anggota kelompok, serta
membangun konsensus-konsensus atau komitmen bersama.13 Maksudnya dalam
tahap ini kita harus sadar dalam pentingnya menumbuhkan kehidupan
kebersamaan. Yaitu pentingnya hidup berkelompok, pencatatan, pembuatan
kelayakan usaha, pengelolaan dan sebagainya.
2) Tahap Penguatan
Dalam tahap ini, terjadi beberapa penguatan yang perlu dilakukan. Salah
satunya adalah penguatan usaha, manajamen organisasi dan penguatan
permodalan.14Maksud dari tahap ini adalah setelah dilakukan tahap pertama yaitu
tahap perintisan. Maka dilakukanlah tahap penguatan, agar mempermudah untuk
tahap selanjutnya dalam penanganan usaha yang akan dilakukan.
3) Tahap Pemandirian
Dalam tahap pemandirian, masyarakat mitra program pengembangan
diharapkan telah memiliki kemampuan untuk memastikan usaha mereka tetap
stabil dan memiliki produk bermutu yang telah memenuhi standar.15
13
M.Arifin Purwakananta & Noor Aflah, Southeast Asia Zakat Movement, (Jakarta : FOZ, 2008, Cet. Pertama) h. 253-254
14
Noor Aflah, Arsitekrur Zakat Indonesia, h. 176
15
C. Pola Penyaluran Zakat
1. Pola Tradisional (Konsumtif)
Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat diberikan langsung
kepada mustahik. Dengan pola ini penyaluran dana kepada mustahik tidak disertai
target, adanya kemandirian kondisi sosial maupun kemandirian ekonomi
(pemberdayaan). Hal ini dilakukan karena mustahik yang bersangkutan tidak
mungkin lagi bisa mandiri seperti pada para orang tua (jompo), orang yang cacat
dan lain-lain.16 Jadi, pola ini penyalurannya langsung diberikan kepada mustahik
dan dana yang diberikan dapat dimanfaatkan langsung oleh mustahik.
2. Pola Kontemporer (Produktif)
Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada
dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha/ bisnis. Pola
penyaluran secara produktif (pemberdayaan) adalah penyaluran zakat atau dana
lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima (lebih dikhususkan kepada
mustahik golongan fakir miskin) dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori
muzakki.17 Pola ini, dilakukan untuk mengembangkan usahanya sehingga dana
yang diberikan bisa mencukupi untuk kebutuhan keluarga dan meningkatkan pola
hidupnya. Penyaluran yang dilakukan yaitu :
a. Dana zakat yang telah dikumpulkan wajib disalurkan kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan ketentuan hukum Islam.
16
Lili Bariadi, dkk, Zakat & Wirausaha (Jakarta : CV. Pustaka Amri, 2005, Cet. Pertama), h.34
17
b. Penyaluran zakat kepada mustahik harus bersifat hibah (bantuan) dan harus
memperhatikan skala prioritas kebutuhan mustahik di wilayah
masing-masing.
c. Penyaluran dana zakat dapat bersifat bantuan sesaat, yaitu membantu
mustahik dalam menyelesaikan atau mengurangi masalah yang sangat
mendesak/darurat.
d. Penyaluran dana zakat dapat bersifat bantuan pemberdayaan, yaitu
membantu mustahik untuk meningkatkan kesejahteraannya.18
3. Orang yang Berhak Menerima Zakat
Allah telah menetapkan orang-orang yang berhak menerima zakat telah
disebutkan dalam Al-Qur‟an pada surat At-Taubah ayat 60, yaitu :
) ةب تلا :(60 / 009
Artinya : “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana”.
18
Direktorat Pemberdayaan Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Berikut ini adalah orang yang berhak menerima zakat sebagaimana yang
telah diterangkan ayat diatas:
a. Fakir dan Miskin
Fakir adalah orang yang lemah, akan tetapi ia menghalangi dirinya dari
meminta-minta. Sedangkan Miskin adalah orang yang masih bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya akan tetapi kurang sempurna.19
Menurut Yusuf Qardhawi yang di kutip dari Mazhab Maliki dan Hanbali
yang dimaksud dengan mencukupi bagi fakir miskin ialah yang mempunyai bekal
cukup setahun. Sedangkan menurut mazhab Syafi‟i, harus dapat mencukupi
seumur hidup, yaitu batas umum pada umumnya di negeri itu.20 Besarnya dana
zakat yang diberikan kepada fakir miskin yaitu :
1) Fakir miskin itu diberi zakat secukupnya, dan tidak ditentukan menurut
besarnya harta zakat yang diperoleh.
2) Fakir miskin itu diberi dalam jumlah tertentu dan besar kecilnya disesuaikan
dengan bagian mustahik lain.
Bagi fakir dan miskin yang tidak dapat bekerja atau menjalankan usaha
dapat diberikan zakat secara konsumtif, sementara jika mempunyai usaha dapat
diberikan dalam bentuk peralatan yang sesuai dengan keahlian dan usahanya atau
alam bentuk modal kerja. Dengan kata lain mereka berhak atas zakat sampai
mereka dinyatakan mampu.21
19
Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia Dilengkapi Kode Etik Amil Zakat Indonesia, h. 184, 185
20
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat (Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2004, Cet. Ketujuh),
h. 514
21
Taufiqullah, Akuntansi Zakat Kontemporer (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003, Cet.
b. Amil Zakat
Amil zakat adalah orang yang ditunjuk oleh imam atau wakilnya
(pemerintah) untuk mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya.22 Mengurusi
zakat meliputi : menggalang/ menjaga/ memilah-milahnya, mengumpulkan,
me-nuliskan dalam laporan, menghitung persaldoannya, mengawasinya,
memindah-kan, mengelola dan membaginya, dan lain-lain.23 Syarat amil zakat adalah orang
Islam dan ia tidak termasuk orang yang haram menerima zakat. Sesungguhnya
zakat amil adalah sebagai upah atas kerjanya.24
c. Muallaf
Muallaf adalah mereka yang baru masuk Islam. Meskipun begitu, ada
beberapa pengertian mualaf yang perlu diketahui berdasarkan ilmu fikih klasik,
yaitu :
1) Muallaf muslim yang sudah masuk Islam, akan tetapi niat dan imannya
lemah. Kondisi ini akan semakin parah bila ia juga lemah secara ekonomi
yang dikhawatirkan akan semakin memperlemah imannya.
2) Muallaf Islam, dimana niat dan imannya dalam Islam sudah cukup kuat, dan
juga orang terkemuka dikalangan kaumnya. Kaum yang terkemuka ini
biasanya diharapkan akan dapat mempengaruhi pengikutnya atau kaumnya
yang lain.
3) Muallaf yang memiliki kemampuan dalam rangka menangkal tindak
kejahatan yang dilaksanakan oleh kaum kafir.
22
Muhammad Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2009, Cet. Pertama), h. 674
23
Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, h. 186
24
4) Muallaf yang memiliki kemampuan dalam mengantisipasi tindak kejahatan
yang mungkin datang dari para pembangkang wajib zakat.25
d. Riqab
Riqab adalah bentuk jamak dari raqabah. Dalam Al-Qur‟an yang dimaksud
adalah budak. Para ulama mengatakan riqab adalah mukatibun yaitu budak yang
membeli dirinya sendiri dari tuannya pada waktu yang sudah ditentukan dengan
harta sehingga ia menjadi orang yang merdeka.26 Harta zakat diberikan untuk
membeli budak lalu memerdekakannya.
e. Gharimin
Gharimin adalah orang-orang yang berutang dan sulit untuk membayarnya.
orang yang berhutang ada macam-macamnya, di antaranya orang yang berutang
kepada orang lain hingga harus membayarnya dengan menghabiskan hartanya.
Atau orang yang terpaksa berutang karena membutuhkannya untuk keperluan
hidup atau membebaskan dirinya dari kemaksiatan. Orang-orang seperti itu boleh
menerima zakat yang cukup untuk melunasi utang.27
f. Fisabilillah
Sabilillah artinya jalan yang menyampaikan pada ridha Allah, baik akidah
maupun perbuatan. Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup
segala amal perbuatan ikhlas, yang dipergunakan untuk bertakarrub kepada Allah,
dengan melaksanakan segala perbuatan wajib, sunat dan bermacam kebajikan
lainnya.28
25
Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, h. 301-302
26
Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, h. 188
27
Al- Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2008, Cet. Pertama)h. 179
28
g. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil adalah musafir yang pergi dari suatu negara ke negara lain. Sabil
artinya jalan. Dan menasabkan musafir kepada sabil karena seorang musafir
biasanya terus menerus berada dijalan. Dan yang dimaksud dengan ibnu sabil
adalah ibnu sabil yang kehabisan biaya dalam safarnya. Maka, orang yang
demikian berhak menerima zakat dan pembiayaan sekedar bisa meluangkannya
kembali ke daerah asalnya, walaupun di daerahnya ia orang kaya.29
D. Peningkatan Ekonomi Keluarga
Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan menaikkan atau menaiki.30
Sedangkan pengertian ekonomi secara umum bisa dibilang bahwa ekonomi adalah
sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber saya material individu,
masyarakat dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Karena
ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang
ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi.31
Sedangkan pengertian keluarga berasal dari bahasa Sansekerta : kula dan
warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah
lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah bersatu.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
29
Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, h.190
30
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), h.994
31t.p.,”Pengertian Definisi Ekonomi Menurut Para Ahli” di akses pada tanggal 26 Januari
atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicon dan Celis di dalam
keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.32
Jadi, peningkatan ekonomi keluarga adalah kelompok kecil yang terdiri dari
beberapa anggota dan memiliki satu hubungan darah dalam proses
mempertahankan kesejahteraan hidup, kepala keluarga atau anggota lain
mempunyai tanggung jawab dalam mencukupi kebutuhannya dengan sumber daya
yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi.
1. Kebutuhan dan Keinginan
Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga dapat
mencapai kesejahteraan, bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi
maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Sedangkan
keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat
dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas.33
Kebutuhan yang tidak terbatas salah satu faktor bahwa masyarakat merasa
tidak sejahtera, sehingga bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi
maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera.34 Alasannya
32 Gunadarma University “ Pengertian Individu dan Keluarga” artikel ini diakses pada
tanggal 26 Januari 2013 dari
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/posted-under- uncategorized-e-pengertian-individu-individu-berasal-dari-kata-latin-individuum-yang-artinya-tidak-terbagi-individu-menekankan-penyelidikan-kepada-kenyataan-kenyataan-hidup-ya/
33Murianto “Kebutuhan dan Keinginan” Artikel ini di akses pada tanggal 10 Januari 2014
dari http://smagapro.blogspot.com/2011/07/kebutuhan-dan-keinginan.html
34Murianto “Kebutuhan dan Keinginan” Artikel ini di akses pada tanggal 10 Januari 2014
karena ketidakpuasan dengan benda yang diperoleh. Apabila keinginan dan
kebutuhan masa lalu sudah dipenuhi, maka keinginan- keinginan yang baru akan
terwujud. Keinginan untuk memperoleh barang dan jasa dapat dibedakan kepada
dua bentuk yaitu keinginan yang disertai oleh kemampuan untuk membeli dan
keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan untuk membeli.35
2. Jenis- jenis Barang
Barang yang dibutuhkan manusia dapat dogolongkan dengan banyak
jenis-jenis barang dalam perekonomian, yaitu :
a. Barang ekonomi
Barang ekonomi adalah barang yang memerlukan usaha untuk
memperolehnya contohnya beras, makanan lain dan barang-barang produksi
industri. Barang ekonomi dapat dibedakan menjadi barang konsumsi (contoh:
makanan, pakaian dan sepeda motor), barang modal (contoh: mesin, peralatan
bengkel dan bangunan perkantoran), barang akhir (contoh: roti, kursi dan mobil)
dan barang setengah jadi (contoh: tepung gandum, karet dan kelapa minyak
sawit). Dalam teori ekonomi terdapat dua cara penggolongan lain, yaitu:
1) Berdasarkan kepentingan barang dalam kehidupan manusia. Barang-barang
tersebut dibedakan kepada barang inferior (contoh: ikan asin dan ubi kayu),
barang esensial (contoh: beras, gula dan kopi), barang normal (contoh: baju
dan buku) dan barang mewah (contoh: mobil dan emas).
2) Berdasarkan cara penggunaan barang dalam masyarakat. Barang-barang
tersebut dapat dibedakan menjadi barang pribadi (contoh: makanan, pakaian
35
dan mobil) dan barang publik (contoh: jalan raya, lampu lintas dan mercu
suar).
b. Barang Cuma-Cuma
Sedangkan barang cuma-cuma adalah barang yang dapat dinikmati tanpa
melakukan kegiatan memproduksi seperti udara, oksigen, sinar matahari dan air
hujan.36
3. Faktor-faktor Produksi
Faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau
diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan
jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan menjadi
empat jenis, yaitu:
a. Tanah dan sumber alam, faktor produksi ini terbuat dari alam yang dapat
dijadikan modal seperti tanah, berbagai jenis tambang, hasil hutan, air yang
dibendung untuk irigasi atau pembangkit tenaga listrik.
b. Tenaga kerja, faktor produksi ini merupakan tenaga kerja yang meliputi
keahlian dan keterampilan yang mereka miliki, yaitu:
1) Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau
rendah pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu
bidang pekerjaan.
2) Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian
dari pelatihan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang
kayu dan ahli mereparasi TV dan radio.
36
3) Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan
cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu seperti dokter, akuntan,
ahli ekonomi dan insinyur.
c. Modal, faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh manusia
dan digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
mereka butuhkan.
d. Keahlian keusahawanan, faktor produksi ini berbentuk keahlian dan
kemampuan pengusaha untuk mendirikan dan mengembang-kan berbagai
kegiatan usaha. Keahlian keusahawanan meliputi kemahirannya
meng-organisasi berbagai sumber atau faktor produksi tersebut secara efektif dan
efesien sehingga usahanya berhasil dan berkembang serta dapat
menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat.37
37
4. Konsep Keluarga Sejahtera
Konsep keluarga sejahtera menurut UU No. 10 tahun 1992 adalah keluarga
yang dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual
dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME),
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan BKKBN
merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan sandang, pangan, perumahan,
sosial dan agama; keluarga yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan
keluarga dan jumlah anggota keluarga; keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan
kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar,
beribadah khusyuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.38
5. Pengukuran Kesejahteraan
Pengukuran kesejahteraan sering menggunakan pembagian kesejahteraan ke
dalam dua bagian yaitu kesejahteraan subjektif dan objektif. Kesejahteraan secara
objektif dan seubjektif dapat dialamatkan bagi tingkat individu, keluarga dan
masyarakat. Pada tingkat individu, perasaan bahagia atau sedih, kedamaian atau
kecemasan jiwa,dan kepuasan atau ketidakpuasan merupakan indikator subjektif
dari kualitas hidup. Pada tingkat keluarga, kecukupan kondisi perumahan
(dibandingkan standar), seperti ada tidaknya air bersih, merupakan contoh
indikator objektif.39
38Euis Sunarti, “Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi dan
Keberlanjutannya,” (Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor,2006), h. 25
39
Pada prinsipnya aspek yang dapat diamati dalam menganalisis kesejahteraan
hampir sama, yaitu mencakup dimensi: pendapatan, pengeluaran untuk konsumsi,
status pekerjaan, kondisi kesehatan, serta kemampuan untuk mengakses dan
memanfaatkan kebutuhan dasar (seperti air, sanitasi40, perawatan kesehatan dan
pendidikan). Faktor utama yang menentukan dari tingkat kesejahteraan ekonomi
adalah daya beli, apabila daya beli menurun maka berdampak pada menurunnya
kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehingga tingkat
kesejahteraan menurun. Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat apabila
terjadi peningkatan riil dari pengeluaran per kapita yaitu peningkatan nominal
pengeluaran lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama.41
6. Indik