• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Primipara di Klinik Adinda Karang Sari Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Primipara di Klinik Adinda Karang Sari Medan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA MASA ANTENATAL

DENGAN KECEPATAN SEKRESI ASI POSTPARTUM

PRIMIPARA di KLINIK ADINDA KARANG

SARI MEDAN TAHUN 2013

SERI HARYANI 125102009

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Primipara di Klinik Adinda Karang Sari Medan

Tahun 2013

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013 Yang menyatakan

(4)

Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Primipara di Klinik Adinda Karang Sari

Medan Tahun 2013

ABSTRAK Seri Haryani

Latar belakang : usaha untuk melancarkan pengeluaran ASI dipersiapkan sejak awal kehamilan dengan melakukan perawatan payudara yaitu massage, menghilangkan kerak pada puting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat. Apabila selama masa kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara tapi hanya dilakukan pasca melahirkan maka akan menimbulkan beberapa permasalahan yaitu ASI tidak keluar tapi keluar setelah beberapa hari kemudian postpartum, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap dan produksi ASI tidak lancar sehingga tidak cukup untuk dikonsumsi bayi.

Tujuan penelitian : untuk mengidentifikasi hubungan perawatan payudara dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara di Klinik Adinda Karang Sari Medan Tahun 2013.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan besar sampel 47 orang dengan metode pengambilan sampel total sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yag meliputi data demografi, kuesioner perawatasn payudara dan sekresi ASI postpartum.

Hasil : responden berdasarkan perawatan payudara mayoritas dengan kategori cukup sebanyak 28 orang (59,6%). Responden berdasarkan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara hampir sama yaitu lambat sebanyak 24 orang (51,1%) dan cepat sebanyak 23 orang (48,9%). Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antara perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara (nilai p= 0,000).

Kesimpulan dan saran : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa perawatan payudara masa antenatal berhubungan dengan kecepatan sekresi ASI postartum primipara. Oleh karena itu, penting untuk diinformasikan kepada ibu hamil dan diterapkan bahwa perawatan payudara mempunyai manfaat yang banyak khusunya untuk kecepatan sekresi ASI postpartum primipara.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal Dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapat bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.kep, Ns, M.kep. selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Farida Linda Sari Siregar, S.kep, Ns, M.kep. selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah.

4. Ibu yang telah memberi izin kepada penulis untuk meneliti di Klinik Bersalin Adinda. 5. Seluruh staf dan dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

(6)

bagi penulis baik moril maupun materil serta doa restu yang selalu menguatkan penulis selama mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara terutama Anggina Putri Sarah, Ana Rosidah, Pujianti, Neni Juliarni, Krisdayati yang membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis berserah diri, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua.

(7)

DAFTAR ISI

2. Defenisi Perawatan Payudara Masa Antenatal ... 6

3. Manfaat Perawatan Payudara Masa Antenatal ... 7

4. Perawatan Payudara pada Umur Kehamilan 3 Bulan ... 8

5. Perawatan payudara pada Umur Kehamilan 6-9 Bulan ... 8

B. Sekresi (Pengeluaran) ASI Postpartum ... 9

1. Fisiologi Laktasi ... 9

2. Hormon-Hormon yang Terlibat dalam Proses Pembentukan ASI ... 10

3. Manfaat ASI ... 11

4. Persiapan Memperlancar ASI ... 12

5. Hal-Hal yang Mempengaruhi Produksi ASI ... 13

(8)

7. Hasil Pengukuran kecepatan sekresi ASI postpartum ... 15

BAB III KERANGKA KONSEP ... 17

A.Kerangka Konsep Penelitian ... 17

B. Hipotesa ... 17

C. Defenisi Operasional ... 18

BAB IV METODE PENELITIAN ... 19

1. Kuisioner Penelitian ... 21

2. Validitas ... 22

3. Reliabilitas ... 22

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 23

BABV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

A. HASIL PENELITIAN ... 26

1. Karakteristik Responden ... 26

2. Perawatan Payudara ... 27

3. Kecepatan Sekresi ASI Postpartum ... 27

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar konsultasi karya tulis ilmiah Lampiran 2 : Lembar content validity

Lampiran 3 : Lembar reliabilitas kuesioner Lampiran 4 : Lembar kuesioner

Lampiran 5 : Master Tabel

Lampiran 6 : Distribusi Frekuensi karakteristik

Lampiran 7 : Distribusi Frekuensi perawatan payudara dan kecepatan sekresi ASI

Lampiran 9 : Hasil Chi-Square

Lampiran 10 : Surat izin penelitian dari D-IV Bidan Pendidik

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik di Klinik Adinda Karang Sari Medan tahun 2013 ... 26 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perawatan payudara di Klinik

Adinda Karang Sari Medan tahun 2013 ... 27 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecepatan sekresi ASI

postpartum primipara di Klinik Adinda Karang Sari Medan tahun 2013 ... 27 Tabel 5.4 Hubungan perawatan payudara dengan kecepatan sekresi ASI postpartum

(11)

Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Primipara di Klinik Adinda Karang Sari

Medan Tahun 2013

ABSTRAK Seri Haryani

Latar belakang : usaha untuk melancarkan pengeluaran ASI dipersiapkan sejak awal kehamilan dengan melakukan perawatan payudara yaitu massage, menghilangkan kerak pada puting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat. Apabila selama masa kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara tapi hanya dilakukan pasca melahirkan maka akan menimbulkan beberapa permasalahan yaitu ASI tidak keluar tapi keluar setelah beberapa hari kemudian postpartum, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap dan produksi ASI tidak lancar sehingga tidak cukup untuk dikonsumsi bayi.

Tujuan penelitian : untuk mengidentifikasi hubungan perawatan payudara dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara di Klinik Adinda Karang Sari Medan Tahun 2013.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan besar sampel 47 orang dengan metode pengambilan sampel total sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yag meliputi data demografi, kuesioner perawatasn payudara dan sekresi ASI postpartum.

Hasil : responden berdasarkan perawatan payudara mayoritas dengan kategori cukup sebanyak 28 orang (59,6%). Responden berdasarkan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara hampir sama yaitu lambat sebanyak 24 orang (51,1%) dan cepat sebanyak 23 orang (48,9%). Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antara perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara (nilai p= 0,000).

Kesimpulan dan saran : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa perawatan payudara masa antenatal berhubungan dengan kecepatan sekresi ASI postartum primipara. Oleh karena itu, penting untuk diinformasikan kepada ibu hamil dan diterapkan bahwa perawatan payudara mempunyai manfaat yang banyak khusunya untuk kecepatan sekresi ASI postpartum primipara.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi kehamilan membuat banyak perubahan pada wanita. Dilihat dari segi fisik perubahan-perubahan itu antara lain berat badan bertambah, perubahan pada kulit dan perubahan pada payudara. Perubahan payudara selama kehamilan adalah satu bagian yang penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan pokok bayi baru lahir (Yohana. 2011).

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu komponen yang ingin dicapai dalam Millenium Development Goalds (MDG’s) 2015 adalah menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga dari tahun 1990 s/d 2015 (Admin. 2010).

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Tahun 2001 angka kematian bayi sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup, selanjutnya tahun 2002 menurun menjadi 45 per 1000 kelahiran hidup. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), 2002 - 2003 terjadi penurunan angka kematian bayi yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup, sementara pada tahun 2007 angka tersebut mengalami penurunan menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini berada jauh dari yang diproyeksikan oleh Depkes RI yaitu sebesar 26,89 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI. 2009).

(13)

pemberian minum (10%), masalah hematologi (6%), diare serta pneumonia (13%) (Depkes RI. 2008).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur sedikitnya dua tahun akan memberikan banyak manfaat yaitu kandungan gizi yang paling sempurna untuk pertumbuhan, perkembangan bayi dan juga sebagai zat antibodi mencegah infeksi (Yeyeh. 2011. hlm.17).

Payudara telah dipersiapkan sejak mulai terlambat datang bulan sehingga pada waktunya dapat memberikan ASI dengan sempurna. Untuk dapat melancarkan pengeluaran ASI dipersiapkan sejak awal kehamilan dengan melakukan perawatan payudara yaitu massage, menghilangkan kerak pada puting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat (Ida. 2010. hlm. 419).

Salah satu upaya agar produksi ASI pada saat menyusui lancar, ibu hamil dianjurkan untuk merawat payudara dengan tehnik yang benar. Tahap ini sangat penting dilakukan karena proses laktasi sudah mulai sejak kehamilan. Perawatan payudara selama kehamilan dapat merangsang kelenjar – kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar, menjaga kebersihan payudara, melenturkan dan menguatkan putting susu, mendeteksi kelainan payudara secara dini dan mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui. Ibu hamil tidak akan mengalami kesulitan dalam memberikan ASI bila sejak awal telah mengetahui bagaimana perawatan payudara (breast care) yang tepat dan benar (Ronald. 2010. hlm. 136).

(14)

masa antenatal hanya 26,7% ibu yang ASI nya keluar setelah melahirkan ( Asti & Djuminah. 2009).

Apabila selama masa kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara tapi hanya dilakukan pasca melahirkan maka akan menimbulkan beberapa permasalahan yaitu ASI tidak keluar tapi keluar setelah beberapa hari kemudian postpartum, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap dan produksi ASI tidak lancar sehingga tidak cukup untuk dikonsumsi bayi (Weni, 2009. hlm. 88).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, bahwa penulis tertarik meneliti apakah terdapat hubungan perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI postpartum.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI postpartum.

(15)

a. Mengidentifikasi perawatan payudara masa antenatal di Klinik Adinda Karang Sari Medan Tahun 2013.

b. Mengidentifikasi kecepatan sekresi ASI postpartum primipara di Klinik Adinda Karang Sari Medan Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi

Sebagai informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan di Kilinik Adinda Karang Sari Medan dan mengaplikasikan serta meningkatkan asuhan kebidanan pada antenatal. 2. Bagi Pendidikan

Sebagai bahan perbandingan atau referensi dan dapat digunakan dimasa yang akan datang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perawatan Payudara Masa Antenatal

1. Anatomi Fisiologi Payudara

Payudara terletak secara vertikal diantara kosta II dan IV secara horizontal mulai sternum sampai linea aksilaris medialis. Payudara bentuknya bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya. Pembesaran disebabkan oleh karena pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan penimbunan lemak.

Payudara terdiri dari beberapa bagian yakni : a. Kalang Payudara

Letaknya mengelilingi putting susu, warna kegelapan, mengandung kelenjar – kelenjar Montgomery yang menghasilkan kelenjar sebum yang bertindak sebagai pelumas selama kehamilan dan sepanjang masa postpartum.

b. Puting Susu

Terdiri dari jaringan yang erektil, terdapat lubang-lubang kecil merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat syaraf, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang memiliki kerja seperti spincter dalam mengendalikan aliran susu.

c. Lobus yang terdiri dari 15 sampai 20 lobus, masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus , tiap lobulus terdiri dari 10-100 alveoli.

d. Alveoli

(17)

e. Laktiferus sinus/Ampula

Bertindak sebagai waduk sementar bagi air susu. Payudara mendapat pasokan darah dari arteri mammary internal dan eksternal serta bercabang dari arteri-arteri intercostalis. Venanya diatur dalam bentuk bundar disekeliling puting susu. Cairan limfa mengalir bebas keluar diantara payudara dan terus ke node-node limfa didalam axial dan mediastinum.

f. Bentuk luar payudara 1. Korpus mammae

Korpus mamae terdiri dari :

a. Parenkin : duktus laktiferus uktus, duktulus (dukutuli), lobus, alveoli.

b. Stroma : Jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah, syaraf, pembuluh limpa (Yeyeh. 2011)

2. Defenisi Perawatan Payudara Masa Antenatal

Perawatan payudara pada kehamilan (Breast Care Antenatal) adalah usaha untuk memperlancar aliran ASI, dan mencegah masalah-masalah yang mungkin muncul pada saat menyusui seperti puting nyeri atau lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat. Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan payudara dilakukan sehari dua kali saat mandi dan bila ada masalah dengan menyusui juga dilakukan dua kali sehari (Soetjiningsih. 1997).

(18)

Payudara telah dipersiapkan sejak mulai terlambat datang bulan sehingga pada waktunya dapat memberikan ASI dengan sempurna. Untuk dapat melancarkan pengeluaran ASI dipersiapkan sejak awal kehamilan dengan melakukan perawatan payudara yaitu masase, menghilangkan kerak pada puting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat (Ida. 2010. hlm. 419).

Keberhasilan proses menyusui sangat ditentukan oleh struktur puting susu dan areola. Pada puting susu dan areola mamae terdapat ujung – ujung saraf sensori yang mendukung proses refleks menyusui. Puting susu mengandung otot yang berkontraksi saat rangsangan menyusui muncul. Secara normal putting susu menonjol keluar, akan tetapi kadang – kadang dijumpai puting susu yang datar dan masuk kedalam. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan kegagalan menyusui. Dengan demikian seorang ibu harus memperoleh perawatan payudara sebelum masa laktasi (Ronald. 2010).

3. Manfaat Perawatan Payudara Masa Antenatal

Perawatan payudara merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan menyusui karena mempunyai bebrapa manfaat antara lain :

a. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar. b. Menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan putting susu.

c. Melenturkan dan menguatkan putting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusu.

d. Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.

(19)

a. Air susu ibu tidak keluar. Inilah yang sering terjadi, air susu ibu keluar setelah hari kedua atau lebih.

b. Putting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit mengisap. c. Produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi. d. Infeksi pada payudara, yaitu payudara bengkak atau bernanah e. Muncul benjolan di payudara (Ronald. 2010).

4. Perawatan Payudara pada Umur Kehamilan 3 Bulan

Periksa putting susu untuk mengetahui apakah putting susu datar atau masuk

kedalam, dengan cara memijat dasar putting susu secara perlahan. Putting susu yang normal akan keluar.

Apabila putting susu tetap datar atau masuk kedalam, maka sejak hamil 3 bulan harus

dilakukan perbaikan agar bisa menonjol.

Caranya adalah dengan menggunakan dua jari telunjuk atau ibu jari, daerah di sekitar puting susu diurut kearah berlawanan menuju ke dasar payudara sampai semua daerah payudara. Dilakukan sehari dua kali selama 6 menit.

5. Perawatan Payudara pada Umur Kehamilan 6-9 Bulan

 Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa

Putting susu sampai areola mamae (daerah sekitar putting dengan wrna lebih gelap)

dikompres dengan meinyak kelapa selama 2-3 menit. Tujuannya untuk memperlunak kotoran atau kerak yang menempel pada putting susu sehingga mudah dibersihkan. Jangan membersihkan dengan alkohol atau yang lainnya yang bersifat iritasi karena

dapat menyebabkan putting susu lecet.

Kedua putting susu dipegang lalu ditarik, diputar kearah luar (searah dan berlawana

(20)

Pangkal payudara dipegang dengan kedua tangan lalu diurut kearah putting susu

sebanyak 30 kali sehari.

 Pijat kedua areola mammae hingga keluar 1-2 tetes.

 Kedua putting susu dan sekitarnya dengan handuk kering dan bersih.

Pakailah BH yang tidak ketat dan bersifat menopang payudara, jangan memakai BH

yang ketat dan menekan payudara. Bila BH sudah mulai tersa sempit, diganti dengan BH yang pas dan sesuai dengan ukuran dan bentuk payudara untuk memberikan kenyamanan dan juga support yang baik bagi payudara. Apabila memakai BH yang tidak sesuai dengan ukuran payudara bisa menyebabkan infeksi seperti mastitis (suatu infeksi pada kelenjar susu payudara) (Weni. 2009).

B. Sekresi (pengeluaran) ASI Postpartum

ASI keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pementukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tidak diproduksi lagi, sehingga air susu pun keluar.

1. Fisiologi Laktasi

Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibanding dengan yang lain. Dua faktor yang diatur oleh hormon terlibat dalam fisiologi laktasi, yaitu :

a). Prolaktin yang mengatur produksi air susu ibu

(21)

dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai tingkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin.

c). Oksitosin yang mengatur pengeluaran air susu ibu

Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papila mammae, yakni :

1. Tekanan dari belakang

Tekanan globuli yang baru terbentuk didalam sel akan mendorong globuli tersebut kedalam tubuli laktifer dan pengisapan oleh bayi akan memacu sekresi air susu lebih banyak.

2. Refleks neurohormonal

Apabila bayi disusui, maka gerakan mengisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat didalam glandula pituitaria posterior. Akibat refleks ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari pituitaria posterior. Hal ini akan menyebabkan sel-sel mioepitel disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk kedalam pembuluh lactifer dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir kedalam ampullae (Sylvia. 2003).

2. Hormon-hormon yang terlibat dalam proses pembentukan ASI

Progesteron

Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.  Estrogen

(22)

Prolaktin

Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan.  Oksitosin

Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.

Human Plancetal Lactogen (HPL)

Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalan pertumbuhan payudara, puting susu dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI ( Sitti. 2009. hlm. 13).

3. Manfaat ASI

a. Bagi Bayi

 Dapat membantu memulai kehidupannya dengan bauk  Mengandung Antibodi

 ASI mengandung komposisi yang tepat

 Memberi rasa nyaman bagi bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi  ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

 Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena

gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.  Terhindar dari alergi

b. Bagi Ibu

(23)

 Aspek kesehatan ibu

 Aspek penurunan berat badan  Aspek psikologis

c. Bagi Keluarga  Aspek ekonomi  Aspek psikologis  Aspek kemudahan

d. Bagi Negara

 Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi  Menghemat devisa negara

 Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

 Peningkatan kualitas generasi penerus (Ambarwati. 2009. hlm. 17).

4. Persiapan Memperlancar Pengeluaran ASI

Berikut adalah persiapan yang perlu dilakukan untuk memperlancar pengeluaran ASI. a. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak

menumpuk.

b. Putting susu ditarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.

c. Bila putting susu belum menonjol, dapat menggunakan pompa susu atau dengan jalan operasi.

5. Hal-Hal yang Mempengaruhi Produksi ASI

(24)

Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makana ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin serta mineral yang cukup.

b) Ketenangan jiwa dan pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan . Ibu yang selalu dalam tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan produksi ASI.

c) Perawatan payudara

Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypofise untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak dan hormon oksitosin.

d) Penggunaan alat kontrasepsi

Pemakain kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI e) Anatomi payudara

Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang.

f) Faktor istirahat

Bila kurang istiraha kan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.

g) Faktor isapan anak

Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian produksi ASI pun berkurang.

(25)

Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI (Ambarwati. 2009. hlm. 27-29).

6. Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi

Jenis air susu yang dikeluarkan oleh ibu memilki tiga stadium yang memiliki kandungan berbeda. Air susu ini memilki tiga stadium yang terdiri dari kolostrum, air susu transisi/peralihan, dan air susu matur (mature).

a. Kolostrum

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan. Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi kyang tinggi daripada ASI matur. Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.

Meskipun yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam (Marmi. 2012. hlm. 32).

b. ASI transisi atau peralihan

Ciri dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut :

(26)

2. Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.

3. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. 4. Volumenya juga akan makin meningkat.

c. ASI Matur

Adapun ciri-ciri dari air susu matur adalah sebagai berikut :

1. Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 da seterusnya, komposisi relatif konstan (ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5).

2. Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.

3. Merupakan suatu cairan berwarna putih keku ning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin,

dan karoten yang terdapat didalamnya. 4. Tidak mengumpul jika dipanaskan.

5. Terdapat antimikrobial faktor (Sitti. 2009. hlm. 20-21).

7.Hasil Pengukuran Kecepatan sekresi ASI postpartum

(27)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan dugaan adanya hubungan antara perawatan payudara dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Hipotesa

Hipotesa adalah suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang harus diuji validitasnya (Aziz, 2007. hlm. 45). Adapun hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa kerja atau hipotesa alternatif yang disingkat dengan Ha, dimana menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara.

PERAWATAN PAYUDARA

(28)

C. Defenisi Operasional

NO Variabel Defenisi

(29)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriftif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau beberapa variabel (Arikunto, 2007, hlm. 247). Jadi, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Ircham, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu postpartum yang ada di Klinik Adinda Karang Sari Medan periode bulan oktober s/d desember 2012 dengan jumlah 47 orang ibu postpartum.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Ircham, 2010). Pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara Total Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan seluruh jumlah populasi. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah :

1. Ibu postpartum primipara.

(30)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Adinda Karang Sari Medan dengan alasan bahwa di Klinik Adinda banyak ibu postpartum primipara. Namun, keluarnya ASI dari semua ibu postpartum bervariasi ada yang lebih dari 24 jam dan ada juga yang kurang dari 24 jam.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Februari 2013 sampai Mei 2013.

E. Etika Penelitian

Segala penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek, harus disertai dengan pernyataan yang disetujui oleh komisi etika setempat (Hidayat. 2007)

Adapun masalah etika yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Informed Consent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama)

3. Kerahasiaan (Confedentiality) (Hidayat. 2007).

(31)

semta-mata digunakan demi perkembangan ilmu pengetahuan serta tidak akan dipublikasikan pada pihak lain. Setelah responden memahami maksud dan tujuan penelitian, maka responden secara sukarela menandatangani lembar persetujuan dan dilanjutkan dengan pengisian kuisioner.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto. 2010). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah :

1. Kuisioner Penelitian

Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto. 2010). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa formulir data demografi dan kuisioner perawatan payudara dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara.

a. Data Demografi

Data karakteristik yang harus dilengkapai oleh responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan suku.

b. Kuisioner Perawatan payudara

(32)

jawaban yang salah. Jika pertanyaan dijawab dengan benar dengan jumlah skor 11-20 maka perawatan payudara dilakukan dengan baik, dan jika pertanyaan dijawab dengan skor 0-10 maka perawatan payudara dilakukan dengan cukup.

c. Kuisioner Kecepatan sekresi ASI Postpartum

Instrumen yang ketiga ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka untuk mengidentifikasi kecepatan sekresi ASI postpartum dengan menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Bila jawaban benar diberi nilai 1 dan 0 untuk jawaban yang salah. Jika pertanyaan dijawab dengan skor 1 maka sekresi ASI postpartum cepat, dan jika pertanyaan dijawab dengan skor 0 maka sekresi ASI lambat yang mana sebelumnya sudah diberitahukan kepada ibu sebelum bersalin untuk melakukan pemijatan areola pada payudara apakah ASI keluar atau tidak sebelum dan sesudah 24 jam.

2. Validitas

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan content validity yaitu dengan mengkonsulkan kuisioner kepada pembimbing atau kepada pakar. Dalam hal ini content validity dikonsulkan kepada ibu Diah Lestari, SST, M.Keb dengan menggunakan format content validity. Nilai yang diperoleh yaitu 0,7. Dengan demikian instrumen penelitian dinyatakan valid.

3. Reliabilitas

(33)

pada 20 orang ibu postpartum primipara di Klinik Adinda Karang Sari pada bulan januari sampai bulan februari 2013 yang mempunyai kriteria sama dengan sampel, lalu diolah menggunakan SPSS dengan mencari koefisien reliabilitas, untuk perawatan payudara didapatkan nilai Alpha Cronbach = 0,884 dan untuk kecepatan sekresi ASI postpartum primipara didapatkan Alpha Cronbach = 0,873 ini berarti instrumen sudah dinyatakan reliabel.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada responden mengenai perawatan payudara masa antenatal dan kecepatan sekresi ASI postpartum. Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed concent, kemudian peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuesioner dan menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner, data yang telah terkumpul dianalisis. Setelah diberi penjelasan tentang cara pengisian kuisioner, kuisioner diisi langsung oleh responden saat itu juga dan setelah kuisioner selesai diisi lalu dikumpulkan kembali dan bila terdapat kerusakan dan kekurangan data dilakukan pendataan ulang dengan cara memperbaiki dan melengkapi.

I. Analisa Data

(34)

1) Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan pengisian formulir atau kuisioner diamana harus lengkap, jelas, frelevan dan konsisten.

2) Koding

Koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk hurup menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari koding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada entry data.

3) Processing

Setelah semua isian kuisioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan yang dilakukan peneliti adalah dengan sistem komputerisasi.

4) Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak (Hidayat, 2007).

Analisa data hasil penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Analisa data dilakukan denga dua cara yaitu :

a. Analisa data univariat

Yaitu dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik ibu postpartum yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan suku.

b. Analisa data bivariat

(35)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan suku. Secara rinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Klinik Ananda Karang Sari Medan

Tahun 2013

No Karakteristik Responden Jumlah (f)

(36)

2. Perawatan Payudara

Perawatan payudara pada penelitian ini dikategorikan menjadi baik, cukup dan kurang. Secara rinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Payudara di Klinik Ananda Karang Sari Medan

Tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan perawatan payudara mayoritas dengan kategori cukup sebanyak 28 orang (59,6%), sedangkan minoritas ibu melakukan perawatan payudara dengan baik sebanyak 19 orang (40,4%).

3. Kecepatan Sekresi ASI Postpartum

Kecepatan sekresi ASI pada penelitian ini dikategorikan menjadi cepat dan lambat. Secara rinci dapat diihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum di Klinik Ananda Karang Sari Medan

Tahun 2013

No Kecepatan Sekresi ASI

F %

1 Cepat 23 48,9

(37)

Jumlah 47 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara di Klinik Ananda Karang Sari Medan Tahun 2013 hampir sama yaitu lambat sebanyak 24 orang (51,1%). dan kecepatan sekresi ASI postpartum cepat sebanyak 23 orang (48,9%).

4. Hubungan Perawatan payudara dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Primipara.

Hubungan Perawatan payudara dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Primipara pada penelitian yang telah dilakukan di Klinik Ananda Karang Sari Medan Tahun 2013 secara rinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Hubunngan Perawatan Payudara dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum di Klinik Ananda Karang Sari Medan Tahun

(38)

Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa diperoleh ibu yang melakukan perawatan payudara yang memiliki kategori baik dengan kecepatan sekresi ASI yang cepat sebanyak 16 orang, ibu hamil yang melakukan perawatan payudara yang memiliki kategori baik dengan kecepatan sekresi ASI dengan lambat sebanyak 3 orang, ibu hamil yang melakukan perawatan payudara yang memiliki kategori cukup dengan kecepatan sekresi ASI dengan cepat sebanyak 7 orang, serta ibu hamil yang melakukan perawatan payudara yang memiliki kategori cukup dengan kecepatan sekresi ASI dengan lambat sebanyak 21 orang.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% dan df = 1 diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara perawatan payudara dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara dengan menunjukkan nilai p = 0.000.

B. Pembahasan

1. Perawatan payudara

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Klinik Adinda Karang Sari Medan pada tabel 5.2 diperoleh pahwa mayoritas responden melakukan perawatan payudara dengan kategori cukup sebanyak 28 orang.

Dari segi pendidikan masih tergolong rendah, hal demikian mempengaruhi pengetahuan responden terhadap perawatan payudara yang mungkin mengakibatkan masih belum baik pelaksanaan perawatan payudara pada ibu hamil tersebut.

(39)

Umumnya pengetahuan tentang perawatan payudara diperoleh dari keluarga ataupun teman. Untuk menghindari kebiasaan yang salah, diperlukan bantuan dari petugas kesehatan yang dapat memberikan pendidikan kesehatan yang benar tentang perawatan payudara).

Pada penelitian ini yang dijadikan responden adalah ibu postpartum primipara, hal ini pengalaman mungkin mempengaruhi pelaksanaan perawatan payudara pada ibu. Dengan demikian responden belum mempunyai pengalaman melakukan perawatan payudara sehingga responden belum baik dalam melakukan perawatan payudara. Usia responden pada penelitian ini juga mempengaruhi pelaksanaan ibu melakukan perawatan payudara selama hamil, karena dari hasil penelitian diperoleh yang berumur 23-27 sebanyak 28 orang.

Menurut Notoadtmodjo (2002), menyebutkan faktor yang mempengaruhi pengetahuan

adalah pendidikan, usia, pengalaman, dan informasi. Tingkat pendidikan menentukan

mudah atau tidaknya sesorang untuk memahami serta menyerap pengetahuan yang

diperoleh dari bangku pendidikannya. Pada umumnya, semakin tinggi pendidikannya

semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki. Usia juga merupakan faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Menurut Wiknyosastro (1991) dijelaskan bahwa perawatan yang dilakukan pada

payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga setelah melahirkan ibu dapat sesegera mungkin memberikan ASI kepada bayinya.

(40)

sehingga memudah-kan bayi untuk menyusui, merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi banyak dan lancar, dapat mendeteksi kelainan-kelaianan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk mengatasinya, mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.

2. Kecepatan Sekresi ASI Postpartum

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Klinik Adinda Karang Sari Medan pada tabel 5.4 diperoleh bahwa kecepatan sekresi ASI postpartum primipara responden hamper sama yaitu lambat sebanyak 24 orang dan cepat 23 orang, yang artinya bahwa kecepatan sekresi ASI postpartum primipara masih belum baik dalam pengeluaran ASI yang sangat berpengaruh terhadap bayi.

Salah satu faktor kecepatan sekresi ASI adalah perawatan payudara yang dilakukan selama hamil namun faktor lain juga mempengaruhi seperti psikologis, kondisi puting susu dan kondisi saluran susu. Pada hasil penelitian terlihat bahwa responden mayoritas masih memiliki kategori cukup dalam melakukan perawatan payudara sehingga mempengaruhi pengeluaran ASI menjadi lambat.

(41)

payudara secara benar, dan sebagainya. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain selain perawatan payudara masa antenatal, terutama dari faktor ibu yang meliputi kondisi puting susu, kondisi saluran susu dan kondisi psikis ibu untuk meningkatkan kecepatan sekresi ASI nya pada saat setelah melahirkan.

3. Hubungan Perawatan Payudara dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Primipara

Dari hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara perawatan payudara ibu post partum dengan kecepatan sekresi ASI di Klinik adinda karang sari Medan. Hal ini menunjukkan bahwa perawatan payudara secara rutin pada masa antenatal sangat berpengaruh terhadap kelancaran sekresi atau keluarnya ASI lebih cepat setelah ibu melahirkan atau perawatan payudara yang dilakukan dengan baik selama masa hamil atau pada masa antenatal akan dapat mempercepat sekresi (pengeluaran) ASI ibu ketika sudah melahirkan

(42)

Pada penelitian penelitian oleh Astari dan Djuminah di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dilaporkan bahwa 80% dari kelompok ibu postpartum primipara yang melakukan perawatan payudara masa antenatal ASI sudah keluar setelah melahirkan sedangkan kelompok ibu postpartum primipara yang tidak melakukan perawatan payudara masa antenatal hanya 26,7% ibu yang ASI nya keluar setelah melahirkan.

Pada penelitian ini juga diperoleh dari 19 responden yang melakukan perawatan payudara baik, sebanyak 3 responden kecepatan sekresi ASI nya lambat dan sebanyak 16 responden kecepatan sekresi ASInya cepat, jadi dapat disimpulkan bahwa ibu post partum yang melakukan perawatan payudara baik kecepatan sekresi ASI-nya lebih cepat dibandingkan kecepatan sekresi ASI-nya lambat.

Pada penelitian oleh Astari dan Djuminah di RSU Dr. Saiful Anwar Malang tentang perawatan payudara pada masa antenatal pada pasien ibu primipara post partum di RSU Dr Saiful Anwar Malang diketahui bahwa 87,6% kelompok ibu primipara post partum yang melakukan perawatan payudara secara rutin melakukan perawatan payudara pada masa antenatal 2 kali sehari, namun hanya 1 orang (6,6%) yang ASI nya sudah keluar pada masa antenatal. Sedangkan pada kelompok ibu yang tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal, seluruhnya memang tidak melakukan pearwatan secara rutin 2 kali sehari, sehingga seluruh ibu tersebut ASI nya belum keluar pada masa antenatal. Salah satu faktor penyebab tidak cepatnya sekresi ASI post partum diduga disebabkan oleh kurang adekuatnya perawatan payudara semasa hamil yang bertujuan untuk memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga mempercepat sekresi ASI.

(43)

menjadi bengkak, puting susu lecet/luka ketika menyusui bayi, puting susu datar atau mendalam sehingga ibu akan kesulitan dalam memberikan ASI setelah melahirkan, dapat menyebabkan radang payudara (mastitis), atau saluran susu tersumbat sehingga air susu menjadi tersumbat dan tidak dapat keluar dengan lancar terutama setelah melahirkan (Nichols, 2000).

Oleh karena itu para ibu hamil ketika masa antenatal atau sebelum melahirkan memerlukan manajemen laktasi, karena pada penerapannya lebih menganjurkan dalam persiapan fisik payudara untuk laktasi, yaitu melakukan pengurutan payudara dengan tangan. Selain itu, manajemen laktasi juga bertujuan untuk membuang sekresi pertama kolostrum dan sisa sel dari sistem duktus untuk memungkinkan aliran yang cukup, juga dimaksudkan untuk menghilangkan sumbatan air susu. Serta peradangan yang menyertainya dan mencegah timbulnya mastitis (Lokakarya Manajemen Lactasi, Perinasi-Path Edisi pertama 1991). Dengan demikian, agar ibu postpartum dapat berhasil menyusui, maka diperlukan perawatan payudara sejak dini secara teratur, karena perawatan selama kehamilan bertujuan agar selama masa menyusui kelak produksi ASI cukup, tidak terjadi kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik setalah menyusui. Namun, para ibu post partum harus tetap memperhatikan kebersihan/hygiene payudara, papila harus disiapkan agar menjadi lentur, kuat dan tidak ada sumbatan, sehingga sekresi ASI akan lancar dan dapat diberikan kepada bayi setelah melahirkan.

(44)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan kesimpulan dan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 47 responden di Klinik Ananda Karang Sari Medan Tahun 2013 sebagai berikut :

1. Mayoritas responden berdasarkan perawatan payudara dengan kategori cukup sebanyak 28 orang (59,6%).

2. Responden berdasarkan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara hampir sama yaitu lambat sebanyak 24 orang (51,1%) dan cepat sebanyak 23 orang (48,9%).

(45)

B. SARAN

Adapun saran pada penelitian ini yaitu : 1. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawatan payudara masa antenatal dapat mempengaruhi kecepatan seksresi ASI postpartum primipara, maka penting mengintegrasikan materi ini dalam pendidikan kebidanan terutama dalam materi pembelajaran asuhan kebidanan pada ibu hamil mengenai perawatan payudara masa antenatal.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawatan payudara masa antenatal dapat mempengaruhi kecepatan seksresi ASI postpartum primipara. Oleh karena itu, penting untuk diinformasikan kepada ibu hamil dan diterapkan bahwa perawatan payudara mempunyai manfaat yang banyak khusunya untuk kecepatan sekresi ASI postpartum primipara.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati & Wulandari. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asti, M. A & Djuminah. (2008). Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Primipara. Jurnal Nursing. 2, 95-101.

Depkes RI. (2008). Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal pada Rumah Sakit Umum Kelas

B, C dan D. Diunduh darihttp://www.hukor.depkes.go.id.

Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2008. (2009). Diunduh dari http://www.depkes.go.id.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.. Jakarta : Salemba Medika.

Kristiansari, Weni. (2009). ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.

Lokakarya Manajemen Lactasi. (1991). Kumpulan makalah simposium laktose POGI. Perinasi-Path Edisi pertama

Manuaba, Ida Bagus (2010). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.

Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakar: Pustaka Pelajar.

Nichols, F.H. & Humenick, S.S. (2000). Childbirth education (2nded), Philadelphia : W.B Saunders Company.

(47)

Rizka, Y. R & Sari, S. (2012). Pengetahuan Ibu Primipara tentang Faktor-Faktor yang Dapat mempengaruhi Produksi ASI. Jurnal Nursing Studies. 1, 108-115.

Ronald, H. S. (2010). Pedoman Perawatan Kehamilan yang Sehat dan Menyenangkan. Bandung : Nuansa Aulia.

Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Saryono dan Pramitasari. 2008. Perawatan Payudara Dilengkapi dengan Deteksi Dini Terhadap Penyakit Payudara. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press.

Sholichah, Nur. (2011). Hubungan Perawatan Payudara pada Ibu Postpartum dengan Kelancaran Pengeluaran ASI di Desa Karang Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.

Verralls, Sylvia. (2003). Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta: EGC.

Yeyeh, Yulianti & Meida. (2011). Asuhan Masa Nifas. Jakarta: Trans Info Media.

(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)

Reliabilitas

Uji Reliabilitas Kuesioner Perawatan Payudara dan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum

(54)

Berilah tanda ceklist (

) pada kolom di sebelah kanan pernyataan.

Sesuai dengan pernyataan yang menurut anda sesuai dengan

perawatan payudara dan kecepatan sekresi (pengeluaran) ASI. Jika

pernyataan YA, ceklist pada kolom (YA). Jika pernyataan TIDAK,

ceklist pada kolom (TIDAK).

I. Kuisioner Perawatan Payudara

NO PERNYATAAN YA TIDAK

1. Saya sudah mempersiapkan payudara saya sejak mulai terlambat datang bulan sehingga pada waktunya agar dapat memberikan ASI dengan sempurna.

2. Saya sudah mempersiapkan ASI sejak awal kehamilan dengan melakukan perawatan payudara yaitu dengan mengurut dan menghilangkan kerak pada puting susu.

3. Saya melenturkan dan menguatkan puting susu saya sehingga nanti memudahkan bayi untuk menyusu.

4. Saya menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan puting susu.

5. Saya memeriksa puting susu untuk mengetahui apakah puting susu datar atau masuk kedalam, dengan cara memijat dasar puting susu secara perlahan.

6. Apabila puting susu saya tetap datar atau masuk kedalam, maka sejak hamil 3 bulan saya lakukan perbaikan agar bisa menonjol. 7. Saya melakukan kompres puting susu sampai areola (sekitar

(55)

menit.

8. Saya tidak membersihkan dengan alkohol atau yang lainnya yang bersifat iritasi.

9. Saya membersihkan kedua puting susu dan sekitarnya dengan handuk kering dan bersih.

10. Saya melakukan pemijatan pada areola (daerah puting susu yang berwarna gelap) hingga keluar 1-2 tetes pada saat melakukan perawatan payudara.

11. Saya memakai BH yang tidak ketat dan bersifat menopang. 12. Saya melakukan perawatan payudara sehari dua kali saat mandi. 13. Saya melakukan perawatan payudara dengan menggunakan

minyak kelapa.

14. Saya memeriksa payudara saya setiap kali mandi untuk melihat apakah ada benjolan yang tidak wajar.

15. Pada saat saya melakukan pemijatan payudara saya lakukan dengan teratur.

16. Bila BH saya sudah mulai terasa sempit, saya ganti dengan BH yang pas dan sesuai dengan ukuran dan bentuk payudara.

17. Pada saat melakukan perawatan payudara, pangkal payudara saya pegang dengan kedua tangan lalu saya urut kearah puting susu sebanyak 30 kali.

18. Saya melakukan perawatan payudara dengan teratur. 19. Saya sangat menjaga kebersihan payudara setiap hari.

20. Saya memeriksakan payudara apabila saya menemukan kelainan pada payudara saya.

II. Kuisioner Kecepatan Sekresi ASI Postpartum

NO PERNYATAAN YA TIDAK

(56)

A. Data Demografi

Kode :

Di isi oleh peneliti

Umur : 18 – 22 tahun 23 – 27 tahun >27 tahun

Pendidikan : SD SMP

SMA

Perguruan Tinggi

Pekerjaan : Petani IRT PNS

Suku : Jawa

(57)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalamualaikum Wr. Wb/ Salam Sejahtera Dengan Hormat,

Nama Saya Seri Haryani, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum”.

Salah satu upaya agar produksi ASI pada saat menyusui lancar, ibu hamil dianjurkan untuk merawat payudara dengan teknik yang benar. Tahap ini sangat penting dilakukan karena proses laktasi sudah mulai sejak kehamilan. Perawatan payudara selama kehamilan dapat merangsang kelenjar – kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar, menjaga kebersihan payudara, melenturkan dan menguatkan putting susu, mendeteksi kelainan payudara secara dini dan mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui. Ibu hamil tidak akan mengalami kesulitan dalam memberikan ASI bila sejak awal telah mengetahui bagaimana perawatan payudara (breast care) yang tepat dan benar (Ronald. 2010. hlm. 136).

Apabila selama masa kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara tapi hanya dilakukan pasca melahirkan maka akan menimbulkan beberapa permasalahan yaitu ASI tidak keluar tapi keluar setelah beberapa hari kemudian postpartum, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap dan produksi ASI tidak lancar sehingga tidak cukup untuk dikonsumsi bayi (Weni, 2009. hlm. 88).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI postpartum.

Kami akan membagikan kuisioner kepada ibu tentang :

a. Data demografi seperti umur, pendidikan, pekerjaan dan suku. b. Perawatan payudara selama kehamilan

c. Kecepatan Sekresi (pengeluaran) ASI postpartum

(58)

Terimakasih saya ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, 2013

Peneliti

(59)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat : Telp/Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “ Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum”. Maka dengan ini saya sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2013

(60)
(61)
(62)
(63)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

Nama : Seri Haryani

Tempat/ Tanggal Lahir : Sirangkap, 20 Juni 1990

Agama : Islam

Anak Ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat : Jl. Mesjid Al-falah Sipolu-polu Panyabungan Mandailing Natal

B. Riwayat Keluarga

Nama Ayah : Baharuddin Sinambela

Pekerjaan : PNS

Nama Ibu : Derwati

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Mesjid Al-falah Sipolu-polu Panyabungan Mandailing Natal

C. Riwayat Pendidikan

Tahun 1996-2002 : SD N 142586 Sirangkap Tahun 2002-2005 : SLTP N 1 Panyabungan Tahun 2005-2008 : SMA N 1 Panyabungan

Tahun 2008-2011 : AKBID Namira Madina Panyabungan

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Payudara
 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Hubunngan Perawatan Payudara dengan

Referensi

Dokumen terkait

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Penerapan Perawatan Payudara dengan Metode Oketani Terhadap Kelancaran Produksi ASI pada Ibu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang perawatan payudara di BPS Sunarsi Kabupaten Sragen sebagian besar berkategori cukup sebanyak

Kelancaran ekskresi ASI pada ibu postpartum setelah dilakukan massage payudara di Puskesmas Jatinom : bahwa dari 31 responden, sebanyak 27 responden (87,1%) dengan