• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF DARI KULIT BUAH ASAM KERANJI (Dalium indum ) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA LUNAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF DARI KULIT BUAH ASAM KERANJI (Dalium indum ) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA LUNAK"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bumi Jaya, pada tanggal 11 Maret 1990, sebagai anak keempat dari lima bersaudara, putri dari Bambang Trinarwanto S.Pd dan Rohiyati.

Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Bumi Jaya, diselesaikan pada tahun 2002. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Negara Batin diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di MAN 1 Metro diselesaikan pada tahun 2008. Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Unila melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

(2)

Motto

Wattaqullaah wa yu’allimukumullaah,wallaahu bikulli

syai-

in ‘aliim”

Bertakwalah pada Allah maka Allah akan mengajarimu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(Al-Baqorah : 282)

Berusaha dan berdo’a serta rasa syukur merupakan

kunci

dari kebahagian dan kesuksesan.

(Dewi Kartika Sari)

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah

kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita

capai.

(Schopenhauer)

Apa yang anda lakukan saat ini, itulah yang menentukan masa

depan anda.

(3)

ABSTRACT

IDENTIFICATION OF ACTIVE COMPOUNDS FROM THE SHELL OF KERANJI TREE (Dalium indum) AS CORROSION

INHIBITOR OF MILD STEEL

By

Dewi Kartika sari

In this study, the efficacy of active compounds isolated from the shell of keranji tree (Dalium indum) was tested as corrosion inhibitor of mild steel in corrosion media of brine solution concentrated with carbondioxide gas. Isolation of the active compounds was carried our by maseration method using methanol, followed by fractination using chloroform and ethylacetate. Both fractions were found to active as corrosion inhibitor, however the ethylacetate fraction was found to work much better. Corrosion inhibition was determinded using two methods of weight loss measurement and potentiodynamic polarization. The extract sample is characterized by FT-IR and sufface of mild steal is caracterized by SEM-EDS. Experiment without corrosion inhibitor resulted in corrosion rate of 1.179 mmpy. Measurement of corrosion rate using the weight loss method indicated that the optimum concentration of the ethylacetate fraction was 200 ppm, resulted in corrosion rate reduction to 0.534 mmpy which correspond to 54.7% corrosion protection. Using the potentiodynamic polarization method, it was found that the optimum concentration was 250 ppm with Icorr of -6.91448 mA, which correspond to corrosion rate of 0.427 mmpy or 63.84% corrosion protection.

(4)

ABSTRAK

IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF DARI KULIT BUAH ASAM KERANJI (Dalium indum) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA LUNAK

Oleh

Dewi Kartika Sari

Telah dilakukan penelitian tentang identifikasi senyawa yang aktif sebagai inhibitor korosi dari kulit buah asam keranji (Dalium indum). Isolasi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan metanol dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan dua pelarut yaitu kloroform dan etilasetat. Filtrat hasil fraksinasi selanjutnya diuji terhadap korosi baja lunak dalam medium korosi berupa air laut buatan yang dijenuhi dengan gas karbondioksida. Daya hambat korosi ditentukan dengan dua cara, yakni metode kehilangan berat dan metode potensiodinamik polarisasi. Ekstrak buah asam keranji dianalisis dengan FT-IR untuk melihat gugus fungsinya dan permukaan baja lunak dianalisis dengan SEM-EDS. Hasil penelitian menunjukkan senyawa aktif dalam fasa kloroform dan etilasetat mempunyai kemampuan untuk menghambat korosi, namun senyawa aktif dalam etilasetat bekerja jauh lebih efektif. Hasil percobaan tanpa inhibitor menunjukkan laju korosi sebesar 1,179 mmpy. Hasil percobaan menggunakan fraksi etilasetat dengan metode kehilangan berat menunjukkan bahwa konsentrasi optimum ekstrak etilasetat adalah 200 ppm, dan mampu menurunkan laju korosi hingga menjadi 0,534 mmpy setara dengan persen proteksi sebesar 54,7%. Dengan metode potensiodinamik polarisasi didapatkan konsentrasi optimum adalah 250 ppm dengan nilai Icorr sebesar -6,91448 mA. Nilai Icorr ini menunjukkan laju korosi sebesar 0,427 mmpy dan setara dengan persen proteksi sebesar 63,84%.

(5)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli sampai Oktober 2012 di

Laboratorium Biomassa FMIPA Unila.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas yang digunakan

dalam laboratorium; timbangan analitik, autoklaf, orbital shaker, rotary evaporator,

alat pengukuran potensiostat, Scanning Electron Microscope (SEM), dan

Spectrophotometri Fourier Transform Infrared (FT-IR)(varian 2000 scimitar series).

Bahan yang digunakan adalah buah asam keranji yang telah dikeringkan dan

dihaluskan, yang diperoleh dari Banten. Mild steel (2x1) cm2 tebal 0,1 cm, kertas

abrasif dengan grit 240,400, 600, dan 800. Bahan kimia yang dipakai meliputi

etilasetat, metanol, aseton, akuades, kloroform, dan silika gel Merck kiesegal 60 F254

(6)

21

C. Prosedur Penelitian

1. Pengumpulan dan persiapan sampel

Sampel berupa buah asam keranji diambil dari daerah Banten, kemudian buah asam

keranji tersebut dipisahkan antara kulit, daging buah dan bijinya. lalu dikeringkan

dan dihaluskan hingga menjadi serbuk halus.

1.1. Persiapan spesimen baja lunak (mild steel)

Spesimen baja lunak dipotong-potong dengan lebar 1 cm dan panjang 2 cm kemudian

diamplas dengan kertas abrasif mulai dari grit 240, 400, 600 dan terakhir dengan grit

800. Setelah permukaan mild steel rata atau homogen selanjutnya dibersihkan

dengan akuades, dan larutan aseton kemudian disimpan dalam desikator. Permukaan

logam tersebut diukur dimensinya lalu ditimbang massanya.

1.2. Pembuatan larutan inhibitor

Ekstrak kasar buah asam keranji yang diperoleh kemudian dibuat larutan induk

sebesar 10.000 ppm dengan melarutkan 0,5 kg ekstrak kasar buah asam kranji dalam

50 mL akuades.

1.3. Larutan medium korosif

Air laut buatan (brine solution) dibuat dengan melarutkan NaCl 3% (w/v) dan

NaHCO3 100 mg/L dengan akuades dalam labu ukur. Larutan ini dijenuhkan dengan

(7)

22

2. Ekstraksi buah asam keranji

Sebanyak 0,5 kg buah asam keranji yang telah dihaluskan, dimaserasi dengan

menggunakan 1,5 L metanol selama 3 hari. Ekstrak metanol yang diperoleh disaring

kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 45-50˚C dengan laju

putaran 120-150 rpm. Sehingga diperoleh fitrat pekat, kemudian filtrat pekat tersebut

diekstraksi dengan kloroform dan etilasetat.

3. Pengujian sampel

3.1. Uji korosi dengan metode kehilangan berat (weight loss)

Larutan korosi yang digunakan telah disiapkan ke dalam botol gelas sebanyak

masing-masing 100 mL dengan suhu 250C. Larutan induk inhibitor yang telah

dibuat ditambahkan ke dalam medium korosif sebanyak 0,5 mL agar konsentrasi

larutan menjadi 50 ppm, sedangkan untuk konsetrasi 100, 150, 200, dan 250 ppm

dibuat dengan cara yang sama. Kemudian gas karbondioksida dialirkan ke dalam

masing-masing botol selama 45 menit. Sampel mild steel yang telah ditimbang

massanya, dimasukkan ke dalam larutan medium korosif tanpa atau dengan adanya

inhibitor yang telah jenuh dengan gas karbondioksida. Selanjutnya dikocok (shaker)

selama 24 jam. Sampel kemudian dikeluarkan dan dibersihkan dengan HCl encer dan

akuades serta dibilas dengan aseton, setelah kering sampel tersebut ditimbang

(8)

23

3.2. Potensiodinamik polarisasi

Pertama-tama elektroda pembanding, elektroda bantu platina dan elektroda kerja baja

dicuci dengan menggunakan larutan medium korosif dan dibilas dengan akuades.

Setelah itu elektroda kerja, elektroda pembanding dan elektroda bantu dirangkai pada

suatu sel korosi yang disebut sebagai sel tiga elektroda dengan larutan medium

korosif sebagai elektrolitnya, kemudian dialiri gas CO2 dan selama pengukuran,

dipastikan tidak ada kontaminasi oleh oksigen. Lalu dihubungkan dengan alat

potensiostat dan komputer.

Elektroda kerja dibiarkan selama 10 menit di dalam elektrolit. Setelah itu dilakukan

polarisasi dengan menggunakan metode potensiodinamik. Potensial diatur dengan

rentang pengukuran -2 V sampai 1,5 V terhadap potensial pembanding dengan

kecepatan scan 20 mV/s. Perubahan arus yang terjadi, diukur dengan potensiostat.

Kemudian data yang didapatkan diolah untuk menentukan grafik potensiodinamik

(E terhadap log I). Sehingga dapat dihitung persen proteksi dengan Persamaan (3).

4. Analisis sampel

4.1. Analisis permukaan sampel

Morfologi sampel mild steel diamati menggunakan Scanning Electron Microscopy

(SEM) menggunakan larutan medium korosif dengan dan tanpa inhibitor setelah

(9)

24

4.2. Analisis gugus fungsi

Untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada sampel kulit buah asam keranji diamati

menggunakan Spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR) dilakukan di

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korosi adalah perusakan material, terutama logam, sebagai konsekuesi dari reaksi

kimia yang terjadi dengan lingkungan. Korosi menjadi masalah ekonomi karena

menyangkut umur, penyusutan dan efisiensi pemakaian suatu bahan maupun

peralatan terutama dalam kegiatan industri. Korosi menyebabkan kerugian yang

sangat besar, Groysman and Brodsky, (2006) menyatakan biaya korosi sampai

5% dari GNP berbagai negara.

Banyak cara yang telah dilakukan untuk menghambat proses korosi, diantaranya

adalah pemilihan material, pelapisan pada permukaan logam, perlindungan

katodik, penambahan inhibitor korosi dan lain-lain (Nathan, 1977). Penggunaan

inhibitor korosi merupakan cara yang paling efektif untuk menghambat korosi,

karena dalam penggunaannya memerlukan biaya yang relatif murah dan

prosesnya sederhana.

Inhibitor korosi adalah suatu senyawa kimia dengan jumlah sedikit dapat

menurunkan laju korosi dalam media korosif dengan merubah kondisi logam.

Proses yang terjadi pada permukaan bisa sebagai adsorpsi inhibitor atau

pembentukan lapisan tipis permukaan yang tidak larut. Lapisan yang terbentuk

bahkan lebih tipis dari lapisan proteksi secara coating. Inhibitor korosi yang

(11)

2

mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron bebas, seperti

nitrogen, sulfur, pospor, dan oksigen. Beberapa contoh senyawa yang

mengandung nitrogen yang digunakan sebagai inhibitor korosi yaitu; polimer

vinil piridina (Annand et al., 1965), imidazolina (Clewlow et al.,1993, Durnie

2000, Ilim et al.,2004), nitrit, kromat, dan fosfat (Hartati, 2003), ekstrak

tumbuhan lada, pinang, daun teh (Ilim dkk., 2008).

Berdasarkan penelitian (Ilim dkk., 2008), bahwa ekstrak buah lada, buah pinang

dan daun teh dapat digunakan sebagai inhibitor korosi baja lunak pada medium air

laut buatan yang jenuh dengan gas CO2. Inhibitor ekstrak buah pinang

mempunyai proteksi yang paling tinggi di antara inhibitor lainnya. Pada

penelitian ini difokuskan penggunaan inhibitor korosi senyawa organik yang

berasal dari bahan alam yaitu buah asam keranji (Dalium indum) karena senyawa

bahan alam lebih bersifat ramah lingkungan. Secara tradisional air rebusan dari

daun asam keranji ini telah digunakan untuk mencuci besi yang berkarat. Pada

penelitian ini dapat diketahui bahwa ekstrak buah asam keranji dapat berfungsi

sebagai inhibitor korosi.

Metode yang digunakan untuk mengektraksi buah asam keranji yaitu dengan cara

maserasi menggunakan pelarut metanol, kemudian dilakukan fraksinasi dengan

kloroform dan dilanjutkan dengan etilasetat. Medium korosi yang digunakan

adalah air laut buatan yang jenuh dengan gas CO2. Pengujian laju korosi untuk

setiap fraksi dilakukan dengan metode kehilangan berat dan potensiostat.

Identifikasi struktur dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri Fourier

(12)

3

terkorosi dengan atau tanpa larutan inhibitor menggunakan mikroskop pemindai

elektron-spektroskopi dispersi energi(SEM-EDS).

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengekstrak buah asam keranji dengan pelarut metanol.

2. Uji ekstrak kasar dan fraksi-fraksi sebagai inhibitor korosi dengan metode

kehilangan berat dan potensiostat.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu:

1. Dapat memberikan informasi ilmiah tentang aktifitas buah asam keranji

sebagai inhibitor korosi.

(13)

Puji syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

Kedua orang tuaku,

Ayah dan Ibunda yang telah memberikan kasih sayang

serta doa untukku. Terima Kasih,

kalianlah inspirasi tuk masa depanku.

Kakak-kakak dan Adikku terkasih atas kasih sayang

kalian yang tulus padaku

Keluarga besar “

Dewi

” di J

awa dan Way Kanan yang

telah mendukungku

Seluruh sahabat terbaikku

Seseorang yang akan mendampingiku kelak

(14)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahi robbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT,

karena atas segala rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul "Identifikasi Senyawa Aktif Dari Kulit Buah Asam

Keranji (Dalium indum) Sebagai Inhibitor Korosi Baja Lunak" adalah salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan

rintangan, namun itu semua dapat penulis lalui karena rahmat dan ridha Allah

SWT serta bantuan dan dorongan semangat dari orang-orang yang hadir

dikehidupan penulis. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih

setulus-tulusnya kepada :

1. Ayah dan ibundaku tercinta, yang selalu memberikan kasih sayang, do’a,

motivasi dan pengorbanan, yang diberikan demi kelancaran penulis dalam

menuntut ilmu.

2. Ibu Dra. Ilim, M.S., selaku pembimbing I penelitian yang telah banyak

memberikan nasihat, saran, ilmu, motivasi, perhatian, serta kesabaran dalam

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan selama menjadi

(15)

3. Bapak Wasinton Simanjuntak, Ph.D., selaku pembimbing II penelitian yang

telah memberikan kritik, saran, dan arahan yang diberikan kepada penulis

sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Prof.Dr.Tati Suhartati,M.S., selaku penguji penelitian yang telah

memberikan semangat, kritik, saran, dan arahan kepada penulis sehingga

skripsi ini terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dr. Buhani, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, bantuan, nasehat, dan informasi yang

bermanfaat kepada penulis.

6. Bapak Andi Setiawan, Ph.D., selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila.

7. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

8. Seluruh dosen FMIPA Unila yang telah mendidik dan memberikan ilmu

pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama kuliah.

9. Kedua orang tuaku yang sangat kucintai. Bapak tercinta Bambang Tn S.Pd

yang selalu menjadi inspirasi dan semangat dalam segala hal. Terima kasih

bapak atas do’amu yang tak putus dan segala bentuk pengorbananmu.

Mimiku tersayang ibunda Rohiyati yang selalu memberikan kasih sayang,

sabar mengahadapi aku dan selalu mendoakanku setiap waktu. Terima kasih

ibunda atas nasehat dan do’a yang tak henti kau panjatkan untukku. Dengan

tulus dan rendah hati kuucapkan terima kasih banyak atas segala hal terbaik

dan semua yang telah diberikan kepadaku serta bentuk pengorbananmu.

10. Kakak dan adikku yang sangat kusayangi Aa’ Ade Supriyatna, teteh Sri

(16)

ya atas do’a, dukungan dan selalu jadi penyemangatku. Kalian adalah

saudara terbaik bagiku. Semangat terus ya kakak dan adikku, aku sayang

kalian.

11. Keluarga besar “ abah Warga dan nenek Sutijah serta keluarga besar kakek

Sunarso dan nenek Sri Suarni”.

12. Mas Choirul Setiyo Budi yang senantiasa memberikan nasehat dan dukungan.

13. Sahabat-sahabat terbaikku (Eny Heriyani S.Si, Evi S.Si, Wanti S.Si, Albert

Ferdinan S.Si, Lenny Warlina S.Si, Raffel S.Si, Riki Fauzi S.Si dan Musrifatu

S.Si) yang setia mememani penelitianku sampai malam dan membantuku

baik dalam doa, nasehat dan upaya. Terima Kasih teman atas segala

dukungan, motivasi dan bantuan yang telah kalian berikan. Untuk

teman-temanku di laboratorium elektrokimia (Juju, Meta, Gege, Nunk, Retno, Arif

Ashari, Vinin, dan Reza) yang tidak bosan-bosannya mendengar segala keluh

kesahku, menasehati dan mendoakanku selama di kampus. Semangat dan

sukses buat penelitianya. Terima kasih teman-temanku.

14. Teman-teman satu angkatanku : Siti Oktavia Rumapea S.Si, Ayu, M.Amin,

M. Ramdan S.Si, Puji Mugianto S.Si, TB. Didi Supriadi, Eko, Majid, Sobari,

Idrus, Ruzky, Mychel, Miftahudin Ramli S.Si, Sundari Riawati S.Si, Ni Putu

Yuliastiani S.Si, Harnita, Kiki, Sofa Nurfauziah S.Si, Ricardo Novia, Nuro,

Adek Purnawati S.Si, Vivi, Ani Sulistiani S.Si, Eliana S.Si, Rudi, Putri,

Mifta, Musrifatun S.Si, Dewa, Robby, Nanda, terima kasih teman atas

dukungan, kebersamaan selama ini, keceriaan kalian disetiap hari-hariku, aku

(17)

15. Kakak-kakak Kimia 2005, 2006, 2007, dan adik-adik kimia 2009, 2010, 2011

dan 2012 FMIPA Unila terima kasih atas segala dukungannya.

16. Teman-teman kosan Elya Artika, Rega Renfilia, Ani, Ni Wayan Hermayanti,

Yunida dan Isna,. Terima kasih atas kebersamaan dan keceriaan yang sudah

kita lewati.

17. Kelompok kecil Liqo’ yang selalu mengasihi dan mendo’akanku (ani,eli, sri,

mifta, mute’) dan untuk kak Idra tutor kami. Terima kasih banyak ya ukhti,

aku sayang kalian semua.

18. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

penyusunan skripsi ini. Terima kasih.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna bagi kita

semua. Amin

Bandar Lampung, 27 Febuari 2013 Penulis

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Korosi

Korosi secara umum didefinisikan sebagai suatu peristiwa kerusakan atau

penurunan kualitas suatu bahan yang disebabkan oleh terjadinya reaksi antara

bahan dengan lingkungannya. Korosi pada logam (perkaratan) yaitu peristiwa

perusakan pada logam yang disebabkan oleh reaksi oksidasi. Kerusakan terhadap

logam-logam tersebut dipengaruhi oleh adanya gas oksigen, amoniak, klorida, air,

larutan garam, basa, asam, dan juga akibat arus listrik. Pada umumnya korosi

yang paling banyak terjadi adalah korosi oleh udara dan air (Fontana, 1986).

Korosi menjadi masalah ekonomi karena menyangkut umur, penyusutan dan

efisiensi pemakaian suatu bahan maupun peralatan terutama dalam kegiatan

industri. Banyak sekali kerugian yang diakibatkan oleh korosi. Kerusakan pada

pipa gas, pipa minyak, kapal, dan alat-alat lain yang terbuat dari besi atau baja.

Milyaran dollar AS telah dikeluarkan setiap tahunnya untuk merawat jembatan,

peralatan perkantoran, kendaraan bermotor, mesin-mesin industri, serta peralatan

elektronik lainnya agar konstruksinya dapat bertahan lama (Akhadi, 1991).

Keberadaan gas CO2 di dalam air dapat mempercepat reaksi korosi logam. Hal ini

disebabkan karena adanya pengaruh keasaman dari gas CO2 sehingga dapat

membentuk ion karbonat. Ion karbonat ini bertindak sebagai ligan dan

mengkatalisis reaksi pelarutan logam sehingga akan terjadi proses korosi.

(19)

5

terbentuk adalah besi karbonat (FeCO3) yang dapat mengendap pada permukaan

logam membentuk lapisan tipis (Yuliani, 2005).

Proses pencegahan korosi dapat dilakukan, diantaranya dengan pelapisan pada

permukaan logam, perlindungan katodik maupun anodik dan penambahan

inhibitor korosi (Haryono dkk, 2010). Penambahan inhibitor korosi merupakan

cara yang paling efektif untuk menghambat korosi, karena dalam penggunaanya

memerlukan biaya yang relatif murah dan prosesnya sederhana (Ilim, 2007).

B. Inhibitor Korosi

Inhibitor korosi adalah zat yang ketika ditambahkan dalam konsentrasi kecil pada

lingkungan, efektif mengurangi laju korosi logam pada lingkungan tersebut

(Rahim and Kassim, 2008). Sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui cara

adsorpsi untuk membentuk suatu lapisan tipis dan melalui pengaruh lingkungan

(misalnya pH) menyebabkan inhibitor dapat mengendap dan selanjutnya

teradsopsi pada permukaan logam serta melindunginya terhadap korosi

(Dalimunthe, 2004). Pada umumnya inhibitor korosi berasal dari

senyawa-senyawa organik dan anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki

pasangan elektron bebas, seperti nitrit, kromat, fosfat dan senyawa-senyawa

amina (Haryono dkk., 2010).

1. Inhibitor organik

Pada umumnya senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan sebagai inhibitor

adalah senyawa-senyawa yang mampu membentuk senyawa kompleks baik

kompleks yang terlarut maupun kompleks yang mengendap. Untuk itu diperlukan

(20)

6

membentuk ikatan kovalen terkoordinasi, yaitu atom nitrogen, belerang dan

oksigen pada suatu senyawa tertentu (Dalimunthe, 2004). Atom O, N, dan S

ditemukan memiliki kebasaan yang lebih tinggi dan kepadatan elektron dan

dengan demikian bertindak sebagai inhibitor korosi. Atom O, N, dan S adalah

pusat aktif untuk proses adsorpsi pada permukaan logam. Efisiensi inhibisi

mengikuti urutan O < N < S < P. Ketersediaan elektron tak berikatan (pasangan

elektron bebas) dalam molekul inhibitor memfasilitasi transfer elektron dari

inhibitor dengan logam. Ikatan kovalen koordinat yang melibatkan transfer

elektron dari inhibitor pada permukaan logam dapat terbentuk. Dengan demikian

terjadi adsorpsi antara permukaan logam dan inhibitor yang membentuk lapisan

pelindung pada logam (Rani and Basu, 2011).

Inhibitor organik diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu sintetik dan alami.

Inhibitor sintetik seringkali digunakan dalam menghambat laju korosi logam,

namun inhibitor ini selain mahal juga ternyata berbahaya bagi manusia dan

lingkungan karena bersifat toksik. Oleh karena itu saat ini sedang dikembangkan

green inhibitor (inhibitor yang ramah lingkungan) yang bersifat non-toksik,

murah, sudah tersedia di alam, mudah diperbaharui dan tidak merusak lingkungan

(El-Etre and Abdallah, 2000).

Green inhibitor ini berasal dari tumbuh-tumbuhan atau biji-bijian.

Tumbuh-tumbuhan yang digunakan biasanya yang mengandung tanin, asam-asam organik

maupun asam-asam amino, dan alkaloid yang diketahui mempunyai kemampuan

menghambat korosi (Oguzie, 2007). Green inhibitor dari tumbuhan, yang sering

(21)

7

catappa L.), sifat inhibisi dan adsorpsinya disebabkan karena adanya saponin,

tanin, flavanoid, terpen dan alkaloid (Rani and Basu, 2011).

2. Inhibitor anorganik

Inhibitor anorganik dapat menginhibisi material logam baik secara anodik atau

katodik karena memiliki gugus aktif (Wiston, 2000). Inhibitor ini terdiri dari

beberapa senyawa anorganik antara lain : fosfat, kromat, dikromat, silikat, borat,

molibdat dan arsenat. Senyawa-senyawa tersebut sangat berguna dalam aplikasi

pelapisan korosi, namun inhibitor ini memiliki kelemahan yaitu bersifa toksik

(Ameer et al., 2000).

3. Mekanisme proteksi

Reaksi yang terjadi antara logam Fe2+ dengan medium korosif diperkirakan

menghasilkan Fe(HCO3)2, dan oksidasi lebih lanjut menghasilkan FeCO3 yang

merupakan produk korosi yang tidak diinginkan karena mempercepat laju korosi.

Reaksi yang terjadi:

Fe (s) + 2H2CO3 Fe(HCO3)2(S) + H2 (g)

Fe(HCO3)2(s) FeCO3(s) + H2CO3

Sedangkan reaksi antara Fe2+ dengan inhibitor ekstrak etilasetat menghasilkan

senyawa kompleks sebagai produk korosi yang diharapkan dapat menghambat

laju korosi. Pada inhibitor ekstrak etilasetat diduga adanya senyawa tanin yang

mengandung gugus O-H yang diharapkan mendonorkan sepasang elektronnya

(22)

8

korosif sehingga diharapkan produk-produk korosi yang terbentuk memiliki

kestabilan yang lebih baik dibanding dengan Fe2+ saja (Haryono dkk., 2010)

Reaksi antara Fe2+ dengan inhibitor ekstrak bahan alam menghasilkan senyawa

kompleks. Inhibitor ekstrak bahan alam, misalnya yang mengandung nitrogen,

mendonorkan sepasang elektronnya pada permukaan logam mild steel ketika ion

Fe2+ terdifusi ke dalam larutan elektrolit, reaksinya adalah:

Fe → Fe2+

+ 2e- (melepaskan elektron)

Fe2+ + 2e-→ Fe (menerima elektron)

Gambar 2.1. Mekanisme proteksi (Haryono dkk. 2010).

Produk yang terbentuk di atas mempunyai kestabilan yang tinggi dibanding

dengan Fe saja, sehingga sampel besi atau baja yang diberikan inhibitor ekstrak

bahan alam akan lebih tahan (terproteksi) terhadap korosi. Contoh lainnya, dapat

juga dilihat dari struktur senyawa nikotin dan kafein yang terdapat dalam ekstrak

daun tembakau, teh, dan kopi, pada senyawa kafein dan nikotin yang mengandung

gugus atom nitrogen akan menyumbangkan pasangan elektron bebasnya untuk

mendonorkan elektron pada logam Fe2+ sehingga terbentuk senyawa kompleks

(23)

9

Banyak tanaman di Indonesia yang memiliki kandungan senyawa nitrogen atau

alkaloid, di antaranya adalah daun teh, pepaya, daun lada, lidah buaya, buah

pinang dan sebagainya. Sehingga pada penelitian ini akan digunakan tanaman

buah asam keranji sebagai inhibitor korosi baja lunak.

.

C.Asam Kranji

Asam kranji ( Dialium indum) adalah tanaman yang ditemukan di Thailand

Selatan, Malaysia, dan Indonesia. Ini termasuk dalam keluarga Leguminosae,

buah asam keranji ini biasa untuk dikonsumsi, bentuknya seperti buah anggur

berukuran kecil dengan warna ungu ketika muda dan kecokelatan bila sudah

dikeringkan. Karena dinilai kayunya yang keras dan kuat, maka spesies ini

terancam, dengan adanya penebangan liar dan pemukiman manusia. Rasa buah

ini mirip dengan asam. Di Thailand, buah asam keranji disebut dengan "Luk Yee"

atau "Yee", sedangkan di Malaysia dan Indonesia orang biasa menyebutnya

dengan nama "Keranji". Buah asam keranji ini digunakan sebagai makanan

ringan seperti permen di Thailand. Buah asam keranji juga dapat ditemukan di

negara-negara Afrika Barat seperti Sierra Leone, Senegal, Nigeria dimana dikenal

sebagai awin dalam bahasa Yoruba, icheku dalam bahasa Igbo dan kurm Tsamiyar

di Hausa (Wang, 1992).

Nama umum buah asam keranji yaitu:

Indonesia : Asam keranji, kranji, asam cina, kuranji, ki pranji (Sunda), parangi

(24)

10

(a) (b)

Gambar 2.2.Tumbuhan buah asam keranji (a). Segar (b). Kering

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (Suku polong-polongan)

Genus : Dialium

Spesies : Dialium indum

2. Kandungan kimia asam kranji

Tabel 2.1 Komposisi buah asam dalam persen (%) :

(25)

11

3. Manfaat asam keranji

Buah asam ini banyak digunakan sebagai pengasam makanan di daerah

Kalimantan. Di Jakarta asam ini dulu sering dijajakan di sekolah-sekolah sebagai

jajanan anak. Bentuk buahnya sebesar kelereng, warna kulitnya jika sudah

diperam berwarna kehitaman dengan daging buah kecoklatan. Rasanya asam

namun tidak seasam asam jawa. Tapi juga ada yang manis, masyarakat

Kalimantan Barat biasa menyebutnya buah asam kranji madu. Rasanya seperti

coklat dan madu, sangat lezat.

Dilihat dari kandungan kimia dari buah asam keranji yaitu daun dan buah Dialium

indum mengandung saponin, flavonoida dan polifenol,daging buah berkhasiat

sebagai obat sariawan, gusi berdarah dan sakit diare, sedangkan rebusan daunnya

untuk mencuci besi yang berkarat. Dari kandungan kimia yang ada dalam buah

asam keranji, maka buah ini mempunyai kemampuan sebagai inhibitor

korosi(Wang, 1992).

D. Metode Pemisahan

Ekstraksi merupakan salah satu proses penarikan komponen/zat aktif dengan

menggunakan pelarut tertentu. Prinsip ekstraksi didasarkan pada distribusi zat

terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling

bercampur (Khopkar, 2002). Ekstraksi digolongkan ke dalam dua bagian besar

berdasarkan bentuk fasa yang diekstraksi yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi

cair-padat. Untuk ekstraksi cair-cair dapat menggunakan corong pisah, sedangkan

ekstraksi cair-padat terdiri dari beberapa cara yaitu maserasi, perkolasi dan

(26)

12

Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan cara perendaman sampel

menggunakan pelarut organik pada suhu ruang. Proses ini sangat menguntungkan

dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dengan perendaman

sampel akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan

tekanan di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam

sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik serta struktur senyawa tidak akan

mudah rusak (Harborne, 1984).

H. Metode Analisis Korosi

1. Polarisasi potensiodinamik

Polarisasi potensiodinamik adalah metode untuk menentukan perilaku korosi

logam berdasarkan hubungan potenial dan arus anodik atau katodik. Korosi

logam terjadi jika terdapat arus anodik yang besarnya sama dengan arus katodik,

walaupun tidak ada arus yang diberikan di luar sistem. Hal ini disebabkan

ada perbedaan potensial antara logam dan larutan sebagai lingkungannya

(Sunarya, 2008). Laju korosi dapat ditentukan dengan metode ini dengan

menggunakan potensiostat dengan tiga elektroda, yaitu elektroda acuan tipe

kalomel (SCE), elektroda bantu berupa platina dan elektroda kerja berupa

spesimen baja. Data yang didapat dari metode ini adalah kurva polarisasi

anodik/katodik yang menyatakan hubungan antara arus (µA/cm2) sebagai fungsi

potensial (mV). Menurut Kandias (2009) selanjutnya kurva tersebut

diekstraposisi untuk dapat menentukan laju korosi dan arus korosi melalui

Persamaan (1).

(27)

13

Rp = hambatan polarisasi

Vcorr = laju korosi Faraday

Ae = massa ekivalen logam (g/mol.ekivalen)

ρ = massa jenis logam (g/cm3)

1.1. Metode Tafel

Kecepatan atau laju korosi yang terjadi pada logam dalam lingkungan elektrolit

baik tanpa atau dengan adanya inhibitor korosi dapat dilakukan dengan

menggunakan metode Tafel. Pengukuran dengan metode Tafel untuk kinerja

inhibisi dilakukan dalam sel elektrokimia dengan sistem tiga elektroda, yaitu

sampel baja karbon sebagai elektroda kerja, elektroda Pt sebagai elektroda bantu,

dan elektroda kalomel sebagai elektroda pembanding.

Kinetika elektrokimia untuk korosi pada logam dapat dikarakterisasi dengan

menentukan tiga parameter yaitu densitas hantaran (Icorr), potensial korosi (Ecorr),

dan slop Tafel katodik (β a dan β c ). Hasil pengolahan data ketiga parameter di

atas dapat menentukan harga hambatan polarisasi (Rp) serta densitas hantaran

(Icorr) dan dari hasil kedua olahan ini dapat dinyatakan sebagai laju korosi Faraday

( Vcorr atau CF ) dalam satuan milimeter pertahun (Kandias, 2009).

Hambatan polarisasi, Rp (ohm, cm2) adalah suatu besaran yang menentukan laju

(28)

14

kurva potensial sebagai fungsi rapat arus disekitar potensial korosinya. Rp

diasosiasikan dengan hukum Stren Geary, pada Persamaan(1).

Nilai Rp ini menunjukkan laju korosi, jika nilai Rp sangat kecil maka sistem

sangat korosif. Sedangkan β a dan β c merupakan kemiringan Tafel anodik dan

Tafel katodik. β merupakan nilai terapan Stern Greary ( Fahrurrozie, 2009).

Prinsip polarisasi Tafel adalah antaraksi antarmuka antara larutan uji dengan

elektroda. Interaksi ini menimbulkan polarisasi logam dan arus tertentu.

Berdasarkan ektrapolasi Tafel ini dapat diketahui dominasi reaksi yang terjadi

antara anodik dan katodik. Jika potensial anodik dapat bergeser kearah negatif

maka polarisasi atau reaksi anodik yang berperan ditandai dengan terjadinya

oksidasi pada baja karbon. Namun jika potensial korosi bergeser kearah positif

maka reaksi katodik berperan ditandai dengan terjadinya reduksi ion-ion H+ yang

banyak.

1.2. Laju korosi

Dalam suatu sistem reaksi terdapat suatu reaksi antara komponen-komponen

didalamnya, yang secara mikro melibatkan elektron-elektron. Begitu juga dalam

proses korosi, transfer elektron menuju ke permukaan logam berlangsung secara

kesinambungan hingga secara kesetimbangan. Untuk mencapainya, biasanya

dilakukan OCP (open circuit potensial) dengan cara menstabilkan interaksi antara

larutan dengan logam (arus korosi) selama beberapa saat. Transfer elektron

tersebut merupakan parameter menentukan laju korosi logam (Sunarya, 2008).

Laju korosi dapat dilakukan dengan metode polarisasi potensiodinamik. Data

(29)

15

menyatakan hubungan arus antara arus ( ) sebagai fungsi potensial (mV).

Selanjutnya kurva tersebut diektrapoasi untuk menentukan laju korosi dan arus

melalui Persamaan (1) dan (2). Untuk menghitung persentase proteksi dari

inhibitor yang digunakan dengan menggunakan pada Persamaan (3).

% proteksi = (Icorr0 - Icorri)x 1/ Icorr0 x 100% ... (3)

Keterangan: Icorr0 = laju korosi tanpa inhibitor Icorri = laju korosi dengan inhibitor.

2. Metode kehilangan berat (weight loss)

Metode weight loss menunjukkan plot antara laju korosi terhadap waktu

perendaman merupakan persentasi inhibisi inhibitor yang dapat disusun

berdasarkan indikasi dari hambatan polarisasinya yang dapat disusun berdasarkan

indikasi dari hambatan polarisasinya serta urutan kemampuan masing-masing

inhibitor ketika terserang pada permukaan logam. Kemudian data yang diperoleh

selanjutnya digunakan untuk menghitung weight loss dengan menggunakan pada

Persamaan (4).

CR(mmpy)=10x(Wt/A)(I/D)X(365/t)………...(4)

CR = laju korosi (mmpy)

Wt = berat (gram) yaitu antara berat awal dikurang dengan berat akhir A = luas sampel (cm2)

D = density (gram/cm2)

Untuk menghitung persentase proteksi dari inhibitor yang digunakan dengan

(30)

16

% proteksi = (Cr0 - Cri)x 1/ Cr0 x 100 %...(5)

Keterangan: Cr0 = laju korosi tanpa inhibitor CRi = laju korosi dengan inhibitor.

I. Analisis Spektrofotometri

1. Spektrophotometri fourier transform infrared (FTIR)

Spektrofotometri FT-IR merupakan suatu metode yang mengamati interaksi

molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang

gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1.

Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell,

yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang

elektromagnetik, artinya mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang

keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan (Hsu, 1994).

Pada dasarnya Spektrofotometer FTIR (Fourier Trasform Infra Red) adalah

hampir sama dengan Spektrofotometer IR dispersi, yang membedakannya adalah

pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati

contoh. Dasar pemikiran dari Spektrofotometer FTIR adalah dari persamaan

gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830)

seorang ahli matematika dari Perancis.

Pada sistem optik FTIR digunakan radiasi LASER (light amplification by

stimulated emmission of radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang

diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang

(31)

17

Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer FTIR adalah TGS (tetra

glycerine sulphate) atau MCT (mercury cadmium telluride). Detektor MCT lebih

banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor

TGS, yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi,

lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif

terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.

Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi tekuk, khususnya vibrasi

rocking (goyangan), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 – 400

cm-1. Karena di daerah antara 4000 – 2000 cm-1 merupakan daerah yang khusus

yang berguna untuk identifkasi gugus fungsional. Daerah 4000 – 2000 cm-1 ini

menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah

antara 2000 – 400 cm-1 seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan maupun

bengkokan mengakibatkan absorbsi pada daerah tersebut. Dalam daerah 2000 –

400 cm-1 tiap senyawa organik mempunyai absorbsi yang unik, sehingga daerah

tersebut sering juga disebut sebagai daerah sidik jari (fingerprint region).

Meskipun pada daerah 4000 – 2000 cm-1 menunjukkan absorbsi yang sama, pada

daerah 2000 – 400 cm-1 juga harus menunjukkan pola yang sama sehingga dapat

disimpulkan bahwa dua senyawa adalah sama.

Pada analisis dengan spektrofotometer FTIR diharapkan gugus fungsi terlihat pita

serapan pada daerah 3500-3000 cm-1 yang menunjukkan karakteristik vibrasi ulur

OH, pita serapan diatas 3300 cm-1 yang menunjukkan karakteristik vibrasi ulur

NH amina. Pita serapan lainnya yang menunjukkan adanya vibrasi NH amina

(32)

18

primer), diharapkan muncul pita serapan pada daerah 1250-1000 cm-1 yang

menunjukkan vibrasi ulur CN, pita serapan daerah 3000-2850 cm-1 menunjukkan

karakteristik vibrasi ulur CH, pita serapan lainnya pada daerah 1470-1350 cm-1

yang menunjukkan vibrasi tekuk CH, dan pita serapan pada daerah 1250-970 cm-1

yang menunjukkan vibrasi tekuk C-O (Hsu, 1994).

Secara keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer FTIR memiliki dua

kelebihan utama dibandingkan metoda konvensional lainnya, yaitu:

1. Dapat digunakan pada semua frekuensi dari sumber cahaya secara simultan

sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara

sekuensial atau scanning.

2. Sensitifitas dari metode Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara

dispersi, sebab radiasi yang masuk ke sistem detektor lebih banyak karena

tanpa harus melalui celah (slitless) (Hsu, 1994).

2. Scanning electron microscope (SEM)

Scanning Electron Microscope (SEM) adalah jenis mikroskop elektron untuk

memindai gambar permukaan suatu sampel padat dengan menggunakan sinar

elektron berenergi tinggi dalam pola pemindai pixel (Fansuri dan Martianingsih,

2011). SEM merupakan alat yang dapat digunakan untuk mempelajari atau

mengamati rincian bentuk maupun struktur mikro, topografi, morfologi

permukaan dari suatu obyek, seperti bahan logam dan polimer keramik yang tidak

dapat dilihat dengan mata atau dengan mikroskop optik.

(33)

19

dikumpulkan dengan tegangan tinggi dan berkas elektron difokuskan dengan sederetan lensa elektromagnetik. Ketika berkas elektron mengenai target,

informasi dikumpulkan melalui tabung sinar katoda yang mengatur intensitasnya. Setiap jumlah sinar yang dihasilkan dari tabung sinar katoda dihubungkan dengan jumlah target, jika terkena berkas elektron berenergi tinggi dan menembus

permukaaan target, elektron kehilangan energi, karena terjadi ionisasi atom dari cuplikan padatan. Elektron bebas ini tersebar keluar dari aliran sinar utama, sehingga tercipta lebih banyak elektron bebas, dengan demikian energinya habis lalu melepaskan diri dari target. Elektron ini kemudian dialirkan ke unit

Gambar

Gambar 2.1.  Mekanisme proteksi (Haryono dkk. 2010).
Tabel 2.1 Komposisi buah asam dalam persen (%) :

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan proses Terapi Menulis untuk meningkatkan self confidence seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, maka konselor meyakini

Di samping itu, Pasal 3 huruf b Peraturan Mahkamah Agung Repulik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di

Dalam model yang lain &#34;additive color&#34;, seperti halnya RGB (Red-Merah, Green-Hijau, Blue-Biru), warna putih menjadi warna tambahan dari kombinasi warna-.. warna

b) Prolaktin, yakni hormone yang merangsang kerja kelenjar susu, sehingga pada saat diperluka sudah siap berfungsi. Hormone ini juga berfungsi mengatur metabolisme ibu dapat

Perhitungan efisiensi absolut menunjukkan bahwa siklus bahan baku dan pengoperasian peralatan statis sudah memiliki tingkat efisiensi teknis yang baik karena mendekati 100

Deputi Bidang Pengembangan Teknologi mempunyai tugas membantu Ketua dalam menyelenggarakan pengembangan pengkajian penerapan tknologi di bidang teknologi pemukiman dan

Kebijakan internal ini adalah kebijakan yang memanfaatkan potensi yang dimiliki dalam rangka meminimalkan kelemahan yang terdapat pada program strategi

Dan kiranya, supaya, setiap orang yang sudah mendengar saya, pada pagi ini, menceritakan Kebenaran ini, bahwa Engkau adalah saksi saya, Tuhan, seperti Samuel di zaman dahulu;