• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE NHT ( Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE NHT ( Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib di pelajari pada jenjang pendidikan dari SD hingga SMA. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis dan memiliki sifat objektif, jujur serta disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas: 2005).

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diharapkan siswa dapat belajar dengan baik. Namun tidak semua siswa yang belajar dengan baik memperoleh hasil yang optimal. Hal ini kurangnya keterlibatan siswa dalam menguasai pembelajaran karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Oleh karena itu, guru perlu mengupayakan berbagai pendekatan yang bermaksud mem-bantu mengatasi kesulitan dalam belajar. Sehingga dalam mengatasi masalah tersebut, seorang guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya adalah dengan memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat.

(2)

ataupun dalam menanggapi masalah yang di berikan oleh guru, sehingga siswa tidak hanya menerima apa yang di berikan oleh guru tapi siswa di harapkan dapat menggali potensi diri.

Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan guru matematika di SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan, siswa belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya dengan pembelajaran konvensional. Hasil belajar matematika siswa kelas VIII masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tersebut. Terutama untuk kelas VIII A dan VIII B, salah satu buktinya adalah siswa yang tuntas hasil belajar matematika yaitu masing-masing 60% dan 60,5% siswa (KKM). Pada tes awal semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 belum mencapai target keberhasilan yang ingin di capai yaitu ≥65% siswa (KKM). Hal ini kurangnya keterlibatan siswa dalam menguasai

pembelajaran karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Oleh karena itu perlu diterapkan model pembelajaran yang tepat di SMP Negeri 5 Natar lampung selatan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(3)

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa, pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun model pembelajaran tersebut belum diterapkan di semua sekolah, terutama di SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan.

Keunggulan pembelajaran kooperatif diantaranya mengajarkan siswa suatu keterampilan kerjasama dan kolaborasi, selain keungulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran ini juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama sehingga siswa lebih memiliki kemugkinan mengunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi setelah diskusi. Pada pembelajaran kooperatif siswa-siswa berkerja dalam kelompok secara kompetitif. Metode kooperatif juga memanfaatkan kecendrungan siswa untuk berinteraksi. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adanya pening-katan penerimaan siswa yang berbeda latar belakang. Selain keunggulan-keunggulan diatas, pembelajaran ini juga memiliki kelemahan diantaranya apabila guru dalam pembelajaran tidak memberikan tantangan yang sesuai dan menarik, suatu pembelajaran kooperatif dapat berlangsung gagal dengan cepat. Kelemahan lain yaitu banyak siswa mengalami kesulitan berbagai waktu dan bahan. Tetapi apabila kelemahan-kelemahan selama pembelajaran dapat ditekan, mungkin akan didapatkan hasil belajar akhir dari siswa yang baik.

(4)

kooperatif tipe TPS, setelah siswa memperhatikan penyajian materi oleh guru, siswa terlebih dahulu mengerjakan LKS secara individu. Kemudian siswa diminta untuk berpasangannya dengan kelompoknya dalam mendiskusikan hasil pekerjaan. Selanjutnya guru akan meminta beberapa pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki kelemahan, antara lain: lebih sedikit ide yang muncul, jika ada perselisihan tidak ada penengahan dan menggantungkan pada pasangan. Selain memiliki kelemahan, pembelajaran kooperatif tipe TPS juga memiliki kelebihan, antara lain: lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, interaksi lebih mudah, lebih mudah dan cepat membentuk kelompokdapat memperbaiki rasa percaya diri, dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

(5)

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dicobakan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe NHT pada kelas VIII SMP Negeri 5 natar lampung selatan. SMP ini memiliki siswa-siswi yang heterogen dalam hal kemampuan dan jenis kelamin. Sesuai dengan penjelasan sebelumya terlihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang memberikan hasil belajar lebih baik maka perlu diadakan penelitian tentang perbandingan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada pembelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1 Apakah ada perbedaaan hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran kooperatif tipe NHT ?

2 Manakah yang lebih baik antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran kooperatif tipe NHT ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitan ini untuk :

(6)

2. Mengetahui manakah yang lebih baik antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran kooperatif tipe NHT.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan:

1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran matematika mengenai model pembelajaran yang digunakan.

2. Dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian untuk lebih lanjut.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah maka ruang lingkup penelitian secara jelas memiliki batasan sebagai berikut:

1. Perbandingan hasil belajar yang dimaksud adalah perbandingan hasil belajar matematika siswa yang timbul akibat penerapan dua perlakuan, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe NHT.

(7)

secara individu terlebih dahulu kemudian berdiskusi dengan kelompoknya dan dilanjutkan dengan presentasi kelas dari beberapa kelompok.

3. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran dengan satu kelompok yang heterogen dan beranggotakan 4-5 orang, setiap siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Kemudian guru menyebut salah satu nomor, dengan siswa yang nomornya sama mengangkat tangan dan siswa mempresentasikan jawaban sebagai perwakilan kelompok. 4. Hasil belajar yang di maksud adalah nilai hasil tes formatif pada pokok

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya, baik dalam bentuk sikap dan nilai yang positif maupun pengetahuan yang baru. Menurut Hamalik (2004: 28) yang mengatakan, “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya”.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Slameto (2003: 2) mengemukakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

(9)

2. Hasil Belajar

Suatu proses pembelajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses pembelajaran tersebut. Abdurrahman (2003: 37) yang mengatakan bahwa, ”hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006:3) mengatakan bahwa, “hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Hasil inilah yang akan menjadi ukuran

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Siswa dikatakan memperoleh hasil belajar yang tinggi pada suatu pelajaran tertentu jika siswa tersebut memiliki penguasaan yang baik terhadap pelajaran tersebut, selain itu siswa tersebut telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman (2003: 38), “ seorang anak yang berhasil dalam belajar ialah

yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruk-sional”.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, seperti yang dikemukakan Bloom (dalam Dimyati,2006: 26) yang mengategorikan hasil belajar dalam 3 ranah, yaitu:

“ 1. Ranah kognitif, terdiri dalam enam jenis perilaku, yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.

(10)

pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu :

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas.”

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa dalam aspek kognitif setelah melalui proses belajar, yaitu ditetapkan dengan skor yang diperoleh siswa dari tes formatif pada pokok bahasan tertentu.

3. Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran matematika kebanyakan guru masih menggunakan pembelajaran konvensional, model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran secara klasikal dengan guru sebagai pusat perhatian dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas atau latihan. Dalam hal ini guru yang mendominasi pembelajaran sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

(11)

Salah satu model pembelajaran yang telah dikembangkan yaitu model pembelajaran kooperatif, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator, bukan mendominasi pembelajaran dikelas. Seperti dikemukakan oleh Lie (2004: 12) “Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan

kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”.

Pembelajaran kooperatif menekankan pembentukan suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Dimana keberhasilan dalam sebuah kerja dipenga-ruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Aktivitas belajarnya berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam pemecahan masalah.

(12)

terhadap topik yang dikaji. Siswa berupaya berpikir keras dan saling mendis-kusikan didalam kelompok, masing-masing menyajikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran kooperatif, Roger dan Jhonson (Lie,2004: 31) mengemukakan lima unsur yang harus diterapkan yaitu:

1. Saling ketergantungan positif. 2. Tanggung jawab perseorangan. 3. Tatap muka.

4. Komunikasi antar anggota. 5. Evaluasi proses kelompok

Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Keenam fase pembelajaran kooperatif dirangkum pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif

Langkah Indikator Tingkah laku guru

Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pem-belajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan di-capai serta memotivasi siswa. Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi

ke-pada siswa

Langkah 4 Membimbing belajar kelompok

Guru memotivasi serta memfa-silitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

(13)

Langkah 6 Pemberian Penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok. (Dimodifikasi dari Arends, dalam Suyatna (2008:96)

Menurut Nurhadi (2004: 116) pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan, diantaranya adalah :

1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.

6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan

saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8. Meningkatkan rasa percaya kepada sesama manusia.

9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

10.Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik.

11.Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Sesuai dengan pendapat Djamarah (2000: 157), diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Diskusi memakan waktu 2. Pemborosan waktu

3. Diskusi dapat menekan pendirian

(14)

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kooperatif merupakan pem-belajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi yang diberikan guru dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dalam belajar.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman. Tipe ini memberi waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab, beriskusi dengan pasangannya dan memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Lie(2004: 57) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan mengoptimalkan partisipasi siwa dalam pembelajaran, tipe ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

Menurut Ibrahim(2000: 26) pembelajran TPS memiliki 3 tahap, yaitu : “1. Think (berpikir), guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan

Pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau masalah tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

2. Pair (berpasangan), guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. 3. Share (berbagi), guru meminta kepada pasangannya untuk berbagi dengan

seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan”.

Lyman (\ktsp.diknas.go.id) membagi langkah-langkah dalam pembelajaran TPS sebagai berikut :

(15)

2. Siswa diminta berpikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.

3. Siswa diminta berpasangan dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya di depan kelas.

5. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

6. Guru memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran. 7. Penutup.

Beberapa kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TPS, yaitu :

1. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain

2. Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.

3. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok 4. Interaksi lebih mudah

Pembelajaran kooperatif tipe TPS juga memiliki kelemahan, yaitu : 1. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu

pengajaran yang berharga

(16)

3. Lebih sedikit ide yang muncul

4. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah 5. Menggantungkan pada pasangan

Anonim. 2011. TPShttp:/www.eazhull.org.unknlc/think,pair,share.htm.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan guru mempresentasikan inti materi terlebih dahulu, kemudian siswa berpikir secara individu tentang permasalahan yang diajukan guru, setelah itu siswa berpasangan untuk saling mengutarakan hasil pemikiran masing-masing dan dilanjutkan dengan menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Diharapkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

(17)

Tipe ini dikembangkan oleh Kagan dengan melibatkan para siswa dalam me-nelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 44) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang dikemukakan oleh Lundgren (Herdy, 2007)

antara lain adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi.

Tahapan-tahapan pelaksanaan NHT diungkapkan oleh Nurhadi (2004: 121) dalam 4 langkah sebagai berikut :

1. Penomoran (Numbering)

(18)

siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. 2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. 3. Berpikir Bersama (Head Together)

Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut

4. Pemberian Jawaban (Answering)

Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Pada pembelajaran kooperatif tipe NHT terdapat penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Skor kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok tersebut. Peningkatan skor kelompok digunakan rumus sebagai berikut:

Nk = Jumlah poin peningkatan setiap anggota kelompok Banyaknya anggotakelompok

Keterangan :

(19)

Tabel 2.2 Skor Perkembangan Individu

Skor Penilaian Skor

- Lebih dari 10 poin dibawah skor awal - 10 poin sampai 1 poin dibawah skor awal - Skor kuis sampai 10 poin di atas skor awal - Lebih dari 10 poin dari skor awal

- Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)

5 Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetap-kan berhak mendapat penghargaan berdasarditetap-kan tabel berikut.

Tabel 2.3 Penghargaan Kelompok perkembangan yang diperoleh kelompok yaitu :

a. Super Team, diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25. b. Great Team, diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20. c. Good Team, diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 15.

Beberapa keunggulan pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Chris Holland (http://www.eazhul.org.uk/nlc/numbered_heads.htm) yaitu : 1 Melibatkan seluruh siswa dalam usaha menyelesaikan tugas. 2 Meningkatkan tanggung jawab individu.

(20)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu : 1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan

waktu yang lama

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan dua kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk membandingkan hasil belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TPS dan NHT. Sebagai peubah bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe NHT. Sedangkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe NHT sebagai peubah terikat.

Kegiatan pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan diantaranya tercipta kerjasama yang baik antar anggota tim, ada ketergantungan saling me-merlukan yang positif (menanamkan rasa kebersamaan), tanggung jawab masing-masing anggota (setiap anggota memiliki sumbangan dan belajar), keterampilan hubungan antar personal (komunikasi, keberhasilan, kepemim-pinan, membuat keputusan, dan penyelesaian konflik), tatap muka serta meningkatkan interaksi antar siswa.

(21)

tahap share, siswa mempresentasikan jawaban dari soal yang telah didis-kusikan kepada teman-temannya.

Pada pembelajaran kooperatif tipe NHT, yang bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran dan mengecek pe-mahaman mereka terhadap isi pelajaran, siswa dikelompokkan kedalam tim-tim heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 orang. Setiap siswa dalam kelompok diberi nomor. Setelah siswa memperhatikan penyajian materi oleh guru, siswa kemudian bekerja sama dalam tim untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Setelah itu guru akan memanggil salah satu nomor secara acak. Siswa yang nomornya dipanggil harus mempresentasikan kerja kelompoknya sebagai perwakilan kelompok atau memberikan jawaban apabila guru mengajukan pertanyaan. Dengan adanya penomoran dalam tipe NHT ini setiap siswa akan merasa mempunyai tanggung jawab masing-masing walaupun mereka berada dalam kelompok, karena guru akan memanggil nomor secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

(22)

Berikut ini dibuat diagram kerangka pemikiran untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kerangka pemikiran diatas.

Keterangan:

X1 : Model pembelajaran kooperatif tipe TPS X2 : Model pembelajaran kooperatif tipe NHT

1

 : Rata-rata hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

2

 : Rata-rata hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

4. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan dasar

Dalam penelitian ini faktor-faktor lain selain variabel yang dikemu-kakan dalam penelitian ini secara komulatif dianggap tidak mem-berikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

2. Hipotesis

(23)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika pada materi “bangun ruang kubus, balok dan bangun ruang prisma, limas” siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Natar

Lampung Selatan yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TPS.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Peran guru sebagai mediator dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dengan pengelolaan kelas yang baik.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, As’ari. 2003. Pembelajaran Matematika Dengan Coopertif Learning. Makalah.

Anonim. 2011. TPS. http:/www.eazhull.org.uk/nlc/think,pair,share.htm. Diakses Darista, Lia Kristina. 2006. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Matematika Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran TPS pada siswa kelas VIII F Semester Ganjil SMP N 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2005/2006. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Depdiknas. 2005. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2005

“tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah” Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, Syaipul Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Emasari, Dessy. 2009. Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematka Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Study pada siswa kelas VIII F Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi aksara. Jakarta Holland, Chriss. Numbered Heads Together.

http://www.eazhul.org.uk/nlc/-numbered_heads.htm. Diakses tanggal 12 Maret 2011

Ibrahim dkk.. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta

(25)

Ruseffendi, E.T. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Ikip Semarang Press. Semarang.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suyatna, Agus. 2008. Model Pembelajaran PAIKEM. FKIP Unila. Bandar Lampung.

(26)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN KOOPERATIF

TIPE TPS DAN TIPE NHT

( Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh Edy Biantoro

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan. Tetapi banyak sekolah yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional atau pembelajaran yang berpusat pada guru, termasuk di SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan, sehingga banyak siswa tidak terlibat secara aktif dalam berinteraksi baik dengan guru maupun dengan teman. Hal ini disebabkan hasil belajar siswa masih rendah. Saat ini banyak dikembangkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe diantarannya tipe TPS (Think Pair Share) dan tipe NHT (Number Heads Together).

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan tujuan untuk menge-tahui perbedaan hasil belajar siswa antara dua tipe pembelajaran kooperatif,

(27)

dengan teknik random sampling dan diperoleh kelas VIII A dan VIII B. Pada setiap kelas diterapkan dua tipe pembelajaran kooperatif dengan menggunakan desain berimbang. Data penelitian diambil dengan menggunakan tes yang dilakukan setelah setiap pokok bahasan selesai.

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa rata-rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS.

(28)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF

TIPE TPS DAN TIPE NHT

( Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011)

(Skripsi)

Oleh :

Edy Biantoro

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(29)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF

TIPE TPS DAN TIPE NHT

( Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh :

Edy Biantoro

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(30)

Motto

”Bila kita yakin dan percaya diri dalam segala sesuatu insya Allah kita akan sukses dalam meraih

cita dan cinta di masa depan”

(Penulis)

Kehidupan kita didunia ini tidak menjanjikan satu jaminan

yang berkekalan apa yang ada hanyalah suatu percobaan.

Jaminan yang kekal abadi hanya ditemui apabila kita kembali

semua kepada ilahi

(31)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. ………....

Sekretaris : Dra. Rini Asnawati, M.Pd ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(32)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, ku

persembah-kan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Bapakku “Purwono” dan Ibukku “Mukiyem” yang telah membesarkan,

mendidik, dan selalu mendoakan serta mencurahkan kasih sayangnya dengan

pengorbanan yang tulus ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Mbk ku Tercinta “”Tutik Puspandari” dan “adikku Tersayang “Tendi

Oktriawan” serta keluarga besarku.

Para pendidik yang telah mendidikku.

Almamater tercinta.

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, atas segala limpahan rahmat

(33)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN

MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE NHT

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011)

Nama Mahasiswa : Edy Biantoro

Nomor Pokok Mahasiswa : 0643021019

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Arnelis Djalil,M.Pd Dra. Rini Asnawati, M.Pd

NIP 19530308 198303 2 001 NIP 19620210 198503 2 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad, M.Si.

(34)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotagajah pada tanggal 22 juli 1987. Penulis adalah anak

kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Purwono dan Ibu Mukiyem.

Pendidikan formal yang penulis tempuh berawal dari Taman Kanak-Kanak (TK)

Pertiwi, kemudian dilanjutkan Sekolah Dasar (SD) Negeri 6 Kotagajah

diselesaikan pada tahun 1999, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri 1 Kotagajah selesai pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

PGRI 1 Punggur diselesaikan pada tahun 2005

Pada Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Program Studi Pendidikan Matematika.

Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

(35)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, atas segala limpahan rahmat

serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bimbingan

dan bantuan berbagai pihak. Dengan Rasa Syukur dan Hati yang Tulus, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika FKIP Unila.

4. Ibu. Arnelis Djalil, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, dan saran kepada penulis.

5. Ibu Rini Asnawati, M.Pd, selaku Pembimbing II yang di tengah kesibukannya

beliau masih dapat dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan

sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

6. Bapak Dr. Sugeng sutiarso, M.Pd, selaku pembahas yang telah memberikan

sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika dan guru-guru yang

telah memberikan ilmu selama ini kepada penulis.

(36)

9. Ibu Tutik Puspandari, S.Pd. selaku Guru Mitra serta murid-muridku kelas

VIIIA dan VIIB SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan yang telah membantu

dalam penelitian ini.

10.Bapakku dan Ibuku serta kakak dan adikku, yang menyayangiku dan selalu

memberikan dukungan untuk keberhasilanku.

11.Keluarga besarku yang selalu menantikanku menjadi seorang sarjana.

12.Teman-temanku dalam komunitas Mathematics Education NR’06.

13.Teman-teman matematika reguler 2006.

14.Kakak tingkat ’04, ’05, adik tingkat ’07,’08, ’09, ’10 dan teman- teman

P MIPA (Fisika, Biologi, Kimia).

15.Temen-temen PPL di SMA Persada Bandar Lampung: Mega, Riyan, Kadafi,

Yoga, Dewi, Dwi, dan Miranda,.

16.Teman-teman SD, SMP dan SMA yang selalu mendukungku.

17.Pengurus Referensi P MIPA dan Perpustakaan Unila.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala

dari Allah Swt. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan. Amien

Bandar Lampung, 10 Februari 2012

Penulis

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.3 Penghargaan Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan metode mendongeng dengan media scrabble dapat me- ningkatkan keterampilan menulis siswa kelas I

Landasan aksiologis (sumber nilai) sistem politik Indonesia adalah dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi “……maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

Kesimpulan penelitian yaitu ada hubungan yang signifikan antara perilaku pantang makanan dengan lama penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Kecamatan Srengat

Dari penelitian didapatkan bahwa (a) jumlah tetesan air yang paling banyak dihasilkan adalah pada variasi fan bekerja selama 5 menit dan fan berhenti bekerja selama 5

Simpulan penelitian ini adalah melalui modifikasi media peluru plastik dapat meningkatkan hasil belajar tolak peluru gaya ortodoks pada siswa kelas VII B SMP N 1

Telah disusun rancangan sistem kendali karakteristik CPO selama pengaliran yaitu (A) kendali pengaliran pada kondisi isotermal pada suhu tertentu (dipilih di antara suhu

Secara spesifik akan diselidiki apakah ada pengaruh minat mahasiswa berwirausaha bimbingan belajar yang berbeda apabila dilihat dari tingkat pendidikan orang tua, tingkat

pesatnya perkembangan penelitian, fenomena ini telah dibantah dan telah ditemukan bahwa bentuk demulina serous adalah penampakan artifact akibat dari preparasi jaringan