• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sumberdaya Alam (PSDA) di P. Jawa dalam Perspektif Otonomi Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Sumberdaya Alam (PSDA) di P. Jawa dalam Perspektif Otonomi Daerah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengelolaan Sumberdaya Alam (PSDA)

di P.

Jawa

dalam

PerspeMif Otonomi

~aerah'

Hariadi ~artodihardjo"

1. Pendahuluan

h g a n

kondisi

sumberdaya hutan dan daya dukung liqkungan yang tdah menurun

w

r

t

i

saat in& pilihan dan kesempatan untuk mengalokasikan hak memanhtkan surnberdaya hutan sebgai alat negmasi

pihak-pihak

yang krkepentingan sebenarnya menjadi

sanga

t terbatas bahkan tida k mungkin. Senlralisasi menjadi desentralissi

pengdolaan hutan yang diartikan secara sempit menjadi pengalihan hak mmberi ijin k o n d juga mestinya wmakin sulk dijalankan. Karena menarnbah Ungkat pemanfaatan huhn yang secarra

=pat

berdampak buruk bagi tingkungan,

hanya

akan

membangun Mnerja buruk bagi siapa saja yang sedang menjadi pemimpin.

Hukum alam yang sudah rnembatasi pilihan-pilihan manusia, wmestinya bisa diatasi melalui kejasama untu k meng hasilkan pemanfaatan sum berdaya alam seeflsien

mufigkin. Namun

kenyataannya

tidak demikian. Semangat dabrn

perdebatan

kebijakan kehutanan untuk mencari jalan tercepat, terbaik,

dan

kmungkin, untuk mengatasi

masala, senan tiasa dipotong oleh berbagai bentuk tem bok-tembok batasan kewenangan. Salah satu bpntuk kerugian situasi yang demlkian adalah tidak krkembangnya lnovasi pemikiran, untuk mernecahkan masalah yang seknarnya.

S)mpEwn

kewenangan

itulah yang akhirnya dianggap sebagai masalah

pokoknya.

Sampaisampai pxal yang dianggap paling penting dari suatu peraturan adalah mengenai kewenangan siapa dalam ha1 apa. Bagaimana sebenamya akar masalah harus dipecahkan malah tIdak ada &lam peratursn itu.

Karena

masalah

yang

seknarnya

tidak

pernah

dipecahkan, maka persoatan senantiasa wadi. Situasi ketidak-pastian kebijakan demiklan telah dlmanhatkan oleh ragam aktor dan muncul lah bta-ka& popder : iI/ega/ Icrggng dan penjara han hutan. Antara

pdaku

kriminal dan pelaku penuntut keadilan hampir tidak dapat dibedakan. Regulator maupun &tor private metebur diri untuk .mencari keuntungan m a t .

Rendahnya

kinerja

pengelolaan

sumberdaya hutan sungguh sangat membahayakan bagi daya dukung pulau padat penduduk sepertl

Jawa.

Pulau yang

luasnya

hanya 6,6 % dari Iws Indonesia dan

penduduknya

lebih

dari

60

% dari penduduk Indonesia ini akan

menanggung

beban

sernakin berat seperti kekurangan air

M h ,

banjir, longsor, serta menurunnya produktivitas hasil pertanian.

Naskah

singkat ini rnembhas PSDA dari sisi pemerintahan dengan memperhatikan beberap

perkembangan

kebiiakan yang sedang diiaksanakan s a t ini.

(

11. Beberapa

Perkembangan

Kebijakan

Sejauh

ini pembahsan

mengenai masalah

dan kebijakan PSDA sudah banyak dilakukan.

Namun demikian, aspek-aspek kelembagaan

dan

masalah struktural binnya jamng

,

\

mendapat perhatian S a r a rrrendalam. Berikut ini

dikernukakan

dua perkembangan

i

'

W a n diskusi yang dilaksanakan oleh Koalisi LSM Jawa Timur di Surahya 29 November 7006.

- Pengqjar pada Fakultas Kehut anan IPB dan Pascasarjana 1 PB dan U I

I

(2)

kebijakan yang berkaitan dengan ha1 tersebut, yaitu adanya Rancangan Undang-undang Pengelolaan Sumberdaya Alam (RUU PSDA) dan adanya revisi Peraturan Pemerinbh

No.

25/2000 mengenai kewenangan pemerintah dan pemerinta h daera h.

A. RUU PSDA

Sumberdaya alam rnenjadi bagian

yang tidak

terpisahkan dalam kehidupn ekonomi, sosial dan politik suatu negara. Oaya tarik Indonesia oleh bangsa-bangsa lain yang

diwujudkan sejak beberapa abad lalu, baik melalui perdagangan maupun dan bahkan penjajahan, wlah satu alasannya adalah besarnya

kekayaan

sum

berdaya alam

Indonesia. Apabila dilihat dari dalam negeri sendiri, sumberdaya alam telah ikut menjadi

faktor penting dalam mengangkat dan rnempertahankan pertumbuhan ekonomi, na mun dalam w a h yang

sama

juga menjadikan hilangnya ruang hidup masyarakat yang mmyebabkan kerniskinan, serta memunculkan berbagai dampak buruk bagi daya dukung ekosistem.

Berangkat dari kenyataan demikian itu, lahir Ketetapan Majelis Perrnusyawaratan R.1 No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam

.

Salah satu mandat Tap MPR tersebut adalah melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaibn dengan pengelotaan sumberdaya alam dalam rangka sin kronisasi ke bijakan antar sektor demi tervdujudnya peraturan perundang-undangan yang didasarkan

pada

prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud di dalam ketetapan tersebut. Analisis atas substansi Tap MPR tersebut diuraikan dalam

Gambar 1.

Pengelolaan sumber-sumber agrariajSDA secara

adil

dan berkelanjutan dapat dicapai dengan rnelaksanakan beberapa komponen,

yaitu

:

1. Melaksana kar~ kaji ulang terhadap peraturan perundangan yang ada un tuk melakukan si~kronisasi kebijakan antar sektor;

2. Menyusun strategi pelaksanaannya - dengan tujuan untuk mencapai optirnalisasi manfaat, poti?nsi, kontribusi, dan kepentingan masyarakat, daerah, dan nasional

-

dengan

melakukan

beberapa kegiatan :

a. Inventarisasi dan registrasi penguasaan, pem ili kan, penggunaan, dan pemanfaatan bnah dan SDA lainnya, sebagai dasar

dua

kegiatan

utarna

:

(1) Penyelwian konflik,

(2) Peniltaan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan sum ber-sum ber agraria/SDA,

b. Memperhatikan karakteristi k SDA untuk rneningkatkan nilai tambahnya;

c. Mewujudkan a h lnforrnasi bagi masyarakat untuk menumbuhkan tanggungjawab

sosial,

serta mengembangkan kknologi ramah lingkungan dan teknologi lokal;

d. Melakukan pemulihan ekosistem yang teiah rusak;

(3)

KAJI U r n PERATURAN STRATEGl PEMAMFAATM M E R PERUN- UMUK AA- : O P T l M A U ~ M M f . S#NHROMISAsl H E W J A W

a

POTENSI, KONTRIBUSI. KEPEMTINGAH

ANT AR SEKTOR MSY. DAERAH, -L

- -

KARAKTEAISTIK SDA UHTUK MENIHGKATKAN

NllAl TAYBAH

P E H A T U KElWBALl

KONFUK YG PEHGUASAAN, WRKENAAN DNG PENG(SI*PAAN, P E M I L W , DAN

AGRARWSDA AKSES IHFORMASI MASYAIIAKAT, TANOGUNQJAWAB SOSLAL, / 1/ PEMuLmAN

EKOSISTEW YG RUSAK W E L W M B E AKIBAT OVER

EKSPUHTASI SUrnER SECAUA ADIL OAH

AORARlAlsDA BERKELAWJWAW

Gambar 1. lnterpretasi Makna Tap MPR No. D(/MPR/2001

Beberapa Rancangan Undang-Undang (RUU) dan Undang-undang (UU) yang terkait

dengan pengelolaan sumherdayn alam adala h RUU Pertambangan Mineral dan Barubara,

RUU Sumberdaya Agraria, UU Kelistrikan, UU Mlnyak dan Gas Bumi, UU Perikanan, UU

Perkebunan, UU Sumberdaya Air, UU Konsewasi

Sumkrdaya

Alam Hayati dan

Ekosistemnya, UU Tata Ruang, Serb UU Kehutanan. Penetapan kerangka dasar tindakan

negara

-

yang dapat difahami dari isi kesebelas UU dan RUU yang berkaitan dengan

sumberdaya alam tersebut, agar hasilnya dapat mencapai se-r-besarnya

kemakmuran rakyat, implisit di dalam makna kemakmuran itu, semestinya juga

diperhatikan keberlanjutan fungsi sumberdaya alam sebagai daya dukung kehidupan

(/ilk support qmkrn]. Kerangka dasar tindakan negara tersebut,

sejauh

ini, belum

menjamin perfindungan fungsi sumberdaya alam secara layak.

Setiap pembahasan RUU, takir hak menguasai negara (HMN) senantiasa diperdebatkan

untuk

menghasilkan penjabarannya sampai di tingkat yang lebih operasional. Namun

demikian, terlepas isi tafsir HMN tersebut, sumberdaya alam yang juga punya

,,kekuasaan" dan "hukurn alam", masih luput digunakan sebagai dasar tindakan negara,

karena tafsirnyapun M u m pernah dijabarkan. Akibatnya sungguh sangat jelas, telah

te jadi pelanggaran

terhadap

,,hukum alam". Sehingga daya-daya alam memberi

hukurnan melampaui

rasa

keadilan buatan manusia. Kaya-miskin, menguasai-dikuasai,

dapat lenyap seketika oleh mala petaka alam yang menerpanya.

Datam implementasi UU/RUU di atas, berada dalam ruang kelola yang sgma. Sementara itu, &lam setiap UU/RUU, kalaupun ada, secara sendiri-sendiri rnemandatkan ruang

[image:3.611.71.471.64.346.2]
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

Gambar

Gambar 1. lnterpretasi Makna Tap MPR No. D(/MPR/2001

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa selulosa yang dihasilkan oleh isolat M6 memiliki ketebalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.. Ketebalan

Kinerja individu akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja ( work effort ) dan dukungan organisasi. Kinerja merupakan hasil pekerjaan

Jajaran manajemen seyogyanya mengorganisasikan pengelolaan RL untuk membangun kemampuan komunikasi yang memadai dalam berhubungan dengan mitra distribusi maupun dengan pemroses

Kemampuan seorang pembelajar bahasa Inggris menggunakan kata kerja tersebut dalam struktur kalimat yang berterima sangat tergantung pada sejauh mana pengetahuan

Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/21/PBI/2014 tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Nonbank

Metode-metode SQL tuning yang digunakan sehingga performance aplikasi menjadi lebih cepat, yaitu menggantikan query yang redundan dengan function, melakukan restrukturisasi

Manifestasi klinik  umumnya sudah terjadi beberapa bulan pasien mengalami hipertiroidisme, dan gejala klinik muncul umumnya sudah terjadi beberapa bulan pasien