• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perancangan Jaringan Akses Fiber To TheHome (ftth) Dengan MenggunakanTeknologi Gigabit Passive Optical Network (Gpon) di Perumahan Cbd Polonia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Perancangan Jaringan Akses Fiber To TheHome (ftth) Dengan MenggunakanTeknologi Gigabit Passive Optical Network (Gpon) di Perumahan Cbd Polonia Medan"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Agrawal, Govind P. 2002. Fiber Optic Communications System. New York. John Wiley & Son Inc. hal 15-27, 34-40, dan 55.

2. Lin, Chinlon. 2006. Broadband Optical Access Network and Fiber To The Home System Technologies and Deployment Strategies. London. John

Wiley & Son Ltd. hal 19-22 dan 267.

3. Union, International Telecommunication (ITU). 2000. Recommendation G.652 Transmission Media Characteristics of a Single-mode Optical

Fiber Cable. Geneva.

4. Senior, John M. 2009. Fiber Communications Principles and Practice : Third Edition. London. Pearson Education Limited. hal 124-140.

5. Pla, Juan Salvador Asensi. 2011. Design of Passive Optical Network. Valencia. Brno University of Technology. Hal 15-28, 32, dan 41-76. 6. Hardjono, Pudji. 2008. Training Center (Course Development) GPON.

Bandung. PT TELKOM.

7. Perdana, Audry Putera. 2012. Analisis Dispersion Power Penalty Pada Implementasi Teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON) Studi

Kasus Area Sto Centrum Bandung. Bandung. Institut Teknologi Bandung.

hal 5-6.

(2)

9. Union, International Telecommunications. 2008. Gigabit-Capable

Passive Optical Network (G-PON) : General Characteristic.Geneva.

(3)

BAB III

PERANCANGAN DAN KONFIGURASI FTTH GPON DI PERUMAHAN CBD POLONIA MEDAN

3.1 Umum

Perancangan suatu jaringan membutuhkan beberapa tahap-tahap agar rancangan yang dibangun menjadi sempurna, untuk proses perancangan dilakukan penetuan lokasi, penetuan letak perangkat, dan penetuan perangkat. Kemudian dihitung besar power link budget, power margin, dan rise time budget untuk memastikan kelayakan perancangan ini.

Sesuai dengan standarisasi yang ditentukan oleh ITU-T G.984 dimana jarak terjauh transmisi harus kurang dari 20 Km. Perumahan CBD Polonia Medan terletak di kawasan keluarahan Sukadamai Kecamatan Medan Polonia Kota Medan, lebih tepatnya di Jln. Padang Golf (Polonia). Setelah disurvey maka pemilihan STO terdekat ditentukan. Yaitu STO Simpang Limun yang terletak di Jln. STM no. 1 Medan. Jaringan akses yang digunakan oleh STO Simpang Limun ini sudah bisa diupgrade menjadi jaringan optik.

(4)
(5)

Untuk alur perancangan dan perhitungan jaringan akses FTTH (fiber optic to the home) menggunakan teknologi GPON (gigabit passive optical network)

di perumahan CBD Polonia Medan dapat dilihat dengan diagram alur pada Gambar 3.1.

3.2 Perancangan Jaringan

Teknologi GPON telah dipilih untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, karena dapat melayani 3 layanan, dimana dapat mengakses internet, suara, dan video (iptv) dalam satu saluran, karena jumlah pelanggan yang diperkirakan sangat banyak, maka jaringan yang diterapkan adalah jaringan point-to-multipoint dengan teknologi FTTH. STO Simpang Limun berada sekitar

2,7 Km ke Perumahan CBD Polonia Medan.

Pada saat Lokasi Link Antara STO ke perumahan sudah disurvey maka dilanjutkan dengan penentuan perangkat beserta dimana letaknya perangkat tersebut. Perangkat – perangkat yang digunakan dalam pengimplementasian jaringan akses fiber adalah sebagai berikut :

1. OLT (Optical Line Termination)

(6)

power budget dan rise time budget. Perangkat OLT yang digunakan pada

implementasi jaringan akses ini menggunakan merk ZTE tipe ZXA10 C220 dengan spesifikasi seperti terlihat pada Table 3.1.

Tabel 3.1 Spesifikasi optical line termination

Parameter Spesifikasi Unit

Optical Transmit Power 3,37 dBm

Downlink Wavelength 1490 nm

Uplink Wavelength 1310 nm

Video Wavelength 1550 nm

Spectrum Width 1 nm

Downstream Rate 2.4 Gbps

Upstream Rate 1.2 Gbps

Optical Rise Time 150 Ps

Optical Fall Time 150 Ps

Maximal Work Temperature 45 °C

Minimal Work Temperature -5 °C

Power Supply (DC) -48 V

2. ONT (Optical Network Terminal)

(7)

berbagai macam tipe (F260/F660/F820) akan tetapi walaupun tipe berbeda tetapi spesifikasi tetap sama, spesifikasi ONT dapat dilihat di Table 3.2.

Tabel 3.2 Spesifikasi optical line termination

Parameter Spesifikasi Unit

Downstream Rate 2.4 Gbps

Upstream Rate 1.2 Gbps

Downlink Wavelength 1490 nm

Uplink Wavelength 1310 nm

Video Wavelength 1550 nm

Maximal Transmission Distance 20 Km

Power Consumption ≤16 Watt

Sensitivity -29 dBm

Optical Fall Time 200 Ps

Optical Fall Time 200 Ps

Maximal Work Temperature 45 °C

Minimal Work Temperature -5 °C

3. Kabel Serat Optik

Kabel serat optik yang digunakan adalah serat optik yang sesuai dengan standar ITU-T G.652 dan tipe single-mode. Kabel serat optik yang digunakan pada perancangan ini adalah merk Furukawa dan corning berjenis SMF non-dispersion-shifted perangkat dengan spesifikasi yang dapat dilihat

(8)

Tabel 3.3 Spesifikasi kabel serat optik

Parameter Spesifikasi Unit

Attenuation 1310 nm ≤ 0.30 dB/km Attenuation 1490 nm ≤ 0.25 dB/km Attenuation 1550 nm ≤ 0.20 dB/km

4. Konektor

Dalam konfigurasi jaringan GPON menggunakan kabel serat optik jenis SMF, maka konektor yang digunakan adalah konektor SC, dimana konektor SC digunakan pada semua perangkat, baik OLT, ONT, ODP, dan ONT. Untuk spesifikasi konektor dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Spesifikasi konektor SC Parameter Spesifikasi Unit Tipe Serat SM 10/125 -Insertion Loss 0.2 dB

5. Splitter Passive

Perangkat ini adalah perangkat penting dari jaringan ini, dan jenis perangkat ini juga menentukan teknologi yang digunakan. Untuk jaringan GPON dari STO Simpang Limun menuju perumahan CBD Polonia Medan, splitter yang digunakan ada dua tipe, yaitu splitter 1:2, 1:4 dan splitter 1:8.

Untuk splitter 1:2 dipasang di OTB, splitter 1:4 dipasang di ODC, sedangkan splitter 1:8 dipasang di ODP. Untuk spesifikasi splitter dapat dilihat pada

(9)

Tabel 3.5 Spesifikasi redaman passive spllitter

Parameter Spesifikasi Unit

Insertion Loss 1:2 2.7–4.1 dB Insertion Loss 1:4 6–7.8 dB Insertion Loss 1:8 9–11 dB

Spesifikasi perangkat sudah ditentukan, maka perancangan jaringan sudah bisa dilakukan mulai dari STO hingga ke lokasi [5].

Untuk konfigurasi perancangan jaringan akses FTTH (fiber optic to the home) menggunakan teknologi GPON (gigabit passive optical network)

di perumahan CBD Polonia Medan dapat dilihat di Gambar 3.2.

Awal perancangan dimulai dari penarikan kabel serat optik dimulai dari STO dimana di STO terdapat OLT dan OTB. Kemudian kabel didistribusikan hingga ke ODC. Kabel optik yang di tarik dari STO ke ODC menggunakan kabel optik 12 core. ODC ini dianggap kabinet yang berisi passive splitter Jika di dalam konfigurasi PSTN, ODC diibaratkan RK (rumah kabel) tetapi bukan tempat terminasi dari kabel primer menjadi kabel sekunder akan tetapi ODC adalah tempat pembagi dan perantara antara kabel dari STO (OLT) menuju ODC.

(10)
(11)

saja perantara antara kabel dari ODC menuju ONT (pelanggan). Kabel optik yang di tarik dari ODC ke ODP menggunakan kabel optik 4 core Di ODP, splitter yang digunakan adalah splitter 1:8 dan berjumlah 163 splitter. Dalam perancangan GPON di perumahan CBD Polonia, ODP yang dibuat berjumlah 66 kabinet.

Penentuan lokasi penempatan ODC dan ODP didasarkan pada efisiensi jaringan, kebutuhan layanan untuk pelanggan, dan batas minimum redaman, karena penggunaan passive spllitter menghasilkan redaman yang cukup besar dan mempengaruhi kelayakan system, maka perancangan jaringan untuk penempatan ODC dan ODP dilakukan dengan meilhat pembagian tata letak perumahan sehingga kabel yang digunakan lebih efisien dan pembelokan kabel tidak banyak.

Kabel optik yang keluar dari ODP langsung diterminasi ke ONT, Kabel optik yang di tarik dari ODP ke ONT menggunakan kabel optik 2 core (drop cable). Splitter yang digunakan di ODP adalah splitter 1:8, maka keluaran tiap

ODP adalah delapan kabel sehingga satu ODP mendistribusikan untuk delapan ONT. ONT di perumahan CBD Polonia ditempatkan langsung di rumah pelanggan, maka tiap pelanggan (rumah) mempunyai tiap ONT. Dalam perancangan GPON di perumahan CBD Polonia ONT yang digunakan berjumlah 1125 unit sesuai pelanggan yang ditargetkan PT. TELKOM. Jika kabel optik sudah mencapai ONT, maka proses perancangan selesai karena ONT adalah titik terakhir dalam perancangan optik pasif.

(12)

3.2.1 Rise Time Budget

Rise time Budget merupakan sebuah metode untuk menetukan batasan

dispersi dari suatu link serat optik. Tujuannya yaitu mengetahui apakah secara keseluruhan untuk kerja jaringan telah tercapai dan mampu memenuhi kapasitas kanal yang diinginkan. Secara umum, degradasi total waktu transisi dari link digital tidak melebihi 70% dari suatu periode bit NRZ (Non-Return-to-Zero). Satu bit didefinisikan sebagai resiprokal dari data rate.

Dalam suatu transmisi serat optik perlu dilakukan perhitungan adanya laju bit maksimum untuk mendukung jarak tempuh dengan rise time budget. Dalam perhitungan rise time total dapat dihitung dengan Persamaan 3.1[7].

= ( + + + ) (3.1)

Dimana :

ttx = Rise time transmitter (ns)

trx = Rise time Receiver (ns)

tchromatic= Rise time chromatic dispersion (ns)

tmodal = tidak bernilai atau nol karena menggunakan kabel serat optik

single mode

Untuk tchromaticdapat dicari dengan Persamaan 3.2.

= ( ). . (3.2)

Dimana :

Dt = total chromatic dispersion (ps)

D(λ) = chromatic dipersion coefficient (ps/nm.km)

(13)

L = Panjang Jarak (km)

Untuk D(λ) dapat dicari dengan Persamaan 3.3.

( ) = − (3.3)

Dimana :

D(λ) = chromatic dispersion coefficient (ps/nm.km) So = dispersion slope parameters (ps/nm2.km)

λ = panjang gelombang (nm)

λo = zero dispersion wavelength (nm)

D(λ) (chromatic dispersion coefficient) merupakan representasi dari turunan delay (derivative of delay) atau kelengkungan kurva delay (delay curve) pada panjang gelombang, baik downstream maupun upstream. Sedangkan Dt (total chromatic dispersion) merupakan representasi penyebaran waktu

maupun pulsa akibat terjadinya chromatic dispersion pada kabel serat optik [8]. Setelah perhitungan rise time total diperoleh, maka dibandingkan dengan bit rates dengan format NRZ seperti pada Persamaan 3.4.

< (3.4)

Dimana:

= , (3.5)

(14)

Dalam perhitungan rise time budget, hanya parameter tchromatic yang harus

dicari dengan Persamaan 3.2 dan 3.3. selebihnya bisa ditentukan dengan spesifikasi perangkat.

3.2.2 Power Link Budget

Perhitungan power link budget digunakan untuk mengetahui batasan redaman total yang diijinkan antara daya keluaran pemancar dan sensitivitas penerima. perhitungan power link budget berdasarkan standarisasi ITU-T G.984 dan peraturan yang ditetapkan oleh PT. TELKOM dimana jarak terjauh adalah 20 km dan redaman total tidak lebih dari 28 dB.

Dalam perhitungan power link budget dapat dihitung dengan Persamaan 3.6

= + . + . + . + + (3.6)

Dimana :

Ptx = Daya keluaran transmitter (dBm)

Prx = Sensitivitas receiver (dBm)

L = Panjang serat Optik (km)

αc = Redaman konektor (dB/konektor)

αs = Redaman splice (dB/splice)

αoptic = Redaman serat optik (dB/km)

Sp = Redaman Splitter (dB)

Ns = Jumlah splice

(15)

RI = Redaman Instalasi (dB/km)

Setelah power link budget didapat maka dibandingkan antara hasil redaman dan sensitivitas receiver, dimana Prx ≥sensitivitas receiver. Jika

perbandingan sudah memenuhi standarisasi, dilanjutkan menghitung power margin. Dimana power link budget adalah perbedaan level daya pancar dan daya

terima, sedangkan power margin merupakan besarnya daya yang masih tersisa dari daya pancar setelah dikurangi nilai loss selama proses pentransmissian dan pengurangan terhadap sensitivitas receiver. Power margin sangat penting sebagai salah satu parameter untuk mengetahui kelayakan sistem dan diisyaratkan memiliki nilai lebih dari nol atau tidak negatif, karena kualitas link layak bila total redaman tidak melebihi power budget (total system margin).

Dalam menghitung besar power margin, terlebih dahulu dihitung power budget (total system margin). Untuk perhitungan power budget dapat dihitung

dengan Persamaan 3.7.

Power budget = transmitter output power–receiver sensitivity (3.7)

Parameter parameter perhitungan power budget diambil dari spesifikasi perangkat, bukan hasil perhitungan dari power link budget. Setelah didapat hasil power budget, dilanjutkan perhitungan power margin dengan Persamaan 3.8.

= ( − ) (3.8)

Dimana:

M = Power margin (dB)

(16)
(17)
(18)

Terlihat pada Gambar 4.1 bahwa STO Simpang Limun memakai kabel ring agar bisa menambah daerah FTTH yang baru. Sehingga untuk perumahan CBD displice dari kabel ring, hasil splice masuk ke ODC menggunakan splitter 1:4, dari ODC masuk ke ODP yang menggunakan splitter 1:8 dimana ODP merupakan pembagi terakhir dalam arti setelah ODP kabel langsung ke ONT (Pelanggan), karena ONT terletak dipelanggan maka jarak ONT mempengaruhi link, semakin jauh pelanggan dari STO, maka semakin jauh juga ONTnya.

Untuk perhitungan rise time budget dan power link budget, penelitian ini mengambil jarak ONT (pelanggan di perumahan CBD) terjauh yaitu 3 km dari STO Simpang Limun, karena jika pelanggan terjauh sudah layak (memenuhi standarisasi) linknya, maka pelanggan yang lebih dekat juga sudah memenuhi standarisasi.

4.2 Perhitungan Rise Time Budget

Rise time Budget merupakan sebuah metode untuk menetukan batasan

dispersi dari suatu link serat optik. Tujuannya yaitu mengetahui apakah secara keseluruhan untuk kerja jaringan telah tercapai dan mampu memenuhi kapasitas kanal yang diinginkan. Secara umum, degradasi total waktu transisi dari link digital tidak melebihi 70% dari suatu periode bit NRZ (Non-Return-to-Zero). Satu bit didefinisikan sebagai resiprokal dari data rate.

Parameter parameter data untuk perhitungan rise time total beberapa bisa dilihat pada spesifikasi perangkat OLT dan ONT dan untuk parameter khusus perhitungan rise time total sebagai berikut :

(19)

2. Lebar Spektral (S) : 1 nm 3. Rise time transmitter (ttx) : 150 ps

4. Rise Time Receiver (trx) : 200 ps

5. L (jarak terjauh) : 3 km

6. Koefisien dispersi dihitung dengan Persamaan 3.3, sehingga untuk koefisien dispersi downlinkλ =1490 nm adalah :

( ) = −

( ) = , 1490 −

( ) = 13,8168 .

Untuk koefisien dispersi uplinkλ = 1310nm adalah :

( ) = −

( ) = , 1310 −

( ) = −0,1864 .

7. tchromatic (dispersi kromatik) dihitung dengan Persamaan 3.2, sehingga untuk

dispersi kromatik downlink adalah :

= ( ). . = 13,8168 .1.3 = 0,0414504

Maka dispersi kromatik uplink adalah :

(20)

8. tr(bit rates) downlink adalah : = ,

= , ,.

= 0,281

Untuk bit rates uplink adalah :

= ,

= , ,.

= 0,562

Perhitungan dispersi kromatik di atas mengambil jarak terjauh antara STO dengan pelanggan terjauh yang berjarak 3 km (STO ke ODC perumahan 2,7 km dari ODC ke pelanggan terjauh ±300 m). Parameter – parameter pendukung perhitungan rise time budget sudah ditentukan, maka untuk rise time total downlink adalah :

= ( + + + )

= (0,15 + 0,0414504 + 0 + 0,2 )

= 0,2534

Sesuai dengan Persamaan 3.4.

0,2534 < 0,281

Karena tsys < tr maka dapat disimpulkan bahwa sistem downlink layak

(memenuhi persyaratan) rise time budget.

Perhitungan rise time total uplink adalah :

(21)

= (0,15 + −0,0005592 + 0 + 0,2 )

= 0.251

Sesuai dengan Persamaan 3.4.

0,251 < 0,562

Karena tsys < tr maka dapat disimpulkan bahwa sistem uplink layak

(memenuhi persyaratan) rise time budget.

4.3 Perhitungan Power Link Budget

Perhitungan power link budget bertujuan untuk menghitung anggaran daya yang diperlukan sehingga level daya terima tidak kurang dari sensitivitas minimum. Untuk perhitungan power link budget dalam penelitian ini, diambil pelanggan dengan jarak terjauh seperti yang terlihat di Gambar 4.1. Perhitungan dimulai dari OLT yang berada di STO Simpang Limun sampai ke ONT (pelanggan) terjauh dengan jarak 3 km.

Pada Gambar 4.1, link dari STO kepelanggan mempunyai 1 splice, 8 konektor dari OLT sampai ke ONT, tiga splitter OTB (1:2), ODC (1:4), dan ODP (1:8). Kabel serat optik adalah pembeda perhitungan downlink dan uplink. Dimana parameter–parameter pendukung perhitungan power link budget adalah : 1. Daya keluaran transmitter : 3,37 dBm

2. Sensitivitas receiver : -29 dBm

3. Redaman G.652 : 0,25 dB (1490 nm) dan 0,33 dB (1310 nm) 4. Redaman Splitter : 4 dB (1:2), 6 dB (1:4), dan 11 dB (1:8) 5. Redaman splice : 0,02 dB/splice

(22)

7. Panjang serat optik (jarak) : 3 km 8. Redaman Instalasi : 0,5 dB/km 9. Jumlah splice : 1 splice 10. Jumlah konektor : 8 buah

Agar perhitungan Persamaan 3.6 lebih mudah, total redaman dihitung permata kali, maka total redaman untuk downlink adalah :

= . + . + . + +

= (3.0,25) + (8.0,5) + (1.0,02) + (6 + 11) + (3.0,5) = 23,27

Sehingga

= −

= 3,37 − 23,27 = −19,9

Dari hasil persamaan 3.6 untuk downlink, terlihat bahwa Prx ≥sesitivitas

receiver. Setelah Redaman dihitung, maka power margin sudah dapat dihitung

karena power margin merupakan besarnya daya tersisa dari daya pancar setelah dikurangi loss selama pentransmisian dan sensitivitas receiver. Akan tetapi margin daya diisyaratkan harus memiliki nilai lebih dari nol, sesuai dengan

Persamaan 3.7 dan 3.8.

Power budget = transmitter output powerreceiver sensitivity

Power budget = 3,37–(-29) Power budget = 32,37 dB

Sehingga

(23)

= (32,37 − 23,27) = 9,1

Nilai Margin yang diperoleh dari hasil perhitungan downlink menghasilkan nilai 9,1 dB (masih diatas nol dB) bahkan jauh dari nol. Maka hal ini mengindikasikan bahwa link di atas memenuhi kelayakan link power budget.

Untuk perhitungan uplink, total redamannya adalah

= . + . + . + +

= (3.0,33) + (8.0,5) + (1.0,02) + (6 + 11) + (3.0,5) = 23,69

Sehingga

= −

= 3,37 − 23,69 = −20,32

Dari hasil persamaan 3.6 untuk downlink, terlihat bahwa Prx ≥sesitivitas

receiver. Seperti perhitungan power link budget untuk downlink, maka untuk

Persamaan 3.7 dan 3.8 uplink adalah

Power budget = transmitter output powerreceiver sensitivity

Power budget = 3,37–(-29) Power budget = 32,37 dB

Sehingga

= −

(24)

Nilai Margin yang diperoleh dari hasil perhitungan uplink menghasilkan nilai 8,95 dB (masih diatas nol dB). Maka hal ini mengindikasikan bahwa link di atas memenuhi kelayakan link power budget.

Hasil dari analisis perhitungan didapat bahwa sistem dari rancangan ini adalah layak, data analisis dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil analisis perhitungan

No. Parameter Gelombang Hasil Standar Layak / Tidak Layak 1 Rise Time

Budget

1310 nm

(uplink) 0,251 ns < 0,562 ns Layak 2 Rise Time

Budget

1490 nm

(downlink) 0,2534 ns < 0,281 ns Layak 3 Power Link

Budget

1310 nm

(uplink) 8,68 dB > 0 dB Layak 4 Power Link

Budget

1490 nm

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa perhitungan power link budget dan rise time budget, dapat disimpulkan bahwa:

1. Rise time total sistem untuk downlink dan uplink masih di bawah waktu total bit rates masing masing sehingga sistem dari rise time budget sistem dalam rancangan ini dikategorikan layak dengan pengkodean NRZ.

2. Parameter power link budget dan power margin berada dikategori layak atau bagus karena mayoritas memiliki level daya terima yang berada pada range -18 dBm sampai -22 dBm serta margin daya yang dihasilkan tidak

bernilai negatif (M > 0).

3. Dalam perhitungan redaman, spesifikasi perangkat dan jarak sangat berpengaruh karena dapat membebani daya yang dipancarkan OLT sehingga daya yang diterima ONT masih didalam rentang sensitivitas receiver serta margin daya di atas nol.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan untuk Tugas Akhir ini adalah:

(26)

2. Diharapkan selanjutnya bukan link ODN yang dianalisis akan tetapi teknologi triple play yang menjadi karakter GPON, baik itu voice (VOIP), paket data ataupun video (IPTV).

(27)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Umum

Komunikasi data telah berkembang dengan pesat dewasa ini. Hal ini sesuai dengan kemajuan teknologi dalam bidang telekomunikasi dunia yang sedang maju serta pengaruh era globasasi dan arus informasi yang sangat diperlukan oleh masyarakat modern, kemajuan perekonomian serta majunya teknologi telekomunikasi merupakan titik tolak dan potensi besar untuk dapat meningkatkan dan mewujudkan berbagai jenis pelayanan komunikasi yang lebih canggih untuk komunikasi suara, video dan data. Akhir-akhir ini permintaan masyarakat modern akan kebutuhan komunikasi data sangat tinggi. Untuk mengirimkan data dalam jumlah besar dan memerlukan keakuratan serta mampu menjaga kerahasiaan data tersebut. Keunggulan serat optik sebagai media transmisi terutama mampu meningkatkan pelayanan sistem komunikasi data, seperti peningkatan jumlah kanal yang tersedia, kemampuan mengirimkan data dengan kecepatan Gbps, terjaminnya kerahasiaan data yang dikirimkan, sehingga pembicaraan tidak dapat disadap, tidak terganggu oleh gelombang elektromagnetik, petir atau cuaca.

(28)

di penerima, berkas cahata ditangkap oleh detektor cahaya, yang berfungsi mengubah besaran optis menjadi besaran elektris [1].

Salah satu layanan komunikasi serat optik adalah. FTTH adalah teknologi arsitektur jaringan akses yang menggunakan serat optik sebagai media utamanya sampai dengan pelanggan (last mile). Dengan penggunaan serat optik sebagai media utamanya, teknologi FTTH ini mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan teknologi jaringan yang masih menggunakan kabel tembaga bahkan teknologi wireless.

GPON merupakan salah satu teknologi dari FTTH, GPON merupakan pengembangan dari teknologi PON yaitu arsitektur jaringan point-to-multipoint (FTTP) dimana splitter optik passive digunakan untuk mengaktifkan serat optik tunggal yang melayani hingga 128 pelanggan [2].

2.2 Serat Optik

Serat optik adalah saluran transmisi sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED (Light Emitting Diode). Kabel ini berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit.

Jenis serat optik yang digunakan bisa berupa fiber optic multi-mode graded index, single mode fibre optic dan sebagainya. Cahaya yang digunakan pada

(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

Hal ini juga berkaitan dengan perhitungan rise time budget, karena dispersi dan kromasi dihitung untuk mendapatkan parameter.

2.2.2 Atenuasi Pada Serat Optik

Atenuasi adalah besaran pelemahan energi sinyal informasi dari serat optik yang dinyatakan dalam dB. Atenuasi serat optik merupakan karakteristik penting yang harus diperhatikan mengingat kaitannya dalam menentukan jarak repeater, jenis pemancar dan penerima optik yang harus digunakan. Besarnya atenuasi dinyatakan oleh Persamaan 1.1 [1].

∝= log / (1.1)

2.3 FTTx (Fiber To The x)

Merupakan istilah yang digunakan untuk beberapa arsitektur jaringan serat optik pada dunia telekomunikasi. Dengan menggunakan serat optik ini akan menjawab masalah keterbatasan bandwidth yang sebelumnya menggunakan jaringan kabel tembaga. Dengan berkembangnya internet dengan layanan berbasis IP dan konektivitas broadband maka kebutuhan akan bandwidth yang besar dengan kecepatan tinggi menigkat. Operator maupun vendor telekomunikasi saat ini sedang giat-giatnya menjual produk maupun layanan seperti IPTV atau internet protocol television dan cable TV/CATV atau Community Antenna

Television, video on demand yang membutuhkan bandwidth yang besar.

(35)
(36)

4. V-OLT (Video Optical Line Terminations), yaitu menerima dan

menguatkan sinyal video dari kabel Headend dan memasukkan sinyal video lokal.

5. EMS (The Element Management System), yaitu interface elemen jaringan yang berbeda ke jaringan operasi inti SBC.

6. ATM (Asynchronous Transfer Mode) network, yaitu switch trafik ATM dari beberapa jaringan inti menuju OLT.

7. PON (Passive Optical Network) atau ODN (Optical distribution Network), yaitu menghubungkan ONT ke OLT dan menyediakan jalur

selama mereka berkomunikasi.

Berdasarkan Jenis Paket data yang dikirim, teknologi FTTx dikelompokkan berdasarkan atas dua basis, yaitu berbasis ATM dan berbasis Ethernet. FTTx berbasis Ethernet mengarah ke teknologi pasif dan aktif, sedangkan FTTx berbasis ATM mengarah ke PON (Passive Optical Network) [2].

2.4 PON (Passive Optical Network)

PON adalah bentuk khusus dari FTTH yang mengandung perangkat optik pasif dalam jaringan distribusi optik. Perangkat optik pasif yang dipakai adalah konektor, passive splitter, dan kabel optik. Dengan passive splitter kabel optik dapat dipecah menjadi beberapa kabel optik lagi, dengan kualitas informasi yang sama tanpa adanya fungsi addressing dan filtering, namun terjadi redaman.

Dalam PON terdapat tiga komponen utama, yaitu : 1. OLT (Optical Line Termination)

(37)

3. ONU (Optical Network Unit)

Keluaran dari OLT ditransmisikan melalui ODN yang menyediakan alat-alat transmisi optik mulai dari OLT sampai pelanggan. ONU menyediakan interface pada sisi pelanggan dari DS (Distribution Point) dan dihubungkan

dengan ODN. Teknologi PON pada dasarnya adalah teknologi untuk hubungan point to multipoint, dan topologi ini sesuai untuk melayani kelompok pelanggan

yang letaknya terpisah, dengan hanya menambah perangkat ONU di lokasi pelanggan. Metode akses yang digunakan pada PON salah satunya adalah TDM (Time Division Multiplexing)/TDMA (Time Division Multiplexing Access). Pada arah downstream, sinyal TDM dari PLT memuat semua informasi pelanggan dalam slot yang ditentukan dan disebarkan ke semua ONU yang terhubung oleh OLT.

Tiap ONU hanya mengakses pada slot yang telah ditentukan utuk transmisi, karena semua informasi downstream disebarkan ke semua ONU, seperti pengaman sinyal, dengan encryption. Sinyal optik upstream dari setiap ONU ditransmisikan secara bersamaan dengan metode TDMA untuk menghindari collision, karena jarak antara OLT dan semua ONU berbeda-beda. Sedangkan

panjang gelombang yang digunakan untuk downstream dan upstream pada daerah 1310 nm dan 1490 nm sesuai dengan rekomendasi ITU-T G 984. Arsitektur jaringan PON dapat dilihat pada Gambar 2.7 [5].

(38)
(39)

2.5 GPON

GPON adalah suatu teknologi akses yang dikategorikan sebagai Broadband Access berbasis kabel serat optik yang merupakan evolusi dari BPON. GPON

adalah salah satu teknologi yang dikembangkan oleh ITU-T G.984 dan hingga kini bersaing dengan GEPON (Gigabit Ethernet Passive Optical Network), yaitu PON versi IEEE yang berbasiskan teknologi ethernet.

GPON mempunyai dominasi market yang lebih tinggi dan roll out yang lebih cepat dibandingkan penetrasi GEPON. Standar G.984 mendukung bit rate yang lebih tinggi, perbaikan keamanan dan pilihan protokol layer dua (ATM, GEM, atau ethernet). Dengan menggunakan serat optik sebagai media transmisi, satu perangkat akan diletakkan pada sentral, kemudian akan mendistribusikan trafik triple play (suara/voip), multi media/digital pay TV dan data/internet) hanya melalui satu core kabel optik disisi pelanggan. Yang menjadi ciri khas teknologi ini dibandingkan teknologi optik lainnya adalah teknik distribusi trafiknya dilakukan secara pasif, dari sentral hingga ke arah pelanggan akan didistribusikan menggunakan splitter (1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32, 1:64). GPON menggunakan TDMA sebagai teknik multiple access upstream dengan data rate sebesar 1.2 Gbps dan menggunakan GEM (GPON Encapsulation Methode) atau ATM Cell untuk membawa layanan TDM sehingga efisiensi bandwidth lebih baik dari

BPON (70%), yaitu 93% [5].

2.5.1 Prinsip Kerja dan Sistem di Dalam GPON

(40)
(41)
(42)

2. Mengamankan Paket : AES (Advance Encryption Standard)

AES ini, merupakan mekanisme keamanan sistem transmisi antara OLT dengan ONU. Sistem GPON secara periodik akan mengganti (renew) kode keamanan untuk peningkatan aspek keamanannya.

Teknik mekanisme AES hanya untuk downstream saja, diawali dengan enkripsi yang dibuat dalam model counter 128 bit blok chiper kode dengan 128 bit key. Pergantian key diinisiasi dan dikontrol oleh OLT dan key diganti tiga kali setiap detiknya. Ketika OLT menerima key yang benar,

maka OLT akan mengirim key switch message ke ONU dan kemudian melakukan trafik downstream.

3. Management Bandwidth : DBA (Dynamic Bandwidth Assignment) Mekanisme dimana secara dinamik ONT dapat meminta dan memberi bandwidth yang telah dialokasikan oleh T-CONT (Transmission Containers). Mekanisme kerja DBA dibagi dua yaitu status reporting dan

predictive. Pada saat melakukan status reporting, ONT melaporkan status

buffer mereka dan membuatkan antrian dengan DBR (Dynamic Bandwidth Reports) ke arah OLT, kemudian OLT menetapkan ulang bandwidth

(43)
(44)

Downstream frame GTC memiliki durasi 125 µs dan panjang 38880 byte,

dimana sesuai dengan data downstream 2.48832 Gbps. Gambar 2.13 menunjukkan format downstream pada frame GTC. OLT mengirimkan PCBd (Physical control block downstream) secara broadcast dan setiap ONU menerima semua PCBd. Psync menunjukkan frame permulaan untuk ONU. Indent berisi superframe counter 8 Khz yang digunakan oleh sistem enkripsi, dan juga

digunakan untuk memberikan sinyal synchronous refrence tingkat rendah. PLOAMd menangani fungsi seperti OAM (operation, administration, and management) yang berhubungan dengan penanda. BIP (Bit Interleaved Parity)

digunakan untuk memperkirakan tingkat kesalahan bit. Plend (Payload Length Indicator downstream) memeberikan panjang bandwidth upstream Bwmap.

Setiap masukan dalam bandwidth upstream Bwmap merupakan alokasi bandwidth tunggal untuk T-CONT dituju.

Sedangkan untuk model transmisi upstream, frame GEM akan dibawa dalam bentuk semacam kontainer (kotak-kotak) yang diistilahkan T-CONT (Transmission Container). T-CONT akan membawa portID dari GEM setiap ONU. Pada saat transmisi upstream bekerja, OLT mengkontrol kanal upstream dengan pengaturan seperti window (jendela) waktu dari masing-masing ONT. Proses model transmisi upstream dapat dilihat pada Gambar 2.14.

(45)
(46)
(47)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan teknologi dengan pesat, terutama informasi dan komunikasi, memicu masyarakat modern mendapatkan layanan yang praktis, mudah, dan efisien. Kebutuhan layanan masyarakat modern terus meningkat sehingga dibutuhkanlah sarana komunikasi yang mampu melayani suara, data dan video. Maka diperlukan jaringan handal yang mampu memberikan performansi yang baik.

(48)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana merancang jaringan akses FTTH dari STO sampai ke pelanggan. 2. Bagaimana menentukan penggunaan dan penempatan perangkat perancangan. 3. Bagaimana menentukan kelayakan sistem link dari STO sampai ke pelanggan.

1.3 Tujuan Penulisan Tugas Akhir

Tujuan dalam Tugas Akhir ini adalah mempelajari dan menganalisis hasil rancangan jaringan FTTH di perumahan CBD (Central bussiness district) Polonia Medan menggunakan teknologi GPON dan menentukan kelayakan sistem.

1.4 Batasan Masalah

Untuk Membatasi Materi yang akan dibicarakan pada Tugas Akhir ini, maka penulis membatasi penulisan Tugas Akhir ini kepada tiga hal sebagai berikut

1. Perancangan tidak menghitung QoS.

2. Perancangan tidak membahas tentang jaringan serat optik lainnya seperti DLC, HFC dan OAN.

3. Area perancangan yang dihitung hanya dari STO Simpang Limun sampai ke perumahan CBD.

4. Tidak membahas pengkodean NRZ. 5. Tidak membahas topologi Jaringan.

(49)

1.5 Metode Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini maka penulis menerapkan beberapa metode studi diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Studi Literatur

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang terkait, diskusi dengan dosen pembimbing Tugas Akhir, pihak PT. TELKOM, teman serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian.

2. Studi Lapangan

Yaitu dengan melaksanakan pengukuran langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan.

3. Studi analisa

Yaitu dengan melakukan analisa terhadap hasil perhitungan dari data-data yang diperoleh di lapangan.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

(50)

BAB II DASAR TEORI

Pada Bab ini membahas tentang teori-teori yang mendukung jaringan akses serat optik meliputi karakteristik transmisi serat optik, arsitektur jaringan serat optik secara umum, dispersi pada serat optik, perkembangan PON, dan teknologi GPON.

BAB III PERANCANGAN DAN KONFIGURASI FTTH GPON

DI PERUMAHAN CBD POLONIA MEDAN

Pada bab ini membahas tentang survey, perancangan, penentuan perangkat beserta spesifikasi, dan juga persamaan untuk mendukung perhitungan parameter power link budget dan rise time budget.

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN

Pada bab ini membahas tentang analisis hasil perhitungan power link budget dan rise time budget.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(51)

ABSTRAK

GPON (gigabit passive optical network) adalah salah satu teknologi akses

kecepatan tinggi yang memiliki keunggulan multiple services, dan ketersediaan

bandwidth besar yang mendukung aplikasi triple play (voice, data, dan video). Akan

tetapi, proses transmisi melalui media serat optik mengakibatkan adanya degradasi

sinyal yang disebabkan redaman dan dispersi sehingga dapat mengganggu proses

transmisi.

Pada Tugas Akhir ini akan dirancang implementasi jaringan FTTH (fiber to

the home) menggunakan teknologi GPON dari STO sampai ke perumahan CBD

Polonia Medan. Dalam perancangan dilakukan penentuan perangkat, tata letak, dan

volume perangkat yang digunakan. Kemudian untuk menentukan kelayakan sistem

dianalisis dengan parameter rise time budget dan power link budget.

Hasil dari perancangan FTTH di perumahan CBD Polonia Medan, bahwa dari

perhitungan rise time total untuk downlink menghasilkan total waktu sistem sebesar

0,2534 ns yang masih di bawah waktu total bit rates sebesar 0,281 ns. Sedangkan

untuk uplink menghasilkan total waktu sistem sebesar 0,251 ns yang masih di bawah

waktu total bit rates sebesar 0,562 ns. Nilai power margin untuk downlink sebesar

9,1 dB sedangkan untuk uplink sebesar 8,68 dB, kedua power margin menghasilkan

nilai yang masih berada di atas nol dB (tidak negatif) sehingga mengindikasikan

(52)

STUDI PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE

HOME (FTTH) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI

GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI

PERUMAHAN CBD POLONIA MEDAN

OLEH :

ISMAIL FARUQI

NIM : 080402098

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(53)

STUDI PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE

HOME (FTTH) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI

GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI

PERUMAHAN CBD POLONIA MEDAN

Oleh :

ISMAIL FARUQI NIM : 080402098

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada tanggal 27 bulan Juli tahun 2013 di depan penguji 1) Ir. M. Zulfin, MT : Ketua Penguji

2) Naemah Mubarakah, ST. MT : Anggota Penguji

Disetujui Oleh : Pembimbing Tugas Akhir

(Ir. Sihar P. Panjaitan, MT) NIP : 19640306 199103 1001

Diketahui oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU

(54)

ABSTRAK

GPON (gigabit passive optical network) adalah salah satu teknologi akses

kecepatan tinggi yang memiliki keunggulan multiple services, dan ketersediaan

bandwidth besar yang mendukung aplikasi triple play (voice, data, dan video). Akan

tetapi, proses transmisi melalui media serat optik mengakibatkan adanya degradasi

sinyal yang disebabkan redaman dan dispersi sehingga dapat mengganggu proses

transmisi.

Pada Tugas Akhir ini akan dirancang implementasi jaringan FTTH (fiber to

the home) menggunakan teknologi GPON dari STO sampai ke perumahan CBD

Polonia Medan. Dalam perancangan dilakukan penentuan perangkat, tata letak, dan

volume perangkat yang digunakan. Kemudian untuk menentukan kelayakan sistem

dianalisis dengan parameter rise time budget dan power link budget.

Hasil dari perancangan FTTH di perumahan CBD Polonia Medan, bahwa dari

perhitungan rise time total untuk downlink menghasilkan total waktu sistem sebesar

0,2534 ns yang masih di bawah waktu total bit rates sebesar 0,281 ns. Sedangkan

untuk uplink menghasilkan total waktu sistem sebesar 0,251 ns yang masih di bawah

waktu total bit rates sebesar 0,562 ns. Nilai power margin untuk downlink sebesar

9,1 dB sedangkan untuk uplink sebesar 8,68 dB, kedua power margin menghasilkan

nilai yang masih berada di atas nol dB (tidak negatif) sehingga mengindikasikan

(55)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T yang telah

memberikan kemampuan dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan, halangan,

dan rintangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat beriring salam

penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu

ayahanda Alm. H. dr. Achmad Sjarbaini dan ibunda Nihla Farida, serta abang-abang

saya Ichon, Ibob dan kakak - kakak saya Laura, Echi, Meutia

yang senantiasa

mendukung dan mendoakan dari sejak penulis lahir hingga sekarang.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan

untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di

Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun

judul Tugas Akhir ini adalah :

STUDI PERCANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME

(FTTH) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE

OPTICAL NETWORK (GPON) DI PERUMAHAN CBD POLONIA MEDAN

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya

Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari

berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

(56)

1. Bapak Ir. Sihar P Panjaitan, MT selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir

saya, atas nasehat, bimbingan, dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Bapak Rahmad Fauzi ST, MT

selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. M. Zulfin, MT dan Ibu Naemah Mubarakah, ST MT selaku

penguji seminar dan sidang Tugas Akhir saya.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan

seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara atas segala bantuannya.

5. Sahabat-sahabat angkatan 2008 di Elektro : Rumi, Pindo, Ihsan, Ikbal, Ari,

Parlin, Auliya, Dedi, Edi, Muklis, Razi, Rizal, Rama, Habibi, Syukur,

Louis, May, Darminton, Wenly, Bayu, Basten, Fahmi, Fahdi, Sarif,

Christian, Dian, Dina, Siska, Maria, Elis,

dan segenap angkatan

’08

yang

tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, semoga silaturahmi kita terus

terjaga.

6. Senior dan junior : Bg Komeni, Bg Ryan, Bg Ibenk, Kak Arynda, Kak

Selvi, Kak Fitri, Bg Arif, Bg Irzie, Bg Roy, Lukman, Yuli, Lutfi, Suwen,

Duha, Diki, Agil, Emir, Rizki serta semua senior terutama yang menjadi

asisten semua laboratorium yang saya jalanin, junior 2009, 2010, 2011,

2012 dan seluruh praktikan Telematika stambuk 2010

yang telah

(57)

7. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Teknik Elektro dan semua pengurus

IMTE.

8. Keluarga Besar MME-GS yang telah memberikan banyak sekali

pembelajaran.

9. Keluarga Besar ayah saya, ibu saya, TK Al-

Marwa ’

95, SD Taman Siswa

’96,

SMP An-Nizam

‘2002, SMA Al

-

Ulum ‘

2005 dan Jermal Lingkungan

VIII.

10. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik dari

segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan tujuan

menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis

harapkan.

Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT, semoga Tugas Akhir ini

bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.

Medan, 22 Juni 2013

Penulis

(58)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL ... viii

I.

PENDAHULUAN... 1

1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Rumusan Masalah ... 2

1.3

Tujuan Penulisan Tugas Akhir... 2

1.4

Batasan Masalah... 2.

1.5

Metode Penulisan ... 3

1.6

Sistematika Penulisan ... 3

II.

DASAR TEORI ... 5

2.1

Umum... 5

2.2

Serat Optik ... 6

2.2.1

Perambatan Cahaya Pada Serat Optik... 7

2.2.2

Atenuasi Pada Serat Optik ... 12

2.3

FTTx (Fiber To The x) ... 12

2.4

PON (Passive Optical Network) ... 14

(59)

2.5.1

Prinsip Kerja dan Kesisteman GPON ... 17

III.

PERANCANGAN DAN KONFIGURASI

3.1

Umun... 25

3.2

Perancangan Jaringan... 27

3.2.1

Rise Time Budget... 33

3.2.2

Power Link Budget... 36

IV.

ANALISIS LINK PERANCANGAN JARINGAN

4.1

Umum... 38

4.2

Perhitungan Rise Time Budget ... 39

4.3

Perhitungan Power Link Budget... 42

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan ... 46

5.2

Saran... 46

(60)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Perambatan di hukum Snellius ... 7

Gambar 2.2

Prinsip kerja serat optik Single-mode index ... 8

Gambar 2.3

Prinsip kerja serat optik Multi-mode graded index ... 9

Gambar 2.4

Prinsip kerja serat optik Multi-mode step index ... 10

Gambar 2.5

Pelebaran pulsa akibat dispersi ... 11

Gambar 2.6

Arsitektur FTTx ... 13

Gambar 2.7

Arsitektur Jaringan PON ... 16

Gambar 2.8

Posisi PON di jaringan akses ... 16

Gambar 2.9

Prinsip kerja passive splitter ... 18

Gambar 2.10 Frame GEM pada sinyal GPON ... 19

Gambar 2.11 Proses konversi dari paket Ethernet ke frame GEM... 19

Gambar 2.12 Sistem transmisi GPON ... 21

Gambar 2.13 Sistem pengiriman sinyal downstream pada GPON ... 21

Gambar 2.14 Sistem pengiriman sinyal upstream pada GPON... 23

Gambar 2.15 Arsitektur GPON... 23

Gambar 3.1

Diagram alur penelitian... 26

Gambar 3.2

Konfigurasi Jaringan FTTH CBD Polonia Medan... 32

(61)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Spesifikasi Optical Line Termination ... 28

Tabel 3.2

Spesifikasi optical line termination ... 29

Tabel 3.3

Spesifikasi kabel serat optik... 30

Tabel 3.4

Spesifikasi konektor SC ... 30

Tabel 3.5

Spesifikasi redaman passive spllitter ... 31

Gambar

Tabel 3.2 Spesifikasi optical line termination
Tabel 3.3 Spesifikasi kabel serat optik
Tabel 3.5 Spesifikasi redaman passive spllitter
Tabel 4.1 Hasil analisis perhitungan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi nilai redaman yang melewati batas wajar dapat dilakukan dengan mengganti kabel fiber dengan redaman 0,35dB menjadi kabel fiber dengan redaman 0,22 dB,

Hal ini menunjukkan simulasi yang menggunakan perangkat lunak bekerja dengan baik dengan nilai performansi jaringan yang masih berada pada batas performansi jaringan

Total redaman dari STO sampai dengan ODP kurang dari 27 dB, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh jaringan akses tembaga dapat diganti dengan jaringan akses fiber

Sedangkan pada perencanaan pengembangan jaringan Meranti didapatkan bahwa opsi kedua menjadi opsi yang terbaik dengan jarak total 5,422 km memiliki Pr sensitivitas terbesar,

Hal-hal yang akan dibahas dan dianalisis meliputi perancangan jaringan FTTH dari sentral (STO Cijawura) hingga ke pelanggan (homepass) penerapan teknologi GPON pada FTTH,

Jaringan FTTH merupakan jaringan yang menggunakan media transmisi serat optik yang digelar dari Stasiun Telepon Otomat (STO) sampai ke pelanggan.. Pada

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) HUAWEI DENGAN FIBER.. TERMINATION MANAGEMENT (FTM) UNTUK PERUMAHAN PESONA

Pada hasil simulasi jaringan dengan menggunakan software OptiSystem didapatkan nilai BER yang baik pada kedua konfigurasi downstream maupun upstream dengan nilai BER