• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

(2)

Lampiran 1

(3)

LAMPIRAN 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DAN PUFA DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK USIA 12-14 TAHUN DI KECAMATAN

MEDAN POLONIA DAN MEDAN JOHOR

No :

Tgl. .../.../…..

LEMBAR PEMERIKSAAN

Nama : ……….

Jenis kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan 1.

Tanggal/bulan/tahun lahir : …./…./……

Usia : ……. thn ……. bln 1. 12 tahun

2. 13 tahun 2.

3. 14 tahun

A. PERHITUNGAN Indeks Massa Tubuh (IMT)

Berat badan : …….. kg 3.

Tinggi badan : …….. m 4.

berat badan (kg)

IMT = = ……….. 5.

tinggi badan (m)x tinggi badan (m)

, ,

(4)

Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

No Z- score Interpretasi

1 <-2 SD di bawah normal

2 -2 SD – 1 SD normal

3 > 1 SD di atas normal

6. Kategori BMI = 6.

PEMERIKSAAN PUFA dan DMFT

PUFA

DMFT

DMFT

PUFA KETERANGAN

7. P

=

7.

8. U

=

8.

9. F

=

9.

10. A

=

10.

11. Jumlah PUFA=

11.

12. D

=

12.

13. M

=

13.

14. F

=

14.

(5)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth. Ibu/Bapak/Wali... Di tempat

Saya adalah Jenny Chenjaya salah satu mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon kesediaan Ibu/Bapak untuk mengizinkan anak Ibu/Bapak sebagai subjek dalam penelitian saya yang berjudul: “Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengalaman karies, PUFA dengan Indeks Massa Tubuh pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

Ibu/Bapak perlu mengetahui bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu komponen dari kesehatan secara umum dan juga merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan normal dari anak. Keadaan mulut yang buruk, misalnya banyak gigi rusak atau tidak dirawat akan menganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut sehingga akan mempengaruhi status gizi dan pada masa anak-anak kondisi tersebut akan mempunyai dampak pada pertumbuhan anak.

Dalam penelitian ini, berat badan anak akan ditimbang dengan timbangan digital dan tinggi badan akan diukur dengan statiometer. Kemudian akan dilanjutkan dengan pemeriksaan rongga mulut, untuk melihat kondisi gigi dan mulut. Pemeriksaan ini akan berlangsung sekitar 8 menit.

Ibu/Bapak akan mendapatkan informasi mengenai kondisi rongga mulut anak. Selama penelitian ini berlangsung tentulah akan menyita waktu Ibu/Bapak dan anak sebagai subjek penelitian.

(6)

dari penelitian ini selama penelitian berlangsung. Demikianlah penjelasan saya tentang penelitian ini, mudah-mudahan keterangan saya di atas dapat dimengerti. Atas kesediaan Ibu/Bapak dalam penelitiaan ini saya ucapkan terimakasih.

Medan,...

Jenny Chenjaya

(7)

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

No. Telepon/Hp : Nama Orangtua :

Sekolah :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul “Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor”, secara sadar tanpa paksaan saya mengijinkan anak saya ikut serta dalam penelitian yang dilakukan oleh Jenny Chenjaya sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila suatu ketika saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun saya berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan,... Yang menyetujui

Orangtua/wali subjek penelitian

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

Lampiran 7

No Jenis Kelamin Usia (bulan) Decay Missing Filling Jumlah DMFT Pulpa Ulserasi Fistula Abses Jumlah PUFA Skor IMT Kategori IMT Kategori Karies

(14)

Lampiran 7

No Jenis Kelamin Usia (bulan) Decay Missing Filling Jumlah DMFT Pulpa Ulserasi Fistula Abses Jumlah PUFA Skor IMT Kategori IMT Kategori Karies

(15)

Lampiran 7

No Jenis Kelamin Usia (bulan) Decay Missing Filling Jumlah DMFT Pulpa Ulserasi Fistula Abses Jumlah PUFA Skor IMT Kategori IMT Kategori Karies

(16)

Lampiran 7

No Jenis Kelamin Usia (bulan) Decay Missing Filling Jumlah DMFT Pulpa Ulserasi Fistula Abses Jumlah PUFA Skor IMT Kategori IMT Kategori Karies

(17)

Lampiran 7

No Jenis Kelamin Usia (bulan) Decay Missing Filling Jumlah DMFT Pulpa Ulserasi Fistula Abses Jumlah PUFA Skor IMT Kategori IMT Kategori Karies

(18)

Lampiran 8

Hasil Uji Statistik Penelitian

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Rerata status karies DMFT ≤ 2 Statistics

Decay Missing Filling Jumlah DMFT

N Valid 108 108 108 108

Missing 0 0 0 0

Mean 1.34 .04 .06 1.44

Std. Deviation .614 .190 .268 .498

Rerata status karies DMFT > 2

Statistics

Decay Missing Filling Jumlah DMFT

N Valid 108 108 108 108

Missing 0 0 0 0

Mean 4.64 .14 .06 4.82

(19)

Rerata Status Karies PUFA

Statistics

Decay Missing Filling

Jumlah

Kategori Karies * Kategori IMT Crosstabulation

Kategori IMT

Total

Di bawah normal Normal Di atas normal

(20)

Korelasi DMFT dengan IMT

Correlations

Jumlah DMFT Skor IMT

Spearman's rho Jumlah

DMFT

Korelasi PUFA dengan IMT

Correlations

Jumlah PUFA Skor IMT

Spearman's rho Jumlah

PUFA

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The

(21)

Kategori Karies * Kategori IMT Crosstabulation Count

Kategori IMT

Total

Di bawah normal Normal Di atas normal

Kategori DMFT≤2 8 66 34 108

Karies DMFT>2 12 76 20 108

DMFT+PUFA 18 77 13 108

Total 38 219 67 324

Kruskal-Wallis ( Hubungan DMFT terhadap Usia) Test Statisticsa,b

Jumlah DMFT

Chi-Square

df

Asymp. Sig.

1.065

2

.587

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Usia

Mann-whitney (Hubungan DMFT terhadap Jenis Kelamin) Test Statisticsa

Jumlah DMFT

Mann-Whitney U 5225.000

Wilcoxon W 11666.000

Z -1.322

Asymp. Sig. (2-tailed)

.186

(22)

Kruskal-Wallis ( Hubungan PUFA terhadap usia)

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Usia

Mann-whitney (Hubungan PUFA terhadap Jenis Kelamin) Test Statisticsa

Jumlah

PUFA

Mann-Whitney U 1339.000

Wilcoxon W 2770.000

Z -.837

Asymp. Sig. (2-

tailed) .403

a. Grouping Variable: Jenis Kelamin

Rerata DMFT Berdasarkan Usia Jumlah DMFT

Interval for Mean

Minimum Maximum

(23)

Rerata DMFT Berdasarkan Jenis Kelamin

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Rerata PUFA Berdasarkan Usia Jumlah PUFA

Descriptives

Rerata PUFA Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah PUFA

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Interval for Mean

Minimum Maximum

(24)

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Monse B, Heinrich-Weltzien R, Benzian H, Holmgren C, van Palenstein Helderman W. PUFA - An index of clinical consequences of untreated caries. Community Dent Oral Epidemiol 2010; 38: 77-82.

2. Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2014: 1-2. 3. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan

pemeliharaan. Medan: USU Press, 2015: 4-9,17-9.

4. Kidd EA, Joyston S. Dasar-dasar karies. Alih Bahasa. Sumawinata N, Faruk S. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1992: 1-9.

5. Silaban S, Gunawan PN, Wicaksono D. Prevalensi karies gigi geraham pertama permanen pada anak umur 8-10 tahun di SD Kelurahan Kawangkoan Bawah. Jurnal e-Gigi 2013; 1(2): 1-8.

6. Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Litbangkes Depkes RI, 2013: 118-9.

7. Chaterjee M, Bandyopadhyay AR. A study on nutritional status and dental

caries in permanent teeth among school going girl of Bengalee population,

India. Advances in Anthropology 2012; 2(3): 112-6.

8. Jain K, Singh B, Dubey A, Avinash A. Clinical assessment of effects of

untreated dental caries in school going children using PUFA index. Chettinad

Health City Medical J 2014; 3(3): 105-8.

9. Jazrawi KH. Evaluation of the sequelae of untreated dental caries using PUFA index. Al-Rafidain Dent J 2014; 14(1): 101-10.

10. Mishu MP, Hobdell M, Khan MH, Hubbard RM, Sabbah W. Relationship between untreated dental caries and weight and height of 6- to 12-year-old primary school children in Bangladesh. Int J of Dentistry 2013: 1-5.

(25)

41

baru pada anak usia 12 tahun murid SD UKGS dan SD Non UKGS di wilayah Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2011. Journal Health Quality 2012; 2(4): 223-33.

13. Notohartojo IT, Lely MA, Woro R, Olwin N. Nilai karies gigi pada karyawan yayasan industri di Pulo Gadung Jakarta. Media Litbang Kesehatan 2011; 21(4): 166-75.

14. Soeyoso UM, Muntaha A, Malaka T, Zaman C. Prevalensi dan faktor risiko karies gigi murid SD kelas III-IV Negeri 161 Kota Palembang tahun 2009. Jurnal Kesehatan Bina Husada; 6(1): 12-20.

15. Gupta P, Gupta N, Singh HP. Prevalence of dental caries in relation to body mass index, daily sugar intake, and oral hygiene status in 12-year-old school children in Mathura City: A pilot study. Int J of Pediatrics 2014: 1-5.

16. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak. Alih Bahasa. Wahab AS. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000: 1285.

17. Soesilo D, Santoso RE Santoso, Diyatri I. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Dent J 2005; 38(1): 25–8.

18. Tamrin M, Afrida, Jamaluddin M. Dampak konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menyikat gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak sekolah. Journal of Pediatric Nursing 2014; 1(1): 14-8.

19. Ramayanti S, Purnakarya Idral. Peran makanan terhadap kejadian karies gigi. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013; 7(2): 89-93.

20. Manaoy NT, Kawengian SE, Mintjelungan C. Gambaran karies gigi molar pertama permanen dan status gizi di SD Katolik 06 Manado. Journal e-Gigi 2015; 3(2): 1-6.

21. Tsakos G, Hill K, Chadwick B, Anderson T. Children’s dental health survey 2013. Health and Social Care Information Centre 2015: 13.

(26)

42

23. Mangkey E, Posangi J, Leman MA. Gambaran status karies pada siswa SMP Tomohon. Jurnal e-Gigi 2015; 3(1): 182-8.

24. Kaur I, Singal P, Bhatnagar DP. Timing of permanent teeth emergence and dental caries among Jatsikh children of public and government schools of Patiala District. Anthropologist 2010; 12(2): 141-8.

25. Ferraro M, Vieira AR. Explaining gender differences in caries: A multifactorial approach to a multifactorial disease. International J of Dentistry 2010: 1-5.

26. Maulani C. Kiat merawat gigi anak panduan orang tua dalam merawat dan menjaga kesehatan gigi bagi anak – anaknya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005: 69-70.

27. Thippeswamy HM, Kumar N, Acharya S, Pentapati KC. Relationship between body mass index and dental caries among adolescent children in South India.

West Indian Med J 2011; 60(5): 581-5.

28. Monse B, Benzian H, Araojo J et al. A silent public health crisis: Untreated caries and dental infections among 6 and 12-year-old children in the Philippine National Oral Health Survey 2006. Asia-Pacific J Public Health 2012; 20: 1-10.

29. Alhamda S. Status kebersihan gigi dan mulut dengan status karies gigi (kajian pada murid kelompok umur 12 tahun di sekolah dasar negeri kota Bukittinggi). Berita Kedokteran Masyarakat 2011; 27(2): 108-15.

30. Sardjono B, Suseno U, Umar RD et al. Pedoman usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2012: 37-40.

31. Baginska J, Stokowska W. Pulpal involvement-roots-sepsis index: A new method for describing the clinical consequences of untreated dental caries. Med Princ Pract 2013; 22: 555–60.

(27)

43

33. Jelalian E, Steele RG. Handbook of childhood and adolescent obesity. New York: Springer, 2008: 67.

34. Kemenkes RI. Standar antropometri penilaian status gizi anak. Jakarta 2010: 4, 20-1, 38-9.

35. Mohammadi TM, Kay EJ. Effect of dental caries on children growth. In: Ming-yu Li. eds. Contemporary approach to dental caries, Shanghai: InTech,

2012: 379-90.

36. Benzian H, Monse B, Heinrich-Weltzien R, Hobdell M, Mulder J, van Palenstein Helderman W. Untreated severe dental decay: A neglected determinant of low body mass index. BMC Public Health 2011; 11(558): 1-9. 37. Rajendra RE, Madhuri S, Manjula M, Sreelakshmi N, Thabitha RS, Rajesh A.

Association between dental caries and body mass index among 6-15 year old

children in Nalgonda District. Indian J Dent Adv 2013; 5(1): 1089-95.

38. Dua R, Jindal R, Kaur D, Anggarwal N. Correlation between PUFA/pufa scores and BMI for age in rural Indian children. Indian J of Oral Sciences 2014; 5(1): 21-6.

39. Alkarimi HA, Watt RG, Pickhard H et al. Dental caries and growth in school- age children. J of the American Academy of Pediatrics 2014; 133: 616-23. 40. Hooley M, Skouteris H, Boganin C, Satur J, Kilpatrick N. Body mass index

and dental caries in children and adolescents: A systematic review of literature published 2004 to 2011. Systematic Reviews 2012; 1(57): 1-26.

41. Al-Darwish M, El Ansari W, Bener A. Prevalence of dental caries among 12- 14 year old children in Qatar. Saudi Dent J 2014; 26(3): 115-25.

(28)

20

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang mengevaluasi hubungan antara indeks DMFT dan indeks PUFA dengan Indeks Massa Tubuh pada murid SMP di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor. Pengambilan data variabel independen dan dependen dilakukan dalam waktu bersamaan.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah sekolah SMP Swasta Angkasa Lanud dan SMP Methodist 4 di Kecamatan Medan Polonia dan SMP Budi Insani dan SMP Darma di Medan Johor. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016. Pengolahan dan analisis data dilakukan pada bulan Februari 2016.

Populasi dan Sampel

(29)

21

(Zα + Zβ)2

S2 (x1-x2)2

Rumus besar sampel yang digunakan:

n1 = n2 = 2

S = Simpangan baku gabungan

X1-X2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Nilai S gabungan didapatkan dari penelusuran pustaka penelitian sebelumnya.1 Berdasarkan penelusuran pustaka didapati data sebagai berikut :

(Sg)2 = 16996,61 + 3415,49

(30)

22

Keterangan:

n1 = Besar sampel pada penelitian 1 = 2022 anak

n2 = Besar sampel pada penelitian 2 = 2022 anak

S1 = Standar deviasi dari penelitian 1 = 2,9

S2 = Standar deviasi dari penelitian 2=1,3

Besar sampel minimal pada tiap kelompok 98 orang. Besar sampel ini ditambahkan 10% untuk menghindari dropout sehingga peneliti mengambil sampel sebanyak 108 orang untuk tiap kelompok. Kelompok 1 adalah 108 orang anak yang hanya memiliki DMFT dari 1 sampai 2 dan tidak memiliki PUFA. Kelompok 2 adalah 108 orang anak yang hanya memiliki DMFT lebih dari 2 dan tidak memiliki PUFA. Kelompok 3 adalah 108 orang anak yang memiliki PUFA minimal 1. Jumlah total sampel penelitian adalah 324 orang.

Kriteria Inklusi

- Anak berusia di antara 12 tahun dan 14 tahun. - Anak yang hanya memiliki gigi permanen. - Anak dalam keadaan sehat.

- Anak memiliki karies minimal pada satu buah gigi. Kriteria Ekslusi

- Anak tidak bersedia diperiksa rongga mulutnya. - Anak memakai pesawat ortodonti.

- Anak tidak mendapat izin dari orangtua.

Variabel dan Definisi Operasional Variabel penelitian

(31)

23

Definisi Operasional 3,28,29,30,34

No. Variabel Definisi Operasional

Cara

Pemeriksaan Kategori

Skala diperoleh sejak lahir yaitu laki-laki atau perempuan.

Kuesioner

1 = Laki-laki

2 = Perempuan Nominal

2. Usia

Usia responden yang mengikuti penelitian dihitung berdasarkan tanggal, bulan dan tahun kelahiran sampai penelitian dilakukan dan dikelompokkan ke usia 12-14 tahun.

Kuesioner

Indeks Massa Tubuh dipakai untuk menentukan pengukuran berat badan yang

disesuaikan dengan tinggi badan dan usia untuk mendapatkan kategori status berat badan dilihat dari tabel KEMENKES. karies gigi permanen dengan kriteria :

a. D (Decay) yaitu

gigi yang mengalami karies

yang masih bisa ditambal dan gigi dengan tumpatan

sementara. b. M (Missing)

yaitu gigi permanen yang telah hilang atau

(32)

24

No. Variabel Definisi Operasional

Cara

Pemeriksaan Kategori

Skala Ukur

c. F ( Filling) yaitu gigi dengan telah ditambal dengan skor karies yang dinilai berdasarkan karies yang tidak dirawat pada gigi permanen dengan proses karies dan hanya fragmen gigi atau akar yang tersisa.

• U : Ulserasi

terjadi apabila terdapat tepi tajam gigi yang dislokasi atau terdapat fragmen akar yang telah menyebabkan ulserasi traumatis dari jaringan lunak disekitarnya, misalnya di lidah /mukosa bukal.

Pemeriksaan klinis

DMFT +

(33)

25

No. Variabel Definisi Operasional

Cara

Pemeriksaan Kategori

Skala pada gigi dengan pulpa terbuka. skor PUFA yang dinilai berdasarkan

Metode Pengumpulan Data/ Pelaksanaan Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan surat izin penelitian dari Departemen Kesehatan Gigi Anak. 2. Menyerahkan ke PD I untuk mendapatkan surat izin penelitian ke Dinas Pendidikan dan Komisi Etik.

3. Dinas Pendidikan mengeluarkan surat untuk sekolah yang akan dilakukan penelitian. Komisi Etik mengeluarkan surat izin melakukan penelitian (Ethical Clearance).

(34)

26

dilakukan di kelas yang ditentukan oleh Kepala Sekolah setelah Informed Consent ditandatangani.

5.Pengisian kuesioner disertai pengambilan data tinggi badan dan berat badan anak. Mengukur tinggi badan menggunakan statiometer merek GEA, pengukuran berat badan dengan timbangan badan digital merek GEA, selanjutnya data diisi menggunakan pensil dan pulpen pada lembar pemeriksaan.

6. Pemeriksaan rongga mulut anak menggunakan masker dan sarungtangan. mengetahui jumlah DMFT dan jumlah PUFA menggunakan sonde, kaca mulut, pinset, dan headlamp, selanjutnya data diisi pada lembar pemeriksaan.

7.Alat yang telah dipakai untuk setiap anak, disterilisasi kedalam gelas yang berisi larutan antiseptik dikeringkan dengan tissue.

Pengolahan dan Analisis Data

Data diperiksa kembali apakah telah lengkap dan terisi seluruhnya. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

a. Editing (Penyuntingan data): untuk mengetahui dan memeriksa apakah data yang terkumpul sudah diteliti semua atau belum.

b. Coding (Membuat lembaran kode): mengklasifikasikan jawaban dengan memberi kode pada masing-masing jawaban.

c. Data entry (Memasukkan data): mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Saving: Proses penyimpanan data sebelum data diolah atau dianalisis.

e. Tabulasi: proses menyusun data dalam bentuk tabel, selanjutnya diolah dengan bantuan komputer.

(35)

27

Setelah tahap-tahap tersebut dilakukan, berikutnya, data diolah secara statistik. Uji statistik yang dilakukan meliputi :

Variabel Univariat

a. Uji univariat deskriptif

- Untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin.

- Untuk mengetahui status karies DMFT tanpa PUFA dan PUFA pada tiap kelompok.

Variabel Bivariat a.Uji Chi-Square

- Untuk mengetahui perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) antara kelompok DMFT ≤ 2tanpa PUFA, DMFT > 2 tanpa PUFA dan DMFT + PUFA.

b. Uji Kruskal-Wallis (Data tidak terdistribusi normal)

- Untuk mengetahui perbedaan indeks DMFT berdasarkan usia. - Untuk mengetahui perbedaan indeks PUFA berdasarkan usia. c. Uji Mann Whitney (Data tidak terdistribusi normal)

- Untuk mengetahui perbedaan indeks DMFT berdasarkan jenis kelamin. - Untuk mengetahui perbedaan indeks PUFA berdasarkan jenis kelamin. d. Uji Spearman (Data tidak terdistribusi normal)

- Untuk mengetahui korelasi DMFT dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). - Untuk mengetahui korelasi PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai p dianggap bermakna apabila p < 0,05 dengan interval kepercayaan 95%.

Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut : 1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

(36)

28

surat permohonan atas kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian kepada ketua tim kelayakan etik di Fakultas Kedokteran USU.

2. Lembar persetujuan (Informed Consent)

(37)

29

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik subjek penelitian anak meliputi jenis kelamin dan usia. Anak laki-laki sebanyak 168 (51,9%), dan perempuan sebanyak 156 (48,1%). Berdasarkan kelompok usia anak berusia 12 tahun sebanyak 101 (31,1%), usia 13 tahun sebanyak 110 (34,0%), dan usia 14 tahun sebanyak 113 (34,9%) (Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian

4.2 Status Karies Kelompok DMFT tanpa PUFA dan Kelompok PUFA Rerata DMFT pada kelompok 1 (DMFT ≤ 2 tanpa PUFA) adalah 1,44 ± 0,498, kelompok 2 (DMFT > 2 tanpa PUFA) adalah 4,82 ± 2,091, kelompok 3 (DMFT ) adalah 3,94± 2,531, dan rerata PUFA 1,58 ± 1,006 (Tabel 3).

Karakteristik n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 168 51,9

Perempuan 156 48,1

Usia

12 tahun 101 31,1

13 tahun 110 34,0

14 tahun 113 34,9

(38)

30

Tabel 3. Rerata status karies kelompok DMFT tanpa PUFA dan kelompok PUFA

4.3Analisis Statistik Perbedaan Indeks Massa Tubuh antara Kelompok DMFT tanpa PUFA dan Kelompok PUFA

Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square, pada kelompok anak DMFT ≤ 2, kategori dibawah normal sebanyak 8 orang (7,4%), normal 66 orang (61,1%), diatas normal 34 orang (31,5%). Pada kelompok anak DMFT > 2, kategori dibawah normal sebanyak 12 orang (11,1%), normal 76 orang (70,4%), diatas normal 20 orang (18,5%). Pada kelompok anak dengan PUFA, kategori dibawah normal 18 orang (16,7%), normal 77 orang (71,3%), diatas normal 13 orang (12%). Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan indeks massa tubuh yang signifikan antara ketiga kelompok (p<0,05) (Tabel 4).

Tabel 4. Perbedaan indeks massa tubuh antara kelompok DMFT tanpa PUFA dan kelompok PUFA

Status Karies Kelompok anak

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 DMFT D ( ± SD) 1,34 ± 0,614 4,64 ± 2,172 3,43 ± 2,591

Indeks Massa Tubuh

(39)

31

4.4 Analisis Statistik Rerata Kelompok DMFT tanpa PUFA dan Kelompok PUFA dengan Rerata Indeks Massa Tubuh

Pemeriksaan DMFT dibagi dalam kelompok yaitu kelompok yang memiliki DMFT tanpa PUFA dan kelompok PUFA. Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji Spearman, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelompok DMFT tanpa PUFA dengan indeks massa tubuh (p>0,05) dan terdapat hubungan yang bermakna antara kelompok PUFA dengan indeks massa tubuh meskipun sangat lemah (p=0,05). Koefisien korelasi negatif pada variabel DMFT artinya semakin tinggi DMFT maka indeks massa tubuh semakin rendah. Koefisien korelasi negatif pada variabel PUFA artinya semakin tinggi PUFA maka indeks massa tubuh semakin rendah (Tabel 5).

Tabel 5. Korelasi rerata kelompok DMFT tanpa PUFA dan PUFA dengan indeks massa tubuh

*p<0,05 = Uji statistik bermakna

Usia

4.5Analisis Statistik Hubungan Rerata DMFT tanpa PUFA Berdasarkan

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Kruskal-Wallis, tidak didapati hubungan yang signifikan antara kelompok DMFT berdasarkan usia (p>0,05).

Kelompok DMFT dengan usia 12 tahun sebanyak 66 orang dengan rerata DMFT 2,82 ± 1,889, usia 13 tahun sebanyak 72 orang dengan rerata DMFT 3,04 ± 1,946, dan usia 14 tahun sebanyak 78 orang dengan rerata DMFT 3,47 ± 2,786 (Tabel 6).

Indeks Massa Tubuh

Variabel n Koefisien korelasi p

DMFT 216 -0,08 0,41

(40)

32

Tabel 6. Hubungan rerata DMFT tanpa PUFA berdasarkan usia

*p <0,05 = Uji statistik bermakna

4.6Analisis Statistik Hubungan Rerata DMFT tanpa PUFA Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Mann-Whitney tidak didapati hubungan yang signifikan antara DMFT berdasarkan jenis kelamin (p>0,05). Kelompok DMFT anak laki-laki sebanyak 113 orang (52,3%) dengan rerata DMFT 2,92 ± 2,097 dan perempuan sebanyak 103 orang (47,7%) dengan rerata DMFT 3,36 ± 2,449 (Tabel 7).

Tabel 7. Hubungan rerata DMFT tanpa PUFA berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin n % Rerata DMFT ± SD p

Laki-laki 113 52,3 2,92 ± 2,097 0,186

Perempuan 103 47,7 3,36 ± 2,449

*p<0,05 = Uji statistik bermakna

4.7Analisis Statistik Hubungan Rerata PUFA Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Kruskal-Wallis, tidak didapati hubungan yang signifikan antara kelompok PUFA berdasarkan usia (p>0,05). Kelompok PUFA dengan usia 12 tahun sebanyak 35 orang dengan rerata PUFA 1,6 ± 0,651, usia 13 tahun sebanyak 38 orang dengan rerata PUFA 1,74 ± 1,427, dan usia 14 tahun sebanyak 35 orang dengan rerata PUFA 1,4 ± 0,695 (Tabel 8).

Tabel 8. Hubungan rerata PUFA berdasarkan usia

(41)

33

4.8 Analisis Statistik Hubungan Rerata PUFA Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Mann-Whitney tidak didapati hubungan yang signifikan antara PUFA berdasarkan jenis kelamin (p>0,05). Kelompok PUFA anak laki-laki sebanyak 55 orang (50,9%) dengan rerata PUFA 1,62 ± 0,913 dan perempuan sebanyak 53 orang (49,1%) dengan rerata PUFA 1,55 ± 1,102 (Tabel 9).

Tabel 9. Hubungan rerata PUFA berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin n % Rerata PUFA ± SD p

Laki-laki 55 50,9 1,62 ± 0,913 0,403

Perempuan 53 49,1 1,55 ± 1,102

(42)

34

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di sekolah-sekolah SMP Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor, subjek penelitian berjumlah 324 orang yang terdiri dari usia 12-14 tahun (Tabel 2). Distribusi besar sampel yang dibagi berdasarkan usia dan jenis kelamin cukup merata. Kelompok anak berusia 12 tahun sebanyak 31,1%, usia 13 tahun sebanyak 34,0%, dan usia 14 tahun sebanyak 34,9%. Berdasarkan jenis kelamin yaitu anak laki-laki sebanyak 51,9% dan perempuan sebanyak 48,1%.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rerata pengalaman karies pada kelompok DMFT ≤ 2 tanpa PUFA adalah 1,44 ± 0,498, kelompok DMFT > 2 tanpa PUFA adalah 4,82 ± 2,091, dan rerata DMFT pada kelompok PUFA 3,94 ± 2,531 dengan rerata PUFA 1,58 ± 1,006 (Tabel 3). Pada kelompok DMFT ≤ 2 tanpa PUFA didapatkan data rerata Decay (D) 1,34, Missing (M) 0,04 , Filling (F) 0,06. Kelompok DMFT > 2 tanpa PUFA, rerata D 4,64, M 0,14 , F 0,06. Kelompok DMFT dengan PUFA, rerata D 3,43, M 0,45 , F 0,06 (Tabel 3). Nilai rerata D untuk ketiga kelompok tersebut terlihat lebih tinggi, sebaliknya F memiliki nilai rerata yang paling rendah dalam status DMFT tersebut. Data ini menunjukkan rendahnya tingkat kesadaran untuk melakukan perawatan gigi pada kelompok anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

(43)

35

Pada penelitian ini diperoleh perbedaan yang bermakna antara IMT pada kelompok DMFT tanpa PUFA dan kelompok PUFA. Kelompok DMFT ≤ 2 tanpa PUFA didapati anak yang termasuk dalam kategori dibawah normal sebanyak 8 anak (7,4%), normal 66 anak (61,1%), diatas normal 34 anak (31,5%) (Tabel 5). Pada kelompok anak DMFT > 2 tanpa PUFA yang masuk dalam kategori dibawah normal sebanyak 12 anak (11,1%), normal 76 anak (70,4%), diatas normal 20 anak (18,5%) (Tabel 5). Pada kelompok anak memiliki PUFA yang masuk dalam kategori dibawah normal sebanyak 18 anak (16,7%), normal 77 anak (71,3%), diatas normal 13 anak (12%) (Tabel 4). Pada kelompok ini kategori dibawah normal persentasenya lebih tinggi dibandingkan kelompok anak DMFT tanpa PUFA, hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa karies tidak terawat dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga IMT menjadi lebih rendah. Pada saat penelitian, hanya beberapa anak yang mengeluh sakit, kemungkinan karena sakit yang diderita sudah lama atau kronis sehingga mengakibatkan kematian pada pulpa dan tidak menimbulkan rasa sakit. Hasil ini sesuai dengan penelitian Rohini bahwa karies tidak terawat berhubungan dengan IMT rendah.38

(44)

36

Pada kelompok PUFA terdapat hubungan yang bermakna antara rerata PUFA dengan rerata IMT, meskipun sangat lemah. Koefisien korelasi bernilai negatif yang berarti semakin tinggi PUFA maka IMT semakin rendah (Tabel 5). Hasil penelitian sesuai dengan yang dilakukan oleh Benzian et al di Fillipina, menunjukkan bahwa anak-anak dengan karies yang melibatkan pulpa memiliki risiko IMT dibawah normal yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan karies tanpa melibatkan pulpa, meskipun pada penelitian ini korelasi yang didapatkan sangat lemah (-0,129), hal ini karena pada sampel terdapat 1 orang dengan berat badan obesitas.37 Penelitian ini mendapatkan hubungan yang lebih rendah (p=0,05) dibandingkan dengan penelitian Mishu yang menunjukkan terdapat hubungan yang lebih bermakna antara karies tidak terawat dengan IMT rendah (p<0,05).10 Hasil ini kemungkinan dikarenakan kebanyakan anak yang diteliti telah mengalami karies yang tidak dirawat dalam jangka waktu lama sehingga tidak lagi merasakan rasa sakit dan tidak mengganggu pola makan pada anak tersebut sehingga ada anak yang memiliki berat badan obesitas.

Pada penelitian ini tidak didapati hubungan yang signifikan antara kelompok DMFT berdasarkan usia (Tabel 6). Hasil yang didapatkan menunjukkan peningkatan rerata DMFT seiring dengan peningkatan usia meskipun tidak signifikan. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian epidemiologis yang menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya usia.3 Keadaan ini dapat terjadi karena semakin lama gigi terpapar dengan lingkungan, risiko gigi untuk mengalami karies semakin tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Al- Darwish di Qatar pada anak usia 12-14 tahun dengan rerata DMFT pada anak usia 12 tahun sebesar 4,62, anak usia 13 tahun sebesar 4,79 dan anak usia 14 tahun sebesar 5,50.41

(45)

37

Waktu erupsi anak perempuan yang lebih cepat satu sampai enam bulan dibandingkan dengan anak laki-laki yang disebabkan oleh faktor hormonal berupa faktor esterogen. Kebiasaan anak perempuan yang lebih cenderung menyukai makanan manis dibandingkan dengan anak laki-laki juga merupakan salah satu faktor peningkatan karies yang lebih tinggi pada anak perempuan.23 Hasil yang didapatkan sesuai dengan penelitian Mahfouz yang menunjukkan DMFT pada anak perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki.42

Pada penelitian ini tidak didapati hubungan yang signifikan antara kelompok PUFA berdasarkan usia (Tabel 8). Kemungkinan hal ini terjadi karena pada anak usia tersebut tingkat pemahaman akan kesehatan gigi dan mulut hampir sama sehingga sikap dan perilaku dalam menjaga kebersihan rongga mulut tidak mempunyai banyak perbedaan.

(46)

38

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa

1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh (IMT) pada kelompok DMFT tanpa PUFA dan kelompok PUFA pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor (p=0,004).

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rerata skor DMFT tanpa PUFA pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor (p=0,41) dan menunjukkan tidak ada korelasi (-0,08).

3. Terdapat hubungan yang cukup bermakna antara rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rerata skor PUFA pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor (p=0,05) dan menunjukkan korelasi yang sangat lemah (-0,129).

4. Tidak terdapat hubungan signifikan antara usia dengan skor DMFT tanpa PUFA pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor (p=0,587).

5. Tidak terdapat hubungan signifikan antara usia dengan skor PUFA pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor (p=0,279). 6. Tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan skor DMFT

tanpa PUFA pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor (p=0,186).

7. Tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan skor PUFA pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor (p=0,403).

(47)

39

9. Anak berjenis kelamin perempuan memiliki rerata DMFT yang lebih tinggi dibanding anak berjenis kelamin laki-laki.

10. Anak berjenis kelamin laki-laki memiliki rerata PUFA yang lebih tinggi dibanding anak berjenis kelamin perempuan.

SARAN

1. Diharapkan instansi kesehatan dapat melakukan program penyuluhan dan melakukan sosialisasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan gigi dan rongga mulut dan efek dari kondisi gigi yang tidak dirawat serta memberitahukan tindakan promotif dan preventif yang dapat dilakukan terhadap gigi berlubang pada masyarakat terutama di sekolah-sekolah sehingga dapat meningkatkan kesadaran untuk menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut.

2. Disarankan agar orang tua dapat memotivasi anak untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut serta membawa anak ke dokter gigi 6 bulan sekali secara berkala.

(48)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fisura, dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa.2 Proses karies gigi akan berlanjut, berhenti, atau kembali seperti semula tergantung pada keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi.13

Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari enamel ke dentin maupun ke pulpa.2

Banyak teori tentang proses terjadinya karies, salah satunya adalah teori Acidogenic Chemisi Parasitic dari Miller. Miller pada tahun 1889 mengatakan bahwa sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat di dalam mulut akan mengalami fermentasi oleh kuman flora normal rongga mulut, memproduksi asam-asam organik, termasuk asam laktik, asam formik, asam asetik dan asam propionik melalui proses glikolisis.13,14 Mikroorganisme yang berperan dalam proses glikolisis adalah Lactobacillus acidophilus dan Streptoccocus mutans. Asam yang dibentuk dari hasil glikolisis akan berdifusi ke dalam enamel, dentin atau sementum, yang secara parsial menghancurkan kristal mineral atau carbonated hydroxyapatite mengakibatkan larutnya enamel gigi, sehingga terjadi proses dekalsifikasi enamel atau karies gigi.13,14

Etiologi Karies

(49)

7

Faktor Host (permukaan gigi)

Beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai host terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis.3 Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab karies gigi, sementara penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah permukaan dan bentuk gigi tersebut.2 Proses pembusukan dimulai dengan demineralisasi permukaan luar gigi karena pembentukan asam organik selama fermentasi bakteri diet karbohidrat.16

Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.3 Gigi dengan fisur yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung cepat dan menimbulkan karies gigi.2 Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.3 Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel, semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten.3

Faktor Substrat atau Diet

Frekuensi pemasukan karbohidrat merupakan penentu yang lebih penting pada perkembangan karies gigi daripada jumlah karbohidrat yang dikonsumsi.16 Potensi kariogenik penggunaan botol jus apel sepanjang malam atau pada saat tidur siang atau keduanya, sangat berbeda dengan pemakaian jus apel dengan jumlah yang sama tetapi dikonsumsi pada satu saat saja.16

Konsumsi sukrosa dalam jumlah besar dapat menurunkan kapasitas buffer saliva sehingga mampu meningkatkan insiden terjadinya karies.17 Bakteri plak akan memfermentasikan karbohidrat (misalnya sukrosa) dan menghasilkan asam, dan jika penurunan pH plak ini terjadi secara terus menerus maka akan menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi.17

(50)

8

yang tertahan dalam waktu singkat (misalnya, sukrosa pada permen karet lebih kariogenik daripada sukrosa pada minuman cola yang diminum secara biasa).16 Aktivitas bakteri dapat menyebabkan pH mulut turun menjadi dibawah 5,5 selama 20 - 30 menit dan dalam waktu 1 - 2 jam sesudah gula dimakan, pembentukan asam akan berhenti dan pH mulut kembali seperti biasa.18 Snack yang dikonsumsi dalam jumlah sedikit tapi frekuensi sering berpotensi tinggi untuk menyebabkan karies dibandingkan dengan makan tiga kali dan sedikit snack.18 Mengonsumsi makanan selingan yang mengandung karbohidrat berpeluang menyebabkan bakteri berkembang biak dan memproduksi asam dalam rongga mulut.19

Faktor Agen atau Mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan-peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.3 Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.3 Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda.3

Satu pernyataan penting dari suatu pengamatan eksperimental adalah, bahwa karies gigi mempunyai spesifitas pada bakteri; dimana potensi kariogenik terdapat pada golongan streptokokus mulut yang secara kolektif disebut Streptococcus mutans.16 Data ilmiah mutakhir menunjukkan bahwa organisme ini memulai sebagian besar kasus karies gigi pada permukaan enamel, jika permukaan enamel berlubang, bakteri mulut lainnya terutama laktobasilus menerobos dentin dan menyebabkan penghancuran struktur gigi yang lebih lanjut.16

Faktor Waktu

(51)

9

Gigi molar pertama permanen lebih rentan terhadap karies karena gigi ini adalah gigi permanen yang pertama erupsi dalam rongga mulut serta bentuk anatomis dari ini memiliki pit dan fisur yang menjadi tempat singgah sisa makanan.5,20 Gigi molar ini erupsi pada usia 6 tahun sehingga banyak orangtua berpendapat gigi ini masih bisa mengalami pergantian gigi, sehingga tidak begitu memperhatikannya.5

Faktor Risiko Usia

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya usia. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. 3

Kelompok anak usia 15 tahun menunjukkan peringkat kesehatan gigi dan umum secara signifikan lebih baik daripada 12 tahun.21

Alasan yang memungkinkan sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa usia ini mencerminkan tahap perkembangan yang berbeda dalam kehidupan anak-anak, sementara pengalaman perawatan gigi mungkin juga memberikan kontribusi terhadap perbedaan lebih substansial terhadap skor untuk kesehatan gigi.21

Jenis Kelamin

Selama masa kanak-kanak dan remaja, perempuan menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada laki-laki.3 Umumnya oral higiene perempuan lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M (missing) yang lebih sedikit daripada laki- laki.3 Dalam penelitian Shaffer et al, secara signifikan perempuan mempunyai lebih banyak gigi yang direstorasi, sedangkan laki-laki mempunyai lebih banyak gigi karies yang tidak dirawat.22

(52)

10

perubahan hormonal.23 Menurut penelitian Kaur et al (2010), erupsi gigi permanen terjadi lebih cepat pada anak perempuan dibandingkan laki-laki.24 Waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat satu sampai enam bulan dibandingkan dengan anak laki- laki yang disebabkan oleh faktor hormonal berupa hormon esterogen.23

Hormon esterogen berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada saat anak perempuan mencapai pubertas. Komposisi saliva pada masa pubertas dan menstruasi juga dapat mengalami perubahan.23 Analisis secara umum menunjukkan laju alir saliva dan komposisi yang lebih tidak protektif pada perempuan dibandingkan laki-laki sehingga perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap karies.25 Kebiasaan anak perempuan yang lebih cenderung menyukai makanan manis dibandingkan dengan anak laki-laki juga merupakan salah satu faktor peningkatan karies yang lebih tinggi pada anak perempuan.23

PUFA

Karies Tidak Terawat / Karies dengan Infeksi Odontogenik / Karies

Karies gigi, apabila hanya mengenai enamel saja, tidak menimbulkan rasa sakit, jika karies sudah mencapai dentin, gigi mulai terasa ngilu saat terkena rangsang panas, dingin, asam, dan manis. Proses karies yang tidak berhenti, akibat lebih lanjutnya adalah karies mencapai pulpa yang berisi pembuluh darah dan pembuluh saraf, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapeks dan jaringan pulpanya mengalami peradangan (pulpitis).3,26

(53)

11

Indeks DMFT

Indeks DMFT digunakan dan diterima sebagai alat ukur yang baik untuk menilai pengalaman karies dalam epidemiologi dental. Indeks ini memberikan informasi tentang karies, restorasi dan tindakan bedah, namun tidak menyediakan informasi atas konsekuensi klinis yang terjadi akibat karies gigi yang tidak terawat.9

Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Indeks ini dibedakan atas indeks DMFT (Decayed Missing Filled Teeth) yang digunakan untuk gigi permanen pada orang dewasa dan deft (decayed extracted filled tooth) untuk gigi desidui pada anak-anak.3

Pemeriksaan harus dilakukan dengan menggunakan kaca mulut. Indeks ini menggunakan kolom, tidak menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.3

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:3,29

1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.

2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori D.

3. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D.

4. Semua gigi yang telah hilang atau harus dicabut karena karies dimasukkan dalam kategori M.

5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M.

6. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.

(54)

12

Indeks PUFA

Selama 70 tahun terakhir, data tentang karies yang dikumpulkan menggunakan indeks DMFT. Indeks ini memberikan informasi tentang karies, penambalan dan pencabutan tetapi tidak menilai akibat klinis dari karies gigi yang tidak dirawat. Karies dalam yang sudah mengenai pulpa tetap dimasukkan ke dalam kategori karies dentin dan kelainan pulpanya tidak dinilai sama sekali.1,30

Pada tahun 2007, WHO World Health Assembly (WHA) mengakui adanya beban yang sangat besar di seluruh dunia akibat penyakit gigi dan mulut serta menekankan pentingnya meningkatkan upaya berdasarkan pengumpulan data yang komprehensif (evidence based), oleh karena itu diperlukan sistem penilaian baru yang dapat menilai tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut, sebuah alat ukur yang dapat mengevaluasi tahap lanjut dari karies dimana pulpa terekspos atau bakteri dan toksin dari gigi secara tak terduga muncul.1,30,31

Indeks PUFA adalah indeks yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi rongga mulut yang merupakan akibat dari karies yang tidak terawat.1 Indeks PUFA dapat menilai tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut akibat karies yang tidak ditangani dengan baik berdasarkan keterlibatan Pulpa (P), adanya Ulserasi (U) karena sisa akar, adanya Fistel (F) dan apakah sudah ada Abses (A).28,30

(55)

13

Gambar 1. Contoh lembar pengisian indeks PUFA30

Kode dan kriteria untuk indeks PUFA adalah sebagai berikut :30

• Keterlibatan Pulpa (P)

Kamar pulpa yang terbuka terlihat atau ketika struktur mahkota gigi telah dihancurkan oleh proses karies dan hanya fragmen gigi atau akar yang tersisa (Gambar 2).

Gambar 2. Keterlibatan pulpa gigi 84,85,36 dan 371,30

• Ulserasi (U)

(56)

14

Gambar 3. Ulserasi pada jaringan lunak karena sisa akar gigi 751,30

• Fistula (F)

Terdapat saluran tempat keluar pus / nanah dan berhubungan pada gigi dengan pulpa terbuka (Gambar 4).

Gambar 4. Fistula di sisa akar gigi 85 dan pada gigi 261,30

• Abses (A)

(57)

15

Gambar 5. Abses pada gigi 84, 54, dan 161,30

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah pengukuran berat badan yang disesuaikan dengan tinggi badan. Pengukuran ini merupakan pengukuran sederhana yang dapat dilakukan untuk mengamati proses pertumbuhan dan perkembangan.32 IMT telah direkomendasikan untuk mengevaluasi berat badan yang disesuaikan dengan tinggi badan pada anak-anak, dewasa muda, dan orang dewasa.32

Rumus yang digunakan dalam menghitung Indeks Massa Tubuh:15

IMT =

Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m)x Tinggi Badan (m)

Interpretasi IMT dibuat berdasarkan usia dan jenis kelamin. Kategori status berat badan dapat dilihat pada tabel 1 setelah disesuaikan dengan standar IMT menurut usia dari KEMENKES pada lampiran 2 untuk menentukan hasil z-score.33,34

Tabel 1. Kategori status berat badan menurut KEMENKES RI34

Z-Score Status Berat Badan

<-3 SD Sangat kurus

-3 SD sampai dengan <-2 SD Kurus

-2 SD sampai dengan 1 SD Normal

>1 SD sampai dengan 2 SD Gemuk

(58)

16

Hubungan Karies dengan IMT

Beberapa laporan menyatakan bahwa kerusakan gigi yang parah bisa menjadi faktor untuk pertumbuhan yang buruk pada anak-anak (Miller et al, 1982; Acs, 1992; Ayhan et al, 1996; Malek Mohammadi et al, 2009).35 Menurut penelitan Monse et al pada tahun 2009 pada kelompok anak usia 12 tahun didapatkan prevalensi karies sebesar 82% dan prevalensi PUFA/pufa sebesar 56% dimana rerata PUFA adalah 1.1

Penelitian Jain et al pada tahun 2014 pada kelompok anak usia 13-16 tahun didapatkan rerata PUFA 0,3.8 Pada penelitian yang dilakukan oleh Rohini et al pada tahun 2014 pada kelompok anak yang berusia 4-14 tahun di India, terdapat hubungan antara karies gigi yang tidak terawat (PUFA) dengan IMT rendah.38

Sebuah penelitian dilakukan oleh Benzian et al pada tahun 2011 dengan total sampel 1951 orang anak yang berusia rata-rata 11,8 tahun di Filipina. Berdasarkan penelitian tersebut, didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara karies dan IMT, terutama antara infeksi odontogenik dan IMT dibawah normal, dimana prevalensi IMT dibawah normal secara signifikan lebih tinggi pada anak dengan infeksi odontogenik (PUFA) dibandingkan anak tanpa infeksi odontogenik.36

Menurut penelitian yang dilakukan Chatterjee et al pada tahun 2012 pada 544 anak perempuan usia 6-19 tahun di India dilihat dari adanya karies yang diukur dengan indeks DMFT, maka ditemukan sebanyak 41,83% dengan berat badan kurang; 41,18% dengan berat badan normal dan 17% dengan berat badan berlebih. Ditinjau dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara karies gigi (DMFT) dan anak dengan berat badan rendah dibandingkan dengan anak dengan berat badan normal dan berlebih.7

(59)

17

signifikan antara obesitas/berat badan berlebih dan pengalaman karies.27

Studi yang dilakukan Alkarimi et al pada tahun 2013 tentang tinggi dan berat badan pada anak di Saudi yang berusia 6-8 tahun menunjukkan bahwa masing- masing anak yang mempunyai level karies tinggi mempunyai tinggi dan berat badan lebih rendah dibandingkan dengan yang level kariesnya lebih rendah.39 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sharma & Hedge pada tahun 2009 di India pada 500 anak berusia 8-12 tahun, ditemukan bahwa anak dengan berat badan kurang memiliki nilai DMFS yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan anak dengan berat badan normal dan diatas normal.40 Cameron et al pada tahun 2006 menemukan hasil yang sama pada penelitian yang ia lakukan terhadap 165 anak berusia 3-11 tahun di Scotland.40

(60)

18

Kerangka Teori

Etiologi : Faktor Risiko:

- - - -

Agen /

Mikroorganisme Substrat / Diet Host

Waktu

- Usia

- Jenis Kelamin

Karies

Dirawat Tidak terawat

Indeks DMFT Klein Indeks PUFA

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Sangat

(61)

19

Kerangka Konsep

DMFT ≤ 2 tanpa PUFA

1. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan 2. Usia : a. 12 tahun b. 13 tahun c. 14 tahun

Indeks Massa Tubuh (IMT) :

DMFT > 2 tanpa PUFA

a. b. c.

Dibawah normal Normal

Diatas normal

(62)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karies gigi telah menjadi masalah kesehatan yang umum terdapat di seluruh dunia, tanpa memandang usia, bangsa ataupun keadaan ekonomi; hanya kira-kira 5% penduduk yang imun terhadap karies gigi.1,2 Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya.3,4

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.3 Kelompok usia 12 tahun merupakan indikator kritis karena sekitar 76,97% karies menyerang pada usia tersebut.3 Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan 67,2% masyarakat Indonesia berusia 12 tahun ke atas memiliki pengalaman karies dan 43,4% merupakan karies aktif (karies yang belum tertangani).5 Menurut RISKESDAS 2013, indeks DMFT yaitu indeks yang menunjukkan pengalaman karies di Indonesia untuk anak berusia 12-14 tahun adalah sebesar 1,4.6 Penelitian Monse et al (2010) pada kelompok anak usia 12 tahun mendapatkan rerata PUFA mencapai 1.1

(63)

2

Mishu et al (2012) melakukan penelitian tentang hubungan karies gigi yang tidak terawat dengan berat badan dan tinggi badan pada anak usia 6-12 tahun di Bangladesh. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa karies tidak terawat memiliki dampak terhadap malnutrisi dan berat badan kurang.10

Studi yang dilakukan Prashanth et al (2011) yang membandingkan hubungan karies gigi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu standar pengukuran yang digunakan untuk mengukur berat badan yang disesuaikan tinggi badan untuk melihat tumbuh kembang anak. Pada penelitian anak - anak di sekolah negeri dan swasta itu, dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah anak memiliki berat badan normal dan berat badan kurang mempunyai rata-rata karies yang lebih banyak dibandingkan dengan anak dengan IMT normal dan diatas normal.11

Beberapa penelitian terdahulu dilakukan kebanyakan menggunakan indeks DMFT dan masih sedikit yang menggunakan indeks PUFA. Judul ini dipilih karena peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan karies gigi dengan atau tanpa infeksi odontogenik menggunakan indeks PUFA dan juga indeks DMFT terhadap IMT pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

Menurut WHO (1997), kelompok usia 12 tahun adalah usia yang penting, karena pada usia tersebut anak akan meninggalkan sekolah dasar, dan di banyak negara usia tersebut merupakan kelompok yang mudah dijangkau melalui sistem sekolah. Semua gigi permanen, kecuali molar tiga, sudah tumbuh pada usia 12 tahun. Berdasarkan ini, umur 12 tahun ditetapkan sebagai usia pemantauan global (global monitoring age) untuk karies.3,12 Sekolah-sekolah di kecamatan tersebut dipilih oleh peneliti karena akses lebih mudah bagi peneliti.

Rumusan Masalah Umum

(64)

3

2. Berapakah besar korelasi antara rerata indeks DMFT tanpa PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor?

3. Berapakah besar korelasi antara rerata indeks PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor?

Khusus

1. Apakah ada perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan usia pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor?

2. Apakah ada perbedaan indeks PUFA berdasarkan usia pada murid usia 12- 14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor?

3. Apakah ada perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan jenis kelamin pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor?

4. Apakah ada perbedaan indeks PUFA berdasarkan jenis kelamin pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor?

Tujuan Penelitian Umum

1. Mengetahui perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) antara 2 kelompok anak usia 12-14 tahun yang memiliki DMFT tanpa PUFA dengan kelompok yang memiliki PUFA di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

2. Mengetahui korelasi rerata indeks DMFT tanpa PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

(65)

4

Khusus

1. Mengetahui perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan usia pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

2. Mengetahui perbedaan indeks PUFA berdasarkan usia pada murid usia 12- 14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

3. Mengetahui perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan jenis kelamin pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

4. Mengetahui perbedaan indeks PUFA berdasarkan jenis kelamin pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

Hipotesis Penelitian Mayor :

1. Ada perbedaan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) antara 2 kelompok anak usia 12-14 tahun yang memiliki DMFT tanpa PUFA dengan kelompok yang memiliki PUFA di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

2. Ada korelasi antara rerata indeks DMFT tanpa PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

3. Ada korelasi antara rerata indeks PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada murid usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

Minor :

1. Ada perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan usia pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

2. Ada perbedaan indeks PUFA berdasarkan usia pada murid sekolah usia 12- 14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

3. Ada perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan jenis kelamin pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

(66)

5

Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat :

Memberikan informasi terutama bagi orang tua dan guru sekolah tentang hubungan indeks DMFT tanpa PUFA dan indeks PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) agar mereka lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulut.

2. Bagi pengelola program kesehatan :

Menginformasikan kepada Dinas Kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kepada murid sekolah tentang kesehatan gigi dan mulut dan sebagai bahan informasi mengenai perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) antara kelompok indeks DMFT tanpa PUFA dengan kelompok indeks PUFA dalam perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi Anak.

3. Bagi peneliti :

(67)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2016

Jenny Chenjaya

Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor. x + 43 halaman

Karies merupakan masalah kesehatan yang umum terdapat di seluruh dunia, terutama pada anak - anak. Pada negara - negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, karies sering membawa dampak buruk pada kesehatan dan tumbuh kembang anak karena tidak dirawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara DMFT tanpa PUFA dan PUFA terhadap IMT pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

(68)

KEMENKES RI tahun 2010. Uji analisis yang dilakukan adalah Chi-square dan korelasi Spearman.

Hasil penelitian dengan uji Chi-square menunjukkan ada perbedaan indeks massa tubuh yang signifikan antara kelompok DMFT ≤ 2 tanpa PUFA, kelompok DMFT > 2 tanpa PUFA, dan kelompok PUFA (p=0,004). Pada penelitian dengan uji Spearman, ada hubungan antara rerata skor PUFA dengan rerata indeks massa tubuh (p = 0,05) dan korelasi yang sangat lemah (-0,129), dan juga tidak ada hubungan antara rerata skor DMFT dengan rerata indeks massa tubuh (p = 0,41) dan tidak ada korelasi (-0,08).

Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa karies yang melibatkan pulpa dapat mempengaruhi indeks massa tubuh. Anak dengan karies yang melibatkan pulpa lebih beresiko memiliki indeks massa tubuh dibawah normal dibandingkan anak dengan karies yang belum melibatkan pulpa.

(69)

HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DAN PUFA

DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA

ANAK USIA 12-14 TAHUN DI KECAMATAN

MEDAN POLONIA DAN MEDAN JOHOR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

JENNY CHENJAYA NIM : 120600145

Pembimbing : Yati Roesnawi, drg

Luthfiani, drg

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(70)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2016

Jenny Chenjaya

Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor. x + 43 halaman

Karies merupakan masalah kesehatan yang umum terdapat di seluruh dunia, terutama pada anak - anak. Pada negara - negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, karies sering membawa dampak buruk pada kesehatan dan tumbuh kembang anak karena tidak dirawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara DMFT tanpa PUFA dan PUFA terhadap IMT pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

(71)

KEMENKES RI tahun 2010. Uji analisis yang dilakukan adalah Chi-square dan korelasi Spearman.

Hasil penelitian dengan uji Chi-square menunjukkan ada perbedaan indeks massa tubuh yang signifikan antara kelompok DMFT ≤ 2 tanpa PUFA, kelompok DMFT > 2 tanpa PUFA, dan kelompok PUFA (p=0,004). Pada penelitian dengan uji Spearman, ada hubungan antara rerata skor PUFA dengan rerata indeks massa tubuh (p = 0,05) dan korelasi yang sangat lemah (-0,129), dan juga tidak ada hubungan antara rerata skor DMFT dengan rerata indeks massa tubuh (p = 0,41) dan tidak ada korelasi (-0,08).

Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa karies yang melibatkan pulpa dapat mempengaruhi indeks massa tubuh. Anak dengan karies yang melibatkan pulpa lebih beresiko memiliki indeks massa tubuh dibawah normal dibandingkan anak dengan karies yang belum melibatkan pulpa.

(72)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 06 April 2016

Pembimbing: Tanda tangan

1. Yati Roesnawi, drg

NIP. 195210171980032003 ... 2. Luthfiani, drg

(73)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi pada tanggal 06 April 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Taqwa Dalimunthe, drg., Sp. KGA ANGGOTA : 1. Essie Octiara, drg., Sp. KGA

(74)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya serta segala kemudahan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort, Ph.D., Sp. Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Utara dan dosen pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, panduan, saran, dan bantuan serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Luthfiani, drg., selaku dosen pembimbing atas waktu yang telah diluangkan untuk memberikan bimbingan, panduan, saran dan dukungan serta bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp. KGA, selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberi saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Essie Octiara, drg., Sp. KGA, selaku dosen penguji atas waktu yang telah diluangkan untuk memberi saran, dukungan, dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(75)

7. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku ketua Komisi Etik Penelitian bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan penelitian ini.

9. Teristimewa kepada orang tua tercinta ayahanda Hendri Lemena dan dan ibunda Linda atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, serta dukungan baik secara moril maupun materil dan kepada saudara-saudara penulis yang telah menyemangati dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat – sahabat tersayang penulis yaitu Novia H, Nancy, Sherly, Yuris, Bendvri, Windi, Bang Lungguk, Andrean, Putri Angela, Linda, Ivanna, Sarah, Olivian, Novia, Jeko, Ivan, Mayang, Jojor, Fawzia, Afifah, Jevon, Chyntia, Yeyen, Shinta, Vivian, Tharani, Prisca, Imelta Chainuddin serta teman-teman stambuk 2012 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis saat melakukan penelitian dan menulis skripsi ini.

11. Kepala Sekolah, pihak Yayasan, murid serta orangtua murid SMP Angkasa, SMP Methodist 4, SMP Darma dan SMP Budi Insani yang telah memberikan bantuan sehingga penelitian ini dapat dilakukan.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam skripsi ini. Namun, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, masyarakat, pengembangan ilmu pengetahuan, dan kebutuhan klinis.

Medan, 06 April 2016 Penulis,

(76)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi ... 6

2.2 Etiologi Karies ... 6

2.2.1 Faktor Host (permukaan gigi) ... 7

2.2.2 Faktor Substrat atau Diet ... 7

2.2.3 Faktor Agen atau Mikroorganisme ... 8

2.2.4 Faktor Waktu ... 8

2.3 Faktor Risiko ... 9

2.4 Karies Tidak Terawat/Karies dengan Infeksi Odontogenik .... 10

(77)

2.6 Indeks PUFA ... 12

2.7 Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 15

2.8 Hubungan Karies dengan IMT ... 16

2.9 Kerangka Teori ... 18

2.10 Kerangka Konsep ... 19

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 29

4.2 Status Karies Kelompok DMFT tanpa PUFA dan Kelompok PUFA ... 29

Analisis Statistik Perbedaan Indeks Massa Tubuh antara Kelompok DMFT tanpa PUFA dan Kelompok PUFA... 30

Analisis Statistik Rerata Kelompok DMFT tanpa PUFA dan Kelompok PUFA dengan Rerata Indeks Massa Tubuh ... 31

Analisis Statistik Hubungan Rerata DMFT tanpa PUFA Berdasarkan Usia ... 31

Analisis Statistik Hubungan Rerata DMFT tanpa PUFA Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32

Analisis Statistik Hubungan Rerata PUFA Berdasarkan Usia .. Analisis Statistik Hubungan Rerata PUFA Berdasarkan 32 Jenis Kelamin ... 33

BAB 5 PEMBAHASAN ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 38

6.2 Saran ... 39

(78)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kategori Status Berat Badan Menurut KEMENKES RI ... 15 2 Karakteristik Subjek Penelitian ... 29 3 Rerata Status Karies Kelompok DMFT tanpa PUFA dan Kelompok

PUFA ... 30 4 ... Perbedaan Indeks Massa Tubuh antara kelompok DMFT tanpa

PUFA dan kelompok PUFA ... 30 5 Korelasi Rerata kelompok DMFT tanpa PUFA dan PUFA dengan

Indeks Massa Tubuh ... 31 6 Hubungan Rerata DMFT tanpa PUFA Berdasarkan Usia ... 32 7 Hubungan Rerata DMFT tanpa PUFA Berdasarkan

(79)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Contoh Lembar Pengisian Indeks PUFA ... 13

2 Keterlibatan Pulpa Gigi 84,85,36 dan 37... 13

3 Ulserasi pada Jaringan Lunak karena Sisa Akar Gigi 75 ... 14

4 Fistula di Sisa Akar Gigi 85 dan pada Gigi 26 ... 14

Gambar

Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian
Tabel 3. Rerata status karies kelompok DMFT tanpa PUFA dan kelompok PUFA
Tabel 5. Korelasi rerata kelompok DMFT tanpa PUFA dan PUFA dengan indeks massa tubuh
Tabel 6. Hubungan rerata DMFT tanpa PUFA berdasarkan usia
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

15/POKJA-JKL-PRC-PM/IAIN/ 2017 tanggal 13 Januari 2017 Seleksi Umum Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah Program Magister IAIN Palangka Raya Tahun Anggaran 2017,

[r]

Demikian Pengumuman Hasil Prakualifikasi ini disampaikan, kepada peserta seleksi yang tidak masuk dalam short list atas partisipasinya dalam seleksi ini disampaikan terima

[r]

Saudara untuk melakukan Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah Jurusan Pendidikan MIPA IAIN Palangka Raya Tahun

[r]

Perusahaan yang tidak hadir pada acara Pembuktian Kualifikasi sebanyak 4 (empat) perusahaan,yaitu: 1.CV.Artha Asri Arsitek.. Peserta yang lulus kualifikasi pada