• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil) Dengan Reaksi Transesterifikasi Menggunakan Katalis Heterogen Zeolit Alam yang Dimodifikasi Dengan KOH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil) Dengan Reaksi Transesterifikasi Menggunakan Katalis Heterogen Zeolit Alam yang Dimodifikasi Dengan KOH"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN A

DATA BAHAN BAKU

A.1 KOMPOSISI ASAM LEMAK MINYAK DEDAK PADI

Tabel A.1 Komposisi Asam Lemak Bahan Baku Minyak Dedak Padi

Asam Lemak Komposisi

(%)

Berat Molekul (gram/mol)

% x BM (gram/mol)

Asam Laurat (C12:0) 0,0114 200 0,0228

Asam Miristat (C14:0) 0,3912 228 0,8919

Asam Palmitat (C16:0) 20,8620 256 53,4067

Asam Palmitoleinat (C16:1) 0,2638 254 0,6701

Asam Stearat (C18:0) 2,0197 284 5,7359

Asam Oleat (C18:1) 42,4643 282 119,7493

Asam Linoleat (C18:2) 32,2081 280 90,1827

Asam Linolenat (C18:3) 1,2199 278 3,3913

Asam Arakidat (C20:0) 0,0522 312 0,1629

Asam Eikosenoat (C20:1) 0,5074 310 1,5729

Jumlah 100 275,7866

Dari perhitungan maka diperoleh berat molekul rata-rata FFA minyak dedak padi sebesar 275,7866 gram/mol.

A.2 KOMPOSISI TRIGLISERIDA MINYAK DEDAK PADI Tabel A.2 Komposisi Trigliserida Bahan Baku Minyak Dedak Padi

Asam Lemak Komposisi

(%)

Berat Molekul (gram/mol)

% x BM (gram/mol)

Asam Laurat (C12:0) 0,0114 638 0,0727

Asam Miristat (C14:0) 0,3912 722 2,8245

Asam Palmitat (C16:0) 20,8620 806 168,1477

Asam Palmitoleinat (C16:1) 0,2638 800 2,1104

Asam Stearat (C18:0) 2,0197 890 17,9753

Asam Oleat (C18:1) 42,4643 884 375,3844

Asam Linoleat (C18:2) 32,2081 878 282,7871

Asam Linolenat (C18:3) 1,2199 872 10,6375

Asam Arakidat (C20:0) 0,0522 974 0,5084

Asam Eikosenoat (C20:1) 0,5074 968 4,9116

(2)

Dari perhitungan maka diperoleh berat molekul rata-rata trigliserida minyak dedak padi sebesar 865,3598 gram/mol.

A.3 KADARFREE FATTY ACID(FFA) MINYAK DEDAK PADI % Kadar FFA =

10 m BM V N sampel RBO Lemak Asam titran NaOH    = 10 05 , 7 7866 , 275 25 , 1 25 , 0   

(3)

LAMPIRAN B

DATA PENELITIAN

B.1 DATA LOGAM KALIUM PADA KOH/ZEOLIT ALAM Tabel B.1 Hasil Analisis Kandungan Logam Kalium pada

Variasi Konsentrasi KOH

No.

Konsentrasi Larutan KOH (gram dalam

100 mlaquadest)

Kandungan Logam Kalium (%)

1 0 1,2758

2 75 36,0473

3 100 33,9951

4 125 16,3029

5 150 12,8272

6 175 7,7375

B.2 DATA DENSITAS BIODIESEL

Tabel B.2 Hasil Analisis Densitas Biodiesel Rasio Mol Alkohol / Minyak Waktu (jam) Suhu (oC)

Jumlah Katalis (% berat)

Densitas (kg/m3)

8:1 2,0 60 2,0 866,6872

8:1 2,0 60 3,0 868,3065

8:1 2,0 60 4,0 866,2824

10:1 2,0 60 2,0 867,4969

10:1 2,0 60 2,5 867,0920

10:1 2,0 60 3,0 866,6872

10:1 2,0 60 3,5 866,2824

10:1 2,0 60 4,0 867,0920

10:1 1,5 60 2,0 867,0920

10:1 2,5 60 2,0 865,4728

10:1 3,0 60 2,0 866,6872

10:1 3,5 60 2,0 864,6505

12:1 2,0 60 2,0 867,4969

12:1 2,0 60 2,0 866,6872

(4)

B.3 DATA VISKOSITAS KINEMATIK BIODIESEL

Tabel B.3 Hasil Analisis Viskositas Kinematik Biodiesel

Rasio Mol Alkohol /

Minyak

Waktu (jam)

Suhu (oC)

Jumlah Katalis (% berat)

trata-rata (detik)

Viskositas Kinematik

(cSt)

8:1 2,0 60 2,0 358,3333 4,4171

8:1 2,0 60 3,0 348,6667 4,2979

8:1 2,0 60 4,0 350,6667 4,3226

10:1 2,0 60 2,0 369,0000 4,5486

10:1 2,0 60 2,5 367,3333 4,5280

10:1 2,0 60 3,0 372,0000 4,5855

10:1 2,0 60 3,5 359,6667 4,4335

10:1 2,0 60 4,0 356,0000 4,3883

10:1 1,5 60 2,0 368,3333 4,5403

10:1 2,5 60 2,0 357,6667 4,4089

10:1 3,0 60 2,0 354,3333 4,3678

10:1 3,5 60 2,0 378,3333 4,6636

12:1 2,0 60 2,0 349,3333 4,3061

12:1 2,0 60 2,0 349,0000 4,3020

(5)

B.4 DATAYIELDMETIL ESTER

Tabel B.4 Hasil AnalisisYieldMetil Ester Rasio Mol

Alkohol / Minyak

Waktu (jam)

Suhu (oC)

Jumlah Katalis (% berat)

Kemurnian (%)

Yield (%)

8:1 2,0 60 2,0 97,5325 92,78

8:1 2,0 60 3,0 96,7020 95,31

8:1 2,0 60 4,0 96,3792 95,20

10:1 2,0 60 2,0 98,7673 98,71

10:1 2,0 60 2,5 96,2321 97,05

10:1 2,0 60 3,0 98,6635 96,95

10:1 2,0 60 3,5 98,5918 95,11

10:1 2,0 60 4,0 99,0741 96,86

10:1 1,5 60 2,0 96,5299 95,82

10:1 2,5 60 2,0 96,4410 92,12

10:1 3,0 60 2,0 97,0280 90,55

10:1 3,5 60 2,0 93,8454 88,30

12:1 2,0 60 2,0 96,9003 96,53

12:1 2,0 60 2,0 96,2426 94,01

(6)

LAMPIRAN C

CONTOH PERHITUNGAN

C.1 PERHITUNGAN KADAR LOGAM K (KALIUM) PADA KATALIS KOH/ZEOLIT ALAM

Kadar Logam K =

Sampel Massa

V . ActualConc

Keterangan : ActualConc. = Hasil pembacaan pada AAS

V = Volume pengenceran (ml)

Massa sampel = Berat sampel yang diuji (gram)

ActualConc. = 3643,6589

V = 100 ml

Massa sampel = 1,0108 gram

Kadar Logam K =

Sampel Massa V . ActualConc = 1,0108 100 3643,6589

= 360472,7839 ppm

= 1.000.000 % 100 9 360472,783 

= 36,0473 %

Untuk konsentrasi larutan KOH yang lainnya sama dengan perhitungan di

atas.

C.2 PERHITUNGAN KADAR FFA MINYAK DEDAK PADI (RICE BRAN OIL)

Kadar FFA = x100%

000 1 Sampel Massa M V N   

Keterangan : N = Normalitas larutan NaOH (mol/l)

(7)

M = Berat molekul FFA minyak dedak padi (BM = 275,7866

gram/mol)

Normalitas larutan NaOH = 0,25 N

Volume larutan NaOH terpakai = 1,25 ml

BM FFA = 275,7866 gram/mol

Berat minyak dedak padi = 7,05 gram

Kadar FFA = x100%

000 1 Sampel Massa M V N   

= x100%

000 1 7,05 275,7866 1,25 0,25   

= 1,225 %

C.3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN METANOL

O O

H2C-O-C-R1 R1-C-OCH3 H2C-OH

O O

HC-O-C-R2 + 3CH3OH KOH/Zeolit Alam R2-C-OCH3 + HC-OH

O O

H2C-O-C-R3 R3-C-OCH3 H2C-OH

Trigliserida Metanol Biodiesel Gliserol

Massa Minyak Dedak Padi = 50 gram

Metanol : Minyak Dedak Padi = 8 : 1 (mol/mol)

BM Trigliserida = 865,3598 gram/mol

Mol Minyak Dedak Padi =

da Trigliseri BM Massa = gram/mol 865,3598 gram 50

= 0,0578 mol

Mol metanol = 1 8

(8)

Maka massa metanol = mol metanol x BM metanol

= 0,4622 mol x 32 gram/mol

= 14,7915 gram

Volume metanol =

m = gram/ml 0,7918 gram 14,7915

= 18,6809 ml

Untuk kebutuhan metanol yang lainnya sama dengan perhitungan di atas.

C.4 PERHITUNGANYIELDBIODIESEL

Yield = x Kemurnian

Baku Bahan Massa Praktik Biodiesel Massa

= x 98,7673%

gram 50

gram 49,97

= 98,71 %

Untuk data yang lainnya sama dengan perhitungan di atas.

C.5 PERHITUNGAN DENSITAS BIODIESEL

Volume piknometer =

air Densitas

air Massa

= 24,7033 ml

Densitas sampel =

piknometer Volume

sampel Massa

Massa piknometer kosong = 21,46 gram = 0,02146 kg

Massa piknometer + biodiesel = 42,89 gram = 0,04289 kg

Massa biodiesel = 21,43 gram = 0,02143 kg

Densitas biodiesel =

3 6 -m 10 x 24,7033 kg

0,02143 = 867,4969 kg/m3

Untuk data yang lainnya sama dengan perhitungan di atas.

C.6 PERHITUNGAN VISKOSITAS BIODIESEL

sg =

air Densitas

(9)

Viskositas sampel = k x sg x t

Keterangan : k = konstanta viskosimeter (kg/m.s2)

t = waktu alir (s)

Kalibrasi air :

air(40oC) = 992,25 kg/m3

Viskositas air (40oC) = 0,6560 x 10-3kg/m.s

tair= 53,63 detik

sgair= 1

Viskositas air = k x sg x t

0,6560 x 10-3kg/m.s = k x 1 x 53,63 s

k = 1,22 x 10-5kg/m.s2

Viskositas biodiesel : trata-rata biodiesel= 369 detik

sgbiodiesel= 3 3

kg/m 992,25

kg/m 867,4969

= 0,8743

Viskositas biodiesel = k x sg x t

= 1,22 x 10-5x 0,8743 x 369

= 3,9459 x 10-3kg/m.s

Viskositas kinematik = 3

-3

kg/m 867,4969

kg/m.s 10

x 3,9459

= 4,5486 x 10-6m2/s

= 4,5486 mm2/s

= 4,5486 cSt

(10)

LAMPIRAN D

HASIL ANALISIS KOMPOSISI BAHAN BAKU

MINYAK DEDAK PADI, KATALIS KOH/ZEOLIT

ALAM, DAN BIODIESEL

D.1 HASIL ANALISIS KOMPOSISI BAHAN BAKU MINYAK DEDAK PADI

(11)

D.2 HASIL ANALISIS KADAR LOGAM KALIUM ZEOLIT ALAM DAN KOH/ZEOLIT ALAM

(12)

Gambar D.3 Hasil Analisis untuk Sampel Zeolit Alam Tanpa Modifikasi Senyawa KOH

(13)

D.3 HASIL ANALISIS GUGUS ZEOLIT ALAM DAN KOH/ZEOLIT ALAM

Gambar D.5 Hasil Analisis FTIR untuk Sampel Zeolit Alam Tanpa Modifikasi Senyawa KOH

(14)

D.4 HASIL ANALISIS KOMPOSISI BIODIESEL

Gambar D.7 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Kondisi Suhu Reaksi 60oC, Perbandingan Mol Alkohol terhadap Minyak 10:1, Waktu Reaksi 2 Jam,

(15)

LAMPIRAN E

DOKUMENTASI PENELITIAN

E.1 FOTO PREPARASI ZEOLIT ALAM

Gambar E.1 Foto Zeolit Alam

Gambar E.2 Foto Perendaman dengan H2O2

(16)

Gambar E.4 Foto Zeolit Alam Hasil Pemanasan dengan Penangas Air

Gambar E.5 Foto Perendaman denganAquadest

(17)

Gambar E.7 Foto Pemanasan dengan Oven

Gambar E.8 Foto Hasil Pemanasan dengan Oven

(18)

Gambar E.10 Foto Pengayakan Serbuk Zeolit Alam

Gambar E.11 Foto Serbuk Zeolit Alam

E.2 FOTO PROSES IMPREGNASI ZEOLIT ALAM

(19)

Gambar E.13 Foto Hasil Impregnasi Zeolit Alam

Gambar E.14 Foto Pemanasan dengan Oven

(20)

Gambar E.16 Foto Hasil Penyaringan dengan Pompa Vakum

Gambar E.17 Foto Proses Kalsinasi denganFurnace

(21)

Gambar E.19 Foto Penggilingan dengan Mortar

Gambar E.20 Foto Katalis KOH/Zeolit Alam

E.3 FOTO PENGUJIAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS

(22)

E.4 FOTO PROSES TRANSESTERIFIKASI

Gambar E.22 Foto Minyak Dedak Padi

Gambar E.23 Foto Rangkaian Alat Proses Transesterifikasi

(23)

Gambar E.25 Foto Penyaringan Katalis dengan Pompa Vakum

Gambar E.26 Foto Pemisahan Hasil Transesterifikasi dengan Corong Pemisah

(24)

Gambar E.28 Foto Biodiesel Hasil Pencucian

E.5 FOTO ANALISIS BIODIESEL

Gambar E.29 Foto Analisis Densitas

(25)
(26)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Widayat, Agam Duma Kalista Wibowo dan Hadiyanto, “Study on Production Process of Biodiesel from Rubber Seed (Hevea Brasiliensis) by In Situ (Trans)Esterification Method with Acid Catalyst” Journal Energy Procedia,32 (2013), hal. 64 – 73.

[2] Ali Shemsedin Reshad, Pankaj Tiwari dan Vaibhav V. Goud, “Extraction of Oil from Rubber Seeds for Biodiesel Application: Optimization of Parameters” Elsevier, Fuel150 (2015), hal. 636–644.

[3] Ru Yang, Mengxing Su, Jianchun Zhang, Fuqiang Jin, Chunhong Zha, Min Li, dan Xinmin Hao, “Biodiesel Production from Rubber Seed Oil Using Poly (Sodium Acrylate) Supporting NaOH as a Water-Resistant Catalyst” Elsevier,Bioresource Technology,102 (2011), hal. 2665–2671.

[4] Huei Ruey Ong, Maksudur R. Khan, M.N.K. Chowdhury, Abu Yousuf dan Chin Kui Cheng, “Synthesis and Characterization of Cuo/C Catalyst for the Esterification of Free Fatty Acid in Rubber Seed Oil” Elsevier,Journal Fuel,120 (2014), hal. 195–201.

[5] Yanna Syamsuddin dan Husni Husin, “Pembuatan Katalis Padat ZrO2/Al2O3untuk Produksi Biodiesel dari Minyak Jarak”Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan,Vol. 7, No. 3, (2010), hal. 112-117.

[6] Chanatip Samart, Surachai Karnjanakom, Chaiyan Chaiya, Prasert Reubroycharoen, Ruengwit Sawangkeaw, dan Metta Charoenpanich, “Statistical Optimization of Biodiesel Production from Para Rubber Seed Oil by SO3H-MCM-41 Catalyst” Elsevier, Arabian Journal Of Chemistry (2015) (In Press).

[7] Ricky Indra Kusuma, Johan Prabowo Hadinoto, Aning Ayucitra, Felycia Edi Soetaredjo, dan Suryadi Ismadji, “Natural Zelite from Pacitan Indonesia, as Catalysts Support for Transesterification of Palm Oil” Elsevier,Applied Clay Science,74 (2013), hal. 121-126.

[8] K. Noiroj, P. Intarapong, A. Luengnaruemitchai, S. Jai-In, “A Comparative Study of KOH/Al2O3 and KOH/Nay Catalysts for Biodiesel Production via Transesterification from Palm Oil” Renewable Energy, 34 (2009), hal. 1145–1150.

[9] W. Widayat dan S. Suherman, “Biodiesel Production from Rubber Seed Oil via Esterification Process” Int. Journal of Renewable Energy Development1 (2) (2012), hal. 57-60.

(27)

[11] S.Senthil Kumar dan K.Purushothaman, “High FFA Rubber Seed Oil as an Alternative Fuel for Diesel Engine – An Overview” Research Inventy, International Journal of Engineering and Science, Vol. 1, Issue 10 ISBN: 2319-6483, ISSN: 2278-4721 (December 2012), hal. 16-24.

[12] BPS. 2015. “Padi”. www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 26 Juni 2015.

[13] M. Hadipernata, W. Supartono, dan M. A. F. Falah, “Proses Stabilisasi Dedak Padi (Oryza sativa L) Menggunakan Radiasi Far Infra Red (FIR) sebagai Bahan Baku Minyak Pangan” Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 1 No. 4. (2012) hal. 103-107.

[14] Sh. K. Amin dan H.A. M. Abdallah, “Enhancement of Free Fatty Acid in Rice Bran Oil for Acid Catalysis Biodiesel Production”Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 6, ISSN 1991-8178 (2012), hal. 795-806.

[15] Emmanuel I. Bello dan Oluwole O. Oluboba, “Rice Bran Oil Biodiesel” European Journal of Engineering and Technology, Vol. 2 No. 2 ISSN 2056-586 (2014), hal. 59-69.

[16] Luluk Amnah Fitriyana, Soeprodjo dan Sri Kadarwati, “Produksi Biodiesel dari Dedak Padi (Rice Bran) Melalui Dua Tahap Reaksi In-Situ” Indonesian Journal of Chemical Science,1 (2) ISSN NO 2252-6951 (2012), hal. 140-146.

[17] Man Kee Lam, Keat Teong Lee dan Abdul Rahman Mohamed, “Homogenous, Heterogeneous and Enzymatic Catalysts for Transesterification of High Free Fatty Acid Oil (Waste Cooking Oil) to Biodiesel : A Review” Elsevier, Biotechnology Advances, 28 (2010), hal. 500-518.

[18] Mopelola Abeke Omotoso dan Olakunle Alex Akinsanoye, “A Review of Biodiesel Generation From Non Edible Oil Seed Oils Crop Using Conventional Heterogeneous Catalysts” Journal of Petroleum Technology and Alternative Fuels, Vol. 6 (1) ISSN 2360-8560 (Februari, 2015), hal. 1-12.

[19] M. E Borges dan L Diaz, “Recent Development on Heterogeneous Caralysts for Biodiesel Production by Oil Esterification and Transesterification Reactions : A review” Elsevier, Renewable and Sustainable Energy Reviews, 16 (2012), hal. 2839-2849.

[20] Yi-Hsu Ju dan Shaik Ramjan Vali, “Rice Bran Oil as a Potential Resource for Biodiesel : A Review. National Taiwan University of Science and Technology, Taipei” Journal of Scientific & Industrial Research, Vol. 64 (November 2005), hal. 866-882.

(28)

[22] Xuebing Zhao, Feng Qi, Chongli Yuan, Wei Du, dan Dehua Liu, “Lipase-Catalyzed Process for Biodiesel Production: Enzyme Immobilization, Process Simulation and Optimization”,Renewable and Sustainable Energy Reviews,44 (2015), hal. 182 – 197.

[23] Science Lab. 2015. “Material Safety Data Sheet Methanol MSDS”. www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 30 Juni.

[24] L.M. Atadashi, M.K. Aroua, A.R. Abdul Aziz dan N.M.N. Sulaiman, “The Effect of Catalysts in Biodiesel Production : A Review” Elsevier,Journal of Industrial and Engineering Chemistry,19 (2013), hal. 14-26.

[25] Kyong-Hwan Chung, Duck-Rye Chang dan Byung–Geon Park, “Removal of Free Fatty Acid in Waste Frying Oil by Esterification with Methanol on Zeolite Catalysts”Bioresource Technology,99 (2008), hal 7438-7443.

[26] Abebe K. Endalew, Yohannes Kiros dan Rolando Zanzi, “Inorganic Heterogeneous Catalysts for Biodiesel Production from Vegetable Oils”. Elsevier,Biomass and Bioenergy,35 (2011), hal. 3787-3809.

[27] Rahmiyati Kasim. “Desain Esterifikasi Menggunakan Katalis Zeolit pada Proses Pembuatan Biodiesel Dari Crude Palm Oil (CPO) melalui Metode Dua Tahap Esterifikasi-Transesterifikasi”. Tesis, Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2010.

[28] Anthony Satriyo Utomo. “Preparasi NaOH/Zeolit sebagai Katalis Heterogen untuk Sintesis Biodiesel dari Minyak Goreng Secara Transesterifikasi”. Skripsi Program Studi Teknik Kimia Universitas Indonesia, Depok, 2011.

[29] Dimitar Georgiev, Bogdan Bogdanov, Krasimira Angelova, Irena Markovska dan Yancho Hristov, “Synthetic Zeolites - Structure, Clasification, Current Trends in Zeolite Synthesis Review”Economics and Society development on the Base of Knowledge, Vol. 7 (2009), hal. 6-11.

[30] Hector Valdes, Serguei Alejandro, dan Claudio A. Zaror, “Natural Zeolite Reactivity Towards Ozone: The Role of Compensating Cations” Journal of Hazardous Materials, Volume: 227– 228 (2012), hal: 34– 40.

[31] A.P. Singh Chouhan dan A.K. Sarma, “Modern Heterogeneous Catalysts for Biodiesel Production : A Comprehensive Review” Elsevier,Renewable and Sustainable Energy Reviews,15 (2011), hal. 4378-4399.

[32] Shaobin Wang dan Yuelian Peng, “Review : Natural Zeolites as Effective Adsorbents in Water and Wastewater Treatment” Chemical Engineering Journal,156 (2010), hal. 11-24.

(29)

Some Industrial Zeolite Rich Rocks” Elsevier, Microporous and Mesoporous Materials(2015) (In Press).

[34] Faheem H. Akhtar, Yasir A. Elsheikh, M. Bassyouni, Monazza Kaukab, Ayyaz Muhammad dan Nadeem Feroze, “An Alkali Catalyzed Transesterification of Rice Bran, Cottonseed and Waste Cooking Oil” Scientific Paper. Hem. Ind. 68 (3) (2014), hal. 347-355.

[35] M. Mathiyazhagan dan A. Ganapathi, “Review Article Factors Affecting Biodiesel Production” Research in Plant Biology, 1(2) ISSN: 2231-5101 (2011), hal. 1-5.

[36] Aminul Islam, Yun Hin Taufiq-Yap, Chi-Ming Chu, Eng-Seng Chan dan Pogaku Ravindra, “Studies Design of Heterogeneous Catalysts for Biodiesel Production.” Elsevier, Process and Environmental Protection, Vol. 91(2013), hal. 131-144.

[37] Haitang Wu, Junhua Zhang, Qin Wei, Jilu Zheng dan Jianan Zhang, “Transesterification of Soybean Oil to Biodiesel Using Zeolite Supported CaO as Strong Base Catalysts” Elsevier, Fuel Processing Technology,109 (2013), hal. 13-18.

[38] Kian Heed Kay dan Suhaimi Md Yasir, “Biodiesel Production From Low Quality Crude Jatropha Oil Using Heterogeneous Catalysts” Elsevier, APCBEE Procedia3 (2012), hal. 23-27.

[39] Joana M. Dias, Maria C. M. Alvim-Ferraz, Manuel F. Almeida, Jose D. Mendez Diaz, Manuel Sanchez Polo, dan Jose Rivera Utrilla, “Selection of Heterogeneous Catalysts for Biodiesel Production from Animal Fat” Elsevier,Fuel, 94 (2012), hal. 418-425.

[40] Dae-Won Lee, Young-Moo Park dan Kwan-Young Lee, “Heterogeneous Base Catalysts for Transesterification in Biodiesel Synthesis”. Springer, Catal Surv Asia, 13 (2009), hal. 63-77.

[41] Kornkanok Watcharathamrongkul, Bunjerd Jongsomjit dan Muenduen Phisalaphong, “Calcium Oxide Based Catalysts for Ethanolisis of Soybean Oil”Songklanakarin J. Sci. Technology,32 (6) (2010), hal. 627-634.

[42] A.S. Ramadhas, S. Jayaraj, dan C. Muraleedharan, “Biodiesel Production From High FFA Rubber Seed Oil”, Elsevier, Fuel, 84 (2005), hal. 335– 340.

[43] Evangelista, Joao Paulo da Costa, Manda Duarte Gondim, Luiz Di Souza dan Antonio Souza Araujo, “Alumina Suported Potassium Compounds as Heterogenous Catalysts for Biodiesel Production : A Review” Elsevier, Renewable and Sustainable Energy Reviews,59 (2016), hal. 887-894.

(30)

[45] Robert H. Perry, Dow W. Green, Chemical Engineering HandBook. 7th

Edition(New York: McGraw-Hill Book Company, 1997), hal. 16-4.

[46] Ates, Ayten dan Gokcen Akgul, “Modification of Natural Zeolite with NaOH for Removal of Manganese in Drinking Water” Elsevier, Powder Technology, 287 (2016), hal. 285-291.

[47] Mohammad Almjadleh, Sameer Alasheh dan Ibrahim Raheb, “Use of Natural and Modified Jordanian Zeolitic Tuff for Removal of Cadmium(II) from Aqueous Solutions”Jordan Journal of Civil Engineering, Vol. 8, No. 3. (2014), hal. 332-343.

[48] Donald L. Pavia, Gary M. Lampman, George S. Kriz. Introduction to Spectroscopy : A Guide for Students of Organic Chemistry (United State of America : Thomson Learning, 2001), hal. 26.

[49] Evangelos P. Favvas, Constantinos G. Tsanaktsidis, Andreas A. Sapalidis, George T. Tzilantonis, Sergios K. Papageorgiou dan Athanasios Ch, Mitropoulos, “Clinoptilolite, a Natural Zeolite Material : Structural Characterization and Performance Evaluation on its Dehydration Properties of Hydrocarbon-Based Fuels” Elsevier, Microporous and Mesoporous Materials,225 (2016), hal. 385-391.

[50] K. Barczyk, W. Mozgawa, dan M. Krol. “Studies of Anions Sorption on Natural Zeolite” Elsevier, Spectrohimica Acta Part A : Molecular and Biomolecular Spectroscopy,133 (2014), hal. 876-882.

[51] Andika Munandar, Didik Krisdiyanto, Khamidinal dan Pedy Artsanti, “Adsorpsi Logam Pb dan Fe dengan Zeolit Alam Teraktivasi Asam Sulfat”. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI ISBN : 979363174-0. 2014.

[52] Wuttichai Roschat, Theeranum Siritanon, Boonyawan Yoosuk dan Vinich Promarak, “Risk Husk Derived Sodium Silicate as a Highly Efficient and Low Cost Basic Heterogenous Catalyst for Biodiesel Production” Elsevier, Energy Conversion and Management,119 (2016), hal. 453-462.

[53] Guan Yi Chen, Rui Shan, Bei Bei Yan, Jia Fu Shi, Shang Yao Li dan Chang Ye Liu, “Remarkably Enchancing the Biodiesel Yield from Palm Oil Upon Abalone Shell Derived CaO Catalysts Treated by Ethanol” Elsevier,Fuel Processing Technology,143 (2016), hal. 110-117.

[54] Gashaw, Alemayehu dan Abile Teshita, “Production of Biodiesel from Waste Cooking Oil and Factors Affecting Its Formation: A Review” International Journal of Renewable and Sustainable Energy, Volume: 3, (2014), hal: 92-98.

(31)

Oil : Catalyst Characterization and Biodiesel Yield Performance” Elsevier, Applied Energy,160 (2015), hal. 58-70.

[56] I. Boumesbah, Z. Hachaichi-Sadouk dan A. Tazerouti, “Biodiesel Production from Waste Frying Oil and Determination of Fuel Properties” Revue des Energies Renouvelables SIENR’14 Ghardaïa(2014), hal. 109 – 113.

[57] Barabaas, Istvan dan Ioan-Adrian Todorut. “Biodiesel Quality, Standards and Properties, Biodiesel- Quality, Emissions and By-Products”. Technical University of Cluj-Napoca, Romania. 2011.

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik Kimia

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan

selama lebih kurang 6 bulan.

3.2 BAHAN DAN PERALATAN

3.2.1 Bahan Penelitian

Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain:

1. Minyak Dedak Padi (RBO)

2. Zeolit Alam

3. Aquadest(H2O)

4. Potassium Hidroksida (KOH)

5. Metanol (CH3OH)

6. Phenolftalein (C20H14O4)

7. Natrium Hidroksida (NaOH)

8. Hidrogen Peroksida (H2O2) 30%

9. N-Heksana

3.2.2 Peralatan Penelitian

Pada penelitian ini peralatan yang digunakan antara lain :

1. Erlenmeyer

2. Magnetic Stirrer

3. Hot Plate

4. Muffle furnace

5. Oven

6. Refluks Kondensor

7. Corong Pemisah

(33)

9. Gelas Ukur

10. Neraca Digital

11. Batang Pengaduk

12. Spatula

13. Termometer

14. Corong Gelas

15. Pipet Tetes

16. Statif dan Klem

17. Stopwatch

18. Piknometer

19. Viskosimeter Ostwald

20. Karet Penghisap

21. Buret

22. Vacuum filter

23. Water bath

24. Kertas saring Whatman no. 42

3.3 RANCANGAN PERCOBAAN

3.3.1 Modifikasi Katalis

Modifikasi katalis zeolit alam dengan KOH dilakukan dengan variabel

tetap berupa kecepatan pengadukan, suhu reaksi, dan rasio massa zeolit/ larutan

KOH serta variabel bebas berupa konsentrasi larutan KOH. Adapun kombinasi

[image:33.595.120.513.592.708.2]

perlakuan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Modifikasi Katalis

Run Kecepatan Pengadukan (rpm) Suhu (ºC) Rasio Massa Zeolit/Larutan KOH Konsentrasi Larutan KOH

(gram/mLaquadest)

1

500 60 1:4

75/100

2 100/100

3 125/100

4 150/100

(34)

3.3.2 Sintesis Biodiesel

Sintesis biodiesel dilakukan dengan reaksi transesterifikasi dengan

variabel bebas jumlah katalis KOH/zeolit alam, waktu reaksi dan rasio mol

metanol/minyak. Sedangkan variabel tetap berupa suhu reaksi transesterifikasi 60

ºC dan kecepatan pengadukan 500 rpm. Adapun rancangan percobaan yang akan

[image:34.595.131.530.231.510.2]

dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut

Tabel 3.2 Rancangan Percobaan Sintesis Biodiesel

Run Rasio metanol/minyak (mol/mol) Suhu Reaksi (ᵒC) Waktu Reaksi (Jam) Katalis (% berat)

1 10 : 1 60 2,0 2,0

2 10 : 1 60 2,0 2,5

3 10 : 1 60 2,0 3,0

4 10 : 1 60 2,0 3,5

5 10 : 1 60 2,0 4,0

6 10 : 1 60 1,5 2,0

7 10 : 1 60 2,5 2,0

8 10 : 1 60 3,0 2,0

9 10 : 1 60 3,5 2,0

10 8 : 1 60 2,0 2,0

11 8 : 1 60 2,0 3,0

12 8 : 1 60 2,0 4,0

13 12 : 1 60 2,0 2,0

14 12 : 1 60 2,0 3,0

15 12 : 1 60 2,0 4,0

3.4 PROSEDUR PENELITIAN

3.4.1 PretreatmentBahan Baku

Zeolit alam yang digunakan berasal dari PT. Rudang Jaya, yang terlebih

dahulu dibersihkan dari impuritis yang berupa senyawa – senyawa organik yang

terdapat di dalam zeolit. Serta dipersiapkan ukuran partikelnya sebagai katalis

heterogen basa. Beberapa tahapannya sebagai berikut [7] :

1. Zeolit alam dicuci dengan 30% hidrogen peroksida untuk menghilangkan

impuritisnya, larutan sambil diaduk sampai beberapa menit.

2. Setelah selesai, dihilangkan sisa larutan hidrogen peroksida (H2O2) pada

campuran zeolit alam dan dipanaskan dalamwater bathhingga kering.

(35)

4. Dipisahkan kembali sisa aquadest dan zeolit alam dikeringkan dalam oven

selama 24 jam dengan suhu 110oC.

5. Zeolit alam yang telah kering digiling dengan mortar agar menghasilkan

bubuk zeolit alam dengan ukuran 140 mesh.

3.4.2 Pembuatan Modifikasi Katalis Heterogen KOH/Zeolit Alam sebagai Katalis Basa Kuat

Katalis yang akan digunakan dalam penelitian adalah modifikasi dari

katalis zeolit alam dengan didukung oleh senyawa KOH sebagai katalis basa

kuat prosedurnya sebagai berikut [7] :

1. Dilakukan perendaman katalis zeolit dengan KOH dengan variasi konsentrasi

larutan KOH yang telah ditentukkan. Variasi pertama dibuat larutan KOH

dengan 75 gram padatan KOH yang dilarutkan dengan 100 mL aquadest.

Perbandingan massa antara zeolit dengan larutan KOH adalah 1:4.

2. Proses modifikasi katalis dilakukan dalam labu leher tiga. Dimasukkan

campuran KOH/zeolit alam ke dalam labu leher tiga dengan rangkaian

peralatan refluks kondensor, termometer danmagnetic stirrer.

3. Proses impregnasi katalis dilakukan pada suhu 60oC selama 2 jam .

4. Kemudian campuran larutan KOH/zeolit alam diletakkan dalam oven dengan

suhu 60oC selama 24 jam.

5. Setelah proses impregnasi selesai, katalis termodifikasi dipisahkan dengan

larutan KOH denganvacuum filter.

6. Katalis termodifikasi yang tertahan di kertas saring, selanjutnya akan

dikeringkan dengan oven pada suhu 110oC selama 24 jam untuk

menghilangkan kandungan air.

7. Kemudian katalis dikalsinasi padafurnacepada suhu 450oC selama 4 jam.

8. Setelah selesai dikalsinasi, katalis KOH/zeolit alam dihaluskan dengan mortar

9. Kemudian katalis KOH/zeolit siap untuk dianalisis dengan menggunakan

(36)

3.4.3 Proses Transesterifikasi RBO Menggunakan Katalis Heterogen KOH/Zeolit Alam

Adapun proses reaksi transesterifikasi yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut [7,42] :

1. RBO, metanol dan katalis KOH/zeolit alam yang telah disiapkan ditimbang

dengan variasi rasio mol RBO/metanol yang telah ditentukan.

2. Metanol dan katalis termodifikasi dengan jumlah variasi tertentu

dimasukkan ke dalam labu kemudian dipanaskan hingga 60°C sambil

diaduk dengan kecepatan pengadukan 500 rpm.

3. Secara perlahan – lahan minyak 50 gram dimasukkan ke dalam labu dan

reaksi dilangsungkan sesuai variasi waktu yang dilakukan.

4. Setelah reaksi selesai, reaktor didinginkan pada suhu ruangan. Katalis

dipisahkan dari campuran denganvacuum filter.

5. Campuran hasil reaksi dimasukkan ke dalam corong pemisah dan dibiarkan

selama 24 jam hingga terbentuk 2 lapisan.

6. Lapisan bawah yang merupakan metanol dan gliserol dipisahkan dari lapisan

atas.

7. Produk biodiesel lapisan atas kemudian dicuci dengan air panas (60oC)

hingga air cucian bersih.

8. Produk biodiesel lapisan atas dipanaskan pada suhu 100oC untuk

menghilangkan sisa air.

9. Metil ester yang telah kering ditimbang dan dianalisis.

10. Prosedur di atas diulangi untuk variabel proses lainnya seperti yang telah

(37)
[image:37.595.174.440.125.272.2]

3.4.4 Sketsa Percobaan

Gambar 3.1 Rangkaian Peralatan Pembuatan Biodiesel dariRice Brand Oil (RBO) Secara Transesterifikasi Menggunakan Katalis KOH/Zeolit Alam

Keterangan gambar :

1. Statif dan klem

2.Stirrer

3. Termometer

4. Labu leher tiga

5.Heater

6. Refluks kondensor

7. Air dingin masuk

8. Air dingin keluar

3.4.5 Prosedur Analisis Modifikasi Katalis

3.4.5.1 Analisis Kadar Logam Kalium pada Katalis Heterogen Zeolit Alam yang Dimodifikasi dengan KOH menggunakan AAS

Untuk analisis jumlah kadar logam kalium pada modifikasi katalis ini

menggunakan instrumen AAS pada Laboratorium Badan Riset dan Standarisasi

(Baristand).

1

2

3 4

5

7 8

(38)

3.4.5.2 Analisis Gugus K–O pada Katalis Heterogen Zeolit Alam yang Dimodifikasi dengan KOH menggunakan FTIR

Untuk analisis gugus K–O pada modifikasi katalis ini menggunakan

instrumen FTIR pada Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas

Sumatera Utara.

3.4.6 Prosedur Analisis Minyak Dedak Padi (RBO) dan Biodiesel

3.4.6.1 Analisis Kadar Free Fatty Acid (FFA) Bahan Baku RBO dengan Metode Tes AOCS Official Method Ca 5a-40

Untuk analisis kadar FFA bahan baku RBO sesuai dengan AOCSOfficial

MethodCa 5a-40 dengan prosedur sebagai berikut

1. Bahan baku RBO sebanyak 7,05 ± 0,05 gram dimasukkan ke dalam

erlenmeyer.

2. Etanol 95% ditambahkan sebanyak 75 ml.

3. Campuran dikocok kuat dan dilakukan titrasi dengan NaOH 0,25 N dengan

indikator fenolftalein 3-5 tetes. Titik akhir tercapai jika warna larutan berwarna

merah rosa dan warna ini bertahan selama 10 detik.

Dimana: T = normalitas larutan NaOH

V = volum larutan NaOH terpakai

M = berat molekul FFA

3.4.6.2 Analisis Komposisi Bahan Baku RBO dan Biodiesel yang dihasilkan menggunakan GCMS

Komposisi bahan baku RBO serta biodiesel yang dihasilkan akan

dianalisis menggunakan instrumen GCMS pada Laboratorium Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS).

3.4.6.3 Analisis Viskositas Biodiesel yang Dihasilkan dengan Metode Tes ASTM D 445

Viskositas adalah ukuran hambatan cairan untuk mengalir secara gravitasi,

untuk aliran gravitasi dibawah tekanan hidrostatis, tekanan cairan sebanding

(39)

(Stokes). Satuan SI untuk viskositas m2per detik (104 St). Lebih sering digunakan

centistokes (cSt) (1cSt =10-2 St = 1 mm2/s). Untuk analisis viskositas

menggunakan metode tes ASTM D-445. Untuk pengukuran viskositas ini

menggunakan peralatan utama yaitu viskosimeter Ostwald tube tipe kapiler,

viscosimeter holder dan pemanas pada 37,8oC. Termometer yang digunakan

dengan ketelitian 0,02oC dan menggunakan stop watch dengan ketelitian 0,2 detik.

3.4.6.4 Analisis Densitas Biodiesel yang Dihasilkan dengan Metode Tes OECD 109

Untuk analisis densitas menggunakan metode tes OECD 109. Untuk

pengukuran densitas ini menggunakan peralatan utama yaitu piknometer.

Perbedaan berat kosong dan penuh dihitung pada suhu 40oC.

3.4.6.5 Analisis Titik Nyala Biodiesel

Uji titik nyala untuk biodiesel yang dihasilkan akan dianalisis

menggunakan instrumen pada Laboratorium Politeknik Teknologi Kimia Industri

(40)

3.5 FLOWCHART PENELITIAN

[image:40.595.156.459.106.538.2]

3.5.1 FlowchartPretreatmentKatalis Heterogen Zeolit Alam

Gambar 3.2 Diagram AlirPretreatmentKatalis Heterogen Zeolit Alam Campuran diaduk dalam beberapa menit

Dimasukkan zeolit alam ke dalambeaker glassdan ditambahkan 30% larutan hidrogen peroksida (H2O2)

Zeolit alam digiling dengan mortar dan diayak dengan ayakan 140 mesh

Mulai

Selesai

Sisa larutan H2O2dalam campuran dibuang dan zeolit

alam dipanaskan dalamwater bathhingga kering

Zeolit alam dicuci dengan aquadesthingga bersih

(41)
[image:41.595.144.536.121.706.2]

3.5.2 Flowchart Pembuatan Katalis Modifikasi KOH/Zeolit Alam sebagai Katalis Basa Kuat

Gambar 3.3 Flowchart Pembuatan Modifikasi Katalis Heterogen KOH/Zeolit Alam sebagai Katalis Basa Kuat

Dibuat larutan KOH sesuai dengan variasi yang ada. Pada variasi pertama 75 gram KOH dengan 100 mLaquadest

Dimasukkan campuran KOH/zeolit alam dan larutan KOH dengan perbandingan massa 1:4 ke dalam labu leher tiga

Campuran larutan KOH/zeolit alam diletakkan dalam oven pada suhu 60oC selama 24 jam

Dipisahkan dari larutan KOH denganvacuum filter

Katalis termodifikasi yang tertahan di kertas saring, selanjutnya akan dikeringkan dengan oven pada suhu 110oC selama 24 jam

menghilangkan kandungan air

Dikalsinasi katalis padafurnacepada suhu 450oC selama 4 jam. Mulai

Selesai Apakah masih ada variasi lain ?

Dilakukan impregnasi katalis pada suhu 60oC selama 2 jam

Dilakukan analisis FTIR dan AAS pada katalis KOH/zeolit alam

Tidak

(42)

3.5.3 Flowchart Proses Transesterifikasi RBO Menggunakan Modifikasi Katalis Heterogen KOH/Zeolit Alam Sebagai Katalis Basa Kuat

Metanol dan katalis KOH/zeolit alam dengan variasi berat tertentu dimasukkan ke labu dan dipanaskan

pada suhu 60oC dengan pengadukan 500 rpm

Campuran hasil reaksi dimasukkan ke dalam corong pemisah dan dibiarkan selama 24 jam hingga terbentuk 2 lapisan

Lapisan atas dicuci dengan air panas (60oC) hingga air cucian bersih

Lapisan atas yang merupakan metil ester dipanaskan pada suhu 100°C RBO,metanol dan katalis KOH/zeolit alam yang disiapkan ditimbang

dengan rasio RBO/metanol yang diinginkan

Minyak sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam labu secara perlahan - lahan

Metil ester yang telah kering ditimbang dan dilakukan analisis

Mulai

Lapisan bawah yang merupakan metanol dan gliserol dipisahkan dari lapisan atas

Katalis dipisahkan denganvacuum filter

A

Reaksi berlangsung dengan variasi waktu tertentu

(43)
[image:43.595.206.521.82.278.2]

Gambar 3.4 Flowchart Proses Transesterifikasi RBO Menggunakan Modifikasi Katalis Heterogen KOH/Zeolit Alam Sebagai Katalis Basa Kuat

Selesai Apakah masih ada

variasi lain ?

Ya

Tidak

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL ANALISIS BAHAN BAKU

Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahan baku berupa

minyak dedak padi (rice bran oil) yang digunakan dalam proses pembuatan

biodiesel. Berikut ini merupakan komposisi asam-asam lemak yang terkandung

dalam minyak dedak padi (rice bran oil) yang ditampilkan dalam hasil analisis

[image:44.595.116.512.317.485.2]

dengan GC (Gas Chromatography) pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Komposisi Asam Lemak dari Minyak Dedak Padi

No. Puncak Retention

Time(menit) Komponen Penyusun

Komposisi % berat

1 4,706 Asam Laurat (C12:0) 0,0114

2 7,112 Asam Miristat (C14:0) 0,3912

3 9,923 Asam Palmitat (C16:0) 20,8620

4 10,269 Asam Palmitoleiat (C16:1) 0,2638

5 12,472 Asam Stearat (C18:0) 2,0197

6 12,846 Asam Oleat (C18:1) 42,4643

7 13,437 Asam Linoleat (C18:2) 32,2081

8 14,121 Asam Linolenat (C18:3) 1,2199

9 15,086 Asam Arakidat (C20:0) 0,0522

10 15,252 Asam Eikosenoat (C20:1) 0,5074

Berdasarkan data hasil analisis GC (Gas Chromatography) yang berupa

komposisi asam lemak dari minyak dedak padi (rice bran oil) dapat diperoleh

berat molekul minyak dedak padi (dalam bentuk trigliserida) yaitu 865,3598

gram/mol, sedangkan berat molekul FFA dari minyak dedak padi adalah 275,7866

gram/mol. Berdasarkan kromatogram tersebut dapat dilihat bahwa komponen

asam lemak yang dominan pada sampel minyak dedak padi (rice bran oil) yaitu

pada puncak 6 yang termasuk asam lemak tidak jenuh berupa asam oleat (C18:1)

sebesar 42,4643 %, puncak 7 yang termasuk asam lemak tidak jenuh berupa asam

linoleat (C18:2) sebesar 32,2081 % dan puncak 3 yang termasuk asam lemak

jenuh berupa asam palmitat (C16:0) sebesar 20,8620 %.

Selain mengidentifikasi komponen asam lemak dalam minyak dedak padi

(45)

(rice bran oil) seperti densitas, viskositas dan kadar FFA. Data-data yang telah

diperoleh disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Sifat Fisika dari Minyak Dedak Padi

Sifat Fisika Jumlah

Densitas, kg/m3 0,90858 Viskositas, mm2/s 43,0162

FFA, % 1,2225

4.2 PEMBUATAN KATALIS HETEROGEN MODIFIKASI

KOH/ZEOLIT ALAM

Pada penelitian ini menggunakan katalis heterogen yang berupa

KOH/zeolit alam. KOH/zeolit alam merupakan hasil impregnasi zeolit alam

dalam larutan KOH dengan kondisi operasi tertentu. Perlakukan basa kuat dalam

impregnasi dengan pertukaran ion dapat mengubah karakteristik hidrofobik atau

hidrofilik menjadi beberapa ion atau senyawa organik dalam proses adsorpsi [32].

Larutan KOH memiliki sifat basa yang lebih tinggi dibandingkan dengan garam

kalium lainnya, sehingga dapat membentuk ikatan Al-O-K yang lebih stabil pada

permukaan zeolit alam dalam proses impregnasi. Pembentukan kebasaan juga

terjadi pada proses kalsinasi yaitu terbentuknya senyawa K2O. Sehingga dengan

adanya senyawa K2O yang terbentuk maka akan meningkatkan kebasaan dari

katalis yang memberikan konversi yang tinggi pada metil ester. Hal ini juga

dijelaskan oleh Evangelista, dkk (2016) tentang review katalis alumina dengan

senyawa kalium pada pembuatan biodiesel [43]. Dalam pembuatan biodiesel

dengan menggunakan katalis zeolit alam tanpa modifikasi hanya menghasilkan

yield metil ester sebesar 6,25%. Oleh karena itu, modifikasi zeolit alam dengan

proses impregnasi, dimana akan terbentuk senyawa K2O, dapat meningkatkan

kemurnian danyieldbiodiesel yang dihasilkan.

4.2.1 Analisis Kandungan Logam K(Kalium) dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) pada Zeolit Alam dan Modifikasi KOH/Zeolit Alam

Pada proses pembuatan katalis heterogen KOH/zeolit alam ini telah

dilakukan dengan 5 variasi konsentrasi larutan KOH. Hal ini dilakukan agar

(46)

KOH/zeolit alam. Analisis AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)

bertujuan mengetahui kandungan logam kalium pada katalis heterogen

KOH/zeolit alam. Berikut ini merupakan hasil analisis dengan AAS (Atomic

Absorption Spectrophotometry) pada katalis heterogen KOH/zeolit alam dalam

[image:46.595.166.468.197.436.2]

proses impregnasi dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Hasil Analisis Modifikasi Zeolit Alam dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)

Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa kandungan logam kalium yang

paling tinggi terdapat pada konsentrasi larutan KOH 75/100 ml aquadest yaitu

sebesar 36,0473%. Pada modifikasi katalis ini dilakukan dengan proses

impregnasi sehingga menghasilkan ikatan Al-O-K atau Si-O-K pada struktur

[image:46.595.191.445.604.722.2]

zeolit alam yang dihasilkan, struktur zeolit dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.2 Struktur Zeolit Alam Hasil Proses Impregnasi dengan terbentuknya ikatan Si-O-K

(47)

Pada konsentrasi 100/100 ml aquadest terlihat pada grafik kandungan

logam kalium semakin menurun hingga konsentrasi larutan KOH 175/100 ml

aquadest. Penurunan kandungan logam kalium ini dapat disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya karena semakin tingginya konsentrasi larutan KOH,

maka akan membuat larutan KOH menjadi jenuh atau lewat jenuh. Dalam hal ini

KOH tidak larut sempurna dalam aquadest. Oleh karena itu, mengurangi ion K+

yang terurai dari larutan KOH, sehingga mengurangi pula penyerapan ion K+pada

permukaan zeolit alam dalam proses impregnasi [44]. Dalam proses impregnasi

adsorpsi logam kalium dan terjadi pertukaran ion antara K+dari larutan KOH dan

Al ataupun Si pada zeolit alam yang akan membentuk ikatan Al-O-K seperti yang

telihat pada struktur zeolit alam . Dalam pertukaran ion ini, dapat terjadi reaksi

balik jika telah tercapai jumlah kation yang setara [45]. Oleh karena itu, pada

proses pertukaran ion dalam zeolit alam dengan K+ dapat terjadi reaksi balik

dengan konsentrasi KOH yang semakin tinggi dimana menyebabkan penurunan

kandungan logam kalium. Selain itu, persaingan ion – ion antara ion K+ dan ion

logam pada zeolit alam yang semakin banyak dengan bertambahnya konsentrasi

juga menyebabkan keterbatasan dalam penyerapan K+. Oleh karena itu, terjadi

penurunan kandungan logam kalium pada KOH/zeolit alam dengan semakin

tingginya konsentrasi larutan KOH.

Kandungan logam kalium tertinggi yang diperoleh sebesar 36,0473% pada

konsentrasi 75 gram/100 mLaquadest, kandungan logam ini lebih kecil dari yang

telah dilaporkan Kusuma, dkk [7]. Hal ini disebabkan oleh ukuran ayakan yang

digunakan dalam penelitian lebih kecil dibandingkan dengan ukuran ayakan yang

digunakan oleh Kusuma, sehingga ukuran partikel zeolit menjadi lebih besar dan

luas permukaan pori akan semakin kecil.

4.2.2 Analisis FTIR (Fourier Transform Infra Red) Zeolit Alam dan Modifikasi KOH/Zeolit Alam

Berdasarkan hasil analisis dengan AAS diatas, dengan hasil terbaiknya

pada konsentrasi larutan KOH sebesar 75/100 ml aquadest yang didapatkan

kandungan logam kalium (K) tertinggi sebesar 36,0473 %. Pada hasil terbaik

(48)

mengetahui keberadaan gugus K–O pada katalis heterogen zeolit alam yang telah

dimodifikasi dengan KOH serta membandingkan dengan gugus zeolit alam tanpa

modifikasi. Hal ini disajikan dalam Gambar 4.3.

Keterangan analisis gugus fungsi [46, 47, 48, 49, 50]:

[image:48.595.124.526.152.441.2]

- 3433,29 cm-1: gugus hidroksil O–H - 3371,57cm-1: gugus hidroksil O–H - 1631,78 cm-1: ikatan molekul H2O - 1647,21cm-1: ikatan molekul H2O - 1384,89cm-1: internal asimetris Si-O(Si) - 1053,13 cm-1: regang simetris ikatan Si (T–O–T) - 1010,70cm-1: regang simetris ikatan Si (T–O–T) - 790,81 cm-1 : vibrasi ulur simetris oksida logam (MO) - 887,26cm-1 : vibrasi ulur simetris oksida logam (MO) - 462,92 cm-1 : vibrasi tekuk T–O (T = Si atau Al) - 459,06cm-1 : vibrasi tekuk T–O (T = Si atau Al)

Gambar 4.3 Hasil Analisis Modifikasi Zeolit Alam dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red)

Pada Gambar 4.3 menunjukkan hasil karakterisasi FTIR dari zeolit alam

dan modifikasinya yaitu KOH/zeolit alam. Hasil FTIR menunjukkan bahwa pada

zeolit alam terlihat puncak 3433,29 cm-1yang merupakan serapan dari gugus O–H

sedangkan pada modifikasi KOH/zeolit alam gugus hidroksi O-H terlihat pada

(49)

yang merupakan ikatan molekul H2O yang teradsorbsi terlihat memiliki

penurunan persentasi transmitan pada KOH/zeolit alam dengan puncak 1647,21

cm-1. Hal ini disebabkan pada proses impregnasi dan proses kalsinasi dimana

molekulH2O terlepas dari struktur zeolit alam dan digantikan dengan ion K. Oleh sebab itu, terjadi penurunan pada ikatan molekul H2O yang teradsorbsi pada zeolit

alam.

Pada zeolit alam terlihat puncak 1053,13 cm-1 yang menunjukkan adanya

regang simetris ikatan Si dalam bentuk T–O–T. Sedangkan pada KOH/zeolit

regang simetris ikatan Si terlihat pada puncak 1010,70 cm-1. Serapan vibrasi tekuk

T–O berada pada kisaran 420-500 cm-1. Puncak 462,92 cm-1dan 459,06 cm-1pada

pada zeolit alam dan KOH/zeolit alam menunjukkan adanya vibrasi tekuk dari

ikatan T–O (Si–O atau Al–O). Puncak ini merupakan interpretasi dari jalinan

internal pada kerangka zeolit alam. Pada dasarnya struktur zeolit alam dan

struktur zeolit alam yang telah dimodifikasi tidak jauh berbeda. Pada beberapa

puncak gugus serapan KOH/zeolit alam mengalami sedikit perubahan yaitu

penurunan intensitas gelombang. Hal ini disebabkan karena dalam proses

impregnasi terjadi dekationisasi sebagai desilikasi dan hilangnya sifat

mengkristal, seperti yang dinyatakan oleh Ates dan Gokcen (2016) [46].

Pada puncak 790,81 cm-1 pada zeolit alam merupakan vibrasi ulur simetri

oksida logam. Sedangkan pada KOH/zeolit alam terlihat pada puncak yang

berbeda yaitu 887,26 cm-1. Logam tersebut dapat diidentifikasikan sebagai

kalium, karena terjadinya impregnasi zeolit alam dengan larutan KOH yang

mengandung logam kalium. Dengan demikian, pada zeolit alam dan KOH/zeolit

alam terdapat oksida kalium (KO). Munandar, dkk (2014) menyatakan bahwa

interval spektra 770-803 cm-1 merupakan interpretasi gugus fungsi K-O [51].

Selain itu, Almjadleh, dkk (2014) melaporkan bahwa pada puncak 750,31 cm-1

terdapat vibrasi ulur simetris oksida logam (MO) serta Ates dan Gokcen (2016)

melaporkan bahwa pada kisaran puncak 600-800 cm-1 merupakan ikatan dari

pertukaran kation [46, 47]. Oleh karena itu, dapat diindifikasikan bahwa pada

puncak serapan ini terdapat gugus dari kation K+yang berikatan dengan kerangka

utama zeolit alam, baik itu Si–O–K atau Al–O–K. Keberadaan puncak ini pada

(50)

katalis dalam reaksi. Selain itu, dapat dilihat bahwa pada KOH/zeolit alam

memiliki puncak yang lebih kuat pada gugus serapan 887,26 cm-1 yang

mengindifikasikan gugus kalium dibandingkan pada zeolit alam yang memiliki

puncak yang lebih lemah. Hal ini membuktikan bahwa kandungan kalium pada

KOH/zeolit alam lebih besar dari zeolit alam tanpa modifikasi.

4.3 PENGARUH VARIABEL PERCOBAAN TERHADAP YIELD

BIODIESEL PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI

4.3.1 Pengaruh Jumlah Katalis KOH/Zeolit Alam terhadapYieldBiodiesel

Dari hasil pembuatan katalis heterogen modifikasi KOH/zeolit alam

(konsentrasi 75 gram/100 ml aquadest) yang memiliki logam kalium yang

tertinggi dilanjutkan pada pembuatan biodiesel dari minyak dedak padi (rice bran

oil). Adapun hasil pembuatan biodiesel yang telah dilakukan dengan variasi

[image:50.595.163.468.381.580.2]

jumlah katalis dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Hubungan antara Jumlah Katalis KOH/Zeolit Alam denganYield Biodiesel pada Kondisi Suhu Reaksi 60 ºC, Waktu 2 Jam,

dan Perbandingan Mol Alkohol/Minyak 10:1

Gambar 4.4 menunjukkan hubungan jumlah katalis KOH/zeolit alam

terhadap yield biodiesel, dimana semakin besar jumlah katalis KOH/zeolit alam

maka yield yang dihasilkan akan semakin kecil. Yield biodiesel mengalami

(51)

Pada reaksi transesterifikasi minyak dan metanol dengan katalis

KOH/zeolit alam sebesar 2% memiliki laju yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan

lapisan metil ester telah banyak terbentuk pada jumlah katalis 2% dan besarnya

massa metil ester yang dihasilkan. Akan tetapi, pada reaksi transesterifikasi

dengan penambahan jumlah katalis KOH/zeolit alam setelah 2% tidak

meningkatkan yield biodiesel. Penambahan jumlah katalis ini tidak dapat

meningkatkan yieldbiodiesel disebabkan adanya keterbatasan perpindahan massa

dan tingginya viskositas pada campuran reaksi. Oleh karena itu, akan

menimbulkan masalah pada lemahnya proses pencampuran komponen reaktan

sehingga terjadinya penurunan yield FAME. Proses perpindahan massa ini terjadi

pada proses pembentukan metoksida. Pada reaksi dengan katalis heterogen,

metoksida dibentuk pada permukaan katalis, dimana pada proses ini bergantung

pada perpindahan massa dari metanol terhadap katalis. [52, 53]. Keterbatasan

perpindahan massa yang terjadi inilah akan mempersulit pencampuran dari

reaktan dan menurunkan yield biodiesel. Hal ini ditunjukkan pada penambahan

katalis KOH/zeolit alam setelah 2% (2,5; 3; 3,5) mengalami penurunan yield

biodiesel. Tetapi pada penambahan jumlah katalis 4% yield biodiesel mengalami

kenaikan kembali, hal ini dapat disebabkan ketidakhomogenan kandungan logam

kalium pada katalis KOH/zeolit alam. Ketidakhomogenan logam kalium pada

zeolit alam akan berdampak pula pada ketidakhomogenan logam kalium pada

KOH/zeolit alam. Selain itu, sifat higroskopis KOH terhadap udara menjadikan

katalis KOH/zeolit alam menggumpal dan basah dalam waktu singkat. Oleh

karena itu, dapat menyebabkan dengan penambahan jumlah katalis 4%

memberikanyieldbiodiesel yang lebih tinggi.

Kondisi terbaik yang dihasilkan adalah pada suhu reaksi 60 ºC, waktu

reaksi 2 jam, perbandingan mol alkohol/minyak 10:1, dan jumlah katalis

KOH/zeolit alam 2 %. Pada kondisi tersebut memberikan yield biodiesel sebesar

98,71 %. Roschat, dkk (2016) juga melaporkan bahwa dengan menggunakan

katalis natrium silikat pada CPO dengan jumlah katalis 2,5% menghasilkan yield

biodiesel yang terbaik dan mengalami penurunan dengan penambahan katalis

(52)

4.3.2 Pengaruh Waktu Reaksi terhadapYieldBiodiesel

Dari hasil pembahasan sebelumnya yang menghasilkan kondisi terbaik,

dimana jumlah katalis KOH/zeolit alam sebesar 2% dijadikan sebagai variabel

tetap pada variasi waktu reaksi dalam pembuatan biodiesel. Adapun hasil

pembuatan biodiesel yang telah dilakukan dengan variasi waktu reaksi dapat

[image:52.595.165.469.216.412.2]

dilihat pada Gambar 4.5 berikut.

Gambar 4.5 Hubungan antara Waktu Reaksi denganYieldBiodiesel pada Kondisi Suhu Reaksi 60 ºC, Jumlah Katalis 2 %,

dan Perbandingan Mol Alkohol/Minyak 10:1

Gambar 4.5 menunjukkan hubungan waktu reaksi terhadapyieldbiodiesel,

dimana semakin lama waktu reaksi maka yield yang dihasilkan akan semakin

besar, dan yield terbaik diperoleh pada waktu reaksi 2 jam. Tetapi setelah waktu

reaksi 2 jamyieldbiodiesel mengalami penurunan.

Pada reaksi awal transesterifikasi minyak dedak padi dan metanol dengan

katalis KOH/zeolit alam akan berjalan secara perlahan untuk mendispersikan

minyak dan alkohol [54]. Selanjutnya reaksi transesterifikasi akan berjalan cepat

hingga menghasilkanyieldbiodiesel yang terbaik [55]. Hal ini dapat dilihat terjadi

peningkatan yield biodiesel dari 95,82% hingga 98,71% yang dihasilkan dari

waktu reaksi 1,5 jam hingga 2 jam. Pada reaksi transesterifikasi dengan waktu

reaksi 2 jam inilah menghasilkan yield biodiesel yang terbaik. Setelah waktu

reaksi 2 jam yield biodiesel mengalami penurunan. Hal ini disebabkan reaksi

(53)

mengakibatkan reaksi balik [53]. Reaksi balik pada transesterifikasi akan

menghasilkan asam lemak dan akan mengurangi yield FAME yang dihasilkan

[56]. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa pada waktu reaksi setelah 2 jam (2,5 ; 3 ;

3,5 jam) mengalami penurunanyieldbiodiesel dari 98,71% hingga 88,30%.

Kondisi terbaik yang dihasilkan adalah pada suhu reaksi 60 ºC, jumlah

katalis KOH/zeolit alam 2 %, perbandingan mol alkohol/minyak 10:1 dan waktu

reaksi 2 jam. Pada kondisi tersebut memberikan yield biodiesel sebesar 98,71 %.

Tan, dkk (2015) juga melaporkan bahwa pada minyak goreng bekas dengan

katalis cangkang telur menghasilkan yield tertinggi pada waktu reaksi 2 jam dan

mengalami penurunan setelah waktu reaksi lebih dari 2 jam [55].

4.3.3 Pengaruh Perbandingan Mol Alkohol/Minyak terhadap Yield

Biodiesel

Dari hasil pembahasan sebelumnya yang menghasilkan kondisi terbaik,

dimana waktu reaksi sebesar 2 jam dijadikan sebagai variabel tetap pada variasi

perbandingan mol alkohol/minyak dalam pembuatan biodiesel. Adapun hasil

pembuatan biodiesel yang telah dilakukan dengan variasi perbandingan mol

[image:53.595.141.467.463.661.2]

alkohol/minyak dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6 Hubungan antara Perbandingan Mol,Alkohol/Minyak denganYield Biodiesel pada Kondisi Suhu Reaksi 60 ºC, Waktu Reaksi 2 jam, serta

(54)

Gambar 4.6 menunjukkan hubungan waktu reaksi terhadap yieldbiodiesel

pada variasi katalis 2 %, 3%, dan 4%, dimana semakin besar perbandingan mol

alkohol/minyak maka yield yang dihasilkan akan semakin meningkat dan yield

terbaik diperoleh pada perbandingan mol alkohol/minyak 12:1. Akan tetapi,

setelah perbandingan mol alkohol/minyak 12:1 terjadi penurunanyieldbiodiesel.

Pada reaksi transesterifikasi penggunaan rasio mol alkohol/minyak sangat

mempengaruhi yield biodiesel. Pada dasarnya penggunaan rasio molar

metanol/minyak yang berlebih akan mengeser reaksi ke arah equilibrium reaksi

dan membantu mencapai yield biodiesel yang terbaik [55]. Hal ini ditunjukkan

terjadinya peningkatanyieldbiodiesel pada perbandingan mol alkohol/minyak 8:1

hingga perbandingan mol alkohol/minyak 10:1 dari masing-masing variasi katalis

2, 3, dan 4%. Dan pada perbandingan mol alkohol/minyak 10:1, reaksi

transesterifikasi telah bergeser pada kesetimbangan reaksi dan mencapai yield

terbaik pada masing-masing variasi katalis. Penggunaan rasio molar

metanol/minyak yang terlalu tinggi akan melarutkan gliserol sebagai reaksi

samping dengan kelebihan metanol, sehingga dapat menghalangi reaksi metanol,

minyak dan katalis. Selain itu, gugus polar hidroksil metanol akan menjadi

emulsifier yang akan mengakibatkan semakin sulit proses pemisahan biodiesel

dari campuran hasil reaksi sehingga akan menggurangi % yield FAME [52]. Hal

ini ditunjukkan terjadinya penurunan yield biodiesel dari perbandingan mol

alkohol/minyak 10:1 hingga perbandingan mol alkohol/minyak 12:1 pada

masing-masing variasi katalis 2, 3, dan 4%.

Kondisi terbaik yang dihasilkan adalah pada waktu reaksi 2 jam, suhu

reaksi 60 ºC, perbandingan mol alkohol/minyak 10:1, dan jumlah katalis

KOH/zeolit alam 2%. Pada kondisi tersebut memberikan yield biodiesel sebesar

98,71 %. Tan, dkk (2015) juga melaporkan bahwa pada minyak goreng bekas

dengan katalis cangkang telur semakin besar rasio mol metanol/minyak akan

semakin tinggiyieldbiodiesel hingga rasio mol 10:1. Setelah rasio mol lebih besar

(55)

4.4 KARAKTERISTIK BIODIESEL

Karakteritik biodiesel merupakan sifat fisik dan atau sifat kimia yang

dimiliki oleh biodiesel. Standar karakteritik biodiesel dapat dilihat berdasarkan

standar ASTM D6751 dan SNI yang dapat dilihat pada Tabel 4.3. Karakteristik

biodiesel meliputi densitas, viskositas kinematik, kandungan ester, dan titik nyala.

Kontaminasi dari biodiesel dapat mempengaruhi densitasnya, oleh karena itu

densitas dapat dijadikan indikator dari kontaminan. Biodiesel memiliki sifat lebih

polar dari bahan bakar diesel sehingga viskositas biodiesel lebih tinggi dari bahan

bakar diesel. Titik nyala berbanding terbalik dengan volatilitas bahan bakar. Titik

nyala biodiesel semakin rendah dengan adanya sisa alkohol yang tidak bereaksi

[57]. Titik nyala biodiesel berbanding terbalik dengan densitasnya, semakin

[image:55.595.111.515.368.466.2]

rendah densitas biodiesel maka titik nyala biodiesel akan semakin rendah [58].

Tabel 4.3 Karakteristik Biodiesel [18]

Parameter Unit Nilai Standar ASTM

D6751

Standar SNI

Ester Content Densitas pada 40 ̊C Viskositas kinematik pada 40 ̊C

Flash Point % (m/m) kg/m3 mm/s2 ̊C 98,7673 867,4969 4,5486 152 -3,5-5 > 130 > 96,5 850-900 2,3 - 6

>100

Dari hasil uji beberapa karakteristik biodiesel yang dihasilkan, dapat

dilihat bahwa biodiesel telah memenuhi standar SNI dan ASTM. Hal ini

menunjukkan penggunaan katalis modifikasi zeolit alam dengan KOH dalam

proses transesterifikasi dapat menghasilkan karakteristik biodiesel yang sesuai

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Zeolit alam yang dimodifikasi dengan KOH sebagai katalis heterogen pada pembuatan biodiesel menggunakan minyak dedak padi (rice bran oil) dapat memberikan yieldbiodiesel yang tinggi dibandingkan dengan zeolit alam tanpa modifikasi.

2. Yield terbaik diperoleh sebesar 98,71% pada jumlah katalis 2%, waktu reaksi 2 jam, perbandingan alkohol/minyak 10:1, suhu 60 ºC, dan kecepatan pengadukan 500 rpm.

3. Dari hasil pengujian sifat fisik biodiesel yang meliputi : kemurnian, densitas, viskositas kinematik dan titik nyala telah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan ASTM.

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian berikutnya disarankan untuk mengkaji lebih lanjut penyebab penurunan kandungan logam kalium pada katalis KOH/zeolit alam sebelum tercapainya larutan jenuh KOH.

2. Penelitian berikutnya disarankan untuk mengkaji pengunaan reuse katalis modifikasi KOH/zeolit alam yang digunakan terhadap yield metil ester yang dihasilkan.

(57)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BIODIESEL

Biodiesel adalah bahan bakar diesel alternatif yang berasal dari minyak

nabati ataupun lemak hewan. Komponen utama dalam minyak nabati dan lemak

hewan adalah trigliserida atau yang dikenal sebagai ester dari asam lemak yang

bereaksi membentuk gliserol. Biasanya, trigliserida dari minyak nabati dan lemak

hewan mengandung beberapa asam lemak yang berbeda [17]. Ketersediaan dari

bahan baku biodiesel saat ini dapat diperoleh dari minyak bahan pangan (kedelai,

cottonsed, kelapa, kacang, canola/rapeseed, biji bunga matahari), minyak bahan

non pangan, lemak hewan, alga, dan minyak limbah dari bahan pangan [1,11,18].

Produksi biodiesel dari minyak bahan pangan akan menaikkan harga dari

beberapa komoditas di pasar serta akan menciptakan beberapa masalah. Harga

dari minyak bahan pangan yang tinggi akan menyebabkan harga keseluruhan

produksi dari biodiesel juga akan tinggi. Produksi biodiesel dari minyak bahan

non pangan akan memberikan ketersediaan yang baik serta memberikan harga

yang lebih murah contohnya jatropha, pongamia, karanji, linseed, rice bran,

rubber seed dan castor. Asam lemak yang terkandung dalam suatu minyak akan

mendeskripsikan nomor karbon serta akan mempengaruhi dalam proses

transesterifikasi yang juga akan mempengaruhi kandungan dari hasil biodiesel

yang dihasilkan [11,18].

Proses produksi biodiesel dapat dilakukan menggunakan katalis homogen

asam, proses superkritikal, proses enzim, katalis heterogen asam dan

sonochemical [1]. Sedangkan metode yang digunakan dalam produksi biodiesel

diantaranya : langsung menggunakan minyak nabati, mikroemulsi, pirolisis, dan

transesterifikasi. Dalam pembuatan biodiesel dengan pirolisis dan mikroemulsi

akan menghasilkan biodiesel yang memiliki angka setana yang rendah.

Transesterifikasi merupakan metode yang sering digunakan dalam pembuatan

biodiesel. Dalam proses transesterifikasi direaksikan trigliserida yang berupa

(58)

katalis, yang akan menghasilkan metil ester atau biodiesel [19]. Beberapa standar

[image:58.595.112.514.156.513.2]

pembentukkan biodiesel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1Standart American Society for Testing and Materials(ASTM) yang Diizinkan untuk Biodiesel dan Diesel [18]

Property Diesel Biodiesel

Standard ASTM D975 ASTM D6751

Composition HCa(C10-C21) FAMEb(C12-C22)

Kin.viscosity(mm2/s) at 40oC

1.9-4.1 1.9-6.0

Boiling Point(oC) 188-343 182-338

Flash Point(oC) 60-80 100-170

Cloud Point(oC) -50 to 5 -3 to 12

Pour Point(oC) -35 to -15 -15 to 16

Water(vol%) 0.05 0.05

Carbon(wt%) 87 77

Hydrogen(wt%) 13 12

Oxygen(wt%) 0 11

Sulfur(wt%) 0.05 0.05

Cetane number (ignition quality)

40-55 48-60

Stoichiometric air/fuel ratio(AFR)

15 13.8

HFRRc (Dm) 685 314

BOCLEd scuff (g) 3600 >7000

Life-cycle energy balance

(energy units produced per unit energy

consumed)

0.83/1 3.2/1

Metil ester content - min 96,5% (EN 14103)

2.2 BAHAN BAKU

2.2.1 Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil)

Minyak dedak padi (rice bran oil) berasal dari dedak padi yang dihasilkan

dari penggilingan padi. Potensi minyak dedak padi (rice bran oil) bergantung

pada potensi tanaman padi. Indonesia merupakan negara agraris dan termasuk

negara penghasil padi terbesar di dunia. Indonesia yang juga terletak pada garis

khatulistiwa yang memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau,

sehingga berbagai jenis tanaman mudah dibudidayakan di Indonesia, termasuk

tanaman padi. Oleh karena itu, tanaman padi sangat berpotensi besar di Indonesia

[12]. Selain itu, produksi padi di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke

(59)
[image:59.595.105.518.101.219.2]

Tabel 2.2 Data Statistik Tanaman Padi di Indonesia [12]

Keterangan Tahun Pertumbuhan

(%)

2011 2012 2013 2014 2015

Produksi

(juta ton) 65,757 69,056 71,280 70,846 74,992 5,85 Luas Panen

(juta Ha) 13,204 13,446 13,835 13,797 14,178 2,76 Produktivitas

(Ku/Ha) 49,80 51,36 51,52 51,35 52,89 3,00

Dedak padi (Oryza Sativa Linn) adalah hasil samping yang didapat dari

kulit lapisan luar yang berwarna cokelat pada kernel padi dari penggilingan padi.

Kandungan pada padi (dalam basis kering) yaitu endosperm 70-72, hull 20, bran

7,0-8,5, dan embrio 2-3%. Dedak padi mengandung minyak (15-23%).

Gambar 2.1 Kompisisi Padi [20]

Crude RBO (Rice Bran Oil) mempunyai kesulitan dalam pemurniannya,

hal ini dikarenakan kandungan FFA yang tinggi, dan warna gelap. RBO memiliki

kandungan trigliserol yang lebih rendah dibandingkan dengan minyak nabati

lainnya dan memiliki kandungan gliserida, glikolipid, wax ester yang tinggi.

Dedak padi mengandung beberapa tipe lipase. Selain lipase, dedak padi juga

mengandung amilase, katalase, ascorbic acid oxidase, cytochrome oxidase, dan

lain lain [20].

Kandungan asam lemak bebas pada minyak dedak padi (rice bran oil)

tergantung pada kualitas dedak padi dalam proses ekstraksinya. Kandungan asam

lemak bebas pada refined oil bervariasi antara 2 – 5% sedangkan crude oils

memiliki kandungan asam lemak bebas (FFA) 15 – 40%. Jika disimpan dalam

waktu sebulan maka FFA minyak dedak padi (rice bran oil) akan meningkat

[image:59.595.234.387.306.470.2]
(60)

padi harus dinonaktifkan [7]. Berikut ini merupakan komposisi asam lemak

[image:60.595.173.453.157.290.2]

minyak dedak padi (rice bran oil) :

Tabel 2.3 Komposisi Minyak Dedak Padi [15]

Jenis Asam Lemak Konsentrasi (%b) Asam Miristat (C14:0) 0,112 Asam Palmitat (C16:0) 14,991 Asam Palmitoleat (C16:0) 0,146 Asam Stearat (C18:0) 1,275 Asam Oleat (C18:1) 41,513 Asam Linoleat (C18:2) 38,652 Asam Linolenat (C18:3) 1,416 Asam Arasidat (C20:0) 0,765 Asam Arasidonik (C20:4) 0,243

Tabel 2.4 Karakteristik Minyak Dedak Padi [21]

Jenis Asam Lemak Konsentrasi (%b) Viskositas (38oC) 42,2 cSt Densitas (21oC) 0,923 g/mL

Cloud point 11oC

Pour point -1oC

Flash point 258oC

Gross heat value 42,3 MJ/kg

Rice bran oil bukan merupakan minyak yang biasa digunakan dalam

pembuatan biodiesel dibandingkan dengan sumber tanaman atau biji lainnya

seperti jagung, cotton, biji bunga matahari atau soybean. Minyak dedak padi

sangat berpotensi dalam pembuatan biodiesel karena dapat dilihat dari potensi

dedaknya yang banyak sehingga menjadikan biaya bahan baku yang murah

dibandingkan bahan baku minyak yang lain [20].

2.2.2 Metanol

Metanol yang juga sering disebut metil alkohol adalah senyawa kimia

yang tersusun dari tiga unsur kimia yaitu karbon, hidrogen dan oksigen. Rumus

kimia dari metanol yaitu CH3OH. Pada reaksi transesterifikasi menggunakan

alkohol sebagai reaktannya, yang juga disebut sebagai reaksi alkoholisis.

Beberapa alkohol yang digunakan dalam reaksi transesterifikasi yaitu metanol,

butanol, etanol, dan propanol. Tetapi metanol merupakan jenis alkohol yang

(61)

menghasilkan konversi biodiesel yang tinggi dibandingkan dengan jenis alkohol

lain [19]. Penggunaan metanol dalam pembuatan biodiesel dapat meningkatkan

[image:61.595.108.518.175.363.2]

laju reaksi dibandingkan dengan penggunaan alkohol lainnya [22].

Tabel 2.5 Sifat-Sifat Fisika dan Kimia Metanol [23]

No. Sifat Fisika Sifat Kimia

1 Wujud berupa cairan tidak berwarna

Berat molekul: 32 g/mol

2 Merupakan produk yang stabil Titik didih: 64,5oC (148,1oF) 3 Larut dalam air, metanol, dan

dietil eter

Titik leleh: -97,8oC (144oF)

4 Bereaksi tinggi dengan agen pengoksida

Specific gravity: 0,796 pada 20oC

5 Tidak korosif pada kaca pH: 7 (netral)

6 Beracun Tekanan uap: 97,68 mmHg pada 20oC 7 Berbahaya apabila terkena kulit

tangan, mata

Densitas uap: 1,11

8 Mudah terbakar Nilai ambang bau: 160 ppm

2.2.3 Zeolit

Dalam pembuatan biodiesel masih terdapat masalah pada segi ekonomi

dan kecepatan reaksi. Pada beberapa literatur menyebutkan bahwa katalis

heterogen merupakan solusinya. Jika

Gambar

Gambar D.1 Hasil Analisis GC Komposisi Bahan Baku Minyak Dedak Padi
Gambar D.2 Kalibrasi Alat AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) untukPengukuran Kadar Logam Kalium pada Katalis KOH/Zeolit Alam
Gambar D.3 Hasil Analisis untuk Sampel Zeolit Alam Tanpa ModifikasiSenyawa KOH
Gambar E.2 Foto Perendaman dengan H2O2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Kedalaman 15 meter ..... Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang

BAGIAN UMUM SETDA Belanja Jasa Jaga Malam lokasi Dinas Kesehatan Kab. BAGIAN UMUM SETDA Belanja Jasa Jaga Malam lokasi Rumdin Ketua

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA REVITALISASI GEDUNG KANTOR BPS KABUPATEN DEMAK TAHUN ANGGARAN 2012. NO NAMA PAKET PEKERJAAN PAGU ANGGARAN (Rp)

17 427832 BPCB JATENG BELANJA JASA KONSULTAN PERENCANAAN REHABILITASI MUSEUM RADYA PUSTAKA KOTA SURAKARTA 21730000 1.. KOTA SURAKARTA PAGU AKTIFITAS

KEDUA Penetapan Harga tersebut dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang. berlaku dalam proses

[r]

KEDUA Penetapan Harga tersebut dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang. berlaku dalam proses

Contoh: Isikan nomor 3 dalam kolom yang disediakan jika Saudara menempati tempat tinggal dengan menyewa secara bulanan..