LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Selamat Pagi Bapak/Ibu
Perkenalkan saya Sanjarna, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ingin melakukan penelitian. Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Saudara untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian untuk skripsi saya yang berjudul Hubungan Status Ekonomi dan Pengetahuan Masyarakat terhadap Kanker Rongga Mulut di Kotamadya Medan 2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status ekonomi dan pengetahuan terhadap kanker mulut di kalangan masyarakat. Prosedur penelitian ini adalah dengan pengisian kuesioner. Dalam penelitian ini, saya akan meminta ibu/bapak untuk mengisi kuesioner dengan memilih jawaban yang telah disediakan. Setelah pengisian kuesioner selesai, mengembalikan kuesioner kepada saya. Partisipasi ibu/bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela.
Pada kesempatan ini, saya ingin agar Bapak/Saudara mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian, saya berharap Bapak/Saudara bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian, dan saya percaya bahwa partisipasi ini akan bermanfaat bagi Bapak/Saudara.
Jika Bapak/Saudara bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Bapak/Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Jika ada keluhan ataupun untuk informasi lebih lanjut mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian saya ini maka Bapak/Saudara dapat menghubungi saya.
Saya sebagai peneliti: Sanjarna A/P R Suppaya
Telp : 08196002363
Terima kasih untuk Bapak/Saudara telah menyediakan waktunya yang telah dipakai untuk mengikuti penelitian ini dan terima kasih telah membantu saya dengan menjadi subjek dari penelitian saya ini.
Peneliti,
(Sanjarna R Suppaya)
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ……….
Umur : ……….
Alamat : ………..
………..
Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpatisipasi pada penelitian ini.
Mahasiswa peneliti Medan,……….
Peserta Penelitian
(Sanjarna R Suppaya)
Frequency Table MEDAN SELAYANG
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 17 42.5 42.5 42.5
Perempuan 23 57.5 57.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 3 7.5 7.5 7.5
2 8 20.0 20.0 27.5
3 12 30.0 30.0 57.5
4 5 12.5 12.5 70.0
5 7 17.5 17.5 87.5
6 5 12.5 12.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak sekolah 1 2.5 2.5 2.5
SD 8 20.0 20.0 22.5
SMP 7 17.5 17.5 40.0
SMA 20 50.0 50.0 90.0
PT 4 10.0 10.0 100.0
Pendapatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Rp. 1.375.000 23 57.5 57.5 57.5
Rp. 1.375.000-14.000.000 17 42.5 42.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
kelompok usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid anak-anak 1 2.5 2.5 2.5
dewasa 12 30.0 30.0 32.5
orgtua 6 15.0 15.0 47.5
tidak tahu 21 52.5 52.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Etiologi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1-2 penyebab 14 35.0 35.0 35.0
3-4 penyebab 6 15.0 15.0 50.0
tidak tahu 20 50.0 50.0 100.0
Manifestasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1-2 penyebab 6 15.0 15.0 15.0
3-4 penyebab 1 2.5 2.5 17.5
tidak tahu 33 82.5 82.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Pengelolaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1-2 penyebab 9 22.5 22.5 22.5
tidak tahu 31 77.5 77.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Frequency Table M.POLONIA
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 19 47.5 47.5 47.5
Perempuan 21 52.5 52.5 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3 20 50.0 50.0 50.0
4 15 37.5 37.5 87.5
5 5 12.5 12.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PT 40 100.0 100.0 100.0
Pendapatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Rp. 1.375.000-14.000.000 20 50.0 50.0 50.0
Rp. 14.000.000 20 50.0 50.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
kelompok usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid dewasa dan orgtua 4 10.0 10.0 10.0
anak-anak 22 55.0 55.0 65.0
dewasa 12 30.0 30.0 95.0
tidak tahu 2 5.0 5.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3-4 penyebab 20 50.0 50.0 50.0
5-6 penyebab 20 50.0 50.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Manifestasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3-4 penyebab 34 85.0 85.0 85.0
tidak tahu 6 15.0 15.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Pengelolaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1-2 penyebab 3 7.5 7.5 7.5
3-4 penyebab 36 90.0 90.0 97.5
tidak tahu 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Pendapatan * kelompok usia Pearson Chi-Square 47.023a 8 .000 .000
Likelihood Ratio 47.719 8 .000 .000
Fisher's Exact Test 41.886 .000
Linear-by-Linear Association 31.227b 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 80
a. 6 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00. b. The standardized statistic is -5.588.
Crosstab
kelompok usia
Total
dewasa
&orgtua anak-anak dewasa orgtua
tidak tahu
Rp. 1.375.000 Count 0 1 2 4 16 23
% within Pendapatan .0% 4.3% 8.7% 17.4% 69.6% 100.0% % of Total .0% 1.3% 2.5% 5.0% 20.0% 28.8%
Rp. 1.375.000-14.000.000 Count 1 11 18 2 5 37
% within Pendapatan 2.7% 29.7% 48.6% 5.4% 13.5% 100.0% % of Total 1.3% 13.8% 22.5% 2.5% 6.3% 46.3%
Rp. 14.000.000 Count 3 11 4 0 2 20
% within Pendapatan 15.0% 55.0% 20.0% .0% 10.0% 100.0% % of Total 3.8% 13.8% 5.0% .0% 2.5% 25.0%
Total Count 4 23 24 6 23 80
Pendapatan * Etiologi
Crosstab
Etiologi
Total
1-2 penyebab 3-4 penyebab 5-6 penyebab tidak tahu
Rp. 1.375.000 Count 6 4 0 13 23
% within Pendapatan 26.1% 17.4% .0% 56.5% 100.0%
% of Total 7.5% 5.0% .0% 16.3% 28.8%
Rp. 1.375.000-14.000.000 Count 8 15 7 7 37
% within Pendapatan 21.6% 40.5% 18.9% 18.9% 100.0%
% of Total 10.0% 18.8% 8.8% 8.8% 46.3%
Rp. 14.000.000 Count 0 7 13 0 20
% within Pendapatan .0% 35.0% 65.0% .0% 100.0%
% of Total .0% 8.8% 16.3% .0% 25.0%
Total Count 14 26 20 20 80
% within Pendapatan 17.5% 32.5% 25.0% 25.0% 100.0%
% of Total 17.5% 32.5% 25.0% 25.0% 100.0% Pearson Chi-Square 41.004a 6 .000 .000
Likelihood Ratio 49.091 6 .000 .000
Fisher's Exact Test 40.605 .000
Linear-by-Linear Association .585b 1 .444 .471 .245 .043
N of Valid Cases 80
Pendapatan * Manifestasi Pearson Chi-Square 31.972a 4 .000 .000
Likelihood Ratio 38.395 4 .000 .000
Fisher's Exact Test 34.464 .000
Linear-by-Linear Association 9.559b 1 .002 .002 .001 .001
N of Valid Cases 80
Pendapatan * Pengelolaan
% within Pendapatan 13.0% .0% 87.0% 100.0%
% of Total 3.8% .0% 25.0% 28.8%
Rp. 1.375.000-14.000.000 Count 8 17 12 37
% within Pendapatan 21.6% 45.9% 32.4% 100.0% % of Total 10.0% 21.3% 15.0% 46.3%
Rp. 14.000.000 Count 1 19 0 20
% within Pendapatan 5.0% 95.0% .0% 100.0%
% of Total 1.3% 23.8% .0% 25.0%
Total Count 12 36 32 80
% within Pendapatan 15.0% 45.0% 40.0% 100.0% % of Total 15.0% 45.0% 40.0% 100.0% Pearson Chi-Square 45.150a 4 .000 .000
Likelihood Ratio 57.944 4 .000 .000
Fisher's Exact Test 50.551 .000
Linear-by-Linear Association 14.054b 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 80
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Kanker oral. http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-topics/oral-cancer/ (April 20. 2013)
2. Peterson PE. Strengthening the prevention of oral cancer: the WHO perspective. Community Dent Oral Epidemiology 2005; 33: 397 – 9.
3. Al Dubai SAR, Ganasegeran K, Alabsi AM, Alshagga MA, Ali RS. Awareness and knowledge of oral cancer among university students in Malaysia. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention; 13: 165 – 9.
4. Farhat K, Muhammad AC, Muhammad M, Muhammad UD. Nida K. Oral cancer knowledge and awareness amongs undergraduate students Lahore – Pakistan. Pakistan Oral & Dental Journal 2011; 31: 64 – 7.
5. Motallebnejad MM, Khanian M, Alizadeh R, Dabbaghian. Community survey knowledge about oral cancer in Babol: Effect of an education intervention. Eastern Mediterranean Health Journal 2009; 15: 1489 – 95.
6. Anonymous. Oral cancer: Facts and figures. American Cancer Society 1999; 1 – 12.
7. Devadiga A, Prasad KV. Knowledge about oral cancer in adults attending a Dental Hospital in India. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21338205 (April 23. 2013)
8. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Cet., ke 2, Mei. Jakarta: Rineka Cipta, 2003: 127 – 30
9. Heriyanto AC. Kelas sosial, status sosial, peranan sosial dan pengaruhnya. http://sman1waledcirebon.files.wordpress.com/2013/01/kelas-sosial-status-sosial-peranan-sosial-dan-pengaruhnya.pdf (Juni 17. 2013)
10.Laning V. Sosiologi http://bse.mahoni.com/data/SMA_11/kelas_11_sosiologi _vina_dwi_laning.pdf (Desember 21. 2013)
12.American Psychological Association, Education and socioeconomic status. http://www.apa.org/pi/ses/resources/publications/factsheet-education.aspx (Juni 17. 2013)
13.Burket LW, Castigliano SG. Oral Medicine Diagnosis and Treatment 4 ed. Philadelphia Montreal: J.B Lippincott Company; 1961: 493 – 97
14.Laronde DM, Hislop TG, Elwood JM, Rosin MP. Oral Cancer: Just the Facts. http://www.cda-adc.ca/jcda/vol-74/issue-3/269.pdf (Mei 15. 2013)
15.Cancer Research UK. Oral Cancer Incidence Statistics. http://www.cancer researchuk.org/cancer-info/cancerstats/types/oral/incidence/ (Mei 15. 2013) 16.Soames JV, Southam JC, Oral Pathology. United States: Oxford University
Press; 1985: 133 – 37
17.Shah JP, Johnson NW, Batsakis JG. Oral cancer. United Kingdom: Martin Dunitz; 2003: 36
18.Health Canada. Oral cancer. http://www.hc-sc.gc.ca/hl-vs/oral-bucco/ disease-maladie/cancer-eng.php (Mei 15. 2013)
19.Dona. Batasan usia. http://www.scribd.com/doc/185413958/Tugas-Dr-Bona (Desember 21. 2013)
20.American Legacy Foundation. Socio – economic status & smoking fact sheet. http://www.healthwellnc.com/TUPCHERITAGETOOLKIT/August/1Fact%2 0Sheets/American%20Legacy%20Foundation%20Socioeconomic%20and%2 0Smoking%20Fact%20Sheet.pdf (Mei 15. 2013)
21.Van Oers JAM, Bongers IMB, Goor VD, Garretsten HFL. Alcohol consumption, alcohol – related problems, problem drinking and socioeconomic status. Alcohol & Alcoholism 1999; 34: 78 – 88
22.Anonymous. Oral cancer. http://www.cancer.org/downloads/PRO/Oral Cancer. pdf (Mei 8. 2013)
24.National Institute of Dental and Craniofacial Research. Detecting oral cancer: A guide for health care professionals. http://www.nidcr.nih.gov/oralhealth /topics/oralcancer/detectingoralcancer.htm (Mei 10. 2013)
25.Gustiranda W. Kanker rongga mulut. http://www.scribd.com/doc/99155389 / kanker-rongga-mulut (Mei 11. 2013)
26.Willacy H. Leukoplakia. http://www.patient.co.uk/doctor/leukoplakia (Juni 10. 2013)
27.Anonymous. Erythroplakia of the head & neck. http://www.maxillofacial center.com/BondBook/mucosa/erythroplakia.html (Juni 10. 2013)
28.Anonymous. Penyembuhan penyakit kanker mulut. http://cara-alami-mengobatipenyakit.com/penyembuhan-penyakit-kanker-mulut.html (Juni 2. 2014)
29.National Cancer Institute. What is cancer. http://www.cancer.gov /cancertopics/cancerlibrary/what-is-cancer (Mei 15. 2013)
30.Scully C. Medical problems in dentistry 6ed. London: Elsevier; 2010: 523 – 525
31.Oral Cancer Foundation. Surgery. http://www.oralcancerfoundation.org/ facts/surgery. htm (Mei 15. 2013)
32.Oral Cancer Foundation. Radiation therapy. http://www.oralcancer foundation.org/facts /radiation.htm (Mei 15. 2013)
33.Oral Cancer Foundation. Chemotherapy. http://www.oralcancerfoundation. org/facts/ chemotherapy.htm (Mei 15. 2013)
34.Bimbingan Org. Pola hidup sehat. http://www.bimbingan.org/pengertian-pola-hidup-sehat.htm (Disember 21. 2013)
35.Davis RJ. Socioeconomic status (SES). http://www.ryanjdavis.net/control /uploads/ses.pdf (Juni 10. 2013)
37.Anonymous. Metodologi penelitian. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1ak lanjutan/207114016/bab3.pdf (Mei 14. 2014)
38.Worldental. Women have better dental health. http://worldental.org/gums/ women-dental-health-study-shows/ (Maret 5. 2014)
39.News Medical. National survey finds women more likely to see doctor on regular basis than men. http://www.news-medical.net/news/20110609/ National-survey-finds-women-more-likely-to-see-doctor-on-regular-basis-than-men.aspx (Maret 5. 2014)
40.Shahani K. Middle-aged Pune gets overtly health-conscious. http://timesof india.indiatimes.com/city/pune-times/Middle-aged-Pune-gets-overtly-health-conscious/articleshow/425510.cms (Maret 5. 2014)
41.Chrisopoulos S, Beckwith K. How often people visit a dentist. http://www. aihw.gov.au/dental/visits/ (Maret 5. 2014)
42.Ramachandra NB. The hierarchy of oral cancer in India. http://www.jaypeejournals.com/eJournals/ShowText.aspx?ID=3986&Type=F REE&TYP=TOP&IN=_eJournals/images/JPLOGO.gif&IID=313&isPDF=Y ES (Maret 6. 2014)
43.Croucher R, Islam SS, Nunn H. Campaign awareness and oral cancer knowledge in UK resident adult Bangladeshi: a cross – sectional study. http://www.nature.com/bjc/journal/v105/n7/full/bjc2011317a.html (Maret 6. 2014)
44.Chukwu S. Knowledge of risk factors for oral cancer among adults Iowans. http://ir.uiowa.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=4588&context=etd
(Maret 6. 2014)
45.Puri S, Mangat C, Bhatia V, Kaur AP, Kohli DR. Knowledge of cancer and its risk factors in Chandigarh, India. http://ispub.com/IJE/8/1/4333 (Maret 6. 2014)
India. http://www.apollomedicaljournal.net/article/S0976-0016(14)00005-2/ abstract (Maret 7. 2014).
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survei analitik yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel dependen yaitu status ekonomi dengan variabel independen yaitu pengetahuan kanker mulut.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan yaitu di Rumah Sakit Columbia Asia, Kecamatan Medan Polonia dan Puskesmas PB Selayang II, Kecamatan Medan Selayang, Kotamadya Medan. Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan yang
berbeda karena dibutuhkan dua daerah dengan tingkat sosial ekonomi yang berbeda untuk melihat pengetahuan terhadap kanker mulut dari dua status yang berbeda.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2014 hingga Febuari 2014 sampai
seluruh jumlah sampel terpenuhi.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah masyarakat yang berkunjung ke Rumah Sakit
3.3.2 Sampel
Sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah masyarakat yang berkunjung ke Rumah Sakit Columbia Asia dan juga Puskesmas PB Selayang II di Kotamadya Medan. Kecamatan ditentukan menurut status ekonomi dari data yang diperoleh dari Bagian Data, Walikota Medan. Kotamadya Medan dibagi atas 21 kecamatan lalu
dipilih dua kecamatan yang terdiri dari status ekonomi tinggi yaitu, Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Selayang yang terdiri dari status ekonomi rendah.
Besar sampel yang diperlukan bagi penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus:
= 36.3 ≈ 36
Dimana :
n = jumlah subjek penelitian
Zα = deviasi normal α untuk α = 0,05 Zα = 1,96
Zβ = Standar deviasi β normal. Standar deviasi untuk derajat kepercayaan 90% adalah 1,282
P1 = 0,05
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,05 = 0,95 P2 = 0,345
Q2 = 1 – P2 = 0,66
P = (P1 + P2)2 ÷ 2 = 0,198 Q = 1 – P = 1 – 0,198 = 0,802
Berdasarkan perhintungan, jumlah responden minimum yang diperoleh adalah 36 orang. Untuk menghindari terjadinya bias penelitian, maka jumlah responden yang diteliti ditambahkan jumlah, yaitu 4 orang, sehingga diperoleh
menggunakan teknik pemilihan responden secara accidental sampling. Seseorang diambil sebagai responden karena populasi sampel yang dipilih itu sudah tersedia dan nyaman. Dalam hal ini, pengambilan sampel ini digunakan karena orang yang berkunjung ke Rumah Sakit dan Puskesmas dipilih sebagai responden. Pemilihan responden dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi
a. Masyarakat yang berkunjung ke Rumah Sakit Columbia Asia di kecamatan Medan Polonia Kotamadya Medan.
b. Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas PB Selayang II di kecamatan Medan Selayang Kotamadya Medan.
c. Responden yang berumur 16 – 60 tahun.
Kriteria Eksklusi
a. Responden dengan kondisi umum yang tidak dapat atau mampu mengisi kuesioner.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel Bebas : Status ekonomi
Pendidikan
Pendapatan
Variabel Tergantung : Pengetahuan terhadap kanker mulut Variabel Tidak Terkendali : - Jenis kelamin
3.4.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat
Pengukuran
Cara Ukur Skala ukur
Variabel
Tergantung Pengetahu -an
Pengetahuan adalah fakta, informasi, dan keterampilan yang
Bebas Pendidik -an
Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh
kekayaan, dan tempat tinggal.35 Selain itu, status sosial ekonomi bisa ditentukan dengan faktor seperti jenis
mobil serta berdasarkan pakaian
yang digunakan.36
Variabel bebas
Pendapat -an
Penghasilan yang diperoleh oleh tiap individu sebagai balasan jasa atau imbalan yang diperoleh dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu – individu tersebut.37
3.5 Sarana Penelitian 3.5.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat tulis seperti pulpen dan pensil.
3.5.2 Formulir Pencatatan
Formulir pencatatan terdiri dari kuesioner yang mencakup data responden seperti nama dan umur selain soalan tentang pengetahuan mereka terhadap kanker mulut.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi ke Rumah Sakit Columbia Asia dan Puskesmas PB Selayang II di masing – masing kecamatan. Responden yang memenuhi kriteria inklusi diberikan penjelasan mengenai penelitian dan diberi
Pengumpulan data diperoleh dengan memberikan kuesioner untuk diisi pada responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini.
3.6.1 Prosedur Penelitian Skema alur penelitian:
3.7 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi yaitu piranti lunak pengolahan data.
3.8 Analisa Data 3.8.1 Data Univariat
Data univariat adalah pengamatan yang melibatkan variabel tunggal dan tidak berhubungan dengan penyebab atau hubungan. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran karakteristik. Data univariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi:
1. Distribusi responden menurut jenis kelamin dan umur 2. Distribusi responden menurut tahap pendidikan 3. Distribusi responden menurut pendapatan
Responden yang sesuai dengan kriteria inkusi dan eksklusi diberikan penjelasan tentang penelitian yang dilakukan
Data pengetahuan terhadap kanker mulut diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk diisi
3.8.2 Data Bivariat
Data bivariat adalah pengamatan yang melibatkan dua variabel dan berhubungan dengan penyebab atau hubungan. Analisis bivariat adalah untuk melihat korelasi hubungan status ekonomi dengan pengetahuan terhadap kanker mulut. Data yang terkumpul dianalisa dengan uji statistik Chi Square. Perhitungan statistik
apabila nilai P < 0,05 maka h0 ditolak yaitu terdapat hubungan signifikan antara variabel. Bila nilai P > 0,05 maka h0 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Data bivariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi pengetahuan responden terhadap kanker mulut menurut status ekonomi.
3.9 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut: 1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)
Peneliti mengajukan surat permohonan kepada ketua tim kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian karena penelitian ini melibatkan mahluk hidup
yaitu manusia. Kelayakan etika dalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.
2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Peneliti meminta secara sukarela kepada responden penelitian untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan responden penelitian
untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. 3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti, karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk data kelompok bukan data pribadi masing-masing responden.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Analisis Univariat 4.1.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan pada 80 orang responden, terdiri dari 36 orang pria (45%) dan 44 orang wanita (55%). Tabel 1 menunjukan distribusi kelompok umur dan jenis kelamin responden. Pada penelitian ini, persentase yang paling besar pada golongan pria adalah kelompok umur 30 – 39 tahun dan 40 – 49 tahun sebesar 16,5% masing – masing dan persentase yang paling kecil adalah kelompok umur 20 – 29
tahun sebesar 0%. Persentase yang paling besar pada golongan wanita adalah kelompok umur 30 – 39 tahun sebesar 23,75% dan persentase yang paling kecil adalah kelompok umur 10 – 19 tahun dan 60 – 69 tahun sebanyak 2,5% masing – masing.
Tabel 1. Distribusi kelompok umur dan jenis kelamin responden
Umur Pria Wanita Jumlah (%)
10 – 19 1 2 3,75
20 – 29 0 8 10
30 – 39 13 19 40
40 – 49 13 7 25
50 – 59 7 5 15
60 – 69 3 2 6,25
Jumlah 37 43 100
100%. Persentase responden yang paling kecil pada kelompok dari kecamatan Medan Selayang dijumpai adalah pada kelompok yang tidak berpendidikan yaitu sebanyak 2,5% sedangkan pada Kecamatan Medan Polonia tidak terdapat responden yang berpendidikan selain dari kelompok perguruan tinggi. Tabel 2 menunjukan distribusi tingkat pendidikan responden.
Tabel 2. Distribusi tingkat pendidikan responden
Tingkat Pendidikan
Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia
Jumlah % Jumlah %
Tidak Sekolah 1 2,5 0 0
SD 8 20 0 0
SMP 7 17,5 0 0
SMA 20 50 0 0
Perguruan Tinggi 4 10 40 100
Jumlah 40 100 40 100
Distribusi pendapatan responden dapat dilihat pada tabel 3. Kebanyakan responden dari Kecamatan Medan Selayang berpendapatan rendah < Rp 1.375.000
Tabel 3. Distribusi pendapatan responden
Pendapatan
Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia
Jumlah % Jumlah %
< Rp. 1.375.000 23 57,5 0 0
Rp. 1.375.000 – Rp. 14.000.000 17 42,5 20 50
>Rp 14.000.000 0 0 20 50
Jumlah 40 100 40 100
4.1.2 Pengetahuan responden terhadap etiologi kanker mulut
Distribusi pengetahuan responden mengenai kanker mulut sesuai kelompok usia dapat dilihat dalam tabel 4. Persentase yang terbesar yang dilihat pada Kecamatan Medan Selayang adalah sebesar 52,5% yang menjawab tidak tahu kelompok usia umum yang mengenai kanker mulut sebaliknya di Kecamatan Medan Polonia, kebanyakan responden menjawab kelompok usia dewasa dan orang tua mengenai kanker mulut dengan persentase sebanyak 52,5%.
Tabel 4. Distribusi pengetahuan responden mengenai kanker mulut menurut kelompok usia
Kelompok Usia
Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia
Jumlah % Jumlah %
Anak – Anak 0 0 0 0
Dewasa 12 30 12 30
Orang tua 6 15 0 0
Dewasa & Orang tua 1 2,5 21 52,5
Semua 0 0 5 12,5
Tidak tahu 21 52,5 2 5
Tabel 5 menunjukan pengetahuan responden terhadap panyebab kanker mulut. Sebanyak 50% responden di Kecamatan Medan Selayang tidak dapat mengidentifikasi penyebab kanker mulut, hanya 35% yang dapat mengidentifikasi 1 atau 2 penyebab dan hanya, 15% mengetahui sebanyak 3 hingga 4 penyebab. Semua responden dari Kecamatan Medan Polonia dapat mengidentifikasi penyebab kanker
mulut. Sebanyak 50% mengidentifikasi 3 hingga 4 penyebab kanker mulut dan 50% lagi mengidentifikasi 5 hingga 6 penyebab kanker mulut. Kebanyakan responden dari Kecamatan Medan Selayang hanya dapat mengidentifikasi merokok sebagai penyebab kanker mulut sebanyak 17 orang (42,5%), alkohol 10 orang (25%), megunyah tembakau 5 orang (12,5%), kesehatan mulut buruk 4 orang (10%) serta menyirih dan kekurangan nutrisi hanya 3 orang (7,5%) dan paling banyak yang
menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 20 orang dari 40 responden. Sebaliknya, di Kecamatan Medan Polonia hampir semua responden dapat mengidentifikasi penyebab kanker mulut dengan benar dan tidak ada yang menjawab tidak tahu. Semua responden, sebanyak 40 orang yang dapat mengidentifikasi merokok, menyirih dan alkohol sebagai penyebab kanker dan 39 orang (97,5%) yang menjawab
menguyah tembakau, 20 orang (50%) kesehatan mulut buruk dan 11 orang (27,5%) yang identifikasi kekurangan nutrisi sebagai penyebab kanker mulut.
Tabel 5. Distribusi pengetahuan responden terhadap penyebab kanker mulut
Penyebab
Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia
Jumlah % Jumlah %
Mengetahui 1 – 2 14 35 0 0
Mengetahui 3 – 4 6 15 20 50
Mengetahui 5 – 6 0 0 20 50
Tidak Tahu 20 50 0 0
Pada penelitian ini sebesar 82,5% responden dari Kecamatan Medan Selayang tidak tahu tentang tanda – tanda kanker di mulut hanya 15% bisa mengidentifikasi 1 hingga 2 tanda kanker mulut dan 2,5% bisa mengidentifikasi 3 hingga 4 penyebab kanker mulut. Dari 17,5% responden yang mengidentifikasi tanda – tanda kanker mulut hanya 5 orang (12,5%) menjawab luka yang tidak sembuh, 3 orang (7,5%)
bercak putih, dan 1 orang (2,5%) yang menjawab bercak merah dan luka yang tidak nyeri sebagai tanda kanker mulut. Sebaliknya, kebanyakan responden dari Kecamatan Medan Polonia bisa mengidentifikasi 3 hingga 4 tanda – tanda kanker pada mulut dengan persentase sebanyak 85% dan 15% yang tidak tahu tentang tanda – tanda kanker mulut. Sebanyak 34 orang (85%) responden dari Medan Polonia bisa mengidentifikasi bercak merah, putih dan luka yang tidak sembuh sebagai tanda
kanker mulut dan hanya 20 orang (50%) yang menjawab luka yang tidak sembuh.
Tabel 6. Distribusi pengetahuan responden terhadap manifestasi kanker di rongga mulut.
Tanda – tanda
Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia
Jumlah % Jumlah %
1 – 2 tanda 6 15 0 0
3 – 4 tanda 1 2,5 34 85
Tidak tahu 33 82,5 6 15
Jumlah 40 100 40 100
Tabel 7 menunjukan distribusi pengetahuan responden terhadap pengelolaan kanker mulut. Di Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat sebanyak 77,5% responden tidak tahu mengenai pengelolaan kanker mulut dan hanya 22,5% dapat
90%, dimana responden dapat mengidentifikasi 3 hingga 4 pengelolaan kanker mulut dan hanya 2,5% yang tidak tahu mengenai pengelolaan kanker mulut. Sebanyak 39 orang (97,5%) responden dari Medan Polonia dapat menjawab pembedahan dan kemoterapi sebagai perawatan, sebanyak 34 orang (85%) yang menjawab radioterapi dan 18 orang (45%) yang menjawab terapi kombinasi sebagai pengelolaan bagi
kanker mulut.
Tabel 7. Distribusi pengetahuan responden terhadap pengelolaan kanker mulut
Pengelolaan
Kec. Medan Selayang Kec. Medan Polonia
Jumlah % Jumlah %
Mengetahui 1 – 2 9 22,5 3 7,5
Mengetahui 3 – 4 0 0 36 90
Tidak tahu 31 77,5 1 2,5
Jumlah 40 100 40 100
4.2 Hasil Analisis Bivariat
4.2.1 Hasil Uji Statistik hubungan status ekonomi dengan pengetahuan masyarakat terhadap kanker mulut
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan analisis analitik dengan tabulasi silang (cross-tab) untuk menguji tingkat kemaknaan antara
status ekonomi (pendapatan) dan pengetahuan masyarakat terhadap kanker mulut. Tabel 8 menunjukan persentase pengetahuan masyarakat mengenai penyebab kanker mulut berdasarkan pendapatan mereka. Berdasarkan tabel, terlihat bahwa responden yang berpendapatan tinggi dapat mengidentifikasi 5 hingga 6 penyebab kanker mulut sebanyak 13 orang (16,3%) sedangkan yang berpendapatan rendah
kebanyakan dari mereka tidak dapat mengidentifikasi penyebab kanker mulut sebanyak 13 orang (16,3%).
menunjukan bahwa H0 ditolak atau Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan (status ekonomi) berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai penyebab kanker mulut karena nilai p < 0,005.
Tabel 8. Hasil uji statistik hubungan antara pendapatan dan pengetahuan terhadap
penyebab kanker mulut.
Pendapatan
Penyebab Total Nilai
p 1 – 2 3 – 4 5 – 6 Tidak Tahu
Rendah 6 (7,5%) 4 (5%) 0 (0%) 13 (16,3%) 23
0,000* Menengah 8 (10%) 15 (18,8%) 7 (8,8%) 7 (8,8%) 37
Tinggi 0 (0%) 7 (8,8%) 13 (16,3%) 0 (0%) 20 * = singnifikan
Tabel 9 menunjukan persentase pengetahuan masyarakat mengenai tanda –
tanda awal kanker mulut berdasarkan pendapatan mereka. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat yang berpendapatan tinggi dapat mengidentifikasi 3 hingga 4 tanda – tanda kanker mulut dengan benar sebanyak 18 orang (22,5%) sebaliknya, yang berpendapatan rendah tidak dapat mengidentifikasi tanda – tanda kanker mulut yaitu, sebanyak 19 orang (23,8%).
Hasil uji statistik Chi – Square menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan pengetahuan kanker mulut dimana p = 0,00. Hal ini
Tabel 9. Hasil uji statistik hubungan antara pendapatan dan pengetahuan terhadap tanda – tanda kanker mulut
Pendapatan
Tabel 10 menunjukan persentase pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan terhadap kanker mulut berdasarkan pendapatan mereka. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat yang berpendapatan tinggi dapat mengidentifikasi 3 hingga 4 pengelolaan kanker mulut dengan benar sebanyak 19
orang (23,8%) sebaliknya, yang berpendapatan rendah tidak dapat mengidentifikasi tanda – tanda kanker mulut sebanyak 20 orang (25%).
Hasil uji statistik Chi – Square menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan pengetahuan kanker mulut dimana p = 0,00. Hal ini menunujukkan bahwa H0 ditolak atau Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
pendapatan (status ekonomi) berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai pengelolaan kanker mulut karena nilai p < 0,005.
Tabel 10. Hasil uji statistik hubungan antara pendapatan dan pengetahuan terhadap pengelolaan kanker mulut
BAB 5 PEMBAHASAN
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan didapatkan setelah penginderaan
terhadap suatu objek. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan responden terhadap kanker mulut dan apakah status ekonomi sosial mereka mempengaruhi pengetahuan mereka. Penelitian ini mengutamakan pengetahuan responden yang terdiri dari pengetahuan secara dasar atau umum terhadap kanker mulut yang meliputi pengetahuan tentang penyebab, tanda – tanda serta terapi atau pengobatan kanker mulut.
Jumlah responden yang mengikuti penelitian ini sebanyak 80 orang, setiap kecamatan diambil sebanyak 40 responden. Responden dari Medan Selayang terdiri dari 18 laki – laki (45%) dan 22 perempuan (55%) dan dari Medan Polonia terdapat 19 responden laki – laki (47,5%) dan 21 responden perempuan (52,5%). Secara keseluruhan terdapat 37 responden laki – laki (46,25%) dan 43 perempuan (53,75%).
Hasil ini menunjukan bahwa jumlah responden perempuan selama penelitian ini dilakukan adalah lebih banyak dari laki – laki. Menurut beberapa penelitian, perempuan lebih banyak memperhatikan kesehatan mereka daripada laki – laki.38 Survei nasional menemukan bahwa perempuan tiga kali lebih sering menemui dokter secara teratur daripada laki – laki ini karena kebanyakan kaum laki tidak memberikan
prioritas terhadap kesehatan mereka.39 Penelitian ini juga menunjukan bahwa responden yang paling banyak adalah pada kelompok umur 30 – 39 tahun pada kedua kecamatan. Hal ini sesuai dengan artikel yang dikeluarkan oleh Times of India yang menyatakan lebih banyak masyarakat yang berumur 30 – 40 tahun pada masa ini lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin karena pengaruh materi melalui media
yang mendidik mengenai status kesehatan.40
berpendidikan perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan laporan Australian Research Centre for Population Oral Health oleh Worldental menyatakan bahwa kelompok yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi lebih sering mengunjungi praktek untuk perawatan karena mereka mempunyai penghasilan yang lebih tinggi dan tetap.38, 40 Selain itu, umumnya ada hubungan proporsionalitas langsung antara tingkat
pendidikan dan kesehatan mulut yang berhubungan dengan kualitas hidup. Tingkat pendidikan yang tinggi menawarkan kemungkinan untuk memperoleh dan memahami informasi mengenai perilaku kesehatan mulut dan promosi kesehatan gigi dan mulut.10 Berdasarkan pendapatan didapati kebanyakan responden dari Kecamatan Medan Selayang berpendapatan rendah dengan persentase sebanyak 57,5% sebaliknya responden di Kecamatan Medan Polonia, terbagi rata antara yang
berpendapatan menengah dan tinggi masing – masing sebanyak 50%. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Walikota Medan yang menyatakan Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu kecamatan dengan kebanyakan masyarakat yang berstatus ekonomi rendah dan Kecamatan Medan Polonia adalah kecamatan dengan masyarakat berstatus ekonomi tinggi. Pendapatan
yang tinggi memungkinkan akses ke layanan kesehatan mulut yang baik, lingkungan yang baik untuk kesehatan dan menawarkan kesempatan untuk menerapkan perilaku kesehatan mulut.10
Pengetahuan responden di Kecamatan Medan Selayang mengenai kanker mulut sesuai kelompok usia menunjukan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan pengetahuan responden dari Kecamatan Medan Polonia. Sebanyak 52,5% responden dari Medan Selayang tidak tahu kelompok usia umum yang mengenai
sering mendapatkan kanker mulut adalah dari 31 sampai 40 tahun (38,5%).42 Pada penelitian yang dilakukan di United Kingdom hanya 16,21% menjawab mendapatkan kanker mulut lebih sering pada usia di atas 50 tahun dan 83,97% yang menjawab tidak tahu karena tingkat kesadaran yang rendah banyak ditemukan pada individu dengan tingkat pendidikan yang rendah.43
Penelitian ini menunjukan bahwa 50% responden dari Kecamatan Medan Selayang tidak dapat megidentifikasi penyebab kanker mulut. Hanya 15% yang dapat mengidentifikasi 3 hingga 4 penyebab kanker mulut. Di sebaliknya, responden dari Kecamatan Medan Polonia dapat mengidentifikasi penyebab kanker mulut dengan 50% yang menjawab 3 hingga 4 penyebab benar dan 50% lagi yang menjawab 5 hingga 6 penyebab kanker mulut yang benar. Stella Chukwu menyatakan penelitian
yang dilakukan oleh Patton et al. di North Carolina memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko kanker mulut. Sebanyak 3% yang mengidentifikasi 0 hingga 1 faktor resiko benar, 41% yang mengidentifikasi 2 hingga 3 faktor resiko benar dan 56% yang bisa mengidentifikasi 5 hingga 6 faktor resiko yang benar. Penelitian ini juga menemukan bahwa pengetahuan faktor resiko yang lebih tinggi secara signifikan
berhubungan dengan tingkat pendidikan dan sifat ingin tahu masyarakat tentang kanker mulut serta yang mengetahui satu atau lebih tanda – tanda kanker mulut.44 Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan di Chandigarh, India, secara keseluruhan sebanyak 74,7% responden dapat menghubungkan merokok sebagai penyebab kanker mulut dan faktor lain yang diidentifikasi adalah alkohol dengan persentase sebanyak
60% dan diet dengan persentase sebanyak 22,7% sebagai penyebab kanker. Didapati kesadaran masyarakat lebih tinggi di daerah sosial ekonomi tinggi dibanding yang sosial ekonomi rendah.45
Pada masa ini, kanker mulut semakin sering dan penting bagi masyarakat untuk mengetahui tentang tanda-tanda awal dari kanker mulut untuk menghindari
orang dewasa yang berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan di Northeast India
tidak dapat mengidentifikasi luka yang tidak sembuh, bercak putih atau merah sebagai tanda-tanda awal kanker mulut. Pengamatan ini sesuai dengan laporan lain yang juga melaporkan persentase yang lebih rendah tentang kesadaran masyarakat terhadap tanda – tanda kanker mulut.46 Kesimpulan dari penelitian di Islamabad,
Pakistan menunjukan bahwa 48% dari pasien tahu tentang tanda dan gejala kanker mulut. Penelitian ini juga menyatakan, West et al 2011 menyatakan bahwa bercak merah diketahui (1 dari 4 pasien) dan bercak putih (1 dari 3 pasien) menunjukan tanda-tanda dari kanker mulut. Sedangkan 50% dari pasien menurut Tomar tidak tahu tentang adanya lesi merah dan putih di mulut mereka merupakan tanda kanker mulut dan 44,9% dari total populasi di Sri Lanka sadar tentang lesi prakanker merah dan
putih di mulut.46 Dari penelitian yang dilakukan di India dan Pakistan, dapat disimpulkan bahwa masyarakat dari status ekonomi tinggi lebih menyadari semua gejala dan memiliki pengetahuan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat status ekonomi rendah, yang mungkin disebabkan karena akses mereka ke perawatan kesehatan yang lebih baik dan pendidikan yang lebih baik.46, 47, 10
Di India, hasil penelitian yang dilakukan untuk melihat perbandingan tahap pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan kanker mulut antara berstatus ekonomi tinggi dan rendah didapati masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi lebih berpengetahuan daripada yang rendah yaitu, dengan persentase sebanyak 90,4% dari masyarakat dengan status ekonomi rendah yang menjawab tidak tahu mengenai
perawatan kanker mulut sebaliknya, hanya 17,3% dari yang status ekonomi tinggi yang tidak tahu perawatan kanker mulut.45 Hasil yang sama didapati pada penelitian ini dengan sebagian besar responden dari Kecamatan Medan Selayang yang tidak tahu mengenai pengelolaan kanker mulut sebanyak, 77,5% dan hanya 2,5% dari Kecamatan Medan Polonia yang menjawab tidak tahu.
Ini disebabkan, masyarakat dengan status ekonomi tinggi berpendapatan lebih tinggi dibandingkan masyarakat berstatus ekonomi rendah sehingga memungkinkan akses ke layanan kesehatan mulut yang baik. Hal ini dapat menerapkan perilaku kesehatan mulut yang tepat. Penelitian terbaru menunjukan bahwa individu berpendapatan
rendah 5 kali lebih mungkin memiliki kesehatan mulut yang buruk dibandingkan
dengan mereka yang berpendapatan tinggi. Indikator lain bagi status ekonomi adalah tingkat pendidikan, dari penelitian ini dapat dilihat yang berpendidikan tinggi mayoritas adalah dari Kecamatan Medan Polonia dan mereka yang dapat menjawab dengan benar mengenai kanker mulut. Hal ini karena, ada hubungan proporsionalitas langsung antara tingkat pendidikan dan kesehatan mulut yang berhubungan dengan kualitas hidup. Tingkat pendidikan yang tinggi menawarkan kemungkinan untuk
mendapatkan dan memahami informasi mengenai perilaku kesehatan mulut dan promosi kesehatan gigi dan mulut.10
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang kanker mulut berdasarkan status ekonomi adalah berbeda antara yang berstatus ekonomi tinggi dan rendah. Dari penelitian dapat dilihat pengetahuan masyarakat dari Kecamatan Medan Polonia lebih tinggi berbanding Medan Selayang, hal ini karena mereka mempunyai pendidikan yang lebih tinggi yang memungkinkan mereka untuk lebih memahami dan keinginan untuk mengetahui mengenai sesuatu
hal serta pendapatan yang tinggi mengizinkan mereka mempunyai akses ke peratawan kesehatan yang relatif lebih baik dan mutakhir.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status ekonomi dan pengetahuan masyarakat terhadap kanker mulut.
6.2 Saran
Penelitian ini hanya menguraikan secara umum mengenai pengetahuan masyarakat tentang kanker mulut berdasarkan status ekonomi mereka di dua kecamatan. Oleh karena itu, diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan kuesioner yang lebih mendalam tentang pengetahuan dan pemahaman
masyarakat mengenai kanker mulut yang bisa meneliti lebih dari dua kecamatan. Sebaiknya, masyarakat tahu tentang kanker mulut supaya dapat menghindari dari penyakit ini dan juga bisa mendapatkan perawatan dini. .
kanker mulut. Masyarakat harus terus menerus mendapat informasi tentang cara meningkatkan kualitas kesehatan umum dan kesehatan gigi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah wujud
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui
panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan
peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior).8
Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai tingkatan yang berbeda
– beda. Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam enam tingkat yaitu:
1. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada sebelumnya dari
seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menguraikan,
menyebut, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.8
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan apabila seseorang mampu untuk mengaplikasikan atau
menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi.8
4. Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menggambarkan dan memisahkan
sampai pada tingkat ini adalah apabila orang tersebut dapat membedakan atau
mengelompokkan objek tersebut.8
5. Sintesis
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen – komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang telah ada.8
6. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.8
2.2 Status Ekonomi
Kelas sosial atau golongan sosial mempunyai arti yang relatif lebih banyak
dipakai untuk menunjukan lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria ekonomi. Jadi,
definisi kelas sosial atau golongan sosial ialah sekelompok manusia yang menempati
lapisan sosial berdasarkan kriteria ekonomi.9
Status ekonomi paling sering dicirikan sebagai peringkat hirarkis individu
atau keluarga dalam sebuah komunitas atau masyarakat tertentu. Indikator-indikator
status ekonomi menegosiasikan status dalam masyarakat dan termasuk karakteristik
berwujud seperti tingkat pendidikan, pekerjaan prestise, otoritas, asosiasi kelompok,
tempat tinggal, dan kedudukan masyarakat. Beberapa indikator ekonomi utama
adalah aset berwujud dan termasuk gaji, kekayaan, kepemilikan rumah, dana pensiun,
dan kepemilikan harta.9
Kelas sosial berdasarkan status ekonomi dapat dibagi menjadi kelas atau
golongan menurut Aristoteles9, yaitu:
1. golongan sangat kaya
2. golongan kaya, dan
3. golongan miskin
1. Golongan pertama: merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka
terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
2. Golongan kedua: merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam
masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
3. Golongan ketiga: merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka
kebanyakan rakyat biasa.
Marx9 juga membagi masyarakat menjadi tiga golongan, yakni:
a. Golongan kapitalis atau borjuis: adalah mereka yang menguasai tanah dan alat
produksi.
b. Golongan menengah: terdiri dari para pegawai pemerintah.
c. Golongan proletar: adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat
produksi. Termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik.
Menurut Pitirim A.Sorokin, stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Menurut
Bouman10, pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara
hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu. Pelapisan sosial
merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di mana pun, pelapisan
sosial selalu ada. Soemardjan dan Soemardi10 (1974) menyebutkan bahwa selama
dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan
sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta kekayaan,
ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.10
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah
pembedaan antarwarga masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat.
Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat di antaranya ada kelas
sosial tinggi, sedang, dan rendah.10
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan dalam evaluasi status ekonomi.
Indikator yang paling penting adalah status pekerjaan, pendapatan dan tingkat
pendidikan. Status pekerjaan sangat relevan karena menentukan tempat orang-orang
kelas sosial. Kelompok ini dapat dibagi seperti pekerja tingkat tinggi, tingkat rendah
dan pengangguran.11
Pendapatan adalah instrumen yang sering digunakan untuk mengukur status
ekonomi sosial, yang relevan untuk realisasi strategi kesehatan. Pendapatan dapat
dibagi atas tiga kelompok, kelompok pendapatan rendah yaitu kurang dari Rp.
1.375.000, kelompok pendapatan sedang antara Rp. 1.375.000 dan Rp. 14.000.000
dan kelompok pendapatan tinggi yaitu di atas Rp. 14.000.00. Ketidaksetaraan
pendapatan yang dihasilkan berhubungan dengan perbedaan dalam mortalitas dan
morbiditas, termasuk penyakit kesehatan mulut. Pendapatan yang tinggi
memungkinkan akses ke layanan kesehatan mulut yang baik, lingkungan yang baik
untuk kesehatan dan menawarkan kesempatan untuk mengadopsi perilaku kesehatan
mulut yang tepat.11
Tingkat pendidikan, umumnya, ada hubungan proporsionalitas yang langsung
antara tingkat pendidikan dan kesehatan mulut yang berhubungan dengan kualitas
hidup. Tingkat pendidikan yang tinggi menawarkan kemungkinan untuk
mendapatkan dan memahami informasi mengenai perilaku kesehatan mulut dan
promosi kesehatan gigi dan mulut. Banyak penelitian menegaskan hubungan antara
ketidaksetaraan dalam status ekonomi dan ketidaksetaraan dalam kesehatan mulut.
Hal ini terbukti bahwa ada perbedaan perilaku kesehatan mulut antara kaya dan yang
bukan kaya.11
Keluarga dengan status ekonomi rendah sering kekurangan keuangan,
dukungan sosial dan pendidikan. Status ekonomi rendah berkorelasi dengan
pendidikan rendah, kemiskinan, dan kesehatan yang buruk, akhirnya mempengaruhi
masyarakat kita secara keseluruhan.9, 12 Di Amerika Serikat ketidakadilan dalam
distribusi kekayaan dan kualitas hidup meningkat dan juga secara global. Penelitian
menunjukan bahwa anak-anak dari rumah tangga status ekonomi rendah
mengembangkan kemampuan akademik lebih lambat dibandingkan dengan anak dari
kelompok status ekonomi yang lebih tinggi. Kemampuan akademik awal yang
berkorelasi dengan lingkungan rumah, di mana lingkungan literasi rendah dan stres
masyarakat status ekonomi rendah sering menghadapi masalah kekurangan sumber,
lalu mengurangi perkembangan akademik mahasiswa. Pendidikan yang tidak
memadai dan meningkatnya angka berhenti sekolah mempengaruhi prestasi akademik
anak-anak, sehingga melangsungkanstatus rendah ekonomi masyarakat.9, 12
Sebaliknya, keluarga dari status ekonomi tinggi dapat menerima pendidikan
yang lebih baik sehingga pekerjaan yang dimiliki lebih baik dan pendapatan yang
lebih tinggi yang memungkinkan mereka untuk memiliki akses atau pengetahuan
yang lebih luas mengenai kesehatan.9
2.3 Kanker Mulut 2.3.1 Definisi
Kanker oral atau kanker mulut adalah istilah yang digunakan untuk
mengidentifikasi neoplasma ganas atau tumor yang berasal dari mukosa yang
melapisi rongga mulut.13 Kanker mulut dapat dibagi lagi menjadi entitas yang
berbeda didasarkan pada lokasi awal dari lesi lokal. Antara lokasi – lokasinya adalah
pada bibir, lidah, tonsil, gingiva, palatum keras, palatum lunak dasar mulut dan
permukaan bukal.13
2.3.2 Epidemiologi
Kanker mulut adalah kanker yang ke sebelas paling umum di dunia. Hal ini
terjadi sekitar 2,4 persen dari seluruh kanker dengan tingkat insidens tinggi di negara
berkembang.3 Lebih dari 90% kanker rongga mulut adalah kanker sel skuamosa. Di
Kanada, kanker mulut didiagnosis pada 3.200 orang dan telah menyebabkan
sebanyak 1.100 kematian pada tahun 2007. Pada saat ini di Kanada, lebih banyak
kasus kanker mulut yang didiagnosis dalam satu tahun dibandingkan serviks atau
kanker ovarium, dan lebih banyak kematian terjadi akibat kanker mulut dibandingkan
dari melanoma atau kanker rahim.14
dan kanker yang ke lima belas paling umum di kalangan wanita. Pada tahun 2010
terdapat 6539 kasus baru kanker mulut di Inggris 4307 (66%) pada pria dan 2232
(34%) pada wanita dengan perbandingan laki-laki: perempuan rasio 19:10.15
Di Malaysia, studi menunjukan kejadian kanker mulut bervariasi menurut
jenis kelamin dan kelompok etnis, dengan prevalensi tertinggi di antara kaum India.
Kanker mulut adalah kanker keenam yang paling umum di kalangan laki-laki India
(4,5%) dan kanker ketiga yang paling umum di antara wanita India (6,5%) di
Malaysia. Jika dibagi menurut jenis kelamin, kanker mulut merupakan kanker yang
kesembilan belas dan keenam belas antara pria dan wanita masing-masing.3
2.3.3 Etiologi
Etiologi kanker mulut sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti.
Ini disebabkan karena etiologi terjadinya kanker multifaktorial dan kompleks.16
Resiko terjadinya kanker akan lebih meningkat apabila digabung antara faktor –
faktor predisposisi, misalnya merokok dengan minum alkohol, dan menyirih dengan
tembakau.17
Usia, kejadian kanker mulut secara jelas berhubungan dengan usia, yang
mungkin mencerminkan penurunan pengendalian imunitas dengan usia. Orang-orang
di atas usia 40 memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker mulut. Kanker mulut dapat
terjadi pada semua usia, namun kejadian meningkat setelah umur lebih dari 40 tahun.
Individu yang berusia di atas 60 memiliki insiden tertinggi kanker mulut.18
Pengelompokan usia menurut Setyonegoro dan Mohammad19 adalah sebagai berikut: Anak – anak , yaitu usia 0 sampai 10 tahun
Dewasa, yaitu usia 18 sampai 64 tahun dan, Orang tua, dari 65 sampai 80 tahun
Merokok, selama bertahun tahun telah diasumsikan bahwa ada hubungan
dengan karsinoma mulut.16 Tembakau adalah bentuk lain dari iritasi kronis,
tampaknya berperan dalam stimulasi proses prakanker dan/atau kanker. Ketika
dapat menghasilkan leukoplakia dan kanker pada individu yang rentan. Ada bukti
mengatakan bahwa asap tembakau tidak langsung merangsang perkembangan lesi
ganas, namun ada juga kasus yang ditemui bahwa asap tembakau dari cerutu
merangsang perkembangan lesi ganas. Ada sedikit keraguan bahwa pada individu
tertentu yang merokok menyebabkan perkembangan leukoplakia yang dapat
memungkinkan terjadinya lesi prakanker yang berbahaya. Merokok harus dilarang di
mana adanya bukti iritasi mukosa kronis, malignan atau leukoplakia.13 Namun, tinggi
insiden karsinoma oral di India terjadi karena kebiasaan merokok yang sangat luas, di
mana merokok bidi menjadi signifikan.16 Penggunaan tembakau sangat terkait dengan
status ekonomi rendah. Prevalensi merokok saat ini tinggi di antara orang dewasa
dengan pekerjaan kelas pekerja, tingkat pendidikan rendah, dan berpenghasilan
rendah. Tingkat merokok juga bervariasi berdasarkan tingkat pendidikan. Di antara
orang dewasa di atas usia 25, orang-orang dengan diploma General Education
Development (GED) memiliki prevalensi tertinggi merokok (44%), diikuti oleh orang
dengan 9 sampai 11 tahun pendidikan (33,3%). Mereka yang memiliki gelar sarjana
(11,4%) atau sarjana (6,2%) memiliki prevalensi merokok terendah.20
Kebiasaan mengunyah paan atau mengunyah sirih adalah salah satu kebiasaan
mengunyah paling sering dilakukan di dunia, dan sangat umum terjadi di selatan -
timur Asia dan India.16 Kanker mulut menjadi umum di antara pengunyah sirih.13
Kebiasaan ini menyebabkan terjadinya leukoplakia karena sirih yang dikunyah
disimpan di dalam mulut dan transformasi menjadi maligna biasanya dibuktikan
secara klinis dengan adanya perkembangan papilliferous ataupun ulserasi.16 Namun,
penemuan terbaru dari India mengindikasikan bahwa pengunyah sirih saja tidak
menyebabkan kanker mulut kecuali bila sirih dicampurkan dengan tembakau dan diet
sehari – hari yang tidak memadai.13
Alkohol, studi epidemiologi di beberapa negara telah menunjukan bahwa
risiko terkena karsinoma oral 10 - 15 kali lebih besar pada peminum alkohol berat.
Namun, peran dari konsumsi alkohol sebagai etiologi kanker mulut sulit untuk dinilai
perkembangan karsinoma mulut dan kebiasaan gabungan ini telah terbukti akan
menyebabkan timbulnya karsinoma mulut 15 tahun atau lebih cepat.16 Individu dari kelompok status ekonomi yang berbeda memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko
alkohol. Hal ini menunjukan bahwa individu dengan status ekonomi tinggi lebih
menyadari konsekuensinya. Yang lain berpendapat bahwa konsumsi alkohol yang
berlebihan juga mungkin akibat rendahnya pendapatan dan tingkat pendidikan.21
Faktor gigi, kebersihan mulut yang buruk, restorasi yang rusak, tepi gigi yang
tajam dan gigi palsu yang tidak sesuai telah dicurigai sebagai etiologi kanker mulut,
namun bukti – bukti untuk hal ini sedikit. Banyak pasien yang menjalani keganasan
di rongga mulutmemiliki gigi yang buruk, selain mereka juga merokok dan peminum
berat.13 Kesehatan individu dari ekonomi rendah ternyata lebih buruk daripada
individu dari ekonomi tinggi. Secara umum, kelompok penduduk yang status
kesehatan mulut buruk juga termasuk tingkat kemiskinan tertinggi dan berpendidikan
terendah. Pendapatan yang lebih tinggi memungkinkan orang untuk membeli rumah
yang lebih baik dan memungkinkan mencari akses ke perawatan medis.11
Malnutrisi, secara epidemiologis, kurang mengkonsumsi vitamin A dapat
berhubungan dengan terjadinya kanker rongga mulut, tetapi kekurangan β – kerotene
masih belum terbukti keterkaitannya dengan resiko terjadinya kanker rongga mulut.
Kurang mengkonsumsi buah – buahan dan sayur – sayuran, dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker di rongga mulut.22
Status ekonomi, baik dinilai dengan pendapatan, pendidikan dan pekerjaan
sangat berkaitaan dengan berbagai masalah kesehatan. Dinyatakan bahwa status
ekonomi rendah secara signifikan berhubungan dengan peningkatan risiko kanker
mulut.23
2.3.4 Gambaran Klinis
Lesi awal biasanya tidak bergejala dan memiliki penampilan berbeda.
Penampilan yang umum biasanya berupa leukoplakia (bercak putih), pertumbuhan
eksofitik kecil yang pada tahap awal mungkin tidak menunjukan ulserasi atau
Seringkali awal dari keganasan ditandai oleh adanya ulkus. Apabila terdapat
ulkus yang tidak sembuh-sembuh dalam waktu 2 minggu, diameter kurang dari 2 cm,
maka keadaan ini sudah dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan.25 Umumnya
kanker rongga mulut tahap dini tidak menimbulkan gejala, kebanyakan berwarna
merah dengan atau tanpa disertai komponen putih, licin, halus dan memperlihatkan
elevasi yang minimal.25
Tanda-tanda dan gejala kanker mulut lain yang mungkin terjadi meliputi:
benjolan atau penebalan pada jaringan lunak rongga mulut, nyeri atau perasaan
bahwa ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan, kesulitan mengunyah atau
menelan, sakit telinga, kesulitan menggerakkan rahang atau lidah, suara serak, mati
rasa pada lidah atau daerah lain dari mulut, atau pembengkakan rahang.24
Pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut sebagai pertumbuhan
endofitik. Selain itu karsinoma mulut dapat juga terlihat sebagai pertumbuhan yang
eksofitik (lesi superfisial) yang dapat berbentuk bunga kol atau papiler, mudah
berdarah. Lesi eksofitik ini lebih mudah dikenali keberadaannya dan memiliki
prognosa lebih baik.25
Gambar 2: Eritroplakia27
Gambar 3: Kanker Mulut28
2.3.5 Patogenesis
Semua kanker bermula dari unit dasar kehidupan tubuh, yaitu sel. Untuk
memahami kanker, sangat membantu untuk mengetahui apa yang terjadi ketika sel
normal menjadi sel kanker. Tubuh terdiri dari banyak jenis sel. Sel-sel tumbuh dan
membelah dengan cara yang terkontrol untuk menghasilkan lebih banyak sel karena
diperlukan untuk menjaga tubuh sehat. Ketika sel-sel menjadi tua atau rusak, akan
mati dan diganti dengan sel-sel baru.29 Namun, terkadang proses yang teratur ini
berjalan salah. Bahan genetik (DNA) sel dapat rusak atau berubah, menghasilkan
mutasi yang mempengaruhi pertumbuhan sel normal dan pembelahan. Ketika ini
terjadi, sel-sel yang seharusnya mati tidak mati dan sel-sel baru terbentuk ketika
tubuh tidak membutuhkannya. Sel-sel ini, dapat membentuk suatu massa dari
Tidak semua tumor adalah kanker, tumor bisa jinak atau ganas. Tumor jinak
tidak bersifat kanker, dapat dihilangkan dan dalam banyak kasus, tumor jinak ini
tidak datang kembali. Sel tumor jinak tidak menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Tumor-tumor ganas adalah kanker, sel tumor ini dapat menyerang jaringan terdekat
dan menyebar ke bagian lain dari tubuh. Penyebaran kanker dari satu bagian tubuh ke
bagian lain disebut metastasis.29
2.3.6 Pengelolaan Kanker Rongga Mulut
Metode perawatan kanker terdiri dari empat tipe dasar: operasi, terapi
radioterapi, kemoterapi dan terapi kombinasi. Tahap awal penyakit sering dapat
diobati secara berhasil dengan hanya menggunakan satu terapi. Pemberantasan
lengkap penyakit yang lebih serius seringkali tergantung pada kombinasi operasi dan
radioterapi.30
Pengelolaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan kanker rongga mulut
adalah :
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan bentuk tertua dari pengobatan untuk kanker
mulut.30,31 Sejauh mana operasi yang dilakukan tergantung pada luasnya penyakit
yang dihadapi. Pembedahan preventif (atau profilaksis) dilakukan untuk mengangkat
jaringan tubuh yang tidak maligna tetapi ada kemungkinan untuk menjadi maligna.31
Operasi kuratif adalah pembuangan tumor ketika diketahui bahwa tumor terbatas
pada satu lokasi di mulut. Hal ini dapat dilakukan bila ada harapan membuang semua
jaringan kanker. Operasi kuratif dianggap sebagai pengobatan utama kanker. Operasi
ini dapat digunakan bersama dengan kemoterapi atau terapi radiasi, yang dapat
diberikan sebelum atau setelah operasi. Dalam beberapa kasus, digunakan juga
bersama dengan operasi (terapi radiasi intraoperatif).30, 31
2. Radioterapi
Radioterapi, juga disebut terapi radiasi, adalah pengobatan kanker dan
merusak materi genetik (DNA) dalam sel-sel individual, sehingga mustahil untuk
mereka terus tumbuh.32 Sebelum memulai pengobatan radioterapi sesi perencanaan
dilakukan. Ini melibatkan sinar-x khusus atau gambar CT scan dan pengukuran
daerah yang akan dirawat, serta penandaan (tahan lama, tetapi tidak tato permanen)
yang ditempatkan pada kulit pasien untuk membantu dengan penentuan posisi selama
perawatan yang sebenarnya.30, 32
Radioterapi diberikan dalam jumlah kecil setiap hari, biasanya lima hari
berturut-turut dengan dua hari istirahat setiap minggu. Biasanya, pengobatan
berlangsung sekitar 10 - 15 menit. Dosis harian harus cukup besar untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Terapi ini dilakukan antara 2 – 8 minggu, agar sel
yang baru dapat tumbuh dan meminimalkan efek yang timbul akibat radiasi.30, 32
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan bahan kimia untuk menghancurkan sel-sel
kanker. Kemoterapi bekerja dengan mengganggu kemampuan sel kanker untuk
tumbuh. Ini adalah salah satu dari tiga metode utama yang digunakan untuk
mengobati kanker.33 Ia memiliki kemampuan untuk mengobati kanker yang tersebar
luas (metastasis), yang ada di lebih dari satu lokasi. Terdapat tujuh jenis bahan yang
digunakan untuk kemoterapi, di antaranya alkylating agent, nitrosaureous, anti –
metabolites, antitumour antibiotics, plant alkaloids, DNA – repair enzyme inhibitors,
dan hormon steroid.30, 33
Bahan alkylating agent bekerja dengan langsung menyerang sel DNA,
sehingga sel – sel tersebut tidak dapat melakukan replikasi. Contoh bahan ini adalah
Clycophosphomide dan Mechlorethamine dan ia diberikan secara oral atau intravena.
Bahan nitrosoureas mirip dengan alkylating agent, dan bekerja dengan menghambat
perubahan yang diperlukan untuk perbaikan DNA. Nitrosoureas juga diberikan
secara oral atau intravena. Contoh obat dalam kategori ini adalah Carmustine dan
Lomustin.30, 33 Bahan anti – metabolite pula menghambat pertumbuhan sel dengan
mengganggu sintesis DNA. Obat ini diberikan baik secara oral atau intravena. Contoh
Antitumour antibiotics bekerja dengan mengikat dengan DNA untuk
mencegah sintesis RNA. Ini juga mencegah pertumbuhan sel dengan mencegah
replikasi DNA. Contoh kategori ini adalah Doksorubisin dan Mitomycin-C dan obat
diberikan secara intravena.30, 33 Bahan plant alkaloids pula menghalangi pembelahan
sel, antaranya, Vincristine dan Vinblastine. Sementara bahan DNA – repair enzyme
inhibitor menyerang mekanisme perbaikan DNA misalnya, Etoposide atau
Tapotecan.30 Hormon steroid bekerja dengan memodifikasi pertumbuhan hormon
yang menyebabkan terjadinya kanker. Hormon ini diberikan secara oral. Beberapa
contoh kategori ini adalah Tamoxifen dan Flutamide.30, 33
4. Terapi kombinasi
Bagi pasien dengan pertumbuhan sel kanker yang telah menyebar luas dapat
dilakukan terapi kombinasi yang terdiri dari pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi.22
2.3.7 Prognosa
Tingkat kelangsungan hidup karsinoma mulut tergantung pada sejumlah
faktor, tetapi diagnosis dini adalah yang paling penting. Lokasi tumor juga
merupakan faktor dan umumnya tumor yang jauh lebih di dalam mulut , mempunyai
prognosis yang lebih buruk . Ini mungkin karena tumor di bagian belakang mulut
cenderung tidak dapat didiagnosis pada tahap awal.16 Prognosis karsinoma sel
skuamosa adalah berkaitan dengan ukuran dan lokasi tumor dan ada atau tidak
adanya metastasis. Usia pasien dan kondisi kesehatan secara umum pada awal terapi
biasanya menentukan prognosis sampai batas tertentu. Bayi yang baru lahir dan
individu tua yang lemah biasanya memiliki kesempatan yang lebih rendah untuk
bertahan untuk jangka masa yang panjang dan memiliki prognosis buruk. Tanggapan
terhadap pengobatan, beberapa kanker secara genetik gagal untuk merespon terhadap
terapi. Ini membawa prognosis yang buruk. Semakin kecil tumor pada saat
2.4 KERANGKA TEORI
Status Ekonomi
Golongan tinggi Golongan
menengah Golongan rendah
Pendapatan
Kanker Mulut
Tinggi Rendah
Pengetahuan
2.5 KERANGKA KONSEP
↑
Status Ekonomi
‐ Tinggi ‐ Menengah ‐ Rendah
Pengetahuan Kanker Mulut
Pendapatan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker mulut, istilah untuk tumor ganas yang terjadi dalam rongga mulut,
termasuk kanker bibir, gingiva, lidah, langit – langit rongga mulut, rahang, dasar
mulut, orofaringeal, kelenjar ludah, sinus maksilaris dan kanker yang terjadi di
anterior selaput lendir kulit.1 Prevalensi kanker mulut sangat tinggi di kalangan pria,
dan kanker mulut merupakan kanker ke delapan yang paling sering terjadi di seluruh
dunia.2 Di Asia tenggara, kanker mulut menempati urutan ketiga. Peningkatan insiden kanker mulut/faring telah dilaporkan pada beberapa negara seperti Denmark,
Perancis, Jerman, Skotlandia, Eropa Tengah dan Timur dan tingkat lebih rendah yaitu
Australia, Jepang, New Zealand dan Amerika Serikat. Di India, kejadian usia-standar
kanker mulut adalah 12,6 per 100 000 penduduk.2
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat merupakan faktor yang
paling signifikan dalam tertundanya diagnosis dan pengobatan kanker mulut.
Beberapa kanker mulut mungkin asimtomatik atau mungkin mengalami gejala yang
berbeda, sehingga ketidaktahuan tanda-tanda awal kanker mulut dapat menyebabkan
kanker mulut diabaikan. Kurangnya kesadaran di kalangan tenaga kesehatan juga
telah terbukti memberikan kontribusi keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan
kanker mulut.3
Kanker merupakan salah satu ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di
negara maju maupun negara yang sedang berkembang dan pada negara maju kanker
merupakan penyebab kedua yang mengakibatkan kematian. Menurut World Health
Report (WHO) 2004 diperkirakan 7,1 juta kematian pada tahun 2003 akibat kanker
dan jumlah keseluruhan kasus baru akan meningkat sebesar 50% dalam masa
mendatang.2
Faktor predisposisi untuk kanker mulut adalah alkoholisme, penggunaan berat