• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien dengan Penyakit Gagal Jantung Kongesti di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien dengan Penyakit Gagal Jantung Kongesti di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

72

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizqon Zadidah Lubis Tempat, Tanggal Lahir : Pintupadang, 14 Mei 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Pintupadang No.Telepon/ Hp : 081375838057

Orangtua (Ayah) : H. Rasdi Guntur Lubis Orangtua (ibu) : Hj. Ardianasari Dalimunthe Riwayat Pendidikan

• 1999-2005 : SD Negeri 100260

• 2005-2008 : Mts.Muhammadiyah 22 padangsidimpuan • 2008-2011 : SMA Negeri 1 Batang Angkola

(21)
(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Carpenito, L. K., 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik Edisi 6. Jakarta: EGC

Hamid, A., Y., S. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Hawari, A. A. (2006). Dimensi Religi dalam Praktik Psikiatri dan Psikolog. Jakarta: Gaya Baru,

Kozier, B., Erb, G., & Blais, K. (1995). Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice.

Notoadmojo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

Notoadmojo, S. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta Notoadmojo, S. (2012). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Nursalam, (2003). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis. Jakarta : Salemba Medika

O’ Brien, E. (2009). Pedoman perawat untuk pelayanan spiritual berdiri di atas tanah kudus. Medan : Bina Media Perintis

Purba, S.S. (2013). Gambaran Spiritualitas Kanker Payudara Setelah Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Potter,P.a., Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4. Jakarta : EGC

Riwidikdo, H.(2008). Statistik Kesehatan.Yogyakarta : Mitra Medika Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Wawan, A & Dewi, M (2012). Pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

(23)

Wajan, (2011).Keperawatan Kardiovaskular, Jakarta : Salemba Medika

Young,C.,Koopsen, C. (2007). Spiritual, Kesehatan, dan Penyembuhan. Medan: Bina Perintis.

(24)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1.Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan landasan berpikir yang digunakan sehingga peneliti dapat menghubungkan hasil penelitian dengan teori (Nursalam, 2008).Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengkaji adakah Pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit Gagal jantung kongesti

Skema 3.1. Kerangka konseptual penelitian pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit Gagal jantung kongesti di RSUP H. Adam Malik Medan

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(25)

3.2.Defenisi Operasional

(26)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk mengetahui pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti di RSUP H. Adam Malik.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat Ruang Rawat Inap Kardio di RSUP H. Adam Malik Medan berjumlah 41 perawat pada bulan januai 2016.

4.2.2. Sampel

Menurut Ari Kunto (2006), apabila jumlah populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi jika jumlahnya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% dari total populasi. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling mengacu pada teori di atas dengan jumlah 41 responden.

4.3. Lokasi Penelitian

(27)

Malik Medan sebagai tempat penelitian karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan fasilitas pelayanan yang mendukung dan juga sebagai rumah sakit rujukan se-Sumatera Utara sehingga sampel yang diperoleh akan memadai untuk dilakukan penelitian.

Lokasi penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan Sumatera Utara Bulan Januari 2016.

4.4.Pertimbangan Etik

(28)

34

4.5.Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian yang terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner dan data demografI.

4.5.1. Kuesioner Demografi

Kuesioner data demografi memberikan data mengenai responden meliputi: Usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan lama kerja, Kuesioner ini hanya digunakan untuk melihat distribusi dan frekuensi.

4.5.2. Kuesioner Pengetahuan Responden

Bagian instrumen ini berisi pernyataaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi Pengetahuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit Gagal jantung kongesti. Bagian ini terdiri dari 15 pertanyaaan dengan menggunakan skala Guttman dalam bentuk pernyataan dengan dua alternatif jawaban benar dan salah. Bobot nilai yang diberikan adalah B = 1 dan S = 0. Untuk melihat gambaran umum tentang pengetahuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit Gagal jantung kongesti. dilakukan dengan mencari panjang kelas:

�= Range i

Keterangan :

P : panjang kelas

(29)

Berdasarkan rumus statistik tersebut, maka di dapat panjang kelas untuk pengetahuan perawat adalah :

�= Range i

�= 15−0

3

p = 5

Berdasarkan panjang kelas yang didapat maka nilai pengetahuan perawat adalah Baik= 10-15, Cukup=5 -9, Kurang = 0-4

4.5.3. Kuesioner Sikap Responden

Bagian instrument ini berisi pernyataan yang berutujuan untuk mengidentifikasi responden pada pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti, instrument ini terdiri dari 15 pernyataan, dimana disajikan dalam bentuk pernyataan positif dengan lima alternative jawaban dengan jawaban, sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), Setuju (S), dan sangat setuju (SS).

�= Range i

Keterangan :

P : panjang kelas

Range : rentang kelas (nilai tertinggi-nilai terendah) I : banyak kelas

(30)

36

Berdasarkan panjang kelas yang didapat maka nilai sikap perawat adalah: Sikap positif = 38-60

Sikap negatif = 15-37

4.6.Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2013). Uji validitas instrument bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmojo, 2010). Dalam penelitian ini menggunakan uji validitas isi dimana pengujian validitasnya yang diuji oleh dosen keperawatan jiwa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan hasil yaitu : 0,9

4.7.Uji Reliabilitas

(31)

kuesioner ganjil yaitu 15 pernyataan. Hasil uji reliabilitas instrument menghasilkan “r” sebesar 0,841.

Pada instrument sikap dilakukan uji reliabilitas menggunakan uji Cronbach Alfa sebab dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrument skala likert (Arikunto, 2013). Uji reliabilitas dilakukan pada 30 perawat di RSUD. Dr.Pirngadi.

Menurut Djemari (2003, dalam Riwidikdo, 2008) kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alfha minimal 0,7. Setelah dilakukan uji reliabilitas didapat nilai “r” sebesar 0,805. Nilai ini lebih tinggi dari nilai standar minimal Cronbach Alfa (0,7) Sehingga disimpulkan bahwa instrument kuesioner sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dan layak dipergunakan untuk penelitian.

4.8.Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Tahap pengumpulan data sebagai berikut:

1. Mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada bagian penelitian pada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(32)

38

4. Setelah persetujuan dari RSUP H. Adam Malik Medan, peneliti melakukan pengumpulan data dengan menjelaskan prosedur, manfaat penelitian dan cara mengisi kuesioner.

5. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Responden yang bersedia mengikuti penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

6. Peneliti mengukur pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual responden.

7. Setelah semua data yang diinginkan terkumpul peneliti langsung melakukan pengolahan dan analisa data.

4.9.Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing

Editing adalah kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuesioner yang

telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban dan tulisan.

2. Coding

Coding adalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data

yang berbentuk angka. Hal utama harus dilakukan pada kegiatan ini adalah memberikan kode untuk jawaban yang diberikan responden penelitian.

3. Processing

(33)

4. Cleaning

Cleaning yaitu melakukan pembersih dan pengecekan kembali data yang

telah dimasukkan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan ketika memasukkan data.

5. Komputerisasi

Komputerisasi digunakan untuk mengolah data dengan komputerisasi. 4.9.1. Teknik Analisa Data

(34)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti di RSUP. H. Adam Malik Medan. Penyajian hasil data penelitian meliputi deskripsi karakteristik responden, pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti di RSUP. H. Adam Malik Medan.

5.1.Hasil Penelitian

Hasil penelitian dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik responden dan Pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual. 5.1.1. Karakteristik Responden

(35)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden (n=41).

Karakteristik Frekuensi (F) Persentasi (%) Usia

- Kristen protestan

18 23

42.9% 56.1% Pendidikan

- DIII keperawatan - S1 keperawatan

26

5.1.2. Pengetahuan Perawat

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas perawat berpengetahuan baik sebanyak 24 orang (58.5%), perawat berpengetahuan cukup sebanyak 17 orang (41.5%) dan perawat yang berpengetahuan kurang tidak.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti (n=41).

No Pengetahuan Perawat Frekuensi (F) Persentasi (%)

1 Baik 24 58.5%

5.1.3. Sikap Perawat

(36)

42

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti (n=41). No Sikap perawat Frekuensi (F) Persentasi (%)

1 Positif 36 87.8%

2 Negatif 5 12.2%

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien Dengan Penyakit Gagal jantung kongesti

Hasil penelitian tentang pengetahuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti menunjukkan bahwa dari 41 responden berpengetahuan baik sebanyak 24 responden (58,5%), berpengetahuan cukup sebanyak 17 responden (41,5%) dan responden berpengetahuan kurang tidak ada. Secara ringkas Hamid (2008). menyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualitasnya jika mampu Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaaannya di dunia/kehidupan, Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmat dari suatu kejadian atau penderitaan, Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya, dan cinta, Membina integritas personal dan merasa diri berharga, Merasakan kehidupan yang terarah

(37)

spiritualitas perawat baik, tetapi terdapat 0 (0%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien kurang dan penerapan aspek spiritualitas perawat baik, sedangkan terdapat 4 (13.3%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien cukup dan penerapan aspek spiritualitas perawat kurang serta terdapat 2 (6.7%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tdak terpenuhi dan penerapan aspek spiritualitas perawat kurang. Suprapto (2011).

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2005), tentang pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien di BRSUD Sukoharjo didapatkan hasil bahwa mayoritas pengetahuasn perawat adalah cukup sebanyak 62,24%. Pengetahuan yang dimiliki perawat BRSUD Sukoharjo dari hasil yang didapatkan sebagian besar cukup, hal ini dikarenakan perawat di BRSUD Sukoharjo belum pernah mendapatkan pelatihan/seminar tentang spiritual dalam perawatan, selain itu juga bisa disebabkan kurangnya materi yang diterima perawat dalam proses pembelajaran. Menurut Yani (1999), bahwa perawat selama mengikuti pendidikan kurang diberi materi yang cukup tentang asuhan keperawatan spiritual pasien dan setiap perawat memiliki pengalaman spiritual yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

(38)

44

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Menurut Thomas dalam Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya.

(39)

spiritualitas klien yang menderita penyakit akut seperti mendengarkan, mendoakan dan menghadirkan pemuka agama yang dibutuhkan klien sebanyak 29,3%, Spiritualitas dapat meningkatkan koping klien dalam mengatasi penyakitnya. sebanyak 39,0%, Melaksanakan ibadah, berdoa dan membaca kitab suci membantu memenuhi kebutuhan spiritualitas dan perlindungan bagi klien sebanyak 39,0%, Kematian dan cacat tubuh dapat menyebabkan masalah emosional dan spiritual sebanyak 22,0%.

5.2.2. Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien dengan Penyakit Gagal jantung kongesti

Berdasarkan Hasil penelitian tentang sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual adalah positif sebanyak 36 orang (87.8%) dan negatif sebanyak 5 orang (12.2%). Menurut wawan, (2010) Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Sikap positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek dan Sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Menurut Notoatmodjo (2007), Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

(40)

46

dengan baik. peneliti berasumsi bahwa penelitian yang dilakukan berada dalam satu lokasi penelitian oleh karena itu sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual adalah lebih banyak positif yaitu sebanyak 36 responden (87,8%).

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Utami (2005), perawat yang mempunyai sikap cukup sebanyak 76,53%. Hal ini dikarenakan dapat dipengaruhi oleh pengalaman perawat saat selama bekerja, ataupun juga keadaan emosi dari masing-masing perawat. Menurut Azwar (2000), bahwa pembentukan sikap tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa atau buku, institusi atau lembaga pendidikan, lembaga agama dan faktor emosi dari dalam diri individu.

(41)

diinstruksikan oleh dokter (56,1%), Perawat dapat berperan penting dalam membantu memahami proses pengampunan (53,7%), Pelayanan kebutuhan spiritual dilakukan untuk meningkatkan spiritualitas klien (63,4%), Setiap klien berhak mendapat pelayanan kebutuhan spiritual (53,7%), Pelayanan kebutuhan spiritual harus didokumentasikan sebagai asuhan keperawatan (46,3%), Perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses keperawatan (65,9), Perawat tidak perlu menggunakan alasan “tidak cukup waktu” untuk menghindari penilaian spiritualitas klien (61,6%), Perawat yang menerapkan kebutuhan spiritual klien akan mengkaji pendekatan konseptual yang menyeluruh (58,5), Penerapan proses keperawatan dari perspektif kebutuhan spiritual klien sangat sederhana (53,7%).

(42)

48

(43)

6.1. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan terhadap 41 perawat responden di RSUP H. Adam Malik Medan menggambarkan bahwa pengetahuan perawat yang mayoritas baik sebanyak 24 responden (58,5%), responden berpengetahuan cukup sebanyak 17 responden (41,5%). Sedangkan sikap responden yang mayoritas positif sebanyak 36 orang (87.8%) dan sikap perawat yang negatif sebanyak 5 orang (12.2%).

6.1.Saran

6.2.1. Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan perlu diadakan penekanan materi tentang pemenuhan kebutuhan spiritual agar mahasiswa lebih mengetahui dan dapat memahami tentang pentingnya pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti. 6.2.1 Pelayanan Keperawatan

(44)

50

6.2.2. Penelitian selanjutnya

(45)

2.1.Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan (2012), Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Faktor internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

b. Pekerjaan

Menurut Thomas dalam Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus di lakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

c. Umur

(46)

8

2. Faktor eksternal a. Faktor lingkungan

Menurut Ann Mariner yang di kutip dari nursalam lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.1.3. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diintrprestasikan dengan skala yang bersifat kulitatif yaitu:

1. Baik : hasil presentase 76%-100% 2. Cukup : hasil presentase 56%-75% 3. Kurang : hasil presentase > 56 %

(47)

Menurut Verner Davison yang dikutip oleh Notoadmodjo (2010) mengatakan bahwa usia mempengaruhi proses belajar, karena dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan mulai bergerak makin jauh. Dengan bertambahnya usia, kemampuan menerima sesuatu makin berkurang sehingga pembicaraan orang lain terlalu cepat sukar ditangkapnya. Dengan kata lain, makin bertambahnya usia maka kemampuan menerima stimulus makin berkurang.

Menurut Notoadmodjo (2010) Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan menurut teori Blom yaitu: Tahu (know), memahami (Comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), dan evaluasi (evaluation).

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

(48)

10

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisai, dan masih ada kaitannya satu sam lain. Kemampuan ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada.

(49)

2.2.Sikap

2.2.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek, manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu, dapat diartikan juga sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai, Sikap bukanlah perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap. Sikap relatif menetap atau jarang mengalami perubahan.

Menurut (Notoadmodjo, 2007) , sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

1. Kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

(50)

12

responden (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Notoadmodjo, 2010).

Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok (Wawan, 2012).

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek (Wawan, 2012).

Menurut Wawan (2012), struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:

1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang di percayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan streotipe yang di miliki individu mengenai suatu dapat disamakan penanganan terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif di smakan dengan perasaan yang dimilki seseorang terhadap sesuatu.

(51)

cara-cara tertentu. Dan berakitan dengan objek yang di hadapinya adalah logis untuk mengharapakn bahwa sikap seseorang adalah di cerminkan dalam bentuk tedensi perilaku.

2.2.2. Tingkatan Sikap

Menurut Notoadmodjo (2007), Sikap terdiri dari berbagai tingkatan : 1. Menerima (receiving)

Diartikan orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

2. Merespon (responding)

Indikasi dari sikap adalah memberikan jawaban kalau ditanya, menyelesaikan dan mengerjakan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Indikasi dari menghargai adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap. 2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Wawan (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain:

1. Pengalaman pribadi

(52)

14

mudah terbentuk apabila pengalman pribadi tersebut terjadi dalam situasi melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang di anggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memilih sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang di anggap penting. Kecendrungan ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan kenginan untuk menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa di sadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung di pengaruhi okeh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

(53)

6. Faktor emosional

Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang di sadari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasiatau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.2.4. Skala Sikap

Menurut Riduan (2010), Bentuk-bentuk skala sikap yang perlu di ketahui dalam melakukan penelitian. Berbagai skala sikap yang sering di gunakan ada 5 macam yaitu :

(54)

16

2. Skala guttman ialah skala yang di gunakan untuk jawaban yang bersifat jelas dan konsisten misalnya yakin-tidak yakin.

3. Skala defferensial semantik atau skala perbedaan semnatik berisikan serangkaian karakteristik bipolar seperti panas-dingin.

4. Rating scale yaitu data mentah yang didapatkan berupa angka yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

5. Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda.

2.2.5. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negative (Wawan, 2010).

1. Sikap positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek.

2. Sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu

2.3. Konsep Spiritualitas

2.3.1. Defenisi Spiritualitas

Istilah “spiritualitas” diturunkan dari kata Latin yaitu “spiritus”, yang berarti “meniup” atau “bernafas”. Spiritualitas mengacu pada bagaimana menjadi manusia yang mencari makna melalui hubungan intra-, inter-, dan transpersonal (Kozier, 2010).

(55)

yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Asmadi, 2008).

Spiritual adalah kebutuhan bawaan manusia untuk berhubungan dengan ssesuatu yang lebih besar dari diri manusia itu. Istilah :sesuatu yang lebih besar dari manusia” adalah sesuatu yang diluar diri manusia dan menarik perasaan akan orang tersebut. Spiritualitas mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi vertical dan dimensi horizontal. Dimensi vertical adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, dan dimensi horizontal adalah hubungan dengan orang lain, diri sendiri dan lingkungan (Hamid, 2008).

(56)

18

Harapan merupakan konsep yang tergabung dengan spiritualitas. Yaitu proses antisipasi yang melibatkan interaksi berpikir, bertindak, merasakan, dan keterkaitan yang diarahkan ke pemenuhan di masa yang akan datang yang bermakna secara personal. Tanpa harapan, pasien menyerah, kehilangan semangat, dan penyakit kemungkinan semakin cepat memburuk. Transendensi melibatkan kesadaran seseorang bahwa ada sesuatu yang lain atau yang lebih hebat dari diri sendiri dan suatu pencarian dan penilaian terhadap sesuatu yang lebih hebat tersebut, baik itu adalah mahluk, kekuatan, atau nilai yang paling hebat (Kozier, 2010).

Kebutuhan akan ampunan merupakan kebutuhan akan ampunan dari Tuhan, diri sendiri dan orang lain.serta kebebasan individu untuk mencintai Tuhan, diri sendiri dan orang lain. Bagi banyak pasien, penyakit atau kecacatan menimbulkan rasa malu atau rasa bersalah. Masalah kesehatan diinterpretasi sebagai hukuman atau dosa yang dilakukan di masa lalu. Perawat dapat berperan penting dalam membantu pasien memahami proses pengampunan (Kozier, 2010).

2.3.2. Dimensi Spiritualitas

(57)

suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti hidup, sedangkan dimensi agama berfokus pada hubungan seseorang dengan Yang Maha Penguasa.

Spiritualitas menurut teori Moberg dan Brusek (1978) dan Stoll (1989) dalam Funnel, dkk, (2005), memiliki pengertian yang sama mengenai dimensi spiritualitas bahwa spiritualitas terdapat dua dimensi, yakni vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal berhubungan dengan cara seseorang mendekati Tuhan, alam semesta atau sesuatu yang lebih hebat dari dirinya. Dimensi horizontal merujuk pada cara seseorang mendekati, dan berhubungan dengan orang lain dan pengertian tujuan dan kepuasan dalam kehidupan yang tidak dihubungkan dengan pengertian agama. Diantara kedua dimensi vertikal dan horizontal terdapat sebuah hubungan timbal balik yang berkesinambungan. 2.3.3. Aspek Spiritualitas

Menurut Schreurs (2002), spiritualitas terdiri dari tiga aspek yaitu aspek eksistensial, aspek kognitif,dan aspek relasional:

1. Aspek eksistensial, dimana seseorang belajar untuk “mematikan” bagian dari dirinya yang bersifat egosentrik dan defensif. Aktivitas yang dilakukan seseorang pada aspek ini dicirikan oleh proses pencarian jati diri (true self).

(58)

20

pola pemikiran kategorikal yang telah terbentuk sebelumnya agar dapat mempersepsi secara lebih jernih pengalaman yang terjadi serta melakukan refleksi atas pengalaman tersebut, disebut aspek kognitif karena aktivitas yang dilakukan pada aspek ini merupakan kegiatan pencarian pengetahuan spiritual.

3. Aspek relasional, merupakan tahap kesatuan dimana seseorang merasa bersatu dengan Tuhan dan/atau bersatu dengan cintaNya. Pada aspek ini seseorang membangun, mempertahankan, dan memperdalam hubungan personalnya dengan Tuhan.

2.3.4. Karakteristik Spiritualitas

Menurut (Hamid, 2008), karakteristik spiritual yaitu 1. Hubungan dengan diri sendiri.

Kekuatan dalam atau/dan self reliance yaitu:

a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya). b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa

depan, ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri). 2. Hubungan dengan alam harmonis

a. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, dan iklim.

b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam dan berjalan kaki), mengabadikan, dan melindungi alam.

3. Hubungan dengan orang lain harmonis:

(59)

c. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat dan lain-lain). Bila tidak harmonis akan terjadi konflik dengan orang lain, resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.

4. Hubungan dengan Ketuhanan

Terdiri yang Agamais dan tidak agamais: a. Sembahyang/berdoa/meditasi.

b. Perlengkapan keagamaan. c. Bersatu dengan alam.

Secara ringkas Hamid (2008). menyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualitasnya jika mampu:

1. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaaannya di dunia/kehidupan.

2. Mengembangkan ari penderitaan dan meyakini hikmat dari suatu kejadian atau penderitaan.

3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya, dan cinta.

4. Membina integritas personal dan merasa diri berharga. 5. Merasakan kehidupan yang terarah

2.3.5. Fungsi Spiritualitas

(60)

22

yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dan hasilnya belum pasti. Melaksanakan ibadah, berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritualitas dan merupakan suatu perlindungan bagi individu (Taylor 1997).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Haris 1999 dalam Hawari, 2005), pada pasien penyakit jantung yang dirawat di unit perawatan intensif yang diberikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas hanya membutuhkan sebesar 11% untuk pengobatan lebih lanjut.

Menurut American Psychological Association (1992) dalam Hawari (2005), bahwa spiritualitas dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan jika seseorang sedang sakit dan mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Dalam hal ini bahwa spiritualitas berperan penting dalam penyembuhan pasien dari penyakit (Young 2005).

Spiritualitas dapat meningkatkan imunitas, kesejahteraan, dan kemampuan mengatasi peristiwa yang sulit dalam kehidupan (Koenig 2005).

(61)

hidup positif (Young, 1993 dalam Young, 2005). Pemenuhan kebutuhan spiritualitas memberi kekuatan pikiran dan tindakan pada individu. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas memberikan semangat pada individu dalam menjalani kehidupan dan menjalani hubungan dengan Tuhan, orang lain, dan lingkungan. Dengan terpenuhinya spiritualitas, individu menemukan tujuan, makna, kekuatan, dan bimbingan dalam perjalanan hidupnya.

2.4.Perencanaan dan Tindakan Keperawatan

Menurut Aziz Alimul H (2009), Rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual, antara lain:

1. Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa dan beribadah secara rutin.

2. Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah

3. Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik keyakinan alternative pemecahannya.

4. Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan dengan keyakinan pasien dan mencari alternative pemecahannya.

(62)

24

2.5.Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas

Perawat dapat memberikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas kepada pasien yaitu dengan memberikan dukungan emosional, membantu dan mengajarkan doa, memotivasi dan mengingatkan waktu ibadah sholat, mengajarkan relaksasi dengan berzikir ketika sedang kesakitan, berdiri di dekat klien, memberikan sentuhan selama perawatan (Potter & Perry, 2005).

Kebutuhan spiritual pada penyakit akut. Kepercayaan spiritual dan kegitan religius bisa menjadi lebih penting di saat seseorang menderita penyakit dibandingkan pada waktu lain dalam kehidupannya. Ketika penyakit menyerang dan mulai berkembang menjadi akut, bahkan menjadi lebih buruk, pasien pasti mengalami perubahan hidup tertentu yang signifikan baik secara fisik dan emosi. Serangan penyakit akut yang mendadak dan tak terantisipasi bisa menyebabkan masalah emosional dan spiritual serius terkait dengan ketakutan akan kematian atau cacat tubuh. Pemenuhan spiritual pasienyang sedang menderita penyakit akut mungkin mencakup penerapan berbagai dasar tentang perawatan spiritual, seperti mendengarkan, kehadiran, mendoakan dan/atau menghadirkan pemuka agama atau pemberi layanan pendampingan spiritual yang dibutuhkan pasien (O’Brien, 2009).

(63)

2.6.Gagal jantung kongesti 2.6.1 Pengertian

Gagal jantung kongesti adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat.(Wajan, 2011).

Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive).

Kondisi-kondisi penyebab gagal jantung secara umum dapat terjadi oleh mekanisme sebagai berikut.

1. Penyempitan pembuluh darah koroner

(64)

26

2. Tekanan darah tinggi

Penyebab utama gagal jantung adalah tekanan darah tinggi. Hipertensi sistemik meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan kelainan serabut otot jantung. Perubahan otot jantung tersebut dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Beban tekanan dari sistol yang berlebihan di luar kemampuan ventrikel sehingga menyebabkan hambatan pada pengeluaran aliran darah dari ventrikel yang menurunkan curah ventrikel.

3. Volume cairan berlebihan

Jika volume cairan berlebihan maka curah jantung mula-mula akan meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah hingga melampaui batas maka curah jantung justru akan menurun. Hal ini terjadi karena otot jantung rusak akibat tekanan volume yang melebihi batas sehingga tidak mampu memompa lagi sesuai volume yang ada.

4. Penyakit penurunan fungsi otot jantung

(65)

2.6.2. Klasifikasi Gagal Jantung

Ada empat kategori utam yang diklasifikasikan, yaitu sebagai berikut. 1. Backward versus Forward Failure

Backward failure dikatakan sebagai akibat ventrikel tidak mampu

memompa volume darah keluar, menyebabkan darah terakumulasi dan meningkatkan tekanan dalam ventrikel, atrium, dan sistem vena baik untuk jantung sisi kanan maupun jantung sisi kiri.

Forward failure adalah akibat ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung, yang kemudian menurunkan perfusi jaringan. Karena jantung merupakan sistem tertutup, maka backward failure dan forward failure selalu berhubungan satu sama lain.

2. Low-Output versus High-Output Syndrome

Low output syndrome terjadi bilamana jantung gagal sebagai pompa,

yang mengakibatkan gangguan sirkulasi perifer dan vasokontriksi perifer. Bila curah jantung tetap normal atau di atas normal namun kebutuhan metabolik tubuh tidak mencukupi, maka high-output sindrome terjadi. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kebutuhan metabolik, seperti tampak pada hipertiroidisme, demam dan kehamilan, atau mungkin dipicu oleh kondisi hiperkinetik seperti fistula arteriovenous, beri-beri, atau Penyakit Paget’s.

3. Kegagalan Akut versus Kronik

(66)

28

hasil dari kegagalan ventrikel kiri mungkin karena infark miokard, disfungsi katup, atau krisis hipertensi. Kejadiannya berlangsung demikian cepat dimana mekanisme kompensasi menjadi tidak efektif, kemudian berkembang menjadi edema paru dan kolaps sirkulasi (syok kardiogenik).

Gagal jantung kronis berkembang dalam waktu yang relatif cukup lama dan biasanya merupakan hasil akhir dari suatu peningkatan ketidakmampuan mekanisme kompensasi yang efektif. Biasanya gagal jantung kronis dapat disebabkan oleh hipertensi, penyakit katup, atau penyakit paru obstruksi kronis/menahun.

4. Kegagalan Ventrikel Kanan versus Ventrikel Kiri

Kegagalan ventrikel kiri adalah merupakan frekuensi tersering dari dua contoh kegagalan jantung dimana hanya satu sisi jantung yang dipengaruhi. Secara tipikal disebabkan oleh penyakit hipertensi, Coronary Artery Disease (CAD), dan penyakit katup jantung sisi kiri

(mitral dan aorta). Kongesti pulmoner dan edema paru biasanya merupakan gejala segera (onset) dari gagal jantung kiri.

(67)

2.7.Etiologi

Gagal jantung merupakan hasil dari suatu kondisi yang menyebabkan overload volume, tekanan dan disfungsi miokard, gangguan pengisian, atau peningkatan kebutuhan metabolik.

Klasifikasi etiologi dikelompokkan berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna yaitu:

1. Faktor eksterna (dari luar jantung): hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/berat.

2. Faktor interna (dari dalam jantung).

a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.

b. Disritmia : atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.

(68)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada krisis. Perawat berusaha untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan yang menyeluruh, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau kegamaan yang sama (Hamid, 2011).

(69)

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. (Hidayat, 2006).

Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu jenis penyakit yang saat ini banyak diteliti dan dihubungkan dengan gaya hidup seseorang. Penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Data yang diterbitkan menunjukkan bahwa sebanyak 17.3 miliar orang di dunia meninggal karena penyakit kardiovaskuler dan diperkirakan akan mencapai 23.3 miliar penderita yang meninggal pada tahun 2020. Indonesia menempati urutan nomor empat negara dengan jumlah kematian terbanyak akibat penyakit kardiovaskuler (WHO, 2013).

Perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien kritis atau menjelang ajal. (Hidayat, 2006)

(70)

3

cukup, Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dengan nilai koefisien korelasi (r) 0,527 dengan nilai signifikan sebesar 0,05.

Harapan pasien bahwa perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan secara holistik termasuk spiritualitas belum terpenuhi dengan optimal. Hal ini disampaikan pada suatu studi yang menyatakan ada 53% perawat bagian onkologi jarang atau tidak pernah memotivasi untuk berdoa bersama kliennya, 66% jarang atau tidak pernah membicarakan bagaimana hubungan pasien dengan Tuhan (Young, 2007).

(71)

Aspek spiritual harus diperhatikan dalam perawatan selain aspek fisik dan psikososial karena menurut beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan spiritual berpengaruh terhadap kesehatan dan perawatan, diantaranya ; penelitian Stoll dalam Carpenito (2000), berdoa sendiri atau dengan orang terdekat dilaporkan sebagai strategi koping yang baik/positif. Melalui doa orang dapat mengekspresikan perasaan, harapan dan kepercayaanya kepada Tuhan. Perawatan spiritual yang dirasakan dapat langsung mempengaruhi kualitas penyembuhan seseorang, atau kualitas individu dan pengalaman kematian keluarga. Individu dengan tingkat spiritual yang tinggi dan baik cenderung mengalami ansietas pada tingkat yang rendah, dan beberapa pasien dengan penyakit terminal yang dipersiapkan spiritualnya dengan baik, meninggal dunia dalam keadaan damai dan tenang.

Dari data di atas menunjukkan bahwa spiritualitas sangat berkaitan dengan proses penyembuhan, dan belum optimalnya peran perawat dalam memperhatikan aspek spiritualitas dalam memberikan asuhan keperawatan membuat penelitian ini penting dieksplorasi.

(72)

5

1.2.Perumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit Gagal jantung kongesti di RSUP.Haji Adam Malik Medan?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengidentifikasii pengetahuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien pada penyakit Gagal jantung kongesti di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2 Untuk mengidentifikasi sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien pada penyakit Gagal jantung kongesti di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan konsep bagi perkembangan ilmu keperawatan atau sumber informasi bagi mahasiswa terkait dengan pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti di rumah sakit sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebuuhan spiritual.

1.4.2. Pelayanan Keperawatan

(73)

untuk meningkatkan pelayanan keperawatan tentang pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti di rumah sakit sehingga dapat melakukan pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien dnegan penyakit gagal jantung kongesti

1.4.2. Penelitian Selanjutnya

(74)

Judul : Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien Dengan Penyakit Gagal Jantung Kongesti Di RSUP H. Adam Malik Medan

Peneliti : Rizqon Zadidah Lubis NIM : 141121059

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2016

Abstrak

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti di RSUP H. Adam Malik Medan. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif dengan tehnik pengambilan sampel yaitu total sampel dan jumlah sampel 41 responden. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang mencakup data demografi, pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 41 respoden yang berpengetahuan baik sebanyak 24 responden (58,5%), responden berpengetahuan cukup sebanyak 17 responden (41,5%). Sedangkan sikap responden yang mayoritas positif sebanyak 36 orang (87.8%) dan sikap perawat yang negatif sebanyak 5 orang (12.2%). rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti hubungan pengetahuan dengan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti.

(75)
(76)

PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL KLIEN PENYAKIT GAGAL JANTUNG

KONGESTI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Skripsi

Oleh

Rizqon Zadidah Lubis 141121059

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(77)
(78)
(79)

NIM : 141121059

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2016

Abstrak

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti di RSUP H. Adam Malik Medan. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif dengan tehnik pengambilan sampel yaitu total sampel dan jumlah sampel 41 responden. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang mencakup data demografi, pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 41 respoden yang berpengetahuan baik sebanyak 24 responden (58,5%), responden berpengetahuan cukup sebanyak 17 responden (41,5%). Sedangkan sikap responden yang mayoritas positif sebanyak 36 orang (87.8%) dan sikap perawat yang negatif sebanyak 5 orang (12.2%). rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti hubungan pengetahuan dengan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti.

(80)
(81)

bimbingan, dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien Dengan Penyakit Gagal Jantung Kongesti Di RSUP H. Adam Malik Medan ”.

Penulis juga telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp,. MNS selaku pembantu Dekan I dan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, SKp,.MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Mahnum Lailan Nasution S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing dan penguji I yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen uji validitas kuesioner yang telah banyak membantu penulis

(82)

8. Buat orangtua tercinta Ayahanda H.Rasdi Guntur Lubis dan Ibunda Hj. Ardianasari Dalimunthe.

9. Buat Kakak dan Abang tercinta yang telah mendukung dan memotivasi penulis.

10.Buat teman-teman S1 ekstensi keperawatan yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Medan, Februari 2016 Penulis,

(83)

ABSTRAK………...

1.2Perumusan Masalah... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1Pengetahuan dan Sikap... 2.1.1 Pengertian Pengetahuan ………... 2.1.2Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan….. 2.1.3Kriteria Tingkat Pengetahuan. ……… 2.2Sikap ………... 2.2.1 Pengertian Sikap ... 2.2.2 Tingkatan Sikap…... 2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap... 2.2.4 Skala Sikap………... 2.2.4 Sifat Sikap .……...…... 2.3Konsep Spiritualitas... 2.3.1 Defenisi Spiritualitas ... 2.3.2 Dimensi Spiritualitas ... 2.3.3 Aspek Spiritualitas... 2.3.4 Karakteristik Spiritualitas ………... 2.3.5 Fungsi Spiritualitas …………... 2.4Perencanaan dan Tindakan Keperawatan... 2.5Pemenuhan Kebutuhan Spiritual………... 2.6Gagal Jantung Kongesti... 2.6.1 Pengertian ... 2.6.2 Klasifikasi Gagal Jantung ..………... 2.6.3 Etiologi ………... 3.1Kerangka Konseptual …………... 30

(84)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN………. 32

4.1Desain Penelitian... 32

4.2Populasi Penelitian... 32

4.3 Pertimbangan Etik ... 33

4.4 Instrumen Penelitian... 34 4.5 Uji validitas ………... 4.6 Uji reliabilitas……….. 4.7Pengumpulan Data……… 4.8 Pengolahan Data……….. 4.9 Tehnik Analisa Data………

36

HASIL DAN PEMBASAHAN………... 5.1 Hasil Penelitian……… 5.1.1 Karakteristik Responden……… 5.1.2 Pengetahuan Perawat………. 5.2 Pembahasan………. 5.2.1 Pengetahuan Perawat………. 5.2.2 Sikap Perawat……… KESIMPULAN DAN SARAN………. 6.1 Kesimpulan……….

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

(85)

Tabel 3.2. Defenisi Operasional………. 31

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase………... 41

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi pengetahuan ……… 41

(86)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 3.1 Kerangka konseptual penelitian Pengetahuan dan

sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit Gagal Jantung Kongesti di RSUP H. Adam Malik Medan.

(87)

Gambar

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti (n=41)
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan

Referensi

Dokumen terkait

Email sebagai bagian dari teknologi internet yang berperan penting dalam sarana komunikasi, maka pembuatan email client ini merupakan salah satu sarana teknologi komunikasi tanpa

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui e-mail juga diumumkan melalui halaman berita di website LPSE Provinsi Jawa Tengah, oleh karenanya Panitia

Penelitian ini adalah tentang analisis bentuk pembuka dan penutup karangan pada surat kabar Xun Bao yang bertujuan untuk mengetahui dan menentukan bentuk

Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengkaitkan dua komponen yaitu gambaran atau

kasundaan di sekolah dasar, (3) mayoritas peserta didik sekolah dasar sudah memiliki perilaku sebagaimana diharapkan dalam konteks nilai kasundaan berdasarkan

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta Dosen Tamu dari RRT yang telah banyak memberikan pengajaran dan pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan selama

White Beauty versi Korea Gita Gutawa adalah iklan tersebut memiliki tanda – tanda yang menyampaikan makna bahwa seorang wanita Indonesia dapat dikatakan cantik apabila memiliki

Pada siklus I, Untuk siklus I jumlah yang tuntas sebanyak 16 siswa (50%) dan yang tidak tuntas sebanyak 16 siswa (50%), sedangkan pada siklus II meningkat jumlah siswa yang