LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemanfaatan Kemenyan oleh Masyarakat Hutan Batang Toru Blok Barat
PENELITIAN UNTUK SKRIPSI (S-1) PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kuisioner Untuk Mengetahui Tingkat Pemanfaatan Kemenyan Oleh Masyarakat
1. Apa yang saudara ketahui tentang kemenyan?
2. Pengetahuan kemenyan, pertama kali diketahui dari siapa?
a.Turun temurun b. Tetangga/dukun c. Informasi media 3. Apakah saudara mengetahui tumbuhan kemenyan digunakan untuk adat
istiadat?
a.Ya b. Tidak tahu
4. Menurut saudara potensi kemenyan dihutan masih banyak?
III. Pemanenan Kemenyan
1. Bagaimana persepsi saudara mengenai potensi kemenyan, apakah akan habis?
2. Apakah sekarang saudara membudidayakan kemenyan? 3. Kemenyan yang bagaimana yang sudah dapat diambil? 4. Bagaimana sistem pengambilan kemenyan?
a. Berkelompok b. Perorang
5. Bila berkelompok, berapa jumlahnya?
a. 2 Orang b. 5 Orang c. 5 orang
6. Warna kemenyan yang bagaimanakah yang baik?
7. Apa saja alat yang saudara gunakan dalam mengambil kemenyan? 8. Berapa jarak jelajah untuk mendapatkan kemenyan?
9. Sudah berapa lama saudara memungut kemenyan? 10. Bagaimana kualitas kemenyan didaerah saudara? 11. Kualitas seperti apa yang banyak didaerah saudara?
12. Umunya kualitas kemenyan yang diperdagangkan seperti apa? IV.Pemanfaatan Kemenyan
1. Apa saja yang Bapak/Ibu manfaatkan dari kemenyan? 2. Manfaat kemenyan untuk apa saja?
a. Farmasi b. Bahan rokok c. Bahan pengawet d. Lainnya 3. Apakah saudara menggunakan kemenyan dalam kehidupan sehari-hari? V. Sosial Ekonomi Masyarakat
1. Berapa banyak mengambil kemenyan dalam sebulan? 2. Berapa lama di dalam hutan mengambil kemenyan?
a. Pulang hari b. Dua hari c. Lebih dari tiga hari 3. Jenis kemenyan apa saja yang diambil?
4. Apakah saudara mengetahui status hutan tempat sudara mengambil kemenyan?
5. Apa saja produk kemenyan yang saudara buat?
Lampiran 2. Karakteristik Responden Pemanfaat Kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara
No. Nama
Umur Jenis
25. Medi Hutauruk 59 P Petani √ - - 26. Unson Panggabean 59 P Petani √ - √ 27. Jonton Lbn. Tobing 51 P Petani √ - - 28. Manimbul Siaphutar 45 P PNS √ - - 29. Rusdiana 61 W Petani √ - - 30. Rumata Panggabean 72 W Petani √ - - 31. Parulian Hutabarat 41 P Petani √ - -
32. Manginar Manalu 47 W Ibu rumah
tangga - - -
33. Ruen Hutabarat 38 P Petani √ - - 34. Jiston Sinaga 73 P Petani √ - - 35 Manganpin Sitompul 41 P Petani √ - - 36 Partomuan Sihombing 38 P Petani √ - - 37 Jon Tarigan 34 P Petani √ - - 38 Marisi Hutapea 61 W Petani √ - - 39 Pangibulan Sitompul 48 P Petani √ - - 40 David Sinaga 46 P Petani √ - - 41 Hotto Silalahi 52 W Petani √ - - 42 Hotmanolopi Sinaga 47 P Petani √ - - 43 Ester Tampubolon 30 W Petani √ - -
44 Tambok
Lampiran 3. Kuisioner Responden untuk Mengetahui Potensi Kemenyan dan Pemanenan Kemenyan di Hutan Batang Toru Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara
No. Nama
Sistem Potensi Persepsi Lama Jarak pemanenan Kemenyan mengenai Didalam jelajah
Kemenyan
Saat Ini
potensi
Kemenyan Hutan Km
1. Jotmer Sitompul
Kelompok Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 3-18
2. Hotben Siregar
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 0,5
3. Mula Sinaga
Kelompok Sedikit akan habis
Pulang
Hari 2
4. U. Sinaga
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Kelompok Sedikit akan habis
Pulang
Hari 10
10. Rotanda Hutapea
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 1
11. Yusron Samosir - Sedikit tidak akan habis - -
12. M. Lumban Tobing
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 0,5
13. Mauliunci Br.
Tobing Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 0,5
14. Jamartop Hutabarat Perorangan Sedikit tidak akan habis 4-5 Hari 2-5
15. Talupan Sipahutar Kelompok Banyak akan habis 7 Hari 15
16. Lismen Lbn. Tobing
Perorangan Banyak akan habis
Pulang
Hari 2-3
17. Marhusa Simatupang
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 3
18. Bismen Hutapea Kelompok Sedikit tidak akan habis 7 Hari 9
19. Bomen Sinaga Kelompok Sedikit tidak akan habis 5 Hari 12
20. Mardongan Sinaga
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 2
21. Jolly Sinaga
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 0,5
22. Robet Hasudungan H
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 0,5
Hari
24. Harton Sitompul Kelompok Sedikit tidak akan habis 4-5 Hari 6-10
25. Medi Hutauruk Perorangan Sedikit akan habis 7 Hari 16
26. Unson Panggabean Perorangan Sedikit akan habis 4 Hari 14
27. Jonton Lbn. Tobing Perorangan Sedikit tidak akan habis 4-5 Hari 20
28. Manimbul Siaphutar Kelompok Banyak tidak akan habis 7 Hari 10
29. Rusdiana
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 2-3
30. Rumata Panggabean
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 0,5
31. Parulian Hutabarat Kelompok Sedikit tidak akan habis 4-5 Hari 12
32. Manginar Manalu Kelompok Sedikit akan habis 7 Hari >10
33. Ruen Hutabarat
Perorangan Sedikit akan habis
Pulang
Hari 3
34. Jiston Sinaga
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 3-4
35 Manganpin Sitompul Kelompok Sedikit tidak akan habis 4 Hari >10
36 Partomuan
Sihombing Perorangan Sedikit tidak akan habis 4 Hari >10
37 Jon Tarigan
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 0.5
38 Marisi Hutapea Perorangan Sedikit tidak akan habis 4 Hari 10
39 Pangibulan Sitompul Kelompok Sedikit akan habis 4 Hari 8
40 David Sinaga
Perorangan Sedikit akan habis
Pulang
Hari 2
41 Hotto Silalahi Perorangan Sedikit tidak akan habis 4 Hari 5
42 Hotmanolopi Sinaga
Kelompok Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 1-2
43 Ester Tampubolon
Perorangan Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 1
44 Tambok
Lumbantobing Perorangan Sedikit tidak akan habis 4 Hari 7
45 Op. Silalahi
Kelompok Sedikit tidak akan habis
Pulang
Hari 0,5
46 Mangasa Hutapea Kelompok Sedikit akan habis 4 Hari 7
47 Hibasori Panjaitan Perorangan Sedikit akan habis 4 Hari 10
48 Swanto Hutabarat
Kelompok Banyak tidak akan habis
Pulang
Hari 1
49 Immer Hutapea Kelompok Banyak tidak akan habis 4 Hari 7
Lampiran 4. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
0 5 10 15 20 25 30 35 40
21 -30 31-40 41-50 51-50 >60
Umur
J
u
m
lh Jumlah (orang)
Proporsi (%) No. Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%)
1 Umur (Tahun)
21-30 2 4
31-40 17 34
41-50 16 32
51-50 10 20
>60 15 30
Lampiran 5. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No. Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%) 2 Pekerjaan
Lampiran 6. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
No. Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%) 3 Jumlah Anggota Keluarga
Lampiran 7. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No. Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%) 4 Pendidikan Terakhir
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Lampiran 8. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan
No. Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%) 5 Luas Lahan (Ha)
Lampiran 9. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
No. Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%) 6 Pendapatan (Juta)
Karakteris tik Res ponden Berdas arkan Pendapatan
Lampiran 10. Tabulasi Harga Jual Kemenyan (Mata Pangaritan)
Bulan Harga Beli Harga Jual Margin
Januari 150-200rb 170-220rb 20 rb
Februari 150-200rb 170-220rb 20 rb
Maret 150-200 rb 170-220rb 20 rb
April 150-200rb 170-220 rb 20 rb
Mei 200-250rb 225-260rb 25 rb
Juni 200-250rb 225-260rb 25 rb
Juli 200-250rb 225-260rb 25 rb
Agustus 150-200rb 170-220rb 20 rb
September 150-200rb 170-220rb 20 rb
Oktober 150-200rb 170-220rb 20 rb
November
Desember
150-200rb
150-200rb
170-220rb 20 rb
170-220rb 20 rb
0 50 100 150 200 250
harga beli
harga jual
Lampiran 11. Tabulasi Harga Jual Kemenyan (Tahir)
Bulan Harga Beli Harga Jual Margin
Januari 120-180 rb 130-190 rb10 rb
Lampiran 12. Tabulasi Harga Jual Kemenyan (Jurrurputih)
September 70-140 rb 80-150 rb10 rb
Oktober 70-140 rb 80-150 rb10rb
Lampiran 13. Tabulasi Harga Jual Kemenyan (Jurrurhitam)
September 55-70 rb 65-80rb10 rb
Grafik 5. Harga Jual Kemenyan ke Medan (Mata Pangaritan)
0 50 100 150 200 250
harga beli
harga jual
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara. 2012. Adiankoting Dalam Angka 2012. Tapanuli Utara.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara. 2012. Tarutung Dalam Angka 2012. Tapanuli Utara.
Direktorat Jenderal Planalogi Hutan. 2010. Inventarisasi Kehutanan. Jakarta. Jayusman. 1997. Kajian Sistem Pemasaran Getah Kemenyan (Styrax spp). Studi
Kasus di Desa Simasom, Pahae Julu Tapanuli Utara Sumatera Utara. Buletin Penelitian Kehutanan Balai Penelitian Kehutanan Pematangsiantar Vol. 13 No 1 : 3-18.
Jayusman, R.A. Pasaribu, dan W. Sipayung. 1999. Budidaya kemenyan (Sytrax spp). Konifera. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pematang Siantar. Pematang Siantar
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Jilid I edisi milenium. PT Prenhallindo. Jakarta.
Pasaribu, B, A dan Sipayung, W. 1999. Petunjuk Teknis Budidaya Kemenyan (Styrax spp.). Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Pematang Siantar. Volume 2 Nomor 1.
Pramono dan H. Suhaendi. 2006. Manfaat Sertifikasi Sumber Benih, Mutu Benih dan Mutu Bibit dalam Mendukung Gerhan. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian, Jambi 22 De-sember 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konser-vasi Alam. Bogor. Hal. 49-61. Jambi.
Sasmuko, S.A., 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu Spesifik andalan Sumatera Utara. Makalah Seminar Nasional Himpinan Alumni-IPB HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah Regional Sumatera. Medan.
Silalahi, dkk. 2013. Kemenyan, Getah Berharga Tano Batak. Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli. Siantar.
Yasasan Ekosistem Lestari (YEL). 2007. Hutan Batang Toru: Harta Karun Tapanuli. Kelompok Kerja Kabupaten Tapanuli Utara,Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah, Bumi Tapanuli. Medan.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banuaji IV Kecamatan Adiankoting dan Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Agustus 2015.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Prosedur Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Data pelaksanaan penelitian ini memiliki dua data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer antara lain data sosial ekonomi, alur pemasaran kemenyan, perbandingan harga nilai jual kemenyan mulai dari pedagang terkecil hingga terbesar. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi atau data umum yang ada pada instansi pemerintah. Pengambilan Sampel
Sampel desa yang diteliti adalah desa yang memiliki produksi kemenyan. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah metode purposive sampling (penarikan contoh secara bertujuan). Tujuan dari metode purposive sampling yaitu untuk mendapatkan informasi mengenai alur pemasaran dan harga jual kemenyan di beberapa tingkatan penjualan.
Teknik dan Tahapan
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan. Tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Melakukan observasi dan analisis permasalahan yang ada di lapangan untuk memperoleh informasi mengenai petani dan pengusaha kemenyan.
2. Melakukan wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap petani dan pengusaha kemenyan.
3. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder, selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data.
Analisis Data
Secara matematis margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut : Mji = Pr – Pf
Keterangan :
Mji = Marjin pemasaran
Pr= Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen Pf = Harga pembelian pemasaran di tingkat produsen
Setelah didapatkan nilai marjin pemasaran kemenyan maka dilakukan analisis distribusi keuntungan dengan rumus sebagai berikut. Analisis distribusi keuntungan digunakan untuk perbandingan nilai keuntungan pemasaran terhadap harga peenjualan di tingkat konsumen.
Ski = Ki x 100% Pr
Keterangan :
Ski = Analisis distribusi keuntungan Ki = Nilai keuntungan pemasaran
Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen
Selanjutnya menghitung persentase harga yang diterima oleh tiap pelaku pasar dengan rumus sebagai berikut. Presentase harga digunakan untuk melihat perbandingan antara harga pembelian pemasaran di tingkat produsen terhadap harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen.
Sp = Pf x 100% Pr
Keterangan :
Sp = Persentase harga yang diterima
Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kemenyan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemanenan Kemenyan
Dalam penelitian yang telah dilakukan terdapat empat kualitas dari hasil pemanenan tanaman kemenyan, kualitas 1 disebut dengan “mata pangaritan” atau mata kasar/hasil inti, kualitas 2 disebut dengan “tahir” atau panen sisa, kualitas 3 disebut dengan “jurrurputih” atau serpihan putih/bersih, dan kualitas 4 disebut dengan “jurrurhitam” atau serpihan hitam/kotor. Berdasarkan keterangan
responden, tanaman kemenyan dapat diproduksi saat batang tanaman sudah mencapai diameter ± 10 cm atau berumur sekitar 8 tahun. Secara umum, musim penakikan dilakukan pada bulan Juli hingga September yang disebut dengan mangguris. Sedangkan pemungutan hasil dilakukan 3-4 bulan kemudian yaitu
Gambar 2. Alat Pemanenan Kemenyan
a b
Gambar 3. Proses Pemanenan Kemenyan a) Kegiatan “Mangguris”; b) Tali Alat Bantu Memanjat
Lembaga Tataniaga Pada Distribusi Kemenyan
Lembaga tataniaga pada pola distribusi kemenyan di Kecamatan Tarutung terdiri dari:
a. Petani (Produsen).
Petani yang menjual kemenyan langsung menjual ke pengumpul kecamatan tanpa perantara pengumpul desa akan mendapatkan tambahan keuntungan.
b. Pengumpul Desa, Kecamatan dan Kabupaten
kemenyan di Kecamatan Tarutung. Pengumpul ini sering juga disebut pedagang antar kota.
Pola Pemasaran Kemenyan
Pola pemasaran kemenyan di Kecamatan Tarutung melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Petani menjual kemenyan kepada pengumpul dalam bentuk kualitas 1, kualitas 2, kualitas 3, dan kualitas 4.
Pengumpul di desa maupun pengumpul kecamatan di pasar menjual kembali kepada pengumpul di kabupaten yang sering disebut toke (pedagang besar) dengan kesepakatan harga antar agen (pengumpul). Pengumpul kabupaten atau pedagang besar yang terletak di Tarutung. Hal ini sesuai dengan menurut Kotler (2002) yang menyatakan bahwa pola pemasaran kemenyan (Styrax spp.) yang paling banyak digunakan adalah pola dimana petani menjual kemenyan melaluipengumpul desa dilanjutkan ke pengumpul kecamatan,kebanyakan petani yang menjual langsung kepadapengumpul desa karena dana yang dikeluarkan lebih sedikitkarena transaksi langsung dilakukan di hutan
Setelah disortir kemenyan kemudian dimasukkan ke dalam peti ukuran 50 kg ataupun ukuran 100 kg untuk pengemasan, kemudian dipadatkan. Setelah dikemas ke dalam peti maka kemenyan siap dijual ke antar kota ataupun diekspor. Hal ini dapat terjadi karena peruntukannya di pabrik pengelelolaan getah.
a b
c d
Gambar 4. Pembagian Kualitas Kemenyan a) Mata Pangaritan; b) Tahir; c) Jurrurputih; d) Jurrurhitam
Pengumpul Kecamatan Tabel 2.Kualitas Mutu dan Harga Kemenyan di Tingkat Pengumpul Kabupaten
No Nama Kualitas Harga (Rp/Kg)
1 Mata Pangaritan 190.000-210.000
2 Tahir 130.000-150.000
3 Jurrurputih 110.000-130.000
4 Jurrurhitam 55.000-70.000
Terdapat pola pemasaran kemenyan di Kecamatan Tarutung. Pola pemasaran dapat dilihat pada bahasan berikut.
Gambar 5. Pola Pemasaran Kemenyan di Kecamatan Tarutung
Pada pola ini, petani menjual kemenyan melalui pengumpul desa dilanjutkan ke pengumpul kecamatan, kebanyakan petani yang menjual langsung kepada pengumpul desa karena dana yang dikeluarkan lebih sedikit karena transaksi langsung dilakukan di desa.. Pengumpul kecamatan merupakan pemasar antar kota, ada juga pengumpul kecamatan yang memasarkan kemenyan secara eksportir. Pemasaran kemenyan yang dilakukan oleh pengumpul kecamatan bersifat semi tertutup karena adanya monopoli yang dilakukan oleh pedagang besar, sehingga dapat merugikan para pedagang kecil dan menengah. Dalam hal ini pedagang kecil dan menengah adalah petani dan pengumpul desa. Margin keuntungan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) pada Pola Pasar Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per kg
(Rp)
Persen (%)
Petani Kemenyan Harga jual 80.000 Biaya produksi 45.000 Nilai keuntungan 35.000
Persen margin keuntungan 43,75
Pengumpul Desa Harga beli 80.000
Harga jual 120.000
Biaya Transportasi 1.000 Nilai keuntungan 39.000
Persen margin keuntungn 32,5
Pengumpul
Rata-rata Margin Keuntungan 41.300 34,94
Tabel 4. Analisis Margin Pemasaran (Marketing Margin) pada Pola Pasar Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per kg
(Rp)
Harga Produksi 45.000 35.000 56,25
Pengumpul
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa persen margin keuntungan yang terbesar diperoleh petani sebesar 43,75 %, yaitu sebesar Rp.35.000 setiap kg, tapi tidak semua petani dapat menikmati harga panen kemenyan sebesar itu karena jarak yang jauh petani harus mengeluarkan biaya produksi yang tinggi dan tidak semua petani yang menjual kemenyan langsung ke pengumpul kecamatan tetapi melalui pengumpul desa terlebih dahulu. Sedangkan persen terendah diperoleh pengumpul kecamatan sebesar 28,57 %, yaitu sebesar Rp. 50.000 setiap kg.
Pola pemasaran kemenyan (Styrax spp.) yang paling banyak digunakan adalah pola pasar seperti pada bagan di atas. Hal ini disebabkan oleh sebagian petani merupakan pengumpul desa. Disamping itu para pengumpul desa langsung turun ke wilayah sekitar hutan untuk membeli kemenyan sehingga petani tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar untuk pengangkutan dan transportasi. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kemenyan yang dihasilkan petani tidak selalu banyak sehingga petani lebih baik menggunakan pola pasar tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kotler (2002) yang menyatakan bahwapengumpul desa langsung turun ke wilayah sekitar hutan untuk membeli kemenyan sehingga petani tidak mengeluarkan biaya untuk pengangkutan dan transportasi.
Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kemenyan
Pemanfaatan kemenyan ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan karena tingginya nilai ekonomi yang diperoleh dari kemenyan. Pemanfaatan yang terdapat di Kecamatan Adiankoting mayoritas hanya memanfaatkan pada penyadapan getah kemenyan saja. Pemanfaatan lain adalah penggunaan sisa-sisa tanaman kemenyan seperti cabang dan ranting sebagai kayu bakar dan adanya responden menggunakan getah kemenyan sebagai bahan dalam pengobatan tradisional.
Secara umum, harga yang didapat petani adalah untuk kualitas 1 (mata pangariran) adalah sekitar Rp.80.000 hingga Rp.120.000/kg,untuk kualitas
2 (tahir) sebesar Rp.60.000 hingga Rp.90.000/kg, untuk kualitas 3 (jurrurputih) sebesar Rp. 40.000 hingga Rp. 70.000, dan untuk kualitas 4 (jurrurhitam) berkisar antara Rp. 30.000 hingga Rp. 60.000. Biaya produksi sebesar Rp.45.000/kg.
Gambar 6. Grafik Harga Kemenyan Per Bulan (Mata Pangaritan)
Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa harga getah kemenyan pada bulan Januari hingga April berada pada kisaran 150.000-200.000 rupiah, dan kemudian mengalami peningkatan pada bulan mei hingga juli yaitu pada kisaran 200.000-250.000. Pada bulan Agustus hingga Desember kembali ke harga semula pada kisaran 150.000-200.000. Hal ini disebabkan karena permintaan getah kemenyan pada bulan mei hingga juli mengalami peningkatan sehingga harga getah kemenyan juga mengalami peningkatan. Pada bulan Agustus hingga Desember stok getah kemenyan banyak karena terjadinya panen raya sehingga harga kembali turun.
0 50 100 150 200 250
harga beli
harga jual
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada pola pemasaran kemenyan di Kecamatan Tarutung, petani menjual kemenyan ke pengumpul desa, kemudian pengumpul desa menjual ke pengumpul kecamatan.
2. Nilai margin keuntungan tertinggi diperoleh pengumpul kabupaten pada pola pasar yaitu sebesar 50.000 rupiah dengan persentase 28,57%, sementara margin terkecil diperoleh petani pada pola pasar yaitu sebesar 35.000 rupiah dengan persentase 43,75%. Nilai persentase margin pemasaran tertinggi diperoleh pengumpul kecamatan dengan 68,57% dan nilai persentase margin pemasaran terendah diperoleh petani dengan 56,25%.
3. Strategi prioritas pemasaran kemenyan di Kecamatan Tarutung adalah membentuk kelompok tani dan koperasi di tingkat desa, pengawasan terhadap sistem pemasaran getah kemenyan, pengelolaan kemenyan yang yang dilakukan dengan sistem budidaya intensif, mengintensifkan kegiatan penyuluhan dan penggunaan bibit tanaman kemenyan unggul.
Saran
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Kemenyan (Styrax spp.)
Jayusman, dkk., (1999) pohon kemenyan termasuk ke dalam ordo Ebenales, famili Styracaceae dan genus Styrax. Terdapat 7 (tujuh) jenis kemenyan
yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu: kemenyan durame (S.benzoine DRYAND), kemenyan bulu (S. benzoine var. hiliferum), kemenyan toba (S. sumatrana J.J.Sm) dan kemenyan siam (S. tokinensis). Tetapi jenis kemenyan toba dan durame yang paling umum dibudidayakan secara luas di Sumatera Utara. Jayusman, dkk(1997) juga menambahkan jenis kemenyan alam yang kurang dikelola di Sumatera Utara adalah kemenyan Bulu(S. benzoine var. hiliferum). Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp.) dalam sistematika tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:
Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dikotiledonae Ordo : Ebeneles Family : Styraceae Genus : Styrax Spesies : Styrax spp.
Jenis Kemenyan
ebih tajam dengan warna yang lebih putih dibandingkan kemenyan durame. Secara botani kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk dan ukuran daun. Kemenyan durame mempunyai ukuran daun lebih besar dan berbentuk bulat memanjang (oblongus). Kemenyan toba merupakan jenis yang disenangi oleh masyarakat karena dalam perdagangan lokal getahnya lebih tinggi dibandingkan dengan kemenyan durame.
Pengelolaan Kemenyan
Secara tradisional pengelolaan kemenyan oleh petani di Tapanuli Utara meliputi kegiatan penanaman dan pemanenan. Pekerjaan penanaman secara tradisional dilakukan dengan memindahkan anakan alam pada tempat yang kosong yang mati dalam kebunnya. Sedangkan kegiatan pemungutan getah (penyadapan) dilakukan satu kali dalam setahun dengan pola tradisional tanpa adanya perlakuan tertentu. Untuk produksi getahnya tidak lebih dari 15 gr/takik atau rata-rata 0,5 kg/pohon. Pengolahan kemenyan saat ini masih dilakukan tanpaada pengolahan lanjut dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas. Kemenyanyang dipasarkan baik lokal maupun ekspor pada umumnya masih berupa bahanmentah (raw material). Pengolahan kemenyan menjadi bentuk barang setengahjadi (semifinal goods) atau barang jadi (final goods) berupa hasil-hasil ekstraksesuai dengan kandungan kimianya belum ada industri yang melakukannya diSumatera Utara. Pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh masyarakat secaraumum masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok dan kegiatantradisional atau religius (Silalahi, 2013).
dan mutu fisiologis. Mutu genetik didasarkan pada kelas sumber benih, mutu fisik mencerminkan kondisi fisik bibit seperti kekompakan media, kekokohan, keadaan batang, dan kesehatan; sedangkan mutu fisiologis menggambarkan pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun, warna daun (Pramono dan Suhaendi, 2006).
Manfaat Getah Kemenyan a. Tradisional (konvensional)
Tradisi religi masih sering menggunakan getah kemenyan, terutama pada upacara-upacara untuk mendapatkan aroma dupa yang baik. Di pulau Jawa sering dicampur dengan kayu cendana pada saat pembakarannya. Ditimur Tengah penggunaan getah kemenyan sebagai dupa yang sempurna dengan mencampur dengan getah Murni (minyak). Penggunaan gatah untuk bahan pencampur pada tembakau rokok.
b. Modern
1. Pengawet makanan dan minuman 2. Bahan pembuatan parfum
3. Kosmetik
4. Pembuatan Vernis
5. Sebagai salah satu bahan pembuatan obat pada bidang farmasi 6. Bahan pembuatan lilin
Sebagianbesar kegunaan lainnya adalah sebagai bahan baku dalam industri antara lainindustri parfum, farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia dan industry pangan. Ekstraksi kimia getah kemenyan menghasilkan tincture dan benzoin resinyang digunakan sebagai fixative agent dalam industri parfum.
diperlukan oleh industry farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl benzoat, sodiumbenzoat, benzophenone, dan ester aromatic (Pasaribu dan
Sipayung, 1999).
Kondisi Umum Kawasan Hutan Batang Toru
Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur, secara geografis terletak antara 98° 53’ - 99° 26’ Bujur Timur dan 02° 03’ - 01° 27’ Lintang Utara. Hutan alami (primer) di Batang Toru yang tersisa saat ini
diperhitungkan seluas 136.284 hadan berada di Blok Barat seluas 81.344 ha dan di Blok Timur seluas 54.940 ha. Secara administratif berada di 3 Kabupaten yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan. Kabupaten Tapanuli Utara: Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalamdaerah Tapanuli Utara adalah seluas 89.236 ha atau 65,5% dari luas hutan. Air dari hutan Batang Toru di Tapanuli Utara mengairi persawahan luas di lembah Sarulla dan hulunya dari DAS Sipansihaporas dan Aek Raisan berada di Tapanuli Utara. Pegununganyang paling tinggi di Batang Toru berada di Tapanuli Utara (Dolok Saut 1.802 m dpl) (YEL, 2007).
sekitar 68,7 % Hutan Produksi (93.628 ha), APL 12,7 % (17.341 ha) dan sebagian Hutan Lindung (Register) atau Suaka Alam 18,6 % (25.315 ha). Saat ini sedang sedang disiapkan usulan perubahan status untuk menjadikan hutan Batang Toru sebagai hutan lindung oleh kabupaten-kabupaten yang ada di Tapanuli (YEL, 2007).
Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara
Tapanuli Utara Dalam Angka (2012) secara geografis Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada koordinat 1º20'00" - 2º41'00" Lintang Utara (LU) dan 98 05"-99 16" Bujur Timur (BT).Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara berbatasan dengan lima kabupaten tetangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengahdan Kabupaten Humbang Hasundutan,
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu,
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten TapanuliSelatan.
Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting
Adiankoting dalam Angka (2012),secara geografis kecamatan Adiankoting terletak pada koordinat 98o50’21,37’’ BT – 01o58’40,02’’ Lintang Utara. Kecamatan Adiankoting terletak 400-1.300 mdpl dengan luas kecamatan 502, 90 Km2. Secara administratif kecamatan Adiankoting berbatasan dengan empat kecamatan tentangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kacamatan Parmonangan Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu
Kecamatan Adiankoting terdiri atas 16 desa/kelurahan yaitu Pagaran Lambung I, II, III, IV, Sibalanga, Pagaran Pisang, Adiankoting, Dolok Nauli, Banuaji I, II, IV, Pansur Batu, Pardomuan Nauli, Siantar Naipospos, Pansur Batu I dan II. Luas lahan untuk hutan kemenyan adalah 2.088 ha dengan produksi kemenyan 524,07 ton/tahun. (BPS, 2012).
Pemasaran Kemenyan
yang dihasilkan petani tidak selalu banyak. Kriteria efisiensi pemasaran adalah margin pemasaran, distribusi keuntungan dan volume penjualan (Kotler, 2002).
Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani selama pengambilan getah merupakan biaya kebutuhan para petani dalam mengambil getah kemenyan. Petani biasanya bertahan di hutan selama seminggu untuk mengambil getah kemenyan. Selama seminggu petani mengeluarkan biaya, diantaranya biaya pangan sebesar Rp.170.000, biaya transportasi Rp.30.000 dan biaya kebutuhan lainnya Rp.50.000. Sedangkan hasil yang didapatkan sebesar 10-12 kg. Sehingga didapat biaya produksi sebesar Rp.25000/kg (Jayusman, 1997).
Kualitas Getah Kemenyan
Yuniandra (1998) menyatakan bahwa kualitas kemenyan yang diperdagangkan di daerah Sumatera Utara di kalangan petani, pedagang, serta pengolah dapat dikatakan belum ada suatu standar yang menjadi dasar umum yang berlaku untuk semua transaksi pedagang dan eksportir. Kemenyan yang dibeli pedagang, berupa sam-sam, mata, tahir dan jurur, disortir dengan memakai ayakan, sehingga dapat diatur sesuai dengan mutu yang diinginkan, yaitu :
Kualitas I
Kemenyan mata kasar atau sidungkapi ialah bongkahan kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter lebih besar dari 2 cm.
Kualitas II
Kualitas III
Kemenyan tahir ialah jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya atau kotoran lainnya, berwarna coklat dan kadang-kadang berbintik-bintik putih atau kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.
Kualitas IV
Kemenyan jurur atau jarir yang biasanya dicampurkan atau disamakan mutunya dengan jenis tahir dan warnanya merah serta lebih kecil dari mata halus.
Kualitas V
Kemenyan barbar ialah kulit kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit sewaktu melakukan pembersihan.
Kualitas VI
Kemenyan abu ialah sisa-sisa berasal dari getah kemenyan dari semua kualitas, bentuk dan warnanya seperti abu kasar.
Berdasarkan Standart Industri Indonesia (SII) 2044-1987 standart kualitas normal kemenyan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Standart Lokal Kualitas Kemenyan
Kualitas Mutu Sumber: Standart Industri Indonesia (SII) No.2044-1987
Penyadapan Getah Kemenyan
penakikan, terlebih dahulu kulit batang pohon dibersihkan dari kotoran seperti lumut, kulit kering. Kulit yang tidak bersih akan mempengaruhi kualitas kemenyan yang dihasilkan karena banyak kotoran. Setelah kulit dibersihkan, batang pohon kemenyan ditakik dengan pisau takik yang disebut panugi.
Kegiatan menakik dimaksudkan untuk membuat luka pada kulit dan membuat rongga diantara kulit dan batang (kayu) di mana akan terbentuk resin yang menggumpal dan mengering dalam rongga tersebut. Selain resin yang menggumpal dalam rongga antara kulit dan batang ada juga resin yang meleleh keluar. Setelah 3 bulan penakikan, kemenyan dipanen dan dipisahkan antara kemenyan yang berasal dari dalam dan luar kulit. Selanjutnya disortir berdasarkan besar kecilnya butiran sesuai dengan pembagian kualitas kemenyan yang ada di pasaran (Waluyo, 2011).
Getah kemenyan dipanen setelah umur sadap setidaknya 3 bulan, selanjutnya dilakukan pengeringan secara tradisional. Teknik pengeringan yang dilakukan oleh para petani kemenyan di Sumatera Utara yaitu disimpan di atas langit-langit rumah/gudang beratap seng. Pengeringan ini memerlukan waktu 3 bulan hingga kadar air kemenyan kurang dari 10% (Waluyo, 2011).
Purposive Sampling
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan tidak hanya menghasilkan kayu, tetapi juga menghasilkan aneka ragam benda hayati lainnya berupa hasil hutan bukan kayu antara lain kemenyan, bambu, rotan, buah-buahan, rumput-rumputan, jamur-jamuran, tanaman obat, getah-getahan, madu, satwa liar, serta sumber plasma nutfah. Selain ini hutan juga menghasilkan jasa lingkungan berupa pengatur hidrologis, pembersih udara, jasa wisata, jasa keindahan dan keunikan serta jasa perburuan.
Kemenyan merupakan salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Batak di Sumatera Utara. Lebih dari ribuan tahun, getah kemenyan telah diperdagang-kan di pasaran dunia dan dimanfaatkan dalam bidang industri sebagai bahan pengawet, kosmetika, parfum, obat-obatan, dan digunakan dalam upacara keagamaan. Produksi kemenyan di Sumatera Utara telah melibatkan lebih dari 18.000 keluarga dalam 100 desa yang memberikan kontribusi pada pendapatan keluarga sebesar 30-45% atau setara dengan 144-216 US dollar per tahun. Pendapatan ini tergantung pada produktivitas kemenyan, di antaranya ditentukan oleh mutu bibit (Pramono dan Suhendi, 2006).
selain memiliki manfaat ekologis dan nilai-nilai sosial, juga memiliki potensi dan prospek yang baik bila dilihat dari aspek ekonomi untuk dikembangkan ke depan.
Namun sampai saat ini masih banyak permasalahan-permasalahan yang dialami masyarakat. Selain sistem pengelolaannya yang masih bersifat tradisional dan belum banyak disentuh oleh upaya-upaya pengembangan, dalam hal pemasaran petani sering kali kurang menikmati hasil dari penjualan getah kemenyan karena menerima margin keuntungan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan pelaku pasar (pedagang pengumpul). Selain karena posisi tawar yang rendah, informasi harga dan pasar yang kurang menjadi penyebabnya. Disamping itu harga getah kemenyan sering mengalami fluktuasi terutama menjelang dan sesudah hari raya besar keagamaan.
Kemenyan atau gum benzoin di dalam perdagangan biasa disebut sebagai
“sumatra benzoin”. Kemenyan merupakan “balsamic resin” yang diperoleh dari
hasil pelunakan batang pohon Styrax benzoin Dryand atau Styrax paralleloneurus Perkins, sedangkan yang dihasilkan dari Styrax tonkinensis Pierre atau kemungkinan juga dari jenis-jenis lain dikenal dengan nama “siam benzoin”. Styrax berasal dari bahasa Yunani kuno “storax” yaitu nama yang digunakan
untuk gum/getah yang berbau harum atau juga untuk pohon yang menghasilkannya. Sedangkan “benzoin” berasal dari bahasa Arab, yaitu “ben”
yang berarti harum dan “zoa” berarti getah jadi benzoin adalah getah yang berbau
harum (Jayusman dkk, 1999).
kemenyan serta didukung harga penjualan yang baik akan memberikan dampak positif khususnya terhadap petani kemenyan. Selain akan mengalami peningkatan pendapatan secara langsung bagi petani kemenyan, dampak yang lebih luas adalah terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan ekonomi daerah. Kondisi kondusif seperti ini pada akhirnya akan mendorong keinginan masyarakat untuk mengembangkan tanaman kemenyan sebagai sumber mata pencaharian.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pola pemasaran kemenyan.
2. Mengetahui analisis margin pemasaran kemenyan. 3. Mengetahui strategi prioritas pemasaran kemenyan.
Manfaat Penelitian
ABSTRAK
RYANDIKA GILANG PUTRA: Analisis Pemasaran Kemenyan (Styrax spp.) (Studi Kasus: Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara). Dibimbing Oleh: IRAWATI AZHAR dan RISWAN.
Kemenyan merupakan hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi yang cukup tinggi diwilayah Sumatera Utara. Namun, belum ada penelitian tentang analisis pemasaran kemenyan secara khusus di Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemasaran, analisis biaya serta margin pemasaran kemenyan di Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Agustus 2015 dengan metode purposive sampling (sampel bertujuan) dan wawancara terhadap masyarakat. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.
ABSTRACT
RYANDIKA GILANG PUTRA: Marketing Analysis of Incense (Styrax spp.) (Case Study: Tarutung District and Adiankoting District, North Tapanuli Regency). Supervised by IRAWATI AZHAR and RISWAN.
Incense is non wood forest product that has a high potential in North Sumatera. However, there are no research about marketing analysis of incense especially in Tarutung Distrit and Adiankoting District. The purposes of this research were to determine the pattern of marketing, cost analysis, and marketing margins of incense in Tarutung District and Adiankoting District, North Tapanuli Regency. This research was conducted in May-August 2015 with a purposive sampling method interviewed the society. Data was analyzed descriptively and tabulation.
On the marketing pattern of incense, incense quality collector divides the district into four qualities, namely the quality of mata pangaritan, tahir, jurrurputih, and jurrurhitam. The value of the highest profit margins obtained by the district collector on market system that is equal to 50.000 rupiahs with a percentage of 28,57%, while the smallest margin obtained by farmers on market system that is equal to 35.000 rupiahs with a percentage of 43,75%. Marketing strategy priorities of incense in Tarutung Distrit is forming farmer groups and village-level cooperatives, supervision of the marketing system sap incense, incense management is done with intensive cultivation system, intensify outreach activities and the use of incense superior plant seeds. The biggest utilized of incense by society around forest were as the main source of income, as traditional medicine, and religion.
ANALISIS PEMASARAN KEMENYAN (Styrax spp.)
(Studi Kasus: Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting,
Kabupaten Tapanuli Utara)
SKRIPSI
Oleh:
Ryandika Gilang Putra 121201153
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PEMASARAN KEMENYAN (Styrax spp.)
(Studi Kasus: Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting,
Kabupaten Tapanuli Utara)
SKRIPSI
Oleh:
Ryandika Gilang Putra 121201153/Teknologi Hasil Hutan
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : “Analisis Pemasaran Kemenyan (Styrax spp.) (Studi Kasus: Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)”
Nama : Ryandika Gilang Putra
NIM : 121201153
Program Studi : Kehutanan
Minat Studi : Teknologi Hasil Hutan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Irawati Azhar, S.Hut., M.Si Riswan, S.Hut., M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui:
Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D Dekan Fakultas Kehutanan
ABSTRAK
RYANDIKA GILANG PUTRA: Analisis Pemasaran Kemenyan (Styrax spp.) (Studi Kasus: Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara). Dibimbing Oleh: IRAWATI AZHAR dan RISWAN.
Kemenyan merupakan hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi yang cukup tinggi diwilayah Sumatera Utara. Namun, belum ada penelitian tentang analisis pemasaran kemenyan secara khusus di Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemasaran, analisis biaya serta margin pemasaran kemenyan di Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Agustus 2015 dengan metode purposive sampling (sampel bertujuan) dan wawancara terhadap masyarakat. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.
ABSTRACT
RYANDIKA GILANG PUTRA: Marketing Analysis of Incense (Styrax spp.) (Case Study: Tarutung District and Adiankoting District, North Tapanuli Regency). Supervised by IRAWATI AZHAR and RISWAN.
Incense is non wood forest product that has a high potential in North Sumatera. However, there are no research about marketing analysis of incense especially in Tarutung Distrit and Adiankoting District. The purposes of this research were to determine the pattern of marketing, cost analysis, and marketing margins of incense in Tarutung District and Adiankoting District, North Tapanuli Regency. This research was conducted in May-August 2015 with a purposive sampling method interviewed the society. Data was analyzed descriptively and tabulation.
On the marketing pattern of incense, incense quality collector divides the district into four qualities, namely the quality of mata pangaritan, tahir, jurrurputih, and jurrurhitam. The value of the highest profit margins obtained by the district collector on market system that is equal to 50.000 rupiahs with a percentage of 28,57%, while the smallest margin obtained by farmers on market system that is equal to 35.000 rupiahs with a percentage of 43,75%. Marketing strategy priorities of incense in Tarutung Distrit is forming farmer groups and village-level cooperatives, supervision of the marketing system sap incense, incense management is done with intensive cultivation system, intensify outreach activities and the use of incense superior plant seeds. The biggest utilized of incense by society around forest were as the main source of income, as traditional medicine, and religion.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam . Lahir pada tanggal 7 Agustus dari Ayah Edwin dan Ibu Erni Agustin. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Swasta Al-Azhar, Kecamatan Medan Simalingkar, Medan, Sumatera Utara pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Al-Azhar, Medan, Sumatera Utara pada tahun 2009, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Medan, Sumatera Utara pada tahun 2012. Pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB) Reguler. Penulis memilih Fakultas Kehutanan.
Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Pulau Sambilan Kabupaten Langkat pada tahun 2014. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 10 hari. Penulis juga melaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Taman Nasional Gunung Leuser pada tahun 2016 selama satu bulan. Penulis melakukan penelitian di Kecamatan Tarutung dan
Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara dengan judul “Analisis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Pemasaran Kemenyan (Styrax sp.) (Studi Kasus:
Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu Irawati Azhar S.Hut., M.Si dan bapak Riswan S.Hut., M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis bapak Edwin dan ibu Erni Agustin yang telah memberi dukungan, semangat, dana, serta doa selama ini.
DAFTAR ISI Deskripsi Kemenyan (Styraxspp.)... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemanenan Kemenyan ... 17
Lembaga Tataniaga Pada Distribusi Kemenyan ... 19
Pola Pemasaran Kemenyan ... 20
Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kemenyan ... 25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 27
Saran ... 27
DAFTAR GAMBAR
. Halaman
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian ... 13
Gambar 2. Alat Pemanenan Kemenyan ... . 18
Gambar 3. Proses Pemanenan Kemenyan ... .19
Gambar 4. Pembagian Kualitas Kemenyan ... .21
Gambar 5. Pola Pemasaran Kemenyan di Kecamatan Tarutung…………...22
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Standart Lokal Kualitas Kemenyan ... 11
Tabel 2. Kualitas Mutu dan Harga Kemenyan di Tingkat Kabupaten ... .22
Tabel 3. Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) pada Pola Pasar . 23
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Kuisioner Responden untuk Mengetahui Budidaya dan Pemanenan
Kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan
Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara ... 35
2. Karakteristik Responden Pemanfaat Kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting ... 37
3. Kuisioner Responden untuk Mengetahui Potensi dan Teknik Pemanenan Kemenyan di Hutan Batang Toru, Blok Barat ... 38
4. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 40
5. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 41
6. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 41
7. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 42
8. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 43
9. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 43
10.Tabulasi Harga Jual Kemenyan (Mata Pangaritan) ... 44
11.Tabulasi Harga Jual Kemenyan (Tahir) ... 45
12.Tabulasi Harga Jual Kemenyan (Jurrurputih) ... 46