• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pertumbuhan, Produksi Dan Kualitas Jambu Biji (Psidium Guajava L ) Var Kristal Pada Asal Bibit Dan Pemangkasan Yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pertumbuhan, Produksi Dan Kualitas Jambu Biji (Psidium Guajava L ) Var Kristal Pada Asal Bibit Dan Pemangkasan Yang Berbeda"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS

JAMBU BIJI (

Psidium guajava

L.) var. KRISTAL

PADA ASAL BIBIT DAN PEMANGKASAN YANG BERBEDA

LIA FITRIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Pertumbuhan, Produksi, dan Kualitas Jambu Biji (Psidium guajava L.) var. Kristal pada Asal Bibit dan Pemangkasan yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

LIA FITRIA. Kajian Pertumbuhan, Produksi dan Kualitas Jambu Biji (Psidium guajava L.) var. Kristal pada Asal Bibit dan Pemangkasan yang Berbeda. Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO dan AHMAD JUNAEDI.

Jambu biji kristal (Psidium guajava var. Kristal) merupakan introduksi dari Taiwan yang dapat dikembangkan dengan baik di Indonesia. Perbaikan kualitas pertumbuhan tanaman dan buah jambu biji kristal dapat dilakukan dengan perbanyakan secara vegetatif dan pemangkasan. Umumnya bibit jambu biji kristal yang diperoleh petani berasal dari perbanyakan secara cangkok dan sambung. Pemangkasan merupakan upaya menyeimbangkan source dan sink serta mengoptimalkan translokasi asimilat ke sink.

Penelitian ini terdiri atas 2 percobaan yang dilakukan di lahan petani Desa

Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Analisis dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Percobaan pertama bertujuan untuk mempelajari pengaruh asal bibit cangkok dan sambung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jambu biji kristal. Percobaan ini dilakukan

pada bulan November 2013 sampai Maret 2014. Percobaan terdiri atas 2 populasi tanaman jambu biji kristal yang berbeda asal bibit yaitu cangkok dan sambung. Percobaan kedua bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemangkasan yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman dan kualitas buah jambu biji kristal. Percobaan ini dilakukan pada bulan Agustus 2013 sampai Maret 2014. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor (pemangkasan) dengan tiga perlakuan, yaitu pemangkasan cabang tersier dengan menyisakan 4 pasang daun setelah bakal buah, pemangkasan cabang tersier dengan menyisakan 8 pasang daun setelah bakal buah, dan tanpa pemangkasan (kontrol).

Hasil percobaan pertama menunjukkan tanaman asal cangkok cenderung menghasilkan jumlah buah yang lebih banyak (86.5) dibandingkan tanaman asal sambung (63.2). Tanaman asal sambung menghasilkan ukuran (diameter buah 8.4 cm) dan bobot buah (270.8 g) yang lebih tinggi dibandingkan tanaman asal cangkok (diameter buah 8.1 cm dan bobot buah 247.2 g). Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa pemangkasan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif (diameter tajuk tanaman, jumlah daun, dan luas daun). Pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun menghasilkan ukuran dan bobot buah yang lebih tinggi dibandingkan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun dan kontrol, yaitu menghasilkan diameter buah 9.7 cm, dan bobot buah 326.2 g; sedangkan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun masing-masing 8.2 cm dan 237.2 g; dan kontrol masing-masing-masing-masing 7.7 cm dan 170.4 g. Kandungan padatan terlarut total, keasaman dan vitamin C berturut-turut pada pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun 7.9 oBrix, 0.5%, dan 127.1 mg 100 g-1; pada pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun 8.0 oBrix, 0.4%, dan 130.0 mg 100 g-1; kontrol 7.8 oBrix, 0.4%, dan 133.9 mg 100 g-1 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada semua perlakuan.

(5)

SUMMARY

LIA FITRIA. Study on Growth, Production and Quality of Guava (Psidium guajava L.) var. Crystal with Different Planting Material and Pruning. Supervised by SLAMET SUSANTO and AHMAD JUNAEDI.

Crystal guava (Psidium guajava var. Kristal) is introduced from Taiwan which can be cultivated in Indonesia. Improving the quality plant growth and fruit of crystal guava can be done by vegetative propagation and pruning. Generally

crysta ava’s seed in s fr t e far ers are tained by air layering and grafting. Pruning is an effort to balance source and sink also to optimize assimilates translocation to the sink.

This study consisted of 2 experiments which conducted in a farmer field at Cikarawang village, Dramaga subdistric, Bogor regency. Analyses was conducted at the Laboratory of Center Tropical Horticulture Study and Postharvest Laboratory of the Department of Agronomy and Horticulture IPB. The aim of the first experiment was to study the effect of different planting material on growth and production of crystal guava's plants. The experiment was conducted from November 2013 to March 2014. The experiment consists of two populations of crystal guava trees, originated from air layeraged seedling and grafted seedling. The aim of the second experiment was to study the effect of different pruning on growth plants and q a ity f crysta ava’s. The experiment was conducted from August 2013 to March 2014. The experimental design used was completely randomize design with one factor (pruning) with three replications. There were three treatments i.e. a) pruning by remaining 4 pairs of leaves, b) pruning by remaining 8 pairs of leaves, and c) without pruning (control).

Results of the first experiment showed that air layeraged seedling had tendency to produce more number of harvested fruit (86.5) compared to plants from grafting (63.2) at the 90% level of confidence. Plants from grafting produced the fruit size (8.4 cm diameter) and weight (270.8 g) greater than plants from air layerage (8.1 cm diameter and 247.2 g weight). Results of the second experiment showed that pruning did not show significant effect on vegetatif growth as shown on diameter of plant canopy, number of leaves, and leaf area. Pruning by

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

KAJIAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS

JAMBU BIJI (

Psidium guajava

L.) var. KRISTAL

PADA ASAL BIBIT DAN PEMANGKASAN YANG BERBEDA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini ialah perbaikan pertumbuhan, produksi, dan kualitas, dengan judul Kajian Pertumbuhan, Produksi, dan Kualitas Jambu Biji (Psidium guajava L.) var. Kristal pada Asal Bibit dan Pemangkasan yang Berbeda.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc dan Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Terima kasih juga disampaikan kepada staf Postharvest Laboratory dan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga menyampaikan terima kasih atas pembiayaan penelitian tesis ini melalui program Hibah Kompetisi DIKTI pada tahun 2014 yang diketuai oleh Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 3

Hipotesis 3

2 KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAMBU BIJI

KRISTAL ASAL CANGKOK DAN SAMBUNG 5

Pendahuluan 5

Metode Penelitian 6

Hasil dan Pembahasan 10

Simpulan 19

3 KAJIAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN KUALITAS BUAH JAMBU BIJI KRISTAL PADA PEMANGKASAN YANG BERBEDA 21 Pendahuluan 21 Metode Penelitian 22 Hasil dan Pembahasan 27 Simpulan 34

4 PEMBAHASAN UMUM 35 5 SIMPULAN DAN SARAN 39 Simpulan 39

Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 45

(13)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah bunga, bakal buah, dan fruit set dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014 15 2 Jumlah buah dipanen, kualitas fisik buah, dan bobot total buah jambu

biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda dari bulan

November 2013 sampai Maret 2014 16

3 Grade buah jambu biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014 17 4 Kelunakan buah, warna dan kecerahan kulit buah jambu biji kristal dari

dua populasi tanaman asal yang bibit yang berbeda dari bulan

November 2013 sampai Maret 2014 18

5 Kualitas kimia buah jambu biji kristal dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014 18 6 Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma, rasa, tekstur, dan penampilan

buah jambu biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang

berbeda 19

7 Diameter tajuk tanaman dan jumlah daun tanaman jambu biji kristal

setelah pemangkasan 28

8 Pengaruh pemangkasan terhadap luas daun dan jumlah tunas tanaman

jambu biji kristal 29

9 Pengaruh pemangkasan terhadap jumlah bunga, bakal buah, dan fruit

set tanaman jambu biji kristal 30

10 Pengaruh pemangkasan terhadap kualitas fisik buah jambu biji kristal 31 11 Pengaruh pemangkasan terhadap kualitas kimia buah jambu biji kristal 32 12 Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma, rasa, tekstur, dan penampilan

buah jambu biji kristal pada pemangkasan yang berbeda 33 13 Koefisien korelasi pertumbuhan tanaman dengan kualitias buah jambu

(14)

DAFTAR GAMBAR

1 Tanaman jambu biji kristal asal cangkok dan asal sambung 11 2 Kumulatif pertumbuhan tunas baru dari dua populasi tanaman asal bibit

yang berbeda pada setiap waktu pengmatan 11

3 Pertambahan tunas baru yang tumbuh dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada setiap waktu pengmatan 12 4 Kumulatif pertumbuhan jumlah daun dari dua populasi tanaman asal

bibit yang berbeda pada setiap waktu pengmatan 13 5 Pertambahan jumlah daun yang tumbuh dari dua populasi tanaman asal

bibit yang berbeda pada setiap waktu pengmatan 13 6 Luas daun dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada

setiap waktu pengmatan 14

7 Pertumbuhan diameter tajuk tanaman dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada setiap waktu pengmatan 14

8 Pemangkasan yang berbeda pada cabang tersier 24

9 Tanaman jambu biji kristal yang sedang berbuah 28

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pedoman interpretasi nilai koefisien korelasi 45

2 Hasil uji korelasi Pearson percobaan 1 45

3 Formulir uji organoleptik percobaan 1 46

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah yang berasal dari daerah tropik Amerika (Nakasone dan Paull 1998). Jambu biji diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo Myrtales, Famili Myrtaceae dan Spesies Psidium guajava L. Famili myrtaceae memiliki lebih dari 80 genus dan sekitar 3.000 spesies yang tersebar di daerah tropik dan subtropik di Benua Amerika, Asia, dan Australia. Genus psidium memiliki sekitar 150 spesies di daerah tropik Amerika. Spesies Psidium guajava L. merupakan spesies dari genus psidium yang paling terkenal dan banyak di distribusikan (Paull dan Duarte 2012).

Jambu biji memiliki banyak varietas. Beberapa varietas yang ada di Indonesia yang sudah dilepas oleh Kementan antara lain Jambu biji Merah, Wijaya merah, Deli, dan Kristal (Balitbu 2009). Bentuk, ukuran, rasa, dan warna daging buah jambu biji bervariasi tergantung varietasnya. Umumnya buah jambu biji berbentuk bulat atau memanjang menyerupai bentuk buah pir (Paull dan Duarte 2012).

Buah jambu biji umumnya memiliki biji yang berjumlah banyak, rasa buah cenderung sepat, dan daging buah keras. Sifat tersebut menyebabkan kurangnya minat masyarakat terhadap buah jambu biji. Berbeda dengan jambu biji pada umumnya, jambu biji varietas kristal memiliki jumlah biji yang sangat sedikit (kurang dari 3% bagian buah), rasa buah manis segar, dan tekstur buah renyah (Ditbenih 2007).

Jambu biji kristal merupakan introduksi dari Taiwan. Varietas jambu biji kristal dilepas oleh Kementan dengan SK Mentan No.540/Kpts/SR.120/9/2007 (Ditbenih 2007). Budidaya jambu biji kristal sangat prospektif untuk dikembangkan secara komersial karena dapat berbuah sepanjang tahun, memiliki kandungan vitamin C yang tinggi, dan potensial sebagai buah substitusi impor. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi buah segar untuk kesehatan maka permintaan pasar terhadap buah segar diperkirakan akan terus meningkat. Selain itu, bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan per kapita, diperkirakan kebutuhan jambu biji kristal akan terus meningkat baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Peningkatan pertumbuhan, produksi dan kualitas jambu biji kristal dapat dilakukan dengan perbanyakan tanaman secara vegetatif dan pemangkasan.

(18)

2

pertumbuhan perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru, dan (5) Kultur jaringan (Tissue culture), merupakan perbanyakan tanaman dengan menggunakan ekspaln (jaringan tanaman) yang ditumbuhkan pada media buatan yang steril dan terutup, sehingga kebutuhan unsur hara dan nutrisi diperoleh langsung melalui media tersebut dan lingkungan tumbuh dapat dikendalikan hingga menjadi tanaman baru (Paull dan Duarte 2012).

Perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting untuk dilakukan dibidang hortikultura karena selalu menghasilkan tanaman yang identik sama dengan induknya dan tanaman lebih cepat berbuah. Menurut Santoso et al. (2008) produktivitas tanaman yang tinggi ditentukan oleh bahan perbanyakan yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai asal bibit yang berbeda.

Pemangkasan merupakan pembentukan tajuk tanaman dengan tujuan mengatur pertumbuhan tanaman dan pembuahan (Fumey et al. 2011). Menurut Kinnet (1977) pemangkasan yang tepat dapat dipergunakan untuk mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Cahaya matahari yang diterima oleh tanaman yang dipangkas akan meningkat sehingga merangsang pertumbuhan tunas baru yang produktif (Willaume et al. 2004). Pemangkasan pada bagian pucuk (tunas apikal) akan mendorong pertumbuhan tunas-tunas lateral sehingga percabangan akan semakin banyak (Dhaliwal et al. 2014). Semakin banyak jumlah cabang yang produktif, semakin banyak buah yang dihasilkan.

Pemangkasan pada tanaman jambu biji dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu (1) Pemangkasan bentuk, untuk mengatur tinggi rendahnya tanaman dan membentuk tajuk, (2) Pemangkasan pemeliharaan, untuk membuang tunas air yang tidak bermanfaat, terkena serangan hama atau penyakit, dan tunas kering atau mati, dan (3) Pemangkasan produksi, untuk merangsang pembungaan yang dilakukan dengan cara memangkas cabang-cabang yang kurang produktif dan terlalu rapat atau rimbun (Balitbu 2009).

Pemangkasan bermanfaat untuk mengendalikan pertumbuhan sehingga arsitektur daun menjadi lebih kompak dan jarak dari source ke sink menjadi lebih pendek. Source merupakan organ (daun) dan semua jaringan tanaman yang berfotosintesis (Snyder dan Carlson 1983), sedangkan sink merupakan semua bagian tanaman yang tidak berfotosintesis atau berfotosintesis tetapi tidak maksimum, sehingga sebagian kebutuhan karbohidratnya disediakan oleh source (Taiz dan Zeiger 2002). Jarak antara source dan sink yang lebih pendek mengakibatkan penggunaan asimilat lebih efektif dan translokasi lebih lancar (Ainzworth dan Bush 2011).

(19)

Tujuan

1. Tujuan percobaan pertama yaitu mempelajari pengaruh asal bibit cangkok dan sambung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jambu biji kristal 2. Tujuan percobaan kedua yaitu mempelajari pengaruh pemangkasan yang

berbeda terhadap pertumbuhan tanaman dan kualitas buah jambu biji kristal

Hipotesis

1. Hipotesis percobaan pertama yaitu terdapat perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman jambu biji kristal asal bibit cangkok dan sambung

(20)
(21)

2

KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

JAMBU BIJI KRISTAL ASAL CANGKOK DAN

SAMBUNG

Pendahuluan

Jambu biji kristal termasuk golongan tanaman klon (Ditbenih 2007), sehingga untuk mempertahankan sifat unggul dari induknya tanaman diperbanyak dengan cara vegetatif. Teknik perbanyakan secara vegetatif pada tanaman jambu biji kristal yang umumnya dilakukan oleh petani yaitu dengan cara cangkok dan sambung. Perbanyakan secara cangkok maupun sambung sama-sama memiliki keunggulan dan kelemahan, serta adanya perbedaan karakter tanaman antara hasil perbanyakan secara cangkok dan sambung.

Mencangkok merupakan teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar (Prameswari et al. 2014). Umumnya perakaran cangkokan akan tumbuh atau mulai terlihat setelah 1-3 bulan. Akar bibit hasil cangkokan kurang kokoh karena sistem perakaran dangkal sehingga akan mudah rebah (Purbiati dan Handayani 2000). Sistem perakaran tanaman hasil cangkok merupakan sistem perakaran adventif.

Keunggulan perbanyakan dengan cara cangkok yaitu sifat tanaman baru identik dengan induknya, waktu untuk melakukan perbanyakan vegetatif cangkok cukup singkat yaitu 1-3 bulan, serta unsur hara, air, dan mineral pada layer (batang yang berakar) masih terjamin dari supply tanaman induk (Hartmann dan Kester 1978).Tanaman dewasa asal cangkok memiliki jumlah cabang yang lebih banyak dibandingkan tanaman asal sambung, namun demikian belum diketahui setiap cabang pada tanaman asal cangkok apakah produktif seluruhnya atau sebagian, dan belum diketahui juga bagaimana kualitas buah yang dihasilkan oleh cabang tersebut. Jumlah cabang yang produktif akan menentukan produktivitas tanaman. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai hal tersebut.

Penyambungan atau enten (grafting) adalah upaya menggabungkan dua jenis tanaman atau lebih sehingga tanaman yang disambung tumbuh menjadi satu tanaman baru (Hartman et al. 1997). Tanaman baru terbentuk setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Proses pertautan sambungan bervariasi antara lain tergantung spesies dan umur tanaman (Syafrison et al. 2011). Keberhasilan penyambungan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain hubungan kekerabatan antara batang atas dan batang bawah, spesies tanaman, cara penyambungan, faktor lingkungan, dan serangan hama serta penyakit (Hartman et al. 1997).

(22)

6

nitrogen yang ada di bagian atas sambungan dengan karbohidrat dan nitrogen yang pada bagian bawah sambungan, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna (Sofiandi 2006).

Perbanyakan vegetatif dengan cara sambung memiliki keunggulan diantaranya tanaman yang dihasilkan memiliki sifat unggul dari batang bawah dan batang atas dan tanaman cepat berbuah, namun untuk menyiapkan perbanyakan dengan cara sambung memerlukan waktu yang cukup lama karena memerlukan waktu untuk menghasilkan tanaman yang akan dijadikan batang bawah yang dihasilkan dari biji (Hartman dan Kester 1978). Menurut Poerwanto (2002) perbanyakan dengan sambungan (sambung pucuk) pada tanaman manggis dapat memperpendek masa tanaman belum menghasilkan (TBM).

Karakter tanaman yang berbeda dari hasil perbanyakan dengan cara cangkok dan sambung akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang berbeda pula. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai pertumbuhan dan produksi jambu biji kristal asal cangkok dan sambung.

Metode Penelitian

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di lahan petani Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Analisis dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian dilakukan pada bulan November 2013 sampai Maret 2014.

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan yaitu tanaman jambu biji kristal umur 3 tahun dengan jarak tanam 2.5 x 2.5 m. Tanaman yang digunakan berasal dari bibit cangkok dan sambung. Bahan yang digunakan untuk analisis yaitu Natrium Hidroksida (NaOH) 0.1N dan phenolphthalein (PP), iodin 0.01N, amilum 1%, dan akuades.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gunting pangkas, timbangan digital, hand counter, plastik, sponet, blender, penetrometer controller MK VI, hand refraktrometer Atago DUE-PSH 03, color reader CR 01 Konica minolta, portable area meter LI-COR LI-3000C, labu ukur, erlenmeyer, buret, jangka sorong, dan alat tulis.

Rancangan Percobaan

Percobaan ini terdiri atas 2 populasi tanaman jambu biji kristal yang berbeda asal bibit yaitu cangkok dan sambung. Setiap populasi terdiri atas 4 tanaman.

Analisis Data

(23)

dengan produksi buah jambu biji kristal. Analisis korelasi linier sederhana menurut Carl Pearson (Misbahudin dan Hasan 2013):

Keterangan

i : perlakuan asal bibit yang berbeda n : jumlah pengamatan sampel

Xi : pertumbuhan tanaman pada asal bibit yang berbeda ke i Yi : produksi tanaman pada asal bibit yang berbeda ke i rxy : koefisien korelasi linier

Nilai r menunjukkan kekuatan hubungan linier. Nilai korelasi berada pada interval -1 ≤ r ≤ 1. Tanda – dan + menunjukkan arah hubungan. Pedoman interpretasi nilai koefisien korelasi pada Lampiran 1.

Prosedur Percobaan

Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan penyeragaman tanaman pada 2 populasi tanaman jambu biji kristal umur 3 tahun yang berbeda asal bibit (asal cangkok dan asal sambung) dengan cara pemangkasan pada cabang tersier dengan menyisakan 11 pasang daun, dan pemangkasan pemeliharaan yaitu menghilangkan ranting dan atau cabang yang sakit, tua, atau lemah, serta tunas-tunas air yang tidak diperlukan baik yang tumbuh pada batang utama, cabang primer, maupun cabang sekunder. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan hingga akhir penelitian. Selama penelitian diamati pertumbuhan dan perkembangan dari masing-masing populasi yang dilakukan setiap 1 bulan, meliputi 1) diameter tajuk per tanaman, 2) jumlah daun per tanaman, 3) luas daun per daun, 4) jumlah tunas baru per tanaman, 5) jumlah bunga per tanaman, 6) jumlah bakal buah per tanaman, 7) fruit set per tanaman, dan 8) jumlah buah yang dipanen per tanaman. Buah yang telah berubah warna kulit buahnya menjadi hijau terang atau keputihan dipanen, kemudian di analisis di laboratorium untuk diamati kualitas buahnya yang meliputi 1) diameter, 2) bobot, 3) volume, 4) kelunakan, 5) uji warna kulit buah, 6) uji kecerahan warna kulit buah, 7) padatan terlarut total (PTT), 8) asam tertitrasi total (ATT), 9) kadar vitamin C, dan 10) uji organoleptik.

Pengamatan

Variabel yang diamati meliputi variabel pertumbuhan, hasil, kualitas hasil, dan uji organoleptik sebagai berikut:

a. Variabel pertumbuhan

1. Diameter tajuk tanaman (cm)

Diameter tajuk tanaman diamati setiap 1 bulan. Diameter tajuk tanaman diamati dengan cara mengukur 2 sisi terpanjang tajuk.

2. Jumlah daun (helai)

(24)

8

3. Luas daun (cm)

Luas daun diamati setiap 1 bulan, menggunakan alat portable area meter LI-COR LI-3000C. Daun yang diukur adalah daun dewasa dengan jumlah contoh daun yaitu sebanyak 10 helai pada setiap tanaman.

4. Jumlah tunas

Jumlah tunas diamati setiap 2 minggu, menggunakan hand counter. Tunas yang dihitung adalah keseluruhan tunas berukuran 2-4 cm yang muncul setelah pemangkasan.

b. Variabel hasil 1. Jumlah bunga

Jumlah bunga diamati setiap 2 minggu, menggunakan hand counter. Bunga yang dihitung adalah keseluruhan bunga mekar yang muncul setelah pemangkasan.

2. Jumlah bakal buah

Jumlah bakal buah diamati setiap 2 minggu, menggunakan hand counter. Bakal buah yang dihitung adalah keseluruhan bakal buah berukuran diameter 1.5-2.5 cm yang muncul setelah pemangkasan.

3. Fruit set

Fruit set dihitung di akhir penelitian, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

4. Jumlah buah

Buah yang dipanen dihitung jumlahnya per tanaman. Buah yang dipanen adalah buah yang telah mengalami perubahan ukuran diameter menjadi besar dan warna kulit buah menjadi hijau cerah.

c. Variabel kualitas hasil terdiri atas kualitas fisik dan kimia, yang dianalisis setelah buah dipanen

Kualitas fisik buah meliputi: 1. Diameter buah (cm)

Diameter buah diukur menggunakan jangka sorong, dari arah horizontal melingkar (diameter tranversal).

2. Volume buah (mL)

Volume buah dihitung dengan metode Archimedes, yaitu dengan menghitung tumpahan air yang berasal dari wadah yang telah di isi air penuh kemudian buah di masukkan ke dalam wadah tersebut. Tumpahan air di ukur menggunakan gelas ukur.

3. Bobot buah (g)

Bobot buah diukur menggunakan timbangan digital. 4. Kelunakan buah (mm 50 g-1 5 detik-1)

Kelunakan buah diukur menggunakan penetrometer elektrik. Buah diukur pada tiga bagian yaitu pangkal, tengah, dan ujung buah. Tusukan dilakukan selama 5 detik, dengan beban yang digunakan 50 g. Angka yang terbaca setelah penusukan dinyatakan sebagai tingkat kelunakan buah (mm 50 g-1 5 detik-1).

5. Warna kulit buah (h0)

(25)

menggunakan color reader CR 01 Konica Minolta dengan skala warna CIE LAB (McGuire 1992). Nilai L* mewakili tingkat gelap hingga terang, dengan kisaran 0-100. Axis a* menunjukkan intensitas warna merah (+) atau hijau (-), dan axis b* menunjukkan intensitas warna kuning (+) atau biru (-). Berdasarkan nilai a dan b maka dapat dinyatakan nilai o

Hue dengan persamaan sebagai berikut: 0

Hue = tan-1(b/a)

Nilai hue yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan nilai hue pada bola imajiner Munsell, sehingga diperoleh data warna secara objektif.

6. Kecerahan warna kulit buah (L)

Kecerahan warna kulit buah diperoleh dari hasil analisis warna kulit buah menggunakan color reader CR 01 Konica Minolta dengan skala warna CIE LAB (McGuire 1992). Nilai L* yang dihasilkan menunjukkan tingkat kecerahan warna kulit buah. Nilai L* mewakili tingkat gelap hingga terang, dengan kisaran 0-100. Nilai 0 menunjukkan warna hitam atau sangat gelap, dan nilai 100 menunjukkan kecenderungan warna putih atau terang.

Kualitas kimia buah meliputi: 7. Padatan terlarut total (0Brix)

Padatan Terlarut Total (PTT) dianalisis menggunakan hand refraktrometer digital. Buah jambu biji diambil 3 bagian dengan bobot sampel 10 g, kemudian di haluskan dan diperas. Juice buah jambu biji kristal sebanyak 2 tetes diletakkan pada lensa hand refraktrometer. Angka yang diperoleh dinyatakan dengan 0Brix.

8. Asam tertitrasi total (%)

Asam Teritrasi Total (ATT) dianalisis menggunakan metode titrasi dengan larutan NaOH (AOAC 1995). Buah jambu biji diambil 3 bagian dengan bobot contoh 10 g, kemudian di haluskan dan diperas hingga diperoleh 10 mL larutan juice. Akuades ditambahkan ke dalam larutan juice hingga volumenya menjadi 100 mL kemudian dikocok. Selanjutnya diambil 50 mL filtrat dan diberi 3 tetes indikator phenolphtalein. Dititrasi dengan NaOH 0.1 N yang sudah ditempatkan pada buret, dikocok pelan-pelan sampai warna larutan berubah menjadi pink. Volume NaOH yang terpakai digunakan untuk perhitungan Asam Tertitrasi Total (ATT) dengan rumus sebagai berikut:

ATT = ml NaOH x N NaOH x fp x 64 x 100% Bobot contoh (mg)

Keterangan:

mL NaOH = volume NaOH yang terpakai saat titrasi N NaOH = normalitas NaOH (0.1N)

fp = faktor pengenceran 64 = faktor asam dominan Bobot contoh = 10.000 mg

9. Kandungan vitamin C

(26)

10

dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan diberi 1 mL larutan amilum 1% sebagai indikator. Dititrasi dengan Iodin 0.01 N yang sudah ditempatkan pada buret, dikocok pelan-pelan sampai warna larutan berubah menjadi biru keunguan yang konstan. Vitamin C yang dikandung dalam buah dapat diukur dengan menggunakan rumus: 15 panelis untuk mengetahui tingkat kesukaan dan penerimaan konsumen terhadap rasa buah. Skor rasa sebagai berikut: 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = kurang suka, 4 = suka, 5 = sangat suka.

Hasil dan Pembahasan

Tanaman jambu biji kristal umur 3 tahun asal cangkok dan asal sambung memiliki perbedaan yang sangat menonjol yaitu dari batang utamanya. Tanaman asal cangkok memiliki jumlah batang utama lebih dari 1 (Gambar 1.a), sedangkan tanaman asal sambung hanya memiliki 1 batang utama (Gambar 1.b). Tanaman jambu biji kristal secara umum memiliki kesamaan dengan tanaman jambu biji lainnya. Tinggi tanaman sekitar 2.0-2.5 m, bentuk tajuk tanaman yaitu perdu dengan lebar tajuk 2.0-2.5 m, percabangan agak vertikal dengan sudut 30-450. Batang berwarna coklat, berbentuk silindris, sedangkan penampang batangnya berbentuk bulat, dan berdiameter 7.5 cm. Daun berwarna hijau, berbentuk jorong, panjang daun 8.8-11.1 cm dan lebar 4.6-6.0 cm, tepi daun rata dan ujung daun tumpul, permukaan daun bagian atas halus bergelombang, sedangkan bagian bawah kasar bergelombang, dan panjang tangkai daun 0.6-1.3 cm. Letak daun jambu biji saling berhadapan (Ditbenih 2007).

(27)

Pertumbuhan Tanaman Jambu Biji Kristal

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya masa sel yang bersifat irreversible (tidak dapat dikembalikan). Tanaman jambu biji kristal asal cangkok dan asal sambung yang telah dipangkas pemeliharaan mengalami peningkatan pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan dimulai dengan munculnya tunas baru, yang tumbuh memanjang dan berkembang dari tunas vegetatif menjadi generatif hingga membentuk cabang baru yang terus tumbuh memanjang hingga meningkatkan diameter tajuk tanaman. Pertumbuhan tunas baru ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Kumulatif pertumbuhan tunas baru dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada setiap waktu pengamatan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan tunas dari bulan pertama sampai bulan kelima. Jumlah cabang pada tanaman asal cangkok yang lebih banyak dibandingkan tanaman asal sambung menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak pula. Hal ini menunjukkan bahwa cabang-cabang pada

0 5 10 15 20 25

1 2 3 4 5

Juml

ah

tunas

Waktu pengamatan (bulan ke-) Asal cangkok

Asal sambung

(a) (b)

(28)

12

tanaman asal cangkok produktif. Cabang yang produktif menghasilkan bunga dan bakal buah. Berdasarkan nilai koefisien korelasi, diketahui bahwa terdapat korelasi positif nyata antara jumlah tunas dengan jumlah bunga (r=0.93), jumlah bakal buah (r=0.84), dan jumlah buah dipanen (r=0.79) (Lampiran 2). Semakin tinggi jumlah tunas, semakin tinggi jumlah bunga dan bakal buah yang terbentuk serta buah yang dipanen.

Pertambahan tunas baru pada setiap bulan pengamatan ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Pertambahan tunas baru yang tumbuh dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada setiap waktu pengamatan

Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa tunas baru yang tumbuh secara umum jumlahnya berkurang dari bulan pertama (Bulan November) pengamatan sampai bulan ke empat (Bulan Februari), meskipun demikian tunas yang telah tumbuh berkembang dengan baik. Bulan kelima pengamatan (Bulan Maret) terjadi kenaikan jumlah tunas baru yang tumbuh baik pada tanaman asal cangkok maupun asal sambung. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemangkasan pemeliharaan yang dilakukan memacu tumbuhnya tunas dengan jumlah yang berbeda antara tanaman asal cangkok dan asal sambung. Jumlah tunas baru yang tumbuh pada tanaman asal cangkok lebih banyak dibandingkan asal sambung.

Munculnya tunas ditandai dengan pembentukan kuncup pada ketiak daun dan atau pada samping cabang (kuncup lateral). Kuncup kemudian berkembang menjadi tunas. Menurut Wuryaningsih dan Andyantoro (1998) proses fisiologis awal tumbuhnya tunas ditentukan oleh pembelahan dan pemanjangan sel meristematis yang dipengaruhi adanya keseimbangan antara auksin, sitokinin, dan senyawa lain yang mengaktifkan sitokinin. Sitokinin menyebabkan terjadinya diferensiasi jaringan pengangkut tunas lateral (penyempurnaan hubungan antara tunas lateral dan cabang) (Heddy 1989). Terbentuknya jaringan pengangkut tersebut memungkinkan terjadinya transport nutrient dari cabang ke tunas lateral sehingga dapat tumbuh.

Tunas vegetatif membentuk daun-daun. Daun merupakan organ utama yang menyerap cahaya matahari dan melakukan fotosintesis pada tanaman. Pertumbuhan jumlah daun ditunjukkan pada Gambar 4.

(29)

Gambar 4 Kumulatif pertumbuhan jumlah daun dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada setiap waktu pengamatan

Tunas baru tumbuh dengan baik yang ditandai dengan jumlah daun yang meningkat. Pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada tanaman asal cangkok. Menurut Kimball (1991) pertumbuhan daun terjadi akibat pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi sel-sel pada meristem dari kuncup lateral yang memproduksi sel-sel baru secara periodik sehingga daun baru terbentuk. Pertambahan jumlah daun pada tanaman asal cangkok dan asal sambung ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Pertambahan jumlah daun yang tumbuh dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada setiap waktu pengamatan

Secara umum pertambahan jumlah daun setiap bulannya pada tanaman asal cangkok yaitu sebanyak 51.6 helai, sedangkan tanaman asal sambung sebanyak 35 helai. Terbentuknya daun baru meningkatkan jumlah potensi asimilat yang dihasilkan. Pucuk daun yang sedang membesar merupakan sink yang kuat pada saat pertumbuhan vegetatif, namun ketika daun telah dewasa menjadi source (Roberts et al. 1997). Asimilat dari source ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman melalui floem untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Luas daun merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman yang penting karena laju fotosintesis per satuan tanaman dominan ditentukan oleh luas daun (Rahayu et al. 2010). Luas daun pada dua populasi tanaman yang berbeda asal bibit ditunjukkan pada Gambar 6.

(30)

14

Gambar 6 Luas daun dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada setiap waktu pengamatan

Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa tanaman asal cangkok memiliki luas daun yang lebih lebar dibandingkan tanaman asal sambung. Menurut Gardner et al. (1991) keberadaan auksin dan sitokinin di daun merangsang pembelahan dan perbesaran sel-sel daun muda sampai ukuran habitusnya. Jumlah daun berhubungan erat dengan luas daun. Semakin banyak jumlah daun yang terbentuk, semakin tinggi luas daun. Menurut Pertamawati (2010) proses fotosintesis akan optimal apabila jumlah daun semakin banyak dan ukurannya semakin besar, sehingga asimilat yang dihasilkan dan ditranslokasikan pun lebih banyak. Jumlah asimilat yang lebih banyak ditranslokasikan mengakibatkan adanya peningkatan pertumbuhan seperti jumlah daun, luas daun, dan diameter tajuk tanaman. Pertumbuhan diameter tajuk tanaman ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Pertumbuhan diameter tajuk tanaman dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada setiap waktu pengamatan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan diameter tajuk tanaman dari bulan pertama pengamatan (Bulan November 2013) sampai bulan kelima pengamatan (Bulan Maret 2014). Pemanjangan tunas maupun cabang pada tanaman berkontribusi dalam meningkatkan diameter tajuk tanaman. Pertumbuhan panjang tunas dan cabang berkaitan dengan pembelahan sel dan pemanjangan sel, yang dipengaruhi oleh hormon auksin dan sitokinin. Sitokinin berperan dalam memacu pembelahan sel melalui peningkatan laju sintesis protein, dan auksin

(31)

berperan dalam memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan pada tunas maupun cabang.

Produksi Tanaman Jambu Biji Kristal

Fase reproduktif tanaman jambu biji kristal tidak terlepas dari fase vegetatif. Fase reproduktif meliputi perkembangan bunga dan buah. Banyaknya bunga dan buah yang dihasilkan ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah bunga, bakal buah, dan fruit set dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014

Perlakuan Jumlah bunga Jumlah bakal buah Fruit set (%)

Asal cangkok 148.5 a 96.5 a 64.8 a

Asal sambung 106.0 b 69.5 b 65.2 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji t pada taraf α=5%.

Awal munculnya bunga merupakan proses transisi dari fase vegetatif ke generatif. Bunga jambu biji kristal muncul pada ketiak daun, sehingga jumlah bunga yang muncul dipengaruhi oleh jumlah daun dan ruas cabang. Berdasarkan nilai koefisien korelasi diketahui terdapat korelasi positif antara jumlah daun dengan jumlah bunga (r=0.89) dan jumlah bakal buah (r=0.78) (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan semakin tinggi jumlah daun, semakin tinggi jumlah bunga dan bakal buah yang terbentuk.

Percabangan pada tanaman jambu biji kristal asal cangkok memiliki jumlah cabang lebih banyak dibandingkan tanaman asal sambung sehingga jumlah bunga dan bakal buah yang dihasilkan lebih banyak jumlahnya dibandingkan asal sambung. Tanaman asal cangkok menghasilkan bunga sebanyak 148.5 dan bakal buah sebanyak 96.5, sedangkan tanaman asal sambung menghasilkan bunga sebanyak 106.0 dan bakal buah sebanyak 69.5 (Tabel 1).

Sutaningsih (2008) melaporkan bahwa waktu yang diperlukan bunga tanaman jambu biji kristal dari inisiasi sampai mulai muncul mahkota adalah 6-9 hari dan dari muncul mahkota sampai bunga mekar (anthesis) adalah 12-24 hari. Perkembangan bunga dari inisiasi sampai mekar diperlukan 18-27 hari, sedangkan dari bunga mekar sampai mahkota dan benang sari rontok diperlukan waktu 2-3 hari, selanjutnya bakal buah dan putik berkembang. Umur 3 hari setelah anthesis, bakal buah berwarna hijau muda dan tangkai benang sari berwarna coklat. Umur 9 hari setelah anthesis, bakal buah berwarna hijau lebih tua dengan kelopak berwarna hijau muda. Umur 12 hari setelah anthesis, bakal buah mengalami penambahan ukuran daging buah sehingga lingkar buah semakin besar. Menurut Winarno dan Aman (1979) bahwa terjadinya buah adalah hasil dari beberapa jenis bentuk pertumbuhan, yaitu dari pembesaran bakal buah, pembesaran jaringan yang mendukung bakal buah dan gabungan dari kedua bentuk tersebut.

(32)

16

(Tabel 1). Persentase fruit set yang dihasilkan oleh tanaman asal cangkok dengan asal sambung tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan banyak bunga pada tanaman asal cangkok yang rontok atau tidak menjadi buah. Jumlah bunga (sink) yang banyak pada tanaman asal cangkok diduga mengakibatkan terjadinya kompetisi yang besar antar organ yang sedang berkembang untuk mendapatkan asimilat. Menurut Ryugo (1988) dan Leopold et al. (1975) secara fisiologis gugurnya bunga atau buah berkorelasi dengan terbatasnya suplai asimilat dan kecukupan hara serta regulasi hormonal pada zona absisi.

Buah yang mampu bersaing dalam mendapatkan asimilat akan terus tumbuh dan berkembang sampai dipanen. Jumlah buah yang dipanen dan kualitas fisik buah segar jambu biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah buah dipanen, kualitas fisik buah (diameter, volume, dan bobot), dan bobot total buah tanaman-1 jambu biji kristal dari dua populasi

menunjukkan berbeda nyata menurut Uji t pada taraf α=5%.

Hasil analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah buah yang dipanen antara tanaman asal cangkok (86.5 buah) dan asal sambung (63.2 buah) (Tabel 2), namun pada tingkat kepercayaan 90% berbeda nyata. Tanaman jambu biji kristal asal cangkok cenderung menghasilkan jumlah buah yang dipanen per tanaman lebih banyak dibandingkan tanaman asal sambung, sehingga apabila ditanam dalam lahan yang lebih luas akan lebih menguntungkan karena produksinya banyak.

(33)

Ukuran dan penampilan buah merupakan parameter kualitas yang sangat penting. Buah jambu biji kristal dikelaskan ke dalam grade A, B, dan C. Grade A yaitu bobot buah > 300 g dan terdapat bercak buah sangat sedikit atau hampir tidak ada. Grade B yaitu bobot buah 200-300 g dan terdapat bercak buah sedikit. Grade C yaitu bobot buah < 200 g dan terdapat bercak buah banyak namun masih layak konsumsi. Masing-masing grade yang dihasilkan tanaman asal cangkok dan sambung ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Grade buah jambu biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014

Perlakuan Jumlah buah dipanen

Grade A Grade B Grade C

Asal cangkok 24.0 a 43.8 a 18.8 a

Asal sambung 20.2 a 30.8 a 12.2 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji t pada taraf α=5%. Grade A: bobot buah > 300 g dan terdapat bercak buah sangat sedikit atau hampir tidak ada. Grade B: bobot buah 200-300 g dan terdapat bercak buah sedikit. Grade C: bobot buah < 200 g dan terdapat bercak buah banyak namun masih layak konsumsi.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa asal bibit yang berbeda tidak mempengaruhi jumlah grade dari buah yang dipanen, baik pada grade A, B, maupun C (Tabel 3). Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa tanaman jambu biji kristal asal cangkok menghasilkan 27.7% grade A, 50.6% grade B, dan 21.7% grade C, sedangkan asal sambung menghasilkan 32.0% grade A, 48.7% grade B, dan 19.3% grade C.

Jumlah grade dari buah yang dihasilkan merupakan hasil panen selama 5 bulan, jika dihitung dalam 1 tahun maka dapat diperoleh estimasinya. Estimasi jumlah buah yang dipanen berdasarkan grade dalam 1 tahun yaitu untuk tanaman asal cangkok menghasilkan grade A sebanyak 57.6 tanaman-1 tahun-1, grade B membudiyakan jambu biji kristal menggunakan tanaman asal cangkok yaitu sebesar Rp. 814.240.000,00, sedangkan jika membudidayakan jambu biji kristal menggunakan tanaman asal sambung yaitu sebesar Rp. 701.120.000,00. Estimasi pendapatan tersebut merupakan pendapatan kotor, belum dikurangi biaya produksi, pemeliharaan, dan tenaga kerja.

(34)

18

digunakan oleh konsumen dalam menentukan kematangan buah. Kelunakan dan warna buah jambu biji dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Kelunakan buah, warna kulit buah, dan kecerahan buah jambu biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa asal bibit yang berbeda tidak mempengaruhi kelunakan buah, warna kulit buah dan kecerahan warna kulit buah (Tabel 4). Menurut Syafutri et al. (2006) kelunakan buah terjadi karena adanya perubahan pektin yang tidak dapat larut (protopektin) menjadi pektin yang dapat larut, saat proses pemasakan buah. Degradasi warna pada buah jambu biji kristal yang matang tidak terlalu signifikan, yaitu dari warna hijau gelap menjadi hijau terang.

Kandungan kimia buah erat kaitannya dengan nilai gizi, rasa, dan aroma buah. Kandungan gula dan asam-asam organik merupakan dua komponen utama yang mempengaruhi cita rasa daging buah jambu biji kristal. Pengaruh asal bibit terhadap kualitas kimia buah jambu biji kristal ditunjukkan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Kualitas kimia buah jambu biji kristal dari dua populasi tanaman asal

bibit yang berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014 Perlakuan PTT (0Brix) ATT (%) Vitamin C (mg 100g-1)

Asal cangkok 8.0 a 0.3 a 127.5 a

Asal sambung 8.1 a 0.3 a 132.9 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji t pada taraf α=5%. PTT = Padatan Terlarut Total; ATT = Asam Tertitrasi Total.

(35)

Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas buah yaitu dengan pengujian menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap makanan. Hasil uji organoleptik buah jambu biji kristal asal cangkok dan sambung ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma, rasa, tekstur, dan penampilan buah jambu biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda Perlakuan Skor variabel uji organoleptik (1-5)

Aroma Rasa Tekstur Penampilan

Asal cangkok 3.5 a 3.6 a 4.0 a 4.1 b

Asal sambung 3.7 a 3.7 a 4.0 a 4.4 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji t pada taraf α=5%. Skor 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = kurang suka, 4 = suka, 5 = sangat suka.

Asal bibit yang berbeda tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap aroma, rasa, dan tekstur buah, sebaliknya penampilan buah dipengaruhi oleh asal bibit (Tabel 6). Penampilan buah merupakan penilaian panelis terhadap tampilan buah secara visual yaitu kemulusan buah (tidak ada cacat ataupun bekas

εhama penyakit), dan ukuran buah. Buah jambu biji kristal asal sambung memiliki ukuran buah yang lebih besar dan lebih mulus kulit buahnya dibandingkan asal sambung, sehingga secara nyata panelis lebih menyukai penampilan buah asal sambung.

Simpulan

1. Setiap fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman berpengaruh terhadap produksi. Pertumbuhan tanaman asal cangkok yang cenderung lebih tinggi menghasilkan jumlah buah yang lebih banyak (86.5) dibandingkan tanaman asal sambung (63.2).

(36)
(37)

3

KAJIAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN KUALITAS

BUAH JAMBU BIJI KRISTAL PADA PEMANGKASAN

YANG BERBEDA

Pendahuluan

Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang bertujuan untuk pembentukan tajuk tanaman yang efektif untuk menghasilkan buah (Santoso 2012). Pengaturan tajuk tanaman dapat meningkatkan cahaya matahari yang diterima oleh tanaman, sehingga fotosintesis berlangsung lebih optimal dan pertumbuhan tunas lebih cepat (Dhaliwal et al. 2014). Pertambahan jumlah tunas baru yang tumbuh diharapkan dapat meningkatkan jumlah bunga dan buah, dengan asumsi bahwa tunas baru tersebut menghasilkan bunga. Menurut Singh (2011), pengaturan tajuk tanaman pada tanaman jambu biji menghasilkan produksi dan kualitas jambu biji yang lebih baik. Hossain et al. (2006) menyatakan bahwa pemangkasan mengurangi pertumbuhan vegetatif, meningkatkan penerimaan cahaya matahari, memperbaiki kualitas buah khususnya ukuran buah dan warna buah, serta mempercepat pematangan buah.

Ukuran buah merupakan parameter kualitas yang sangat penting, dan buah yang berukuran besar memiliki nilai yang tinggi pada pasar ekspor (Bennewitz et al. 2011). Tingkat pemangkasan yang berbeda, secara nyata meningkatkan kualitas kimia (padatan terlarut total, asam tertitrasi total, dan kandungan vitamin C) dan fisik (bobot dan ukuran) pada buah persik (Flordasun peach) (Kumar et al. 2010). Pemangkasan pada tanaman jambu biji memberikan hasil maksimum pada jumlah tunas, bunga, dan diameter buah (Pilania et al. 2010). Tanaman jambu biji cv. Allahabad safeda yang dipangkas 10 cm dari pangkal cabang menghasilkan tunas vegetatif, rata-rata bobot buah, dan hasil panen yang lebih baik (Lakpathi et al. 2013), sedangkan pada cv. Lucknow-49 yang dipangkas 30 cm dari pangkal cabang menghasilkan jumlah bunga dan buah per tunas, serta ukuran dan bobot buah yang lebih baik (Mohammed et al. 2006). Ukuran panjang cabang tersier 30 cm memiliki jumlah daun sekitar 7-8 pasang daun. Selama ini petani jambu biji kristal di Indonesia, khususnya Jawa Barat melakukan pemangkasan cabang tersier dengan menyisakan 4 pasang daun setelah bakal buah.

(38)

22

tersebut, diperlukan penelitian mengenai pemangkasan yang berbeda guna meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kualitas buah jambu biji kristal.

Metode Penelitian

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di lahan petani Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Analisis dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2013 sampai Maret 2014.

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan yaitu tanaman jambu biji kristal umur 3 tahun asal bibit sambung. Bahan yang digunakan untuk analisis yaitu Natrium Hidroksida (NaOH) 0.1N dan phenolphthalein (PP), iodin 0.01N, amilum 1%, dan akuades.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gunting pangkas, timbangan digital, hand counter, plastik, sponet, blender, penetrometer controller MK VI, hand refraktrometer Atago DUE-PSH 03, color reader CR 01 Konica minolta, portable area meter LI-COR LI-3000C, labu ukur, erlenmeyer, buret, jangka sorong, dan alat tulis.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor (pemangkasan) dengan tiga perlakuan, yaitu pemangkasan cabang tersier dengan menyisakan 4 pasang daun setelah bakal buah, pemangkasan cabang tersier dengan menyisakan 8 pasang daun setelah bakal buah, dan tanpa pemangkasan (kontrol). Masing-masing perlakuan di ulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 9 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan menggunakan 1 tanaman.

Model linier yang digunakan sebagai berikut:

Yij= μ + τi + ßj + εij Keterangan

Yij : nilai pengamatan pengaruh perlakuan pemangkasan ke i ulangan ke j µ : nilai tengah umum

τi : pengaruh perlakuan pemangkasan ke i ßj : pengaruh ulangan ke j

εij : pengaruh galat percobaan perlakuan pemangkasan ke i ulangan ke j i : perlakuan ke 1, 2, 3

j : ulangan ke 1, 2, 3

Analisis Data

(39)

untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan tanaman dengan kualitas buah jambu biji kristal. Analisis korelasi linier sederhana menurut Carl Pearson (Misbahudin dan Hasan 2013):

Keterangan

i : perlakuan pemangkasan yang berbeda pada cabang tersier n : jumlah pengamatan sampel

Xi : pertumbuhan tanaman pada pemangkasan ke i Yi : kualitas buah pada pemangkasan ke i

rxy : koefisien korelasi linier

Nilai r menunjukkan kekuatan hubungan linier. Nilai korelasi berada pada interval -1 ≤ r ≤ 1. Tanda – dan + menunjukkan arah hubungan. Pedoman interpretasi nilai koefisien korelasi pada Lampiran 1.

Prosedur Percobaan

Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan pemangkasan yang berbeda pada cabang tersier (cabang ketiga dari batang utama); 3 tanaman dipangkas dengan menyisakan 4 pasang daun setelah bakal buah (Gambar 8.a); 3 tanaman dipangkas dengan menyisakan 8 pasang daun setelah bakal buah (Gambar 8.b); dan 3 tanaman tanpa dipangkas (Gambar 8.c). Setiap tanaman diamati sebanyak 15 cabang tersier. Penetapan cabang tersier per tanaman yang mendapat perlakuan pemangkasan yaitu cabang tersier yang memiliki jumlah pasang daun lebih dari 4 atau 8 (sesuai dengan perlakuan) setelah bakal buah. Pemangkasan dilakukan setelah daun ke 4 atau 8 (sesuai dengan perlakuan) yang dihitung dari bakal buah ke arah pucuk. Cabang tersier yang diamati pada tanaman kontrol adalah cabang tersier yang memiliki daun setelah bakal buah.

Penetapan buah contoh pada 15 cabang tersier per tanaman yang mendapat

perlakuan pemangkasan dilakukan saat bakal buah berukuran diameter 1.5-2.5 cm. Buah contoh yang dipertahankan hingga matang per cabang tersier

hanya satu buah. Setiap buah contoh dibungkus dengan sponet dan plastik bening yang telah dilubangi bagian bawahnya.

(40)

24

Gambar 8 Pemangkasan cabang tersier dengan menyisakan 4 pasang daun setelah bakal buah (a), pemangkasan cabang tersier dengan menyisakan 8 pasang daun setelah bakal buah (b), dan tanpa pemangkasan (c).

(a)

(b)

(41)

Pengamatan

Variabel yang diamati meliputi variabel pertumbuhan, kualitas buah, dan uji organoleptik sebagai berikut:

a. Variabel pertumbuhan

1. Diameter tajuk tanaman (cm)

Diameter tajuk tanaman diamati setiap 1 bulan. Diameter tajuk tanaman diamati dengan cara mengukur 2 sisi terpanjang tajuk.

2. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun diamati setiap 2 minggu, menggunakan hand counter. Jumlah daun diamati dengan cara menghitung seluruh daun yang muncul dan berkembang sempurna pada seperempat tajuk tanaman, kemudian jumlah daun yang diperoleh dikalikan empat.

3. Luas daun (cm)

Luas daun diamati setiap 1 bulan, menggunakan alat portable area meter LI-COR LI-3000C. Daun yang diukur adalah daun dewasa dengan jumlah contoh daun yaitu sebanyak 10 helai pada setiap tanaman.

4. Jumlah tunas

Jumlah tunas diamati setiap 2 minggu, menggunakan hand counter. Tunas yang dihitung adalah keseluruhan tunas berukuran 2-4 cm yang muncul setelah pemangkasan.

5. Jumlah bunga

Jumlah bunga diamati setiap 2 minggu, menggunakan hand counter. Bunga yang dihitung adalah keseluruhan bunga mekar yang muncul setelah pemangkasan.

6. Jumlah bakal buah

Jumlah bakal buah diamati setiap 2 minggu, menggunakan hand counter. Bakal buah yang dihitung adalah keseluruhan bakal buah berukuran diameter 1.5-2.5 cm yang muncul setelah pemangkasan.

7. Fruit set

Fruit set dihitung di akhir penelitian, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Diameter buah diukur menggunakan jangka sorong, dari arah horizontal melingkar (diameter tranversal).

2. Volume buah (mL)

Volume buah dihitung dengan metode Archimedes, yaitu dengan menghitung tumpahan air yang berasal dari wadah yang telah di isi air penuh kemudian buah di masukkan ke dalam wadah tersebut. Tumpahan air di ukur menggunakan gelas ukur.

3. Bobot buah (g)

(42)

26

4. Kelunakan buah (mm 50 g-1 5 detik-1)

Kelunakan buah diukur menggunakan penetrometer elektrik. Buah diukur pada tiga bagian yaitu pangkal, tengah, dan ujung buah. Tusukan dilakukan selama 5 detik, dengan beban yang digunakan 50 g. Angka yang terbaca setelah penusukan dinyatakan sebagai tingkat kelunakan buah (mm 50 g-1 5 detik-1). terang, dengan kisaran 0-100. Axis a* menunjukkan intensitas warna merah (+) atau hijau (-), dan axis b* menunjukkan intensitas warna kuning (+) atau biru (-). Berdasarkan nilai a dan b maka dapat dinyatakan nilai o

Hue dengan persamaan sebagai berikut: 0

Hue = tan-1(b/a)

Nilai hue yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan nilai hue pada bola imajiner Munsell, sehingga diperoleh data warna secara objektif.

6. Kecerahan warna kulit buah (L)

Kecerahan warna kulit buah diperoleh dari hasil analisis warna kulit buah menggunakan color reader CR 01 Konica Minolta dengan skala warna CIE LAB (McGuire 1992). Nilai L* yang dihasilkan menunjukkan tingkat kecerahan warna kulit buah. Nilai L* mewakili tingkat gelap hingga terang, dengan kisaran 0-100. Nilai 0 menunjukkan warna hitam atau sangat gelap, dan nilai 100 menunjukkan kecenderungan warna putih atau terang.

Kualitas kimia buah meliputi: 7. Padatan terlarut total (0Brix)

Padatan Terlarut Total (PTT) dianalisis menggunakan hand refraktrometer digital. Buah jambu biji diambil 3 bagian dengan bobot sampel 10 g, kemudian di haluskan dan diperas. Juice buah jambu biji kristal sebanyak 2 tetes diletakkan pada lensa hand refraktrometer. Angka yang diperoleh dinyatakan dengan 0Brix.

8. Asam tertitrasi total (%)

(43)

Keterangan:

mL NaOH = volume NaOH yang terpakai saat titrasi N NaOH = normalitas NaOH (0.1N)

fp = faktor pengenceran 64 = faktor asam dominan Bobot contoh = 10.000 mg

9. Kandungan vitamin C

Kandungan vitamin C (asam askorbat) dianalisis menggunakan metode titrasi dengan larutan iodium (Sudarmadji et al. 1989). Buah jambu biji diambil 3 bagian dengan bobot contoh 10 g, dihancurkan, kemudian ditera sampai diperoleh larutan juice 250 mL. Selanjutnya diambil 25 mL filtrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan diberi 1 mL larutan amilum 1% sebagai indikator. Dititrasi dengan Iodin 0.01 N yang sudah ditempatkan pada buret, dikocok pelan-pelan sampai warna larutan berubah menjadi biru keunguan yang konstan. Vitamin C yang dikandung dalam buah dapat diukur dengan menggunakan rumus:

Kadar vitamin C (mg 100 g-1) = mL Iod x 0.01 N Iod x 0.88 x fp x 100 Bobot contoh (mg)

Keterangan

1 mg iodium 0.01N = 0.88 mg asam askorbat

fp = faktor pengenceran

Bobot contoh = 10.000 mg c. Uji organoleptik

Uji organoleptik dilakukan dengan memberikan lembar kuisioner pada 15 panelis untuk mengetahui tingkat kesukaan dan penerimaan konsumen terhadap rasa buah. Skor rasa sebagai berikut: 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = kurang suka, 4 = suka, 5 = sangat suka.

Hasil dan Pembahasan

Secara umum kondisi pertumbuhan tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun, pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun, dan kontrol baik. Tanaman menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang baik sampai menghasilkan buah siap panen (Gambar 9).

(44)

28

Gambar 9 Tanaman jambu biji kristal yang sedang berbuah

Pertumbuhan Tanaman Jambu Biji Kristal

Tanaman jambu biji kristal setelah pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun dan pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun memacu pertumbuhan vegetatif yang meningkat. Tanaman menunjukkan adanya peningkatan terhadap pertumbuhan vegetatif yang ditandai dengan bertambahnya diameter tajuk tanaman dan jumlah daun dari 1 bulan setelah pemangkasan sampai 8 Bulan Setelah Pemangkasan (BSP) (Tabel 7).

Tabel 7 Diameter tajuk tanaman dan jumlah daun tanaman jambu biji kristal setelah pemangkasan

Perlakuan

Diameter tajuk tanaman (cm)

Jumlah daun (helai)

1 BSP 8 BSP 1 BSP 8 BSP

Pemangkasan dengan

menyisakan 4 pasang daun 275.3 b 357.3 a 3364.0 a 3607.7 a Pemangkasan dengan

menyisakan 8 pasang daun 298.0 ab 367.7 a 3414.0 a 3580.2 a

Kontrol 310.0 a 370.0 a 3444.2a 3559.2 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan LSD 5%. BSP = Bulan Setelah Pemangkasan.

(45)

(Campbell et al. 2003). Pada 8 BSP, pemangkasan yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tajuk tanaman.

Pemangkasan yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun baik pada 1 BSP dan 8 BSP (Tabel 7). Hasil analisis statistik menunjukkan meskipun tidak nyata, tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun menunjukkan kecenderungan pertumbuhan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun dan kontrol.

Pemangkasan yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun (Tabel 8). Adanya kecenderungan pertumbuhan diameter tajuk tanaman, jumlah daun, dan luas daun yang lebih tinggi pada tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun diduga berkaitan dengan jumlah asimilat yang dihasilkan dan ditranslokasikan. Luas daun yang semakin lebar maka asimilat yang dihasilkan lebih banyak. Pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun 37.5 a 202.3 a Pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun 36.5 a 162.0 b

Kontrol 36.0 a 118.3 c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan LSD 5%.

Awal pertumbuhan vegetatif setelah pemangkasan ditandai dengan tumbuhnya tunas. Banyaknya tunas yang tumbuh setelah pemangkasan menunjukkan adanya peningkatan jumlah tunas. Pemangkasan yang berbeda berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tunas (Tabel 8). Pemangkasan menghilangkan dominansi apikal sehingga memicu pertumbuhan tunas lateral, akibat auksin yang disintesis di bagian ujung cabang ditransport secara basipetal ke bagian cabang yang lebih bawah (Goldsworthy dan Fisher 1984).

Jumlah tunas pada tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun lebih tinggi dibandingkan tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun. Hal ini dikarenakan pada tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun tidak terdapat daun muda, sebaliknya pada tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun masih terdapat daun muda yang merupakan meristem atau tempat sintesis auksin yang dapat mengakibatkan terhambatnya tunas lateral. Auksin berfungsi dalam pemanjangan apikal cabang sehingga keberadaanya menekan pertumbuhan tunas lateral. Mclntyre dan Damson (1988) juga melaporkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tunas lateral diatur oleh penurunan kadar auksin pada batang.

(46)

30

Tabel 9 Pengaruh pemangkasan terhadap jumlah bunga, bakal buah, dan fruit set tanaman jambu biji kristal menunjukkan berbeda nyata berdasarkan LSD 5%.

Selama penelitian (bulan Agustus 2013-Maret 2014) yang merupakan satu kali musim panen menghasilkan jumlah bunga per tanaman tertinggi yaitu 581.7 yang dihasilkan oleh tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun. Hal ini dikarenakan tunas yang tumbuh pada tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun lebih banyak dibandingkan tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun, dan kontrol. Tunas baru yang tumbuh menghasilkan bunga. Jumlah bunga yang dihasilkan 2-4 (Gambar 10).

Gambar 10 Bunga jambu biji kristal

Perlakuan pemangkasan yang berbeda berpengaruh nyata meningkatkan jumlah bunga. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Singh et al. (2001) pemangkasan dapat meningkatkan jumlah bunga tanaman jambu biji asal kultivar India sebesar 70% (kultivar Sardar) dan 73% (kultivar Allahabad safeda). Pemangkasan mematahkan dominansi apikal sehingga memicu tumbuhnya tunas lateral yang pada akhirnya diikuti keluarnya tangkai bunga.

Awal munculnya bunga merupakan proses transisi dari fase vegetatif ke fase generatif. Pada fase generatif, asimilat lebih banyak di translokasikan ke organ generatif dibandingkan organ vegetatif. Asimilat yang ditranslokasikan ke bunga digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangannya hingga membentuk bakal buah sampai buah dipanen. Menurut Sutapradja (2008) pada fase generatif hampir seluruh hasil fotosintesis digunakan oleh bunga dan buah yang sedang berkembang.

(47)

pemangkasan meningkatkan jumlah buah jambu biji per pohon menjadi 253.0 (pada musim pertama) dan 251.8 (pada musim kedua).

Pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun berpengaruh nyata meningkatkan fruit set per tanaman menjadi sebanyak 64.5% dibandingkan dengan kontrol (49.8%), namun pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap fruit set (Tabel 9). Persentase fruit set diperoleh dari banyaknya jumlah bunga yang berdiferensiasi menjadi buah. Semakin banyak jumlah bunga yang berdiferensiasi menjadi buah, semakin banyak persentase fruit set yang terbentuk.

Kualitas Buah Jambu Biji Kristal

Buah segar pascapanen dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kualitas buah jambu biji kristal. Kualitas buah yang diamati meliputi kualitas fisik dan kimia disajikan dalam tabel 10 dan 11.

Pemangkasan yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter, volume dan bobot buah jambu biji kristal (Tabel 10). Tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun memiliki ukuran dan bobot buah yang paling tinggi dibandingkan tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun dan tanaman kontrol. Hal ini diduga karena adanya kompetisi antar sink (bunga, bakal buah, daun muda, dan pucuk daun) dalam mendapatkan asimilat. Kompetisi asimilat pada tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun diduga lebih besar dibandingkan dengan tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun, karena jumlah sink yang lebih banyak, begitu pun antara tanaman perlakuan pemangkasan dengan kontrol. Jumlah sink pada tanaman kontrol (bunga, bakal buah, daun muda dan pucuk daun) lebih banyak dibandingkan tanaman perlakuan pemangkasan (bunga dan bakal buah).

Tabel 10 Pengaruh pemangkasan terhadap kualitas fisik buah jambu biji kristal

(48)

32

Menurut Genard et al. (2008), jumlah organ sink dan ketersediaan organ source mempengaruhi alokasi karbohidrat dari source ke sink. Jumlah asimilat yang ditranslokasikan dari source ke sink mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan buah. Besarnya kompetisi antar sink pada tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun mengakibatkan jumlah asimilat yang ditranslokasikan dari source ke buah lebih sedikit dibandingkan pada tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun, sehingga ukuran dan bobot buah pada tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun lebih rendah dibandingkan buah pada tanaman perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun.

Pemangkasan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kelunakan buah, warna kulit buah, dan kecerahan buah (Tabel 10). Penampakkan visual warna kulit buah dapat diketahui secara objektif dengan cara mencocokkan nilai hue pada kuadran di bola Imajiner Munsell. Perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 4 dan 8 pasang daun serta kontrol menghasilkan buah jambu biji kristal berwarna hijau terang (82.2-83.2 h0 pada kuadran II dan 54.4-55.5 L).

Kandungan Padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), dan vitamin C menunjukkan kualitas kimia buah. PTT menunjukkan kadar gula total dalam buah. ATT menunjukkan kadar asam yang terkandung dalam buah. Hasil analisis terhadap kandungan PTT, ATT, dan vitamin C disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Pengaruh pemangkasan terhadap kualitas kimia buah jambu biji kristal

Perlakuan PTT

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan

tidak berbeda nyata berdasarkan LSD 5%. PTT = Padatan Terlarut Total; ATT = Asam Tertitrasi Total.

Pemangkasan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), dan kandungan vitamin C buah jambu biji kristal (Tabel 11). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lakpathi et al. (2013) yang menyatakan bahwa, pemangkasan 10 cm, 20 cm, dan 30 cm tidak berpengaruh nyata terhadap PTT, ATT dan kandungan vitamin C pada buah jambu biji cv. Allahabad safeda. Secara umum, proses pematangan buah akan meningkatkan kadar gula dan menurunkan kadar asam. Asam sitrat dan malat merupakan asam organik yang dominan dalam buah. Vitamin C merupakan salah satu bahan penyusun organik yang kadarnya pada buah berfluktuasi yang dipengaruhi oleh temperatur dan pH (Kays 1991).

Uji Organoleptik

Gambar

Gambar 2 Kumulatif pertumbuhan tunas baru dari dua populasi tanaman asal bibit  yang berbeda pada setiap waktu pengamatan
Gambar 3. 7Asal cangkok
Gambar 4 Kumulatif pertumbuhan jumlah daun dari dua populasi tanaman asal bibit  yang berbeda pada setiap waktu pengamatan
Gambar 6 Luas daun dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada setiap waktu pengamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Klik ‘Investor Management’  Æ  ‘Reset Pincode Investor’. Sistem akan menampilkan field   Investor   ID  dan  Member   ID.  Input  data  pada  field   Investor  

JUMLAH DOSEN MENGIKUTI SEMINAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL KEADAAN DESEMBER 2017.

Aplikasi yang memanfaatkan teknologi Android ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap penyebaran guru yang telah bersertifikasi pada Sekolah Dasar Negeri Provinsi

220.Hal ini dapat dilihat juga uraian Pendapat pembaharu Islam seperti Rashid Ridha, M. Lihat, Azyumardi, Pergolakan Politik.., 27.. Rashid Ridha dari Mesir dan

Berdasarkan simpulan di at as, t erdapat beberapa rekomendasi dari penulis berupa per - t ama, unt uk memberikan perlindungan t er- hadap masyarakat hukum adat besert

Perhimpunan Al-Irsyad lebih telah memfokuskan perhatiannya pada bidang pendidikan Islam hal ini dapat dilihat berdirinya cabang-cabang Al- Irsyad di beberapa pelosok

Adalah jelas bahawa ADH membina watak- watak dengan ciri-ciri perwatakan yang saling bertentangan sebagai satu strategi bagi mencetuskan cerita dan sekali gus mengekalkan

Kemampuan awal kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik kelas V MIS Miftahul Huda diperoleh dari pretest yang diberikan kepada peserta didik sebelum