• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN BERORGANISASI MENURUT UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN BERORGANISASI MENURUT UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK

SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN

BERORGANISASI MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Penulisan Hukum

(S K R I P S I)

Disusun dan DiajukanUntuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam IlmuHukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

OLEH :

RATMAWAN ARI KUSNANDAR

NIM. E.0006208

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(2)

commit to user

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK

SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN

BERORGANISASI MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Disusun oleh :

RATMAWAN ARI KUSNANDAR

NIM. E.0006208

Disusun untuk Dipertahankan

Menyetujui,

Pembimbing II

M. Madalina, S.H, M.H NIP. 19601024198602201 Pembimbing I

Aminah, S.H, M.H NIP. 195105131981032001

(3)

commit to user PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK

SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN

BERORGANISASI MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Disusun oleh :

RATMAWAN ARI KUSNANDAR

NIM. E.0006208

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari : ... Tanggal : ...

Panitia Ujian Skripsi Tim Penguji :

1. Sugeng Praptono, S.H., M.H. : ………

NIP. 19520808 198403 1001 Ketua

2. . Aminah, S.H, M.H : ………

NIP. 19510513 198103 2001 Pembimbing I

3. M. Madalina, S.H, M.H : ………

NIP. 19601024 19860 2201

Pembimbing II

Mengetahui, Dekan,

(Mohammad Jamin,S.H.,M.Hum NIP. 19610930 198601 1 001

(4)

commit to user

Motto

™

Apabila kita mendapat cobaan dan masalah,

bersabarlah, karena sesungguhnya Allah SWT sangat

dekat dengan orang sabar.

™

Dunia hanyalah tempat naungan, mata hanya melihat

sejauh pandang, kaki hanya melangkah sejauh lelah,

namun dimanapun kaki berpijak jadilah orang yang

setia dan berguna.

(5)

commit to user PERSEMBAHAN

Karya ini Penulis Persembahkan kepada :

Allah SWT Yang Maha Pengasih

Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan tuntunan umat.

Bapak dan Ibu yang tercinta, yang senantiasa selalu memberi kasih sayang pada Penulis dan tiada hentinya memberikan doa tulus demi kesuksesan Penulis.

Saudaraku yang senantiasa memberikan dukungan kepada Penulis.

(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga akhirnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ANALISIS SYARAT

DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK SEBAGAI

IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN

BERORGANISASI MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945”.

Adapun tujuan dari penyusunan Skripsi ini adalah memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan program Strata satu dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum (SH) dalam bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan, kami menyadari bahwa karya kami ini sangat jauh dari sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki kualitas karya kami di kesempatan mendatang.

Kami meyakini bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud dan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait dalam proses penyusunan skripsi ini, sehingga melalui kesempatan ini kami menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Moh. Jamin, S.H.,MHum selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang senantiasa memberikan dorongan dan kesempatan kepada penulis untuk mengembangkan ilmu hukum melalui penelitian.

2. Ibu Aminah S.H,MH selaku Ketua bagian Hukum Tata Negara sekaligus sebagai pembimbing Utama, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Maria Madalina, SH. MH selaku Pembimbing II Penulisan Hukum ( Skripsi ) yang sangat membantu penulis, memberikan arahan serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini..

(7)

commit to user

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran demi mendidik penulis.

5. Segenap Pimpinan dan Staf Fakultas Hukum UNS yang telah melayani penulis selama menempuh kuliah di Fakultas Hukum UNS.

6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 di Fakultas hukum UNS, terima kasih atas dorongannya.

7. Dan semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga proses penyusunan Skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

Semoga penyusunan Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang membutuhkan dan kami berharap karya ini dapat berguna bagi perkembangan Ilmu Administrasi Negara.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

(8)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 14

1. Tiniauan Umum tentang Tentang Demokrasi ... 14

a. Pengertian dan hakikat demokrasi,... 14

b. Unsur-unsur penegak demokrasi... 16

2. Tinjauan Umum Teori konstitusi dan Konstitusionalisme 19

a. Teori Konstitusi, ... 19

b. Substansi Konstitusi ... 21

c. Teori konstitusionalisme... 22

(9)

commit to user

3. Tinjauan tentang pemilihan umum ... 25

a. Pengertian tentang Pemilu... 25

a. lembaga-lembaga yang terlibat... 36

b. Kedudukan Undang-Undang No. 10 tahun 2008 dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia... 36

4. Tinjauan mengenai Partai Politik... 38

a. Pengertian Partai Politik... 38

b. Fungsi Partai Politik ... 40

c. Sistem Kepartaian... 45

d. Infrastruktur dan Suprastruktur Partai Politik ... 49

5. Tinjauan tentang Kebebasan Berserikat... 57

a. Pengertian Kebebasan Berserikat... 57

b. Berbagai Instrumen Internasional... 61

c. Hakikat Kebebasan Berserikat... 64

d. Compeled Association... 67

B. Kerangka Pemikiran... 68

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Syarat dan mekanisme pendirian partai politik menurut undang-ungdang dasar negara republik indonesia tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 tentang partai politik ... 71

B. Syarat dan mekanisme pendirian partai politik berkaitan prinsip hak atas kebebasan berserikat dan kebebasan berorganisasi... 81

BAB IV PENUTUP A. Simpulan ... 103

B. Saran ... 104 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Gambar Kerangka Pemikiran... 69

(11)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

(12)

commit to user ABSTRAK

RATMAWAN ARI KUSNANDAR, E.0006208, ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN BERORGANISASI MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, Penulisan

Hukum (Skripsi).

Penelitian ini membahas tentang syarat dan mekanisme pendirian partai politik menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik serta syarat dan mekanisme pendirian partai politik tersebut sudah memenuhi prinsip hak atas kebebasan berserikat dan kebebasan berorganisasi.

Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Jenis data meliputi data primer dan data sekunder yaitu bahan hukum primer, bahan hukum skunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik studi pustaka atau collecting by library untuk mengumpulkan dan menyusun data yang diperlukan

Analisis data yang dipergunakan adalah analisis isi. kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat presosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen, atau teknik penelitian yng dimnfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikastif dan sahih dari data atas konteksnya.

Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik belum optimal mengakomodasi dinamika dan perkembangan masyarakat yang menuntut peran Partai Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta tuntutan mewujudkan Partai Politik sebagai organisasi yang bersifat nasional dan modern sehingga Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik perlu diperbarui.. Sedangkan mekanismenya diatur dalam Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.Hh-02.Ah.11.01 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Partai Politik Menjadi Badan Hukum. Selain itu Pembentukan Partai Politik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 terdapat materi yang dapat diperdebatkan. Materi yang dapat diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan, Affirmative Action dan pembentukan partai politik sebagai badan hukum. Mengenai semua hal tersebut tidak ada yang bertentangan dengan prinsip kebebasan berserikat yang diatur dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kata Kunci: Politik, Organisasi, Kebebasan Berserikat

(13)

commit to user

ABSTRACT

RATMAWAN ARI KUSNANDAR. E.0006208. ANALYSIS OF IMPLEMENTATION OF RIGHTS TOWARD FREEDOM OF ASSEMBLY AND FREEDOM OF ASSOCIATION ACCORDING TO REPUBLIC OF INDONESIA’S CONSTITUTION, 1945. Faculty of Law.

Sebelas Maret University. Legal Writing (Minithesis).

This research discussed about the requirement and mechanism of political party establishment according to Republic of Indonesian’s Constitution, 1945 and Republic of Indonesian’s Act Number 2, 2008 about Political Party and the requirement and mechanism of them which fulfilled rights toward freedom of assembly.

Research type which writer utilized to propose this legal writing is normative legal writing or literature legal writing; it was a research that conducted by examined literature material or secondary data. Data included primary and secondary data; those are primary, secondary, and tertiary legal material, respectively. Technique of data collection is literature study. Here, the writer used literature study technique or

collecting by library to collect and arrange data which is needed.

Data analysis used here is content analysis. Content review is a research methodology that uses a set of procedure to make conclusion precisely based on book or document, or a research technique to make rejoinder and precise conclusion based on context of data.

Research result concluded that Act Number 31, 2002 about Political Party not yet optimal to accommodate society dynamic and growth which needs political party role in nation life; beside that Act Number 31, 2002 about Political Party require to be renew caused by the demand to make Political Party as national and modern organization. Its mechanism is arranged in Regulation from Minister of Law and Human Rights Republic of Indonesia Number: M. Hh-02.11.01, 2008 about Manual for Registration of Political Party become Corporate Body. Besides that, some materials in Act Number 2, 2008 about Political Party which regulate establishment of political party remains in debate such as ideology and characteristic of political party, number of its management either in province, regency/town or sub district, Affirmative Action and establishment of political party become corporate body. No one of all oppose against freedom of assembly which is regulated in Republic of Indonesia’s Constitution, 1945.

Keywords: Political, Organization, Freedom of Assembly.

(14)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional yang telah dilaksanakan sejak jaman Orde Baru mempunyai tujuan utama untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana yang berkeprikehidupan bangsa, aman, tertib dan dinamis dalam pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah Indonesia telah melakukan pembangunan di segala bidang baik ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam.

Pembangunan yang difokuskan kepada manusia seutuhnya, mestinya secara adil akan memperhatikan semua potensi sumber daya manusia yang ada. Kualitas sumber daya manusia yang ada tidak dihitung pada sumber daya saja, tetapi dihitung pada sumber daya yang tersedia. Oleh karena itu, harus dilakukan langkah-langkah untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan. Salah satunya adalah peningkatan pemberian hak untuk mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan, hak untuk berserikat dan berkumpul serta masih banyak hak-hak lain yang dijamin dengan Undang-Undang.

(15)

commit to user

pekerjaannya sangat beragam tergantung dari bidang-bidang yang paling mampu dilakukan oleh para pendiri dan pengurusnya. Sebut saja misalnya bidang kesehatan, pendidikan, kependudukan, lingkungan hidup, kebudayaan, ekonomi, sosial, keagamaan, riset dan kajian, pemberdayaan rakyat di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, dan lain-lain (http://www.indepolis.org/d-tentang-prosedur-pembentukan-partai/).

Indonesia adalah negara yang menganut paham demokrasi yang artinya kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kemudian dijalankan melalui mekanisme pelembagaan yang bernama partai politik. Kemudian partai politik saling berkompetisi secara sehat untuk memperebutkan kekuasaan pemerintahan negara melalui mekanisme pemilihan umum. Inilah wujud dari adanya hak asasi manusia yang telah diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yaitu hak merdeka untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran serta pendapat.

Sejalan dengan dinamika politik terutama sejak reformasi, yang diawali dengan perubahan dan penambahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945, upaya pengaturan partai politik terus dilakukan, yang berarti penataan kembali legislasi partai politik dengan membentuk Undang-Undang partai politik yang baru merupakan keharusan yang tidak mungkin dihindari.

Momentum pemilu tahun 2009 merupakan saat yang sangat bersejarah bagi perjalanan demokrasi di negeri ini. Pemilu di tahun 2009 ini menjadi uji coba kedua pada sistem demokrasi di Indonesia setelah Pemilu tahun 2004. Semua saluran politik yang begitu beragam telah terbuka lebar untuk diapresiasi dalam wujud kebebasan dan kemerdekaan menyampaikan pendapat dan ekpresi.

(16)

commit to user

berkewajiban memenuhi, menjamin, dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan dalam berpolitik sesuai dengan hak dan kewajibannya dalam berpolitik sebagai warga negara.

Berdasarkan sistem demokrasi yang telah berjalan melalui pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung sejak tahun 2004 merupakan bentuk pendidikan politik bagi masyarakat yang membawa dalam situasi politik praktis dengan berbagai macam partai politik yang bermunculan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan politik bagi masyarakat merupakan bagian yang penting dalam membangun sistem pemerintahan yang kuat serta berkelanjutan.

Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik menyebutkan bahwa partai politik melakukan pendidikan politik bagi masyarakat sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawabnya dengan memperhatikan keadilan dan keseteraan gender dengan tujuan antara lain: (Pasal 31 Undan-Undang Nomor 02 Tahun 2008 Tentang Partai Politik)

1. meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan

2. meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan

3. meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter bangsa dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

(17)

commit to user

Menyingkapi hal tersebut, maka lahirnya berbagai partai politik diharapkan akan membawa nuansa budaya politik bagi masyarakat itu sendiri dalam memenuhi hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pendidikan politik oleh partai politik penting diimplementasikan kepada usaha peningkatan kesadaran berdemokrasi sebagai salah satu upaya untuk menjabarkan pemerintahan dari rakyat dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat yakni pemerintahan yang kewenangannya pada rakyat. Semua anggota masyarakat yang memenuhi syarat diikutsertakan dalam kehidupan kenegaraan dalam aktivitas pemilihan umum. Pelaksanaan dari demokrasi ini telah dilakukan dari dahulu di berbagai daerah di Indonesia hingga Indonesia merdeka sampai sekarang ini. Demokrasi di negara Indonesia bersumberkan dari Pancasila dan UUD ’45 sehingga sering disebut dengan demokrasi pancasila. Demokrasi Pancasila berintikan musyawarah untuk mencapai mufakat, dengan berpangkal tolak pada paham kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Bersandarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dinamika dan perkembangan masyarakat yang majemuk menuntut peningkatan peran, fungsi dan tanggungjawab Partai Politik dalam kehidupan demokrasi dan konstitusional sebagai sarana partisipasi politik masyarakat dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia, menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

(18)

commit to user

kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui UU No. 2 Tahun 2008 diharapkan pula pembaharuan yang mengarah pada penguatan sistem dan kelembagaan partai politik, yang menyangkut domokratisasi internal partai politik, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan partai politik, peningkatan kesetaraan gender dan kepemimpinan partai politik dalam sistem nasional berbangsa dan bernegara.

Partai politik merupakan hal yang sangat krusial di negara kita, Indonesia. Betapa tidak, sebagai negara yang ‘ingin dikatakan’ demokratis, tentu segala sesuatunya harus diaksanakan dengan demokratis pula, termasuk dalam hal penentuan pemimpin-pemimpin mulai dari presiden, gubernur dan kepala pemerintahan lain yang lebih rendah. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, tentu harus ada pengaturan tentang siapa yang akan menjadi pemimpin, salah satunya adalah Undang ini, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Undang-Undang-Undang-Undang ini merupakan perbaruan dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002, mengingat dalam Undang-Undang tersebut tuntutan dan dinamika masyarakat semakin berkembang. Bahkan pwemerintah sudah bersiap-siap mengundangkan Undang-Undang Partai Politik yang baru, yang sudah selesai pembahasannya di tinggkat DPR.

(19)

commit to user

ketatnya persyaratan pendirian partai politik, ternyata di Indonesia masih saja muncul partai politik yang begitu banyak. Hal inilah yang menarik penulis untuk melakukan sebuah penelitian tentang persyaratan pendirian partai politik terkait dengan Undang-Undang dasar 1945.

Melihat dari latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam sebuah penulisan hukum (Skripsi) dengan judul “ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME

PENDIRIAN PARTAI POLITIK SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK

ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN BERORGANISASI

MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya, penulis merumuskan permasalahan untuk dikaji lebih rinci. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana syarat dan mekanisme pendirian partai politik menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik?

2. Apakah syarat dan mekanisme pendirian partai politik tersebut sudah memenuhi prinsip hak atas kebebasan berserikat dan kebebasan berorganisasi?

C. Tujuan Penelitian

(20)

commit to user

1. Tujuan Obyektif

Tujuan obyektif penelkitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui syarat dan mekanisme pendirian partai politik menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

b. Untuk mengetahui syarat dan mekanisme pendirian partai politik tersebut sudah memenuhi prinsip hak atas kebebasan berserikat dan kebebasan berorganisasi.

2. Tujuan Subyektif

Tujuan Subyektif penelitian ini adalah:

a. Untuk memperluas dan memperdalam wawasan, pengetahuan dan kemampuan penulis mengenai ilmu hukum khususnya hukum tata negara.

b. Memberikan sumbangan dan masukan guna pengembangan ilmu hukum khususnya hukum tata negara dalam masalah pembentukan partai politik.

c. Untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian

Nilai dari suatu penelitian dapat dilihat dari manfaat yang dapat diberikan. Penulis mengharapkan agar dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu informasi yang rinci dan lengkap serta terarah yang memberikan jawaban atas permasalahan baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang akan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(21)

commit to user

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum serta pemecahan atas permasalahan dilihat dari sudut teori.

b. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi di bidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penelitian sejenis di penelitian yang akan datang.

c. Penelitian ini merupakan sarana pembelajaran bagi penulis dalam penerapan ilmu dan teori hukum yang telah diperoleh.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini aalah :

a. Untuk mempraktekkan teori penelitian (hukum) yang penulis dapatkan di bangku kuliah.

b. Diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti penulis.

c. Meningkatkan penalaran, membentuk pola pemikiran yang kritis adan dinamis serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuiahan hukum di Universitas Sebelas Maret.

E. Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,gejala atau hipotesa, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah (Sutrisno Hadi, 1989:4). Dengan demikian pengertian metode penelitian adalah cara yang teratur dan terpikir secara runtut dan baik dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan, mengembangkan maupun guna menguji kebenaran maupun ketidakbenaran dari suatu pengetahuan, gejala atau hipotesa. Adapun perincian mengenai metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:

(22)

commit to user

Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti (Soerjono Soekanto, 2006: 10).

Hal ini sesuai dengan pandangan Soerjono Soekanto bahwa penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum normatif atau kepustakaan tersebut mencakup:

1. Penelitian terhadap asas-asas hukum 2. Penelitian terhadap sistematik hukum

3. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal 4. Penelitian terhadap Perbandingan hukum

5. Penelitian terhadap Sejarah hukum ( Soerjono Soekanto 2006:13-14 ) Dari cakupan jenis penelitian hukum normatif oleh Soerjono Soekanto tersebut penelitian yang dilakukan oleh penulis termasuk dalam penelitian terhadap asas-asas hukum. Hal ini diidentifikasikan dari kajian penulis mengenai prinsip kebebasan berserikat yang dikaitkan dengan pembentukan partai politik di Indonesia dan yang tergolong sebagai penelitian terhadap asas-asas hokum adalah adanya asas lex specialis

derograt lex generalis antara Undang-Undang Dasar Negara Republik

(23)

commit to user 2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Menurut Soerjono Soekanto, maksud penelitian bersifat deskriptif ini adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu dalam memperkuat teori atau dalam kerangka menyusun teori baru (Soerjono Soekanto, 2006: 10). Dalam penulisan hukum ini akan diurakan mengenai analisis mengenai syarat pendirian partai politik dan mekanisme pendirian partai politik sebagai implementasi kebebasan berserikat dan berorganisasi di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pendekatan Penelitian

Menurut Peter Mahmud Marzuki, pendekatan dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, yaitu pendekatan Undang-Undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan histories (historical approach), pendekatan konseptual (conceptual

approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 93). Dari keempat pendekatan

(24)

commit to user

sebagai implementasi kebebasan berserikat dan berorganisasi di Indonesia. Oleh karena itulah penulis perlu membangun suatu konsep untuk dijadikan acuan di dalam penelitian ini. Serta pendekatan komparatif yang penulis lakukan yaitu dengan membandingkan Undang-Undang Partai Politik yang pernah dan masih ada di Indonesia. Pendekatan historis dalam penelitian ini yaitu pendekatan terhadap sejarah sejarah perkembangan Partai Politik hingga tahun 2009.

4. Jenis data

Jenis data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yaitu data atau informasi hasil penelaahan dokumen penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya, bahan kepustakaan seperti buku-buku, literatur, koran, majalah, jurnal maupun arsip-arsip yang berkesesuaian dengan penelitian yang dibahas.

5. Sumber Data

Sumber data merupakan tempat di mana dan ke mana data dari suatu penelitian dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder berupa dokumen publik dan catatan-catatan resmi

(public documents and official records), yaitu dokumen peraturan

perundangan yang berkaitan dengan pengaturan mengenai sistem pemilihan umum, serta peraturan yang berkaitan dengan partai politik. Di samping sumber data yang berupa Undang-Undang Negara maupun Peraturan Pemerintah, penulis juga memperoleh data dari beberapa jurnal, buku-buku referensi dan media massa yang mengulas mengenai pengaturan sistem pemilihan umum, serta peraturan yang berkaitan dengan partai politik.

(25)

commit to user

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terkait dengan topik bahasan yaitu terdiri dari;

1). Norma (dasar) atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

2). Peraturan Dasar

a).Batang Tubuh UUD 1945 b).Ketetapan MPR

3). Peraturan PerUndang-Undangan

a).Undang-Undang dan peraturan yang setaraf b).Peraturan Pemerintah dan peraturan yang setaraf c).Keputusan Presiden dan peraturan yang setaraf d).Keputusan Menteri dan peraturan yang setaraf e).Peraturan-Peraturan Daerah

4). Bahan hukum yang tidak terkodifikasi, seperti, hukum adat 5). Yurisprudensi

6). Traktat

7). Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku seperti, KUHP(yang merupakan terjemahan yang secara yuridis formal bersifat tidak resmi dari Wetboek van Strafrecht). Dalam hal ini penulis menggunakan bahan hukum primer,

yaitu: Undang Dasar 1945 amandemen keempat, Undang-Undang No 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, Undang-Undang-Undang-Undang No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Internasional Covenant On Civil

And Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil

(26)

commit to user

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, dan terkait dengan topik bahasan yaitu seperti; 8). Rancangan peraturan perUndang-Undangan

9). Hasil karya ilmiah para sarjana 10). Hasil-hasil penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum sekunder berupa jurnal-jurnal ilmiah dari Jurnal Legislasi Indonesia, dan Jurnal Konstitusi.

Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, dan terkait dengan topik bahasan yaitu bahan dari media internet, kamus besar bahasa Indonesia, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya.

6. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara pengumpulan (dokumentasi) atau disebut juga studi pustaka terhadap data sekunder berupa peraturan perundangan, artikel maupun dokumen lain yang dibutuhkan untuk kemudian dikategorisasi menurut pengelompokan yang tepat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik studi pustaka atau collecting by library untuk mengumpulkan dan menyusun data yang diperlukan.

7. Teknik Analisis Data

(27)

commit to user

Dalam buku Moleong dikemukakan rumusan beberapa pakar tentang teknik analasis data ini, diantaranya : Barelson mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara obyektif, sistemeik dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi.

Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang

memanfaatkan seperangkat presosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Definisi berikutnya dikemukakan oleh Krippendorff, yaitu kajian isi adalah teknik penelitian yang dimnfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikastif dan sahih dari data atas konteksnya (Lexy J. Moleong, 19893:179). Oleh sebab itu analisis data yang dipergunakan adalah analisis isi atau content analysis. Karena content analysis berpijak pada tiga syarat, yaitu:

objektifitas, pendekatan sistemtis, dan generlisasi. Analisis isi berlandaskan aturan yang dirumuskan secara eksplisit. Untuk memenuhi syarat sistematis, untuk kategori isi haruslah menyajikan generalisasi, artinya temuannya haruslah mempunyai sumbangan teoritis. Sehingga dalam penulisan ini penulis ingin mengkaji isi Undang-Undanga Nomor 2 Tahun 2008 berkaitan dengan syarat dan mekanisme pendirian partai politik yang dikaitkan dengan kebebasan berserikat dan berorganisasi yang diatur Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberi gambaran yang jelas dan komprehensif mengenai penulisan hukum ini, maka berikut ini kami sajikan sistematika:

BAB I : PENDAHULUAN

(28)

commit to user

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisikan sub bab mengenai tinjauan umum tentang Tentang Demokrasi yang membahas mengenai Pengertian dan hakikat demokrasi, Unsur-unsur penegak demokrasi serta Model-model demokrasi. Dijelaskan juga mengenai Teori konstitusi dan Konstitusionalisme yang membahas masalah Teori Konstitusi, Substansi Konstitusi dan juga Teori konstitusionalisme. Juga dijelaskan tentang pemilihan umum, lembaga-lembaga yang terlibat serta kedudukan UU No. 10 tahun 2008 dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia. Sub bab berikutnya menjelaskan tentang Tinjauan mengenai Partai Politik, Pengertian Partai Politik, Fungsi Partai Politik, Klasifikasi Partai Politik, Sistem Kepartaian, Suprastruktur dan Infrasturktur partai politik baik pengertian, peranan maupun keberadaannya serta dibahas juga tentang Kebebasan Berserikat yang membahas tentang pengertian Kebebasan Bersuyarat, Instrumen Internasional serta Hakekat Kebebasan Bersyarat serta Compeled Association dan bagian terakhir adalah Kerangka Pemikiran.

BAB III : HASIL PENMELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisikan sub bab tentang : syarat dan mekanisme pendirian partai politik menurut undang-ungdang dasar negara republik indonesia tahun 1945 dan Undang-Undang republik indonesia nomor 2 tahun 2008 tentang partai politik serta syarat dan mekanisme pendirian partai politik tersebut sudah memenuhi prinsip hak atas kebebasan berserikat dan kebebasan berorganisasi.

(29)

commit to user

Dalam bab ini disampaikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan, disertai pula dengan saran serta pendapat penulis.

DAFTAR PUSTAKA

(30)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Demokrasi

a. Pengertian dan Hakikat Demokrasi

Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis, "demokrasi" berasal dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu

demos yang berarti rakyat, dan cratos/cratein yang berarti

pemerintahan, sehingga dapat disimpulkan sebagai pemerintahan rakyat. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Sedangkan pengertian demokrasi bila ditinjau dari terminologis (Azyumardi Azra, 2000 : 110), sebagaimana dikemukakan beberapa para ahli, misalnya :

1) Joseph A. Schmeter, bahwa demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individuindividu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.

2) Sidney Hook, bahwa demokrasi merupakan bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

3) Phillipe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl yang menyatakan bahwa demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.

(31)

commit to user

5) Affan Gaffar, bahwa demokrasi terbagi dalam dua bentuk yaitu pemaknaan secara normatif, ialah demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh suatu negara, dan pemaknaan secara empirik, yaitu demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik praktis.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian dasar bahwa demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dimana kekuasaan berada di tangan rakyat. Hal ini mengandung tiga unsur yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Pemerintahan dari rakyat mengandung pengertian bahwa pemerintah yang berdaulat adalah pemerintah yang mendapat pengakuan dan didukung oleh rakyat. Legitimasi suatu pemerintahan sangat penting karena dengan legitimasi tersebut, pemerintahan yang berdaulat dapat menjalankan pemerintahannya serta program-program sebagai wujud dari amanat dari rakyat yang diberikan kepadanya.

Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa pemerintah yang mendapat legitimasi amanat dari rakyat sudah seharusnya untuk tunduk pada pengawasan rakyat (social control). Dengan adanya control tersebut, maka dapat sebagai tindakan preventif mengantisipasi ambisi keotoriteran para pejabat pemerintah.

Pemerintahan untuk rakyat mengandung arti bahwa kekuasaan yang diberikan dari dan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Oleh karena itu, perlu adanya kepekaan pemerintah terhadap kebutuhan rakyat dan terhadap aspirasi rakyat yang perlu diakomodir yang kemudian di follow-up melaluipengeluaran kebijakan maupun melalui pelaksanaan program kerja pemerintah.

(32)

commit to user

negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and

balances.

Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung hanyalah sedikit dari sekian banyak makna kedaulatan rakyat. Walaupun perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir (paradigma) lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu membangun negara.

b. Unsur-unsur penegak demokrasi

Karena sangat pentingnya demokrasi, maka perlu adanya faktor-faktor untuk menegakkkan demokrasi itu sendiri (Azyumardi Azra, 2000 : 117 – 121). Ada empat faktor utama yaitu :

1) Negara hukum (rechtsstaat dan rule of law)

Konsep rechtsstaat adalah adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM), adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara, pemerintahan berdasarkan peraturan, serta adanya peradilan administrasi. Sedangkan konsep dari rule of law yaitu adanya supremasi aturan-aturan hukum, adanya kedudukan yang sama di muka hukum (equality before the

(33)

commit to user

Berdasarkan dua pandangan di atas, maka dapat ditarik suatu konsep pokok dari negara hukum yaitu adanya jaminan perlindungan terhadap HAM, adanya supremasi hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara, dan adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri.

2) Masyarakat madani

Masyarakat madani dicirikan dengan masyarakat yang terbuka, yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, masyarakat yang kritis dan berpartisipasi aktif, serta masyarakat yang egaliter. Masyarakat yang seperti ini merupakan elemen yang sangat signifikan dalam membangun demokrasi. Demokrasi yang terbentuk kemudian dapat dianggap sebagai hasil dinamika masyarakat yang menghendaki adanya partisipasi. Selain itu, demokrasi merupakan pandangan mengenai masyarakat dalam kaitan dengan pengungkapan kehendak, adanya perbedaan pandangan, adanya keragaman dan konsensus.

3) Infrastruktur

(34)

commit to user

Dikaitkan dengan demokrasi, menurut Miriam Budiardjo, parpol memiliki empat fungsi yaitu sebagai sarana komunikasi politik, sebagai sarana sosialisasi politik, sebagai recruitment kader dan anggota politik, serta sebagai sarana pengatur konflik.

Keempat fungsi tersebut merupakan pengejawantahan dari nilainilai demokrasi, yaitu adanya partisipasi serta kontrol rakyat melalui parpol. Sedangkan kelompok gerakan dan kelompok kepentingan merupakan perwujudan adanya kebebasan berorganisasi, kebebasan menyampaikan pendapat, dan melakukan oposisi terhadap negara dan pemerintah.

4) Model-model demokrasi

Model-model demokrasi antara lain :

a) Demokrasi liberal, yaitu pemerintahan yang dibatasi Undang-Undang dan pemilihan umum bebas yang diselenggarakan dalam waktu yang ajeg.

b) Demokrasi terpimpin, yaitu dimana para pemimpin percaya bahwa segala tindakan mereka dipercaya rakyat tetapi menolak pemilihan umum yang bersaing sebagai “kendaraan” untuk menduduki kekuasaaan.

c) Demokrasi Pancasila, adalah dimana kedaulatan rakyat sebagai inti dari demokrasi. Karenanya, rakyat mempunyai hak yang sama untuk menentukan dirinya sendiri. Begitu pula partisipasi politik yang sama semua rakyat. Untuk itu, Pemerintah patut memberikan perlindungan dan jaminan bagi warga negara dalam menjalankan hak politik.

d) Demokrasi sosial, adalah demokrasi yang menaruh kepedulian pada keadilan sosial dan egaliterianisme bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan publik.

e) Demokrasi langsung, yang mana lembaga legislatif hanya berfungsi sebagai lembaga pengawas jalannya pemerintahan, sedangkan pemilihan pejabat eksekutif dan legislatif melalui pemilihan umum oleh rakyat secara langsung.

(35)

commit to user 2. Teori Konstitusi dan Konstitusionalisme

a. Teori Konstitusi

Istilah konstitusi telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno, hanya saja konstitusi itu masih diartikan materiil karena konstitusi itu belum diletakkan dalam suatu naskah yang tertulis. Hal Ini terbukti faham Aristoteles yang membedakan istilah politea dan

nomoi. Politea diartikan sebagai konstitusi, sedangkan nomoi

adalah Undang-Undang biasa. Perbedaan di antara dua istilah tersebut yaitu bahwa politea mengandung kekuasaan yang lebih tinggi dari pada nomoi, karena politea mempunyai kekuasaan membentuk sedangkan pada nomoi kekuasaan itu tidak ada (Jimly Asshiddiqie, 2006 : 90).

Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu “constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan perUndang-Undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu Undang-Undang yang menjadi dasar (ground) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah

Grondwet menjadi Undang-Undang Dasar. Undang Undang Dasar

(Konstitusi) adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, baik tertulis maupun tidak tertulis. Pembatasan ini adalah kutipan dari alinea pertama Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Undang-Undang Dasar suatu negara hanya sebagian dari

hukum dasar negara itu. Undang-Undang Dasar ialah hukum

dasar yang tertulis sedang disamping Undang-Undang Dasar itu

berlaku juga hukum dasar yang timbul dan terpelihara dalam

praktek penyelenggraan negara, meskipun tidak tertulis”.

(36)

commit to user

Hukum Konstitusi. Menurut Wiryono Projodikoro: ”Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis ”constituter” yang berarti membentuk. Dalam hubunganya dalam kehidupan ketatanegaraan istilah konstitusi mengandung maksud pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan negara” (B.Hestu Cipto H, 2003: 33).

Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang dasar dan dapat pula tidak tertulis. Tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang dasar. Kerajaan Inggris biasa disebut sebagai negara konstitusional tetapi tidak memiliki satu naskah Undang-Undang dasar sebagai konstitusi tertulis. Oleh sebab itu, disamping karena adanya negara yang dikenal sebagai negara konstitusional tetapi tidak memiliki konstitusi tertulis, nilai-nilai dan norma-norma yang hidup dalam praktek penyelenggaraan negara juga diakui hukum dasar dan tercakup pula dalam pengertian konstitusi dalam arti yang luas. Karena itu, undangundang dasar sebagai konstitusi tertulis beserta nilai-nilai dan norma hukum dasar tidak tertulis yang hidup sebagai konvensi ketatanegaraan dalam praktek ketatanegaraan sehari-hari, termasuk ke dalam pengertian konstitusi atau hukum dasar (droit constitusionnel) suatu negara (Jimli Asshiddiqie, 2006: 35).

(37)

commit to user

lingkungan negara-negara demokrasi rakyatlah yang dianggap menentukan suatu konstitusi.

Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan lebih tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan otoritas bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan perundangundangan lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan yang tingkatnnya berada dibawah Undang-Undang dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan-peraturan ini tidak boleh bertentanggan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut (Jimli Asshiddiqie, 2006: 21-23).

b. Substansi Konstitusi

Prinsip negara hukum demokrasi sudah menjadi paradigma teori ketatanegaraan yang tidak terbantahkan. Dalam dataran paham konstitusionalisme Indonesia, prinsip semacam ini juga telah ditegaskan secara eksplisit didalam Undang-Undang dasar 1945 (sebelum dan sesudah amandemen). Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah menghendaki adanya pelindungan terhadap hak asasi manusia, pemisahan kekuasaan, legalitas pemerintahan dan peradilan yang bebas. Oleh sebab itulah dalam konteks untuk memberikan isi atau muatan konstitusi Indonesia, unsur-unsur yang harus dipergunakan adalah terjaminya perlindungan hak asasi manusia yang meliputi hak asasi manusia dalam aspek individu (klasik) maupun aspek sosial politik (Ham modern).

(38)

commit to user

manusia yang sifatnya lebih terperinci, termasuk didalamnya mekanisme pelaksanaan untuk melakukan penegakan hukumnya (B.Hestu Cipto H, 2003: 41).

c. Teori Konstitusionalisme

Walton H . Hamilton memulai artikel yang ditulisnya dengan judul Constitusionalism yang menjadi entri dalam Encyclopedia Of

Social Scienses tahun 1930 dengan kalimat: ”Constitusionalism is

the name given to the trust which men repose in the power of words

engrossed on parchement to keep a goverment in order”. Untuk

tujuan to keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespon perkembangan peran relative kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusia (Walton H. Hamilton dalam bukunya Jimly Asshiddiqie, 2006: 19).

Konstitusionalisme dizaman sekarang dianggap sebagai konsep yang niscaya bagi setiap negara modern. Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan

consensus diantara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang

(39)

commit to user

Amerika pada tahun 1776 dan Rusia pada tahun 1917, ataupun di Indonesia pada tahun 1945, 1965 dan 1998.

Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme dizaman modern pada umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen kesepakatan (consensus), yaitu Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general

acceptance of the same philosophy of government), Serta

kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggara negara (the basis of government), dan Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedurprosedur ketatanegaraan (the form of institusion of

prosedures)

Kesepakatan (consensus) pertama adalah berkaitan dengan cita-cita bersama sangat menentukan tegaknya konstitusi dan konstitusionalisme suatu negara. Kesepakatan kedua adalah basis pemerintah didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi yang sangat prinsipil, dalam suatu negara ada keyakinan bahwa adapun yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan negara harus didasarkan atas rule of the game yang ditentukan bersama yang dipelopori oleh A.V.Dicey, sarjana Inggris. Di Amerika Serikat dikembangkan sebagai jargon, yaitu “The Rule Of law, and not of

Man” pengertian hukumlah yang sebenarnya memerintah atau

memimpin dalam suatu negara, bukan manusia atau orang.

”The rule of law” berbeda dengan istilah ”The Rule by

Law”. Kedudukan hukum digambarkan bersifat instrumentalis atau

alat, sedangkan kepemimpinan tetap ditangan orang atau pemimpin. Hukum dapat dipandang sebagai suatu kesatuan sistem yang puncaknya terdapat pengertian hukum dasar yaitu konstitusi, baik dalam naskah tertulis maupun tidak tertulis. Kita kenal adanya

constitusional state yang merupakan ciri penting negara demokrasi

(40)

commit to user

sehingga konstitusi sendiri dapat dijadikan pegangan tertinggi dalam memutuskan sesuatu yang didasarkan atas hukum, tanpa ada konsensus seperti itu konstitusi tidak akan berguna karena hanya berfungsi sebagai kertas atau dokumen yang mati, hanya bernilai sematik dan tidak berfungsi atau tidak dapat difungsikan sebagai mana mestinya.

Kesepakatan ketiga adalah berkenaan dengan bangunan organ negara atau prosedur yang berkaitan dengan kekuasaan, hubungan antar organ negara satu dengan yang lain, serta hubungan antar organ negara dengan warga negara. Dengan adanya kesepakatan itu maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan kerena benarbenar menceminkan keinginan bersama berkenaan dengan institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara konstitusi. Konstitusi tidak sama dengan Undang-Undang yang dapat dengan mudah diubah. Prinsip konstitusionalisme modern menyangkut mengenai pembatasan kekuasaan. Konstitusionalisme modern mengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu hubungan pemerintah dengan warga negara, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintahan yang lain. Fungsi konstitusi yang sangat penting baik dalam akademis atau dalam praktek antara lain:

1) Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai suatu fungsi konstitusionalisme.

2) Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintahan. 3) Sebagai instrumen untuk mengalihkan kewenangan dari

(41)

commit to user

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa konstitusi dapat pula difungsikan sebagai sarana kontrol politik, sosial, danekonomi dimasa depan, dan sebagai sarana perekayasa politik, sosial dan ekonomi menuju masa depan, fungsi konstitusi antara lain:

(1) Sebagai fungsi penentu dan pembatas organ negara. (2) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara. (3) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara

dengan warga negara.

(4) Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan penyelenggaran kekuasaan negara. (5) Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber

kekuasaan yang asli (yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.

(6) Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity).

(7) Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation).

(8) Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony). (9) Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social

control), baik dalam arti sempit dalam bidang politik maupun

dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi.

(10)Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaharuan masyarakat (social engineering atau social reform), baik dalam arti sempit maupun luas (Jimli Ashhiddiqie, 2006: 40).

3. Tinjauan Umum Tentang Pemilihan Umum

a. Pengertian Tentang Pemilu

(42)

commit to user

Dewan Perwakilan Daerah sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diselenggarakan pemilihan umum. Disinipun terlihat peran Dewan Perwakilan Daerah yang proaktif dalam mengawal sebuah kebijakan yang benar dengan ikut juga mengajukan uji materi atas Undang-Undang Pemilu Nomor 10 Tahun 2008 dengan Perkara Nomor 10/PUU-VI/2008 dimohonkan oleh Dewan Perwakilan Daerah, anggota DPD, perorangan warga negara Indonesia yang memiliki perhatian besar terhadap pemilu, parlemen Indonesia, dan penyaluran aspirasi daerah yang terdiri dari para pegiat Sekretariat Nasional Perlindungan Hak Konstitusional Masyarakat Hukum Adat (Seknas MHA), Pusat Reformasi Pemilu atau Center for Electoral Reform (Cetro), Indonesian Parliamentary Center (IPC), dan Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) serta warga daerah. Para pemohon menyatakan, penghapusan syarat domisili dan syarat non-partai politik dalam Padal 12 dan Pasal 67 UU Pemilu merupakan penghilangan norma konstitusi. Ketiadaan kedua syarat dianggap menyebabkan Undang - undang Pemilu menegasikan norma konstitusi bahwa calon anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi terkait (Pasal 22C ayat (1) UUD 1945) dan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah berasal dari perseorangan (Pasal 22E ayat (4) UUD 1945).

(43)

commit to user

keterangan Pemerintah yang dibacakan Mardiyanto menyatakan, pemohon uji materiil tak mampu menjelaskan bentuk kerugian Dewan Perwakilan Daerah maupun legal standing-nya. “Dalil para pemohon hanya angan-angan belaka!” kata Mardiyanto. Ia berkali-kali menyebut, permohonan yang diajukan bersifat spekulatif, hipotetik, dan berlebihan. Terhadap gugatan uji materiil itu, Pemerintah mempertanyakan beberapa hal.

(44)

commit to user

melalui pemilu berdasarkan prinsip kesamaan hak dan kedudukan setiap warga negara menggunakan haknya untuk dipilih, sehingga calon anggota Dewan Perwakilan Daerah tidak dipersyaratkan untuk berdomisili di provinsi yang menjadi daerah pemilihannya dan tidak dibatasi menurut latar belakang atau status politiknya (partai politik atau non-partai politik). “Hal ini sesuai dengan prinsip kesatuan wilayah dan kesamaan kedudukan hukum warga negara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,” urai Mardiyanto. Ia juga mengatakan Pemilu 2009 akan terganggu jika Mahkamah Konstitusi mengkabulkan permohonan uji materi ini dan menjadi dasar gugatan hasil Pemilu 2009. “Akan terjadi kekosongan hukum, terutama syarat-syarat calon Dewan Perwakilan Daerah,” kata Mardiyanto. Jika ketentuan Pasal 12 dan Pasal 67 Undang - undang Pemilu dibatalkan maka akan terjadi kekacauan hukum karena kedua Pasal mengatur syarat-syarat calon Dewan Perwakilan Daerah yang meniadakan syarat domisili dan nonpartai politik.( diakses melalui www.kabarindonesia.com 1 Desember 2009)

Dalam Undang-Undang Pemilu Nomor 10 Tahun 2008 ini mengatur juga mengenai seluruh proses dan tata cara termasuk didalamnya aturan dan kelengkapan untuk pemilu yang sangat penting diantaranya adalah tahapan-tahapan pemilu sesuai yang tercantum dalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2008 Pasal 4 (empat) diantaranya :

1) Pemilu dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali. 2) Tahapan penyelenggaraan Pemilu meliputi:

a) Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih. b) Pendaftaran Peserta Pemilu.

c) Penetapan Peserta Pemilu.

(45)

commit to user

e) Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

f) Masa kampanye. g) Masa tenang.

h) Pemungutan dan penghitungan suara. i) Penetapan hasil Pemilu, dan

j) Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD.

Sehubungan dengan pola pengisian keanggotaan Lembaga Perwakilan Rakyat tersebut, maka mekanisme untuk menentukan anggota-anggota di Lembaga Perwakilan Rakyat dapat digolongkan ke dalam dua sistem, yaitu (Bintan R. Saragih, 1988: 171) :

1) Sistem Pemilihan Mekanis.

Sistem pemilihan mekanis berpangkal tolak dari pemikiran bahwa (http//www.djpp.depkumham.go.id diakses 15 Agustus 2009) :

a.Rakyat di dalam suatu negara dipandang sebagai massa individu-individu yang sama.

b.Individu-individu inilah yang bertindak sebagai pengendali hak pilih aktif.

c.Masing-masing individu berhak mengeluarkan satu suara dalam setiap pemilihan untuk satu Lembaga Perwakilan Rakyat.

(46)

commit to user

e.Partai politik atau organisasi politik berperan dalam mengorganisir pemilih, sehingga eksistensinya (keberadaannya) sangat diperlukan, baik menurut sistem satu partai, dua partai ataupun multipartai.

2) Sistem Pemilihan Organis.

Sistem pemilihan organis ini dilandasi oleh pokok pikiran bahwa :

a. Rakyat dalam suatu negara dipandang sebagai sejumlah individu yang hidup bersama dalam beraneka ragam persekutuan hidup, seperti genealogi (keluarga), teritorial (daerah), fungsional spesialis (cabang industri), lapisanlapisan sosial (buruh, tani) dan lembaga-lembaga sosial (LSM/ORNOP).

b. Persekutuan-persekutuan hidup inilah yang bertindak sebagai pengendali hak pilih. Artinya yang mempunyai kewenangan atau hak untuk mengutus wakil-wakilnya duduk sebagai anggota Lembaga Perwakilan Rakyat adalah Persekutuan-persekutuan hidup tersebut..

c. Partai-partai Politik dalam struktur kehidupan kemasyarakatan seperti ini tidak dibutuhkan keberadaannya. Hal ini disebabkan mekanisme pemilihan diselenggarakan dan dipimpin sendiri oleh masing-masing persekutuan hidup tersebut.

(47)

commit to user

ini kedudukan Lembaga Perwakilan menjadi lemah, dan tingkat representasinya sangat rendah. Oleh sebab itu apabila Lembaga Perwakilan jenis ini akan menetapkan suatu Undang-Undang yang menyangkut hak-hak rakyat, maka Undang-Undang tersebut dapat berlaku efektif jika rakyat telah menyetujui, misalnya melalui referendum.

Dalam perkembangan lebih lanjut, kedua sistem Pemilihan Umum ini membuka peluang adanya kombinasi antara keduanya. Sistem Pemilihan yang mengkombinasikan antara sistem distrik dan Proporsional adalah sistem Pemilihan Umum yang dilaksanakan di Indonesia, sebagaimana tertuang di dalam UU No.10 Tahun 2008 tentang Pemilu. Sistem yang dimaksud adalah “Sistem Proporsional dengan daftar calon terbuka”.

a. Sistem Pemilihan Distrik.

(48)

commit to user

menjadi 250 distrik. Cara yang kedua ini mengakibatkan masing-masing distrik bisa mengirimkan wakil sebanyak 2 (dua) orang. Berdasarkan tatanan (sistem) Pemilihan distrik semacam ini, maka keuntungan yang dapat diperoleh adalah : 1) Hubungan antara rakyat dengan “sang wakil” relatif dekat.

Hal ini disebabkan partai-partai politik tidak mungkin mencalonkan calon wakil rakyat yang tidak populer di masing-masing distrik. Selain itu dalam perkembangan lebih lanjut sang wakil tidak akan mengatas namakan Partai Politik, karena dalam Pemilihan distrik, rakyat memilih orang. Bukan PartaiPolitik.

2) Sistem ini mendorong penyatuan partai-partai (khususnya jika suatu negara itu mempergunakan sistem multi partai). Hal ini disebabkan calon yang terpilih di masing-masing distrik hanya satu atau lebih dari satu, dan terpilihnya mereka ini semata-mata hanya karena kepopuleran dan kredibilitasnya. Oleh sebab itulah ada kemungkinan partai-partai politik itu bergabung untuk mencalonkan seseorang yang lebih “mumpuni” diantara mereka. Calon yang mumpuni itu belum tentu berasal dari satu partai. Bahkan ada kemungkinan adalah calon independen dan non partisan. 3) Organisasi dari penyelenggaraan pemilihan dengan sistem

distrik ini relatif sederhana. Tidak memerlukan banyak orang dan banyak birokrasi untuk menyusun kepanitiaan Pemilihan. Biayanya relatif lebih murah dan penyelenggaraannya relatif singkat. Sisa suara yang terbuang tidak perlu diperhitungkan.

(49)

commit to user

terpilih menjadi wakil masing-masing distrik lebih mengedepankan kepentingan rakyat di masing-masing distrik, ketimbang kepentingan kelompok Partai yang justru kadangkala menyimpang dari kepentingan rakyat banyak.

Sedangkan kelemahan dan sistem pemilihan distrik, dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Banyak suara yang terbuang. Bahkan ada kemungkinan terjadi

fenomena Low representative Versus High representative.

Artinya Calon yang menjadi wakil dari suatu distrik, pada hakikatnya hanya memperoleh suara minoritas atau Low Representative yang ada di distrik yang bersangkutan, jikalau dibandingkan jumlah total suara (High Representative) dari calon- calon lain di distrik tersebut. Contohnya :

Calon A : 40 suara. Calon B : 39 suara. Calon C : 25 suara. Calon D : 20 Suara. Calon E : 15 suara.

Berdasarkan suara tersebut maka Wakil Rakyat dari Distrik tersebut adalah A. Akan tetapi bila dilihat jumlah total perolehan suara (B+C+D+E), maka representasi dari calon A di distrik tersebut adalah rendah (Low representative).

2) Menyulitkan bagi Partai-partai kecil dan golongan-golongan minoritas untuk mempunyai wakil di Lembaga Perwakilan Rakyat. Apalagi mereka ini terpencar dalam berbagai distrik pemilihan.

b. Sistem Pemilihan Proporsional (Multi member constituency).

(50)

commit to user

dibagi kepada Partai-partai Politik atau golongan-golongan politik yang ikut serta dalam Pemilihan Umum sesuai dengan imbangan suara yang diperoleh dalam pemilihan yang bersangkutan. Misalnya untuk kepentingan ini ditentukan suatu perimbangan 1 : 400.000. Imbangan suara seperti ini, artinya 1 (satu) orang wakil harus memperoleh dukungan suara 400.000 rakyat pemilih yang berhak. Dengan kata lain sejumlah 400.000 pemilih mempunyai 1 (satu) orang wakil di Parlemen Dalam sistem ini, negara dianggap sebagai satu daerah pemilihan, dan tiap suara dihitung. Dalam arti bahwa suara yang diperoleh dari suatu daerah dapat ditambahkan dari suara yang diperoleh dari suatu daerah lainnya. Sehingga besar kemungkinan setiap organisasi peserta Pemilihan Umum (Partai Politik/ Golongan Politik) memperoleh kursi/wakil di Parlemen Pusat. Kendatipun negara dianggap satu daerah pemilihan, namun mengingat luas wilayah suatu negara serta jumlah penduduk yang besar, maka pada umumnya dalam sistem pemilihan proporsional ini sering dibentuk daerah pemilihan (bukan distrik pemilihan), yaitu wilayah negara dibagi dalam daerah-daerah pemilihan.

Kemudian dengan mempertimbangkan wilayah negara, jumlah penduduk dan faktor-faktor politik lainnya. Akan tetapi sistem ini mengandung kelemahan yang cukup substansiil, yaitu : 1) Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya

(51)

commit to user

2) Wakil-wakil yang terpilih justru merasa lebih dekat dengan induk organisasinya, yaitu Partai Politik. Kurang memiliki loyalitas kepada rakyat pemilih. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa keberadaan Partai Politik dalam menentukan seseorang menjadi wakil rakyat lebih dominan dari pada kemampuan individu dari sang wakil. Rakyat hanya memilih Partai Politik. Bukan memilih seorang wakil.

(52)

commit to user

b. Lembaga-Lembaga yang Terlibat dalam Pemilu

Ada beberapa lembaga yang nantinya akan bertugas dan mempunyai kewajiban mensukseskan jalannya pemilu itu sendiri diantaranya (Pasal 24 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 ):

1) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI lembaga negara yang bermemiliki tugas dan kewenangan untuk menetapkan atau memutuskn partai calon partai politik menjadi partai politik.

2) Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

3) Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu, adalah badan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4) Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara yang berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-undang terhadap Undang – undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilu.

c. Kedudukan UU No. 10 Tahun 2008 dalam Ketatanegraan Hukum

Indonesia

Dalam rangka memperkaya pemahaman terhadap Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD maka pada kesempatan ini akan diselidiki penerapan dari sudut pandang hukum terutama Hukum Tata Negara. Menurut Logemann hal-hal yang diselidiki Hukum Tata Negara adalah: (Soerjono Soekanto dan Mamuji, 1990: 34)

(53)

commit to user

f) dalam batas-batas apakah organisasi negara (dan bagian-bagiannya) menjalankan tugas kewajibannya.

Dengan berpedoman pada pendapat Logemann tersebut selanjutnya akan diselidiki mengenai Dewan Perwakilan Rakyat melalui suatu penelitian hukum normatif sederhana. Penelitian hukum normatif atau kepustakaan tersebut mencakup: 1. Penelitian terhadap azas-azas hukum; 2. Penelitian terhadap sistematik hukum; 3. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horisontal; 4. Perbandingan hukum; 5. Sejarah hukum.

Akan tetapi, pada kesempatan ini hanya akan dilaksanakan salah satu jenis, yaitu penelitian terhadap taraf sinkronisasi terutama taraf sinkronisasi vertikal, yakni apakah perundang-undangan yang berlaku bagi suatu bidang kehidupan tertentu tidak saling bertentangan, apabila dilihat dari sudut hirarki perundang-undangan tersebut.

Adapun jenis dan hierarki peraturan perundang-undang berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah: (a)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (b) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; (c) Peraturan Pemerintah; (d.) Peraturan Presiden; (e.) Peraturan Daerah.

Selanjutnya akan disampaikan ketentuan tentang DPR dalam dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan UU No. 10 Tahun 2008. Fungsi Undang-Undang adalah menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam UUD 1945 baik yang tersurat maupun yang tersirat sesuai dengan asas negara berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan asas konstitusionalisme.

(54)

commit to user

fungsi, hak, atau hal-hal lain dari sebuah lembaga negara maka UU harus dapat mengatur lebih lanjut agar kekuasaan, fungsi, dan hak tersebut dalam dilaksanakan.

Dari ketentuan tentang DPR dalam UUD 1945 dapat diketahui bahwa lembaga ini memegang kekuasaan membentuk undang-undang serta memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Sedangkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang. Sehubungan dengan itu, seharusnya Undang-Undang yang menyelenggarakan pengaturan lebih lanjt tentang DPR harus dapat mengisi lembaga negara ini dengan orang-orang yang mampu melaksanakan kekuasaan, fungsi, dan hak yang diberikan. Akan tetapi, dari persyaratan untuk menjadi calon anggota DPR tidak satu pun yang dapat mematikan anggota DPR pasti mampu melaksanakan kekuasaan, fungsi, dan hak yang diberikan UUD 1945. Kenyataan ini akan menyebabkan pemilihan umum hanya sebagai sarana legitimasi politik. Padahal dalam suatu negara demokrasi semestinya pemilihan umum bukan sekedar sebagai sarana legitimasi politik melainkan juga sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat.

4. Tinjauan Tentang Partai Politik dan Sistem Kepartaian

a. Pengertian Partai Politik

Secara etimologis politik berasal dari kata polis bahasa Yunani yang artinya kota, sehingga politik dapat diartikan sebagai hal ihwal mengatur penyelenggaraan suatu kota, atau jika diperluas penyelenggaraan suatu negara. Pengertian politik lebih sulit didefinisikan dari berbagai pengertian sosiologi karena politik

(politics) meliputi berbagai kegiatan dalam suatu sistem politik (atau

(55)

commit to user

alternatif, sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan berbagai kebijakan umum public policies yang menyangkut pengaturan dan pembagian distribution atau alokasi dari sumber-sumber yang ada resources allocation.

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusionil untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka (Miriam Budiardjo, 2007:160).

Dalam praktek kegiatan politik dilaksanakan oleh lembaga-lembaga politik yang masing-masing memiliki kewenangan tertentu. Lembagalembaga itu adalah : negara, lembaga-lembaga perwakilan rakyat, lembagalembaga peradilan, serta partai politik. Bagaimana praktek politik itu dilaksanakan tergantung pada sistem politik serta filosofi yang dianut oleh masing-masing negara, mungkin demokratis dapat pula otoriter, theistik atau atheistik.

Gambar

Gambar 1 : Gambar Kerangka  Pemikiran...................................................
   Gambar : 1
Gambar, Pengurus

Referensi

Dokumen terkait