• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN JALUR HIJAU JALUR JALAN LINTAS SELATAN (JJLS) DESA KEMADANG KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN JALUR HIJAU JALUR JALAN LINTAS SELATAN (JJLS) DESA KEMADANG KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Sapto Nugroho Naviantoro 20070210001

Program Studi Agroteknologi

FAKUTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

99

DAFTAR PUSTAKA

Akasia http://www.anneahira.com/tanaman-akasia.htm, akses pada 9 November 2015.

Desa Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul, www. http://id.wikipedia.org/wiki, akses pada 15 Januari 2015.

Direktorat Jendral Bina Marga No.033/T/BM/1996 Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan, www.pu.go.id akses pada 17 januari 2015 Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan,

2010. www.pu.go.iduploadsservicesinfopublik20120703151715.pdf. Akses pada 06 Januari 2015.

Foth H.D., 1995, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. : Halaman 665–666.

Fungsi tanaman dalam menambah nilai estetika.

(https://banyuagung.wordpress.com/mylandscape/fungsi-peran-tanaman-dalam-lanskap/) akses pada 7 Mei 2015.

Jalan Arteri Primer. www.wikipedia.org/jalan arteri primer, akses pada Rabu 14 Januari 2015

Jalan Kolektor Primer. www.wikipedia.org/jalan kolektor primer, akses pada Rabu 14 Januari 2015.

Jalur Jalan Lintas Selatan Tanpa Target Penyelesaian.

www.nasional.kompas.comread2010031203553346, akses pada 06 Januari 2015.

KembangSepatu,https://www.academia.edu/12943854/kembang_sepatu_hibiscus _rosa-sinensis?auto=download. Akses pada 24 agustus 2016.

Letak geografi dan topografi kabupaten gunugkidul, www.gunungkidulkab.go.id, akses pada 17 Desember 2014.

Luas wilayah Kecamatan Tanjungsari, www.gunungkidulkab.bps.go.id, akses pada 17 Desember 2014.

(3)

Nazir., 1999. Metode Penelitian Edisi Pertama. Cetakan Ke Enam. Indonesia Jakarta.

Pembebasan lahan untuk JJLS. http//www.radarjogja.co.id20150824dij-siapkan-kelok-18-di-lokasi-jjls, akses pada 10 November 2015.

Pedoman penanaman pohon pada sistem jaringan jalan, peraturan menteri pekerjaan umum nomor: 05/prt/m/2012, www.pu.go.id, akses pada 17 Desember 2014.

Pengertian Tanaman Peneduh, www.usu.ac.id, akses pada 28 April 2015.

Peraturan daerah kabupaten gunungkidul nomor 6 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten gunungkidul tahun 2010–2030,

https://pu.go.id/uploads/services/infopublik20130206151228.pdf. akses pada 15 januari 2015.

Ruang terbuka hijau. http://www.penataanruang.com/ruang-terbuka-hijau.html, akses pada 15 Januari 2015.

Rustam Hakim., 2005. Komunikasi Grafis Arsitektur dan Lanskap. Bumi Aksara, Jakarta. : Halaman 145-156

Sitanala Arsyad., 1989, Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor. : 30 - 35. Sawo Kecik, 2012. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan,

Bogor. : 6. http://www.forda-mof.org/files/Sawokecik_

_Seri_Iptek_Perbenihan_Tanaman_Hutan.pdf. akses pada 24 Agustus 2016.

Soeratno dan Lincolin A. 1993. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. : 105 - 110.

SokaJawa.http://www.fkip.unidar.ac.id/wpcontent/uploads/2013/06/ringkasan%20 R%20O%20E%20Z%20(06-02-13-10-12-55).docx. akses pada 24 Agustus 2016.

Supardi., 2005, Metode Penelitian dan Bisnis. Cetaka Pertama. UII Press Yogyakarta : Halaman 63-64.

Tanjung, http://www.gardenmatrial.com/2013/01/mimusops-elenge-l-pohon-tanjung.html

(4)
(5)

Planning the Green Belt of South Line Road in Kemadang Tanjungsari Gunungkidul

Sapto Nugroho Naviantoro

Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P / Lis Noer Aini, SP, M.Si. Agrotechnology Department Faculty of Agriculture

Muhammadiyah University of Yogyakarta

Abstract

Planning the Green Belt of South Line Road in Kemadang Tanjungsari Gunungkidul. This research was conducted using the method of observation, and the results are compiled descriptive and spatial. The data used in this research is the primary data including the data collected in the field and secondary data to support the planning process. The results showed that the green belt in the south line road required further management, especially the planning of green belt. Determination and selection of components tailored green belt was based on topography and physycal condition of the road.

(6)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berada di Kabupaten Gunungkidul dengan Ibukota Wonosari. Kabupaten Gunungkidul yang terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa (www.gunungkidulkab.go.id akses pada 17 Desember 2014).

Kabupaten Gunungkidul kaya akan sumber daya alam. Selain memiliki pantai selatan yang menjadikan daya tarik wisatawan juga memiliki pegunungan kapur, topografi karst yang terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur. Bentang alam ini dikenal sebagai kawasan karst pegunungan sewu yang bentangnya meliputi wilayah Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan. Bentang alam kawasan karst Gunungkidul sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst). Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti perbukitan karst yang jumlahnya ± 40.000 bukit yang berbentuk kerucut. Bentukan negatifnya berupa lembah-lembah karst dan telaga karst.

(7)

mengusulkan agar kawasan karst pegunungan sewu masuk ke dalam salah satu warisan alam dunia. Banyaknya objek wisata di Kabupaten Gunungkidul telah menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Secara langsung maupun tidak langsung, hal ini juga akan ikut mensejahterakan masyarakat Gunungkidul. Sudah seharusnya Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul memberikan impuls agar siklus ini tetap berkembang dan berkelanjutan melalui pembangunan infrastruktur yang memadahi. Infrastruktur ini dapat difungsikan sebagai media pencapaian wilayah pantai selatan, karena jalur tersebut tepat melintasi pesisir pantai selatan.

(8)

3

Sebagai wilayah yang dilintasi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) dari aspek lingkungan perlu diperhatikan. Permasalahan yang akan muncul pasca pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) tanpa adanya penanganan terhadap lingkungan sekitar jalan yaitu perubahan iklim mikro yang panas serta udara yang kurang sehat karena pengaruh dari gas buang kendaraan bermotor, selain itu tanah yang berada disekitaran bahu jalan akan mengalami pengikisan atau erosi akibat dari pengurangan vegetasi. Apabila hal tersebut tidak diperhatikan, maka hal negatif akan berdampak pada lingkungan karena akibat dari pembangunan jalan.

B. Perumusan Masalah

Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) merupakan wilayah penghubung obyek wisata Pantai Baron, Pantai Ngrenehan maupun sebaliknya. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunungkidul untuk tahun 2010-2030 Jalur Jalan Lintas Lintas Selatan (JJLS) merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dan sebagai kawasan Koridor Jalur Pantai Selatan antar kabupaten, dari Kabupaten Bantul menuju Kabupaten Gunungkidul atau Kabupaten Pacitan menuju Kabupaten Gunungkidul dan atau sebaliknya. Menurut Chang Wendryanto (2015), selaku anggota komisi C DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta mengatakan bahwa kios-kios mulai dibangun warga di area lahan yang sudah dibebaskan untuk JJLS (www.radarjogja.co.id, akses pada 10 November 2015).

(9)

perekonomian warga sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) yang ditunjukkan dengan adanya pembangunan fasilats umum dan akses destinasi wisata sebagai pendapatan asli daerah (PAD). Sebagian wilayah Gunungkidul yang dilalui oleh Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) akan menghadapi permasalahan yang baru, yaitu dampak secara langsung perubahan iklim mikro, polusi udara serta kenyamanan bagi pengguna jalan dan masyarakat setempat, maka langkah yang akan ditempuh adalah pengaturan jalur hijau.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan penanaman vegetasi tepi jalan (jalur hijau) sebagai penciptaan iklim mikro, penyerapan polutan, peneduh, serta penambahan nilai estetika di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul.

D. Manfaat Penelitian

1. Menjaga keseimbangan alam dengan lingkungan infratsruktur jalan raya. 2. Memberikan dampak positif pada lingkungan Jalur Jalan Lintas Selatan

(JJLS) Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul sebagai vegetasi yang dapat menciptakan iklim mikro, penyerapan polutan, pencegahan erosi serta menambah nilai estetika.

(10)

5

E. Batasan Studi

Penelitian ini difokuskan di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Salah satu desa yang berada di wilayah Gunungkidul dan dilalui oleh Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) sebagai penghubung obyek wisata Pantai Baron dengan Pantai Ngrenehan atau sebaliknya. Dengan melihat kondisi lingkungan yang belum terlihat adanya perencanaan jalur hijau, maka dengan ini mengusulkan perencanaan jalur hijau dengan maksud dan tujuan menjaga keseimbangan alam dan lingkungan yang berdampak positif.

Menurut Djoko (2010), di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) tergolong proyek mahal. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam pembiayaan pembangunan fisik jalan. Adapun pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota mendanai pembebasan lahan. Pembangunan fisik dan pembebasan lahan JJLS di wilayah DIY, yang melintasi Kabupaten Gunungkidul, Bantul, dan Kulon Progo, baru selesai 30 kilometer dari total 117 kilometer. Target awal, jalan dapat diselesaikan seluruhnya dan bisa dilalui tahun 2012. Saat ini pelebaran jalan di Gunungkidul baru dilakukan di empat ruas terpisah (www.nasional.kompas.com)

F. Kerangka Pikir Penelitian

(11)

ke kantor Kelurahan Desa Kemadang yang memiliki wewenang wilayah Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) bagian Desa Kemadang, dari instansi ini dapat diperoleh data sekunder yaitu mengenai kondisi sosial, pendidikan dan perekonomian penduduk sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).

Selanjutnya dengan meninjau secara langsung keadaan lingkungan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di wilayah Desa Kemadang, melihat dan mengukur fisik sepanjang Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang, kesesuaian standart teknis jalan dan menghitung volume kendaraan yang melintasi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang. Observasi vegetasi tepi jalan bertujuan melihat kondisi tanaman tepi jalan apakah telah sesuai dengan standart teknis lanskap jalan yang diatur oleh Departemen Pekerjaan Umum (DPU), fungsi vegetasi tersebut dan klasifikasinya.

(12)

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

(13)

menunjukkan hal apa akan diimplementasika hijau.

8

pa saja yang menjadikan syarat pemilihan jeni sikan sebagai jalur hijau sesuai dengan fun

Gambar 2. Bagan fungsi jalur hijau

(14)

9

A. Jalur Hijau

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya (www.bangda.kemendagri.go.id, akses pada 15 Januari 2015).

Jalur Hijau adalah suatu daerah di pinggir jalan yang memiliki elemen pembentuk lanskapnya didominasi oleh vegetasi atau tanaman, baik itu pohon, perdu, semak, dan penutup tanah. Jenis tanaman yang diaplikasikan sebagai elemen jalur hijau memiliki kriteria perakaran yang tidak merusak konstruksi jalan, percabangan tidak mudah patah, dan serta mudah dalam pemeliharaan (www.pu.go.id,Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan akses pada 17 Desember 2014).

Penghijauan dalam arti luas adalah segala upaya untuk memulihan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan. (Zoer’aini, 2005). Penempatan tanaman serta elemen lansekap

(15)

ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau (www.penataanruang.com, akses pada 15 Januari 2015).

Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap Iainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (DAMIJA) maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen Iansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).

Tanaman Konservasi Tanah adalah jenis tanaman berbentuk pohon, perdu/semak atau tanaman penutup tanah yang karena sistem perakarannya dapat berfungsi untuk mencegah erosi pada tanah berlereng (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).

Tanaman Penutup adalah jenis tanaman penutup permukaan tanah yang bersifat selain mencegah erosi tanah juga dapat menyuburkan tanah yang kekurangan unsur hara. Biasanya merupakan tanaman antara bagi tanah yang kurang subur sebelum penanaman tanaman yang tetap (permanen) (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).

B. Fungsi Elemen Tanaman Lanskap

(16)

11

hidup ialah tanaman, dan yang dimaksud dengan benda mati adalah tanah, pasir, batu dan elemen-elemen Iainnya yang berbentuk padat maupun cair (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).

Lansekap Jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada Iingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lansekap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lansekap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi Iahannya. Lansekap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan Iingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).

1. Tanaman Penyerap Polutan dan Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang berlebihan, tidak diinginkan yang menyebabkan efek fisik dan efek psikologis. Efek fisik berhubungan dengan transmisi gelombang suara melalui udara, efek psikologis berhubungan dengan respon manusia terhadap suara (Zoer’aini, 2005).

(17)

2. Tanaman Peneduh Jalan

Tanaman peneduh jalan adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 meter, mempunyai percabangan melebar kesamping seperti pohon rindang yang dapat memberikan keteduhan, penahan silau cahaya matahari dan penyerap polutan (www.usu.ac.id, 2015).

3. Tanaman Sebagai Pengarah

Tanaman pengarah, penahan dan pemecah angin adalah jenis tanaman yang berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan dengan satu komposisi membentuk kelompok (www.pu.go.id,Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan akses pada 17 Desember 2014).

4. Tanaman Sebagai Pembentuk Ruang

(18)

13

C. Tanaman Sebagai Penambah Nilai Estetika

Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk dan bagaimana supaya dapat merasakannya. Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga) bentuk fisik tanaman (batang, percabangan dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman dan komposisi tanaman.

Nilai estetis tanaman dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman yang sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman dengan elemen lansekap lainnya. Nilai estetika dan eksotika bermanfaat buat manusia dalam hal penyembuhan stress, menenangkan dan menyejukkan hati, menikmati keindahannya, sebagai kebanggaan, rasa puas kalau dapat merawatnya dengan baik sampai berbunga, serta meningkatkan pendapatan (https://banyuagung.wordpress.com/mylandscape/fungsi-peran-tanaman-dalam-lanskap/).

1. Memberikan Nilai Estetika dan Meningkatkan Kualitas Lingkungan

(19)

2. Warna

Warna dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual tergantung pada refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut. Efek psikologis yang ditimbulkan dari warna seperti telah diuraikan sebelumnya, yaitu warna cerah memberikan rasa senang, gembira serta hangat. Sedangkan warna lembut memberikan kesan tenang dan sejuk. Dan bila beberapa jenis tanaman dengan berbagai warna dipadukan dan dikomposisikan akan menimbulkan nilai estetis.

3. Bentuk

Bentuk tanaman dapat digunakan untuk menunjukan bentuk 2 atau 3 dimensi, memberikan kesan dinamis, indah, sebagi aksen, kesan lebar/luas, dan sebagainya.

4. Tekstur

Tekstur suatu tanaman ditentukan oleh : cabang batang, ranting, daun, tunas dan jarak pandangterhadap tanaman tersebut.

5. Skala

(20)

15

D. Tanaman Sebagai Pelestari Lingkungan

Dalam pengembangan dan pengendalian kualitas lingkungan, fungsi lingkungan diutamakan tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi lingkungan antara lain adalah sebagai berikut.

1. Menyegarkan Udara dan Sebagai Paru-Paru Lingkungan

Fungsi menyegarkan udara dengan mengambil Karbondioksida (CO2) dalam proses fotosintesis dan menghasilkan Oksigen (O2) yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan. Fotosistesis adalah proses mendasar yang sangat penting untuk tanaman hortikultura karena 90-95% dari berat basah tanaman merupakan hasil langsung dari aktivitas fotosintesis.

Fotosintesis adalah proses metabolisme tumbuh-tumbuhan berhijau daun yang sangat dinamis, tanggap terhadap panjangnya hari dan faktor-faktor iklim. Kemampuan melepaskan O2 tergantung kepada tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil tinggi dan laju fotosintesis tinggi dengan titik kompensasi cahaya rendah. O2 sebagai hasil dari fotosintesis, sebagian dimanfaatkan kembali oleh tanaman untuk berjalannya proses respirasi (pernapasan)(Zoer’aini, 2005).

2. Mengontrol Iklim Mikro

(21)

terdapat di permukaan yang menerima radiasi. Semakin banyak air yang diuapkan, semakin banyak energi yang terbentuk panas laten dan makin lembap udaranya. Uap air di atmosfer berfungsi sebagai pengatur panas (suhu udara) karena sifatnya dapat menyerap energi radiasi matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang.

Evaporasi dipengaruhi oleh suhu dan merupakan pertukaran antara panas laten dan panas yang terasa. Tanaman yang tinggi, laju evapotranspirasinya lebih besar. Kehilangan panas karena terjadi evaporasi akan menyebabkan suhu di sekitar tanaman lebih sejuk(Zoer’aini, 2005).

3. Sebagai Ruang Hidup Satwa

Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhuk hidup lainnya, contohnya burung. Burung sebagai komponen ekositem mempunyai peranan penting, diantaranya adalah mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan bunga dan penyebaran biji.

4. Penyanggah dan Perlindungan Permukaan Tanah dari Erosi

(22)

17

Menurut Sitanala Arsyad (1989), erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu antara lain air atau angin. Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh kekuatan air. Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah nilai keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan (pengaturan tata ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan hutan kota terhadap nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan hutan kota karena memberikan rasa keindahan dan kenyamanan.

Tanah dengan penutup tanah yang baik berupa vegetasi, mulsa residu tanaman akan memperkecil erosi dan run off (www.pu.go.id,Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan akses pada 17 Desember 2014).

E. Pemilihan jenis tanaman dengan persyaratan Geometrik Jalan menurut Bentuk Tanaman

(23)

merupakan tanaman pohon, tanaman perdu, tanaman semak dan tanaman penutup permukaan tanah. Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan antara lain adalah :

a. Perakaran tidak merusak konstruksi jalan b. Mudah dalam perawatan

c. Batang/percabangan tidak mudah patah d. Daun tidak mudah rontok/gugur.

Berdasarkan lingkungan di sekitar jalan yang direncanakan dan ketentuan ruang yang tersedia untuk penempatan tanaman lansekap jalan, maka untuk menentukan pemilihan jenis tanamannya ada dua hal lain yang perlu diperhatikan yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Dari contoh-contoh berikut ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemilihan jenis tanaman lansekap jalan, dan disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta rendah evapotranspirasinya.

Tabel 1. Fungsi dan jenis tanaman

No. Fungsi Persyaratan Jenis Tanaman

1 Peneduh a. Ditempatkan pada jalur tanaman ( minimal 1,5 m) b. Percabangan 2 m di atas

(24)

19 4 Pemecah angin a. Tanaman tinggi,

b. Perdu / semak. c. Bermassa daun padat d. Ditanam berbaris atau

membentuk massa. e. Jarak tanam rapat <3m.

(25)

• Oleander(Netrium oleander)

• Nusa Indah (Mussaenda sp) Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 2012

F. Penentuan Lokasi Penanaman Vegetasi

Lokasi penanaman jalan harus berdasarkan ketentuan teknis yang berlaku berdasarkan peraturan perundang-undangan bidang jalan. Bagian-bagian jalan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 05/prt /m /2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Bagian–bagian jalan

(26)

21

1. Jalur penanaman

Pohon pada sistem jaringan jalan di luar kota harus ditanam di luar ruang manfaat jalan. Pohon pada sistem jaringan jalan di dalam kota dapat ditanam di batas ruang manfaat jalan, median, atau di jalur pemisah. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu. Ruang manfaat jalan hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.

Penyesuaian dengan persyaratan Geometrik Jalan menurut letak jalur tanaman. Hal-hal yang dipersyaratkan dan perlu diperhatikan dalam perencanaan lansekap jalan agar dapat memenuhi penyesuaian dengan persyaratan geometrik jalan sebagaimana diatur dalam peraturan Departemen Pekerjaan Umum No : 033/T/BM/1996 tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan adalah sebagai berikut :

a. Pada jalur tanaman Tepi dan Median

(27)

kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik perletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman.

Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0.80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4.00 -6.00 meter Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat perletakannya terutama pada daerah persimpangan, pada daerah bukaan ("U - turn"), dan pada tempat di antara persimpangan dan daerah bukaan. Begitu pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang diturunkan.

b. Jalan Arteri Primer

(28)

23

Gambar 4. Jalan Arteri Primer c. Jalan Kolektor Primer

Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan lokal atau kawasan-kawasan bersekala kecil dan atau pelabuhan regional dan pelabuhan lokal (www.wikipedia.org/jalan kolektor primer, akses pada 14 Januari 2015).

Gambar 5. Jalan Kolektor Primer d. Pada daerah tikungan

(29)

samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.80 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan.

Gambar 6. Perletakan tanaman pada daerah tikungan e. Pada daerah persimpangan

Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan lansekap jalan ialah adanya daerah bebas pandangan yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada daerah ini pemilihan jenis tanaman dan perletakannya harus memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang maupun persimpangan tidak sebidang.

(30)

25

Gambar 7. Perletakan tanaman pada daerah persimpangan 2. Peletakan tanaman

(31)

a. Jarak tanaman terhadap perkerasan

Peletakan tanaman dengan berbagai fungsi selalu akan berkaitan dengan letaknya di jalur tanaman, hal ini memperlihatkan bahwa kaitan titik tanam dengan tepi perkerasan perlu dipertimbangkan. Jarak titik tanam dengan tepi perkerasan mempertimbangkan pertumbuhan perakaran tanaman agar tidak mengganggu struktur perkerasan jalan.

Gambar 8. Jarak titik tanam pohon dengan tepi perkerasan

(32)

27

b. Jarak antar tanaman pohon

Tanaman pohon yang ditanam berbaris terutama pada jalur tanaman mempertimbangkan jarak titik tanam bagi tanaman pohon.

Gambar 10. Jarak tanam tidak rapat antar pohon

Gambar 11. Jarak tanam jarang pada pohon c. Jarak antar tanaman perdu

Tanaman perdu/semak ditanam berbaris pada jalur tanaman ditanam membentuk massa.

(33)

Gambar 13. Jarak titik tanam tidak rapat perdu

Gambar 14. Jarak titik tanam jarang perdu 3. Kriteria pengaturan penanaman

a. Tepi jalan

(i). Jenis tanaman tidak boleh melebihi tinggi kabel pada tiang listrik atau telepon atau menutupi rambu-rambu lalu lintas, tanpa harus memotong cabangnya terus menerus, selain itu jenis tanaman tidak boleh merusak struktur atau utiliti bawah tanah. Di perkotaan dengan lahan yang terbatas hanya rumput yang diperbolehkan.

(ii). Pohon yang ditanam harus diatur agar bayangan pohon tidak menutupi pancaran cahaya lampu jalanan.

(34)

29

perkotaan, dan harus diperlihara untuk jalan yang berdekatan dengan utiliti umum.

(iv). Perdu/semak atau pohon dapat ditanam sepanjang pedestrian pada sisi jalan yang jauh dari jalur lalu lintas. b. Pada Median

(i). Hanya perdu/semak dan tanaman berbunga yang dapat ditanam pada median. Tinggi tanaman ini tidak boleh menghalangi lampu kendaraan. Untuk median yang kurang dari 1,5 meter dapat ditanam tanaman dengan ketinggian kurang dari 1,00 meter, dengan ketentuan tidak ada bagian dari cabang tanaman yang menghalangi badan jalan.

(ii). Pada median terbuka untuk belokan, ketinggian perdu/semak harus diatur pada 0,5 meter agar pengendara mempunyai daerah bebas pada garis pandang dan harus diatur 2,5 meter sebelum bukaan median untuk menghindari hambatan samping ketika kendaraan membelok, dan juga mempermudah pejalan kaki melihat kendaraan. Pohon besar dan rimbun harus dihindari agar tidak menjadi penghalang bagi pengendara dalam jarak dekat.

(35)

c. Sepanjang Lengkung Horizontal/tikungan

(i). Pada sisi dalam tikungan, jarak atur tanaman ditampilkan pada Gambar 15. Jarak atur tanaman dimaksudkan untuk memberikan jarak pandang sepanjang tikungan dan menghilangkan penggunaan tanda dua garis (bukan daerah yang dilewati). Jarak atur tanaman secara berangsur-angsur menyempit seiring pertemuan sudut tikungan denganalinyemenruas jalan.

(ii). Ketinggian maksimum untuk semak/perdu 0,50 m dan ruang bebas minimum dari jalan ke tajuk pohon harus diatur minimal setinggi 5 m.

(36)

31

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis

Tanjungsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan 71 dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Pantai selatan yang masuk dalam wilayah Tanjungsari yaitu Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Watu Kodok, Pantai Drini dan Pantai Krakal. Letak Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul tersaji pada gambar 16 (www. http://id.wikipedia.org/wiki/Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul, akses pada 15 Januari 2015).

B. Kondisi tanah dan iklim

(37)

sampai berbukit yang di sajikan pada gambar 17 (www.gunungkidulkab.bps.go.id, akses pada 17 Desember 2014).

Secara morfologis daerah pegunungan selatan ini adalah satuan pegunungan kerucut, meliputi daerah sebelah timur Parangtritis memanjang ke timur melewati daerah Baron, terus ke arah timur melewati Punung hingga ke daerah Pacitan. Daerah ini tersusun oleh bukit – bukit kecil berbentuk kerucut, tersusun oleh batu gamping, baik batu gamping terumbu maupun batu gamping klastik yang lain. Bentuk topografi wilayah ini yaitu bergelombang sampai berbukit, terdapat di wilayah Kecamatan Tanjungsari (Gambar 18).

Pada musim kemarau, cuaca di wilayah ini terasa panas. Tanaman yang mampu bertahan hidup dengan baik di musim kemarau hanya tanaman tahunan yang memiliki perakaran yang mampu menembus batuan kapur seperti pohon Jati, Mahoni dan Akasia. Curah hujan rata-rata sebesar 1.382 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 89 hari. Bulan basah 4-5 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 7-8 bulan.

(38)

33

Gambar 16. Letak Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul

(39)

Gambar 18. Peta bentuk Topografi wilayah Kabupaten Gunungkidul C. Administrasi

(40)

35

Gambar 19. Peta administrasi Kecamatan Tanjungsari

Berdasarkan pembagian wilayah padukuhan, jumlah RW dan RT Kecamatan Tanjungsari dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Pembagian Padukuhan, RW dan RT Kecamatan Tanjungsari tahun 2014

No. Kelurahan Padukuhan RW RT

1 Kemadang 17 17 59

2 Kemiri 11 11 48

3 Banjarejo 21 21 76

4 Hargosari 9 9 60

5 Ngestirejo 13 13 57

Jumlah 71 71 300

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014 D. Kondisi Sosial 1. Jumlah Penduduk

(41)

orang. Dengan jumlah penduduk seperti di atas, menunjukkan bahwa penduduk menurut jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Pada tabel di bawah ini (Tabel 3) tersaji perbandingan jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan.

Tabel 3. Jumlah penduduk Kecamatan Tanjungsari berdasarkan jenis kelamin 2014

No. Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kemadang 3.193 3.307 6.500

2 Kemiri 2.026 2.325 4.351

3 Banjarejo 2.406 2.671 5.077

4 Hargosari 2.394 2.604 4.998

5 Ngestirejo 2.493 2.596 5.089

Jumlah 12.512 13.503 26.015

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Sedangkan jumlah penduduk Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul menurut usia tersaji dalam tabel 4 berikut.

Tabel 4. Jumlah penduduk Kecamatan Tanjungsari menurut usia pada tahun 2014 No. Kelompok Usia

(tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-4 816 734 1.550

2 5-9 779 705 1.484

3 10-14 901 832 1.733

4 15-19 789 738 1.527

5 20-24 630 654 1.284

6 25-29 904 852 1.756

7 30-34 849 931 1.780

8 35-39 1.017 1.101 2.118

9 40-44 976 1.024 2.000

10 45-49 881 1.051 1.932

11 50-54 899 1.036 1.935

12 55-59 898 960 1.858

13 60-64 705 781 1.486

14 65+ 1.468 2.104 3.572

Jumlah 12.512 13.503 26.015

(42)

37

2. Kepadatan Penduduk

Dalam angka pada tahun 2014, Kecamatan Tanjungsari mengalami kenaikan kepadatan penduduk dalam kurun waktu satu tahun (2013-2014). Pada tahun 2013 jumlah penduduk di Kecamatan Tanjungsari tercatat 25.810 jiwa terbagi menjadi dua yaitu laki-laki 12.415 jiwa dan perempuan 13.395 jiwa. Sedangkan pada tahun 2014 jumlah penduduk di Kecamatan Tanjungsari tercatat 26.015 jiwa terbagi menjadi dua yaitu laki-laki 12.512 jiwa dan perempuan 13.503 jiwa. Dari data di atas, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun terjadi peningkatan penduduk sebesar 204 jiwa baik itu laki-laki dan perempuan. Kelurahan yang relatif padat penduduk yaitu di Desa Kemadang dengan jumlah penduduk 6.500 jiwa, Desa Ngestirejo 5.089 jiwa, Desa Banjarejo 5.077 jiwa, Desa Hargosari 4.998 dan Desa Kemiri 4.351 jiwa.

3. Mata Pencaharian

(43)

Tabel 5. Luas panen, produksi rata-rata dan produksi padi ladang menurut desa di Kecamatan Tanjungsari pada tahun 2014

No. Nama Desa Luas Panen

(Hektar) Produksi (Ton)

Rata-rata produksi

1 Kemadang 426 2257,8 5,3

2 Kemiri 300 1410,0 4,7

3 Banjarejo 509 2443,2 4,8

4 Ngestirejo 340 1768,0 5,2

5 Hargosari 258 1264,2 4,9

Jumlah 1833 9142,2 4,9

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Tabel 6. Luas panen, produksi rata-rata dan produksi jagung menurut desa di Kecamatan Tanjungsari pada tahun 2014

No. Nama Desa Luas Panen

(Hektar) Produksi (Ton)

Rata-rata produksi

1 Kemadang 485 17.760 36,62

2 Kemiri 424 15.600 36,79

3 Banjarejo 563 20.620 36,63

4 Ngestirejo 549 20.270 36,92

5 Hargosari 457 16.700 36,54

Jumlah 2.478 90.950 36,70

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Tabel 7. Luas panen, produksi rata-rata dan produksi ketela pohon menurut desa di Kecamatan Tanjungsari pada tahun 2014

No. Nama Desa Luas Panen

(Hektar) Produksi (Ton)

Rata-rata produksi

1 Kemadang 455 9.737,0 21,4

2 Kemiri 424 9.031,6 21,3

3 Banjarejo 563 12.386,0 22,0

4 Ngestirejo 492 10.578,0 21,5

5 Hargosari 413 9.003,4 21,8

Jumlah 2.347 50.736,0 21,62

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Tabel 8. Luas panen, produksi rata-rata dan produksi kacang tanah menurut desa di Kecamatan Tanjungsari pada tahun 2014

No. Nama Desa Luas Panen

(Hektar) Produksi (Ton)

Rata-rata produksi

1 Kemadang 240 2.455 10,23

2 Kemiri 210 2.255 10,74

3 Banjarejo 250 2.520 10,08

(44)

39

5 Hargosari 195 2.070 10,41

Jumlah 1.110 11.555 10,41

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Sedangkan di sektor pariwisata, Kecamatan Tanjungsari memiliki beberapa tempat bersejarah (situs) pada tabel 9 dan objek wisata pantai (Tabel 10) yang dikomersilkan yang terbagi di beberapa Desa di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul.

Tabel 9. Bangunan bersejarah menurut desa di Kecamatan Tanjungsari 2014 No. Nama Desa Bangunan Bersejarah Pengelola

1 Kemadang Resan Guyangan Non pemerintah

2 Kemiri Gunung Tanjung Non pemerintah

Resan Guyangan Non pemerintah 3 Banjarejo Resan Guyangan Non pemerintah

4 Ngestirejo -

-5 Hargosari -

-Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Tabel 10. Objek wisata komersil menurut Desa di Kecamatan Tanjungsari 2014 No. Nama Desa Objek Wisata Komersil Pengelola

1 Kemadang Pantai Baron Pemerintah

Pantai Kukup Pemerintah

2 Kemiri -

-3 Banjarejo Pantai Drini Pemerintah

4 Ngestirejo -

-5 Hargosari -

-Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014 4. Pedidikan

(45)

Tanjungsari Kabupaten Gunugkidul pada tahun 2014 yang tersaji pada tabel 11 dan tabel 12.

Tabel 11. Jumlah penduduk Kecamatan Tanjungsari menurut tingkat pendidikan terendah sampai dengan SLTA pada masing-masing desa pada tahun 2014

1 Hargosari 1.038 239 2.244 1.148 450

2 Kemiri 1.152 301 1.578 941 404

3 Kemadang 1.016 628 2.332 1.399 559

4 Banjarejo 1.025 430 2.239 1.115 413

5 Ngestirejo 756 417 2.390 1.060 367

Jumlah 4.987 2.015 10.783 5.663 2.193

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Tabel 12. Jumlah penduduk Kecamatan Tanjungsari menurut tingkat pendidikan Diploma I sampai dengan Strata III pada masing-masing desa pada tahun 2014.

No. Nama Desa Diploma I dan II

(46)

41

IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2015 di sepanjang Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jarak 7 kilometer.

B. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, pelaksanaannya menggunakan metode survei untuk mendapat data primer, pengumpulan data dari penduduk setempat, pengguna jalan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), pengunjung lokasi wisata Pantai Baron, serta pengambilan data sekunder dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

(47)

2. Metode Pemilihan sampel.

Menurut Soeratno dan Lincolin (1993) metode pemilihan sampel dilakukan untuk memuat sejumlah pertanyaan kepada responden dengan harapan dapat mewakili sifat populasi secara keseluruhan. Metode pemilihan responden dilakukan dengan teknik Non-Probability Sampling yaitu pengambilan sampel penelitian secaranon-random(tidak acak) (Supardi, 2005).

Responden yang dipilih adalah masyarakat yang berdomisili di Desa Kemadang sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) sebanyak 100 responden. Metode wawancara diberikan kepada pengguna jalan dan pengunjung obyek wisata yang mengakses Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang ini. Pertanyaan yang diberikan kepada responden yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan kondisi lingkungan dan pola pemikiran masyarakat terhadap keberadaan jalur hijau.

Dari sampel tersebut diharapkan dapat memberikan masukan agar tercapai penelitian ini. Hal ini diperlukan untuk mengetahui tingkat dukungan pengguna jalan terhadap perencanaan kawasan yang akan dibuat, sebab penelitian ini bersinggungan dengan kepentingan banyak pengguna.

C. Jenis Data

(48)

43

1. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari lapangan melalui wawancara dan kuisioner yang diberikan kepada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor pemerintah BAPPEDA Kabupaten Gunungkidul, Dinas Pekerjan Umum dan Dinas Tata Kota.

Penelitian dilaksanakan dengan cara pengamatan langsung ke lokasi penelitian, mendokumentasikan, studi literatur dan pengumpulan informasi dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian disajikan dalam tabel 13 berikut :

Tabel 13. Jenis Data Penelitian

No. Jenis Data Ruang Lingkup Bentuk Data Sumber Data 1 Peta Jalur Jalan 3 Geografi wilayah Batas Wilayah

(49)

6 Inventarisasi

Data penelitian dianalisis dengan cara deskriptif, analisis deskriptif yaitu meneliti status kelompok manusia, suatu objek, penempatan suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan dan uraian berdasarkan data dan informasi yang diperoleh pada penelitian baik data primer dan data sekunder. Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan cara editing, tabulasi dan evaluasi. Tujuan dari analisis data yaitu dapat dijadikan suatu kajian untuk meningkatkan dan menciptakan Jalur Hijau khususnya di Jalan Jalur Jalan Lintas Selatan, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul.

E. Luaran Penelitian

(50)

45

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Jalan

Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu simpul jaringan transportasi yang sangat penting yakni sebagai jalur penghubung antar kota di lintas jalur selatan Jawa khususnya penghubung antara Provinsi Jawa Tengah dengan DIY bagian tenggara, juga sebagai simpul antar pergerakan di dalam wilayah DIY. Perkembangan Kabupaten Gunungkidul yang semakin meningkat menuntut eksistensi sarana prasarana transportasi yang mampu melayani kebutuhan akan jasa transportasi baik untuk pergerakan orang maupun untuk pergerakan barang atau jasa dalam dan antar wilayah. Penyelenggaraan angkutan jalan sebagai ujung tombak dinamika perekonomian wilayah Kabupaten Gunungkidul dituntut dapat mendorong dan mengendalikan keseimbangan, dan kesinambungan pelayanan transportasi jalan.

(51)

Menurut Bambang Sughaib (2015) selaku Kepala Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan Bina Marga Dinas PUP-ESDM DIY, Jalur Jalan Lintas Selatan yang melewati wilayah Gunungkidul sebagian sudah berhasil diselesaikan, seperti dari Desa Planjan sampai dengan pintu masuk obyek wisata Pantai Baron Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul (www.radarjogja.co.id, akses pada 10 November 2015).

Kondisi jalan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang merupakan lokasi penelitian dari Desa Planjan sampai dengan Desa Kemadang memiliki ukuran lebar keseluruhan 7 meter, terbagi menjadi tiga bagian yaitu 5 meter pada badan jalan, lebar 1 meter pada sisi kiri dan sisi kanan sebagai bahu jalan ditampilkan pada Gambar 20 di bawah ini.

Gambar 20. Potongan melintang bentuk jalan JJLS

(52)

47

Menurut Satuan Kerja Penanganan Jalan Nasional (Staker PJN) Propinsi DIY selaku pelaksana jalan nasional, ukuran lebar jalan di Jalur Jalan Lintas Selatan telah disesuaikan dengan standart teknis jalan kolektor primer. Akan tetapi dengan melihat bentuk topografi di daerah pegunungan selatan yakni kawasan perbukitan karst dengan kelerengan di atas 40 % serta pada ketinggian antar 100 – 300 meter di atas permukaan laut, serta bentuk permukaan naik turun dan kelokan tajam maka tidak memungkinkan dibentuk jalan empat jalur karena membahayakan pengguna jalan kendaraan bermotor.

Data lalu lintas harian pengguna jalan Jalur Jalan Lintas Selatan Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul diperoleh dari hasil perhitungan secara langsung oleh Dinas Pekerjaan Umum dan dikalkulasi rata-rata hariannya. Berikut data lalu lintas harian rata-rata-rata-rata (LHR) pada tabel 14 selama lima tahun terakhir.

Tabel 14. Lalu lintas harian rata-rata (LHR) No. No.

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab. Gunungkidul 2015

(53)

jalan yang melintas di Jalur Jalan Lintas Selatan Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari yaitu 496. Tahun 2012 lalu lintas harian rata-ratanya yaitu 516, tahun 2013 lalu lintas harian rata-ratanya 690, tahun 2014 lalu lintas harian rata-ratanya 741 dan tahun 2015 lalu lintas harian rata-ratanya 907.

Dengan melihat data lalu lintas harian rata-rata tersebut dari tahun ke tahun terjadi peningkatan pengguna jalan, secara umum kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Sudah seharusnya pengguna jalan dan masyarakat setempat mendapatkan kenyamanan dan keamanan. Keamanan masyarakat sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan dari resiko pengguna jalan khususnya kendaraan bermotor juga terpenuhi, dengan adanya jalur hijau bisa dijadikan pagar dan pembatas ruang. Tingkat kebisingan kendaraan dapat diminimalisir dengan adanya jalur hijau serta polusi kendaraan bermotor. Bentuk tajuk serta dari bunga tanaman tepi jalan, dapat menjadikan pemandangan yang indah memberikan kenyamanan pengguna jalan.

B. Keberadaan Tanaman Tepi Jalan

(54)

49

1. Tanaman Teh-tehan pangkas(Duranta Erecta.)

Tanaman Teh-tehan atau sering disebut Sinyo Nakal umum dibudidayakan hampir di seluruh wilayah Indonesia, baik sebagai tanaman hias maupun untuk pagar (Gambar 22. A). Dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dari dataran rendah dekat pantai sampai pegunungan, pada ketinggian 5 sampai 2.000 meter dpl, berbunga hampir sepanjang tahun dan pemanenan sebaiknya setelah buah masak atau berwarna kuning. Kultivar yang memiliki warna daun cerah dikenal sebagai teh-tehan karena menjadi tanaman pangkas seperti di perkebunan teh. Tumbuhan berasal dari Amerika Tengah ini sekarang menyebar di semua tempat tropis, di beberapa tempat bahkan mulai menjadi gulma.

Gambar 22. (A) Tanaman Teh-tehan, (B) buah Teh-tehan, (C) daun Teh-Tehan, (D) bunga Teh-tehan

(55)

muda), bulat, dengan diameter dapat mencapai 1 cm (Gambar 22. B).Tumbuhan dewasa dapat memiliki duri yang tumbuh sewaktu tumbuhan masih muda. Daun berbentuk oval atau elips, bergelombang pada tepinya, tersusun berpasangan, warnanya mulai dari kuning cerah hingga hijau agak pekat (Gambar 22. C) tergantung lingkungan tumbuh (lebih terang, warna daun lebih cerah). Bunga berwarna biru sampai ungu dengan rona putih, tersusun dalam satu cabang yang keluar dari ketiak cabang atau ujung cabang, berbunga sepanjang tahun (Gambar 22. D) Tumbuhan ini tidak banyak memerlukan perhatian untuk tumbuh baik. Pemangkasan adalah hal yang perlu diperhatikan karena pertumbuhannya cepat dan mudah membentuk semak yang tebal.

2. Tanaman Akasia (Acacia auriculiformis)

Tanaman Akasia termasuk tumbuhan dikotil yang berakar tunggang berwarna putih kotor dan biji berkeping dua berbentuk lonjong pipih. Batangnya berkambium dengan bentuk bulat lurus dan bercabang banyak (simpodial) yang berkulit tebal agak kasar hingga berduri (Gambar 23. A). Akasia memiliki daun majemuk yang menyirip, dengan bentuk lonjong dan tepi rata (Gambar 23. B). Buah tanaman Akasia merupakan sejenis polong-polongan berwarna hijau saat masih muda dan berubah menjadi coklat setelah tua (Gambar 23. C). Bunga berkelamin ganda dengan warna putih atau kuning (Gambar 23. D). Akasia mampu tumbuh mencapai ketinggian 15 meter.

(56)

51

subur, lahan yang mengalami erosi, berbatu dan tanah gambut serta tanah yang memiliki pH rendah (4,2) sepanjang berada pada ketinggian tidak lebih dari 300 m, dengan curah hujan antara 1.000 mm - 4.500 mm setiap tahun dengan cahaya matahari yang cukup.

Gambar 23. (A) Tanaman Akasia, (B) daun Akasia, (C) buah Akasia, (D) bunga Akasia

3. Tanaman Kersen / Talok(Muntingia calabura L.)

(57)

ketinggian antara 3 sampai 8 meter kulit kayu berwarna putih kecoklatan, cabang-cabang mendatar membentuk naungan yang rindang.

Daun tanaman ini memiliki pertulangan yang menyirip, daunnya tunggal, berbentuk bundar telur, pada bagian tepi daun bergerigi, lembaran daun sebelah bawah berbulu kelabu. (Gambar 24. B). Bunga berisi 1-3 kuntum berwarna putih dan terletak di ketiak daun. Bunga yang mekar menonjol keluar ke atas helaian daun, tetapi setelah menjadi buah menggantung ke bawah, tersembunyi di bawah helai daun. Umumnya hanya satu sampai dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya (Gambar 24. C). Buah buni bertangkai panjang, berbentuk bulat dengan ukuran 1 cm sampai dengan 1,5 cm, warna hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan. (Gambar 24. D).

(58)

53

Pohon kersen khususnya berguna sebagai pohon peneduh di pinggir jalan. Pohon kecil ini awalnya sering tumbuh sebagai semai liar di tepi jalan, selokan, atau muncul di tengah retakan tembok lantai atau pagar, dan akhirnya tumbuh dengan cepat membesar sebagai pohon naungan. Sebab itulah pohon kersen sering ditemukan di wilayah perkotaan, di tepi trotoar dan di tempat-tempat yang biasa kering berkepanjangan.

4. Tanaman Ketapang(Terminalia catappa L.)

Ketapang tumbuh alami pada pantai berpasir atau berbatu. Toleran terhadap tanah masin dan tahan terhadap percikan air laut, sangat tahan terhadap angin dan menyukai sinar matahari penuh atau naungan sedang. Mampu bertahan hanya pada daerah-daerah tropis atau daerah dekat tropis dengan iklim lembab. Pada habitat alaminya curah hujan tahunan berkisar 3000 mm. Tumbuh baik pada semua jenis tanah dengan drainase baik. Umumnya dibudidayakan pada ketinggian sampai 800 m.

(59)

masak. Buah batu dikelilingi lapisan daging berair setebal 3-6 mm (Gambar 25. D).

Gambar 25. (A) Tanaman Ketapang, (B) daun Ketapang, (C) bunga Ketapang, (D) buah Ketapang

5. Tanaman Mahoni(Switenia Macrophylla)

(60)

55

kecoklatan (Gambar 26. C). Memiliki tajuk yang berbentuk kubus dengan daun hijau tua, rapat dan dapat menggugurkan daun sehingga beberapa hari sesudah gugur muncul kembali daun muda yang berwarna hijau muda. Daun majemuk, menyirip genap, bentuk daun bulat telur, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, pertulangan daun menyirip, daun muda warna merah dan setelah tua berwarna hijau (Gambar 26. B).

Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat (Gambar 26. D). Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang berasal dari India Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.

Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang. Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Syarat lokasi untuk budidaya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara 11-36 C.

(61)

terutama di sepanjang jalan yang dibangun oleh Daendels antara Anyer sampai Panarukan.

Gambar 26. (A) Tanaman Mahoni, (B) daun Mahoni, (C) bunga Mahoni, (D) buah Mahoni

6. Tanaman Glodokan Tiang(Polyathia Longifolia).

(62)

57

memanjang dengan warna buahnya coklat (Gambar 27. D). Untuk bagian akar, biasanya pohon glodokan tiang memiliki akar berukuran dari sedang hingga besar yang terdapat di dalam tanah dan terkadang sebagian di luar tanah, apabila pohon ini tidak terawat dan tidak sehat maka sering sekali terdapat sarang semut di batangnya yang dapat membuat batang dari pohon peneduh yang satu ini menjadi terkelupas dan rusak.

Gambar 27. (A) Tanaman Glodokan Tiang, (B) daun Glodokan Tiang, (C) bunga Glodokan Tiang, (D) biji Glodokan tiang

(63)

dimanfaatkan sebagai penetralisir udara yang sudah tercemar di kota – kota besar, tanaman ini juga dapat berperan sebagai peredam suara.

7. Tanaman Turi (Sesbania grandiflora.)

Turi merupakan pohon yang berkayu lunak dan berumur pendek. Tingginya dapat mencapai 5-12 meter. Akarnya berbintil-bintil dan berguna untuk menyuburkan tanah. Bunganya besar dan keluar dari rantingnya. Bunganya apabila mekar, berbentuk seperti kupu-kupu. Warna bunga ada yang merah (Gambar 28. A) dan putih (Gambar 28. B). Letaknya menggantung dengan 2-4 bunga dan bertangkai, kuncupnya berbentuk sabit. Rantingnya menggantung, kulit luar berwarna kelabu hingga kecoklatan. Kulit luarnya ini tidak rata dengan alur membujur dan melintang tidak beraturan dengan lapisan gabus yang mudah terkelupas.

(64)

59

29. B). Buahnya berbentuk polong, menggantung, bersekat, dengan panjang 20-55 cm, sewaktu muda berwarna hijau, dan sudah tua berwarna kuning (Gambar 29. D). Sedangkan bijinya berbentuk bulat panjang, dan berwarna coklat muda.

Di Indonesia tumbuhan ini ditanam sebagai tumbuhan hias di halaman rumah dan di sawah sebagai tanaman pelindung. Tanaman ini dapat pula hidup pada tanah asam dan juga tumbuh subur di tanah berair. Daun-daun turi juga dapat dipergunakan untuk makanan ternak dan pupuk hijau. Kayu Turi menjadi sumber kayu bakar yang populer di pedesaan karena lekas tumbuh dan telah menghasilkan kayu pada umur setahun. Turi dapat mencapai tinggi 2 meter dalam 12 minggu, dan 4–5 m dalam setahun.

(65)

Turi juga ditanam untuk berbagai kegunaan yaitu sebagai peneduh, pagar hidup, penahan angin, pohon rambatan, pohon hias dan juga untuk menghijaukan lahan kritis. Bintil-bintil akar pada turi mengikat nitrogen dalam tanah, dengan demikian memperbaiki kesuburan tanah. Daun, bunga dan buah yang berjatuhan menjadi mulsa dan pupuk hijau yang baik.

8. Tanaman Johar(Sennasiamea)

Pohon Johar termasuk dalam tanaman tahunan dengan tinggi 2-20 m, batang lurus dan pendek, kulit batang berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang yang muda, percabangan melebar membentuk tajuk yang padat dan membulat, akar pohon Johar berjenis akar tunggang (Gambar 30. A). Dedaunan rimbun yang hijau, pohon johar (sennasiamea) selain memberikan keteduhan pun terlihat indah. Pohon johar kerap dijadikan pohon peneduh (penghijauan), tanaman penaung, hingga tanaman hias dengan bunga khas berwarna kuning.

Daun tumbuhan Johar menyirip genap. Berwarna hijau gelap dan mengkilat pada sisi atas dan hijau kusam dan berambut halus di sisi bawah. Panjang daun berkisar 10 – 35 cm. Anak daun 4 – 16 pasang, dengan bentuk jorong hingga bulat telur (Gambar 30. B).

(66)

61

Gambar 30. (A) pohon Johar, (B) daun Johar, (C) bunga Johar, (D) buah Johar

Johar merupakan tanaman asli Asia Tenggara dan Selatan.Tumbuh mulai dari Indonesia, Thailand, Malaysia, Myanmar, hingga India dan Sri Lanka. Di Indonesia banyak tumbuh di pulau Sumatera dan Jawa. Johar mampu tumbuh baik pada dataran rendah tropis dengan iklim muson yang memiliki curah hujan antara 500 – 2.800 mm pertahun dan temperature antara 20 – 31 °C.

9. Tanaman Wedusan/Bandotan (Ageratum Conyzoides L.).

(67)

runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau (Gambar 31. B). Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih (Gambar 31. C).

Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil. Di Indonesia, bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di kebun dan di ladang. Tumbuhan ini, dapat ditemukan juga di pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, dan sekitar saluran air pada ketinggian 1-2.100 m di atas permukaan laut (dpl).

(68)

63

C. Identifikasi Tanaman Tepi Jalan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul

Identifikasi merupakan kegiatan dasar dalam taksonomi. Identifikasi mencakup dua kegiatan, yaitu klasifikasi dan tata nama. Identifikasi adalah penunjukan, penentuan, atau pemastian nama yang benar dan penempatannya didalam sistem klasifikasi. Hasil identifikasi tanaman di sepanjang area Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul yang disajikan pada tabel 15 menunjukkan bahwa vegetasi yang ada merupakan jenis tanaman pohon, perdu dan semak yang berfungsi sebagai peneduh, pembatas dan pengarah.

Tabel 15. Jenis Tanaman di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang No Nama Tanaman Jenis Tanaman Bentuk tajuk dan ciri

tanaman Fungsi 1 Akasia Pohon • Tinggi >5 meter

• Bentuk tajuk

(69)

setelah 3 Ketapang Pohon • Tinggi 5-10

meter

4 Mahoni Pohon • Tinggi 35-40

meter

(70)

65 6 Glodogan Tiang Pohon • Tinggi 5-10

meter

7 Turi Pohon • Tinggi 2-12

meter

8 Johar Pohon • Tinggi 2-20

meter. • Bentuk tajuk

padat dan bulat.

(71)

• Daun berbentuk

9 Wedusan/Bandotan Semak • Tinggi 1-1,5 meter

(72)

67

tanaman antara 10-15 meter, tanaman ini menyerupai tiang dan dapat memberikan tanda atau arahan dengan penanaman yang rapat. Vegetasi jenis perdu yang difungsikan sebagai pembatas antara area jalan dengan pekarangan rumah yaitu tanaman Teh-tehan. Tanaman ini memiliki masa daun padat, tinggi tanaman 1-2 meter, bentuk percabangan merunduk, ditanam berbaris, jarak tanamn rapat, dan tidak memerlukan pemeliharaan intensif.

Jenis tanaman semak diarea ini yang dapat kita lihat adalah tanaman Bandotan/Wedusan. Tanaman dengan tinggi antara 1-1,5 meter, bertajuk bulat, bermasa daun padat dan hidup secara berkelompok. Tananam yang tumbuh secara liar ini terdapat di pinggiran jalan, meski tumbuh liar tanaman ini dapat berfungsi sebagai pembatas antara jalan dengan lahan kosong/tegalan.

(73)

ruang dapat dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna perlu dirumuskan penetapan struktur dan pola ruang wilayah, kebijaksanaan, strategi pengembangan dan pengelolaannya di dalam suatu RTRW Kabupaten Gunungkidul yang merupakan penjabaran dari RTRWN dan RTRW Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan acuan penyusunan rencana rinci kawasan. Atas dasar hal-hal tersebut dan demi kepastian hukum, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2030.

Ruang wilayah sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, berhasil guna, dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Secara geografis Kabupaten Gunungkidul berada pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan.

(74)

69

saling bersinergi bertumpu pada sektor pertanian, perikanan dan kehutanan serta sumber daya lokal lainnya dalam rangka mendukung keberadaan Kabupaten Gunungkidul sebagai pusat tujuan wisata utama dan unggulan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bahkan di tingkat nasional.

Kabupaten Gunungkidul mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata yang mendukung terwujudnya daerah tujuan wisata unggulan dengan orientasi penyediaan fasilitas pelayanan pada ekowisata, agrowisata, desa wisata dengan objek wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus secara terpadu.

Mengembangkan objek-objek wisata dan mengintegrasikan jalur kawasan wisata secara optimal, sinergi dengan perkembangan wilayah dan meningkatkan aksesibilitas untuk mengurangi kesenjangan wilayah desa. Strategi peningkatan aksesibilitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, prasarana lingkungan yang handal dan memadai sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan dan menyediakan sistem jaringan prasarana transportasi darat yang mendukung terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan wilayah, mendorong pertumbuhan ekonomi, mendorong investasi dan membuka desa terisolir.

2. Meningkatkan kualitas jaringan jalan dan prasarana pendukung sesuai fungsi serta mengembangkan manajemen transportasi secara terpadu berdasarkan analisa dampak lalu lintas.

(75)

memiliki kecenderungan pertumbuhan pembangunan dalam aspek sosial dan ekonomi tinggi yang dicirikan dengan adanya kegiatan perdagangan dan jasa.

4. Penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana kawasan koridor jalur Pantai Selatan Kabupaten Gunungkidul.

5. Mengembangkan sistem jaringan prasarana wilayah terdiri dari sistem jaringan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).

6. Pemanfaatan ruang wilayah untuk jaringan prasarana dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berwenang mengurusi prasarana perwujudan sistem jaringan transportasi, pembangunan jalan Pantai Selatan (PANSELA), pengembangan pelayaran wisata (wisata bahari).

E. Persepsi Masyarakat

Keberhasilan suatu penelitian, tidak lepas dari keterlibatan masyarakat. Dukungan serta masukan masyarakat sangat membantu dalam pemecahan suatu permasalahan dalam penelitian. Masyarakat yang merupakan objek utama dalam pemanfaatan jalan bertujuan untuk mengetahui fungsi secara umum, masyarakat sekitar jalan lintas selatan memberikan persepsi dan pemikiran agar apa yang diharapkan demi kemajuan infrastruktur jalan lintas selatan dapat terpenuhi.

(76)

71

Tabel 16. Persepsi responden tentang jalur hijau

No. Pernyataan Jumlah

(orang)

Prosentase (%) 1 Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan

Jalur Hijau ?

2 Menurut anda, apakah yang dimaksud dengan Jalur Hijau ?

a. Tanaman yang tumbuh di pinggir jalan secara alami maupun dibudidayakan

b. Sekelompok tanaman yang tumbuh di pinggir jalan

c. Tanaman yang bergerombol di pinggir jalan d. Lainnya

3 Seberapa seringkah Anda melintasi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang ini ?

a. Setiap hari

(77)

Responden dapat menunjang persepsi untuk dapat menilai, merasakan dan memahami tentang jalur hijau.

Hasil dari pengolahan data tabel 17 mengenahi persepsi masyarakat atau responden tentang keberadaan tanaman jalur hijau menunjukkan bahwa 73 orang (73%) responden menyatakan adanya jalur hijau, sedangkan 27 orang (27%) menyatakan tidak ada jalur hijau di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Persepsi masyarakat tentang kondisi tanaman menujukkan 2% jalur hijau di Jalur Jalan Lintas Selatan ini baik dan terawat, 85 orang (85%) menyatakan rusak dan tidak terawat. Terlepas dari pernyataan di atas, masyarakat memberikan pendapat lain tentang kondisi tanaman jalur hijau yaitu 13%. Tujuh puluh persen responden menyatakan rasa kurang nyaman jika melintasi Jalur Jalan Lintas Selatan di siang hari dan 65% perlu penambahan tanaman sebagai jalur hijau dibeberapa tempat supaya terlihat aman dan nyaman dengan adanya tanaman yang sesuai.

Tabel 17. Persepsi responden tentang keberadaan jalur hijau

No. Pernyataan Jumlah

(orang)

Prosentase (%) 1 Apakah ada Jalur Hijau di Jalur Jalan Lintas Selatan

(JJLS) Desa Kemadang ini ? a. Ada 2 Menurut Anda, bagaimanakah kondisi Jalur Hijau di Jalur

Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang ini ? a. Baik dan terawat

b. Rusak dan tidak terawat c. Tidak ada

3 Menurut Anda, apakah di sepanjang Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang ini perlu penambahan tanaman sebagai Jalur Hijau ?

(78)

73

4 Seberapa nyamankah yang anda rasakan jika melintasi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang disiang hari ?

Hasil pengolahan data pada tabel 18 tentang jenis dan fungsi tanaman jalur hijau dapat kita lihat 55% menyatakan bahwa temperatur di sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) ketika siang hari yaitu panas, hal ini menunjukkan bahwa keberadaan tanaman jalur hijau diperlukan sebagai pencipta iklim mikro. Selain itu 45 orang (45%) menyatakan temperatur sedang ketika siang hari di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang. Menurut responden jenis tanaman yang sesuai untuk jalur hijau yaitu 46% pepohonan, sedangkan 39% menyatakan jenis tanaman perdu dan 15% jenis tanaman hias.

Fungsi dari jalur hijau 41% responden menyatakan bahwa tanaman jalur hijau berfungsi sebagai keindahan lingkungan, 38% responden berpendapat tanaman jalur hijau sebagai peneduh pengguna jalan dan 21% responden menyatakan sebagi penyerap polusi udara. Dilihat dari tingkat polusi udara sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan yaitu 72% polusi udaranya sedang, 27% menurut responden yaitu tinggi dan 1% responden berpendapat bahwa polusi udara akibat kendaraan bermotor dirasakan tinggi ketika musim liburan, dan padat kendaraan bermotor menuju tempat wisata.

Tabel 18. Persepsi responden tentang jenis dan fungsi tanaman jalur hijau

No. Pernyataan Jumlah

(orang)

Prosentase (%) 1 Bagaimanakah temperatur disekitar ketika siang hari

melintasi di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang ini ?

(79)

b. Sedang 2 Menurut Anda, jenis tanaman apakah yang sesuai untuk

Jalur Hijau di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang ini ? 3 Manfaat Jalur Hijau di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS)

Desa Kemadang ini adalah ? a. Peneduh pengguna jalan 4 Tingkat polusi udara yang Anda rasakan di Jalur Jalan

Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang ? a. Tinggi

F. Perencanaan Jalur Hijau Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul

(80)

75

akibat gas buang kendaraan bermotor tersebut mempengaruhi kualitas udara sekitarnya. Terjadinya kompetisi antara tanaman gulma dengan tanaman pokok jalur hijau, dapat diambil contoh yaitu tanaman Wedusan/Bandotan, dimana selain menjadikan kompetitor, tanaman ini juga mengurangi nilai keindahan.

Permasalahan yang tengah dihadapi oleh pengguna jalan dan sebagian warga yang berada di sepanjang Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) khususnya di wilayah Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Dapat dilihat pada hasil kuisioner responden atau persepsi masyarakat dengan adanya jalur hijau pada saat ini yaitu, kondisi vegetasi di sepanjang jalur lintas selatan khususnya di Desa Kemadang tidak terawat, perlunya penambahan jenis vegetasi di beberapa tempat, penciptaan iklim mikro serta menambah nilai keindahan dan kenyamanan.

(81)

Dengan ini diusulkan perencanaan Jalur Hijau Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul yang telah disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan, sehingga terwujudnya rencana pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui RTRW tentang Sistem Prasarana Jaringan Transportasi yang selaras dengan harapan masyarakat sebagai pengguna jalan yang mendukung terwujudnya daerah tujuan wisata unggulan dengan orientasi penyediaan fasilitas pelayanan pada ekowisata, agrowisata, desa wisata dengan objek wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus secara terpadu.

Gambar 32 di bawah ini adalah keseluruhan Jalan Jalur Lintas Selatan di Desa Kemadang dan gambar 33 adalah perencanaan jalur hijau JJLS yang disesuaikan dengan topografi dan karakternya yaitu kawasan perbukitan dengan kelerengan di atas 40% serta ketinggian antar 100–300 meter di atas permukaan laut, bentuk permukaan naik turun dan berkelok.

Pembagian potongan gambar ini bertujuan agar mudah dalam penggambaran, pengamatan dan evaluasi tata letak tanaman pada gambar perencanaan (Gambar 34. Penampang potongan jalan A ; Gambar 35. Penampang potongan jalan B; Gambar 36. Penampang potongan jalan C; Gambar 37. Penampang potongan jalan D; Gambar 38. Penampang potongan jalan E).

(82)

77

penempatan jenis perdu (Gambar 40) dan penempatan jenis tanaman semak (Gambar 41).

(83)
(84)

79

(85)

Gambar

Gambar 7. Perletakan tanaman pada daerah persimpangan
Gambar 14. Jarak titik tanam jarang perdu
Gambar 15. Pengaturan penanaman pada daerah lengkunganhorizontal/tikungan
Gambar 16. Letak Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemisah jalur lalu lintas udara secara vertikal ditentukan berdasarkan ketinggian oprasi penerbangan dari permukaan laut, untuk ketinggian 1.200 kaki sampai dengan

Dengan pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang ada di wilayah selatan, antara lain untuk : menunjang distribusi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui dampak pembangunan Jalur Lintas Selatan JLS terhadap pariwisata di Desa Tambakrejo, responden yang diambil adalah

5.7 Keterkaitan Jalur Lintas Selatan dengan Perkembangan Kunjungan Wisatawan

Pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) belum sepenuhnya 100% terealisasi khususnya untuk kawasan pesisir kabupaten Bantul, ini terlihat dari ada beberapa poros

Hasil Perencanaan Jalan Lintas Pantai Selatan Kecamatan Bakung diperoleh perencanaan geometrik dengan Alinyemen Horizontal tipe S-C-S (Spiral Circle Spiral) 41 tikungan

DAMPAK SOSIAL PEMBANGUNAN JALUR LINTAS SELATAN (JLS) TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA HUTAN (STUDI DI DESA KARANGGANDU KECAMATAN WATULIMO.. KABUPATEN TRENGGALEK)

Kecamatan Sine dan Kendal termasuk pada dataran tinggi dengan kelerengan antara 2 - 40% dengan ketinggian 100 - 2700 meter di atas permukaan air laut beriklim sangat