• Tidak ada hasil yang ditemukan

LKP : Perancangan dan Analisa Structured Cabling System Jaringan Gedung Customer Service & Gedung Administrasi PT. TPS Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LKP : Perancangan dan Analisa Structured Cabling System Jaringan Gedung Customer Service & Gedung Administrasi PT. TPS Surabaya."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

KERJA PRAKTEK

Nama : Abid E.S. Putro NIM : 09.41010.0005 Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Komputer

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

ix  

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK…... ... vi 

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL ... xii  

DAFTAR GAMBAR ... xiii 

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv 

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.  1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.  1.2 Perumusan Masalah ... 3 

1.3 Pembatasan Masalah ... 3 

1.4 Tujuan Kerja Praktek ... 3 

1.5 Kontribusi ... 4 

1.6 Sistematika Penulisan ... 4 

BAB II GAMBARAN UMUM PT.TPS ... 7 

2.1 Uraian Tentang PT. TPS ... 7 

2.1 Sejarah PT. TPS ... 7 

2.2 Visi dan Misi ... 7 

2.3 Fasilitas PT. TPS ... 10 

2.4. Sarana Prasarana PT. TPS ... 12

         2.5 Pelayanan PT. TPS...15 

(3)

x

3.1 Pengenalan Sistem Kabel Terstruktur ... 23 

3.1.1 Acuan Sistem Kabel Terstruktut ... 25 

3.1.2 Sejarah Sistem Kabel Terstruktur ... 26 

3.1.3 Standar Kabel Jaringan ... 27 

3.2 Tipe Media Komunikasi ... 27 

3.3 Standarisasi Media Komunikasi ... 39 

3.3.1 Standarisasi Kabel Terstruktur ... 39

3.3.2 Organisasi Standarisasi ... 40

3.4 Tujuan dan Ruang Lingkup ANSI/TIA/EIA ... 48 

3.4.1 Subsistem Standar ... 49 

3.4.2 Pengkabelan Horizontal ... 50

3.6 UTP, Fiber Optik ... 67 

3.7 Arsitektur Jaringan ... 68 

3.8 Perangkat Konektivitas Jaringan ... 74 

3.9 Kode Nasional Elektrik ... 79 

3.10 Komponen Sistem Pengkabelan ... 84 

3.11 Jalur Pengkabelan ... 92 

3.12  Peralatan Cross-Connect ... 93 

3.13  Titik Konsolidasi ... 94 

3.14 Peralatan Pendukung Instalasi ... 95 

3.14.1 Model Referensi Open Systems Interconnection (OSI)95  3.14.2 Protokol TCP/IP ... 95 

(4)

xi

3.15.1 Kabel dan Media Tembaga ... 101 

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK ... 108 

4.1 Topologi Jaringan PT. TPS ... 108 

4.2 Perencanaan dan Identifikasi Topologi ... 111 

4.3 Identifikasi Media Jaringan ... 112 

4.4 Teknik Instalasi Jaringan ... 114 

4.5 Identifikasi Work Area ... 116 

4.6 Identifikasi Lemari Telekomunikasi ... 119

         4.7 Identifikasi Building Entrance... 120

4.8 Identifikasi Backbone Cabling...121

BAB V PENUTUP ... 129 

5.1 Kesimpulan ... 129 

5.2 Saran ... 129 

DAFTAR PUSTAKA ... 130 

(5)

xii

DAFTAR TABEL  

Halaman

Tabel 3.1 UTP... 29

Tabel 3.2 Kabel Twisted-Pair ... 32

Tabel 3.3 UTP Cat 4 ... 33

Tabel 3.4 UTP Cat 5... 34

Tabel 4.1 Spesifikasi UTP Kategori 5... 113

(6)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kabel STP... 28

Gambar 3.2 Kabel UTP... 30

Gambar 3.3 Bagian Dalam Kabel UTP ... 30

Gambar 3.4 Kabel Fiber Optik...35

Gambar 3.5 Proses Single Mode...36

Gambar 3.6 Proses Multi Mode... 37

Gambar 3.7 Kabel Koaksial...38

Gambar 3.8 Skema Metode Horizontal...40

Gambar 3.9 Skema Metode Horizontal... 50

Gambar 3.10 Outlet Telekomunikasi...52

Gambar 3.11 Jack T568A... 53

Gambar 3.12 Tabel Jack T568A... 53

Gambar 3.13 Tabel Jack T568A... 54

Gambr 3.14 Tabel Jack T568A... 54

Gambar 3.15 Modem Eksternal... 56

Gambar 3.16 Modem Internal... 56

Gambar 3.18 Repeater ……….. 44

Gambar 3.15 Hub ………. 56

Gambar 3.16 Bridge……… 56

Gambar 3.17 Switch……….. 59

(7)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Balasan dari Instansi/Perusahaan ... ... 131

Lampiran 2 Form KP 5... ... 132

Lampiran 3 Form Log Perubahan ... ... 133

Lampiran 4 Absensi Harian... ... 134

(8)
(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi jaringan yang semakin maju saat ini memacu

kebutuhan pertukaran inforimasi yang lebih signifikan. Dengan didorong riset yang

lebih maju dalam dunia jaringan, kebutuhan teknologi informasi menjadi lebih

kompleks demi terpenuhinya pertukaran data dan informasi yang tidak terputus.

Untuk mempermudah kegiatan transaksional sesuai kebutuhan, dibuat suatu

perencanaan sistem jaringan terstruktur yang mengacu pada standar internasional

yang ada demi mewujudkan profesionalisme dan optimasi dalam pertukaran data

dan informasi.

Penemuan teknologi jaringan sejak awal dimaksudkan untuk meringankan

pekerjaan dan beban manusia sebagai user agar lebih efektif dan efisien, dari

perenyataan tersebut, pertukaran data yang dulu dilakukan secara manual, sudah

tidak perlu dilakukan lagi karena akan memakan waktu yang lama serta

membutuhkan sumber daya manusia yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut,.

Dilakukan perubahan secara keseluruhan terhadap sistem kerja yang awalnya

berdiri sendiri.

PT. Terminal Petikemas Surabaya merupakan instansi pemerintah

berbentuk badan usaha milik negara dibawah bendera Pelabuhan Indonesia III yang

mengelola pelabuhan utama tanjung perak sebagai pintu masuk perdagangan skala

(10)

menggunakan beberapa vendor IT untuk perencanaan dan implementasi jaringan

komputer dalam teknis operasionalnya.

PT. TPS selalu mengutamakan standarisasi dalam standar operasional

prosedur perusahaannyaa, demi mengedepankan mutu dan kualitas layanaan yang

diberikan oleh perusahaan, sudah banyak standarisasi yang diraih oleh PT. TPS

dengan skala nasional antara lain ISO 9001 (standar mutu), ISO 14001 (standar

lingkungan), OHSAS 18001 (standar keselamatan dan kesehatan kerja), dan ISPS

Code (standar keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan). PT. TPS juga merupakan

satu-satunya terminal di Indonesia dan satu-satunya operator terminal di Indonesia

yang memiliki sertifikat C-TPAT dan ISO 28000:2007 (sistem manajemen

keamanan untuk rantai pasok). Untuk sistem jaringan komputer yang sudah

terimplementasi ke dalam Terminal Operation System (TOS) standarisasinya masih

menjadi pertanyaan mengingat infrakstruktur yang ada sudah terpenuhi dari sisi

kualitas namun belum teranalisa sesuai dengan standar internasional. Oleh karena

itu, Analisa standar yang akan dilakukan semoga dapat membantu pihak PT.

Terminal Peti Kemas Surabaya dalam penyesuaian standarisasi dalam bidang IT

yang dikhususkan pada jaringan komputer.

Analisa dan perancangan yang akan dibuat ini berdasar pada acuan yang

tercantum dalam standar internasional dalam setiap elemen infrastruktur jaringan

(11)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang perusahaan di atas maka dapat dirumuskan masalah

yaitu bagaimana merancang Sistem jaringan yang terstruktur pada infrastruktur

jaringan komputer PT. Terminal Peti Kemas Surabaya.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam pengerjaan Analisa ini diperlukan pembatasan analisa agar tidak

menyimpang dari topic yang diambil. Pembatasan analisa tersebut adalah :

1. Perancangan ini tidak memberikan saran dalam hal pembaruan perangkat keras

dan perangkat lunak yang ada.

2. Perancangan ini hanya membahas yang terkait dengan implementasi jaringan

komputer internal perusahaan.

3. Perancangan ini tidak digunakan untuk menjadi acuan dalam memproses

standarisasi dalam lingkup internal perusahaan.

1.4 Tujuan

Dengan melihat perumusan masalah dan batasan yang ada, maka

didapatkan tujuan dari Dilaksanakannya kerja praktek yaitu menganalisa dan

merancang sistem pengkabelan jaringan yang terstruktur sesuai dengan standar

(12)

1.5 Kontribusi

Beberapa hal yang dapat diperoleh dari kegiatan kerja praktek di PT. Terminal

Petikemas Surabaya antara lain :

1. Mempermudah divisi IT PT. Terminal Petikemas Surabaya dalam perencanaan

jangka panjang infrastruktur jaringan komputer di masa mendatang.

2. Memberikan suatu pendapat dan pertimbangan mengenai infrastruktur jaringan

komputer sesuai standar internasional

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kerja praktek digunakan untuk

menjelaskan penulisan laporan per bab. Sistematika kerja praktek dapat dijelaskan

pada alinea di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang permasalahan, inti dari permasalahan yang ada akan

disebutkan dalam perumusan masalah, batasan masalah yang akan menjelaskan

mengenai batasan-batasan analisa yang dibuat. Tujuan dari kerja praktek ini sendiri

adalah merancang dan menganalisa sistem pengkabelan jaringan terstruktur yang

dapat membantu pihak PT. Terminal Petikemas Surabaya serta kontribusi yang

dapat diberikan dari analisa dan perancangan skematik jaringan yang kemudian

(13)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Berisi tentang sejarah dan struktur organisasi PT. Terminal Petikemas

Surabaya. Selain itu, bab ini memuat profil mengenai PT. Terminal Petikemas

Surabaya, Visi PT. Terminal Petikemas Surabaya dan Misi PT. Terminal Petikemas

Surabaya.

BAB III LANDASAN TEORI

Berisi landasan teori yang dipergunakan untuk menyelesaikan kerja

praktek ini. Teori-teori tersebut meliputi penjelasan mengenai analisis dan

perancangan sistem, Structured Cabling System, DoubleCAD XT, Standar

internasional bidang telekomunikasi dan jaringan komputer. Teori-teori tersebut

diperlukan untuk memecah masalah di dalam sistem jaringan komputer pada PT.

Terminal Petikemas Surabaya.

BAB IV RANCANGAN SISTEM

Berisi deskripsi mengenai uraian tentang pekerjaan yang dilakukan selama

kerja praktek, yaitu menganalisis sistem, mendesain skematik jaringan dan

menjelaskan penggunaan aplikasi. Menganalisis sistem dilakukan dari menggali

informasi infrakstruktur jaringan yang ada pada PT. Terminal Petikemas Surabaya

melalui desain skematik jaringan gedung dengan DoubleCAD XT PRO dan

kemudian dibuat Analisa Kebutuhan Sistem. Mendesain infrastruktur logis dan

fisik jaringan komputer dimulai dari perencanaan Logical Topology, Design

Ethernet, Segmentasi Desain Jaringan. Penjelasan mengenai penggunaan aplikasi

dimulai dari pengenalan aplikasi hingga cara penggunaan aplikasi yang tepat agar

(14)

BAB V PENUTUP

Beirisi kesimpulan dan saran dari analisis dan perancangan yang telah

dibuat oleh penulis. Saran dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan

(15)

7

GAMBARAN UMUM PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA

2.1 Sejarah Singkat PT. Terminal Petikemas Surabaya

PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) adalah perusahaan yang bergerak

di bidang penyediaan fasilitas terminal petikemas untuk perdagangan domestik

maupun internasional bagi pelaku usaha di wilayah Indonesia Timur. PT. TPS juga

menyediakan jasa transportasi pengiriman barang secara efisien dan tepat waktu.

Saat ini TPS mengantongi ISO 9001 (standar mutu), ISO 14001 (standar

lingkungan), OHSAS 18001 (standar keselamatan dan kesehatan kerja), dan ISPS

Code (standar keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan). TPS juga merupakan

satu-satunya terminal di Indonesia dan satu-satu-satunya operator terminal di Indonesia yang

memiliki sertifikat C-TPAT dan ISO 28000:2007 (sistem manajemen keamanan

untuk rantai pasok).

2.2 Visi, Misi dan Motto PT. Terminal Petikemas Surabaya

PT. Terminal Petikemas Surabaya memiliki visi dan misi, adapun visi dan

misi PT. Terminal Petikemas Surabaya sebagai berikut :

a. Visi

PT Terminal Petikemas Surabaya, sebagai sebuah terminal berstandar

kelas dunia di Indonesia, berkomitmen untuk mempertahankan posisi TPS yang

unik dan menonjol yaitu sebagai Pintu Gerbang ke Kawasan Indonesia Bagian

Timur, untuk memastikan bahwa perusahaan mampu menyediakan layanan

bermutu yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan

untuk menyediakan layanan terbaik bagi para pelanggan. Dengan motto perusahaan

(16)

Layanan Sempurna), kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama TPS. Untuk

mencapai tujuan tersebut, perusahaan berupaya untuk :

1. Menyediakan dan memastikan bahwa layanan yang diberikan kepada para

pelanggan, yaitu memuat dan membongkar petikemas tepat waktu dan

terjadwal.

2. Menyediakan layanan ekstra kepada para pelanggan apabila petikemas

mereka membutuhkan tempat lebih banyak atau peralatan tambahan

lainnya, seperti reefer plug, yang digunakan untuk mempertahankan suhu

dingin petikemas.

3. Menyediakan fasilitas tambahan lain, pada saat pembongkaran atau

pemuatan petikemas, seperti penyediaan air bersih atau bahan bakar.

4. Mengutamakan kepuasan para pelanggan dengan menyediakan layanan

bagi mereka dengan sepenuh hati.

b. Misi

Misi PT Terminal Petikemas Surabaya adalah menjadi suatu perusahaan

yang terus maju, tanggap, dapat dipercaya, yang menyediakan fasilitas terminal

petikemas yang dapat memenuhi semua permintaan baik untuk perdagangan

domestik maupun internasional bagi seluruh masyarakat perdagangan di kawasan

Indonesia bagian timur. Untuk mencapai sasaran tersebut, perusahaan berupaya

untuk :

1. Menyediakan jasa layanan transportasi kepada para pelanggan yang dapat

(17)

2. Menjamin terpeliharanya lingkungan kerja yang aman dan bersahabat

dengan lingkungan.

3. Mengembangkan potensi para pegawai secara optimal.

4. Ikut meningkatkan kegiatan perdagangan guna menjamin tercapainya

sukses bisnis serta mengupayakan tingkat pengembalian investasi yang

wajar kepada para pemegang saham.

5. Berupaya menggalang dukungan dari masyarakat luas dalam menjalankan

perannya sebagai perusahaan milik masyarakat.

c. Motto

Reliable Terminal with Service Excellence, Sebagai sebuah terminal

petikemas yang berhubungan dengan pembeli baik dalam atau luar negeri, maka

perusahaan harus menjadi yang dapat diandalkan dan terpercaya. Oleh karena itu,

untuk menjadi terminal petikemas yang dapat diandalkan, perusahaan harus

didukung oleh layanan yang sempurna. TPS mendorong para pegawai dan para

rekanan bisnis untuk meraih kesempurnaan layanan terhadap para pelanggan

RELIABLE terdiri atas :

R: Responsive, TPS harus tanggap terhadap keluh kesah pelanggan

E: Empathy, TPS harus berempati terhadap masalah pelanggan

L: Learning, TPS menerima pengalaman sebagai sarana pembelajaran dalam

proses masa depan yang lebih baik

I : Innovation, layanan TPS didukung oleh peralatan dan sistem komputer terkini

A: Ability, layanan TPS didukung oleh orang-orang yang ahli di bidangnya

(18)

L: Leading, TPS memimpin di garis depan dalam mutu layanan

E: Effective and Efficient, TPS melaksanakan strategi tepat guna dalam

menghadapi persaingan bisnis.

2.3 Fasilitas PT. Terminal Petikemas Surabaya

Untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat peti kemas, maka Terminal

Peti Kemas harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas (Salim,1994), Fasilitas

dalam sebuah terminal peti kemas yang menjadi penunjang kelancaran penanganan

aktivitas bongkar muat adalah sebagai berikut ini :

1. Berth (Dermaga)

Sebagai tempat bersandarnya kapal dan mempunyai panjang dan

kedalaman tertentu disesuaikan dengan jenis kapal yang berlabuh. PT. Terminal

Peti Kemas Surabaya memiliki 2 dermaga sebagai berikut :

Dermaga Internasional

- Panjang 1.000 Meter

- Lebar 50 Meter

- Kedalaman 10,5 Meter

Dermaga Domestik

1. Panjang 450 Meter

2. Lebar 50 Meter

(19)

2. Marshaling Yard

Tempat untuk menyusun barang yang siap bongkar dan muat dari kapal.

Lapangan ini terletak di dekat apron.

3. Container Yard

Lapangan yang digunakan untuk menangani/menyimpan petikemas yang

mengendap, PT. Terminal Petikemas Surabaya memiliki dua lapangan penumpukan

yaitu :

Lapangan Penumpukan Internasional

1. Luas 29 Hektar

2. Kapasitas 21,989 Hektar

Lapangan Penumpukan Domestik

1. Luas 9 Hektar

2.Kapasitas 5,650 Hektar

4. Container Freight Service (CFS)

Tempat yang ditunjuk pengirim barang untuk menyusun dan membongkar

barangnya dari peti kemas. PT. Terminal Petikemas Surabaya memiliki CFS

dengan spesifikasi yaitu :

1. Luas Total 10.000 meter2

(20)

5. Maintenance and Repair Shop

Tempat untuk memperbaiki dan perawatan peti kemas.

6. Control Tower

Tempat untuk mengawasi kegiatan di Marshaling Yard dan Container

Yard.

7. Ship Planning Centre

Pusat perencanaan muatan dan pembongkaran kontainer dari dan ke dalam

kapal.

8. Weighting Bridge

Jembatan timbang untuk menghitung berat peti kemas yang akan dimuat

dan dibongkar dari kapal.

9. Terminal Operation System

Terminal Operation System adalah sistem perangkat lunak terpadu yang

digunakan oleh PT. Terminal Petikemas Surabaya untuk menintegrasikan

monitoring aktivitas bongkar muat di pelabuhan secara real time.

2.4 Sarana dan Prasarana PT. Terminal Petikemas Surabaya

Untuk menunjang kegiatan bongkar muat petikemas, maka Terminal

Petikemas harus dilengkapai dengan alat-alat bongkar muat (Subandi, 1993),

(21)

1. Straddle Carrier

Alat ini lazim disebut Straddle Truck. Straddle Truck adalah alat bongkar

muat mekanis di dermaga yang disesuaikan untuk menangani peti kemas. Alat ini

dipergunakan untuk mengangkat muatan yang berukuran panjang seperti kayu atau

pipa. Straddle carrier ini dapat mengangkut peti kemas lebih dari 1 buah, dapat

digunakan di dermaga untuk memindahkan muatan dari railcar ke chassis truck dan

sebaliknya.

2. Forklift

Jenis Forklift d bermacam-macam. Forklift berukuran besar dapat

digunakan untuk mengangkat peti kemas dari lambung kapal ke chassis/ trailer,

sedangkan Forklift kecil digunakan untuk menyusun muatan atau membongkar peti

kemas (stuffing/stripping), PT. TPS memiliki Diesel Forklift sebanyak 4 Unit dan

Electric Forklft sebanyak 11 Unit.

3. Shore Crane

Shore crane juga disebut Quayside Crane, Portainer, Transtainer atau juga

Shore Gantry Spreader. Shoe crane adalah alat mekanis untuk memuat barang dari

dermaga ke kapal dan sebaliknya. Alat ini dapat berjalan di sepanjang dermaga

karena berdiri diatas kaki yang beroda, di atas rel atau dengan ban. PT. Surabaya

(22)

4. Floating Crane

Floating Crane merupakan alat untuk mengangkut muatan, tetapi alat ini

berjalan diatas air. Pada saat ship gantry tidak mampu mengangkat muatan berat,

maka bersama-sama dengan floating crane muatan tersebut dapat dengan mudah

diangkat.

5. Sidelift

Nama lain side lift adalah sideloader yaitu truck yang secara khusus untuk

mengangkat petikemas (bersusun dua sampai tiga petikemas) yang berukuran

20-40 kaki. Alat ini dilengkapai dengan lift (alat pengangkat) yang letaknya disamping

(sidelift). Kadang-kadang lift-nya terletak dimuka dan ini disebut frontlift

truck.Sidelift truk ini sangat luwes untuk memindahkan muatan berupa petikemas

di marshaling area untuk menghindari kongesti. PT. TPS memiliki Sidelift

sebanyak 1 unit.

6. Roll Trailer

Adalah alat pengangkut petikemas dan muatan-muatan lain. Trailer ini

dilengkapi dengan roda, ada yang berjumlah 8 buah. Lantainya terbuat dari plat

baja, kayu dsb.

7. Yard Transfer Unit

Alat ini berbentuk traktor dan digunakan sebagai pelengkap dari forklift

untuk memindahkan muatan ke dan dari pinggiran dermaga. Alat ini juga dapat

(23)

kapal dengan kran. Petikemas tidak dapat disusun begitu saja seperti muatan

umum. Petikemas harus ditimbun jauh dari permuakaan tanah, dan perencanaan

penyusunannya harus dibuat sebelumnya. Jika petikemas akan ditimbun jauh dari

permukaan tanah, hendaknya diberi landasan (kaki) untuk memudahkan bongkar

muat serta pemilihan petikemas yang dikehendaki.

8. Chassis

Alat ini digunakan untuk mengangkut petikemas dan jenisnya

bermacam-macam. Chassis dilengkapi dengan adapter untuk mengunci kelengkapan sudut

petikemas (corner fittings of the container). Chassis ada yang mempunyai poros

tunggal (single axled) dan ada pula yang berporos ganda (twin axled). Ukuran

panjangnya beraneka ragam, yang normal biasanya 20 dan 40 kaki. PT. TPS

memiliki sebanyak 110 unit.

2.5 Pelayanan PT. Terminal Petikemas Surabaya

PT. Terminal Petikemas Surabaya memiliki layanan yang bisa diberikan

kepada pelaku bisnis yang terdiri dari :

a. Layanan Bongkar Peti Kemas

Prosedur layanan pembongkaran petikemas adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan : pelanggan harus melengkapi dokumen :

a. Master Cable

b. CVIA (Container Vessel Identification Advice = Pemberitahuan

Identifikasi Kapal Petikemas)

c. Statement of Fact (Surat Pernyataan Keadaan)

d. Statement Letter (email baplie file)

(24)

f. Dangerous Cargo List (Daftar Kargo Berbahaya)

g. Approval from Harbor Master (Surat Ijin dari Syahbandar)

h. Reefer List (Daftar Reefer)

i. Crane Sequence List (Daftar Urutan Crane)

j. Discharge Stowage Plan (Rencana Penyimpanan Pembongkaran)

k. Discharge Bay Plan (Rencana Bay Pembongkaran

l. Manifest

m. Special Cargo List (Daftar Kargo Khusus)

2. Yard and Berth Planning Sub-department (Sub-departemen Perencanaan

Lapangan dan Dermaga) memeriksa dokumen. Mereka mengadakan rapat

harian, bersama dengan Departemen Teknik, dengan Perusahaan Pelayaran,

untuk merencanakan jadwal layanan penanganan petikemas.

3. Vessel Berth Planning Sub-department (Sub-departemen Perencanaan

Lapangan dan Dermaga) memproses rencana pembongkaran ke dalam

sistem komputer berdasarkan data yang dikirimkan oleh Perusahaan

Pelayaran lewat email, dan mencetak Discharge List (Daftar

Pembongkaran) dan menyerahkannya kepada Berth Operations (Operasi

Dermaga).

4. Berdasarkan Discharge List (Daftar Pembongkaran), Berth Operations

Superintendent(Superitenden Operasi Dermaga) memerintahkan Operator

CC, lewat Petugas Tally Dermaga, untuk membongkar petikemas dari atas

kapal dan memuatnya ke atas chassis Head Truck, dan membawanya ke

Lapangan Penumpukan Petikemas, dan mengkonfirmasi posisi

(25)

5. Setelah Head Truck tiba di Lapangan Penumpukan Petikemas, Yard

Operations Superintendent (Superintenden Operasi Lapangan)

memerintahkan Operator RTG, lewat Petugas Tally Lapangan, untuk

menumpuk petikemas, dan mengkonfirmasi posisi petikemas ke dalam

sistem komputer (HHT/Teklogix). Petugas Tally Lapangan memerintahkan

pengemudi Head Truck untuk kembali ke Dermaga untuk mengambil

petikemas selanjutnya yang akan dibongkar.

6. Pada akhir shift, Petugas Tally Lapangan melaporkan hasil pekerjaan

kepada Superintenden Operasi Lapangan, sedangkan Petugas Tally

Dermaga melaporkan hasil pekerjaan kepada Superintenden Operasi

Dermaga.

b. Layanan Pemuatan Petikemas

Prosedur layanan pemuatan petikemas adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan, pelanggan harus melengkapi dokumen:

1. Master Cable

2. CVIA (Container Vessel Identification Advice = Pemberitahuan

Identifikasi Kapal Petikemas)

3. Statement of Fact (Surat Pernyataan Keadaan)

4. Export Summary List (ESL = Daftar Ringkasan Ekspor)

5. Dangerous Cargo List (Daftar Kargo Berbahaya)

6. Crane Sequence List (Daftar Urutan Crane)

7. General Loading Plan (Rencana Pemuatan Umum)

8. Loading Bay Plan (Rencana Bay Pemuatan)

(26)

2. Yard and Berth Planning Sub-department (Sub-departemen Perencanaan

Lapangan dan Dermaga) memeriksa dokumen. Mereka mengadakan rapat

harian, bersama dengan Departemen Teknik, dengan Perusahaan Pelayaran

untuk merencanakan jadwal layanan penanganan petikemas.

3. Berth Planning Sub-department (Sub-departemen Perencanaan Dermaga)

memasukkan data ke dalam sistem komputer (baplie) yang telah menjalani

pemeriksaan Bea Cukai ,berdasarkan rencana pre-penyimpanan, yang

diterima dari Perusahaan Pelayaran, dan mencetak Loading Work

Quay (LWQ = Pekerjaan Pemuatan Dermaga), berdasarkan data petikemas

di dalam sistem komputer, dan menyerahkannya kepada Yard

Supervisor (Supervisor Lapangan) dan Wharf Supervisor(Supervisor

Dermaga).

4. Berdasarkan LWQ (Loading Work Quay), Yard Operations

Superintendent(Superintenden Operasi Lapangan) memerintakan Operator

RTG, lewat Petugas Tally Lapangan, untuk memindahkan petikemas dari

Lapangan Penumpukan Petikemas, dan memuatnya ke atas chassis Head

Truck, dan membawanya ke Dermaga. Petugas Tally Lapangan

mengkonfirmasi posisi petikemas ke dalam sistem komputer

(HHT/Teklogix). Petikemas tersebut kemudian dimuat ke atas kapal

berdasarkan data di dalam TMV (Terminal Mounted Vehicle = Kendaraan

yang Beroperasi di dalam Terminal).

5. Wharf Supervisor (Supervisor Dermaga) memerintahkan Operator CC,

(27)

Truck ke atas kapal, berdasarkan data yang telah direncanakan di

dalam Loading List (Daftar Pemuatan). Petugas Tally Dermaga

6. mengkonfirmasi posisi petikemas ke dalam sistem komputer

(HHT/Teklogix). Petugas Tally Dermaga memerintahkan pengemudi Head

Truck untuk kembali ke Lapangan Penumpukan untuk mengambil

petikemas selanjutnya yang akan dimuat.

7. Pada akhir shift, Petugas Tally Lapangan melaporkan hasil pekerjaan

kepada Superintenden Operasi Lapangan, sedangkan Petugas Tally

Dermaga melaporkan hasil pekerjaan kepada Superintenden Operasi

Dermaga.

c. Layanan Penerimaan Petikemas

Prosedur layanan penerimaan petikemas adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan pelanggan harus melengkapi dokumen:

1. Surat Permohonan Penerimaan Petikemas

2. Penyediaan Warkat Dana (Pembayaran di Depan) (masing-masing

4 lembar) untuk diserahkan kepada Export Service Staff (Petugas

Layanan Ekspor), dalam waktu 96 sampai dengan 24 jam sebelum

kedatangan kapal.

2. Petugas Layanan Ekspor mencetak Job Order/CEIR (Container Equipment

Interchange Receipt = Tanda Terima Pergerakan Peralatan Petikemas) yang

telah disetujui oleh Export Superintendent (Superintenden Ekspor). Lembar

ke 1, 2, dan 3 CEIR diserahkan kepada Pelanggan. Pelanggan

(28)

3. Pengemudi Head Truck menuju ke In-Gate (Gerbang Masuk), bersama

muatan petikemasnya dan menyerahkan Job Order/CEIR serta salinan

CTPS (Catatan Tanda Pengenal Surveyor)/PEB (Pemberitahuan Ekspor

Barang) kepada Petugas Gate.

4. Petugas Gate memeriksa keadaan fisik petikemas dan mencetak In-Gate

Terminal Job Slip (Lembar Kerja Terminal Gerbang Masuk),

berdasarkan Job Order/CEIR, dan mengembalikan lembar ke 3 dan 4

kepada pengemudi Head Truck.

5. Pengemudi Head Truck menyerahkan In-Gate Terminal Job dan Job

Order/CEIR kepada Petugas Tally Lapangan.

6. Petugas Tally Lapangan memerintahkan Operator RTG untuk mengangkat

petikemas dari chassis Head Truck ke Lapangan Penumpukan Petikemas di

lokasi seperti yang tercantum dalam In-Gate Terminal Job Slip. Petugas

Tally Lapangan mengkonfirmasi posisi petikemas ke dalam sistem

komputer (HHT/Teklogix).

7. Pengemudi Head Truck menerima Job Order/CEIR dan In-Gate Terminal

Job Slip dari Petugas Tally Lapangan, bergerak menuju Out-Gate (Gerbang

Keluar) dan menyerahkan In-Gate Terminal Job Slip dan Job Order/CEIR

(29)

d. Layanan Pengeluaran Petikemas

Prosedur layanan pengeluaran petikemas adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan pelanggan harus melengkapi dokumen:

1. Surat Permohonan Pengeluaran Petikemas

2. Surat Asli Perintah Pengeluaran (DO = Delivery Order)

3. Penyediaan Warkat Dana (Pembayaran di Depan) (masing-masing

4 lembar) untuk diserahkan kepada Import Service Staff (Petugas

Layanan Impor).

4. SPPB = Surat Persetujuan Pengeluaran Barang dan Surat

Pernyataan PP (Pencekalan dan Pencegahan) dari Bea Cukai

5. Surat Kuasa dari Importir

2. Petugas Layanan Impor mencetak CEIR/Job Order yang telah disetujui

oleh Import Superintendent (Superintenden Impor). Lembar ke 1, 2, dan 3

CEIR diserahkan kepada Pelanggan. Pelanggan menyerahkan kepada

pengemudi Head Truck.

3. Pengemudi Head Truck menuju ke In-Gate (Gerbang Masuk) dan

menyerahkan Job Order/CEIR kepada In-Gate Staff (Petugas Gerbang

Masuk).

4. In-Gate Staff mencetak In-Gate Terminal Job Slip berdasarkan Job

Order/CEIR dan mengembalikan lembar ke 1 dan 2 kepada

pengemudi Head Truck.

5. Pengemudi Head Truck menyerahkan In-Gate Terminal Job Slip dan Job

(30)

6. Petugas Tally Lapangan memerintahkan Operator RTG untuk mengangkat

petikemas dari Lapangan Penumpukan ke atas chassis Head Truck sesuai

dengan posisi yang tercantum dalam In-Gate Terminal Job Slip.

7. Pengemudi Head Truck menerima Job Order/CEIR dan In-Gate Terminal

Job Slip dari Petugas Tally Lapangan bergerak menuju Out-Gate (Gerbang

Keluar) dan menyerahkanIn-Gate Terminal Job Slip dan Job Order/CEIR

lembar ke 3 kepada Petugas Out-Gate, dan Surat Pernyataan Pecekalan dan

Pencegahan (PP) kepada Petugas Bea Cukai.

8. Petugas Out-Gate mengkonfirmasi nomor polisi Head Truck dan nomor

referensi kerja Head Truck berdasarkan In-Gate Terminal Job Slip ke dalam

sistem computer dengan dilampiri lembar ke 1 CEIR kepada

(31)

23 3.1 Pengenalan Structured Cabling System

Menurut Barnett, Groth dan McBee (2001, p4), Structured cabling system

adalah sistem yang terdiri atas pengkabelan dan perangkat keras yang

bersangkutan, yang dimana megunanmberikan infrastruktur telekomunikasi yang

komprehensif. Infrastruktur ini melayani berbagai keperluan, seperti memberikan

layanan telepon atau mengirim data melalui jaringan komputer.

Sistem kabel terstruktur dimulai pada titik dimana penyedia layanan atau

ISP berakhir. Titik ini adalah titik demarkasi yang dalam konteks jaringan disebut

network interface device (NID).

Sebagai contoh, dalam instalasi sistem telepon ISP melengkapi lini layanan

satu atau lebih sesuai dengan kebutuhan. ISP ini menghubungkan jalur layanan

pada titik demarkasi. Setiap sistem kabel terstruktur memiliki karakteristik unik.

Hal ini karena memiliki variasi dalam :

1. Struktur arsitektur bangunan, yang merupakan tempat instalasi kabel

2. Kabel dan produk yang terkait

3. Fungsi dari instalasi kabel

4. Jenis – jenis peralatan instalasi kabel yadng mendukung untuk penggunaan

sekarang maupun akan datang

5. Konfigurasi sistem yang sudah terpasang

(32)

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan dan memelihara instalasi

kabel relatif standar. Standarisasi instalasi ini diperlukan karena kebutuhan kinerja

sistem yang dapat diterima dari pengaturan yang kompleks.

Industri kabel Amerika Serikat menerima American National Standars

Institute (ANSI), dalam hubungannya dengan TIA / EIA, sebagai organisasi yang

bertanggung jawab untuk menyediakan standar dalam merancang, menginstal, dan

memelihara instalasi kabel. Hal ini membantu untuk memastikan prosedur instalasi

kabel yang tepat. Manfaat dari standar ini meliputi :

1. Konsistensi desain dan instalasi;

2. Kesesuaian dalam transmisi memenuhi syarat

3. Memiliki dasar untuk pemeriksaan ekspansi sistem yang direncanakan

sebelumnya, serta persiapan untuk perubahan sistem.

Instalasi kabel terstruktur biasanya meliputi :

1. Entrance facilities

2. Vertical and horizontal backbone pathways

3. Vertical and horizontal backbone cables

4. Horizontal pathways

5. Horizontal cables

6. Work area outlets

7. Equipment rooms

8. Telecommunications closets

9. Cross-connect facilities

10. Multi-user telecommunication outlets assemblies (MUTOA)

(33)

12. Consolidation points

3.1.1 Acuan pokok dalam pengkabelan data

Menurut Barnett, Groth dan McBee (2001, p5), Terdapat acuan pokok

yang bisa menjadi perencanaan sistem pengkabelan terstruktur, antara lain :

1. Jaringan tidak pernah mengecil kekompleksitasnya.

2. Bangun suatu sistem kabel yang bisa menampung data dan suara.

3. Selalu pasang kabel lebih banyak dari yang dibutuhkan, masalah ruang dan

tempat bisa diatur di kemudian hari.

4. Gunakan kabel terstruktur yang sudah menjadi standar ketika memulai

merancang jaringan yang baru.

5. Kualitas media dan perangkat harus diperhatikan. Termasuk kabel, kabel

adalah dasar dari jaringan yang dibuat, sehingga jika terjadi kegagalan karena

kabel maka semuanya gagal.

6. Masalah biaya bisa diatasi di kemudian hari

7. Rencanakan untuk menggunakan media dan bahan yang paling terbaru saat ini.

Yang patut diketahui bahwa betapa pentingnya kualitas kabel yang akan

digunakan yaitu :

1. Kabel menyumbang kurang dari 10 persen dari total biaya infrastruktur

jaringan.

2. Rentang hidup dari sistem kabel yang khas adalah 16 tahu ke atas, sehingga

kabel adalah komponen yang terpenting dalam sistem pengkabelan terstruktur.

3. Hampir 70 persen dari semua jaringan yang bermasalah berasal dari

(34)

3.1.2 Sejarah Sistem Pengkabelan Terstruktur

Pada awalnya. Sistem pengkabelan belum terstruktur, eksklusif, dan hanya

bisa bekerja dengan peralatan dari vendor tertentu. Sistem pengkabelan awalnya

hanya dirancang utnuk mainframe dan kombinasi dari kabel thicknet, kabel twinax,

dan kabel terminal (RS-232). Karena tidak adanya standar pengkabelan yang ada,

seorang direktur MIS (Management Information System) harus meminta vendor

untuk menentukan jenis kabel yang lebih spesifik lagi untuk host dan terminalnya,

hal tersebut memiliki masalah dengan kurangnya fleksibilitas, pada masa itu hanya

ada kabel PC LAN pada pertengahan 1980-an. Kabel PC LAN terdiri dari

kombinasi kabel thicknet dan kabel thinnet. Sistem dari kabel PC LAN hanya bisa

diaplikasikan pada beberapa jenis host dan node jaringan. Setelah kabel LAN

semakin populer, beberapa perusahaan pengguna kabel LAN menunjukkan kepada

khalayak dengan mengaplikasikan sistem kabel data tersebut di perusahaanya

dengan tidak lazim. Dengan memasang kabel LAN tersebut di dinding-dinding dan

di atap setiap ruang di gedung itu dengan tujuan menyediakan konektivitas

masing-masing dari sistem yang ada sampai 1000 simpul. Kabel yang digunakan pada saat

itu adalah :

1. Kabel koaksial ganda Wang untuk terminal pemrosesan ganda Wang

2. Kabel twinax IBM untuk terminal IBM 5250.

3. Kabel twisted-pair berjenis tunggal atau ganda untuk sistem telepon digital.

4. Kabel Thick Ethernet dari DEC VAX untuk server terminal.

5. Kabel RS-232 untuk wiring closet yang terkoneksi ke server terminal DEC

(35)

6. Kabel RS-232 dari workstation kesekretariatan tertentu untuk sistem pengolah

kata NBI.

7. Kabel koaksial yang terkoneksi dari PC ke server NetWare.

3.1.3 Standar Komprehensif Kabel Jaringan

Sebuah konsorsium vendor telekomunikasi yang tergabung dalam

American National Standards Institute (ANSI), Electronic Industries Alliance

(EIA), dan Telecommunications Industry Association (TIA) merumuskan suatu

standar untuk jaringan telekomunikasi, sehingga terbentuklah Commercial

Building Telecommunication cabling Standard atau ANSI/TIA/EIA-568-1991.

Standar ini kemudian direvisi dan diperbarui pada tahun 1995 menjadi

ANSI/TIA/EIA-568-A. Untuk standar yang lebih spesifik dengan contoh

ANSI/TIA/EIA-568-A-5 memberi penjelasan untuk menggunakan kabel kategori

5.

3.2 Tipe Media Komunikasi

Saat ini ada 4 media komunikasi yang sering digunakan yaitu :

1. Shielded atau screened twisted pair (STP atau ScTP)

2. Unshielded twisted-pair (UTP)

3. Fiber optik (FO)

4. Kabel koaksial

3.2.1 Kabel Twisted-pair

Kabel Twisted pair adalah kabel paling ekonomis dan paling banyak

(36)

pemasangan, kabel twisted-pair cukup mudah untuk digunakan. Saat ini ada 2 tipe

kabel twisted-pair yang umum digunakan, yaitu :

1. Shielded Twisted-pair (STP)

Kabel STP pertama kali dipopulerkan oleh IBM ketika memperkenalkan

tipe klasifikasi untuk data kabel. Meskipun lebih mahal untuk membeli dan

menginstall dibandingkan UTP, STP menawarkan beberapa kelebihan, salah

satunya adalah tahan terhadap interferensi gelombang elektromagnetik. Beberapa

tipe kabel seperti IBM tipe 1 dan 1A menggunakan kabel berisi tembaga yang

dipilin. Hal tersebut memberikan perlindungan yang cukup terhadap interferensi

gelombang elektromagnetik. Kabel STP terdiri atas 2 pasang kawat tembaga yang

dibungkus foil. Dalam gambar 3.1 menunjukkan bagian dari fisik kabel STP.

[image:36.595.107.502.295.574.2]

2. Unshielded Twisted Pair (UTP)

(37)

Unshielded twisted-pair (disingkat UTP) adalah sebuah jenis kabel jaringan

yang menggunakan bahan dasar mentega tembaga, yang tidak dilengkapi dengan

shield internal. UTP merupakan jenis kabel yang paling umum yang sering

digunakan di dalam jaringan lokal (LAN), karena memang harganya yang rendah,

fleksibel dan kinerja yang ditunjukkannya relatif bagus. Dalam kabel UTP, terdapat

insulasi satu lapis yang melindungi kabel dari ketegangan fisik atau kerusakan tapi,

tidak seperti kabel Shielded Twisted-Pair (STP), insulasi tersebut tidak melindungi

kabel dari interferensi elektromagnetik.

Kabel UTP memiliki impendansi kira-kira 100 Ohm dan tersedia dalam

beberapa kategori yang ditentukan dari kemampuan transmisi data yang

[image:37.595.112.517.304.723.2]

dimilikinya seperti tertulis dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Kategori kabel dan fungsinya

Kategori Kegunaan

Category 1 (Cat1) Kualitas suara analog

Category 2 (Cat2) Transmisi suara digital hingga 4 megabit per detik

Category 3 (Cat3) Transmisi data digital hingga 16 megabit per detik

Category 4 (Cat4) Transmisi data digital hingga 20 megabit per detik

Category 5 (Cat5) Transmisi data digital hingga 100 megabit per

detik

Enhanced Category 5

(Cat5e)

Transmisi data digital hingga 1000 megabit per detik

Category 6 (Cat6) Mendukung transmisi di frekuensi 250MHz

(38)

Di antara semua kabel di atas, kabel Enhanced Category 5 (Cat5e) dan

Category 5 (Cat5) merupakan kabel UTP yang paling populer yang banyak

[image:38.595.111.495.105.724.2]

digunakan dalam jaringan berbasis teknologi Ethernet.

(39)

Terdapat 5 kategori untuk kabel Twisted-Pair, Yaitu :

1. Kabel Twisted-Pair Kategori 1

Kabel UTP Category 1 (Cat1) adalah kabel UTP dengan kualitas transmisi

terendah, yang didesain untuk mendukung komunikasi suara analog saja. Kabel

Cat1 digunakan sebelum tahun 1983 untuk menghubungkan telepon analog Plain

Old Telephone Service (POTS). Karakteristik kelistrikan dari kabel Cat1

membuatnya kurang sesuai untuk digunakan sebagai kabel untuk mentransmisikan

data digital di dalam jaringan komputer, dan karena itulah tidak pernah digunakan

untuk tujuan tersebut. Jenis ini kabel biasanya mendukung frekuens kurang dari

1MHz. Aplikasi umum mencakup sistem suara telepon analog. Kabel ini pernah

ada dalam versi Standard 568.

2. Kabel Twisted-Pair Kategori 2

Kabel UTP Category 2 (Cat2) adalah kabel UTP dengan kualitas transmisi

yang lebih baik dibandingkan dengan kabel UTP Category 1 (Cat1), yang didesain

untuk mendukung komunikasi data dan suara digital. Kabel ini dapat

mentransmisikan data hingga 4 megabit per detik. Seringnya, kabel ini digunakan

untuk menghubungkan node-node dalam jaringan dengan teknologi Token Ring

dari IBM. Karakteristik kelistrikan dari kabel Cat2 kurang cocok jika digunakan

sebagai kabel jaringan masa kini. Gunakanlah kabel yang memiliki kinerja tinggi

(40)

3. Kabel Twisted-Pair Kategori 3

Kabel UTP Category 3(Cat3) adalah kabel UTP dengan kualitas transmisi

yang lebih baik dibandingkan dengan kabel UTP Category 2 (Cat2), yang didesain

untuk mendukung komunikasi data dan suara pada kecepatan hingga 10 megabit

per detik. Kabel UTP Cat3 menggunakan kawat-kawat tembaga 24-gauge dalam

konfigurasi 4 pasang kawat yang dipilin (twisted-pair) yang dilindungi oleh

insulasi. Cat3 merupakan kabel yang memiliki kemampuan terendah (jika dilihat

dari perkembangan teknologi Ethernet), karena memang hanya mendukung

jaringan 10BaseT saja. Seringnya, kabel jenis ini digunakan oleh jaringan IBM

Token Ring yang berkecepatan 4 megabit per detik, sebagai pengganti Cat2. Tabel

berikut menyebutkan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh kabel UTP kategori

[image:40.595.112.498.303.675.2]

3 pada beberapa frekuensi.

Tabel 3.2 Karakteristik Kabel UTP kategori 3

Karakteristik Nilai pada frekuensi 10 MHz

Nilai pada frekuensi 16 MHz

Attenuation (pelemahan

sinyal) 27 dB/1000 kaki 36 dB/1000 kaki

Near-end Cross-Talk

(NEXT) 26 dB/1000 kaki 23 dB/1000 kaki

Resistansi 28.6 Ohm/1000 kaki 28.6 Ohm/1000 kaki

Impendansi 100 Ohm (±15%) 100 Ohm (±15%)

(41)

4. Kabel Twisted-Pair Kategori 4

Kabel UTP Category 4 (Cat4) adalah kabel UTP dengan kualitas transmisi

yang lebih baik dibandingkan dengan kabel UTP Category 3 (Cat3), yang didesain

untuk mendukung komunikasi data dan suara hingga kecepatan 16 megabit per

detik. Kabel ini menggunakan kawat tembaga 22-gauge atau 24-gauge dalam

konfigurasi empat pasang kawat yang dipilin (twisted pair) yang dilindungi oleh

insulasi. Kabel ini dapat mendukung jaringan Ethernet 10BaseT, tapi seringnya

digunakan pada jaringan IBM Token Ring 16 megabit per detik. Tabel berikut

menyebutkan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh kabel UTP Category 4 pada

[image:41.595.112.539.323.576.2]

beberapa frekuensi.

Tabel 3.3 Karakteristik kabel kategori 4

Karakteristik Nilai pada frekuensi 10 MHz Nilai pada frekuensi 20 MHz

Attenuation 20 dB/1000 kaki 31 dB/1000 kaki

Near-end Cross-Talk 41 dB/1000 kaki 36 dB/1000 kaki

Resistansi 28.6 Ohm/1000 kaki 28.6 Ohm/1000 kaki

Impedansi 100 Ohm (±15%) 100 Ohm (±15%)

Kapasitansi 18 picoFarad/kaki 18 picoFarad/kaki

5. Kabel Twisted-Pair Kategori 5

Kabel UTP Category 5 (Cat5) adalah kabel dengan kualitas transmisi yang

jauh lebih baik dibandingkan dengan kabel UTP Category 4 (Cat4), yang didesain

untuk mendukung komunikasi data serta suara pada kecepatan hingga 100 megabit

per detik. Kabel ini menggunakan kawat tembaga dalam konfigurasi empat pasang

(42)

distandardisasi oleh Electronic Industries Alliance (EIA) dan Telecommunication

Industry Association (TIA).

Kabel Cat5 dapat mendukung jaringan Ethernet (10BaseT), Fast

Ethernet (100BaseT), hingga Gigabit Etheret (1000BaseT). Kabel ini adalah kabel

paling populer, mengingat kabel serat optik yang lebih baik harganya hampir dua

kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan kabel Cat5. Karena memiliki

karakteristik kelistrikan yang lebih baik, kabel Cat5 adalah kabel yang disarankan

untuk semua instalasi jaringan.

Tabel 3.4 Karakterisitik kabel kategori 5

Karakteristik Nilai pada frekuensi 10 MHz

Nilai pada frekuensi 100 MHz

Attenuation 20 dB/1000 kaki 22 dB/1000 kaki

Near-end Cross-talk 47 dB/1000 kaki 32.3 dB/1000 kaki

Resistansi 28.6 Ohm/1000 kaki 28.6 Ohm/1000 kaki

Impendansi 100 Ohm (±15%) 100 Ohm (±15%)

Kapasitansi 18 picoFarad/kaki 18 picoFarad/kaki

Structural return

loss 16 dB 16 dB

Delay skew 45 nanodetik/100 meter 45 nanodetik/100 meter

3. Kabel Fiber Optik

Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari

kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat

(43)

Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini

berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik

tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari

udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi

serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran

komunikasi.

Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan

pelemahan (attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur

(bandwidth) yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data

menjadi lebih banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel

konvensional. Dengan demikian serat optik sangat cocok digunakan terutama

dalam aplikasi sistem telekomunikasi. Pada prinsipnya serat optik memantulkan

dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat didalamnya.

Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun

gelas/kaca. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh

serat optik.

(44)

Menurut Barnett, Groth dan McBee (2001, p19), Pembagian serat optik

dapat dilihat dari 2 macam mode:

1. Single mode : serat optik dengan inti (core) yang sangat kecil (biasanya

sekitar 8,3 mikron), diameter intinya sangat sempit mendekati panjang

gelombang sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak

terpantul-pantul ke dinding selongsong (cladding). Bahagian inti serat optik

single-mode terbuat dari bahan kaca silika (SiO2) dengan sejumlah kecil

kaca Germania (GeO2) untuk meningkatkan indeks biasnya. Untuk

mendapatkan performa yang baik pada kabel ini, biasanya untuk ukuran

selongsongnya adalah sekitar 15 kali dari ukuran inti (sekitar 125 mikron).

Kabel untuk jenis ini paling mahal, tetapi memiliki pelemahan (k

2. urang dari 0.35dB per kilometer), sehingga memungkinkan kecepatan yang

sangat tinggi dari jarak yang sangat jauh. Standar terbaru untuk kabel ini

adalah ITU-T G.652D, dan G.657 (Oliviero, Andrew, Woodward & Bill,

2009).

(45)

2. Multi mode : serat optik dengan diameter core yang agak besar yang membuat

laser di dalamnya akan terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat

menyebabkan berkurangnya bandwidth dari serat optik jenis ini. Kabel serat

(MMF) optik multimode biasanya kabel serat optik yang digunakan untuk aplikasi

jaringan seperti 10Base-FL, 100Base-F, FDDI, ATM, dan lain-lain yang

memerlukan serat optik untuk baik horisontal dan kabel backbone. Kabel

Multimode memungkinkan lebih dari satu mode cahaya untuk merambat melalui

kabel. Panjang gelombang yang khas dari cahaya yang digunakan dalam kabel

multimode adalah 850 dan 1.300 nanometer. Ada dua jenis multimode kabel serat

optik yaitu Step Index dan Graded Index.

4. Kabel Koaksial

Kabel koaksial adalah sarana penyalur atau pengalirhantar (transmitter)

yang bertugas menyalurkan setiap informasi yang telah diubah menjadi sinyal–

sinyal listrik. Kabel ini memiliki kemampuan yang besar dalam menyalurkan

(46)

kelompok kanal frekuensi percakapan atau program televisi. Kabel koaksial

biasanya digunakan untuk saluran antar-setempat (interlocal) yang berjarak cukup

dekat yakni, dengan jarak selebihnya 2.000 km.

Kabel koaksial seringkali membutuhkan adanya proses penyambungan

agar proses penyaluran menjadi lebih baik. Konduktor dalam kabel terbuat dari

tembaga dengan diameter 5 mm serta dibungkus dengan osilasi polietilena dengan

diameter 10 mm disusul pada konduktor luar yang berbentuk pita tembaga dengan

tebal 2 mm. Kemudian dalam kabel koaksial udara biasanya terdapat kawat yang

terbuat dari baja dengan kabel konduktornya yang membentuk huruf S. Dalam

penyambungan kabel koaksial, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Kontinuitas konduktor utama kabel dalam kondisi yang terpelihara oleh

keberadaan selongsong ( cincin berulir )

2. Semua dielektrik polietilena terbentuk dengan adanya sistem injeksi

(47)

4. Pembungkus bagian luar polietilena digantikan oleh lapisan yang mudah

mengerut akibat kondisi yang panas

5. Kontinuitas dari kabel penggantung tetap terpelihara oleh

keberadaan konektor – konektor khusus

6. Sambungan daripada kabel harus sedemikian rupa sehingga kabel tetap bersifat

homogen seperti pada kondisi yang semula

7. Redaman sedapat mungkin tetap pada angka nol atau sekecil – kecilnya

8. Hasil dari pekerjaan sambungan kabel tersebut haruslah rapi

(Syadam, Gouzali. 2005)

3.3 Standarisasi dan Spesifikasi Media Komunikasi

3.3.1 Standarisasi pengkabelan terstruktur

Pada awal tahun 1990an, standar teknik pengkabelan hanya dimiliki oleh

vendor tertentu sehingga tidak memiliki fleksibilitas dalam instalasi dan

penggunaaanya, sehingga memiliki kelemahan yang meliputi :

1. Upgrade, ketika User menginginkan Upgrade, seluruh infrastruktur harus

diganti dengan yang baru.

2. Jika ada perubahan, maka sebagian besar topologi kabel harus di rekonfigurasi

sehingga memboroskan waktu dan uang serta tenaga.

3. Troubleshooting sistem memakan waktu yang banyak karea pihak perusahaan

tidak mengetahui seluk beluk sistem, sehingga lebih mengandalkan pihak

vendor untuk memperbaiki kerusakan sistem.

Teknik pengkabelan sedikit demi sediki berubah dari tahun ke tahun.

(48)

sistem yang fleksibel, solusi terbuka tersebut bisa digunakan oleh seluruh

vendor dan berbagai macam aplikasi di lapanagan, perubahan ini berdampak

pada adaptasi dari sistem dasar, yaitu sistem pengkabelan terstruktur.

Pentingnya Sistem pengkabelan terstruktur bersdasarkan pada komponen dan

peralatan jaringan itu sendiri. Yang mengacu pada bagaimana instalasi dan

aplikasi desain jaringan tersebut di lapangan.

3.3.2 Organisasi Penentu Standarisasi

1. American National Standards Institute (ANSI)

ANSI adalah organisasi nirlaba swasta yang mengawasi pengembangan

standar konsesus sukarela untuk produk jasa proses sistem dan personil di Amerika

Serikat. Organisasi ini juga berkoordinasi dengan badan standar internasional

(ISO). ANSI mengakreditasi standar yang dikembangkan oleh perwakilan dari

organisasi, instansi pemerinta, kelompok konsumen, perusahaan, dan lain-lain.

(49)

konsisten. Standarisasi ANSI juga meliputi spesifikasi teknologi informasi, seperti

spesifikasi antarmuka SCSI. ANSI juga berkoordinasi dengan TIA dan juga EIA

untuk merumuskan standar ANSI/TIA/EIA-568, yaitu standarisasi pengkabelan di

Amerika Serikat.

2. Electronic Industries Alliance (EIA)

EIA didirikan pada tahun 1924. Sebelumnya bernama Radio Manufacturers

Association. Sejak itu. EIA menjadi organisasi yang membawahi standarisasi

manufaktur elektronik baik di Amerika Serikat sendiri maupun Internasional. EIA

mengorganisir secara spesifik dari produk dan pangsa pasar yang ada dalam

lingkup sektor EIA, sektor tersebut yaitu komponen elektronik, konsumen

elektronik, Informasi elektronika, industri elektronika, pemerintahan, dan

telekomunikasi.

3. Telecommunication Industry Association (TIA)

TIA adalah organisasi dagang yang memiliki anggota sebanyak 1100

perusahaan telekomunikasi dan elektrinka yang memberikan layanan jasa dan

produksi yang didistribusikan ke seluruh dunia.

4. Insulated Cable Engineers Association (ICEA)

ICEA adalah organisasi non profit yang mensponsori manufaktur kabel di

Amerika Serikat. Didirikan pada tahun 1925 dengan tujuan memproduksi kabel

untuk telekomunikasi, tenaga listrik, dan kabel kontrol. Organisasi tersebut

mengorganisir mulai dari desain kabel, material kabel, dan unjuk kerja dari kabel

tersebut. Komponen tersebut terbagi menjadi 4 kategori. Yaitu :

1. Kabel tenaga

(50)

3. Kabel portabel

4. Kabel komunikasi

ICEA memiliki hubungan penting dengan ANSI, TIA dan EIA untuk infrastruktur

kabel. Kabel dengan spesifikasi ICEA untuk indoor maupun outdoor, kabel

tembaga dan fiber optik. Dengan mengambil referensi dari TIA untuk desain,

konstruksi dan unjuk kerja fisik dari kabel tersebut.

5. National Fire Protection Association (NFPA)

NFPA didirikan pada tahun 1896 sebagai organisasi nirlaba untuk

melindungi orang, properti dan lingkungan sekitar dari bahaya api. NFPA sekarang

adalah organisasi internasional yang memiliki 65000 anggota yang berasal dari 100

negara. Organisasi ini adalah pemimpin dari perlindungaan dan keamanan dari

bencana yang melibatkan api. Tujuan NFPA adalah untuk mengurangi korban dan

resiko dari kerusakan yang diakibatkan oleh api dengan, kode keselamatan,

keperluan keselamatan, riset dan edukasi yang berhubungan dengan api.

Meskpun tidak berhubungan dengan topik pengkabelan, NFPA

bertanggung jawab untuk pendirian dan publikiasi National Electrical Code (NEC),

NEC dipublikasikan setiap 3 tahun, dan isu utmanya adalah mengenai keamanan

dan keselamatan dalam bidang elektronika.

6. National Electrical Manufacturers Association (NEMA)

NEMA adalah organisasi yang berdasar pada standarisasi dari komponen

elektronika, kabel listrik dan perangkat elektronik lainnya.

7. Federal Communication Commission (FCC)

FCC didirikan pada tahun 1934 sebagai bagian dari pemerintahan Amerika

(51)

presiden Amerika Serikat. Perkumpulan ini membidangi regulasi sistem

komunikasi radio yang tersebar di wilayah Amerika Serikat. Sistem komunikasi

tersebut adalah TV, radio. Telegraf, telepon, dan sistem tv kabel.

8. Underwriters Laboratories (UL)

Didirikan pada tahun 1894, UL adalah organisasi nirlaba, organisasi

independent yang mendedikasikan pada keamanan pada pemakaian sebuah produk

dan sertifikasi produk. Meskipun tidak berhubungan langsung pada spesifikasi

kabel, UL bekerja dengan kabel yang dimana dipastikan keamanan dalam

pemakaiannya bisa diandalkan.

9. Internasional Organization for Standarization (ISO)

ISO adalah organisasi internasional yang mengatur regulasi dan spesifikasi

produk ataupun jasa dalam skala nasional. Berpusat di Jenewa, Swiss. Dengan

keanggotaan lebih dari 130 negara di dunia. ISO berkolaborasi dengan ANSI untuk

wilayah negara Amerika Serikat. Didirikan pada tahun 1947 sebagai lembaga non

pemerintah untuk mempromosikan standarisasi bidang sains, intelektual dan

teknologi serta aktivitas ekonomi.

10. International Electrotechnical Commission (IEC)

International Electrotechnical Commission atau disingkat IEC adalah suatu

LSM standardisasi internasional nirlaba yang menyiapkan dan mempublikasikan

standar internasional untuk semua teknologi elektrik, elektronika, dan teknologi

lain yang terkait, yang secara kolektif dikenal dengan "elektroteknologi". Standar

IEC meliputi berbagai teknologi dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi listrik

hingga perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan kantor, semikonduktor, serat

(52)

lain. IEC juga mengelola skema penilaian kesesuaian yang menyatakan apakah

suatu perangkat, sistem, atau komponen sesuai dengan standar internasional. IEC

menerbitkan standar bersama dengan IEEE dan mengembangkan standar-standar

bersama dengan ISO dan juga ITU.

11. Institute of Electrical and Electronical Engeering (IEEE)

IEEE adalah organisasi internasional, beranggotakan para insinyur, dengan

tujuan untuk mengembangan teknologi untuk meningkatkan harkat kemanusiaan.

Sebelumnya IEEE memiliki kepanjangan yang dalam Indonesia berarti

Institut Insinyur Listrik dan Elektronik (Institute of Electrical and Electronics

Engineers). Namun kini kepanjangan itu tak lagi digunakan, sehingga organisasi

ini memiliki nama resmi IEEE saja.

IEEE adalah sebuah organisasi profesi nirlaba yang terdiri dari banyak ahli

di bidang teknik yang mempromosikan pengembangan standar-standar dan

bertindak sebagai pihak yang mempercepat teknologi-teknologi baru dalam semua

aspek dalam industri dan rekayasa (engineering), yang

mencakuptelekomunikasi, jaringan komputer, kelistrikan, antariksa,

danelektronika.

IEEE memiliki lebih dari 300.000 anggota individual yang tersebar dalam

lebih dari 150 negara. Aktivitasnya mencakup beberapa panitia pembuat standar,

publikasi terhadap standar-standar teknik, serta mengadakankonferensi.

12. NIST

National Institute of Standards and Technology - NIST (Badan Nasional

Standar dan Teknologi Amerika Serikat) yang dulunya dikenal sebagai The

(53)

non-regulator dari bagian Administrasi Teknologi dari Departemen Perdagangan

Amerika Serikat. Misi dari badan ini adalah untk membuat dan

mendorong pengukuran, standar, dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas,

mendukung perdagangan, dan memperbaiki kualitas hidup semua orang.

Sebagai bagian dari misi ini, ilmuwan-ilmuwan dan insinyur-insinyur

NIST secara terus menerus mengembangkan ilmu pengukuran, yang

memungkinkan rekayasa dan manufakturing ultra-tepat yang diperlukan oleh

teknologi maju zaman sekarang. Mereka pun terlibat secara langsung di dalam

pembuatan standar dan pemeriksaan yang dilakukan oleh sektor privat dan

badan-badan pemerintah. NIST dulunya dinamakan National Bureau of Standards - NBS

(Biro Standar Nasional), sebuah nama yang diberikan dari tahun 1901 sampai 1988.

Inovasi dan kemajuan teknologi di Amerika Serikat bergantung pada keahlian dan

kemampuan unik dari NIST di empat bidang utama: bioteknologi, nanoteknologi,

teknologi informasi, dan manufaktur modern.

13. ITU

International Telecommunication Union (ITU; dalam bahasa

Perancis: Union internationale des télécommunications, dalam bahasa

Spanyol:Unión Internacional de Telecomunicaciones) adalah sebuah organisasi

internasional yang didirikan untuk membakukan dan meregulasi radio

internasional dan telekomunikasi. ITU didirikan sebagai International Telegraph

Union di Paris pada tanggal 17 Mei 1865. Tujuan utamanya meliputistandardisasi,

pengalokasian spektrum radio, dan mengorganisasikan perjanjian rangkaian

interkoneksi antara negara-negara berbeda untuk memungkinkan panggilan

(54)

fungsi UPU bagi layanan pos. ITU merupakan salah satu agensi khusus PBB, yang

bermarkas di Jenewa, Switzerland, di samping gedung utama kampus PBB. ITU

terdiri dari tiga biro:

 Biro Telekomunikasi (ITU-T)

 Biro Radiokomunikasi (ITU-R)

 Biro Pengembangan (ITU-D)

14. CSA

CSA International berasal sebagai Asosiasi Standar Kanada tetapi

berubah nama menjadi mencerminkan pekerjaan tumbuh dan pengaruh pada

Standar internasional. Didirikan pada tahun 1919, CSA International adalah sebuah

organisasi, nirlaba independen dengan lebih dari 8.000 anggota di seluruh dunia

15. ATM Forum

Dimulai pada tahun 1991, Forum ATM (Asynchronous Transfer Mode)

adalah, organisasi nirlaba internasional yang misinya adalah untuk

mempromosikan penggunaan produk dan jasa ATM.

Spesifikasi dikembangkan dan diterbitkan oleh Forum ATM termasuk

Emulation LAN (LANE) atas ATM (af-jalur-0.021,000) dan ATM Antarmuka Fisik

Medium Dependent Spesifikasi 155Mbps lebih Twisted-pair Kabel

(af-phy-0.015,000).

16. ETSI

The European Telecommunications Standards Institute (ETSI) adalah

sebuah organisasi nirlaba berbasis di Sophia Antipolis, Perancis. The ETSI saat ini

terdiri dari hampir 696 anggota dari 50 negara dan mewakili produsen, penyedia

(55)

spesifikasi telekomunikasi dan mendorong seluruh dunia standardisasi. The ETSI

mengkoordinasikan kegiatannya dengan badan-badan Standar internasional seperti

ITU.

17. BICSI

Meskipun tidak secara khusus organisasi spesifikasi, Layanan Konsultasi

Industri Bangunan Internasional (BICSI) pantas disebutkan secara khusus. BICSI

adalah organisasi nirlaba profesional didirikan pada tahun 1974 untuk mendukung

telepon-perusahaan bangunan-industri konsultan (BIC) yang bertanggung jawab

untuk desain dan implementasi komunikasi-sistem distribusi di bangunan

komersial dan multifamily. Saat ini, BICSI melayani 20.000 anggota dari 90negara

di seluruh dunia.

18. OSHA

Sebuah divisi dari Amerika Serikat Departemen Tenaga Kerja,

Keselamatan dan Kesehatan Administrasi (OSHA) dibentuk pada tahun 1970

dengan tujuan membuat tempat kerja di Amerika teraman di dunia. Untuk tujuan

ini, lewat undang-undang yang dirancang untuk melindungi karyawan dari banyak

jenis bahaya pekerjaan. OSHA mengadopsi banyak bagian Kode Listrik Nasional

(NEC), yang tidak menetapkan hukum bagi dirinya sendiri, memberikan

bagian-bagian yang diadopsi dari status hukum NEC.

3.3.3 Spesifikasi Standar Kabel ANSI/TIA/EIA-568-B

Pada pertengahan 1980-an, konsumen, kontraktor, vendor, dan produsen

menjadi khawatir tentang kurangnya spesifikasi yang berhubungan dengan kabel

telekomunikasi. Sebelum itu, semua komunikasi kabel adalah proprietary dan

(56)

Asosiasi Industri (UCLA) meminta EIA untuk mengembangkan spesifikasi yang

akan mendorong terstrukturnya standarisasi pemasangan kabel. Di bawah

bimbingan komite TR-41 TIA dan subkomite terkait, TIA dan EIA pada tahun 1991

menerbitkan versi pertama dari Telekomunikasi Bangunan Komersial Kabel

Standard, lebih dikenal sebagai ANSI/TIA/EIA-568 atau kadang-kadang hanya

sebagai TIA/EIA-568.

3.4 Tujuan dan Ruang Lingkup ANSI/TIA/EIA-568-B

Standar ANSI/TIA/EIA-568 dikembangkan dan telah berkembang

menjadi bentuk yang sekarang untuk beberapa alasan yaitu :

1. Untuk membuat spesifikasi kabel yang akan mendukung lebih dari satu aplikasi

vendor tunggal

2. Untuk memberikan arah desain peralatan telekomunikasi dan produk kabel yang

dimaksudkan untuk melayani organisasi komersial

3. Untuk menentukan sistem kabel generik cukup untuk mendukung layanan suara

dan data Untuk menetapkan pedoman teknis dan kinerja dan memberikan

pedoman untuk perencanaan dan pemasangan sistem pengkabelan terstruktur

Standar ini membahas hal-hal berikut :

1. Subsistem pemasangan kabel terstruktur

2. Persyaratan Minimum untuk telekomunikasi kabel

3. Metode Instalasi dan praktik Instalasi

4. Konektor dan pin kabel

5. Masa hidup dari sistem kabel telekomunikasi (yang melebihi 10 tahun)

6. Media jenis dan spesifikasi kinerja untuk pemasangan kabel horizontal dan

(57)

7. Menghubungkan spesifikasi hardware kinerja

8. Rekomendasi topologi dan jarak

9. Definisi elemen kabel (kabel horizontal, cross-connect , outlet telekomunikasi,

dll).

Konfigurasi saat ANSI/TIA/EIA-568-B membagi standar sebagai berikut:

1. ANSI/TIA/EIA-568-B.1: Persyaratan Umum

2. ANSI/TIA/EIA-568-B.2: Komponen Twisted-pair Kabel

3. ANSI/TIA/EIA-568-B.2-1: Addendum 1-Transmisi Spesifikasi Kinerja untuk

Kabel 4-pair 100-Ohm Kategori 6

4. ANSI/TIA/EIA-568-B.3: Komponen Kabel Serat Optik

3.4.1 Subsistem dari Standar ANSI/TIA/EIA-568-B

Standar ANSI/TIA/EIA-568-B membagi terstruktur kabel ke tujuh

bidang. antara lain :

1. Kabel horisontal

2. Kabel backbone

3. Kabel untuk area kerja

4. Kabel untuk ruang telekomunikasi

5. Kabel untuk ruang Inventaris

6. Kabel untuk fasilitas pintu masuk (pintu masuk bangunan)

7. Kabel untuk Administrasi.

3.4.2 Pengkabelan Horizontal

Pengkabelan horisontal, sebagaimana ditentukan oleh

(58)

berakhir di outlet telekomunikasi (informasi outlet atau dinding). Pengkabelan

horisontal meliputi :

1. Kabel dari patch panel ke area kerja

2. Outlet telekomunikasi

3. Kabel penghentian

4. Cross-connections (jika diizinkan)

5. Pembatasana maksimal pada satu titik transisi

Komponen yang spesifik (baluns, repeater) tidak harus dipasang sebagai

bagian dar kabel dengan sistem horisontal (dalam dinding). Ini harus dipasang di

ruang telekomunikasi atau area kerja.

Titik transisi ANSI/TIA/EIA-568-B memungkinkan untuk satu titik

transisi di kabel horisontal. Titik transisi adalah di mana salah satu jenis kabel

terhubung ke yang lain, seperti di mana kabel bulat terhubung ke bawah karpet Gambar 3.9 Skema Pemasangan kabel dengan metode horizontal dengan topologi

(59)

kabel. Sebuah titik transisi juga bisa menjadi titik di mana kabel didistribusikan ke

furnitur modular. Ada dua jenis titik transisi yang diakui yaitu :

1. MUTOA adalah singkatan untuk multiuser telecommunications outlet assembly,

merupakan suatu outlet yang mengkonsolidasikan jack telekomunikasi bagi

banyak pengguna ke dalam satu daerah. dianggap sebagai patch panel yang

terletak di wilayah kantor.

2. CP adalah

Gambar

Gambar 3.1 Kabel STP
Tabel 3.1 Kategori kabel dan fungsinya
Gambar 3.3 Kabel UTP bagian dalam
Tabel 3.2 Karakteristik Kabel UTP kategori 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Komponen yang keberadaanya menjadi syarat yang harus ada agar kinerja bendungan dapat berjalan dengan baik. Sebagai contoh yaitu keberadaan dokumen- dokumen OP

namun hal ini masih kurang optimal, karena prosedur pengolahan data pada bagian pembelian masih secara manual, dan barang yang dipesan oleh pembeli terkadang tidak sesuai

Persaman penelitian Timur Cahyasari dengan penelitian ini adalah sama- sama meneliti tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri, sedangkan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, pada Pasal 6 ayat (1)

Tujuan dari implementasi berbasis jaringan komputer ini adalah untuk mempermudah dalam segi pengiriman ataupun penerimaan data dan juga membuat sebuah rule

Dalam bidang perindustrian sangatlah penting tentang pencatatan sebuah data perusahaan, tetapi masih banyak perusahaan yang bergerak di bidang industri yang masih

Praktek Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Berdasarkan hasil analisis data, untuk siswa dengan gaya kognitif Field Independent yang hanya terdiri dari 1 siswa terlihat bahwa potensi analogi matematis yang