• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Pengembangan Wilayah Terpadu di Kabupaten Gianyar - Provinsi Bali: Kajian Efektivitas Komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Program Pengembangan Wilayah Terpadu di Kabupaten Gianyar - Provinsi Bali: Kajian Efektivitas Komunikasi"

Copied!
248
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)

PROGRAM PENGEMBANGAN WILAYAH TERPADU

DI KABUPATEN GIANYAR

-

PROVINSI BALI:

KAJIAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

OLEH

I DEWA PUTU OKA SUARDI

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(131)

ABSTRAK

I DEWA PUTU OKA SUARDI. Program Pengembangan Wilayah Terpadu di Kabupaten Gianyar - Provinsi Bali: Kajian Efektivitas Komunikasi. Dibimbing oleh SJAFRI MANGKUPRAWIRA, MA'MUN SARMA, dan SUTISNA RIYANTO.

Efektivitas komunikasi Program Pengembangan Wilayah Terpadu (PPWT) ditentukan oleh komponen-komponen komunikasi, termasuk petani penerima program sebagai komunikan. Dalam penelitian ini ditelaah proses komunikasi PPWT, efektivitas komunikasi PPWT, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi PPWT. Proses dan efektivitas komunikasi PPWT dianalisis secara deskriptif, sedangkan hubungan antar faktor dianalisis dengan CHAID.

Penetapan PPWT melalui proses komunikasi yang panjang dan berj enj ang dari forum Musyawarah Pemb angunan Desa, Temukarya Pembangunan, sampai p ada Rapat Koordinasi Pembangunan. Proses komunikasi PPWT terjadi melalui interaksi PPL dengan petani pada tahap pelaksanaan program di lapang dalam konteks kegiatan penyuluhan. Di dalarn proses komunikasi, PPL sangat kompeten berkomunikasi, sedangkan petani tergolong kompeten. Konteks komunikasi tergolong kondusif dalam menciptakan efektivitas komunikasi PPWT. Pesan-pesan PPWT sesuai dengan kebutuhan petani yang berkaitan dengan aspek teknik produksi, kondisi fisik lapang, dan status sosial ekonomi petani.

(132)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

"Program Pengembangan Wilayah Terpadu di Kabupaten Gianyar

-

Provinsi Bali: Kajian Efektivitas Komunikasi"

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri d a n belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data d a n informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

(133)

PROGRAM PENGEMBANGAN WILAYAH TERPADU

DI KABUPATEN GIANYAR

-

PROVINSI BALI:

KAJIAN EFEKTNITAS KOMUNIKASI

I DEWA PUTU OKA SUARDI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada Program Studi Komunikasi Pembangunan

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(134)

J u d u l Tesis

:

Program Pengembangan Wilayah Terpadu

di Kabupaten Gianyar

-

Provinsi Bali:

Kajian Efektivitas Komunikasi

Nama Mahasiswa

:

I Dewa Putu Oka Suardi

Nomor Pokok

:

P22500005

Program Studi

:

Komunikasi Pembangunan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Siafri Mangkuprawira

Ketua

Dr. Ir. Ma'mun Sarma, MS, M.Ec.

Anggota

Ketua Program Studi

Komunikasi Pembangunan

Dr.Ir.Aida Vitayala S.Hubeis

Mengetahui,

Ir. Sutisna Riyanto, MS

Anggota

Direktur Program Pascasarjana

h

S . 1 r . &afrida Manuwoto, M.Sc.

'-no(! t

p 4 ~ c n s A 8 v /

-

" "..pa- /

,

6 \ :
(135)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gianyar pada tanggal 14 November 1960 sebagai anak sulung tiga bersaudara dari pasangan suami-istri Dewa Putu Sudiarsa dan Desak Putu Adi. Pada tahun 1979 penulis menamatkan pendidikan menengah di SMA Negeri I Denpasar dan selanjutnya pada tahun yang sama mengikuti pendidikan tinggi di Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Gelar Sarjana Pertanian pada bidang keahlian Sosial Ekonomi Pertanian diraih pada tahun 1985.

Sejak tahun 1986 hingga saat ini penulis sebagai staf pengajar pada Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, J u r u s a n Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar.

(136)

PRAKATA

Atas perkenan Ida Sang Hyang Widhi Wasa maka karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema karya ilmiah yang dipilih dalam penelitian ini berjudul Program Pengembangan Wilayah Terpadu di Kabupaten Gianyar- Provinsi Bali: Kajian Efektivitas Komunikasi. Di dalarn proses pembuatan karya ilmiah ini berbagai pihak telah berpartisipasi serta memberikan bantuan, baik langsung maupun tak langsung, berupa moral maupun material.

Melalui media ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira, Bapak Dr. Ir. Ma'mun Sarma, MS, M.Ec., dan Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS selaku pembimbing. Juga kepada Ibu Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis selaku penguji luar komisi pembimbing dan Bapak Ir. Arniruddin Saleh, MS yang telah memberikan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada pimpinan beserta staf pengelola Program Pascasarjana IPB atas penyediaan sarana dan prasarana serta kerjasamanya yang baik selama penulis mengikuti studi. Kepada Universitas Udayana penulis mengucapkan terima kasih atas kesempatan serta bantuan dana yang diberikan untuk mengikuti program pascasarjana. Kepada Dikti Depdiknas terima kasih atas bantuan beasiswa melalui program BPPS.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Bupati Gianyar beserta staf aparatur Pemkab Gianyar yang telah memberikan ijin penelitian serta informasi, data, dan fasilitas yang memudahkan pelaksanaan penelitian ini. Disamping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh Petani di Kecamatan Blahbatuh, khususnya anggota subak yang menjadi responden penelitian, yang dengan kesabaran dan rasa persaudaraan telah rela meluangkan waktu untuk diwawancarai.

Terima kasih yang tulus penulis sarnpaikan kepada ayah, ibu, adik-adik, serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan sepenuhnya. Kepada yang tercinta Wiwit, Ani, dan Ina terima kasih banyak atas segala-galanya.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini ada manfaatnya.

(137)

DAFTAR

IS1

Halaman Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar

...

xi ...

Daftar Lampiran xii

P E N D A H U L U A N

...

Latar Belakang 1

...

Rumusan Masalah 4

...

Tujuan Penelitian 6

...

Kegunaan Penelitian 6

T I N J A U A N PUSTAKA

Komuniltasi dalam Pembangunan ... 7 ...

Efektivitas Komunikasi Pembang-~lnan 11

Peran Komunikasi Organisasi dalam Program Pengembangan

Wilayah Terpadu ... 16

Konsep Program Pengembangan Wilayah Terpadu ... 19

KERANGKA PEMIKIRAN DAN H I P O T E S I S

I<eranglta Pemiluran ... 2 3 Hipotesis ... 26 M E T O D E PENELITIAN

...

Lokasi Penelitian 28

Populasi dan Sampel

...

28

...

Desain Penelitian 29

Data dan Pengukuran

...

30 Analisis Data

...

41 P R O F I L D A E R A H PENELITIAN

...

Aspek Fisik 43

Aspek Sosial ... 44

...

Aspek Eltonomi 46

...

(138)

ICARAKTERISTIK R E S P O N D E N

... Karakteristik Petani

... Karalcteristik Aparatur Pemlcab Gianyar

Pola I<omunikasi Aparatur Pemltab Gianyar ... P R O S E S PENETAPAN P P W T

Musyawarah Pembangunan Desa ...

...

Temultarya Pembangunan

... Rapat Koordinasi Pembangunan

P R O S E S KOMUNIKASI P P W T

... Kompetensi I<omunikasi PPL

... Pesan Komunikasi PPWT

... Konteks Komunikasi Kelompok

... Kompetensi Komunikasi Petani

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI P P W T

... Pesan Diterima ... Perasaan Senang ... Hubungan Bailt

FAKTOR-FAKTOR YANG B E R H U B U N G A N DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI P P W T

... Komponen-komponen Komuniltasi

... Karakteristik Petani

KESIMPULAN DAN SARAN

... Kesimpulan

...

Saran

...

DAFTAR PUSTAKA
(139)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan populasi dan sarnpel penelitian ... ...

..

2 Interval kelas dan kategori komponen-komponen komunikasi

PPWT

...

40

3 I<arakteristilt responden

.

. .

. . .

. . .

.. . . .

. . .

.

. . .

.

. . . 52

4 Distribusi skor unsur-unsur kompetensi komunikasi PPL . . .

. .

. 71

5 Distribusi sltor unsur-unsur pesan ltomunikasi PPWT . . .

.

. . .

.

. 74

6 Distribusi sltor unsur-unsur kontelts ltomuniltasi ltelompolt

. . .

79 7 Distribusi sltor unsur-unsur kompetensi ltomunikasi petani .

.

82
(140)

DAFTAR GAMBAR

Halaman ...

1 Keranglta pemiluran ltonseptual penelitian 24

2 Kerangka pemikiran operasional penelitian ... 27 ...

3 Proses ltomuniltasi penetapan PPWT 63

4 Dendrogram hubungan efektivitas ltomuniltasi PPWT dengan

...

komponen-komponen komunikasi 94

5 Dendrograrn hubungan efektivitas komuniltasi PPWT dengan ...

(141)

DAFTAR LAMPIRAN

(142)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di dalam pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, Pemerintah Daerah melalui otonomi daerah memperoleh kewenangan yang sangat luas serta bertanggung jawab kepada daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat, dan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani. Penyelenggaraan otonomi daerah yang diwujudkan dalam pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, ditekankan pada prinsip- prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah (UURI No.22 dan No.25 Tahun 1999).

Peran serta atau partisipasi masyarakat dinyatakan secara eksplisit

(143)

akan tumbuh rasa memiliki proyek tersebut; dan (3) merupakan hak

demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat,

terutama hak untuk turut urun rembug dalam menentukan jenis

pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka (Conyers, 1994).

Partisipasi masyarakat dalam bentuk ikut urun rembug (memberi

saran, pertimbangan) dalam merencanakan pembangunan mencerminkan

hak masyarakat untuk berkomunikasi, dan hal ini merupakan hak asasi

manusia (Fiesher dan Harms, 1983). Hak untuk berkomunikasi dapat

meningkatkan demokratisasi komunikasi pada semua tingkatan

-

individu,

lokal, nasional, dan internasional (MacBride, 1980).

Proses pembangunan yang melibatkan partisipasi berbagai pihak

termasuk masyarakat mencerminkan tindakan yang menjunjung hak

berkomunikasi masyarakat dalam pembangunan. Konteks komunikasi

dalam pembangunan mengikuti paradigma komunikasi yang bersifat dua

arah, interaktif, dan partisipatoris dengan seluruh tingkatan (Servaes,

1993). Berkaitan dengan hal tersebut, peranan unsur-unsur komunikasi

pembangunan seperti: pihak pemrakarsa pembangunan (source), program

pembangunan yang ditawarkan (message), forum-forum komunikasi

masyarakat (channel), dan masyarakat sebagai sasaran pembangunan

(receiver), tampaknya menentukan efektivitas komunikasi.

Kondisi tersebut di atas telah dibuktikan oleh beberapa hasil

penelitian sebelumnya. Penelitian Sujudi (2000) mengungkapkan bahwa,

kinerja komunikasi organisasi Pemkab memiliki hubungan nyata dengan

(144)

penelitian Surjahadedi (2001) yang menyatakan bahwa komunikasi organisasi Pemerintah Daerah secara signifikan dipengaruhi oleh faktor organisasional, yang menyangkut: sumber informasi, media/saluran, penerima informasi, dan umpan balik.

Program pembangunan daerah pada umumnya dijabarkan dalam bentuk kegiatan proyek, baik yang bersifat jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Pemerintah Kabupaten Gianyar -- Provinsi Bali, sejak tahun anggaran 19931 1994 telah melaksanakan Program Pengembangan Wilayah Terpadu (PPWT) yang didanai dari Dana Inpres Dati 11, SDB, PAD, dan sumber dana lainnya. Mulai tahun anggaran 19961 1997 pelaksanaan PPWT dipusatkan pada satu wilayah kecamatan, dan untuk tahun anggaran 1996/1997 sampai dengan 1998/1999 di laksanakan di Kecamatan Payangan.

Kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat I1 Gianyar Nomor 183 Tahun 1999, tanggal 8 Mei 1999, pelaksanaan PPWT Tahun Anggaran 1999/2000 sampai dengan 2001 dikonsentrasikan di Kecamatan Blahbatuh. Proyek-proyek yang diprioritaskan dalam PPWT periode ini yaitu kegiatan pembangunan perfanian yang meliputi: (1) pengembangan sentra agribisnis kacang tanah, (2) pengembangan tanaman kakao, (3) percontohan minapadi, dan (4)

peningkatan produksi peternakan.

(145)

masyarakat. Lebih jauh hal ini dapat mengindikasikan kemampuan Pemkab Gianyar mengkomunikasikan program pembangunan kepada masyarakat.

Namun demikian, masih tetap menimbulkan pertanyaan yang berkaitan dengan efektivitas komunikasi pembangunan Pemkab Gianyar. Apakah kebij akan komunikasi pembangunan yang diterapkan berj alan efektif? Kemudian, faktor-faktor apakah yang mempengaruhi efektivitas komunikasi tersebut? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul, nampaknya perlu dilakukan penelitian yang menelaah keefektifan komunikasi Pemkab Gianyar di dalam melaksanakan program-program pembangunannya.

Rumusan Masalah

Pemerintah Kabupaten Gianyar telah memiliki pengalaman yang cukup lama mengelola PPWT sejak program tersebut dimulai tahun 1993, dan telah banyak mengalokasikan dana pembangunan, baik yang bersumber dari dana pusat (Dana Inpres Dati 11) maupun yang memanfaatkan dana PAD, untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan PPWT tersebut.

(146)

pengadaan bibit kacang tanah, (2) pengadaan bibit kakao, (3) pengadaan bibit ikan, (4) pengadaan bibit sapi, dan (5) pembinaan, monitoring, dan evaluasi PPWT.

Berdasarkan Laporan Pelaksanaan PPWT tahun 1999/2000, tahun 2000, dan tahun 2001, pelaksanaan PPWT di Kabupaten Gianyar telah mampu merangsang serta meningkatkan aktivitas masyarakat dalam bidang pertanian, dan telah merangsang munculnya kelompok-kelompok tani baru yang dapat dipersiapkan untuk menerima perguliran bantuan dari kelompok yang telah menerima sebelumnya.

Di sisi lain, ditemukan beberapa hambatan, seperti: adanya hama/ penyakit yang menyerang ternak serta tanaman budidaya, animo petani rendah dalam menerapkan intensifikasi usahatani, dan petani beralih pekerjaan ke sektor industri sebagai akibat terjadinya alih fungsi lahan. Disamping itu, permasalahan-permasalahan yang diduga sebagai penyebab timbulnya hambatan dalam pelaksanaan proyek-proyek PPWT antara lain: perencanaan yang kurang matang, kelompok tani tidak dilibatkan dalam penyusunan program serta dalam Musyawarah Pembangunan Desa (Musbangdes) yang dilaksanakan setiap tahun, dan kurang dilaksanakan pertemuan-pertemuan rutin serta evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan (Bappeda Pemkab Gianyar, 200 1).

Berdasarkan uraian di atas, fokus permasalahan yang ditelaah di dalam penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut.

(147)

2. Bagaimanakah efektivitas komunikasi PPWT ditinjau dari diterimanya pesan PPWT oleh petani?

3. Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi PPWT?

Tujuan Penelitian

Dalam upaya untuk mengetahui efektivitas komunikasi PPWT di Kabupaten Gianyar, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan proses komunikasi PPWT di Kabupaten Gianyar ditinjau dari unsur-unsur komunikasi.

2. Menganalisis efektivitas komunikasi ditinjau dari diterimanya pesan PPWT oleh petani.

3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi PPWT.

Kegunaan Penelitian

(148)

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi dalam Pembangunan

Pada umumnya di dalam setiap proses pembangunan, sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi hasil pembangunan, selalu terjadi proses komunikasi antara pihak-pihak yang terkait. Proses komunikasi yang berlangsung pada dasarnya dimaksudkan untuk saling memahami, menumbuhkan pengertian, serta menyamakan persepsi yang berkaitan dengan pembangunan yang hendak dilaksanakan. Demikian juga halnya dalam Program Pengembangan Wilayah Terpadu (PPWT).

Pembahasan serta penetapan PPWT dalam forum-forum Musyawarah Pembangunan Desa, Temukarya Pembangunan dan Rapat Koordinasi Pembangunan, jelas melalui suatu proses komunikasi yang melibatkan aparatur pemerintah kabupaten (Pemkab) dan masyarakat. Fenomena komunikasi PPWT dapat dimasukkan ke dalam ruang lingkup Komunikasi Pembangunan, seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2002).

(149)

dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan tadi (Nasution, 2002).

PPWT akan tampak lebih jelas sebagai komunikasi pembangunan apabila dicermati proses kerjanya. Sejak proses perumusan, penetapan, sosialisasi, hingga informasinya diterima dan menimbulkan perubahan perilaku pada petani, sangat nyata merupakan proses komunikasi. Hal tersebut sesuai dengan pengertian komunikasi sebagai suatu proses, yaitu penyampaian gagasan-gagasan pemikiran oleh sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilaku (Rogers dan Rogers, 1976). Penyarnpaian gagasan-gagasan pemikiran tersebut dapat langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media (Effendy, 1993). Proses komunikasi akan dapat mengubah perilaku orang lain apabila komunikasinya komunikatif (Carl I. Hovland dalam Effendy, 1986a).

Di dalam proses komunikasi PPWT terjadi interaksi antara pihak Pemkab dengan kelompok tani sampai akhirnya terlahir suatu keputusan. Di dalam pengambilan keputusan tersebut, proses komunikasi terlihat ketika manusia berinteraksi untuk mencapai tujuan pengintegrasian baik antar individu dalam kelompok maupun di luar kelompok (Harnack dan Fest dalam Fisher, 1986) dan komunikasi sebagai suatu proses ketika sejumlah orang diubah menjadi kelompok yang berfungsi (Edwin Newman

dalam Fisher, 1986).

(150)

pertemuan kelompok tani. Tampak dengan jelas bahwa di sini terjadi interaksi antar komponen seperti layaknya interaksi unsur-unsur komunikasi di dalam proses komunikasi. Menurut Berlo (1 960)) proses komunikasi melibatkan interaksi dari enarn unsur penting komunikasi, yaitu: source, encoder, message, channel, decoder, dan receiver. Sedangkan Rogers dan Rogers (1976) menyatakan bahwa dalarn proses komunikasi berinteraksi unsur-unsur komunikasi yang terdiri atas: sumber, pesan, saluran, penerima, efek, dan umpan balik.

Secara universal, elemen-elemen yang ada pada setiap proses komunikasi adalah: lingkungan, sumber-penerima, pesan, saluran, gangguan (fisik, psikologis, dan semantik), proses penyampaian atau encoding, proses penerimaan atau decoding, umpan balik dan umpan maju, dampak, dan etik (DeVito, 1997). Di dalam proses tersebut beberapa partisipan terlibat untuk bertukar tanda-tanda informasi yang bersifat verbal, nonverbal, dan paralingustik pada suatu waktu (Gonzales dalam Jahi, 1988).

(151)

penerima yang pasif (Rogers, 1976). Dia harus menggambarkan interrelasi antara komponen-komponennya, termasuk juga lingkungan dimana proses komunikasi itu berlangsung (Rogers dan Rogers, 1976).

Komunikasi pembangunan yang relevan dikembangkan adalah yang bersifat dua arah, interaktif, dan partisipatoris dengan seluruh tingkatan, serta menolak keharusan untuk seragam, terpusatkan, biaya tinggi, lokalitas, deinstitusionalisasi (Servaes, 1986). Supaya terbentuk "model komunikasi yang berorientasi pemakai", para ahli komunikasi menekankan perlunya horizontalisasi, deprofesionalisasi, desentralisasi, akses, pertukaran simetris, partisipasi sosial yang aktif, media dan teknologi yang menyatu, dan lain sebagainya. Strategi komunikasi yang berorientasi pemakai juga menunjukkan pendekatan mobilisasi dialektis, terkadang didefinisikan sebagai "pendekatan aksi". (MacBride, 1980).

Strategi komunikasi PPWT yang berhasil akan dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat. Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha tersebut (Davis, 1962). Partisipasi diartikan juga sebagai bentuk keterlibatan masyarakat setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pembangunan atau pelaksanaan proyek (White, 198 1).

(152)

yang berarti dalam proses mencapai tujuan pembangunan tersebut. Dalam kaitan ini Schramm (dalam Jahi, 1988) menunjukkan bahwa ada tiga fungsi media massa dalam pembangunan, yaitu: (1) memberitahukan rakyat tentang pembangunan nasional, memusatkan perhatian mereka pada kebutuhan untuk berubah, kesempatan untuk menimbulkan perubahan, metode dan cara menimbulkan perubahan, dan jika mun&n meningkatkan aspirasi, (2) membantu masyarakat berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog, dan menjaga agar informasi mengalir baik ke atas maupun ke bawah, dan (3) mendidik rakyat agar memiliki keterampilan.

Efektivitas Komunikasi Pembangunan

Dalarn berkomunikasi, kondisi yang selalu diharapkan adalah terjadinya komunikasi yang efektif. Demikian juga halnya komunikasi yang dilakukan oleh pihak Pemkab Gianyar dengan masyarakat dalam

pelaksanaan PPWT. Pemkab sebagai pemrakarsa pembangunan

menghendaki PPWT dapat berjalan dengan baik. Di pihak lain, masyarakat mengharapkan agar pelaksanaan PPWT dapat memenuhi kebutuhannya. Terakomodasinya dua kepentingan dalam satu konsep program pembangunan itulah kondisi ideal yang diinginkan. Pencapaian kondisi ideal tersebut menuntut adanya komunikasi yang efektif antara pihak Pemkab dan masyarakat.

(153)

komunikasi dan faktor gangguan. Ketepatan komunikasi Ddelity) dapat dicapai dengan memperhatikan peranan unsur-unsur komunikasi (Berlo,

1960), yaitu:

1. Komunikator harus memiliki keterampilan berkomunikasi, memiliki sikap positif terhadap komunikan dan pesan yang disampaikan, memiliki pengetahuan yang memadai tentang pesan dan komunikan, memahami kondisi sistem sosial dan budaya komunikan.

2. Pesan komunikasi yang disampaikan harus berorientasi pada isi, unsur, struktur, kemasan, dan kode yang dipahami.

3 . Saluranlmedia komunikasi harus sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai, sesuai dengan isi pesan, sesuai dengan konteks komunikasi, dan diupayakan agar dapat menyentuh panca indera (seeing, hearing, touching, smelling, dan tasting).

4. Komunikan harus memiliki pengetahuan serta kemampuan berkomunikasi, bersikap positif terhadap komunikator serta pesan yang disampaikan, dan dapat memahami kondisi sistem sosial serta budaya komunikator.

Di dalam mengkomunikasikan program-program pembangunan termasuk PPWT, pihak Pemkab seyogyanya memperhatikan karakteristik masyarakat sasaran sebagai komunikan. Ada tiga karakter komunikan yang perlu diperhatikan oleh komunikator (Cutlip dan Center, 197 I ) , yaitu:

(154)

2. Komunikan membaca, mendengar, dan menonton komunikasi yang menyajikan pandangan hubungan pribadi yang mendalam.

3 . Tanggapan yang diinginkan komunikator dari komunikan harus

menguntungkan bagi komunikan, kalau tidak, ia tidak akan memberikan tanggapan.

Disamping memperhatikan karakteristik masyarakat sasaran, di lain pihak pemerintah sebagai komunikator hendaknya dapat tampil meyakinkan, sehingga masyarakat percaya dan tertarik terhadap komunikasi yang dilaksanakan. Untuk mendapatkan komunikasi yang efektif, komunikator harus dapat dipercaya (source credibility) dan memiliki daya tarik (source attractiveness). Kedua ha1 ini untuk memenuhi hasrat komunikan memperoleh suatu pernyataan yang benar dan hasrat menyamakan diri dengan komunikator, atau bentuk hubungan lainnya yang secara emosional memuaskan (Cutlip dan Center, 197 1). Disamping itu, seseorang hanya berkomunikasi secara efektif sejauh perilakunya sesuai atau terpolakan dengan perilaku orang lain dalam konteks sosialnya (Fisher, 1986).

(155)

dengan kepentingan pribadinya; dan (4) ia mampu menepatinya baik secara mental maupun fisik (Chester I. Barnard dalam Effendy, 1986a).

Disamping unsur komunikator dan komunikan, unsur pesan memiliki peranan penting didalam menunjang efektivitas komunikasi. Oleh karena itu, informasi yang berkaitan dengan PPWT sebagai pesan komunikasi pembangunan Pemkab seyogyanya dibuat menarik, baik dalam kemasannya, metode serta teknik penyampaiannya, maupun manfaatnya bagi sasaran. Icondisi yang h a m s dipenuhi agar pesan dapat membangkitkan tanggapan masyarakat sesuai dengan yang dikehendaki antara lain: (1) pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan; (2) pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dimengerti; (3) pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut; (4) pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki (Schramm,

1973).

(156)

Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disarnpaikan dan yang dimaksud oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Bila S

adalah pengirim atau sumber pesan dan R penerima pesan, maka komunikasi disebut mulus dan lengkap bila respon yang diinginkan S dan respon yang diberikan R identik. Hal ini diformulasikan sebagai berikut (Goyer dalam Tubbs dan Moss, 1996):

R = makna yang ditangkap penerima = 1 -

S makna yang dimaksud pengirim

Guna mengetahui efektivitas komunikasi, ada lima indikator yang dapat dijadikan ukuran, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan (Tubbs dan Moss, 1996). Sedangkan Hardjana (2000) melihat efektivitas komunikasi dengan membandingkan antara apa yang dimaksud atau yang seharusnya menurut sistem dengan apa yang senyatanya terjadi. Kriteria efektivitas komunikasi dinilai berdasarkan enam indikator, yaitu: penerima atau pemakai (receiver or user), isi pesan (content), ketepatan waktu (timing), media komunikasi (media), format Iformat), dan sumber pesan (source).

(157)

diri, kebersatuan, manajemen interaksi, daya ekspresi, dan orientasi kepada pihak lain.

Peran Komunikasi Organisasi dalam

Program Pengembangan Wilayah Terpadu

Mutu keberhasilan PPWT sangat ditentukan oleh peranan aparatur Pemkab yang melaksanakan program tersebut. Oleh karena itu, aparatur Pemkab dituntut memiliki kompetensi komunikasi yang memadai untuk melakukan pendekatan dengan berbagai pihak, khususnya masyarakat calon penerima bantuan proyek PPWT. Kompetensi komunikasi aparatur dipengaruhi oleh pola serta kebijakan komunikasi Pemkab dan faktor-faktor personal aparatur. Pola serta konteks komunikasi yang berkembang di lingkungan Pemkab semestinya mencerminkan pola-pola komunikasi organisasi, karena berdasarkan aspek statis maupun dinamis Pemkab merupakan suatu organisasi.

Berdasarkan Teori Sistem Sosial, organisasi terdiri dari bagian- bagian yang berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya, menerima pesan-pesan dari dunia luar, dan menyimpan informasi. Fungsi komunikasi bagian-bagian ini sekaligus merupakan konfigurasi yang menggambarkan sistem secara keseluruhan. Dari sudut pandang sistem, komunikasi adalah organisasi (Scott dalam Pace dan Faules, 2000).

(158)

menyangkut banyak transaksi yang terjadi secara simultan. Hal ini mencerminkan bahwa sistem komunikasi organisasi menyangkut interaksi diantara lusinan dan bahkan ratusan individu pada saat yang sama yang merniliki berbagai perbedaan (Pace dan Faules, 2000).

Pemkab sebagai suatu organisasi seyogyanya memberikan apresiasi positif terhadap peranan komunikasi di dalam kelancaran pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Komunikasi telah menjadi bagian penting dari organisasi sejak masa teori klasik tentang organisasi/manajemen (Koehler et al., 1976). Komunikasi memiliki tiga peran utama dalam organisasi, yaitu: fungsi tugas, integrasi serta diferensiasi, dan pemeliharaan (Wilson et al., 1986). Disamping peran tersebut, proses komunikasi dalam organisasi mampu membentuk jaringan komunikasi yang dapat menunjang fungsi- fungsi organisasi. Jaringan komunikasi dalam organisasi sangat penting terutarna untuk tiga fungsi utarna, yaitu: mengumpulkan informasi dari level hirarki yang berbeda, mengedarkan informasi melalui organisasi, dan pertukaran informasi pengetahuan, serta persuasi.

Komunikasi dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh struktur organisasinya. Status dan peranan staf dalam organisasi tidak hanya akan membawa dan membentuk struktur dominan - submission dalam proses komunikasi, juga akan menentukan arah, cakupan informasi, teknik, dan media komunikasi yang digunakan (Rogers dan Rogers, 1976).

(159)

rnerupakan suatu proses dan hubungan-hubungan yang tidak statis tetapi berjalan dan kontinyu dalam mengembangkan interaksi, membangun hubungan dengan memanfaatkan teknologi. Ketiga, komunikasi tidak lain merupakan evaluasi dan budaya, ada awal, perkembangan, dan akhir, melalui penggunaan dan pemahaman simbol serta pola dan cara berkomunikasi dalam konteks budaya tertentu (Wilson et a1.,1986).

Komunikasi organisasi dapat diartikan sebagai proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah (Goldhaber, 1986). Lingkup komunikasi organisasi mencakup tiga hal utarna, yaitu: komunikasi antarorang, kornunikasi kelompok, dan komunikasi publik organisasi. Komunikasi antarorang dalam organisasi terjadi dalam bentuk yang bervariasi, mulai dari komunikasi pathic, wawancara, mendekatkan atau mengakrabkan, rnembangun kebersamaan atau konflik (Wilson et al., 1986).

(160)

Komunikasi dari atas ke bawah umumnya menyangkut: bagaimana melakukan pekerjaan, dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, kebijakan dan praktek-praktek organisasi, kinerja pegawai, dan pengembangan rasa memiliki tugas (sense of mission). Komunikasi dari bawah ke atas biasanya mencakup: kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan, pertanyaan yang belum terjawab, berbagai gagasan perubahan dan saran-saran perbaikan, dan perasaan yang berkaitan dengan pekerj aan mengenai organisasi. Sedangkan komunikasi horizontal/lateral umumnya dapat memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini dapat membantu organisasi menghindarkan beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya. Komunikasi jenis ini juga membangun semangat kerja dan kepuasan karyawan. Yang lebih penting lagi, komunikasi horizontal/lateral dapat membantu mengkoordinasikan berbagai kegiatan organisasi dan memungkinkan berbagai divisi mengumpulkan pengalaman dan keahliannya (DeVito, 1997).

Konsep Program Pengembangan

Wilayah

Terpadu

Di dalam ketentuan umum Pedoman Pelaksanaan Program Pengembangan Wilayah Terpadu (PPWT) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri (1990), dise'autkan bahwa:

(161)

Tujuan Program Pengembangan Wilayah Terpadu antara lain:

1. Meningkatkan secara langsung pendapatanl kesejahteraan golongan masyarakat p edesaan dan perkotaan berpenghasilan rendah di daerah yang berpotensi tetapi belum berkembang.

2. Menyempurnakan dan meningkatkan kemampuan: (a) aparatur pemerintah Dati I dan Dati 11, dan Kecamatan yang terlibat langsung dalam penanganan PPWT, (b) aparatur pemerintah pusat dalam rangka membina PPWT yang dikelola oleh Pemda.

3. Meningkatkan produktivitas masyarakat melalui pengembangan ragam dan pola teknis di bidang pertanian, industri dan teknologi yang sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah.

4. Meningkatkan keserasian laju pertumbuhan antar daerah dan antar sektoral.

5. Memecahkan masalah-masalah yang bersifat spesifik wilayah.

Bentuk-bentuk kegiatan Program Pengembangan Wilayah Terpadu antara lain:

1. Peningkatan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat, baik dalam bentuk fisik maupun nonfisik.

2. Penyediaan fasilitas kredit bagi masyarakat pedesaan dan perkotaan yang kurang mampu, untuk mengembangkan usaha-usaha yang produktif.

(162)

Kriteria Program Pengembangan Wilayah Terpadu antara lain:

1. Proyek yang disusun bersifat terpadu serta direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan oleh Pemerintah Daerah.

2. Secara langsung melibatkan masyarakat dan meningkatkan pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah di daerah-daerah pedesaan dan perkotaan yang berpotensi tapi belum berkembang.

3 . Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat

berpenghasilan rendah di wilayah pedesaan dan perkotaan yang secara langsung dapat berguna bagi bidang usaha untuk meningkatkan penghasilan mereka.

4. Memperluas dan menciptakan kesempatan kerja untuk menunjang kegiatan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

5. Meningkatkan kemampuan aparatur Pemerintah Pusat, Dati I, Dati 11,

Dinas/Instansi Vertikal di Dati I dan Dati 11, Lembaga Formal dan Nonformal dalarn bidang perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi proyek pembangunan di daerah-daerah PPWT.

Sumber-sumber pendanaan Program Pengembangan Wilayah Terpadu antara lain:

1. Pelaksanaan PPWT dapat dibiayai dari berbagai sumber pembiayaan, bails APBN, APBD, maupun dana bantuan luar negeri, serta sumber- sumber dana masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku.

(163)

Kerangka Pemikiran

Pola komunikasi di dalam organisasi termasuk di dalamnya organisasi pemerintah kabupaten (Pemkab) sangat menentukan kinerja organisasi tersebut. Oleh karena itu, aspek komunikasi organisasi Pemkab baik yang bersifat internal (downward, upward, horizontal) maupun yang bersifat eksternal (public communication) nampaknya perlu dirumuskan secara cermat serta diaplikasi semaksimal mungkin.

Komunikasi Pemkab selama ini (terlebih lagi pada masa Orde Baru) cenderung mengikuti paradigma komunikasi linier dengan pendekatan pembangunan yang bersifat top down. Dalam kondisi seperti ini sangat sulit mengharapkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Padahal, partisipasi masyarakat sangat penting dalam pembangunan dan partisipasi tersebut merupakan hak demokrasi masyarakat untuk ikut u r u n rembug dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka (Conyers, 1994).

(164)

Kendala birokratis sering menimbulkan distorsi dalam komunikasi pembangunan. Disamping itu, bentuk-bentuk komunikasi vertikal (antar aras/tingkat) maupun horizontal (pada aras yang sama) yang umum terjadi pada organisasi Pemkab sering menjadi sumber distorsi dalam mewujudkan komunikasi konvergen pada komunikasi pembangunan. Kondisi seperti inilah yang hendak dicermati dalam penelitian ini, apakah aspirasi petani bisa ketemu dengan aspirasi Pemkab dalam pelaksanaan Program Pengembangan Wilayah Terpadu. Kerangka pemikiran konseptualnya seperti terlihat pada Gambar 1.

PROGRAM PEMBANGUNAN

DAERAH

KOMPETENSI

KOTEKS SlFAT

PESAN

KOMPETENSI EFEKTlVlTAS

[image:164.593.78.507.244.719.2]

KOMUNlKASl

(165)

Program Pengembangan Wilayah Terpadu (PPWT) di Kabupaten Gianyar Bali, pada dasarnya merupakan proses komunikasi pembangunan. Di dalam asas idealismenya sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program harus melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dapat tumbuh apabila terjadi proses komunikasi yang efektif antara pemerintah selaku pemrakarsa program dan masyarakat sebagai penerima program.

Efektivitas komunikasi ditentukan oleh beberapa hal antara lain: ketepatan (jidelity) peranan unsur-unsur komunikasi (Berlo, 1960); kredibilitas dan daya tarik komunikator serta perhatiannya yang cermat terhadap komunikan (Cutlip dan Center, 1971); dan pesan yang disampaikan menarik, dapat dipahami, dapat diterapkan, serta sesuai dengan kebutuhan penerima (Schramm, 1973; Chester I. Barnard; dalam Effendy, 1986).

Di dalam operasional penelitian, efektivitas komunikasi PPWT diukur berdasarkan tiga indikator, yaitu: (1) penerimaan pesan, (2) perasaan senang; dan (3) hubungan baik. Efektivitas komunikasi PPWT sebagai variabel terikat (dependent variabel) ditentukan oleh variabel-variabel bebas (independent variabel) yang meliputi: (1) kompetensi komunikasi PPL, (2) sifat pesan PPWT,

( 3 ) konteks komunikasi kelompok, dan (4) kompetensi komunikasi petani.

Kompetensi komunikasi PPL diukur dengan indikator-indikator: (1) keterampilan komunikasi; (2) sikap positif; (3) memiliki pengetahuan; dan (4) memahami kondisi sosial budaya. Sifat-sifat pesan PPWT diukur dengan indikator indikator: (1) sesuai dengan pengusahaan komoditas; (2) sesuai kondisi fisik; (3) sesuai status ekonomi; dan (4) sesuai potensi teknis petani.

(166)

d m (4) frekuensi pertemuan. Sedangkan kompetensi komunikasi petani diukur dengan indikator-indikator: (1) keterampilan komunikasi; (2) sikap positif; ( 3 ) memiliki pengetahuan; dan (4) memahami keadaan sosial dan budaya. Untuk lebih jelas kerangka pemikiran operasional penelitian dibuat di dalam bentuk diagram alir seperti terlihat pada Gambar 2.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut .

1. Terdapat hubungan antara komponen-komponen komunikasi PPWT (kompetensi komunikasi PPL, sifat pesan, konteks komunikasi kelompok, kompetensi komunikasi petani) dan efektivitas komunikasi PPWT.

(167)

PROGRAM PEMBANGUNAN

I

PPL

I

1. Keterampilan komunikasi

2. Memiliki sikap positif

3. Memiliki pengetahuan

4. Memahami aspek sosial

1. Sesuai aspek produksi

2. Sesuai kondisi fisik

3. Sesuai status ekonomi

4. Sesuai potensi teknis

1. Kondisi saranalprasarana

2. Kondisi lingkungan

3. lnteraksi partisipan

4. Frekuensi

4. Memahami aspek sosial

[image:167.595.73.511.58.648.2]

budaya

I

(168)

METODE PENELITIAN

L o k a s i P e n e l i t i a n

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Penetapan Kecamatan Blahbatuh sebagai lokasi penelitian berdasarkan metode purposive (Singarimbun dan Effendi, 1989; Black dan Champion, 1992), dengan pertimbangan bahwa dalam tiga tahun terakhir (Tahun Anggaran 1999/2000; 2000; dan 2001) pelaksanaan Program Pengembangan Wilayah Terpadu (PPWT) di Kabupaten Gianyar dipusatkan di Kecamatan Blahbatuh. Di samping itu, Kecamatan Blahbatuh merupakan salah satu wilayah yang berada di kawasan timur Gianyar yang memperoleh prioritas pembangunan dalam upaya Pemkab Gianyar menyeimbangkan pembangunan antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur Gianyar.

Sedangkan pemilihan Kabupaten Gianyar sebagai daerah penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa Pemkab Gianyar menunjukkan kinerja relatif baik di antara kabupaten-kabupaten lainnya di Bali. Hal ini ditunjukkan oleh adanya berbagai terobosan dalam hal pelayanan terhadap masyarakat melalui pembentukan kelembagaan atau institusi sejenis unit pelayanan teknis secara terpadu (UPT), yang sering dipakai sebagai pilot proyek percontohan.

P o p u l a s i d a n Sampel

(169)

Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perikanan, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan, Kantor Kecamatan Blahbatuh, dan Kantor-kantor Desa di lingkungan wilayah Kecamatan Blahbatuh serta seluruh petani yang menerima bantuan proyek PPWT.

Sampel dari unsur aparatur Pemkab Gianyar ditentukan secara

purposive dengan memperhatikan jabatan serta peranannya dalam PPWT yang dikaitkan dengan tujuan penelitian. Setelah ditelusuri berdasarkan struktur organisasi proyek pelaksanaan PPWT akhirnya ditetapkan jumlah sampel penelitian dari unsur aparatur Pemkab sebanyak 20 orang.

Populasi petani yang menerima bantuan PPWT sebanyak 39 1 orang. Dari jumlah tersebut ditetapkan secara proporsional sebanyak 80 orang (20,46%) sebagai sampel penelitian. Penetapan individu petani sebagai sampel menggunakan metode sampling sistematik (Black dan Champion, 1992). Dengan demikian, seluruh sampel penelitian berjumlah 100 orang, dengan rincian masing-masing seperti disajikan di dalam Tabel 1.

D e s a i n P e n e l i t i a n

Desain dasar penelitian ini adalah Penelitian Survei (Kerlinger, 2000; Rakhmat, 1999; Singarimbun dan Effendy, 1989), dan karena digunakan juga untuk menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis maka dapat dikatakan sebagai Penelitian Penjelasan atau

Explanatory Research (Singarimbun dan Effendy, 1989), sedangkan

(170)

serta dianalisis hubungan variabel bebas (independent variable): kompetensi komunikasi PPL, sifat pesan PPWT, konteks komunikasi kelompok, dan kompetensi komunikasi petani dengan variabel terikat (dependent variable)

. .

efektivitas komunikasi PPWT.

Tabel 1. Rancangan Populasi dan Sampel Penelitian

11

POPULASJ

I

JUMLAH SAMPEL

I

JUMLAH

11

11

Bappeda

I I I

1

I

Ketua dan Bag Ekonomi

/

11

lnstansi Pemkab Gianyar:

11

Diskan

I I I

1 Kadis dan PPL 2

11

(unitlorang)

//

Distan

I I I

1

(aparaturlpetani)

Kadis dan PPL

11

Disbun

I I I

I1

1

Disnak

Kantor Kecamatan Blahbatuh

(Orang'

Kadis dan PPL

= Kantor Desa

Jumlah

11

Bibit sapi 71 Petani

l5

I1

1

11

1

1

Petani penerima bantuan program:

Bibit Kacang tanah

Bibit lkan

Bibit Kakao

9

15

Kadis dan PPL

Camat

166

85

69

/I

Data dan Pengukuran

2

1

Kepala Desa

Jumlah

Jumlah

/

391

Jumlah seluruh sampel

Data yang dikumpulkan dalarn penelitian ini meliputi data primer 9 20 Petani Petani Petani Jumlah 100

dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan metode wawancara 33

17

15

80

N

(171)

(interview) dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (questionaire) terstruktur yang telah disiapkan. Kuesioner yang dipergunakan dirancang sedemikian rupa agar valid (sahih) untuk mengukur parameter yang sesungguhnya ingin diukur. Untuk tujuan tersebut dilakukan langkah- langkah validasi instrumen yang berpedoman pada pendapat Singarimbun dan Effendy (1989), yang meliputi: (1) menyesuaikan dengan instrumen yang telah dipakai para peneliti lain untuk mendapatkan data yang sama; (2) memperhatikan teori-teori dan kenyataan empiris yang telah diungkapkan dalam berbagai hasil penelitian yang memiliki kesamaan atau menunjang penelitian ini; dan (3) menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan sampel dan lingkungannya.

Sedangkan untuk menjaga tingkat keandalan serta konsistensi (reliabilitas) kuesioner maka terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner dengan teknik belah dua (Singarimbun dan Effendy, 1989) terhadap 20 orang petani sampel. Dengan menggunakan teknik korelasi product moment diperoleh nilai korelasi sebesar 0,84. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

Jenis-jenis data primer yang dikumpulkan di dalam penelitian ini meliputi:

(172)

(a) Jenis kelamin, yaitu status jender responden yang dikategorikan sebagai laki-laki dan perempuan.

(b) Umur, yaitu umur responden pada saat penelitian dilaksanakan yang diukur dalarn satuan tahun dengan pembulatan ke ulang tahun terdekat.

(c) Pendidikan, yaitu tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh responden, yang dikategorikan sebagai SD, SMP, SMA, Diploma, dan Perguruan Tinggi.

(d) Status perkawinan, yaitu status perkawinan responden yang dikategorikan sebagai bujang, menikah, dan duda/janda

.

(e) Jumlah tanggungan, yaitu banyaknya orang yang ditanggung oleh responden yang terdiri atas istri, anak, orang tua, saudara, dan orang lain dalam satu unit rumah tangga.

( Pangkat/ Golongan, yaitu jenjang kepangkatanjgolongan responden yang berlaku pada instansi tempat tugasnya.

(g) Jabatan, yaitu posisi atau kedudukan yang menjadi tanggung jawab dan wewenang responden pada instansi tempat tugasnya.

(h) Riwayat jabatan, yaitu posisi atau kedudukan yang pernah dijabat selarna responden berkarir sebagai aparatur Pemkab serta lama dalam tahun jabatan tersebut dijabat.

2. Perilaku komunikasi aparatur, yaitu kecenderungan koinunikasi

(173)

(a) Bawah= iangsung, yaitu staf yang berada di bawah rentang pengawasan dan tanggung jawab responden sesuai dengan hierarki atau jenjang organisasi instansinya.

(b) Atasan langsung, yaitu kepala atau pimpinan unit kerja di mana responden menjadi stafnya.

(c) Pimpinan instansi lain, yaitu kepala atau pimpinan instansi selain instansi tempat tugasnya di lingkungan Pemkab Gianyar yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan pelaksanaan PPWT.

(d) Staf instansi lain, yaitu staf dari instansi selain instansi tempat tugasnya di lingkungan Pemkab Gianyar yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan pelaksanaan PPWT.

(e) Lembaga nonpemerintah, yaitu lembaga profesional danlatau LSM yang terkait dengan pelaksanaan PPWT.

(f) Tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang berpengaruh serta menjadi panutan masyarakat di Kecarnatan Blahbatuh, seperti Kelian

Subak, Kelian Seka, Bendesa Adat, Rohaniawan, dan tokoh lainnya.

(g) Anggota masyarakat, yaitu para petani penerima bantuan proyek PPWT di Kecamatan Blahbatuh.

(174)

4. Proses komunikasi PPWT, yaitu kegiatan komunikasi yang melibatkan sumber, pesan, media, dan sasaran yang berkaitan dengan PPWT dalarn rangkaian kegiatan yang meliputi:

(a) Penetapan PPWT, yaitu pengesahan PPWT setelah melalui tahapan kegiatan seperti: Musyawarah Pembangunan Desa, Temukarya Pembangunan, dan Rapat Koordinasi Pembangunan.

(b) Sosialisasi PPWT, yaitu menyebarluaskan PPWT kepada masyarakat Kecamatan Blahbatuh yang ditetapkan sebagai wilayah konsentrasi pelaksanaan PPWT.

5. Karakteristik petani, yaitu ciri-ciri yang melekat pada diri petani yang menyusun identitas personalnya, yang meliputi:

(a) Jenis kelarnin, yaitu status jender responden yang dikategorikan sebagai laki-laki dan perempuan.

(b) Umur, yaitu umur petani pada saat penelitian dilaksanakan yang diukur dalam satuan tahun dengan pembulatan ke ulang tahun terdekat.

(c) Pendidikan, yaitu tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh petani, yang dikategorikan sebagai SD, SMP, SMA, Diploma, dan P T.

(d) Status perkawinan, yaitu status perkawinan responden yang dikategorilcan sebagai bujang, menikah, dan duda/janda .

(175)

(f) Status lahan, yaitu status penguasaan lahan garapan responden yang dikategorikan menjadi: milik, sakap, dan milik-sakap.

(g) Luas lahan, yaitu besarnya luas lahan garapan yang dikuasai oleh responden yang diukur dalam satuan are.

(h) Pengalaman berusahatani, yaitu lamanya petani menekuni matapencaharian di bidang pertanian yang diukur dalam satuan tahun sejak mulai berusahatani hingga penelitian dilaksanakan. (i) Motivasi berusahatani, yaitu faktor-faktor intrinsik dan faktor-faktor

ekstrinsik dalam bentuk kebutuhan: fisiologis, rasa aman, hubungan sosial, prestasi, dan aktualisasi diri yang mendorong petani menekuni matapencaharian di bidang pertanian

.

6. Faktor kelompok tani, yaitu faktor-faktor yang ada dalam kelompok yang dapat mempengaruhi perilaku komunikasi petani, yang meliputi:

(a) Status keanggotaan, yaitu posisi responden dalam struktur kelompok taninya yang dikategorikan sebagai anggota biasa dan pengurus. (b) Pola komunikasi kelompok, yaitu kecendrungan komunikasi yang

dikembangkan dalam kelompok, yang meliputi: arus informasi, sumber informasi, dan sasaran informasi.

(c) Pembinaan kelompok, yaitu bentuk kegiatan kelompok untuk meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan anggota, yang meliputi: penyuluhan, diskusi kelompok, lomba kelompok.

(176)

hubungan baik. Efektivitas komunikasi diukur berdasarkan persepsi petani dengan indikator-indikator:

(a) Pesan diterima, yaitu sampainya pesan-pesan PPWT pada petani yang diukur dengan: pengetahuan petani tentang PPWT, sikap menerima bantuan proyek PPWT, dan dapat diterapkannya proyek bantuan PPWT.

(b) Perasaan senang, yaitu wujud sikap petani terhadap komunikasi PPWT yang diukur dengan: membahas masalah petani, petani ikut dilibatkan, dan pendapat petani diperhatikan.

(c) Hubungan baik, yaitu terjalinnya hubungan komunikasi yang baik antara petani dan PPL yang diukur dengan: komunikasi dua arah, mencari solusi bersama, dan keputusan bersarna.

8. Kompetensi komunikasi PPL, yaitu keandalan PPL mengkomunikasikan pesan-pesan PPWT kepada petani yang diukur berdasarkan persepsi petani dengan indikator-indikator:

(a) Keterampilan komunikasi, yang diukur dengan: kemampuan mengucapkan kata-kata dengan jelas, kalimat mudah dimengerti, dapat menjawab pertanyaan dengan baik, terampil menggunakan alat bantu, dan kemampuan mengendalikan suasana pertemuan. (b) Sikap positif, yang diukur dengan: kesungguhan menyampaikan

pesan PPWT, dan usaha meyakinkan petani.

(177)

(d) Memahami aspek sosial budaya petani, yang diukur dengan penyuluhan dilaksanakan di luar kegiatan sosial, penyuluhan dilaksanakan di luar kegiatan ritual, dapat menerima tata cara petani berhubungan dengan PPL, dan hubungan petani akrab dengan PPL.

9. Sifat pesan PPWT, yaitu berbagai informasi teknis dan nonteknis

pelaksanaan PPWT yang berkaitan dengan usahatani kacang tanah, ikan, kakao, dan ternak sapi. Sifat-sifat pesan komunikasi PPWT diukur

berdasarkan persepsi petani dengan indikator-indikator:

(a) Isi pesan sesuai dengan jenis bantuan proyek, yang diukur berdasarkan: cara budidaya, cara pemeliharaan, cara panen, cara pascapanen, dan cara pemasaran.

(b) Kondisi fisik lapangan, yang diukur berdasarkan kesesuaian proyek dengan: kondisi tanah, air irigasi, iklim, dan cuaca.

(c) Status ekonomi petani, yang diukur berdasakan kesanggupan petani secara ekonomis untuk membiayai proses produksi, panen, pascapanen, dan pemasaran hasil.

(d) Potensi teknis petani, yang diukur berdasarkan: keterampilan petani, peralatan yang dimiliki petani, dan cara melaksanakan kegiatan. 10.Konteks komunikasi pertemuan kelompok, yaitu suasana komunikasi

(178)

(a) Kondisi sarana/prasarana, diukur berdasarkan: luas tempat pertemuan, jumlah perlengkapan, kualitas perlengkapan, jumlah alat bantu, dan kualitas alat bantu pertemuan.

(b) Kondisi lingkungan, diukur berdasarkan: keadaan cuaca dan suhu pada saat pertemuan, dan adanya gangguan yang diidentifikasi sebagai kebisingan.

(c) Interaksi partisipan, yaitu keterlibatan para petani dalam pertemuan, yang diukur berdasarkan : kesungguhan petani mengikuti pertemuan, kemauan petani bertanya, kemauan petani mengajukan usul, dan suasana menyenangkan.

(d) Frekuensi pertemuan, diukur dengan: banyak kali (hari) pertemuan sejak PPWT diperkenalkan hingga pelaksanaannya dan jumlah kehadiran petani.

11.Kompetensi komunikasi petani, yaitu keandalan petani menyimak pesan-pesan PPWT yang disampaikan oleh PPL yang diukur berdasarkan persepsi petani dengan indikator-indikator:

(a) Keterampilan berkomunikasi, yang diukur dengan: kemampuan petani mendengarkan, kemampuan mengertikan keterangan PPL, kemampuan bercakap-cakap dengan PPL, dan kemampuan mengertiltan istildl-istil.ah yang digu~lal<an oleh PPK.

(179)

(c) Pengetahuan, yaitu pengetahuan teknis dan nonteknis usahatani yang dimiliki petani yang dapat dikaitkan dengan proyek PPWT, yang diukur b,erdasarkan aspek: teknik budidaya, pemeliharaan, panen, pascapanen, dan pemasaran hasil.

(d) Memahami aspek sosial dan budaya, yang diukur dengan: penerimaan petani terhadap kehadiran PPL, menghargai PPL sebagai aparat pemerintah, menghargai prosedur kerja PPL, dan menghargai PPL sebagai bagian birokrasi pemerintah

Persepsi petani terhadap indikator-indikator dari masing-masing variabel diukur berdasarkan skor Skala Likert bernilai 1-5 (Mueller, 1992), di mana skor 1 diberikan untuk kategori jawaban sangat rendah dan skor 5 untuk kategori'jawaban s a g a t tinggi. Total skor yang diperoleh masing- masing responden dibandingkan dengan skor maksimal kemudian diformulasikan dalam bentuk persentase. Untuk menetapkan jawaban responden ke dalam salah satu kategori maka persentase skor yang diperoleh dicocokkan dengan kriteria yang telah disusun berdasarkan interval kelas. Interval kelas diperoleh dengan rumus sebagai berikut.

skor tertinggi - skor terendah i =

jumlah kelas

(180)
[image:180.588.82.512.118.449.2]

Tabel 2. Interval kelas dan kategori komponen-komponen ltomunikasi PPWT

Ke terangan:

SK sangat kompeten SS sangat sesuai

K kompeten S sesuai

Ck cukup kompeten CS cukup sesuai

KK kurang kompeten KS kurang sesuai

SKK sangat kurang kompeten SKS sangat kurailg sesuai

SM sangat mendukung SE sangat efektif

M mendukung E efektif

CM cukup mendukung CE cukup efektif

KM kurang mendukung KE kurang efektif

SKM sangat kurang mendukung SKE sangat kurang efektif

CK KK SKK CM KM SKM

Data sekunder dikumpulkan dengan metode pencatatan dokumen

C E KE SKE CS KS SKS > 52 - 68

> 36

-

52 20

-

36

dan kompilasi dari berbagai sumber, seperti: Bappeda, Badan Pusat C K

KK

SKK

(181)

Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah terkumpul terlebih dahulu diolah melalui tahapan: editing, coding, dan tabulasi (dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel silang). Proses penetapan PPWT, proses komunikasi PPWT, dan efektivitas komunikasi PPWT dianalisis secara deskriptif.

Untuk mengetahui hubungan antar variabel, seperti hubungan antara karakteristik petani dan efektivitas komunikasi PPWT, hubungan unsur-unsur komunikasi dan efektivitas komunikasi PPWT, dilakukan dengan analisis CHAID (Chi-square Automatic Interaction Detection). Menurut Suharjo (2002) CHAID merupakan suatu metode analisis eksplorasi data peubah ganda yang mengutamakan hasilnya dalam bentuk gambar. Metode yang merupakan salah satu bagian dari metode AID (Automatic Interaction Detection) ini secara umum dapat digunakan untuk menelusuri keterkaitan struktural antara peubah respon yang berjenis kategorik dengan peubah-peubah penjelas yang juga berjenis kategorik (ordinal atau nominal).

Dalam prosesnya CHAID memisahkan gugus data ke dalam beberapa kelompok secara bertahap.

Tahap pertarna adalah membagi data menjadi sejumlah anak gugus berdasarkan peubah penjelas yang paling signifikan dalam pemisahan tersebut, dimana kriteria uji yang digunakan adalah statistik Khi Kuadrat (X2) pada setiap pemilahan.

(182)

peubah penjelas tidak ada lagi yang dapat memilah kelompok sebelumnya secara signifikan.

(183)

PROFIL DAERAH PENELITIAN

A s p e k F i s i k

Secara geografis, Kabupaten Gianyar terletak antara 80'38'48'' dan 80'38'58" Lintang Selatan, 115'22'29'' dan 115'22'23'' Bujur Timur dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut.

Sebelah Utara :Kabupaten Bangli

Sebelah Timur :Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Bangli Sebelah Selatan :Kota Denpasar dan Selat Badung

Sebelah Barat :Kabupaten Badung

Luas wilayah Kabupaten Gianyar 368 km2 atau 36.800 h a yang meliputi tujuh kecamatan, 69 desa/kelurahan, 529 banjarldusun, 262 desa adat, dan 518 subak. Luas masing-masing kecarnatan yaitu: Sukawati (55,02 km2); Blahbatuh (39'70 krn2); Gianyar (50'59 krn2); Tampaksiring (42,63 km2); Ubud (42'38 km2); Tegallalang (61,80 km2); dan Payangan (75,88 krnz). Luas Kabupaten Gianyar hanya 6'53% dari luas

Gambar

Gambar 1. PROGRAM
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Program
Tabel 2. Interval kelas dan kategori komponen-komponen ltomunikasi PPWT
Gambar 3 Proses Komunikasi Penetapan Program
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, penulis memperhitungkan laju pertumbuhan jumlah mahasiswa aktif di masa lalu (Tahun Akademik 1998/1999 hingga 2003/2004) untuk mengestimasi waktu

Tahap awal dari penelitian ini adalah dengan melakukan studi pendahuluan dengan cara menanyakan segala hal yang berkaitan dengan penelitian ini ke Dinas Administrasi

Pada beberapa perusahaan yang mobilitas operasionalnya tinggi biaya untuk proses pemindahan bahan ini bisa mencapai 30% sampai 90% dari total biaya produksi karena

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan karena laba perusahaan merupakan

Ringkasnya, sebagaimana yang juga akan diuraikan kemudian, sumbangan utama Dawam dalam kaitannya dengan soal filsafat manusia bagi Ekonomi Pancasila bukanlah risalah filsafat

[r]

Dari sini, lahir kata ‘ afwu, yang berarti meninggalkan sanksi terhadap yang bersalah (memaafkan). Perlindungan Allah dari keburukan, juga dinamai ‘ a&gt;fiah. Perlindungan

Pelaporan yang saya lakukan bebas dari usaha pihak lain untuk mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi laporan pemeriksaan... DAFTAR PERNYATAAN UNTUK