commit to user
PENGARUH SUSU FORTIFIKASI BESI -ZINK
TERHADAP TINGKAT KESEGARAN JASMANI ANAK
USIA 7-9 TAHUN DI SEKOLAH DASAR SURAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama : Ilmu Biomedik Kesehatan Anak
Oleh :
Zusta’in Noor Adhim
S5906017
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PENGARUH SUSU FORTIFIKASI BESI DAN ZINK
TERHADAP TINGKAT KESEGARAN JASMANI
ANAK USIA 7-9 TAHUN DI SEKOLAH DASAR
SURAKARTA
Disusun oleh : Zusta’in Noor Adhim
S5906017
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal : 26 Juli 2010
Dewan Penguji
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK
NIP. 19480313 197610 1 001 ...
Sekretaris Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc, PhD
NIP. 19551021 199412 1 001 ...
Anggota Prof. Dr. Harsono Salimo, dr, SpA(K)
NIP. 19441226 197310 1 001 ... Endang Dewi Lestari, dr, MPH, SpA(K)
commit to user PERNYATAAN
Nama : Zusta’in Noor Adhim
NIM : S5906017
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pengaruh Susu Fortifikasi
Besi -Zink Terhadap Tingkat Kesegaran Jasmani Anak Usia 7-9 Tahun di
Sekolah Dasar Surakarta adalah betul-betul karya sendiri. Hal - hal yang bukan
karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 26 Juli 2010
Yang membuat pernyataan
commit to user KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Allah Swt tesis dengan judul Pengaruh Susu Fortifikasi
Besi - Zink Terhadap Tingkat Kesegaran Jasmani Anak Usia 7-9 Tahun di
Sekolah Dasar Surakarta dapat penulis selesaikan dengan bantuan dari
pembimbing dan berbagai belah pihak. Tesis ini disusun untuk memenuhi
persyaratan sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan
mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga.
Pertama-tama penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada para pembimbing yaitu Prof. Dr. Harsono Salimo, dr, SpA(K) dan dr. Endang
Dewi Lestari, SpA(K), MPH yang telah membuka wawasan penulis dan memberikan
arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis juga menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Harsono Salimo, dr, SpA(K) selaku Ketua
Program Studi PPDS I IKA FK UNS/RSDM yang telah memacu penulis untuk dapat
menyelesaikan tesis dan semua tugas di bagian IKA FK UNS dengan tepat waktu.
Penulis menyampaikan terima kasih pula kepada Prof. DR. Moch.
Syamsulhadi, dr, SpKJ(K) selaku Rektor UNS, Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD selaku
Direktur Program Studi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan Prof. DR. Didik
Tamtomo, dr, MM, Mkes, PAK selaku Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga
yang telah menuntun penulis dalam mengikuti pendidikan mencapai derajat Magister
commit to user
Penulis menyampaikankan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dinas Pendidikan Kota Surakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian di beberapa Sekolah Dasar Surakarta sampai selesai.
Kepada yang terhormat dan tercinta ayahanda Much Arya Soewita dan
ibunda Siti Cholidah, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga karena
berkat dorongan doa dan kasih sayang yang tak ada putusnya membuat penulis tegar
menghadapi berbagai cobaan dalam menyelesaikan pendidikan ini. Semoga Allah
SWT selalu memberikan kesehatan dan keselamatan kepada bapak dan ibu. Kepada
ayahanda mertua penulis Wiyono dan ibunda Ani Muntazmahal, penulis berterima
kasih atas segala doa dan perhatian kepada penulis selama ini. Semoga Allah SWT
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang melimpah.
Kepada yang tercinta dan terkasih, istri sekaligus sahabat terbaik yang
Allah SWT berikan, dr. Ika Fitria Cahyandari, penulis memohon maaf karena tidak
selalu dapat mendampingi dalam keadaan suka dan duka. Terima kasih atas segala
pengertian dan rasa sabar, serta tetaplah memiliki hati seluas samudera untuk penulis
dan anak-anak kita. Untuk anak-anakku tersayang, Atthaya Zusfaicha Ghafira dan
Ayla Ayya Sophia, penulis memohon maaf karena waktu bersama kalian kadang
tidak dapat penulis penuhi dikarenakan tugas yang menanti. Terima kasih telah
menjadi anak yang sholehah. Kalian adalah anugerah terbesar dan terindah dari Sang
Maha Kuasa.
Untuk dr. Aisyah, dr. Retno , dr. Hari dan teman-teman residen lain, terima
kasih atas segenap dukungan dan do’a yang diberikan. Penulis memohon maaf bila
commit to user
hati. Tetaplah menjadi sahabat yang terbaik walaupun jarak akan memisahkan kita
kelak. Semoga Allah SWT meridhoi semua langkah kita dalm mencapai cita-cita.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap kepala perawat dan
perawat di ruang PICU, Melati 2, KBRT, dan Poliklinik anak. Penulis mohon maaf
apabila banyak kata dan sikap penulis yang tidak berkenan. Kepada para dokter
muda, terima kasih telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas di bangsal
anak.
Akhir kata penulis mengharapkan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
dunia kedokteran terutama di bidang Ilmu Kesehatan Anak. Penulis memohon maaf
bila terdapat penulisan dan kata yang salah. Segala masukan akan penulis jadikan
kritik untuk membangun lebih baik lagi.
Terima kasih.
Surakarta, 26 Juli 2010
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... ii
PERNYATAAN... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
DAFTAR SINGKATAN ... xiii
ABSTRAK... xiv
ABSTRACT... xv
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 2
C. Tujuan Penelitian... 2
D. Manfaat Penelitian... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 5
A. Besi dan zink... 5
commit to user
C. Susu fortifikasi besi-zink... 8
D. Kesegaran Jasmani... 9
1. Definisi kesegaran jasmani... 9
2. Komponen-konponen kesegaran jasmani... 10
3. Pengukuran kesegaran jasmani ... 12
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani... 13
E. Hubungan antara susu fortifikasi besi- zink dengan kesegaran jasmani ... 14
F. Masa perkembangan anak………... 18
G. Kerangka berpikir... 19
K. Hipotesis... 20
BAB III. METODOLOGI... 21
A. Desain... 21
B. Tempat Dan Waktu... 21
C. Populasi... 21
D. Sampel Dan Cara Pemilihan Sampel... 21
E. Besar Sampel... 22
F. Identifikasi Variabel Penelitian... 23
G. Definisi Operasional... 23
H. Izin Subyek Penelitian... 26
I. Alur Penelitian... 27
commit to user
K. Jadwal Penelitian... 28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 29
A. Hasil Penelitian... 29
B. Pembahasan... 35
C. Kelemahan Penelitian ……….. 37
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 38
A. Simpulan... 38
B. Saran... 38
C. Implikasi Penelitian... 38
DAFTAR PUSTAKA... 39
commit to user DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kebutuhan besi berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin... 6
Tabel 2.2. Kebutuhan zink berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin... 6
Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian……... 29
Tabel 4.2. Karakteristik modified-Harvard step test score dan lama
step test ... 30
Tabel 4.3. Nilai rata-rata modified-Harvard step test score... 31
Tabel 4.4. Karakteristik modified-Harvard step test score ... 32
Tabel 4.5. Analisis regresi linier ganda tentang pengaruh fortifikasi besi-zink
pada susu terhadap tingkat kesegaran jasmani pada bulan ke-3.... 34
Tabel 4.6. Analisis regresi linier ganda tentang pengaruh fortifikasi besi-zink
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Grafik peningkatan modified-Harvard step test score... 31
Gambar 4.2. Perbedaan selisih peningkatan modified-Harvard step test score
sebelum dan setelah 3 bulan pemberian susu yang difortifikasi
besi-zink... 32
Gambar 4.3. Perbedaan selisih peningkatan modified-Harvard step test score
sebelum dan setelah 6 bulan pemberian susu yang difortifikasi
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penjelasan penelitian... 43
Lampiran 2 Persetujuan penelitian ……….. 44
Lampiran 3 Kuisioner penelitian ... 45
Lampiran 4 Data dasar hasil penelitian... 49
commit to user DAFTAR SINGKATAN
ATP = Adenosin Tri Phosphat
Hb = Hemoglobin
ACSPFT = Asean Commite The Standartdization of Physical Fitness Test
IET = Indeks Efisiensi Tubuh
BB = Berat Badan
SD = Sekolah Dasar
HR = Heart Rate
IPB = Institut Pertanian Bogor
LLA = Lingkar Lengan Atas
CI = Confidence Interval
commit to user ABSTRAK
Zusta’in Noor Adhim, S5906017. 2010. Pengaruh Susu Fortifikasi Besi - Zink Terhadap Tingkat Kesegaran Jasmani Anak Usia 7-9 Tahun di Sekolah Dasar Surakarta. Tesis: Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar belakang: Defisiensi zat gizi mikro merupakan masalah kesehatan di negara berkembang. Besi dan zink merupakan zat gizi mikro yang essensial untuk tubuh. Kekurangan dua jenis zat gizi mikro ini akan menyebakan kelainan pertumbuhan dan perkembangan yang berpengaruh terhadap tingkat kesegaran jasmani.
Metoda: Penelitian uji klinis, acak, kasus-kontrol dilakukan pada 220 anak gizi kurang, 114 anak masuk ke dalam kelompok studi yang mendapat susu yang mengandung iron pyrophosphate (12,15 mg) and zinc sulfate (4,4 mg), 106 dimasukkan ke dalam kelompok kontrol. Kesegaran jasmani diukur dengan menggunakan modified-Harvard step test. Analisa statistik menggunakan SPSS versi 16.0.
Hasil: Rata-rata harvard step test score pada kelompok studi saat awal penelitian adalah 10.829,32 (SD ± 6.803,15), dan pada kelompok kontrol adalah 6.407,06 (SD ± 3.220,03). Setelah 6 bulan pemberian suplementasi, rata-rata harvard step test
score pada kelompok perlakuan naik menjadi 27.037,92 (SD + 5.757,64) dan pada
kelompok kontrol naik menjadi 21.5333,14 (SD ± 7.176,76). Terdapat perbedaan peningkatan harvard step test score sebesar 4388.9 points pada kelompok perlakuan
(p =<0.001; 95 % CI 2548.3 – 6229.6).
Simpulan: Pemberian susu fortifikasi besi-zink berpengaruh terhadap peningkatan tingkat kesegaran jasmani secara bermakna.
commit to user ABSTRACT
Zusta’in Noor Adhim, S5906017. 2010. Effects of Milk Fortified with Iron and Zink on Physical Fitness of Schoolchildren in Surakarta. Thesis: Master Program in Family Medicine, Post-Graduate Program, Sebelas Maret University Surakarta.
Background: Micronutrients deficiency is one of health problems in most developing countries. Iron and zinc are essential micronutrients for human body, Deficiency of these micronutrients may cause disorders on growth and development process leading to physical fitness disturbances.
Methods: A double blind randomized controlled trial was conducted to total 220 underweight children, 114 children in study group supplemented with 27 gram of milk fortified with iron pyrophosphate (12,15 mg) twice daily, and zinc sulphate (4,4 mg), 106 were in control group. Physical fitness was measured using modified-Harvard step test. Statistical analyses were performed with SPSS for Windows version 16.0.
Results: Baseline data of modified-Harvard step test score in study group was 10,829.3 (SD ± 6,803.2), and control group was 6,407.1 (SD ± 3,220.0). After 6 months, modified-Harvard step test score in intervention group was 27,037.9 (SD + 5,757.6) and in control group was 21,5333.1 (SD ± 7,176.6). There was improvement 4388.9 points of Harvard step test score in study groups 6 months intervention (p
=<0.001; 95 % CI 2548.3 – 6229.6).
Conclusion: Supplementation of milk fortified with iron and zinc was increasing of physical fitness in underweight schoolchildren significantly
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mineral merupakan zat makanan yang diperlukan tubuh dalam jumlah
sedikit, tetapi seringkali menimbulkan masalah gizi karena konsumsinya yang tidak
terpenuhi, tak terkecuali dengan zink dan besi. Unsur mineral ini penting peranannya
dalam proses metabolisme zat gizi lain seperti karbohidrat, lemak dan protein.
Mineral bersifat essensial bagi tubuh karena merupakan unsur organik yang tidak
dapat dikonversikan dari zat gizi lain sehingga harus selalu tersedia dari makanan
yang dikonsumsi (Arifin, 2008; Ekweagu, 2008).
Masalah defisiensi zat gizi mikro seperti defisiensi zink dan besi merupakan
masalah kesehatan masyarakat di banyak negara berkembang (Wieringa, 2007).
Masalah kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya
persediaan pangan, kurangnya baiknya kualitas hidup (sanitasi), kurang sadarnya
masyarakat akan pengetahuan gizi dan adanya daerah miskin gizi. Keadaan ini
mengakibatkan asupan zat gizi yang tidak mencukupi. Tingkat sosial ekonomi yang
rendah menyebabkan turunnya daya beli masyarakat terhadap bahan makanan
dengan kandungan besi dan zink yang tinggi, seperti yang terdapat pada protein
hewani (Bhuta, 2007; Prasad, 2003).
Zink dan besi merupakan mikronutrein esesnsial untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh serta sistem imun manusia (Lestari, 2009). Defisiensi
mikronutrien tersebut diatas menyebabkan penurunan sistem imun, gangguan
commit to user
berpengaruh terhadap tingkat kesegaran jasmani (Penny, 2003; Gera, 2007). Tingkat
kesegaran jasmani pada masa anak-anak merupakan aspek yang sangat penting
dalam tercapainya perkembangan dan pertumbuhan yang optimal (Lestari, 2009).
Berbagai cara telah dilakukan untuk menanggulangi masalah defisiensi gizi
seperti penyuluhan gizi, pemberian bantuan pangan, suplementasi gizi, diversifikasi
pangan dan fortifikasi pangan. Pemberian suplementasi mikronutrien zink dan besi
merupakan suatu alternatif untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi
dari asupan makanan sehari-hari (Nasution, 2004; Siagaan, 2004). Susu fortifikasi
merupakan media yang menarik untuk meningkatkan asupan zat gizi mikronutrien
besi-zink dalam populasi masyarakat (Villalpando, 2006). Perlu adanya penelitian
untuk mengetahui efektivitas susu yang difortifikasi besi-zink terhadap kesegaran
jasmani.
B. Rumusan masalah
Apakah pemberian susu yang telah difortifikasi besi-zink selama 6 bulan
dapat meningkatkan kesegaran jasmani pada anak dengan gizi kurang usia 7-9 tahun
di Surakarta.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menganalisa efek pemberian susu yang telah difortifikasi dengan besi-zink
terhadap tingkat kesegaran jasmani pada anak dengan gizi kurang usia 7-9
commit to user 2. Tujuan khusus
i. Mengukur kadar hemoglobin pada anak sekolah dasar di Surakarta.
ii. Mengukur status antropometri anak sekolah dasar usia 7-9 tahun di
Surakarta.
iii. Mengukur status gizi pada anak sekolah dasar di Surakarta.
iv. Mengukur tingkat kesegaran jasmani pada anak gizi kurang di sekolah
dasar Surakarta.
v. Mengevaluasi efek pemberian susu fortifikasi besi - zink terhadap
tingkat kesegaran jasmani pada anak gizi kurang di sekolah dasar
Surakarta
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bidang akademik
Memberikan bukti empiris efek pemberian susu yang telah difortifikasi
dengan besi-zink terhadap tingkat kesegaran jasmani pada anak dengan gizi
kurang usia 7-9 tahun.
2. Manfaat bidang pelayanan
Memberikan informasi kepada masyarakat, pemerintah dan produsen
mengenai perlu tidaknya pemberian susu yang telah difortifikasi dengan
commit to user 3. Manfaat untuk kedokteran keluarga
Memberikan masukan mengenai pilihan susu dengan fortifikasi besi-zink
sebagai suplementasi pada anak dengan tujuan untuk meningkatkan
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Besi dan zink
Besi dan zink merupakan mikronutrien yang sangat essensial bagi tubuh.
Proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta sistem imun pada manusia
dipengaruhi oleh kedua mikronutrien ini (Walker, 2005; Lestari 2009). Besi
dibutukan untuk perkembangan psikomotor, aktivitas fisik dan kemampuan kerja
serta pencegahan terhadap infeksi (Duran, 2003). Zink terlibat dalam sejumlah besar
proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai kofaktor, zink dapat meningkatkan
aktivitas enzim. Lebih dari 200 enzim dalam tubuh yang proses metabolismenya
bergantung pada zink, salah satu diantaranya diantaranya carbonic anhidrase yang
berperan penting terhadap metabolisme yang terjadi dalam tubuh (Gera, 2007).
Kebutuhan besi di dalam tubuh bayi baru lahir cukup bulan bejumlah sekitar
7-8 mg per hari. Bayi yang berumur 6 bulan membutuhkan kira-kira 0,5-0,8 mg/kgbb
besi per hari, hal ini dikarenakan konsumsi energi yang cukup tinggi untuk
pertumbuhan. Pada masa kanak-kanak berikutnya, kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan menurun sampai 0,2-0,3 mg/kgbb per hari, dan bertambah lagi selama
pertumbuhan menuju remaja sebanyak 0,5-1 per hari. Seorang gadis remaja
memerlukan besi sedikit lebih banyak untuk memenuhi kehilangan basal dan
kehilangan darah pada saat periode menstruasi (Raspati, 2005; National Institute of
Health, 2008).
Kebutuhan zink bagi tubuh berdasarkan rekomendasi dari Departemen
commit to user
membutuhkan zink kurang lebih dua miligram per hari. Hal ini sangat diperlukan
terutama untuk perkembangan dan pertumbuhan linier yang sangat pesat pada saat
lahir. Pada anak-anak memperlihatkan bahwa bahwa konsumsi lima sampai delapan
miligram zink dalam sehari akan cukup untuk memenuhi kebutuhan zink sehari-hari.
Kebutuhan zink pada anak-anak bertambah pada saat mereka memasuki masa
remajanya, terutama saat masa pertumbuhan cepat diaman kebutuhannya sekitar
sebelas miligram per hari. Pada masa hamil dan menyusui seorang wanita akan
memerlukan tambahan zink lebih banyak lagi yaitu sekitar empat belas miligram
perhari (National Institute of Health, 2008; Ho, 2008).
Tabel 2.1. Kebutuhan besi berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin.
Kelompok Umur Tingkat Usia Kebutuhan Besi (mg/hari) Sumber : National Institute of Health, 2008
Tabel 2.2. Kebutuhan zink berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin.
commit to user
B. Kekurangan besi dan zink
Salah satu pengaruh defisiensi besi adalah pada metabolisme energi. Energi
digunakan untuk kontraksi otot/aktivitas fisik dan aktivitas biologis. Setiap energi
yang dibutuhkan untuk kontraksi otot adalah Adenosin Tri Phosphat (ATP). ATP ini
diperoleh melalui tiga macam proses, yaitu : sistem fosfagen, glikolisis anaerobik
dan glikolisis aerobik (Wieringa, 2007; Gera, 2007).
Defisiensi besi dan zink sering terjadi secara bersamaan. Makanan yang
mengandung zat besi tinggi biasanya juga mempunyai kandungan zink yang tinggi
juga. Sebagian besar protein hewani merupakan sumber zat besi dan zink yang
tinggi. Proses absorbsi zat besi dan zink dalam saluran pencernaan dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang sama. Besi dan zink akan dihambat penyerapannya oleh makanan
yang mengandung fitat dan serat, sedangkan asam askorbat akan memacu
penyerapan besi dan zink didalam usus (Etcheverry, 2006; Chiplonkar, 2005).
Defisiesi zink merupakan kondisi dengan kadar zink dalam plasma darah
kurang dari 8,5 mmol/L, (Prasad, 2003) Kadar feritin di dalam serum darah kurang
dari 12µg/liter termasuk dalam defisiensi besi (Raspati, 2005). Defisiensi dari kedua
unsur mineral masih banyak terjadi di negara berkembang. Asupan bahan makanan
yang kurang mengandung zat besi dan zink serta pola asupan makanan yang salah,
menjadi penyebab utama terjadinya kondisi tersebut (Bhutta, 2007; Hambidge,
2000). Sebagian anak-anak Indonesia mendapatkan intake mikronutrien yang kurang
(Lestari, 2009).
Zat besi merupakan komponen utmama dari hemoglobin (Hb), sehingga
commit to user
merupakan keadaan yang paling banyak dikenal luas sebagai akibat dari kekurangan
besi (Raspati, 2005; Thu, 1999). Keadaan defisiensi besi yang berlangsung lama dan
terus-menerus akan menyebabkan penurunan pembentukan sel darah merah
berkurang. Hal ini akan berpengaruh terhadap proses oksigenasi dan pembentukan
ATP, sehingga kan terjadi penurunan aktivitas tubuh (Sheshadri, 2006; Arifin, 2008).
Kekurangan zink secara umum akan menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan perkembangan, gangguan daya tahan tubuh dan gangguan metabolisme sel
(Prasad, 2003). Gangguan metabolisme sel-sel tubuh pada keadaan kekurangan zink
disebabkan oleh karena zink berperan penting terhadapap lebih dari 200 enzim dalam
tubuh. Salah satu diantaranya adalah carbonic anhidrase. Enzim ini berperan dalam
katalisator CO2 + H2O menjadi HCO3- + H+. Penumpukan CO2 akan berpengaruh
terhadap ikatan sel darah terhadap O2. Tanpa adanya O2 yang mencukupi, berbagai
proses metabolisme aerob di dalam sel tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga
tubuh tidak dapat menjalakan aktivitas secara optimal (Geers, 2000).
C. Susu fortifikasi besi-zink
Telah banyak penelitian dilakukan untuk mengatasi defisiensi besi dan zink
yang terjadi di masyarakat. Di beberapa negara berkembang, dengan tingkat ekonomi
masyarakat masih rendah dan mengingat penyebab tersering terjadinya kekurangan
besi dan zink adalah rendahnya asupan makanan yang mengandung kedua mineral
tersebut, maka pemberian suplementasi besi dan zink merupakan cara yang paling
commit to user
defisiensi besi dan zink yang terjadi pada penduduk di negara berkembang
(Shrimpton, 2005).
Suplementasi besi-zink mempunyai hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan suplementasi besi dan zink secara bersamaan bila diberikan dalam bentuk
cair (Lind, 2005). Beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa susu yang
difortifikasi mikronutrien merupakan cara termudah untuk dapat mengatasi defisiensi
mikronutrien. Susu yang difortifikasi besi-zink menurunkan prevalensi anemia dan
meningkat status besi (Villalpando, 2006). Oleh sebab itu saat ini banyak
dikembangkan penelitian tentang suplementasi besi dan zink dalam berbagai bentuk
seperti biskuit, susu, mie, sereal maupun tepung untuk mengetahui efektifitas dan
efisiensinya (Nasution, 2004; Siagian, 2004).
D. Kesegaran jasmani
1. Definisi Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani merupakan modal dasar yang sangat penting bagi
manusia. Manusia yang sehat dan memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik
akan mampu berprestasi dalam pekerjaan sehingga tingkat produktivitas akan
meningkat (Harold, 1998). Bagi anak-anak kesegaran jasmani memegang peranan
penting terhadap proses pertumbuhan dan perkembangannya dan bagi pelajar hal
tersebut dibutuhkan untuk mempertinggi kemampuan belajar (Eliyus, 2005).
Kesegaran jasmani tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan. Batasan sehat secara
fisiologis artinya suatu keadaan dimana organ-organ tubuh dapat berfungsi secara
commit to user
dengan baik, sehingga seseorang tidak mengalami gangguan pada saat beraktifitas
(Lutan, 2002).
Kesegaran jasmani atau physical fitness adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan pekerjaan atau aktivitas fisik sehari-hari dengan mudah tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai kesanggupan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan lain. Kesegaran jasmani menunjukkan bahwa tubuh
mampu menunaikan tugasnya dengan kapasitas fungsional secara total dan
memberikan hasil yang terbaik atau memuaskan (Nuharsono, 2006).
2. Komponen-komponen kesegaran jasmani
Kesegaran jasmani mencakup pengertian yang sangat luas dan kompleks.
Terdapat tiga macam aspek kesegaran yaitu (1) kesegaran fisik, (2) kesegaran
organik, (3) kesegaran motorik. Kesegaran fisik menunjukkan penampilan badan,
seperti berat badan dan tinggi badan. Kesegaran organik biasanya diukur melalui
tekanan darah, denyut nadi dan perhitungan tekanan darah. Kesegaran motorik atau
motor fitness yang terdiri atas kekuatan, kelincahan, keluwesan, daya tahan otot dan
keseimbangan (Ateng, 1999).
Untuk dapat memahami konsep kesegaran jasmani yang baik, diperlukan
pengetahuan tentang komponen-komponen kesegaran jasmani.
Komponen-komponen kesegaran jasmani merupakan satu kesatuan dan memiliki keterkaitan
yang erat antara satu dengan yang lain, dan masing-masing komponen memiliki
ciri-ciri tersendiri serta fungsi pokok. Agar seseorang dapat dikatakan tingkat kesegaran
commit to user
terbaik (Harold, 1998; Nuharsono, 2006). Komponen-komponen kesegaran jasmani
terdiri atas:
1). Daya tahan kardiovaskuler (Cardiovaskuler endurance),
2). Daya tahan otot (Muscle endurance),
3). Kekuatan otot (Muscle strenth),
4). Kelenturan (Flexibility),
5). Komposis tubuh (Body composition),
6). Kecepatan gerak (Speed of movement),
7). Kelincahan (Agility),
8). Keseimbangan (Balance),
9). Kecepatan reaksi (Reaction time),
10). Koordinasi (Coordination).
Kesegaran jasmani paling tidak harus didukung oleh empat komponen antara
lain daya tahan kardiorespirasi, daya tahan otot, kekuatan otot dan kelentukan.
Keempat komponen tersebut memegang peranan yang sangat penting dalam
menetukan tingkat kesegaran jasmani seseorang. Daya tahan kardiovaskuler adalah
keadaan dimana jantung seseorang mampu bekerja dengan mengatasi beban berat
selama suatu kerja tertentu. Kemampuan untuk melakukan aktivitas berat dan
berlangsung lama tergantung efisien gabungan dari pembuluh darah, jantung dan
paru-paru (Lutan, 2002, Nuharsono, 2006). Daya tahan otot adalah kemampuan otot
atau kelompok otot dalam melakukan kerja terus-menerus dan berulang kali dengan
kekuatan sub maksimal dalam waktu yang cukup lama. Kekuatan otot
commit to user
Otot yang kuat secara efisien membawa kemudahan untuk melakukan pekerjaan
yang berat. Kelentukan adalah keleluasaan gerak tubuh pada persendian yang sangat
dipengaruhi oleh elastistas otot, tendon, ligamen sekitar sendi dan sendi itu sendiri
(Pamungkas, 2007).
3. Pengukuran kesegaran jasmani
Tes kesegaran jasmani bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan
jasmani (Ateng, 1999). Ada dua manfaat dari mengukur kesegaran jasmani seseorang
yaitu :
1. Untuk mengetahui kondisi atau status kesegaran jasmani seseorang, sekaligus
diupayakan program latihan yang sesuai untuk pemeliharaan atau
peningkatan kesegaran jasmaninya.
2. Sebagai cara untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan program
latihan fisik yang dilakukan.
Beberapa jenis tes kesegaran jasmani dapat dilakukan oleh diri sendiri secara
mandiri, tetapi ada pula yang perlu dilakukan oleh tenaga-tenaga khusus dengan
peralatan yang cukup pula. Terdapat banyak cara melakukan tes kesegaran jasmani
antara lain :
a. Harvard Step Test
b. Indiana Physical Fitness Test
c. Asean Commite The Standartdization of Physical Fitness Test (ACSPFT)
d. Tes jalan dan lari 2,4 km atau tes lari 12 menit
commit to user
Harvard Step Test memiliki keuntungan berupa :
1. Semua peserta dapat melakukan gerakannya
2. Pengawasan dan penyelenggaraan relatif mudah
3. Faktor bahaya sangat sedikit kemungkinannya
4. Sarana dan prasarana memungkinkan tes ini dilakukan di sekolah
Untuk itu diperlukan alat-alat seperti berikut :
1. Bangku
2. Stopwatch
3. Metronom
Pelaksanaan tes ini dilakukan dalam satu hari sesuai ketentuan. Setiap hasil
dicatat dan dimasukkan dalam Indeks Efisiensi Tubuh (IET), sehingga akan
diperoleh kategori kesegaran jasmani yang sesuai dengan norma dan nilai standar
IET (Ateng, 1999; Nuharsono, 2006).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani
Secara umum kesegaran jasmani dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi genetik, usia dan jenis kelamin
(Eliyus, 2005, Harold, 1998). Pengaruh genetik terhadap kekuatan otot pada
umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot. Kekuatan otot yang
merupakan salah satu komponen dalam kesegaran jasmani berbeda antara wanita dan
pria. Semakin bertambah umur daya tahan kardiorespirasi meningkat. Peningkatan
kekuatan ini sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah usia pubertas pria
commit to user
Sedangkan faktor eksternal berupa zat gizi, aktifitas fisik, kebiasaan hidup
sehat , lingkungan dan lain-lain. Makanan bergizi mempengaruhi kesehatan dan
kesegaran jasmani. Kandungan zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kita berperan
dalam kesehatan sehininggta dapat tercapai kesegaran jasmani yang optimal. Zat-zat
gizi tersebut adalah protein, hidrat arang, lemak, mineral, vitamin dan air (Suniar,
2002). Aktivitas fisik terutama latihan yang bersifat aerobik, apabila dilakukan
secara teratur akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi. Tingkat kesegaran
jasmani yang baik akan mengembangkan kemampuan, meningkatkan kreasi dan
daya tahan dari setiap manusia yang berguna untuk mengoptimalkan aktivitas kerja
(Lutan, 2002, Harold, 1998).
E. Hubungan antara susu fortifikasi besi-zink dengan kesegaran jasmani
Menurut American Dietetic, Dietitians of Canada, dan The American College
of Sport Medicine menjelaskan bahwa aktifitas fisik, athletic performance dan
pemulihan setelah melakukan latihan gerak badan yang meningkat bisa didapat
dengan mengkonsumsi nutrisi yang optimum (Suniar, 2002). Faktor yang
mempengaruhi kesegaran jasmani salah satunya adalah gizi. Gizi yang cukup akan
mampu meningkatkan kesegaran jasmani. Aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari
dapat meningkatkan kesegaran jasmani seseorang yang tidak terlepas dari
pemenuhan zat gizi yang mencukupi (Hidayat, 2003).
Mikronutrien memegang peranan penting dalam produksi energi, sintesis
hemoglobin, memelihara kesehatan tulang, fungsi imun yang cukup dan
commit to user
proses pemulihan dari latihan fisik. Latihan fisik melibatkan banyak proses
metabolisme. Hal ini meningkatakan kebutuhan akan zat-zat mikronutrien (Wieringa,
2007).
Zat besi dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin dan mioglobin yang
menentukan banyak sedikitnya O2 yang dibebaskan (Wieringa, 2007). Kurang lebih
4% besi di dalam tubuh berada sebagai myoglobin dan senyawa–senyawa besi
sebagai enzim oksidatif seperti cytochromes dan flavoprotein. Myoglobin ikut dalam
transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk ke dalam sel-sel otot.
Cytochromes, flavoprotein dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung zat
besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi (Nasution, 2004).
Hasil akhir dari proses oksidasi ini berupa Adenosin Tri Phosphat (ATP). ATP
merupakan molekul berenergi. ATP sangat diperlukan untuk melakukan aktivitas
fisik. Sehingga apabila tubuh mengalami defisiensi besi maka ATP yang terbentuk
akan berkurang (Wieringa, 2007). Defisiensi besi dapat menyebabkan kerusakan otot
dan membatasai kapasitas kerja. Sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan
tubuh untuk beraktivitas secara baik. Jika kondisi ini berlangsung terus sebagai
akibat pemasukan zat besi yang tidak mencukupi kebutuhan, dapat memberikan
dampak buruk terhadap kesehatan baik secara mental dan juga fisik (Nasution, 2004;
Suniar 2002). Hal ini akan menurunkan tingkat kesegaran jasmani. Status zat besi
yang baik akan dapat memperbaiki kapasitas kerja dan daya tahan tubuh,
meningkatkan proses transportasi oksigen ke seluruh tubuh dan mengurangi
commit to user
Zink memainkan suatu peranan dalam pertumbuhan, membangun dan
memperbaiki jaringan otot, proses produksi energi dan meningkatkan status imun
tubuh. Zink berperan dalam sinstesis dan transkipsi protein, yaitu dalm proses
regulasi sel. Zink merupakan komponen penting pada struktur dan fungsi membran
sel, sebagai antioksidan, dan melindungi tubuh dari serangan lisis peroksidase. Ikatan
enzim zink merupakan katalis reaksi hidrolitik lebih dari 200 macam enzim.
Diantaranya enzim carbonic anhidrase, enzim carboxy peptidase, enzim
alkalinfosfatse dan enzim amino peptidase (Ekweuagu, 2008; Hambigde, 2000).
Enzim carbonic anhidrase berperan dalam proses katalisasi CO2 dalam
darah. Enzim carboxy peptidase mengkatalisis protein dalam pankreas. Enzim alkali
fosfatase menghidrolisis fosfat dalam berbagai jaringan dan enzim aminopeptidase
menghidrolisis paptida dalam ginjal (Arifin, 2008). Individu yang kekurangan zat
gizi mikronutrien besi dan zink mempunyai kemampuan bekerja lebih rendah
dibandingkan dengan yang cukup gizi, dan kemampuannya akan berkurang dengan
habisnya cadangan makanan selama melangsungkan suatu kegiatan (Suniar, 2002).
Zink berperan sebagai katalisatsor enzim karbonik anhidrase. Enzim ini
sendiri diperlukan tubuh untuk mengkatalisis proses CO2 + H20 menjadi HCO3- + H+
dan proses sebaliknya. Proses metabolisme sel akan menghasilkan CO2 sebagai salah
satu hasil akhir. Saat tubuh beraktivitas atau melakukan latihan fisik yang
terus-menerus dan berlangsung lama, akan terjadi peningkatan CO2. Peningkatan kadar
CO2 dalam darah akan mengakibatkan ikatan hemoglobin terhadap O2 berkurang.
Transport O2 untuk oksigenasi sel-sel tubuh akan terganggu, sehingga metabolisme
commit to user
anhidrase . Peningkatan aktivitas enzim ini akan mencegah penumpukan CO2 yang
terjadi (Grees, 2000; Breton, 2001).
Aktivitas atau latihan fisik melibatkan otot-otot dalam tubuh. Metabolisme
yang terjadi pada saat tubuh melakukan latihan fisik bersifat aerobik. Tubuh
memerlukan O2 yang cukup untuk dapat melakukan aktivitas fisik yang optimal
(Lutan, 2002; Harold, 1998). Kadar hemoglobin dan kapasitas ikatan yang cukup
mempunyai peranan penting untuk itu. Proses aktivitas fisik akan menjadi lebih baik
dengan kandungan zat besi dan zink yang mencukupi kebutuhan yang diperlukan
oleh tubuh (Suniar, 2002; Arifin, 2008).
Aktivitas atau latihan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran
jasmani. Latihan fisik adalah suatu kegiatan fisik menurut cara dan aturan tertentu
yang mempunyai sasaran peningkatan kesegaran jasmani, peningkatan yang
diperoleh antara lain berupa peningkatan gerak, tidak cepat lelah, peningkatan
ketrampilan dan lainnya (Ateng, 1999; Nuharsono, 2006). Latihan yang bersifat
aerobik akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi. Latihan olahraga dapat
merangsang pertumbuhan badan berkembang sesuai batas potensinya. Latihan fisik
yang terencana, terstruktur, dilakukan berulang-ulang dapat meningkatkan kesegaran
jasmani. Dengan latihan olahraga / melakukan kegiatan fisik yang baik dan benar
berarti seluruh organ tubuh dipacu untuk menjalankan fungsinya sehingga mampu
beradaptasi terhadap setiap pembebanan yang diberikan (Eliyus, 2005, Pamungkas,
commit to user F. Masa perkembangan anak
Anak usia sekolah merupakan kelompok yang sangat perlu diperhatikan
kebutuhan gizinya, karena mereka dalam masa pertumbuhan. Kekurangan akan
kebutuhan gizi pada masa anak-anak akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan
jasmaninya. Usia paling rawan dalam periode perkembangan anak adalah pada masa
pra-sekolah (1-6 tahun), oleh karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah
commit to user
Keterangan : Tingkat kesegaran jasmani akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah umur, jenis kelamin, genetik, nutrisi, dan aktivitas fisik.
Kekurangan besi dan zink merupakan salah satu bagian dari faktor nutrisi.
Kekurangan besi akan mengakibatkan penurunan proses sintesis hemoglobin dan
mioglobin yang menyebabkan proses transportasi oksigenasi untuk kebutuhan
metabolisme seluruh tubuh terganggu. Kekurangan besi juga akan mengakibatkan
penurunan proses metabolisme energi untuk sehingga akan mengganggu aktivitas
fisik. Hal-hal diatas akan menyebabkan gangguan kesegaran jasmani. Kekurangan
zink akan mengakibatkan gangguan pada proses perbaikan otot, pembentukan energi
dan gangguan pada metabolisme yang diperantarai enzim carbonic anhidrase. Faktor
lainnya yaitu umur dan aktivitas fisik. Untuk menghindari faktor perancu umur,
maka dalam penelitian ini yang masuk sebagai subyek penelitian adalah anak dengan
usia 7-9 tahun. Faktor yang lain yaitu genetis, lingkungan dikendalikan dengan
menyamakan tingkat penghasilan orang tua.
H. Hipotesis
Terdapat pengaruh pemberian susu yang difortifikasi besi-zink selama enam
bulan terhadap tingkat kesegaran jasmani pada anak sekolah gizi kurang usia 7-9
commit to user BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan uji klinis (randomized controll trial) untuk
menganalisa pengaruh pemberian susu yang difortifikasi dengan besi dan zink
terhadap tingkat kesegaran jasmani. Randomisasi dilakukan terhadap Sekolah Dasar.
B. Tempat dan waktu
Penelitian dilakukan di 10 sekolah dasar (SD) di Surakarta (SD Purwoprajan,
SD Balapan, SD Joyontakan, SD Sawahan 2, SD Purwotomo, SD Sumber 5, SD
Krajan, SD Debegan, SD Bumi 2, SD Begalon 2) antara Juli 2007-Januari 2008.
C. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah semua anak gizi kurang di sekolah
dasar Surakarta. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak dengan gizi
kurang berusia 7-9 tahun di sekolah dasar di Surakarta.
D. Sampel dan cara pemilihan sampel
Penganbilan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling anak di
sekolah dasar miskin di Surakarta, yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
commit to user
b. Murid SD di Surakarta yang orang tuanya mempunyai tingkat
pendapatan rendah yaitu kurang atau sama dengan Rp. 25.000/hari
c. Gizi kurang ( P5 < bb/u < P10, CDC 2000).
d. Tidak dalam keadaan sakit atau dalam tahap penyembuhan dari sakit
e. Tidak merokok
f. Orang tua memahami informasi penelitian dan menandatangani
informed consent
2. Kriteria eksklusi
a. Anak dengan kadar hemoglobin kurang dari 8 gr/dl.
b. Sampel yang pada saat dilaksanakan penelitian tidak masuk sekolah
c. Sampel yang pada saat dilaksanakan penelitian tidak ada ditempat
atau lokasi penelitian
E. Besar sampel
Besar sampel pada penelitian ini menggunakan besar sampel untuk uji klinis
dengan rumus sebagai berikut:
P1 x (100-P1 ) + P2 x (100-P2 )
n (per group) = --- x f (ά,β) (P1–P2) 2
Dengan perkiraan susu dengan fortifikasi besi dan zink akan mempunyai
tingkat keberhasilan 95% (P1) dan plasebo akan memberikan keberhasilan 80% (P2)
sedangkan nilai ά adalah 0,05 dan β adalah 0,1 didapatkan nilai f 10,5, maka jumlah
sampel yang dibutuhkan yaitu 92,2 orang ditiap kelompok dibulatkan menjadi 100
commit to user
dimasukkan seluruh anak usia 7-9 tahun dengan gizi kurang di sekolah dasar
Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi.
F. Identifikasi variabel penelitian
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian susu yang difortifikasi
dengan besi dan zink sedang variabel tergantungnya adalah tingkat kesegaran
jasmani.
G. Definisi operasional
1. Susu yang difortifikasi besi dan zink
Pada kelompok perlakuan diberikan susu satu sachet yang dilarutkan dalam
air 200 cc yang mengandung 12,15 mg iron phyrophosphate dan 4,4 mg
zinc sulfate pada pagi hari dan sore hari, sedangkan pada kelompok kontrol
diberikan susu dengan kandungan 0,47 mg iron phyrophosphate dan 1,63
mg zinc sulfate. Susu diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.
Pada pagi hari anak-anak minum susu bersama-sama diawasi oleh guru wali
kelas di dalam kelas, sedangkan pada sore hari diawasi oleh orang tua di
rumah di rumah masing-masing. Susu diberikan selama 6 bulan. Guru dan
orang tua murid di rumah menuliskan catatan harian tentang susu yang
diberikan.
2. Kesegaran Jasmani
commit to user
Kapasitas faali atau kapasitas fungsional yang dapat meningkatkan
kualitas kehidupan.
b. Alat Ukur: Harvard Step Test
c. Cara pelaksanaan:
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Harvard Step Test .
Tes ini menggunakan bangku untuk mengukur kemampuan daya
tahan sistem jantung dan paru seseorang. Tujuan dari tes ini adalah
mengukur kemampuan tubuh seseorang untuk menyesuaikan terhadap
beban kerja dan pulih asal dari kerja tersebut. Caranya dengan
mengukur denyut nadi pemulihan setelah seseorang naik turun
bangku. Ketinggian bangku, irama naik turun bangku, lama naik turun
bangku dan kapan mengukur denyut nadi pemulihan merupakan
indikator dari penilaian tes ini. Bangku yang digunakan memiliki
ukuran lebar 42 cm, panjang 38 cm dan ketinggian 30 cm. Harvard
Step Test dilakukan di SD setempat oleh anak SD tersebut.
Pelaksanaan Harvard Step Test
(1). Siswa diukur denyut nadi istirahat
(2). Posisi badan saat melakukan tes kesegaran jasmani tegak
(3) . Siswa diminta memakai tas ransel berisi gula dengan berat
20 % dari bedan badan anak
(4). Siswa disuruh naik turun bangku dengan frekuensi 30 kali
commit to user
(5). Tes dihentikan apabila irama naik turun tidak sesuai dengan
metronom sebanyak 3 kali
(6). Setelah selesai siswa duduk dan dihitung denyut nadinya
pada pergelangan tangan (arteria radialis) selama 30 detik
pada menit ke 1, 2 dan 3
d. Skala pengukuran:
Modified Harvard Fitness score :
Lama step test (detik) x 100 + (HR1 +HR2 + HR3)
Ditulis dalam nominal satu angka dibelakang koma.
Skala : Interval
Cara penilaian tingkat kebugaran tubuh
1. Baik : > median nilai uji step test sampel,
2. Buruk : < median nilai uji step test sampel.
3. Umur
Penentuan umur didasarkan apa akta kelahiran yang resmi. Dihitung pada
saat pada saat awal penelitian.
4. Gizi kurang
Seorang anak dengan gizi kurang didefinisikan dengan status antropometri
berat badan menurut umur berada diantara persentil 5 dan persentil 10
menurut kurva CDC tahun 2000. Berat badan ditimbang dengan timbangan
elektronik (SECA, corporation), dengan tingkat ketelitian 0,1 kg. Anak
commit to user
dibaca dalam kilogram. Penimbangan dilakukan dua kali dan hasil diambil
dari rata-ratanya.
5. Pemilihan Sekolah Dasar
SD yang dipilih berdasarkan kondisi ekonomi dengan melihat pendapatan
orang tua dan bayaran sekolah tersebut sebagai indikatornya. Menggunakan
estimasi kira-kira dimana sekitar 50 orang anak dari kelas dua dan kelas
tiga pada setiap SD dan 50% dari mereka gizi kurang, 10 SD dari
sekolah-sekolah yang masuk kategori diseleksi secara random. Lebih dari 50%
rata-rata pendapatan orang tua masing-masing anak kurang sama dengan Rp
25.000/hari (Tim Riset Danone IPB, 2006).
6. Albendazole
Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang hidup sebagai parasit
tunggal atau majemuk. Dosis yang berikan 450 mg dosis tunggal.
H. Izin subyek penelitian
Penelitian ini dilakukan atas persetujuan orangtua atau wali dengan cara
menandatangani informed consent yang diajukan oleh peneliti, setelah sebelumnya
commit to user I. Alur penelitian
Pendataan anak berdasarkan umur
Memberi informasi penelitian kepada orang tua
Pengisian informed consent oleh orang tua murid
Pengukuran tingkat kesegaran jasmani
Pengukuran antropometri
Underweigt Normal, overweight
(P5<bb/u<P10, CDC 2000) (bb/u<P5, bb/u>P10, CDC 2000)
Pengambilan darah vena, eksklusi
dan pemeriksaan fisik
Randomisasi Sekolah Dasar
Kelompok perlakuan Kelompok kontrol
Albendazole 450 mg Albendazole 450 mg
Susu fortifikasi besi dan zink Susu tanpa fortifikasi
Selama 6 bulan Selama 6 bulan
Pengukuran kesegaran jasmani Pengukuran kesegaran jasmani
Dibandingkan dengan Dibandingkan dengan
commit to user J. Pengolahan data
Data yang didapat akan diolah dengan menggunakan SPSS 16.0. Untuk
varibel usia, berat badan akan dicari nilai rata-ratanya. Perbandingan kedua variabel
tersebut pada masing-masing kelompok akan menggunakan X2 untuk data
kategorikal, sedangkan untuk data yang numerikal akan menggunakan independent
sample T test. Pada masing-masing kelompok, hasil pengukuran tingkat kesegaran
jasmani dengan Havard Step Test baik sebelum maupun sesudah suplementasi akan
dicari nilai rata-ratanya. Setelah itu akan dilihat seberapa besar peningkatan rata-rata
hasil kesegaran jasmani setelah dilakukan suplementasi. Pengaruh pemberian susu
yang difortifikasi besi-zink menggunakan analisis linier ganda.
K. Jadwal kegiatan
Bulan Juni 2007 – Januari 2008
WAKTU KEGIATAN
Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan
Penelusuran kepustakaan
Penyusunan naskah
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan data
commit to user
menyetujui untuk mengikuti penelitian ini. Karakteristik dasar subyek penelitian
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian.
Karakteristik dasar subyek Besi dan zink N = 114
Tabel 4.1. menunjukkan karakteristik dasar subyek penelitian. Total anak
pada kelompok besi dan zink ada 114 anak dan pada kelompok kontrol ada 106 anak.
Pada kelompok besi dan zink ada 62 anak laki-laki (54,4 %) dan 52 anak perempuan
(45,6 %), sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 53 anak laki-laki (50,0 %) dan
53 anak perempuan (50,0 %). Berat badan rata-rata pada kelompok besi dan zink
adalah 19,17 kg (SD ± 1,6) dibandingkan pada kelompok kontrol dengan rata-rata
berat badan sebesar 18,98 kg (SD ± 1,8) (p = 0,41).
Tabel. 4.2. menunjukkan hasil modified Harvard step test fitness score yang
commit to user
berada pada skor 7005,0. Persentil ke 50 lama modified Harvard step test berada
pada 67,00 detik.
Tabel 4.2. Karakteristik modified-Harvard step test score dan lama step test
Modified Harvard step test score Besi dan zink Kontrol P
Sebelum supplementasi
Rata-rata step test score (± SD) 10829,3 ± 637,2 6407,1 ± 312,8 <0,001* Skor minimal 3640,0 1976,0
Skor maksimal 30416,0 21412,0
Step test score (< P 50th) (%) 39(34,2) 71(67,0)
Lama rata-rata step test (± SD) 103,63 ± 66,65 60,29 ± 32,23 <0,001* Skor minimal 33,00 16,00
Skor maksimal 300,00 210,00
Lama Step test (< P 50th) (%) 41(36,0) 71(67,0)
*Independent sample t-test
Pada awal penelitian rata-rata modified-harvard step test score antara
kelompok besi dan zink dengan kelompok kontrol berbeda secara signifikan
(10829,3 ± 637,2 vs 6407,1± 312, 8`; p = <0,001 {CI 95% : 2990.55 – 5853,97}).
Skor terendah pada kelompok besi dan zink adalah 3460 sedangkan pada kelompok
kontrol 1976. Skor tertinggi pada kelompok besi dan zink adalah 30416 dan pada
kelompok perlakuan adalah 21412. Pada kelompok besi dan zink terdapat 39 (34,2
%) anak dengan modified-Harvard step test score dibawah persentil ke 50 (dibawah
7005,00), sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 71 (67,0 %) anak dengan
modified-Harvard step test score dibawah persentil ke 50 (dibawah 7005,00). Lama
rata-rata step test antara kelompok besi dan zink dengan kelompok control berbeda
secara signifikan (103,63 ± 66,65 vs 60,29 ± 32,23 76; p = <0,001 {CI 95% : 29,25 –
57,42}). Jumlah subyek yang menyelesaikan penelitian sampai akhir adalah 217
anak. Tiga orang anak pindah sekolah pada pertengahan penelitian, dua orang pada
commit to user
Tabel 4.3. Nilai rata-rata modified-Harvard step test score
95% CI
Gambar 4.1. Grafik peningkatan modified-harvard step test score
Nilai rata-rata modified-Harvard step test score pada awal penelitian lebih
tinggi pada kelompok besi dan zink 10829,3 (±637,2) dibandingkan pada kelompok
kontrol 6407,1 (±312,8) (p <0,001). Setelah 3 bulan pemberian susu fortifikasi besi
dan zink nilai rata-rata modified-Harvard step test score pada kelompok besi dan
zink lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (17728,9 ± 634,0 vs 12242,5
± 461,2; p <0,001). Pada akhir penelitian nilai rata-rata modified-Harvard step test
score pada kelompok besi dan zink juga lebih tinggi dibandingkan pada kelompok
commit to user
Tabel 4.4. Karakteristik modified-Harvard step test score
Modified Harvard step test score Besi dan zink Kontrol
Step test score (< P 50th) (%)
Awal 39 (34,2) 71 (67,0) Bulan ke-3 0 (0,0) 9 (8,5) Bulan ke-6 1 (0,9) 1 (0,9)
Gambar 4.2. Perbedaan selisih peningkatan modified Harvard step test score sebelum dan setelah 3 bulan pemberian susu yang difortifikasi besi-zink
Pada awal penelitian sebanyak 39 anak (34,2 %) dari kelompok besi
dan zink modified-Harvard step test score berada dibawah persentil ke-50,
sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 71 anak (67,0 %). Setelah 3 bulan
commit to user
melewati persentil ke-50 dari modified-Harvard step test score dan sebanyak 9 anak
(8,5 %) dari kelompok kontrol masih berada dibawah persentil ke-50. Diakhir
penelitian terdapat masing-masing satu anak yang modified-Harvard step test score
-nya berada dibawah persentil ke-50 dikarenakan tidak mengikuti tes kesegaran
jasmani (Tabel 4.4.). Dari gambar 4.2. terlihat bahwa pada kedua kelompok
mengalami peningkatan modified Harvard step test score.
Gambar 4.3. Perbedaan selisih peningkatan modified Harvard step test score sebelum dan setelah 6 bulan pemberian susu yang difortifikasi besi-zink
Dari gambar 4.3. terlihat bahwa pada kedua kelompok mengalami
commit to user
Tabel 4.5. Analisis regresi linier ganda tentang pengaruh fortifikasi besi-zink pada susu terhadap tingkat kesegaran jasmani pada bulan ke-3*
95% CI Variabel Koefisien
(β) Batas bawah Batas atas p
Intervensi susu besi-zink 2796.9 1380.8 4213.1 < 0.001
Step test sebelum 0.6 0.5 0.7 < 0.001
Konstanta 8338.3 7169.7 9606.9 < 0.001
N observasi = 217 Adj R2 = 42,9 %
p = < 0.001
*modified Harvard step test score
Berdasarkan analisis regresi liner ganda, setelah bulan ke-3 pemberian susu
didapatkan bahwa susu yang difortifikasi besi-zink meningkatkan kesegaran jasmani
dengan nilai modified Harvard step test score 2768,9 lebih tinggi dibandingkan
dengan susu kontrol (p = <0,001; 95% CI 7169,7 – 9609,9) (Tabel.4.5.).
Tabel 4.6. Analisis regresi linier ganda tentang pengaruh fortifikasi besi-zink pada susu terhadap tingkat kesegaran jasmani pada bulan ke-6*
95% CI Variabel Koefisien
(β) Batas bawah Batas atas p
Intervensi susu besi-zink 4388.9 2548.3 6229.6 < 0.001
Step test sebelum 0.3 0.1 0.4 0.002
Konstanta 19932.6 8348.6 21516.5 < 0.001
N observasi = 217 Adj R2 = 18.3 %
p = < 0.001
* modified Harvard step test score
Berdasarkan analisis regresi liner ganda, setelah bulan ke-6 pemberian susu
didapatkan bahwa susu yang difortifikasi besi-zink meningkatkan kesegaran jasmani
dengan nilai modified Harvard step test score 4388,9 lebih tinggi dibandingkan
commit to user B. Pembahasan
Penelitian uji klinis acak kasus-kontrol ini menggunakan 220 subyek anak
usia 7-9 tahun di sekolah dasar di daerah masyarakat ekonomi rendah di Solo.
Penentuan sekolah dasar ini menggunakan data yang didapat dari Dinas Pendidikan
Nasional Surakarta. Subyek yang diambil adalah anak dengan status gizi kurang dan
tingkat ekonomi yang rendah. Pemilihan subyek ini dimaksudkan untuk mencari
subyek yang mengalami kekurangan mikronutrien besi dan zink yang banyak terjadi
pada anak dengan status gizi kurang dan tingkat ekonomi rendah.
Hal ini dimaksudkan agar subyek yang didapat mempunyai karakteristik yang
serupa seperti dalam hal konsumsi makanan sehari-hari. Dan diharapkan dapat
menyetarakan jumlah asupan besi dan zink diluar intervensi. Pemilihan subyek
dengan mengeksklusi anak dengan kadar hemoglobin kurang dari 8 g/dl
dimaksudkan untuk menyetarakan kadar besi pada subyek.
Pemberian suplementasi kombinasi besi dan zink dalam bentuk cair pada
beberapa penelitian sebelumnya terbukti tidak bermanfaat dibandingkan pemberian
besi dan zink secara terpisah dalam bentuk cair. Suplementasi besi dan zink dalam
bentuk cair tidak mempunyai efek efikasi dan tidak dapat meningkatkan kadar zat
besi dan zink di dalam darah. Hal ini disebabkan oleh karena terjadinya kompetisi
pada saat penyerapan besi dan zink di dalam usus halus. Kompetisi ini tidak terjadi
apabila pemberian besi dan zink di lakukan dalam bentuk makanan padat dan
perbandingan besi dan zink tidak melebihi rasio 3:1 (Rosander-Hulten, 2001). Pada
penelitian ini fortifikasi besi dan zink dilakukan dalam 100 gram susu satu sachet
commit to user
dan 4,4 mg zink sulfate (rasio 3:1), sedangkan pada kelompok kontrol diberikan susu
dengan kandungan 0,47 mg iron phyrophosphate dan 1,63 mg zink sulfate.
Zat besi diperlukan untuk sintesis hemoglobin dan mioglobin yang
menentukan banyak sedikitnya O2 yang dibebaskan. Hasil akhir dari proses oksidasi
ini berupa ATP (Wieringa, 2007). Defisiensi besi menyebabkan berkurangnya
kemampuan tubuh untuk beraktivitas secara baik. Hal ini akan menurunkan tingkat
kesegaran jasmani. Jika kondisi ini berlangsung terus sebagai akibat pemasukan zat
besi yang tidak mencukupi kebutuhan, dapat memberikan dampak buruk terhadap
kesehatan baik secara mental dan juga fisik. (Nasution, 2004; Suniar 2002).
Zink berperan sebagai katalisatsor enzim karbonik anhidrase. Enzim ini
sendiri diperlukan tubuh untuk mengkatalisis proses CO2 + H20 menjadi HCO3- + H+
dan proses sebaliknya. Proses metabolisme sel akan menghasilkan CO2 sebagai salah
satu hasil akhir. Saat tubuh beraktivitas atau melakukan latihan fisik yang
terus-menerus dan berlangsung lama, akan terjadi peningkatan CO2. Peningkatan kadar
CO2 dalam darah akan mengakibatkan ikatan hemoglobin terhadap O2 berkurang
(Grees, 2000; Breton, 2001). Tubuh memerlukan O2 yang cukup untuk dapat
melakukan aktivitas fisik yang optimal (Lutan, 2002; Harold, 1998). Individu yang
kekurangan zat gizi mikronutrien besi dan zink mempunyai kemampuan bekerja
lebih rendah dibandingkan dengan yang cukup gizi, dan kemampuannya akan
berkurang dengan habisnya cadangan makanan selama melangsungkan suatu
kegiatan (Suniar, 2002). Proses aktivitas fisik akan menjadi lebih baik dengan
kandungan zat besi dan zink yang mencukupi kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh
commit to user
Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi susu yang
difortifikasi besi-zink meningkatkan kesegaran jasmani secara bermakna.
Berdasarkan analisis regresi linier ganda susu yang difortifikasi besi-zink
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap modified-Harvard step test score
dengan nilai koeffisien sebesar 4388,9 (p = <0.001, 95% CI 2548,3 – 6229,6). Hal ini
dapat diartikan bahwa susu yang telah difortifikasi besi-zink mampu meningkatkan
modified-harvard step test score sebanyak 4388,9 poin lebih tinggi dibandingkan
dengan susu yang tidak difortifikasi besi-zink.
C. Kelemahan Penelitian
Pada penelitian ini randomisasi dilakukan pada Sekolah Dasar. Randomisasi
ini dilakukan untuk memudahkan dalam memberikan jenis susu kepada subyek
penelitian. Jika randomisasi dilakukan terhadap subyek penelitian maka dalam satu
sekolah terdapat dua kelompok subyek dengan dua jenis susu. Kondisi ini
dikhawatirkan akan mengganggu penelitian. Hal ini berakibat terhadap
modified-Harvard step test score pada awal penelitian. Terdapat perbedaan yang bermakna
rata-rata modified-Harvard step test antara kelompok yang mendapat susu yang
difortfikasi besi-zink dan kelompok kontrol. Walaupun usaha-usaha telah dilakukan
untuk menyamakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesegaran jasmani, namun
commit to user BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa suplementasi susu yang difortifikasi
besi-zink selama 6 bulan meningkatkan kesegaran jasmani anak dengan gizi kurang
secara bermakna.
B. Saran
Pada anak dengan defisiensi mikronutrien dapat diberikan suplementasi susu
yang difortifikasi besi-zink untuk meningkatkan kesegaran jasmani sehingga dapat
menjalan aktivitas fisik sehari-hari dengan optimal.
C. Implikasi Penelitian
1. Bagi bidang akademik
Suplementasi susu dapat direkomendasikan pada anak-anak dengan gizi
kurang untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Pihak lain dapat mengambil manfaat
dari penelitian ini adalah agar dapat menentukan jenis dan komposisi yang tepat
dalam membuat produk suplementasi agar mendapatkan efek efikasi yang optimal.
2. Bagi Bidang Pelayanan Kedokteran Keluarga
Pemberian suplementasi susu dapat meningkatkan kesegaran jasmani