Artikel 8 Desember 2015, yang terbit khusus di Academia.edu
*diadaptasi dari buku yang berjudul The Jewish Gospel of John Chapter 5 (pp 70-89) oleh Prof. Dr. Eliyahu Lizorkin Eyzenberg. Judul Chapter 5 original-nya adalah The Sabbath Healing at the Bethesda Pool; Ensuing Controversy
Bethesda Kolam Dewa Kesembuhan, Asclepius (Yohanes 5:1-18)*
by: Yesaya Daniel Purba Rambe
Dalam Yohanes 5 terdapat sebuah cerita mengenai seseorang yang menderita penyakit
lumpuh selama 38 tahun lamanya, namun jika dibandingkan dengan orang yang buta pada
Yohanes 9, terdapat kisah yang kontras atau bertolak belakang. Jika dalam Yohanes 9, Yesus
menyuruh orang buta tersebut membasuh diri (bukan hanya mata), tidak demikian dengan orang
lumpuh pada Yohanes 5 yang hanya diberikan perintah “Bangkit dan Berjalan”, padahal orang
lumpuh tersebut berada di sekitar atau dekat dari kolam Bethesda. Apakah kita pernah menyadari
kejadian unik tersebut?
Bethesda adalah sebuah kata Ibrani yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “tempat anugerah”. Sedangkan kolam Bethesda adalah upaya Helenisasi yang dilakukan bangsa Romawi di seluruh wilayah kekuasaan Romawi, termasuk Yerusalem, Israel (terdapat
lebih dari 400 ritus penyembahan Asceplius termasuk segala fasilitasnya, termasuk kolam
kesembuhan) dan didedikasikan kepada dewa Asceplius, dewa kesembuhan Romawi-Yunani.
Gambar dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 1. dewa Asceplius
Artikel 8 Desember 2015, yang terbit khusus di Academia.edu
*diadaptasi dari buku yang berjudul The Jewish Gospel of John Chapter 5 (pp 70-89) oleh Prof. Dr. Eliyahu Lizorkin Eyzenberg. Judul Chapter 5 original-nya adalah The Sabbath Healing at the Bethesda Pool; Ensuing Controversy
Upaya Helenisasi yang dilakukan oleh kerajaan Romawi terhadap tanah Israel akan
membawa pengukuhan jati diri budaya, termasuk kepercayaan (dewa-dewi) bangsa Romawi
terhadap Israel. Dengan jumlah yang cukup masif, sebanyak 400 ritus, menandakan dewa ini
merupakan salah satu dewa terpenting dalam budaya Romawi. Dewa ini dipercaya oleh orang
Romawi, mungkin termasuk sebagian orang Yahudi sebagai dewa yang benar-benar bisa
menyembuhkan.
Hal ini didukung oleh pernyataan yang diungkapkan oleh Justin Martyr, Bapak Gereja
awal, yang mengungkapkan kegelisahannya terhadap dewa Asceplius ini. Justin Martyr berkata “When the Devil brings forward Asclepius as the raiser of the dead and healer of all diseases,
may I not say that in this matter likewise he has imitated the prophecies about Christ?” (Dialogue with Trypho, the Jew, pp. 69). Terjemahannya adalah ketika iblis menggunakan nama
Asceplius sebagai dewa pembangkit kematian dan penyembuh segala penyakit, bukankah saya
dapat berkata juga bahwa iblis berusaha meniru ciri-ciri Mesias?”. Ungkapan kegelisahan ini
juga termuat di tempat lain, seperti dalam Babylonian Talmud, Avodah Zarah 55 a, yang
tertulis “Once Akiva was asked to explain why persons afflicted with disease sometimes
returned cured from a pilgrimage to the shrine of an idol, though it was surely powerless
(Terjemahan: ketika Rabbi Akiva ditanya untuk menjelaskan mengapa orang yang ditimpa
penyakit, terkadang dapat sembuh saat dia selesai melakukan pemujaan kepada patung (di
sebuah kuil dewa), walaupun kita sudah tahu bahwa patung itu tidak mempunyai kekuatan apa-apa?”).”
Berdasarkan hal di atas dapat terlihat bahwa iblis berusaha meniru ciri-ciri Mesias
(nubuatan mengenai ciri-ciri Mesias) melalui Helenisasi yang dilakukan kerajaan Romawi
dengan menjadikan dewa Asceplius sebagai Mesias Israel. Sehingga, melalui Yohanes 5 dapat
memberikan indikasi bahwa Yesus sedang menantang dan mempermalukan dewa Asceplius