• Tidak ada hasil yang ditemukan

bidang Kajian : Avertebrata akuatik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "bidang Kajian : Avertebrata akuatik"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KEONG AIR TAWAR PULAU JAWA (MOLUSKA, GASTROPODA)

Ristiyanti M. Marwoto, Nur R. Isnaningsih, Nova Mujiono, Heryanto, Alfiah, Riena (Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Widyasatwaloka, Jalan Raya

Jakarta Bogor Km 46, Cibinong; email:rist001@lipi.go.id) Pomacea canaliculata, Physastra stagnalis, P. sumatrana yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1980 an dan ditemukannya Sulcospira yang diduga jenis baru. Beberapa jenis keong menyebar luas di beberapa pulau lainnya, namun beberapa jenis lainnya terbatas hanya di Pulau Jawa atau endemik Jawa, seperti jenis – jenis Sulcospira sulcospira (Mousson, 1849) dan S. pisum (Brot, 1868). Keong air tawar umumnya dijumpai di berbagai tipe habitat seperti sungai, rawa, danau, kolam yang berair tenang atau berair deras, pada perairan dangkal atau dalam (> 10 m). Umumnya bersifat herbivore, namun beberapa juga karnivore, sebagian besar adalah pemakan detritus, lumut dan aneka ganggang. Beberapa jenis keong air tawar juga biasa dimakan, yakni keong tutut (Filopaludina spp.), keong gondang (Pila spp.) dan keong mas (Pomacea canaliculata), atau dikumpulkan sebagai pakan ternak itik dan lele.

(2)

akibat adanya jenis keong invasif juga terjadi, yakni menurunnya populasi keong gondang Pila ampullacea (Linne, 1758), P. polita (Deshayes, 1830), P. scutata (Mousson, 1848) yang terdesak dengan hadirnya keong hama Pomacea canaliculata yang biasa dikenal sebagai keong mas atau keong murbei. Saat ini hampir di semua tipe perairan dijumpai keong P. canaliculata dan menyebar luas di hampir semua pelosok wilayah Indonesia. Sebagai contoh di Rawa Pening sekitar tahun 1970 –an masih dijumpai keong P.polita namun hasil koleksi tahun 2011 seluruh rawa telah dipenuhi keong mas P.canaliculata dan tidak dijumpai lagi keong Pila. Kondisi ini menunjukkan bahwa beberapa jenis keong air tawar memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda. Ketika habitat sudah tidak layak untuk kelangsungan hidupnya karena persaingan makanan dengan jenis lain, adanya perubahan habitat dan perubahan kualitas air, beberapa jenis yang rentan cenderung mati namun beberapa jenis yang lebih tahan akan mampu melangsungkan kehidupannya bahkan bila tidak ada predator, jenis ini akan mendominasi perairan.

Banyak faktor yang terkait dengan habitat, diantaranya adalah sumber pakan dan tempat berlindung, substrat untuk melekatkan telur, atau tempat terlindung dari predator, bagi keong dewasa dan anakan – anakannya. Predator utama keong air tawar adalah burung air, itik, ikan, kepiting dan primata.

Gambar 1. Jenis-jenis Sulcospira dari Jawa : (A). Sulcospira sulcospira keong endemik Jawa yang diduga punah (Foto: F. Köhler : type), (B). Sulcospira testudinaria yang menyebar luas di Pulau Jawa. (Foto:N.R.Isnaningsih), (C). Sulcospira sp. jenis baru dari Tasikmalaya (Foto: N.R.Isnaningsih)

(3)

Di alam, beberapa jenis keong selain menjadi sumber pakan hewan lain, juga berperan sebagai pengurai serasah, pemakan detritus, algae dan sebagai perantara kehidupan berbagai jenis cacing parasit yang juga menyerang manusia. Oleh karena itu, mempelajari keanekaragaman jenis keong air tawar berguna untuk mendukung kegiatan lain seperti memprediksi tingkat pencemaran suatu perairan, menjaga siklus alami dan memberantas penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit atau dalam hal penanggulangan keong hama dan pencegahan meluasnya jenis-jenis keong invasif.

Penyusunan “leaflet” dimaksudkan untuk mempermudah pengguna mengenal keanekaragaman jenis – jenis keong air tawar dari Pulau Jawa. Hal paling mudah adalah mengenali bentuk cangkang, meskipun untuk jenis – jenis tertentu memerlukan pengamatan lebih lanjut seperti pengamatan tutup cangkang, bentuk gigi dan bentuk anakan atau “embrio” di dalam tubuh induknya (untuk jenis – jenis yang bersifat ovovivipar).

Bahan dan Cara Pengenalan Jenis

(4)

Deskripsi cangkang umumnya memakai istilah – istilah bagian cangkang seperti dalam Gambar 3 dan lebih detil dengan karakter bentuk rangkaian gigi (radula) seperti dalam Gambar 4.

Gambar 2. Bagan cara pengukuran cangkang dan mulut cangkang (aperture)

Berbagai bentuk cangkang keong air tawar yang umum dijumpai di Jawa dapat dilihat pada gambar di bawah :

A B C D

E

Gambar 3. Bentuk-bentuk cangkang keong air tawar : (A) bentuk gulungan benang, (B) bentuk gulungan benang berbahu, (C) bentuk cakram, (D) bentuk membulat,

(E) bentuk contong.

Tinggi cangkang

Lebar cangkang

Seluk

Tinggi

aperture

(5)

Gambar 4. Bagan cangkang dan bagian – bagiannya

Rangkaian gigi keong biasanya dipakai sebagai penanda karakter suatu Suku, biasanya setiap marga memiliki karakter rangkaian gigi yang mirip satu sama lain. Perbedaan yang mencolok pada gigi tengah erat kaitannya dengan substrat tempat hidupnya. Bila gigi tengahnya lebar biasanya keong menyukai substrat keras seperti batu dan kayu, sebaliknya, bila gigi tengah sempit maka substrat yang disukai adalah pasir berlumpur.

Gambar 5. Berbagai bentuk rangkaian gigi keong air tawar. Kiri: keong Stenomelania, Tengah: keong Pomacea., Kanan: Sulcospira testudinaria.

bibir luar (outer lip) mulut cangkang

(aperture) Kolumela

(columella) Pusar

(umbilicus

)

menara

seluk akhir (body whorl) puncak

(6)

Habitat Keong Air Tawar

Keong umumnya menyukai daerah yang terlindung. Beberapa catatan tentang habitat keong air tawar selalu dikemukakan baik ketika mendeskripsi suatu jenis baru, maupun ketika mempelajari distribusi atau sebaran suatu jenis. Substrat pada habitat keong sangat erat kaitannya dengan bentuk umum radula. Habitat yang umum adalah sungai, rawa, danau, sawah, kolam, aliran – aliran irigasi atau selokan, parit dan anak-anak sungai. Beberapa jenis keong telah beradaptasi hingga mampu hidup di perairan dengan aliran air tenang atau deras, kedalaman mulai < 25 cm atau > 8 m. Selain habitat, substrat tempat keong melekatkan dirinya juga salah satu hal yang penting untuk diketahui dan dipelajari. Berbagai jenis substrat seperti batu, kerikil, pasir, tumbuhan air, akar tumbuhan sangat erat kaitannya dengan perikehidupan keong seperti yang berkaitan dengan jenis pakan, tempat melekatkan telur atau melahirkan anakan – anakannya dan tempat sembunyi dari predator dan cahaya matahari.

(7)

Cara Koleksi dan Pengawetan untuk Penelitian

Koleksi keong secara umum dilakukan pada beberapa bagian sungai, danau, rawa, anak sungai, kolam baik dibagian tepi, maupun bagian tengah. Beberapa jenis biasanya dijumpai menempel pada substrat batu, tumbuhan air atau akar – akar pohon yang terendam di sungai, bahkan juga pada batang-batang pohon, ranting – anting atau serasah dedaunan yang terendam di sungai. Keong biasanya melimpah di bawah naungan yang teduh, seperti di balik batu, akar, di bawah serasah dedaunan, atau membenamkan cangkang di dalam pasir berlumpur. Habitat keong, waktu, nama tempat, nama daerah harus dicatat sebelum mengambil koleksi (sampel). Pengambilan gambar/foto habitat dan keong ketika masih hidup diperlukan untuk mengetahui warna tubuh lunaknya.

Keong diambil dengan tangan, atau dengan alat berupa pinset, serokan atau ayakan, yang terbuat dari bambu, plastik atau logam. Keong yang diperoleh di simpan dalam wadah beserta keterangannya yang dapat dilengkapai dengan data GPS ketepatan lokasi pengambilan. Tambahkan awetan 70 % ethanol (alkohol) dan ditutup rapat. Anatomi tubuh lunak keong juga penting dalam penelitian. Untuk mempermudah mendapatkan tubuh lunak keong tanpa memecahkan cangkang, dianjurkan untuk merendam keong (10 – 20 ekor) dengan campuran air dan sedikit kristal menthol. Setelah keong mati lemas, biasanya bagian kepala agak menjulur keluar, pindahkan dalam botol yang berisi alkohol 70%, dan siap diamati. Pengamatan biasanya menggunakan “dissecting” mikroskop.

(8)

Bahan Bacaan

Haynes, A. 2001. A Revision of the genus Septaria Ferussac,1803

(Gastropoda:Neritimorpha). Annalen des Naturhistorischen Museums in Wien. 103B : 177-229.

Haynes, A. 2005. An evaluation of members of the genera Clithon

Monfort,1810 and Neritina Lamarck,1816 (Gastropoda:Neritidae). Molluscan Research 25(2) : 75-84.

Köhler F., M. Glaubrecht. 2005. Fallen into oblivion-the systematic affinities of the enigmatic Sulcospira Troschel, 1858 (Cerithioidea: Pachychilidae), a genus of viviparous freshwater gastropods from Java. The Nautilus, 119(1): 15-26.

Köhler F., N. Brinkmann, M. Glaubrecht. 2008. Convergence caused

confusion: on the systematic of the freshwater gastropod Sulcospira pisum (Brot, 1868) (Cerithioidea, Pachychilidae). Malacologia, 50(1-2): 331-339.

Marwoto, R.M. & Ayu S. Nurinsiyah. 2009. Keanekaragaman keong air tawar marga Filopaludina di Indonesia dan status taksonominya (Gastropoda: Viviparidae). Prosiding Seminar Nasional Moluska 2, Bogor, 11-12 Februari: 202-213.

van Benthem-Jutting, W.S.S. 1956. Systematic studies on the non-marine Mollusca of the Indo-Australian archipelago 5. Critical revision of the Javanese freshwater gastropods. Treubia,23(2): 259-477.

Ucapan Terima Kasih

Kegiatan pembuatan “leaflet” dibiayai LIPI melalui Kegiatan Program Insentif Riset Penelitian dan Perekayasa LIPI, tahun anggaran 2011. Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium Malakologi, Bidang Zoologi, Puslit Biologi – LIPI di Cibinong. Ucapan terima kasih disampaikan untuk sdr.Ayu Nurinsiyah M.Si, sdr. Ir. Eka (kontribusi foto Filopaludina spp. dan Pomacea canaliculata).

Foto: N. Mujiono;R.M. Marwoto; N.R.Isnaningsih (Bidang Zoologi, Puslit Biologi – LIPI)

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

Gambar

Gambar 1. Jenis-jenis Sulcospirayang diduga punah (Foto: F. Köhler : type), (B).  dari Jawa :  (A)
Gambar 2. Bagan cara pengukuran cangkang dan mulut cangkang (aperture)
Gambar 4. Bagan cangkang dan bagian – bagiannya
Gambar 6. Habitat keong air tawar .  Atas: sungai arus deras dan berbatu.                                   Bawah : perairan tenang dan berlumpur
+2

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya peneliti akan membahas hasil wawancara yang telah dilakukan selama pelaksanaan penelitian di TPQ Bil-Qalam PIQ Singosari Malang, fokus peneliti kali ini adalah

Mengapa kemudian yang didukung oleh AS adalah SNC dan FSA, hal ini cukup beralasan karena dari pandangan AS bahwa keduanya dianggap sebagai kelompok yang berpotensi

Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa fungsional memperlihatkan kegagalan yang mencolok dalam satu atau beberapa fase perkembangan akibat tidak kuatnya

Bahwa Terdakwa pada waktu-waktu dan ditempat-tempat sebagaimana tersebut dibawah ini, yaitu pada tanggal Tujuh belas bulan Januari 2016 sampai dengan adanya Laporan Polisi Nomor

Firda Ayu Rizqiah (2014), yang berjudul “Implementasi E-Nofa Pajak dalam upaya meningkatkan Pelaporan Wajib Pajak (Studi pada Pegawai Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Pada umumnya gerabah hias ditambahi proses finishing untuk memperindah penampilannya, salah satu cara memberi tambahan dekorasi yang bisa diterapkan adalah teknik

Karakteristik bahan baku perekat untuk pembuatan biobriket adalah memiliki gaya kohesi yang baik bila dicampurkan dengan bioarang, mudah terbakar, tidak berasap, mudah

Kecewa dengan konflik yang berlaku antara ibu dan bapa Kecewa dan sukar untuk fokus dalam pelajaran.. Kecewa tidak dapat perhatian