• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM PROVINSI, TENAGA KERJA, DAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI

PROVINSI DKI JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

DISUSUN OLEH: HADI SETIAWAN

1110084000020

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Hadi Setiawan 2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Mei 1992

3. Alamat : Jl. Wijayanti I C9.25 RT 006/026 Pondok Tanah Mas, Cibitung, Kab.Bekasi, Jawa Barat.

4. Telepon : 083895793276

5. E-mail : hadiidungsetiawan@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Negeri 06 Penggilingan Tahun 1998-2004 2. SMP Negeri 236 Penggilingan Tahun 2004-2007

3. SMA Negeri 12 Jakarta Tahun 2007-2010

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2014

III.PENGALAMAN ORGANISASI

1. Ketua Ekstrakulrukuler Futsal SMA N 12 Jakarta periode 2011-2012

IV.SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Workshop Islamic Economy Revivalism: Between Theory and Practice, UIN Jakarta, 2012

2. Seminar Outlook Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Industri Keuangan dan Perbankan Syariah, UIN Jakarta, 2012

(7)

ii V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Inik Sachroni

2. Tempat/Tanggal Lahir : Cirebon, 30 Desember 1951

3. Ibu : Maidah

4. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 November 1958

5. Alamat : Jl. Wijayanti I C9/25 RT 006/026 Pondok Tanah Mas, Cibitung, Kab.Bekasi, Jawa Barat..

6. Telepon : (021) 88373307

(8)

iii

ABSTRACT

The purpose of this study to describe the influence of minimum wage provinces, labor, and infrastructure to foreign investment in DKI Jakarta. The data of this study were obtained from Jakarta Statistical Biro 1983-2012. The study uses regression method is used to (OLS) OrdinaryLeast Square with Eviews 6.0. According to results, Adjusted R-squared 0,8727 that shows 87,27% foreign investment can explained by minimum wage provinces, labor, and infrastructure. Otherwise, 12,73% foreign investment can explained by another variable outside this study. The analysis of this study shows minimum wage provinces and infrastructure have significant and positive effect to foreign investment while labor has not significant and negative effect to foreign investment in DKI Jakarta.

(9)

iv ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap penanaman modal asing di DKI Jakarta. Data penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta periode 1983-2012. Penelitian ini menggunakan metode regresi dengan (OLS) Ordinary Least Square menggunakan Eviews 6.0. Berdasarkan hasil, nilai R-squared 0,8727, yang menunjukkan bahwa 87,27% penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta dapat dijelaskan oleh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur. Sedangkan 12,73% variabel penanaman modal asing dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan upah minimum provinsi dan infrastruktur berpengaruh signifikan dan positif terhadap penanaman modal asing sementara tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan dan negatif terhadap penanaman modal asing di DKI Jakarta.

(10)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr, Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia, rezeki, dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi, Tenaga Kerja, dan Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing di Provinsi DKI Jakarta”. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. serta para sahabat yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT, karena tanpa ridho dan segala karuniaNya tidak mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala nikmat islam, iman, sehat, dan curahan kasih sayang yang Engkau berikan.

(11)

vi

(kakak pertama), Mba Unafa (kakak kedua), Mba Koyimah (kakak ketiga), dan Mba Nurhasanah (kakak keempat) dan semua keluarga yang selalu mendukung dan bekerja keras untuk membuat saya bisa menyelesaikan studi ini. Tanpa kalian saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Terima kasih banyak keluargaku. Kalian yang terbaik!

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memimpin Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan baik dan memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak 4. Bapak Zuhairan Y. Yunan, S.E, M.Sc selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memimpin Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dengan baik memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak

5. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku dosen pembimbing Skripsi 1 yang dengan kerendahan hatinya bersedia memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan yang berarti selama penyelesaian skripsi. Terima kasih atas bimbingannya.. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.

(12)

vii

sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan ibu.

7. Bapak Pheni Chalid S.F, M.A, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang dengan segala perhatiannya selalu membimbing perkembangan akademik dan memberikan arahan yang terbaik selama masa kuliah. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak.

8. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu saya selama perkuliahan.

9. Puti Rahayu Fadila, yang banyak memberikan semangat dan selalu mendukung. Selalu berdoa yang terbaik sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini dengan baik. Terima kasih atas semuanya. Semoga Allas SWT selalu memberikan berkah yang terbaik untuk hidup kamu.

(13)

viii

tawa. Terima kasih kawan terbaik, budi baik kalian tak akan saya lupakan. Hidup Oblak!

11.Seluruh Teman-teman IESP 2010 yang tidak saya sebutkan satu per satu. Selalu kompak buat IESP 2010! Terkhusus kawan-kawan seperjuangan kelas Konsentrasi Pembangunan, Muhammad Reza Hermanto, Muhammad Adi Rahman, Ravindra Bramastyo, Miftachul Ulum, Muhammad Burhanuddin, Agus Setiawan, Umar Adi Syahputra, Denny Iswanto, Muhammad Yusuf Muharram, Sigit Aji Pambudi, Dio Syahrullah, Wildan Hidayatullah, Fajrul Syam Arzani, Fita Rahmawati, Nonni Setianingsih, dan Izzatun Purnami. Terima kasih untuk bersama-sama dalam Pembangunan! Sukses terus kawan! 12.Teman-teman futsal IESP 2010, Ridho Alfin, Miftachul Ulum, Alfian Isnan, Muhammad Yusuf Azhar, Agus Setiawan, Muhammad Burhannudin, Dykhalfath, Drajad Daru, Pebi Riswadi, Renzy Prima, Dio Syahrullah, Wildan Hidayatullah, Ali Murtadho, Rifki Hasan, Mas’ud dan kawan-kawan lain. Semangat terus kawan. Semoga kedepan kita bisa terus jaga tali silahturahim.

13.Kelompok 55 KKN Mentari – Desa Mekarjaya, Cigudeg, Bogor, yang telah menghabiskan waktu hidup satu bulan bersama dengan canda dan tawa serta pelajaran hidup yang sangat berguna bagi saya.

(14)

ix

angkutan kota D02 dan D01 yang selalu mengantarkan saya pulang-pergi kampus. Tanpa mereka semua saya tidak bisa sampai tujuan. Semoga Allah SWT. melimpahkan rezeki dan barokahnya. Seluruh pihak yang selalu membantu saya selama kuliah saya tidak bisa sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis.Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk masukan, baik saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.

(15)

x

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... i

ABSTRACT... iii

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 13

C. Tujuan Penulisan... 14

D. Kegunaan Penulisan... 14

E. Manfaat Penulisan... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori... 16

1. Penanaman Modal Asing... 18

a. Pengertian Penanaman Modal Asing... 18

b. Jenis dan Karakteristik Investasi... 22

c. Motivasi Penanaman Modal Asing... 23

d. Faktor Pengaruh Penanaman Modal Asing... 25

(16)

xi

a. Pengertian Upah Minimum Provinsi... 26

b. Teori Pembentukan Harga Upah... 27

c. Penetapan Upah Minimum Provinsi ... 30

3. Tenaga Kerja... 31

a. Pengertian Tenaga Kerja... 31

b. Konsep Tenaga Kerja... 33

c. Teori Ketenagakerjaan... 35

4. Infrastruktur... 38

a. Pengertian Infrastruktur... 38

b. Jenis dan Karakter Infrastruktur... 39

c. Manfaat Infrastruktur... 41

d. Teori Infrastruktur... 43

B. Penelitian Terdahulu... 44

C. Kerangka Berpikir... 53

D. Hipotesis... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 57

B. Metode Penentuan Sampel……… 57

C. Metode Pengumpulan Data... 57

1. Penelitian Kepustakaan……….. 57

2. Jenis Data………58

D. Metode Analisis... 58

1. Uji Asumsi Klasik... 59

a. Uji Normalitas Data... 59

b. Multikolinieritas... 59

c. Heteroskedastisitas... 60

(17)

xii

2. Uji Hipotesis... 60

a. Koefisien Determinasi... 61

b. Uji-t... 62

c. Uji F... 62

D. Operasional Variabel Penelitian... 62

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 65

B. Penemuan dan Pembahasan... 66

1. Analisis Deskriptif... 66

a. Analisa Penanaman Modal Asing di DKI Jakarta... 66

b. Analisa Upah Minimum Provinsi di DKI Jakarta... 68

c. Analisa Upah Tenaga Kerja di DKI Jakarta... 70

d. Analisa Infrastruktur di DKI Jakarta... 71

2. Uji Asumsi Klasik... 72

a. Uji Normalitas Data... 72

b. Multikolinieritas... 73

c. Heteroskedastisitas... 74

d. Autokorelasi... 75

3. Pengujian Hipotesis... 76

a. Hasil Analisis Statistik Uji-t... 77

b. Interpretasi Analisis Ekonomi Hasil Uji-t... 78

c. Uji-F dan Interpretasi Hasil... 84

d. Uji Koefisien Determinasi dan Interpretasi Hasil... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 86

B. Saran... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(18)

xiii

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Investasi (PMA) Berdasarkan Menurut Lokasi 6 Di Indonesia

1.2 Upah Minimum Provinsi dan Jumlah Angkatan 8 Kerja di Provinsi DKI Jakarta

1.3 Perkembangan Panjang Jalan di Provinsi DKI Jakarta 12

2.1 Penelitian Terdahulu 49

(19)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Diagram Ketenagakerjaan 35

2.2 Skema Kerangka Pemikiran 55

4.1 Perkembangan Penanaman Modal Asing di DKI Jakarta 66 4.2 Perkembangan Upah Minimum Provinsi di DKI Jakarta 68 4.3 Perkembangan Tenaga Kerja di DKI Jakarta 70 4.4 Perkembangan Infrastruktur di DKI Jakarta 71

4.5 Uji Histogram 73

4.6 Uji VIF 74

4.7 Uji White 75

4.8 Uji Autokorelasi 75

(20)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman

1 Data 91

2 Uji Normalitas 92

3 Uji Multikolinieritas 92

4 Uji Heteroskedastisitas 93

5 Uji Autokorelasi 94

6 Regresi Linier Berganda 94

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu kegiatan investasi pada umumnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Investasi mampu berperan sebagai salah satu penyokong utama dalam mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi berdasarkan pada peningkatan produksi dan bersumber pada penambahan investasi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat menjadi cerminan pembangunan ekonomi di suatu wilayah. Dengan begitu pembentukan modal (investasi) yang besar perlu dilakukan di Negara berkembang agar dapat terlepas dari keterbelakangan dan kemiskinan. Melalui investasi yang semakin meningkat pertumbuhan ekonomi akan dapat dipercepat dan kemakmuran masyarakat ditingkatkan (Sadono Sukirno, 2007:271).

(22)

sebaliknya. Setiap aktiivitas ekonomi diawali dengan aktivitas investasi. Dengan demikian pemerintah perlu proaktif untuk memanfaatkan setiap peluang investasi menjadi kenyataan, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Henry, 2009:284). Di negara berkembang permasalahan yang kerap muncul adalah kurangnya persediaan modal untuk mendukung proses produksi. Terbatasnya alat-alat modal dalam perekonomian dapat dilihat dari jumlah alat modern yang digunakan dalam kegiatan produksi. Hal tersebut berdampak pada produktivitas dan organisasi produksi yang sangat tidak efisien dan selanjutnya menyebabkan tingkat pendapatan rendah pada masyarakat di negara berkembang. Lebih lanjut permasalahan kekurangan pembentukan modal disebabkan ketidakmampuan dana modal dan tabungan masyarakat untuk proses investasi. Itu semua mendorong adanya pembentukan modal yang berasal dari dana asing yang mampu menyediakan modal besar.

(23)

(indirect investment) adalah jenis investasi pada aset keuangan seperti deposito, surat berharga, saham dan obligasi yang bertujuan mendapat balas jasa berupa dividen atau capital gain atau disederhanakan dengan istilah bunga (Henry, 2009:10).

Investasi dapat berperan cukup vital pada pengembangan wilayah sekaligus penentu peningkatan output yang mampu dihasilkan dalam suatu wilayah. Ini dikarenakan investasi dapat menjadi akumulasi modal yang dapat kemudian digunakan untuk membuat pabrik baru, pengadaan mesin-mesin baru, dan pembangunan fisik di daerah. Penambahan akumulasi modal yang langsung bergerak di sektor riil akan mendorong tingkat produktivitas. Sektor riil akan berjalan dengan baik dengan adanya penambahan modal yang didapatkan dari proses investasi.

Secara aspek makro, investasi adalah kegiatan yang menghasilkan nilai tambah yang merupakan sumber utama kesejahteraan masyarakat. Ini terlihat dari 5 komponen nilai tambah akibat adanya investasi yaitu; balas jasa modal yang diterima oleh masyarakat pemilik modal, upah dan gaji yang diterima masyarakat pekerja, sewa sarana produksi yang diterima oleh masyarakat pemilik faktor produksi, surplus usaha yang diterima oleh masyarakat pengusaha, dan akhirnya investasi merupakan fungsi dari kesejahteraan masyarakat (Henry, 2009:278).

(24)

investasi berhubungan langsung dan sangat erat dengan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Didik Rachbini, 2008:12). Selain itu, jika membicarakan investasi dalam sistem produksi, maka erat kaitannya tentang faktor input. Dalam pembahasan ini dijelaskan bahwa adanya penambahan modal menjadi salah satu hal yang mendorong produktivitas. Adanya penambahan modal menjadikan salah satu faktor produksi dapat mendorong kualitas dan kuantitas faktor lain yang digunakan bersama faktor tersebut untuk dapat meningkatkan produktivitas.

(25)

didapat, diakses, murah biayanya, serta prosesnya lancar akan memberikan kontribusi signifikan pada pembentukan iklim investasi (Henry, 2009:76-78).

Beberapa faktor tersebut menjadi daya tarik investasi bagi suatu daerah. Setiap daerah berusaha menarik para investor untuk dapat menanamkan modalnya di daerah mereka. Hal tersebut membuat pemerintah daerah berusaha menjadikan wilayahnya potensial untuk kegiatan investasi. Menurut Henry (2009:284-286) di era otonomi dan globalisasi ekonomi yang berjalan serempak saat ini, pemerintah daerah kabupaten/kota dituntut untuk lebih proaktif dan kreatif dalam membangun daerahnya masing-masing. Era otonomi daerah daerah telah merubah model pembangunan yang dulunya bersifat sentralistis (top down), menjadi desentralisasi/otonomi (bottom-up).

Dengan adanya proses otonomi, pemerintah daerah mampu untuk mandiri di dalam membangun daerahnya. Begitupun yang terjadi di wilayah DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta memiliki potensi ekonomi yang mendukung sebagai pusat kegiatan perekonomian. Wilayah ini menjadi potensial sebagai pengembangan potensi perekonomian dikarenakan wilayah ini menjadi pusat pemerintahan yang memudahkan proses birokrasi. Hal ini menjadi pendorong wilayah ini sebagai pusat kegiatan bisnis dan jasa di Indonesia.

(26)

dibandingkan dengan daerah lain di seluruh Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan nilai investasi penanaman modal asing menurut lokasi di Indonesia.

Tabel 1.1 Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) Menurut Lokasi Di Indonesia

Sumber: BPS, BKPM (data diolah)

Berdasarkan data diatas, wilayah DKI Jakarta memiliki nilai penanaman modal asing paling besar dibandingkan beberapa provinsi lain di Indonesia. Provinsi DKI Jakarta unggul dalam nilai penanaman modal asing dibandingkan dengan provinsi lain. Berdasarkan data diatas dapat dilihat perkembangan penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia dalam 3 tahun terakhir. Hal ini menjadi gambaran potensi wilayah DKI Jakarta untuk dapat menyerap banyak investasi.

NO. LOKASI

NILAI PMA (DALAM RUPIAH)

2010 2011 2012

1 SUMUT 1.645.655.700 6.557.190.000 6.271.025.400

2 SUMBAR 71.787.300 199.230.000 728.850.000

3 KEP. RIAU 1.505.715.900 1.911.390.000 5.219.537.800

4 DKI JAKARTA 58.422.776.490 41.969.670.000 39.918.628.600

5 JABAR 15.375.204.000 33.402.780.000 40.919.582.600

6 JATENG 537.041.700 1.522.500.000 2.346.897.000

7 JATIM 16.076.720.400 11.414.400.000 22.339.738.400

8 BANTEN 14.032.145.400 18.893.790.000 26.397.003.400

9 B A L I 2.528.912.100 4.194.270.000 4.684.076.000

10 KALTIM 9.924.821.400 5.240.880.000 19.573.023.800

11 KALTENG 4.966.954.200 4.730.190.000 5.099.034.600

12 SULUT 2.060.931.600 1.915.740.000 453.830.600

13 SULSEL 4.014.636.600 779.520.000 5.661.706.800

14 MALUKU 26.352.300 101.790.000 82.603.000

(27)

Jika dilihat dalam beberapa tahun belakangan, trend yang terjadi adalah nilai investasi asing di DKI Jakarta mengalami perubahan yang tidak menentu dan cenderung mengalami penurunan nilai penanaman modal asing. Terdapat ketidakstabilan nilai penanaman modal asing yang menanamkan modalnya di DKI Jakarta. Tentunya hal ini menjadi dampak yang buruk bagi kondisi perekonomian di DKI Jakarta. Beberapa hal menjadi dampak sangat tidak menentunya tingkat penanaman modal asing (PMA). Jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia, DKI Jakarta masih paling besar untuk penanaman modal asing, perubahan penanaman modal asing dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi yang tidak stabil. Dalam perubahan investasi tercermin ketidakpastian penanaman modal asing yang masuk ke DKI Jakarta. Iklim investasi yang tidak stabil menjadikan patokan investor asing masuk dan menanamkan modalnya. Nilai investasi asing yang tidak stabil menjadi hal yang tidak baik dalam menunjang peningkatan perekonomian di wilayah ini.

(28)

membuat kelumpuhan aktivitas masyarakat. Selain itu dengan kondisi pekerja yang mogok kerja menyebabkan tingkat produktivitas wilayah ini menjadi menurun dan memaksa terjadinya berbagai kerugian. Kondisi ketidakstabilan itu juga yang menyebabkan salah satu iklim investasi di DKI Jakarta menjadi memburuk di mata penanam modal asing.

Tujuan pekerja menuntut upah naik adalah didasari pada tingkat kesejahteraan para pekerja yang kurang. Dengan semakin meningkatnya biaya hidup di DKI Jakarta, pemenuhan kebutuhan pekerja semakin sulit dicapai dengan tidak adanya peningkatan upah. Ditambah lagi kondisi wilayah ini menjadi tujuan sebagian besar pencari kerja dari berbagai daerah.. Jumlah angkatan kerja yang bertambah di kota ini yang memaksa persaingan untuk mendapatkan kerja semakin ketat. Hal itu dapat dilihat pada tabel 1.2, perkembangan upah minimum provinsi dan jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta.

Tabel 1.2 Upah Minimum Provinsi dan Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi DKI Jakarta

Tahun

UMP (dalam Rupiah)

Angkatan Kerja (dalam jiwa)

2006 900.600 3.531.799

2007 972.605 3.842.944

2008 972.605 4.191.966

2009 1.069.865 4.118.390

2010 1.188.010 4.689.761

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta (data diolah)

(29)

jumlahnya signifikan tiap tahun. Hal yang terjadi adalah penolakan keras dari pihak buruh dan serikat pekerja dengan melakukan demonstrasi menuntut peningkatan upah layak dengan turun ke jalan dan mogok kerja. Dengan begitu, kondisi yang terjadi adalah ketidaknyamanan akan iklim investasi di DKI Jakarta. Hal itu disebabkan produktivitas menurun dan mengakibatkan menurunnya keuntungan perusahaan. Padahal dalam aspek produksi dikatakan, produksi dan penggunaan modal mendorong produktivitas tenaga kerja dan umumnya meningkatkan penawaran tenaga kerja dan mendorong upah naik (Case dan Fair, 2007:261).

Menurut teori pertumbuhan Harod-domar (1946), investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas produksi yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi. Oleh karena itu kapasitas produksi yang besar akibat adanya investasi membutuhkan produktivitas tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja akan meningkat.

(30)

terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa (Mulyadi, 2006:60).

Investor asing akan lebih berminat untuk melakukan penanaman modal asing apabila diasusmsikan tersedianya tenaga kerja yang berlimpah untuk melakukan investasinya (Robudi 2011:17). Semakin berlimpah tenaga kerja yang tersedia juga menggambarkan tingginya penawaran tenaga kerja dan mendorong upah naik. Hal ini terdapat dalam teori dana upah yang dikemukakan oleh John Stuart Mill, tinggi upah tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah. Penawaran tenaga kerja yang meningkat akan mendorong tingkat dana upah bertambah, karena untuk penawaran kerja yang meningkat butuh membayarkan upah yang meningkat juga. Diharapkan jika jumlah tenaga kerja semakin meningkat maka penanaman modal asing akan meningkat. Dari apa yang dikemukakan tersebut, maka penanaman modal ditentukan pengaruhnya oleh jumlah tenaga kerja produktif yang banyak dan diikuti upah yang meningkat untuk dapat memperbesar kapasitas produksi.

(31)

tenaga kerja terpenuhi dan berdampak pada produktivitas kerja yang meningkat. Kondisi tenaga kerja yang terpenuhi kebutuhannya tidak membuat mereka melakukan aksi demonstrasi dan mogok kerja yang mengakibatkan tingkat produktivitas meningkat. Hal tersebut berdampak pada penanaman modal asing yang mengakibatkan keuntungan bagi pengusaha untuk berinvestasi.

(32)
[image:32.612.147.444.125.246.2]

Tabel 1.3 Perkembangan Panjang Jalan di Provinsi DKI Jakarta

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta (data diolah)

Perkembangan panjang jalan di DKI Jakarta dalam beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan. Akan tetapi peningkatannya cenerung stagnan dan tidak bertambah secara besar peningkatannya. Hal ini seharusnya dilakukan guna menambah jangkauan aktivitas perekonomian yang umumnya menggunakan akses darat melalui jalan raya. Jika proses produksi lancar dengan ditunjang infrastruktur baik yang disediakan oleh wilayah tersebut akan membuat kenyamanan investor dalam menanamkan modalnya. Masalah yang harus di diperhatikan pemerintah untuk meningkatkan investasi antara lain ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan pusat dan daerah, kondisi infrastruktur yang tidak memadai, dan ketidakstabilan nilai mata uang atau nilai tukar rupiah. Salah satu masalah yang menjadi penting adalah tentang infrastruktur. Kondisi infrastruktur merupakan salah satu hal yang dikeluhkan oleh para investor. Faktor ini penting untuk menunjang keberlangsungan produktivitas output dan implikasinya pada keuntungan ekonomis yang didapat oleh perusahaan (Didik, 2008:16).

Terdapat teori yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing yang menjadi dasar pengembangan penanaman modal asing. Salah

Tahun

Panjang Jalan (dalam meter)

2006 6540221

2007 6540221

2008 7208537

(33)

satunya adalah yang pertama kali dikembangkan oleh John Dunning, yaitu

Electic Theory. Terdapat beberapa hal yang akan mempengaruhi terjadinya penanaman modal asing. Hal tersebut adalah adanya keunggulan kepemilikan dari investor asing yang dapat berupa produk yang lebih efisien, keunggulan teknologi, keahlian manajemen dan jaringan pemasaran yang lebih baik. Salah satu faktor tersebut adalah butuh jaringan pemasaran yang lebih baik. Jaringan pemasaran yang baik harus ditunjang ketersediaan infrastruktur yang baik. (Robudi, 2011:29).

Berdasarkan beberapa uraian diatas sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah tidak menentunya investasi yang terjadi di daerah DKI Jakarta. Tidak menentunya investasi tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang akan diteliti dalam penulisan ini adalah upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur di DKI Jakarta. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengkaji variabel yang dapat mempengaruhi nilai investasi asing sehingga nantinya dapat menjadi prioritas pengambilan kebijakan yang tepat saat untuk mengatasi permasalahan investasi asing yang ada di wilayah DKI Jakarta.

B. Rumusan Masalah

(34)

1. Seberapa besar pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1983-2012 secara bersama-sama?

2. Seberapa besar pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1983-2012 secara parsial?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah:

1. Menganalisis seberapa besar pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1983-2012 secara bersama-sama.

2. Menganalisis seberapa besar pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1983-2012 secara parsial.

D. Kegunaan Penulisan

Manfaat yang ingin diberikan dalam penelitian ini adalah:

(35)

2. Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi seberapa besar pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1983-2012.

E. Manfaat penulisan

Manfaat yang ingin diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dapat menjadi prioritas pengambilan kebijakan yang tepat saat untuk mengatasi permasalahan investasi yang ada di Provinsi DKI Jakarta. 2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap investasi asing di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1983-2012. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan keterkaitan variabel-variabel tersebut sehingga mampu menjadi grand theory dalam penelitian ini. Dalam teori pertumbuhan Harod-domar (1946), investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan jumlah tenaga kerja produktif untuk menghasilkan output.

(37)

penanaman modal ditentukan pengaruhnya oleh jumlah tenaga kerja produktif yang banyak dan diikuti upah yang meningkat untuk dapat memperbesar kapasitas produksi.

Penanaman modal asing sangat bergantung pada faktor lain yang terkait peningkatan kapasitas produksi. Terdapat teori yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing yang menjadi dasar pengembangan penanaman modal asing. Teori tersebut adalah yang pertama kali dikembangkan oleh John Dunning, yaitu Electric Theory. Terdapat hal yang akan mempengaruhi terjadinya PMA. Hal tersebut adalah adanya keunggulan kepemilikan dari investor asing yang dapat berupa produk yang lebih efisien, keunggulan teknologi, keahlian manajemen dan jaringan pemasaran yang lebih baik. Salah satu faktor tersebut adalah butuh jaringan pemasaran yang lebih baik Jaringan pemasaran yang baik harus ditunjang ketersediaan infrastruktur yang baik. (Robudi 2011:29). Masalah yang harus di diperhatikan pemerintah untuk meningkatkan investasi antara lain ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan pusat dan daerah, kondisi infrastruktur yang tidak memadai, dan ketidakstabilan nilai mata uang atau nilai tukar rupiah. Salah satu masalah yang menjadi penting adalah tentang infrastruktur. Jika proses produksi lancar dengan ditunjang infrastruktur baik yang disediakan oleh wilayah tersebut akan membuat kenyamanan investor dalam menanamkan modalnya (Didik 2008:16).

(38)

a. Pengertian Penanaman Modal Asing

Penanaman modal atau yang lebih umum dikatakan investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Investasi adalah aliran yang meningkatkan persediaan modal. Investasi merupakan tambahan modal baru pada simpanan modal perusahaan (Case dan Fair, 2007:270).

(39)

mendapatkan manfaat dikemudian hari (masa datang). Untuk memudahkan pengertian dan perhitungan, maka sumberdaya ini biasanya diterjemahkan kedalam satuan moneter atau uang. Dengan demikian secara konsep, investasi dapat didefinisikan sebagai menanamkan uang sekarang, guna mendapatkan manfaat (balas jasa keuntungan) dikemudian hari (Henry, 2009:278).

Secara aspek mikro, investasi adalah mengalokasikan sumber daya saat ini dengan tujuan mendapatkan manfaat dimasa datang. Bila dilakukan dengan tujuan bisnis, maka tujuan akhir investasi adalah untuk mendapat laba. Sedangkan secara aspek makro, investasi adalah kegiatan yang menghasilkan nilai tambah yang merupakan sumber utama kesejahteraan masyarakat. Ini terlihat dari 5 komponen nilai tambah akibat adanya investasi yaitu; balas jasa modal yang diterima oleh masyarakat pemilik modal, upah dan gaji yang diterima masyarakat pekerja, sewa sarana produksi yang diterima oleh masyrakat pemilik faktor produksi, surplus usaha yang diterima oleh masyarakat pengusaha, dan akhirnya investasi merupakan fungsi dari kesejahteraan masyarakat (Henry, 2009:278).

(40)

kegiatan produksi yang menghasilkan output barang dan jasa untuk dipasarkan di dalam negeri maupun untuk ekspor. Dalam kenyataannya keinginan setiap negara untuk memelihara pertumbuhan ekonominya, tergantung pada sejauh mana negara tersebut dapat menumbuhkan investasi secara terus menerus. Kemampuan suatu negara dalam mengembangkan investasi di negaranya dapat diukur melalui parameter penyisihan dana untuk investasi atau pembentukan modal tetap (fixed capital formation) dari produk domestik bruto (PDB) yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan. (Henry, 2009:48).

Ada tiga sumber utama modal asing dalam suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, yaitu: pinjaman luar negeri (debt), penanaman modal asing langsung (Foreign Direct Investment), dan investasi portofolio. Penanaman modal asing merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak asing dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk mendapatkan laba melalui penciptaan suatu produksi atau jasa.

(41)

Definisi lain masih dalam undang-undang tersebut adalah aliran modal dari suatu negara ke negara lainnya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, yang lebih produktif dan juga sebagai diversifikasi usaha. Hasil yang diharapkan dari aliran modal internasional adalah meningkatnya output dan kesejahteraan dunia. Disamping peningkatan income dan output, keuntungan bagi negara tujuan dari aliran modal asing adalah membawa teknologi yang lebih mutakhir, besar kecilnya keuntungan bagi negara tujuan tergantung pada kemungkinan penyebaran teknologi yang bebas bagi perusahaan. Investasi asing meningkatkan kompetisi di negara tujuan. Masuknya perusahaan baru dalam sektor yang tidak diperdagangkan meningkatkan output industri dan menurunkan harga domestik, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan. Investasi asing dapat berperan dalam mengatasi kesenjangan nilai tukar dengan negara tujuan.

(42)

bahwa setiap Perusahaan yang didalamnya terdapat Modal Asing, tanpa melihat batasan jumlah modal tersebut dapat dikategorikan sebagai PMA (Robudi 2011:12).

b. Jenis dan Karakteristik Investasi

Investasi menurut jenis dikelompokkan menjadi investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment). Investasi langsung (direct investment) adalah jenis investasi pada aset atau faktor produksi untuk melakukan usaha (bisnis) pada sektor riil. Investasi langsung juga menghasilkan dampak berganda yang besar bagi sektor ekonomi terkait dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Sementara itu investasi tidak langsung (indirect investment) adalah jenis investasi pada aset keuangan seperti deposito, surat berharga, saham dan obligasi yang bertujuan mendapat balas jasa berupa dividen atau capital gain atau disederhanakan dengan istilah bunga. Pada hakekatnya investasi tidak langsung adalah turunan atau derifatif dari investasi langsung sehingga laba atau balas jasa dari investasi finansial ini berasal dari kemampuan dan produktivitas investasi langsung (Henry, 2009:10-11).

(43)

Sedangkan barang yang memberikan faedah umum dari hasil investasi ini disebut

economic overhead capital (EOC). Menurut Henry (2009:12) investasi publik adalah

investasi yang dilakukan oleh negara atau pemerintah untuk membangun prasarana dan sarana (infrastruktur) guna memenuhi kebutuhan masyarakat (publik).

Private investment adalah jenis investasi yang dilakukan oleh swasta dengan tujuan mendapat manfaat berupa laba. Investasi jenis ini disebut juga dengan istilah investasi dengan profit motif. Investasi dengan karakteristik seperti ini dapat dilakukan oleh pribadi dan perusahaan seperti usaha mikro atau rumah tangga, usaha kecil menengah, dan usaha besar baik berbentuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA). Jenis investasi campuran pemerintah dan swasta adalah kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam melakukan investasi untuk membangun prasarana dan sarana guna memenuhi kebutuhan masyarakat.

Perbedaan dengan investasi publik adalah dengan adanya istilah penyertaan modal negara atau daerah dan lembaga atau badan usaha yang berada di luar pemerintah antara lain perusahaan swasta nasional dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), perusahaan swasta asing dengan penanaman modal asing (PMA) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

c. Motivasi Penanaman Modal Asing

(44)

Invetment adalah Investasi yang terjadi secara otomatis sesuai perkembangan kebutuhan hidup seseorang, atau sekelompok orang, atau organisasi, bahkan Negara. Investasi ini didorong oleh kebutuhan di masa depan (by nature). Investasi ini tergantung dari kemampuan masing-masing orang atau kelompok untuk melakukannya atau lebih tepatnya tergantung dari pendapatan yang dimiliki bersangkutan. Induced Investment adalah investasi yang disengaja karena ada harapan mendapatkan manfaat atau laba. Investasi ini dilakukan karena keinginan masa depan (by designed). Investasi ini lebih condong pada pengertian ekonomi atau bisnis, yaitu usaha yang terkait dengan tujuan mendapat manfaat di kemudian hari.

(45)

Cost-Related Motives adalah Motivasi pengurangan biaya dilakukan melalui mengambil keuntungan sepenuhnya dari skala ekonomis, penggunaaan faktor produksi asing yang lebih murah atau lebih baik, penggunaan sumber daya alam negara asing untuk mengurangi biaya transportasi, penggunaan teknologi negara asing dan sebagai reaksi perubahan nilai tukar (Robudi 2011:28).

d. Faktor Pengaruh Penanaman Modal Asing

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing yang menjadi dasar pengembangan penanaman modal asing. Salah satunya adalah yang pertama kali dikembangkan oleh John Dunning, yaitu Electic Theory. Terdapat hal yang akan mempengaruhi terjadinya penanaman modal asing. Hal tersebut antara lain adalah adanya keunggulan kepemilikan dari investor asing yang dapat berupa produk yang lebih efisien, keunggulan teknologi, keahlian manajemen dan jaringan pemasaran yang lebih baik. Keunggulan ini menjadi dasar adanya perusahaan asing (Robudi, 2011:29).

(46)

daya saing, kebijakan pemerintah terkait dengan perdagangan dan industri serta kebijakan pemerintah terkait Penanaman Modal Asing, misalnya insentif atas investasi asing dalam bidang fiskal. Kondisi dan strategi dari negara investor asing (push factors )Push factors yang mempengaruhi masuknya investasi asing antara lain adalah strategi produksi dari perusahaan yang akan melakukan investasi asing, serta persepsi resiko dari investor asing terhadap negara tujuan investasi (Robudi, 2011:29-30)

Sementara itu dalam teori pembangunan yang dikemukakan oleh Joseph Schumpeter dikemukakan bahwa penanaman modal dalam perekonomian dapat dibedakan menjadi dua golongan: penanaman modal otonomi (autonomus investment) dan penanaman modal terpengaruh (induced investment). Penanaman modal otonomi ditentukan oleh perkembangan jangka panjang, terutama oleh penemuan kekayaan alam yang baru dan kemajuan teknologi. Sedangkan penanaman modal terpengaruh adalah penanaman modal yang dilakukan sebagai akibat adanya kenaikan dalam produksi nasional, pendapatan, penjualan, atau keuntungan perusahaan. Dari kedua jenis penanaman modal tersebut, penanaman modal terpengaruh adalah yang lebih besar jumlahnya (Sadono, 2007:253).

2. Upah Minimum Provinsi

a. Pengertian Upah Minimum Provinsi

(47)

atau kerjanya. Pembayaran upah pada prinsipnya diberikan dalam bentuk uang. Upah pada dasarnya merupakan suatu imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk yang ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan perundangan yang berlaku (Soesanto, 1991:23).

Upah tenaga kerja yang diberikan tergantung pada, biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya, peraturan undang-undang yang mengikat tentang upah minimum pekerja, produktivitas marginal tenaga kerja, tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha, perbedaan jenis pekerjaan. Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi. Sehubungan dengan hal itu maka upah yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu:

1) Upah Nominal, yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang diterima secara rutin oleh para pekerja.

2) Upah Riil , yaitu kemampuan upah nominal yang diterima oleh para pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur berdasarkan banyaknya barang dan jasa yang bisa didapatkan dari pertukarantersebut. b. Teori Pembentukan Harga Upah

(48)

John Stuart Mill. Menurut teori ini tinggi upah tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah. Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong tingkat upah yang cenderung turun, karena tidak sebanding antara jumlah tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja. Keadaan terbalik apabila penawaran tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan permintaannya maka upah cenerung naik.

(49)

Teori Upah Wajar (alami). Teori dari David Ricardo menerangkan bahwa upah menurut kodrat adalah upah yang cukup untuk pemeliharaan hidup pekerja dengan keluarganya. Di pasar akan terdapat upah menurut harga pasar adalah upah yang terjadi di pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Upah harga pasar akan berubah di sekitar upah menurut kodrat. Oleh ahli-ahli ekonomi modern, upah kodrat dijadikan batas minimum dari upah kerja.

Teori Upah Besi dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle. Penerapan sistem upah kodrat menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh, karena kita ketahui posisi kaum buruh dalam posisi yang sulit untuk menembus kebijakan upah yang telah ditetapkan oleh para produsen. Berhubungan dengan kondisi tersebut maka teori ini dikenal

dengan istilah “Teori Upah Besi”. Untuk itulah Lassalle menganjurkan untuk

(50)

c. Penetapan Upah Minimum Provinsi

Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. Selain itu dengan Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1981 telah ditetapkan tentang perlindungan upah sebagai pelaksanaan dari UU No.14 tahun 1969 tentang ketemtuan pokok mengenai tenaga kerja yang mengatur perlindungan upah secara nasional. Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Pada awalnya Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh.

Setelah survei di sejumlah kota dalam propinsi tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) - dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah minimum regional (UMR) kepada Gubernur untuk disahkan. Komponen kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum.

(51)

pekerja merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup pekerja dan keluarganya.

Namun, dalam kenyataannya masih terdapat tingkat upah yang belum memenuhi kebutuhan minimal pekerja dan keluarganya. Maka dari itu, terdapat beberapa ketentuan; upah minimum adalah upah pokok ditambah dengan tunjangan tetap dengan ketentuan pokok serendah-rendahnya 75% dari upah minimum, upah minimum sub sektoral regional adalah upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan pada sub sektor tertentu dalam daerah tertentu, upah minimum sektoral regional adalah upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan pada sekor tertentu dalam daerah tertentu, upah minimum regional adalah upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan dalam daerah tertentu.

3. Tenaga Kerja

a. Pengertian Tenaga Kerja

(52)

Di Indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk yang 15 tahun ke atas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomis (Badan Pusat Statistik 2003). Sedangkan menurut Ida Bagus Mantra (2000:225) bahwa Angkatan Kerja terdiri dari penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali tapi mencari pekerjaan secara aktif. Mereka yang berumur 15 tahun atau tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah tangga, pensiun, atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja tidak dimasukkan dalam angkatan kerja. Banyak sedikitnya angkatan kerja tergantung komposisi penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama penduduk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak itu diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(53)

presentase penduduk dalam kelompok umur tersebut (Mulyadi, 2006:60).TPAK dapat dihitung dengan rumus perhitungan angkatan kerja dibagi tenaga kerja dikali 100%.

Angkatan kerja (labor force) didefinisikan sebagai jumlah orang yang bekerja dan orang yang menganggur, dan tingkat pengangguran (unemployment rate) didefinisikan sebagai persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa (Mulyadi, 2006:60). Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan jumlah angkatan kerja yang bekerja. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa dalam struktur ketenagakerjaan terdapat angkatan kerja yang terdiri dari orang yang bekerja dan tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penelitian ini hanya mengambil meneliti tentang jumlah angkatan kerja yang bekerja. Hal ini berkaitan dengan pendekatan angkatan kerja yang bekerja dinilai produktivitasnya untuk menghasilkan output bagi suatu kegiatan perekonomian. Ini berkaitan dengan pengaruhnya terhadap penanaman modal asing yang ada di wilayah tersebut.

b. Konsep Angkatan Kerja

(54)

pengangguran. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja tidak termasuk angkatan kerja mencakup penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainya. Sedangkan bekerja dikatakan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan paling sedikit 1 jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja, misal karena cuti, sakit dan sejenisnya. Kriteria satu jam digunakan dengan pertimbangan untuk mencakup semua jenis pekerjaan yang mungkin ada pada suatu negara, termasuk didalamnya adalah pekerja dengan waktu singkat, pekerja bebas, stand-by work dan pekerja yang tak beraturah lainnya.

(55)

Gambar 2.1 Diagram Ketenagakerjaan

Sumber:Indikator Pasar Tenaga Kerja, BPS

Sementara itu, definisi untuk pengangguran adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan, bersedia untuk bekerja, dan sedang mencari pekerjaan. Definisi ini digunakan pada pelaksanaan Sakernas 1986 sampai dengan 2000, sedangkan sejak tahun 2001 definisi pengangguran mengalami penyesuaian/perluasan. Pengangguran adalah mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya dikatagorikan sebagai bukan angkatan kerja), yang sudak punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikatagorikan sebagai bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja (jobless).

c. Teori Ketenagakerjaan

Terdapat beberapa teori penting dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan. Adapun teori yang menjadi dasar penelitian ini tentang pengaruh

Penduduk

Usia kerja Bukan usia

kerja

Angkatan kerja Bukan angkatan

kerja

Pengangguran n

(56)

tenaga kerja terhadap penanaman modal atau investasi adalah teori pertumbuhan Harod-domar (1946). Menurut teori ini investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi (Mulyadi, 2006:11). Oleh karena itu kapasitas produksi yang besar akibat adanya investasi membutuhkan tenaga kerja produktif untuk menghasilkan output. Maka apabila tenaga kerja naik maka investasi naik, begitupun sebalinya.

(57)

Selain itu, John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Jika tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.

Setelah itu terdapat Teori Lewis (1959) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Bersamaan dengan terserapnya kelebiham pekerja di sektor industri modern, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat. Selanjutnya peningkatan upah ini akan mengurangi ketimpangan tingkat pendapatan perkotaan dan pedesaan (Mulyadi, 2006:58). Teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.

(58)

lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih besar dari perolehan upah institusional (Mulyadi, 2006:59).

4. Infrastruktur

a. Pengertian Infrastruktur

Dalam kamus besar bahasa indonesia infrastruktur diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. Secara umum diketahui sebagai fasilitas publik seperti rumah sakit, jalan, jembatan, sanitasi, telepon, dsb. Dalam ilmu ekonomi infrastruktur merupakan wujud dari public capital (modal publik) yang dibentuk dari investasi yang dilakukan pemerintah (Mankiw, 2003: 38). Infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen- agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Sistem Infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas- fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat.

(59)

1) Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).

2) Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.

3) Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi.

Familoni (2004:16) menyebut infrastruktur sebagai basic essential service dalam proses pembangunan. Definisi lain tentang infrastruktur, yaitu bahwa infrastruktur mengacu pada fasilitas kapital fisik dan termasuk pula kerangka kerja organisasional, pengetahuan dan teknologi yang penting untuk organisasi masyarakat dan pembangunan dan pembangunan ekonomi mereka. Infrastruktur meliputi undang-undang, sistem pendidikan dan kesehatan publik; sistem distribusi dan perawatan air; pengumpulan sampah dan limbah, pengolahan pembuangannya; sistem keselamatan publik, seperti pemadam kebakaran; sistem komunikasi, sistem transportasi dan utilitas publik.

b. Jenis dan Karakteristik Infrastruktur

(60)

dan sosial. Infrastruktur ekonomi memegang peranan penting dalam mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi di berbabagi negara. Infrastruktur ekonomi diantaranya utilitas publik seperti tenaga listrik, telekomunikaasi, suplai air bersih, sanitasi dan saluran pembuangan dan gas. Kemudian juga termasuk pula pekerjaan umum, seperti jalan, kanal, bendungan, irigasi, dan drainase serta proyek transportasi seperti jalur kereta api, angkutan kota. Sedangkan infrastruktur sosial dapat dibedakan menjadi infrastruktur pendidikan dan kesehatan (Familoni ,2004:20). Pembedaan infrastruktur juga seringkali didasarkan pada investasi yang dilakukan terhadap infrastruktur tersebut. Disagregasi investasi tersebut dibedakan dalam dua kategori. Pertama, jaringan transportasi dan komunikasi luas (jalan kereta api, jalan raya, pelbuhan dan sistem telepon). Kedua, infrastruktur yang merupakan aset dengan cakupan lokal (trasnportasi kota, distribusi listrik, dan sistem air bersih). Pembedaan ini berkaitan dengan intensitas intervensi yang berbeda pada tiap level pemerintahan. Pembedaan kategori berkaitan dengan karateristik antar region (Herranz-Loncan, 2008:66).

(61)

autonomus investment yaitu investasi yang timbul bukan karena adanya tambahan pendapatan.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis infrasturktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan infrastruktur pengangkutan minyak dan gas bumi. Penggolongan infrastruktur tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena sifatnya yang dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga perlu diatur oleh pemerintah.

c. Manfaat Infrastruktur

Menurut Didik (2008:16), masalah yang harus di diperhatikan pemerintah untuk meningkatkan investasi antara lain ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan pusat dan daerah, kondisi infrastruktur yang tidak memadai, dan ketidakstabilan nilai mata uang atau nilai tukar rupiah. Faktor tersebut merupakan permasalah krusial yang dihadapi di Indonesia secara umum. Salah satu masalah yang menjadi penting setelah dijelaskan sebelumnya masalah ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan akibat penuntutan kenaikan upah dan masalah tenaga kerja adalah tentang infrastruktur.

(62)

(Didik, 2008:83). Hal tersebut berkaitan erat pada kelancaran proses produksi yang dirasakan oleh perusahaan yang berinvestasi di suatu wilayah. Faktor ini penting untuk menunjang keberlangsungan produktivitas output dan implikasinya pada keuntungan ekonomis yang didapat oleh perusahaan. Jika proses produksi lancar dengan ditunjang infrastruktur baik yang disediakan oleh wilayah tersebut akan membuat kenyamanan investor dalam menanamkan modalnya. Sebagai contoh di Indonesia, daerah yang berada di bagian utara Jawa seperti Jakarta, Pekalongan, Cirebon, Semarang, dan Surabaya memiliki tingkat ekonomi yang jauh lebih baik daripada daerah jawa bagian selatan. Hal itu disebabkan di daerah utara Jawa memiliki infrastruktur yang memadai sehingga para investor mau menanamkan modalnya dan memperluas usahanya (Didik, 2008:84). Jika suatu daerah mempunyai infrastruktur yang bagus, sudah dipastikan daerah tersebut memliki keadaan ekonomi yang kuat. Sebaliknya, jika suatu daerah memiliki infrastruktur yang relatif jelek, keadaan ekonominya pun cenderung tidak bagus (Didik, 2008:83).

(63)

d. Teori Infrastruktur

Teori Solow menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi berasal dari satu atau lebih dari tiga faktor yaitu, peningkatan dalam kuantitas dan kualitas pekerja (labor), kenaikan dalam kapital (melalui tabungan dan investasi) dan peningkatan dalam teknologi. Namun peran teknologi dalam model ini masih eksogenous, dimana teknologi itu sendiri bukan merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi, akan tetapi merupaka given. Investasi fisik seperti infrastruktur dalam model Solow ini dimasukkan dalam faktor kapital (Meiningtyas, 2007:9-10).

Teori Pertumbuhan Endogenous adalah teori ekonomi lain yang memasukkan peranan infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi adalah Teori Pertumbuhan Endogenous yang diperkenalkan oleh Romer. Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa kemajuan teknologi tidak dapat dikatakan eksogen, melainkan endogen karena kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh investasi dari sumber daya manusia dan industri berbasis ilmu pengetahuan. Konsekuensi lebih lanjut dari teori ini adalah pentingnya penyediaan infrastruktur yang dapat meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya sehingga menghasilkan

increasing return to scale dalam proses produksi (Meiningtyas, 2007:10).

(64)

memerlukan modal dan sumber daya melebihi dari yang tersedia, bagaimana cara menentukan proyek yang didahulukan agar penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia menciptakan tingkat perkembangan ekonomi yang maksimal. Berdasarkan pada prinsip pemilihan proyek Hirschman menganalisis masalah alokasi sumber daya diantara sektor social overhead capital (SOC) dengan sektor directly productives activities (DPA), yaitu antara sektor prasarana dengan sektor yang secara langsung menghasilkan barang yang diperlukan masyarakat.

Dengan kombinasi dua sektor tersebut didapatkan kesimpulan yang menunjukkan bahwa jumlah biaya yang harus dibelanjakan untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu tergantung kepada besarnya SOC yang tersedia dalam masyarakat (Sadono, 2007:293). Jika suatu daerah mempunyai infrastruktur yang bagus, sudah dipastikan daerah tersebut memliki keadaan ekonomi yang kuat. Sebaliknya, jika suatu daerah memiliki infrastruktur yang relatif jelek, keadaan ekonominya pun cenderung tidak bagus (Didik, 2008:83).

B. Penelitian Terdahulu

(65)

signifikan secara statistik. Selain itu, ada juga efek self-reinforcing yang kuat FDI pada dirinya sendiri. Tidak ada keseimbangan FDI daerah antara 1985 dan 1995, tapi ada konvergensi dalam penyimpangan dari keseimbangan FDI. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini adalah metode yang dilakukan yaitu dengan metode panel data. Sementara penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode OLS.

Jörn-Steffen Pischke (2005) Labor market institutions, wages, and investment: review and implicatios. Hasil dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan meningkatnya ketimpangan upah di Amerika Serikat, tetapi struktur upah yang relatif stabil di Eropa pada tahun 1980an yang disebabkan perbedaan keputusan invetasi oleh perusahaan-perusahaan untuk pekerjaan yang biasanya dipegang oleh pekerja kurang terampil. Variabel yang digunakan adalah pasar tenaga kerja, upah, dan investasi. Metode yang dilakukan adalah dengan penyampaian bukti empiris yang kira-kira sesuai dengan penalaran teoritis disertai dengan data-data dan hasil pengamatan terdahulu. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada metode penelitian yang menggunakan penyampaian bukti empiris dan juga adanya variabel independent lain yaitu infrastruktur. Sementara itu penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode OLS.

(66)

regional dan FDI provinsi Argentina . Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah ruang untuk lokasi FDI , menunjukkan beberapa efek persaingan dalam arus masuk FDI antara provinsi-provinsi tetangga . Jalan beraspal tampaknya juga penting tapi proxy lain infrastruktur tampaknya tidak menjadi begitu penting . Menurut hasil penelitian kami, kenaikan 10 % di jalan beraspal per kapita menambah FDI antara 17 % dan 33 % dalam perekonomian daerah asal rata-rata dan memperluas jaringan jalan beraspal di daerah tetangga akan meningkatkan FDI antara 12 % dan 14 %. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian dengan panel data dan penggunaan proxy jalan beraspal. Sementara itu penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode OLS dan menggunakan proxy panjang jalan pada variabel infrastruktur.

(67)

variabel independen lain seperti biaya pemeliharaan dan ekspor, sementara itu penelitian yang dilakukan penulis menggunakan variabel upah minimum provinsi.

Puput Wijayanti dan Edy Yusuf AG (2010) Pengaruh ketersediaan tenaga kerja, infrastruktur, pendapatan perkapita dan suku bunga terhadap investasi industri Kota

Semarang. Hasil dari penelitian ini adalah Variabel unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum kabupaten berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja di Kabupaten Semarang. Variasi perubahan permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang sebesar 85,3 persen dijelaskan oleh variabel unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum Kabupaten Sedangkan sisanya 14,7 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan faktor yang mempengaruhi investasi di Kota Semarang.. Metode analisis data yang digunakan adalah time series dengan waktu dari tahun 1990-2009. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kointegrasi dan ECM (Error Correction Model). Perbedaan pada penelitian ini adalah pada metode penelitian yaitu menggunakan ECM. Sementara itu penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode OLS. Selain itu penelitian ini menggunakan variabel independen nilai unit usaha, sedangkan penulis menggunakan variabel upah minimum provinsi.

(68)

Modal Asing Langsung di Indonesia, yaitu Nilai Tambah Bruto, Suku bunga riil, Jumlah Tenaga Kerja, Infrastruktur, dampak krisis Asia 1996 dan dampak perubahan kebijakan pemerintah di bidang Investasi. Analisis dilakukan dengan model analisis regresi dengan menggunakan metode data panel dan model estimasi Fixed Efect. Hasil analisis menunjukkan bahwa Nilai Tambah Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan Penanaman Modal Asing Langsung. Sementara, tingkat suku bunga riil berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung. Selain itu, hasil analisis juga membuktikan bahwa krisis ekonomi tahun 1998 sebagai variabel dummy terbukti menurunkan jumlah Penanaman Modal Asing Langsung. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan variabel upah minimum provinsi dan juga menggunakan data panel. Sementara itu penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode OLS.

Bobby Kresna Dewata dan I Wayan Yogi Swara (2013) Pengaruh Total Ekspor,

Libor, Dan Upah Tenaga Kerja Terhadap Investasi Asing Langsung Di Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa total ekspor, LIBOR

(69)
[image:69.612.109.532.127.626.2]

ekspor, LIBOR dan upah tenaga kerja, sedangkan sisanya sebesar 13,9 persen dipengaruhi oleh variasi (naik turunnya) variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Secara parsial total ekspor berpengaruh positif dan signifikan, LIBOR tidak berpengaruh, dan upah tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi asing langsung di Indonesia tahun 1990-2012. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penggunaan variabel independen yaitu LIBOR dan total ekspor, selain itu objek penelitian yaitu Indonesia.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Tahun Peneliti Judul Variabel Hasil

2000 Leonard K. Chenga dan Yum K. Kwan.

(70)

2005 Jörn-Steffen Pischke Labor market institutions, wages, and investment: review and implicatios Pasar tenaga kerja, upah, dan investasi

Meningkatnya ketimpangan upah di Amerika Serikat, tetapi struktur upah yang relatif stabil di Eropa pada tahun 1980an yang disebabkan perbedaan keputusan invetasi oleh perusahaan-perusahaan untuk pekerjaan yang biasanya dipegang oleh pekerja kurang terampil. Tahun 2007 Peneliti Lucio

Gambar

Tabel 1.1  Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) Menurut Lokasi Di
Tabel 1.2 Upah Minimum Provinsi dan Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi
Tabel 1.3 Perkembangan Panjang Jalan di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sulistiawati, R., 2012, “Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia”, Jurnal Eksos Universitas

Rezultati dobiveni energetskom simulacijom Varijante 5 ukazuju na smanjenje potrebne energije za hlađenje u odnosu na PAR, pri čemu je potrebna energija za

Total jumlah subjek untuk kelompok urea dan niasinamid adalah sama yaitu 33 subjek mendapatkan krim urea 10% atau niasinamid 4% berdasarkan random alokasi menggunakan

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan (Archipelago State), hal ini sesuai dengan Pasal 46 Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982, yang menyatakan bahwa istilah

Sorotan lepas juga mendapati sudah menjadi suatu kelaziman bagi pengkaji dalam mengukur religiositi atau kepatuhan beragama dengan melibatkan sekurang-kurangnya dua intipati

function deviden_Callback(hObject, eventdata, handles) function deviden_CreateFcn(hObject, eventdata, handles) if ispc && isequal(get(hObject,'BackgroundColor'),

• Produk domestic regional bruto, penanaman modal asing, dan upah minimum provinsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Pulau

Semua pelanggaran tata tertib sebagaimana tercantum di atas, akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan Asrama Mahasiswa UI... Memahami hak dan