• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap investasi asing di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1983-2012. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan keterkaitan variabel-variabel tersebut sehingga mampu menjadi grand theory dalam penelitian ini. Dalam teori pertumbuhan Harod-domar (1946), investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan jumlah tenaga kerja produktif untuk menghasilkan output.

Investor asing akan lebih berminat untuk melakukan penanaman modal asing apabila tersedia tenaga kerja yang berlimpah untuk melakukan investasinya (Robudi 2011:17). Semakin berlimpah tenaga kerja yang tersedia juga menggambarkan tingginya penawaran tenaga kerja. Hal ini terdapat dalam teori dana upah yang dikemukakan oleh John Stuart Mill, tinggi upah tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah. Penawaran tenaga kerja yang meningkat akan mendorong tingkat dana upah bertambah, karena untuk meningkatkan penawaran kerja butuh pembayaran upah yang meningkat juga. Dari apa yang dikemukakan dalam kedua teori tersebut, maka

penanaman modal ditentukan pengaruhnya oleh jumlah tenaga kerja produktif yang banyak dan diikuti upah yang meningkat untuk dapat memperbesar kapasitas produksi.

Penanaman modal asing sangat bergantung pada faktor lain yang terkait peningkatan kapasitas produksi. Terdapat teori yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing yang menjadi dasar pengembangan penanaman modal asing. Teori tersebut adalah yang pertama kali dikembangkan oleh John Dunning, yaitu Electric Theory. Terdapat hal yang akan mempengaruhi terjadinya PMA. Hal tersebut adalah adanya keunggulan kepemilikan dari investor asing yang dapat berupa produk yang lebih efisien, keunggulan teknologi, keahlian manajemen dan jaringan pemasaran yang lebih baik. Salah satu faktor tersebut adalah butuh jaringan pemasaran yang lebih baik Jaringan pemasaran yang baik harus ditunjang ketersediaan infrastruktur yang baik. (Robudi 2011:29). Masalah yang harus di diperhatikan pemerintah untuk meningkatkan investasi antara lain ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan pusat dan daerah, kondisi infrastruktur yang tidak memadai, dan ketidakstabilan nilai mata uang atau nilai tukar rupiah. Salah satu masalah yang menjadi penting adalah tentang infrastruktur. Jika proses produksi lancar dengan ditunjang infrastruktur baik yang disediakan oleh wilayah tersebut akan membuat kenyamanan investor dalam menanamkan modalnya (Didik 2008:16).

a. Pengertian Penanaman Modal Asing

Penanaman modal atau yang lebih umum dikatakan investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Investasi adalah aliran yang meningkatkan persediaan modal. Investasi merupakan tambahan modal baru pada simpanan modal perusahaan (Case dan Fair, 2007:270).

Todaro (2000:388) mendefinisikan investasi atau penanaman modal adalah bagian dari total pendapatan nasional (national income) atau pengeluaran nasional (national expenditure) yang secara khusus diperuntukkan memproduksi barang-barang kapital atau modal pada suatu periode tertentu. Menurut Sukrino (2000:69), Investasi merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dimasa depan. Dengan kata lain investasi merupakan kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas memproduksi sesuatu dalam perekonomian. Secara konsep, investasi adalah kegitan mengalokasikan atau menanamkan sumberdaya saat ini (sekarang), dengan harapan

mendapatkan manfaat dikemudian hari (masa datang). Untuk memudahkan pengertian dan perhitungan, maka sumberdaya ini biasanya diterjemahkan kedalam satuan moneter atau uang. Dengan demikian secara konsep, investasi dapat didefinisikan sebagai menanamkan uang sekarang, guna mendapatkan manfaat (balas jasa keuntungan) dikemudian hari (Henry, 2009:278).

Secara aspek mikro, investasi adalah mengalokasikan sumber daya saat ini dengan tujuan mendapatkan manfaat dimasa datang. Bila dilakukan dengan tujuan bisnis, maka tujuan akhir investasi adalah untuk mendapat laba. Sedangkan secara aspek makro, investasi adalah kegiatan yang menghasilkan nilai tambah yang merupakan sumber utama kesejahteraan masyarakat. Ini terlihat dari 5 komponen nilai tambah akibat adanya investasi yaitu; balas jasa modal yang diterima oleh masyarakat pemilik modal, upah dan gaji yang diterima masyarakat pekerja, sewa sarana produksi yang diterima oleh masyrakat pemilik faktor produksi, surplus usaha yang diterima oleh masyarakat pengusaha, dan akhirnya investasi merupakan fungsi dari kesejahteraan masyarakat (Henry, 2009:278).

Secara aspek makro, investasi erat kaitannya dengan perhitungan pendapatan nasional menggunakan pendapatan pengeuaran. Peranan dan fungsi investasi dalam sistem perekonomian dapat dilihat dengan menghitung pendapatan nasional pendekatan pengeluaran. Dalam kegiatan perekonomian setiap negara, investasi merupakan salah satu variabel yang sangat penting dan vital. Pada hakekatnya investasi merupakan penorbanan awal untuk menciptakan nilai tambah melalui

kegiatan produksi yang menghasilkan output barang dan jasa untuk dipasarkan di dalam negeri maupun untuk ekspor. Dalam kenyataannya keinginan setiap negara untuk memelihara pertumbuhan ekonominya, tergantung pada sejauh mana negara tersebut dapat menumbuhkan investasi secara terus menerus. Kemampuan suatu negara dalam mengembangkan investasi di negaranya dapat diukur melalui parameter penyisihan dana untuk investasi atau pembentukan modal tetap (fixed capital formation) dari produk domestik bruto (PDB) yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan. (Henry, 2009:48).

Ada tiga sumber utama modal asing dalam suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, yaitu: pinjaman luar negeri (debt), penanaman modal asing langsung (Foreign Direct Investment), dan investasi portofolio. Penanaman modal asing merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak asing dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk mendapatkan laba melalui penciptaan suatu produksi atau jasa.

Selain itu penanaman modal asing merupakan alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia. Penanaman modal asing juga bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang - undang ini keuntungan yang diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

Definisi lain masih dalam undang-undang tersebut adalah aliran modal dari suatu negara ke negara lainnya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, yang lebih produktif dan juga sebagai diversifikasi usaha. Hasil yang diharapkan dari aliran modal internasional adalah meningkatnya output dan kesejahteraan dunia. Disamping peningkatan income dan output, keuntungan bagi negara tujuan dari aliran modal asing adalah membawa teknologi yang lebih mutakhir, besar kecilnya keuntungan bagi negara tujuan tergantung pada kemungkinan penyebaran teknologi yang bebas bagi perusahaan. Investasi asing meningkatkan kompetisi di negara tujuan. Masuknya perusahaan baru dalam sektor yang tidak diperdagangkan meningkatkan output industri dan menurunkan harga domestik, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan. Investasi asing dapat berperan dalam mengatasi kesenjangan nilai tukar dengan negara tujuan.

Dalam UU Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007, yang disebut sebagai Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Adapun bentuk penanaman modal ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu mengambil bagian saham pada saat pendirian Perseroan Terbatas, membeli saham; dan melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. Berdasarkan pengertian ini, maka dapat disimpulkan

bahwa setiap Perusahaan yang didalamnya terdapat Modal Asing, tanpa melihat batasan jumlah modal tersebut dapat dikategorikan sebagai PMA (Robudi 2011:12).

b. Jenis dan Karakteristik Investasi

Investasi menurut jenis dikelompokkan menjadi investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment). Investasi langsung (direct investment) adalah jenis investasi pada aset atau faktor produksi untuk melakukan usaha (bisnis) pada sektor riil. Investasi langsung juga menghasilkan dampak berganda yang besar bagi sektor ekonomi terkait dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Sementara itu investasi tidak langsung (indirect investment) adalah jenis investasi pada aset keuangan seperti deposito, surat berharga, saham dan obligasi yang bertujuan mendapat balas jasa berupa dividen atau capital gain atau disederhanakan dengan istilah bunga. Pada hakekatnya investasi tidak langsung adalah turunan atau derifatif dari investasi langsung sehingga laba atau balas jasa dari investasi finansial ini berasal dari kemampuan dan produktivitas investasi langsung (Henry, 2009:10-11).

Dari segi karakteristik investasi dapat dikelompokkan anatara lain pemerintah (public investment), swasta (private investment), campuran pemerintah dan swasta. Public investment umumnya tidak dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan tapi untuk tujuan kebutuhan masyarakat seperti jalan raya, irigasi, rumah sakit, pelabuhan dan sebagainya. Investasi ini disebut social overhead capital (SOC).

Sedangkan barang yang memberikan faedah umum dari hasil investasi ini disebut

economic overhead capital (EOC). Menurut Henry (2009:12) investasi publik adalah

investasi yang dilakukan oleh negara atau pemerintah untuk membangun prasarana dan sarana (infrastruktur) guna memenuhi kebutuhan masyarakat (publik).

Private investment adalah jenis investasi yang dilakukan oleh swasta dengan tujuan mendapat manfaat berupa laba. Investasi jenis ini disebut juga dengan istilah investasi dengan profit motif. Investasi dengan karakteristik seperti ini dapat dilakukan oleh pribadi dan perusahaan seperti usaha mikro atau rumah tangga, usaha kecil menengah, dan usaha besar baik berbentuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA). Jenis investasi campuran pemerintah dan swasta adalah kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam melakukan investasi untuk membangun prasarana dan sarana guna memenuhi kebutuhan masyarakat.

Perbedaan dengan investasi publik adalah dengan adanya istilah penyertaan modal negara atau daerah dan lembaga atau badan usaha yang berada di luar pemerintah antara lain perusahaan swasta nasional dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), perusahaan swasta asing dengan penanaman modal asing (PMA) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

c. Motivasi Penanaman Modal Asing

Menurut Henry (2009: 278), dari sisi motivasi investasi dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu Autonomus Invetment dan Induced Investment. Autonomus

Invetment adalah Investasi yang terjadi secara otomatis sesuai perkembangan kebutuhan hidup seseorang, atau sekelompok orang, atau organisasi, bahkan Negara. Investasi ini didorong oleh kebutuhan di masa depan (by nature). Investasi ini tergantung dari kemampuan masing-masing orang atau kelompok untuk melakukannya atau lebih tepatnya tergantung dari pendapatan yang dimiliki bersangkutan. Induced Investment adalah investasi yang disengaja karena ada harapan mendapatkan manfaat atau laba. Investasi ini dilakukan karena keinginan masa depan (by designed). Investasi ini lebih condong pada pengertian ekonomi atau bisnis, yaitu usaha yang terkait dengan tujuan mendapat manfaat di kemudian hari.

Pada umumnya investasi ini adalah kelompok investasi yang dilakukan oleh swasta. Investasi ini tergantung dari peluang mendapatkan manfaat atau laba dari kegiatan yang bersangkutan. Menurut Jeff (2010) dalam Robudi (2011:28) Kebanyakan perusahaan mempertimbangkan PMA karena diharapkan PMA dapat meningkatkan tingkat keuntungan dan meningkatkan kekayaan pemegang saham. Motif dilakukannya FDI adalah yaitu meningkatkan keuntungan, mengurangi biaya dan gabungan keduanya. Revenue-Related Motives adalah Motivasi peningkatan keuntungan dilakukan sebagai usaha meningkatkan sumber permintaan dari produk, memasuki pasar yang baru yang menguntungkan, eksploitasi keunggulan monopoli, sebagai reaksi atas pembatasan yang dilakukan negara asing, dan diverisifikasi resiko secara internasional.

Cost-Related Motives adalah Motivasi pengurangan biaya dilakukan melalui mengambil keuntungan sepenuhnya dari skala ekonomis, penggunaaan faktor produksi asing yang lebih murah atau lebih baik, penggunaan sumber daya alam negara asing untuk mengurangi biaya transportasi, penggunaan teknologi negara asing dan sebagai reaksi perubahan nilai tukar (Robudi 2011:28).

d. Faktor Pengaruh Penanaman Modal Asing

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing yang menjadi dasar pengembangan penanaman modal asing. Salah satunya adalah yang pertama kali dikembangkan oleh John Dunning, yaitu Electic Theory. Terdapat hal yang akan mempengaruhi terjadinya penanaman modal asing. Hal tersebut antara lain adalah adanya keunggulan kepemilikan dari investor asing yang dapat berupa produk yang lebih efisien, keunggulan teknologi, keahlian manajemen dan jaringan pemasaran yang lebih baik. Keunggulan ini menjadi dasar adanya perusahaan asing (Robudi, 2011:29).

Secara umum, keputusan investor asing untuk menanamkan modalnya di suatu negara tujuan investasi dipengaruhi oleh kondisi dari negara tujuan investasi (pull factor) dan Kondisi dan strategi dari negara investor asing (push factors). Pull factors yang mempengaruhi masuknya investasi asing antara lain adalah kondisi pasar negara tujuan investasi, ketersediaan sumber daya yang ada,

daya saing, kebijakan pemerintah terkait dengan perdagangan dan industri serta kebijakan pemerintah terkait Penanaman Modal Asing, misalnya insentif atas investasi asing dalam bidang fiskal. Kondisi dan strategi dari negara investor asing (push factors )Push factors yang mempengaruhi masuknya investasi asing antara lain adalah strategi produksi dari perusahaan yang akan melakukan investasi asing, serta persepsi resiko dari investor asing terhadap negara tujuan investasi (Robudi, 2011:29-30)

Sementara itu dalam teori pembangunan yang dikemukakan oleh Joseph Schumpeter dikemukakan bahwa penanaman modal dalam perekonomian dapat dibedakan menjadi dua golongan: penanaman modal otonomi (autonomus investment) dan penanaman modal terpengaruh (induced investment). Penanaman modal otonomi ditentukan oleh perkembangan jangka panjang, terutama oleh penemuan kekayaan alam yang baru dan kemajuan teknologi. Sedangkan penanaman modal terpengaruh adalah penanaman modal yang dilakukan sebagai akibat adanya kenaikan dalam produksi nasional, pendapatan, penjualan, atau keuntungan perusahaan. Dari kedua jenis penanaman modal tersebut, penanaman modal terpengaruh adalah yang lebih besar jumlahnya (Sadono, 2007:253).

2. Upah Minimum Provinsi

a. Pengertian Upah Minimum Provinsi

Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha

atau kerjanya. Pembayaran upah pada prinsipnya diberikan dalam bentuk uang. Upah pada dasarnya merupakan suatu imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk yang ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan perundangan yang berlaku (Soesanto, 1991:23).

Upah tenaga kerja yang diberikan tergantung pada, biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya, peraturan undang-undang yang mengikat tentang upah minimum pekerja, produktivitas marginal tenaga kerja, tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha, perbedaan jenis pekerjaan. Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi. Sehubungan dengan hal itu maka upah yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu:

1) Upah Nominal, yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang diterima secara rutin oleh para pekerja.

2) Upah Riil , yaitu kemampuan upah nominal yang diterima oleh para pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur berdasarkan banyaknya barang dan jasa yang bisa didapatkan dari pertukarantersebut. b. Teori Pembentukan Harga Upah

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam hal upah dan pembentukan harga upah tenaga kerja, dikemukakan beberapa teori yang menerangkan tentang latar belakang terbentuknya harga upah tenaga kerja. Teori Dana Upah dikemukakan oleh

John Stuart Mill. Menurut teori ini tinggi upah tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah. Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong tingkat upah yang cenderung turun, karena tidak sebanding antara jumlah tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja. Keadaan terbalik apabila penawaran tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan permintaannya maka upah cenerung naik.

Upah pada umumnya melebihi tingkat penghidupan minimum. Upah dibayarkan dari modal. Karena itu upah dibatasi oleh cadangan modal yang ada yang dipersiapkan untuk membayar upah. Jadi upah per kepala dapat dihitung dengan membagi keseluruhan modal dengan orang yang bekerja. Upah dapat naik karena peningkatan cadangan modal yang dipakai untuk memberi upah tenaga kerja atau karena pengurangan jumlah tenaga kerja. Jika upah naik, penawaran tenaga kerja juga akan naik. Persaingan antara pekerja tidak hanya akan menurunkan upah tetapi juga sebagian buruh kehilangan pekerjaan atau terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pendapatan yang diinvestasikan sebagai persekot upah kepada pekerjalah yang menciptakan pekerjaan dan bukan pendapatan yang digunakan pada barang-barang konsumen, dimana kenaikan konsumsi akan menyebabkan kemerosotan investasi. Jadi, naiknya investasi menyebabkan naiknya cadangan upah dan kemajuan teknologi (Jhinghan 2012:86)

Teori Upah Wajar (alami). Teori dari David Ricardo menerangkan bahwa upah menurut kodrat adalah upah yang cukup untuk pemeliharaan hidup pekerja dengan keluarganya. Di pasar akan terdapat upah menurut harga pasar adalah upah yang terjadi di pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Upah harga pasar akan berubah di sekitar upah menurut kodrat. Oleh ahli-ahli ekonomi modern, upah kodrat dijadikan batas minimum dari upah kerja.

Teori Upah Besi dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle. Penerapan sistem upah kodrat menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh, karena kita ketahui posisi kaum buruh dalam posisi yang sulit untuk menembus kebijakan upah yang telah ditetapkan oleh para produsen. Berhubungan dengan kondisi tersebut maka teori ini dikenal

dengan istilah “Teori Upah Besi”. Untuk itulah Lassalle menganjurkan untuk

menghadapi kebijakan para produsen terhadap upah agar dibentuk serikat pekerja. Teori Upah Etika menurut kaum Utopis (kaum yang memiliki idealis masyarakat yang ideal) tindakan para pengusaha yang memberikan upah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, merupakan suatu tindakan yang tidak etis. Oleh karena itu sebaiknya para pengusaha selain dapat memberikan upah yang layak kepada pekerja dan keluarganya, juga harus memberikan tunjangan keluarga. Pendapatan adalah nilai maksimal yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula, pendapatan merupakanbalas jasa yang diberikan kepada pekerja atau buruh yang punya majikan tapi tidak tetap.

c. Penetapan Upah Minimum Provinsi

Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. Selain itu dengan Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1981 telah ditetapkan tentang perlindungan upah sebagai pelaksanaan dari UU No.14 tahun 1969 tentang ketemtuan pokok mengenai tenaga kerja yang mengatur perlindungan upah secara nasional. Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Pada awalnya Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh.

Setelah survei di sejumlah kota dalam propinsi tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) - dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah minimum regional (UMR) kepada Gubernur untuk disahkan. Komponen kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum.

Seperti telah dikemukakan, bahwa dengan PP No.8 tahun 1981 telah ditetapkan tentang perlindungan upah yang pada pokoknya mengatur perlindungan upah secara umum yang berpangkal tolak kepada fungsi upah yang harus mampu menjamin kelangsungan hidup bagi pekerja dan keluarganya. Dalam pertimbangan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 disebutkan bahwa upah yang diterima

pekerja merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup pekerja dan keluarganya.

Namun, dalam kenyataannya masih terdapat tingkat upah yang belum memenuhi kebutuhan minimal pekerja dan keluarganya. Maka dari itu, terdapat beberapa ketentuan; upah minimum adalah upah pokok ditambah dengan tunjangan tetap dengan ketentuan pokok serendah-rendahnya 75% dari upah minimum, upah minimum sub sektoral regional adalah upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan pada sub sektor tertentu dalam daerah tertentu, upah minimum sektoral regional adalah upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan pada sekor tertentu dalam daerah tertentu, upah minimum regional adalah upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan dalam daerah tertentu.

3. Tenaga Kerja

a. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja (manpower) menurut Mulyadi (2006:59) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tenaga kerja juga didefinisikan sebagai penduduk berumur 10 tahun atau lebih yang bekerja, mencari pekerjaan, dan sedang melakukan kegiatan lain, seperti sekolah maupun mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan (Simanjuntak, 1985 : 45).

Di Indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk yang 15 tahun ke atas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomis (Badan Pusat Statistik 2003). Sedangkan menurut Ida Bagus Mantra (2000:225) bahwa Angkatan Kerja terdiri dari penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali tapi mencari pekerjaan secara aktif. Mereka yang berumur 15 tahun atau tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah tangga, pensiun, atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan

Dokumen terkait