• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSIK DENDANG PADA MASYARAKAT PESISIR NATAL KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING NATAL (KAJIAN BENTUK PENYAJIAN, FUNGSI DAN MAKNA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MUSIK DENDANG PADA MASYARAKAT PESISIR NATAL KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING NATAL (KAJIAN BENTUK PENYAJIAN, FUNGSI DAN MAKNA)."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MUSIK DENDANG PADA MASYARAKAT PESISIR NATAL

KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING

NATAL (KAJIAN BENTUK PENYAJIAN,

FUNGSI DAN MAKNA)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

SOLIHA

NIM. 2123140072

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

▸ Baca selengkapnya: prolog acara natal

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Soliha. Nim 2123140072 Musik Dendang pada Masyarakat Pesisir Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal (Kajian Bentuk Penyajian, Fungsi dan Makna).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal, untuk mengetahui fungsi musik dendang bagi masyarakat Melayu di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal, serta untuk mengetahui makna musik dendang bagi Masyarakat Melayu di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal .

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Patiluban Hilir Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal dengan populasi, 10 orang pemain musik, 2 orang pendendang, dan 2 orang tokoh adat, dengan sampelnya adalah 10 orang pemain musik, 2 orang pendendang dan 2 orang tokoh adat, sehingga jumlah keseluruhannya adalah 14 orang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa bentuk penyajian musik dendang itu di mulai dari mengiringi arak-arakan rombongan pengantin pria menuju rumah pengantin wanita, kemudian dilanjutkan dengan mengiringi tari-tarian yaitu tari bungkui (sapu tangan), tari selendang, tari payung, tari salapan, dan tari barampek. Selanjutnya acara dendang ditutup dengan dendang basiram. Terdapat empat fungsi musik dendang yaitu fungsi hiburan, fungsi media ekspresi diri, fungsi media komunikasi dan juga fungsi pengiring tari. Makna musik dendang dibagi menjadi makna konotatif, makna denotatif, dan makna simbol meliputi makna nada, serta makna perasaan.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang senantiasa menganugerahkan nikmat, taufik dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan

menjadikannya kedalam bentuk Skripsi.

Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan

ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang tidak

terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan

Seni Universitas Negeri Medan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I

4. Dra. Pita HD Silitonga, M.Pd Sekretaris Jurusan Sendratasik Fakultas

Bahasa dan Seni sekaligus Narasumber I

5. Dr. Pulumun P. Ginting, S.Sn.,M.Sn Ketua Program Studi Pendidikan

Musik

6. Mukhlis Hasbullah, M.Sn Pembimbing Skripsi II sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik

7. Wiflihani, M.Pd, Narasumber II

8. Seluruh Dosen dan Staf di Jurusan Sendrtasik FBS Universitas Negeri

(8)

iii

9. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Imanuddin dan Ibunda Rahma yang

selalu mendidik, memberikan kasih sayang yang tak terhingga,

mendukung baik secara moril maupun materil, memberikan motivasi,

semangat dan doa yang tulus dan tiada hentinya demi kesuksesan

penulis, serta Kakanda Idwar, S.Pd, Imwar, S.Pd, dan adinda

Walhidayah yang banyak memberikan semangat, dukungan dan motivasi

yang tiada hentinya

10. Seluruh informan yang banyak memberikan informasi dalam

penyelesaian Skripsi ini

11. Sahabat terdekat penulis Fadlan Abdillah Samsul, Lestarida Nasution,

S.Pd dan Nurmala yang tidak pernah lelah menemani dan membantu dari

awal perkuliahan hingga Skripsi ini terselesaikan

12. Teman-teman terbaik penulis Siti Rahmadani, Nelmida Ulfa, Royanti,

Devi Safitri, Muthia Fadila, Noralisa, Relasi Artha Nainggolan dan

teman-teman seperjuangan mahasiswa Pendidikan Musik Stambuk 2012

13. Keluarga besar PPLT SMP Negeri 1 Selesai

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang turut serta mendukung dan membantu penyelesaian Skripsi ini.

Penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

penyempurnaan Skripsi ini.

Medan, Maret 2017 Penulis,

Soliha

(9)

iv

(10)

v

E. Teknik Analisis Data 28

BAB IV HASIL PENELITIAN 30

A. Gambaran Umum Masyarakat Pesisir Natal 30

B. Bentuk Penyajian Musik Dendang di Kecamatan Natal 32

C. Fungsi Musik Dendang pada Masyarakat Melayu Kecamatan Natal 50

1. Sebagai Hiburan 50

2. Sebagai Media Ekspresi Diri 51

3. Sebagai Media Komunikasi 51

4. Sebagai Musik Iringan 52

D. Makna Musik Dendang Bagi Masyarakat Pesisir Natal 52

1. Makna Dendang 53

2. Makna Simbol 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 69

A. Kesimpulan 69

B. Saran 70

(11)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Contoh Ritme 11

Gambar 2. 2 Contoh Melodi 12

Gambar 2. 3 Contoh Harmoni 13

Gambar 4. 1 Arak-arakan Rombongan Pengantin Pria 34

Gambar 4. 2 Tari Bungkui 37

Gambar 4. 3 Tari Selendang 38

Gambar 4. 4 Pemain Musik Dendang Saat Mengiringi Tari Selendang 39

Gambar 4. 5 Tari Payung 40

Gambar 4. 6 Pemain Musik Saat Mengiringi Tari Payung 41

Gambar 4. 7 Tari Salapan 42

Gambar 4. 8 Tari Salapan 43

Gambar 4. 9 Tari Salapan 43

Gambar 4.10 Pemain Musik Saat Mengiringi Tari Salapan 44

Gambar 4.11 Tari Barampek 45

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang di dalamnya

terkandung kepercayaan, moral, hukum adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya

yang diperoleh manusia sebagai makhluk sosial. Kebudayaan juga sangat erat

hubungannya dengan masyarakat. Sesuatu yang terdapat dalam masyarakat

ditentukan oleh kebudayaan atau kebiasaan yang dimiliki masyarakat itu sendiri.

Masyarakat yang berbudaya memiliki apresiasi terhadap seni atau kesenian.

Masyarakat yang mau memberikan apresiasi terhadap seni berarti masyarakat

yang bangga dan menghargai akan seni itu sendiri. Kesenian merupakan salah satu

bagian dari kebudayaan. Kesenian adalah produk manusia yang dituangkan dalam

bentuk karya seni. Segala bentuk dan fungsinya akan berkaitan dengan kehidupan

masyarakat setempat. Setiap daerah mempunyai suatu kebudayaan yang menjadi ciri

khas dari masyarakat tersebut. Setiap daerah juga berupaya menjaga dan melestarikan

kesenian dan kebudyaan yang mereka miliki.

Pemahaman tentang kebudayaan dapat menyadarkan penulis tentang

keragaman aktivitas musik pada banyak kelompok etnis Indonesia yang pada

umumnya merupakan bagian dari pelaksanaan upacara baik yang bersifat keagamaan,

(13)

2

daerah adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi, serta nada-nada yang

tumbuh dan berkembang di setiap daerah dengan masing-masing etnis tertentu.

Berkaitan dengan hal diatas, di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal

terdapat beberapa etnis yaitu etnis Minang Kabau, Batak Mandailing, dan etnis

Melayu. komunitas etnik Melayu, dimana dalam kehidupan sehari-hari masyarakat ini

tidak berbeda dengan kehidupan masyarakat Melayu yang ada di daerah lain di

Indonesia. Masyarakat Melayu di Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal

pada pesta pernikahan sering sekali menampikan kesenian lagu-lagu Melayu dengan

pantun yang berisi nasehat. Kesenian ini oleh masyarakat Kecamatan Natal

Kabupaten Mandailing Natal dinamakan dengan “dendang”.

Dendang merupakan lantunan lagu yang menggunakan bahasa asli Pesisir

Natal yang berisi pantun, dimana isi pantun ini adalah berupa nasehat kepada kedua

pengantin agar rumah tangga yang kelak dijalani sesuai dengan yang diharapkan.

Dendang merupakan bentuk irama lagu (nyanyian) yang khas, yang digunakan untuk

mengiri tarian dan berfungsi sebagai, juga komunikasi yang dapat dilihat pada syair

yang dilantunkan oleh pedendang.

Tidak ada kepastian dari pemuka adat setempat tentang sejarah awalnya

musik dendang di daerah ini. Namun masyarakat setempat meyakini bahwa awal

munculnya kesenian ini sejak masuknya Islam ke pesisir Natal. Hal ini ditandai

dengan alat musik yang digunakan yaitu rebana, gendang dan biola. Pada awalnya

musik ini hanya dimainkan untuk acara-acara kerajaan daerah Natal. Namun seiring

(14)

3

dendang mulai dimainkan untuk acara-acara hiburan, hingga perayaan pesta

pernikahan di Natal. Musik dendang dimainkan pada masa kerajaan tanpa

menggunakan alat pengeras suara, tetapi seiring dengan perkembangan zaman juga

musik ini sekarang dimainkan dengan bantuan alat pengeras suara (microfon,

speeker).

Dendang mulai dimainkan dari sore sebelum dilaksanakannya akad nikah, dan

dilantunkan saat arak-arakan membawa rombongan pengantin laki-laki kerumah

mempelai wanita (tempat dilaksanakannya pesta). Setelah tiba di rumah mempelai

wanita barulah dilaksanakan akad nikah. Kemudian dendang dilanjutkan kembali

pukul 11:00 WIB hingga pukul 03:00 WIB yang ditutup dengan dendang basiram.

Dikalangan masyarakat Melayu yang bermukim di Pesisir Pantai Barat,

Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal pertunjukan ini menggunakan

beberapa alat musik seperti gendang, rebana, dan biola. Pada saat pelaksanaan

pertunjukan, dua orang saling badendang (menyanyi) dengan berbalas-balasan

pantun. Agar kesenian ini tidak punah, sebagian besar sekolah-sekolah di Kecamatan

Natal juga menjadikan musik dendang sebagai salah satu jenis ekstrakurikulernya,

hingga generasi untuk kesenian ini terus ada.

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik dengan fenomena ini, maka dalam

(15)

4

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah dapat dicari apabila terdapat penyimpangan antara

seharusnya dengan yang terjadi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono

(2013:285) bahwa “masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya

dengan yang terjadi.”Dari pendapat ahli tersebut dan berdasarkan uraian masalah

yang terdapat pada latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran masyarakat melayu di Kecamatan Natal Kabupaten

Mandailing Natal?

2. Bagaimana perkembangan musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten

Mandailing Natal?

3. Bagaimana bentuk penyajian musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten

Mandailing Natal?

4. Jenis instrumen musik apa saja yang berperan dalam musik dendang di

Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal?

5. Apa fungsi dari musik dendang bagi masyarakat Melayu yang berada di

Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal?

6. Apa makna dari musik dendang bagi masyarakat Melayu yang berada di

Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal?

7. Bagaimana upaya masyarakat melayu di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing

(16)

5

C. Pembatasan Masalah

Sebagaimana uraian pada latar belakang, pembatasan masalah perlu dilakukan

untuk luasnya cakupan masalah , keterbatasan waktu, dan kemampuan peneliti. Maka

peneliti mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah proses pemecahan

masalah dalam penelitian ini. Sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2013:286)

bahwa “Pembatasan dalam penelitian ini lebih didasarkan pada tingkat kepentingan,

urgensi dan feasebilitas masalah yang akan dipecahkan, selain juga faktor

keterbatasan tenaga, dana dan waktu.”

Dari keterangan diatas maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk penyajian musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten

Mandailing Natal?

2. Apa fungsi musik dendang bagi masyarakat Melayu di Kecamatan Natal

Kabupaten Mandailing Natal?

3. Apa makna musik dendang bagi masyarakat Melayu di Kecamatan Natal

Kabupaten Mandailing Natal?

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan fokus sebuah penelitian yang akan dikaji.

Mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban

pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik. Sehingga dapat mendukung

(17)

6

Selain itu Sugiyono (2013:289) juga berpendapat bahwa “ Rumusan masalah

adalah suatu rumusan yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau

memotret situasi yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.”

Maka dari uraian dan pendapat di atas dapat diperoleh permasalahan dalam

penelitian ini dengan rumusan sebagai berikut: Bagaimana bentuk penyajian, fungsi

musik dan makna musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk penyajian musik dendang di Kecamatan Natal

Kabupaten Mandailing Natal

2. Untuk mengetahui fungsi musik dendang bagi masyarakat Melayu di Kecamatan

Natal Kabupaten Mandailing Natal

3. Untuk mengetahui makna musik dendang bagi masyarakat Melayu di Kecamatan

Natal Kabupaten Mandailing Natal

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dirampungkan, diharapkan dapat memberi manfaat

sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai perkembangan musik badendang di Kecamatan Natal Kabupaten

(18)

7

2. Sebagai bahan informasi kepada lembaga pemerintah atau lembaga masyarakat

yang mengemban visi dan misi pengembangan kebudayaan daerah khususnya

kebudayaan masyarakat Melayu Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal

3. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi penulis berikutnya yang relevan dengan

topik penelitian ini

4. Menambah sumber kajian bagi perpustakaan Jurusan Sendratasik Program Studi

(19)

69 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk penyajian musik dendang adalah serangkian pertunjukan musik

yang dimulai dari acara arak-arak rombongan pengatin pria hingga

arak inai. Arak-arak rombongan pengantin pria dilaksanakan pada

saat mengiringi rombongan mempelai pria menuju rumah mempelai

wanita yaitu tempat dilaksanakannya pesta pernikahan. Arak-arakan

ini dimulai pada pukul 16.00WIB. Dalam mengiringi arak-arakan

seniman dendang berada atau berjalan di barisan paling belakang,

dengan terus memainkan musik dendang. Selanjutnya setelah tiba di

rumah mempelai wanita prosesi adat dilanjutkan hingga akad nikah.

Akad nikah biasanya dilaksanakan setelah shalat isya dan dilanjutkan

lagi dengan proses adat lainnya. Hingga pukul 22.00 WIB musik

dendang kembali dilantunkan bersamaan dengan ditampilkan

tari-tarian Melayu. Pada saat berlangsungnya tari-tari-tarian posisi pemain

musik dendang duduk tepat di depan pelaminan, dan bagian rumah

lainnya digunakan untuk tempat berlangsungnya tari. Musik dendang

ini terus berlangsung hingga waktu subuh tiba.

2. Fungsi musik dendang sebagai media hiburan, fungsi ini dapat dilihat

(20)

70

pernikahan, musik dendang inilah yang menghibur mereka hingga

waktu subuh tiba. Sebagai media ekspresi diri, fungsi ini dapat dilihat

pada rangkaian basiram, pada rangkaian ini pantun dendang yang

dilantunkan membuat mempelai wanita menangis terharu dan bahagia

karena musiknya yang sendu. Sebagai media komunikasi, fungsi ini

dapat dilihat ketika dilaksanakannya dendang basiram, disini sangat

terlihat jelas pantun-pantun dendang yang disampaikan tepat di

hadapan kedua mempelai. Fungsi musik dendang sebagai pengiring

tari, selain sebagai hiburan, media ekspresi diri dan media komunikasi,

musik dendang juga berfungsi sebagai musik pengiring tari.

3. Makna dari musik dendang pada masyarakat melayu Pesisir Natal

Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari makna

konotatif, denotatif dan makna simbol. Makna pantun dendang dibagi

menjadi makna konotatif dan makna denotatif, dan makna simbol

meliputi makna nada, dan makna perasaan.

B. Saran

1. Kepada seluruh lapisan masyarakat Pesisir Natal Kecamatan Natal

kabupaten Mandailing Natal terutama generasi penerus jangan pernah

melupakan kesenian tradisional. Sudah seharusnyalah melapangkan

waktu dan kesempatan supaya berusaha mempelajari cara memainkan

alat musik dendang dan juga sebagai pendendangnya.

2. Dalam pembahasan ini peneliti sangat sulit untuk mendapatkan buku

(21)

71

mandailing Natal sebagai bahan referensi terutama tentang kesenin

musik dendang. Oleh karena itu diharapkan kepada petuah adat (orang

yang mahir dan mengerti tentng adat-istiadat Pesisir Natal) untuk

menuangkan ilmunya tentang adat-istiadat Pesisir Natal ke dalam

(22)

72

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Mutiara. 2016. Skripsi “Bentuk Penyajian Musik Dalam Upacara Adat

Perkawinan Pada Masyarakat Gayo Di Desa Umang Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah” Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Aminudin. 2009. Apresiasi Karya Seni Musik Daerah Nusantara. Bandung: Sarana Ilmu Pustaka

Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisinus

Djelantik, A.A.M. 2000. ESTETIKA Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarkat Seni Pertunjuka Indonesia

Elisabeth Simamora . 2003. Skripsi “Proses Upacara Perkawinan adat Sumando Pada Masyarakat Pesisir di Kota Sibolga” Fakultas Bahasa dan Seni.

Universitas Negeri Medan

Yohanes Panjaitan. 2016 Skripsi “Bentuk Penyajian dan fungsi Musik Pengiring

Tari Barongsai Dalam Acara Ulang tahun Vihara Kuan Theng Bio Ke-11 pada Group Vihara Setia Buddha Binjai”. Fakultas Bahasa dan Seni . Universitas negeri Medan

Kodijat, Latifah. 2004. Istilah-istilah Musik. Jakarta: Djambatan

Marzam, 2013. Jurnal. “Pewarisan Saluang Pauah di Kecamatan Pauah Kota Padang” Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Padang

Miller. 2002. The Rale Of Music In The Life: Quantum Teaching

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

(23)

73

Muttaqin, Ali. 2008. Seni Musik Klasik Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Nuripa Harahap. 2016. Skripsi “Bentuk Penyajian Onang-onang pada Upacara

Perkawinan di Desa Gunung Tua Julu Kabupaten Padang Lawas Utara” Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan

Santoso, Edi,dkk. 2009. Teori Komunikasi. Purwokerto: Graha Ilmu

Sinar, T. Luckman. 2007. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Soeharto, M. 1992. Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widia sarana Indonesia

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Supranto. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan. Bandung: Publishing House

Referensi

Dokumen terkait

Untuk siswa/i MAS Al-Ishlah Al-Aziziyah Lueng Bata Banda Aceh, rajinlah belajar tentang ilmu akidah akhlak, khususnya yang membahas tentang penyakit hasad agar mengerti

Segala puji hanya milik Allah Yang Maha Agung atas segala rahmat, kemudahan, dan pertolongan-Nya sehingga Tugas Akhir saya dengan Judul “Prosedur Pemberian Kredit

PERBEDAAN FUNGSI SEKSUAL PADA WANITA PASCA PERSALINAN SPONTAN DENGAN SEKSIO SESARIA DENGAN MENGGUNAKAN FEMALE SEXUAL FUNCTION INDEX (FSFI) DI RSUPH. ADAM MALIK DAN RS JEJARING FK

ditemukan batuan-batuan piroklastik dan lava dari Formasi Mandalika yang telah mengalami ubahan hidrotermal di sebagian kecil daerah kawasan hutan lindung sebelah baratdaya dan

"Bernard dari Chartres pernah berkata bahwa kita laksana orang kerdil di bahu- bahu para raksasa, sehingga kita dapat melihat lebih dari pada mereka, dan melihat hal-hal yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan tingkat hipertensi pada lansia di dusun Babadan Magelang

APLIKASI PENGARUH ISLAM PADA INTERIOR RUMAH BUBUNGAN TINGGI DI KALIMANTAN SELATAN.. Sriti

Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa terdapat perbedaan di dalam perhitungan HPP yang di lakukan perusahaan selama ini dengan metode yang di terapkan oleh penulis.Perbedaan