MUSIK DENDANG PADA MASYARAKAT PESISIR NATAL
KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING
NATAL (KAJIAN BENTUK PENYAJIAN,
FUNGSI DAN MAKNA)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
SOLIHA
NIM. 2123140072
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
▸ Baca selengkapnya: prolog acara natal
(2)(3)(4)(5)(6)i
ABSTRAKSoliha. Nim 2123140072 Musik Dendang pada Masyarakat Pesisir Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal (Kajian Bentuk Penyajian, Fungsi dan Makna).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal, untuk mengetahui fungsi musik dendang bagi masyarakat Melayu di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal, serta untuk mengetahui makna musik dendang bagi Masyarakat Melayu di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal .
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Patiluban Hilir Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal dengan populasi, 10 orang pemain musik, 2 orang pendendang, dan 2 orang tokoh adat, dengan sampelnya adalah 10 orang pemain musik, 2 orang pendendang dan 2 orang tokoh adat, sehingga jumlah keseluruhannya adalah 14 orang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa bentuk penyajian musik dendang itu di mulai dari mengiringi arak-arakan rombongan pengantin pria menuju rumah pengantin wanita, kemudian dilanjutkan dengan mengiringi tari-tarian yaitu tari bungkui (sapu tangan), tari selendang, tari payung, tari salapan, dan tari barampek. Selanjutnya acara dendang ditutup dengan dendang basiram. Terdapat empat fungsi musik dendang yaitu fungsi hiburan, fungsi media ekspresi diri, fungsi media komunikasi dan juga fungsi pengiring tari. Makna musik dendang dibagi menjadi makna konotatif, makna denotatif, dan makna simbol meliputi makna nada, serta makna perasaan.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang senantiasa menganugerahkan nikmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan
menjadikannya kedalam bentuk Skripsi.
Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan
ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang tidak
terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Medan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I
4. Dra. Pita HD Silitonga, M.Pd Sekretaris Jurusan Sendratasik Fakultas
Bahasa dan Seni sekaligus Narasumber I
5. Dr. Pulumun P. Ginting, S.Sn.,M.Sn Ketua Program Studi Pendidikan
Musik
6. Mukhlis Hasbullah, M.Sn Pembimbing Skripsi II sekaligus Dosen
Pembimbing Akademik
7. Wiflihani, M.Pd, Narasumber II
8. Seluruh Dosen dan Staf di Jurusan Sendrtasik FBS Universitas Negeri
iii
9. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Imanuddin dan Ibunda Rahma yang
selalu mendidik, memberikan kasih sayang yang tak terhingga,
mendukung baik secara moril maupun materil, memberikan motivasi,
semangat dan doa yang tulus dan tiada hentinya demi kesuksesan
penulis, serta Kakanda Idwar, S.Pd, Imwar, S.Pd, dan adinda
Walhidayah yang banyak memberikan semangat, dukungan dan motivasi
yang tiada hentinya
10. Seluruh informan yang banyak memberikan informasi dalam
penyelesaian Skripsi ini
11. Sahabat terdekat penulis Fadlan Abdillah Samsul, Lestarida Nasution,
S.Pd dan Nurmala yang tidak pernah lelah menemani dan membantu dari
awal perkuliahan hingga Skripsi ini terselesaikan
12. Teman-teman terbaik penulis Siti Rahmadani, Nelmida Ulfa, Royanti,
Devi Safitri, Muthia Fadila, Noralisa, Relasi Artha Nainggolan dan
teman-teman seperjuangan mahasiswa Pendidikan Musik Stambuk 2012
13. Keluarga besar PPLT SMP Negeri 1 Selesai
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang turut serta mendukung dan membantu penyelesaian Skripsi ini.
Penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan Skripsi ini.
Medan, Maret 2017 Penulis,
Soliha
iv
v
E. Teknik Analisis Data 28
BAB IV HASIL PENELITIAN 30
A. Gambaran Umum Masyarakat Pesisir Natal 30
B. Bentuk Penyajian Musik Dendang di Kecamatan Natal 32
C. Fungsi Musik Dendang pada Masyarakat Melayu Kecamatan Natal 50
1. Sebagai Hiburan 50
2. Sebagai Media Ekspresi Diri 51
3. Sebagai Media Komunikasi 51
4. Sebagai Musik Iringan 52
D. Makna Musik Dendang Bagi Masyarakat Pesisir Natal 52
1. Makna Dendang 53
2. Makna Simbol 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 69
A. Kesimpulan 69
B. Saran 70
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Contoh Ritme 11
Gambar 2. 2 Contoh Melodi 12
Gambar 2. 3 Contoh Harmoni 13
Gambar 4. 1 Arak-arakan Rombongan Pengantin Pria 34
Gambar 4. 2 Tari Bungkui 37
Gambar 4. 3 Tari Selendang 38
Gambar 4. 4 Pemain Musik Dendang Saat Mengiringi Tari Selendang 39
Gambar 4. 5 Tari Payung 40
Gambar 4. 6 Pemain Musik Saat Mengiringi Tari Payung 41
Gambar 4. 7 Tari Salapan 42
Gambar 4. 8 Tari Salapan 43
Gambar 4. 9 Tari Salapan 43
Gambar 4.10 Pemain Musik Saat Mengiringi Tari Salapan 44
Gambar 4.11 Tari Barampek 45
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang di dalamnya
terkandung kepercayaan, moral, hukum adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya
yang diperoleh manusia sebagai makhluk sosial. Kebudayaan juga sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan atau kebiasaan yang dimiliki masyarakat itu sendiri.
Masyarakat yang berbudaya memiliki apresiasi terhadap seni atau kesenian.
Masyarakat yang mau memberikan apresiasi terhadap seni berarti masyarakat
yang bangga dan menghargai akan seni itu sendiri. Kesenian merupakan salah satu
bagian dari kebudayaan. Kesenian adalah produk manusia yang dituangkan dalam
bentuk karya seni. Segala bentuk dan fungsinya akan berkaitan dengan kehidupan
masyarakat setempat. Setiap daerah mempunyai suatu kebudayaan yang menjadi ciri
khas dari masyarakat tersebut. Setiap daerah juga berupaya menjaga dan melestarikan
kesenian dan kebudyaan yang mereka miliki.
Pemahaman tentang kebudayaan dapat menyadarkan penulis tentang
keragaman aktivitas musik pada banyak kelompok etnis Indonesia yang pada
umumnya merupakan bagian dari pelaksanaan upacara baik yang bersifat keagamaan,
2
daerah adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi, serta nada-nada yang
tumbuh dan berkembang di setiap daerah dengan masing-masing etnis tertentu.
Berkaitan dengan hal diatas, di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal
terdapat beberapa etnis yaitu etnis Minang Kabau, Batak Mandailing, dan etnis
Melayu. komunitas etnik Melayu, dimana dalam kehidupan sehari-hari masyarakat ini
tidak berbeda dengan kehidupan masyarakat Melayu yang ada di daerah lain di
Indonesia. Masyarakat Melayu di Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal
pada pesta pernikahan sering sekali menampikan kesenian lagu-lagu Melayu dengan
pantun yang berisi nasehat. Kesenian ini oleh masyarakat Kecamatan Natal
Kabupaten Mandailing Natal dinamakan dengan “dendang”.
Dendang merupakan lantunan lagu yang menggunakan bahasa asli Pesisir
Natal yang berisi pantun, dimana isi pantun ini adalah berupa nasehat kepada kedua
pengantin agar rumah tangga yang kelak dijalani sesuai dengan yang diharapkan.
Dendang merupakan bentuk irama lagu (nyanyian) yang khas, yang digunakan untuk
mengiri tarian dan berfungsi sebagai, juga komunikasi yang dapat dilihat pada syair
yang dilantunkan oleh pedendang.
Tidak ada kepastian dari pemuka adat setempat tentang sejarah awalnya
musik dendang di daerah ini. Namun masyarakat setempat meyakini bahwa awal
munculnya kesenian ini sejak masuknya Islam ke pesisir Natal. Hal ini ditandai
dengan alat musik yang digunakan yaitu rebana, gendang dan biola. Pada awalnya
musik ini hanya dimainkan untuk acara-acara kerajaan daerah Natal. Namun seiring
3
dendang mulai dimainkan untuk acara-acara hiburan, hingga perayaan pesta
pernikahan di Natal. Musik dendang dimainkan pada masa kerajaan tanpa
menggunakan alat pengeras suara, tetapi seiring dengan perkembangan zaman juga
musik ini sekarang dimainkan dengan bantuan alat pengeras suara (microfon,
speeker).
Dendang mulai dimainkan dari sore sebelum dilaksanakannya akad nikah, dan
dilantunkan saat arak-arakan membawa rombongan pengantin laki-laki kerumah
mempelai wanita (tempat dilaksanakannya pesta). Setelah tiba di rumah mempelai
wanita barulah dilaksanakan akad nikah. Kemudian dendang dilanjutkan kembali
pukul 11:00 WIB hingga pukul 03:00 WIB yang ditutup dengan dendang basiram.
Dikalangan masyarakat Melayu yang bermukim di Pesisir Pantai Barat,
Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal pertunjukan ini menggunakan
beberapa alat musik seperti gendang, rebana, dan biola. Pada saat pelaksanaan
pertunjukan, dua orang saling badendang (menyanyi) dengan berbalas-balasan
pantun. Agar kesenian ini tidak punah, sebagian besar sekolah-sekolah di Kecamatan
Natal juga menjadikan musik dendang sebagai salah satu jenis ekstrakurikulernya,
hingga generasi untuk kesenian ini terus ada.
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik dengan fenomena ini, maka dalam
4
B. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah dapat dicari apabila terdapat penyimpangan antara
seharusnya dengan yang terjadi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono
(2013:285) bahwa “masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya
dengan yang terjadi.”Dari pendapat ahli tersebut dan berdasarkan uraian masalah
yang terdapat pada latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran masyarakat melayu di Kecamatan Natal Kabupaten
Mandailing Natal?
2. Bagaimana perkembangan musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten
Mandailing Natal?
3. Bagaimana bentuk penyajian musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten
Mandailing Natal?
4. Jenis instrumen musik apa saja yang berperan dalam musik dendang di
Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal?
5. Apa fungsi dari musik dendang bagi masyarakat Melayu yang berada di
Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal?
6. Apa makna dari musik dendang bagi masyarakat Melayu yang berada di
Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal?
7. Bagaimana upaya masyarakat melayu di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing
5
C. Pembatasan Masalah
Sebagaimana uraian pada latar belakang, pembatasan masalah perlu dilakukan
untuk luasnya cakupan masalah , keterbatasan waktu, dan kemampuan peneliti. Maka
peneliti mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah proses pemecahan
masalah dalam penelitian ini. Sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2013:286)
bahwa “Pembatasan dalam penelitian ini lebih didasarkan pada tingkat kepentingan,
urgensi dan feasebilitas masalah yang akan dipecahkan, selain juga faktor
keterbatasan tenaga, dana dan waktu.”
Dari keterangan diatas maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk penyajian musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten
Mandailing Natal?
2. Apa fungsi musik dendang bagi masyarakat Melayu di Kecamatan Natal
Kabupaten Mandailing Natal?
3. Apa makna musik dendang bagi masyarakat Melayu di Kecamatan Natal
Kabupaten Mandailing Natal?
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan fokus sebuah penelitian yang akan dikaji.
Mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban
pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik. Sehingga dapat mendukung
6
Selain itu Sugiyono (2013:289) juga berpendapat bahwa “ Rumusan masalah
adalah suatu rumusan yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau
memotret situasi yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.”
Maka dari uraian dan pendapat di atas dapat diperoleh permasalahan dalam
penelitian ini dengan rumusan sebagai berikut: Bagaimana bentuk penyajian, fungsi
musik dan makna musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bentuk penyajian musik dendang di Kecamatan Natal
Kabupaten Mandailing Natal
2. Untuk mengetahui fungsi musik dendang bagi masyarakat Melayu di Kecamatan
Natal Kabupaten Mandailing Natal
3. Untuk mengetahui makna musik dendang bagi masyarakat Melayu di Kecamatan
Natal Kabupaten Mandailing Natal
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dirampungkan, diharapkan dapat memberi manfaat
sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai perkembangan musik badendang di Kecamatan Natal Kabupaten
7
2. Sebagai bahan informasi kepada lembaga pemerintah atau lembaga masyarakat
yang mengemban visi dan misi pengembangan kebudayaan daerah khususnya
kebudayaan masyarakat Melayu Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal
3. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi penulis berikutnya yang relevan dengan
topik penelitian ini
4. Menambah sumber kajian bagi perpustakaan Jurusan Sendratasik Program Studi
69 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk penyajian musik dendang adalah serangkian pertunjukan musik
yang dimulai dari acara arak-arak rombongan pengatin pria hingga
arak inai. Arak-arak rombongan pengantin pria dilaksanakan pada
saat mengiringi rombongan mempelai pria menuju rumah mempelai
wanita yaitu tempat dilaksanakannya pesta pernikahan. Arak-arakan
ini dimulai pada pukul 16.00WIB. Dalam mengiringi arak-arakan
seniman dendang berada atau berjalan di barisan paling belakang,
dengan terus memainkan musik dendang. Selanjutnya setelah tiba di
rumah mempelai wanita prosesi adat dilanjutkan hingga akad nikah.
Akad nikah biasanya dilaksanakan setelah shalat isya dan dilanjutkan
lagi dengan proses adat lainnya. Hingga pukul 22.00 WIB musik
dendang kembali dilantunkan bersamaan dengan ditampilkan
tari-tarian Melayu. Pada saat berlangsungnya tari-tari-tarian posisi pemain
musik dendang duduk tepat di depan pelaminan, dan bagian rumah
lainnya digunakan untuk tempat berlangsungnya tari. Musik dendang
ini terus berlangsung hingga waktu subuh tiba.
2. Fungsi musik dendang sebagai media hiburan, fungsi ini dapat dilihat
70
pernikahan, musik dendang inilah yang menghibur mereka hingga
waktu subuh tiba. Sebagai media ekspresi diri, fungsi ini dapat dilihat
pada rangkaian basiram, pada rangkaian ini pantun dendang yang
dilantunkan membuat mempelai wanita menangis terharu dan bahagia
karena musiknya yang sendu. Sebagai media komunikasi, fungsi ini
dapat dilihat ketika dilaksanakannya dendang basiram, disini sangat
terlihat jelas pantun-pantun dendang yang disampaikan tepat di
hadapan kedua mempelai. Fungsi musik dendang sebagai pengiring
tari, selain sebagai hiburan, media ekspresi diri dan media komunikasi,
musik dendang juga berfungsi sebagai musik pengiring tari.
3. Makna dari musik dendang pada masyarakat melayu Pesisir Natal
Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari makna
konotatif, denotatif dan makna simbol. Makna pantun dendang dibagi
menjadi makna konotatif dan makna denotatif, dan makna simbol
meliputi makna nada, dan makna perasaan.
B. Saran
1. Kepada seluruh lapisan masyarakat Pesisir Natal Kecamatan Natal
kabupaten Mandailing Natal terutama generasi penerus jangan pernah
melupakan kesenian tradisional. Sudah seharusnyalah melapangkan
waktu dan kesempatan supaya berusaha mempelajari cara memainkan
alat musik dendang dan juga sebagai pendendangnya.
2. Dalam pembahasan ini peneliti sangat sulit untuk mendapatkan buku
71
mandailing Natal sebagai bahan referensi terutama tentang kesenin
musik dendang. Oleh karena itu diharapkan kepada petuah adat (orang
yang mahir dan mengerti tentng adat-istiadat Pesisir Natal) untuk
menuangkan ilmunya tentang adat-istiadat Pesisir Natal ke dalam
72
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Mutiara. 2016. Skripsi “Bentuk Penyajian Musik Dalam Upacara Adat
Perkawinan Pada Masyarakat Gayo Di Desa Umang Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah” Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Aminudin. 2009. Apresiasi Karya Seni Musik Daerah Nusantara. Bandung: Sarana Ilmu Pustaka
Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisinus
Djelantik, A.A.M. 2000. ESTETIKA Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarkat Seni Pertunjuka Indonesia
Elisabeth Simamora . 2003. Skripsi “Proses Upacara Perkawinan adat Sumando Pada Masyarakat Pesisir di Kota Sibolga” Fakultas Bahasa dan Seni.
Universitas Negeri Medan
Yohanes Panjaitan. 2016 Skripsi “Bentuk Penyajian dan fungsi Musik Pengiring
Tari Barongsai Dalam Acara Ulang tahun Vihara Kuan Theng Bio Ke-11 pada Group Vihara Setia Buddha Binjai”. Fakultas Bahasa dan Seni . Universitas negeri Medan
Kodijat, Latifah. 2004. Istilah-istilah Musik. Jakarta: Djambatan
Marzam, 2013. Jurnal. “Pewarisan Saluang Pauah di Kecamatan Pauah Kota Padang” Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Padang
Miller. 2002. The Rale Of Music In The Life: Quantum Teaching
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
73
Muttaqin, Ali. 2008. Seni Musik Klasik Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Nuripa Harahap. 2016. Skripsi “Bentuk Penyajian Onang-onang pada Upacara
Perkawinan di Desa Gunung Tua Julu Kabupaten Padang Lawas Utara” Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan
Santoso, Edi,dkk. 2009. Teori Komunikasi. Purwokerto: Graha Ilmu
Sinar, T. Luckman. 2007. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang
Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Soeharto, M. 1992. Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widia sarana Indonesia
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Supranto. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan. Bandung: Publishing House