• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Maria Claudia Silalahi NIM. 4123111046

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

RIWAYAT HIDUP

Maria Claudia Silalahi dilahirkan di Torgamba, pada tanggal 27 April 1994. Ayah bernama Austin Silalahi dan Ibu bernama Nurliana Sitinjak. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri 117475 Sei Baruhur, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP Swasta Methodist Pematangsiantar, dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 4 Pematangsiantar, dan lulus pada tahun 2012.

(4)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN

MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Maria Claudia Silalahi (4123111046)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII-G SMP Negeri 3 Medan melalui pembelajaran kontekstual pada materi pecahan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-G SMP Negeri 3 Medan tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 38 orang. Objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa melalui pembelajaran kontekstual pada materi pacahan di kelas VII-G SMP Negeri 3 Medan tahun ajaran 2016/2017.

Pengambilan data dilakukan dengan tes awal, tes kemampuan pemecahan masalah pada akhir siklus dan lembar observasi untuk tiap kali pertemuan. Kemampuan pemecahan masalah mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari peningkatan rata-rata pemecahan masalah matematika siswa dari tes awal, siklus I, dan siklus II, yakni dari 20,82 (41,63%) dengan tingkat kemampuan sangat rendah di tes awal menjadi 33,66 (67,32%) dengan tingkat kemampuan sedang di siklus I dan menjadi 40,53 (81,05%) dengan tingkat kemampuan tinggi di siklus II.

Langkah-langkah pemecahan masalah matematika siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada langkah memahami masalah meningkat dari 8,95 (89,47%) dengan tingkat kemampuan tinggi menjadi 9,05 (90,53%) dengan tingkat kemampuan tinggi. Pada langkah merencanakan pemecahan masalah meningkat dari 10,37 (69,12%) dengan tingkat kemampuan sedang menjadi 11,55 (77,02%) dengan tingkat kemampuan sedang. Pada langkah menyelesaikan pemecahan masalah meningkat dari 9,45 (62,98%) dengan tingkat kemampuan rendah menjadi 11,89 (79,3%) dengan tingkat kemampuan sedang. Pada langkah memeriksa kembali meningkat dari 4,89 (48,95%) dengan tingkat kemampuan sangat rendah menjadi 8,03 (80,26%) dengan tingkat kemampuan tinggi.

Kelebihan penerapan model pembelajaran ini adalah dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan soal pemecahan masalah melalui kegiatan berdiskusi dan siswa menjadi berani dalam mengeluarkan pendapat serta tampil di depan kelas menuliskan hasil pekerjaannya.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sesuai waktu yang direncanakan.

Skripsi berjudul “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Medan Melalui Pembelajaran Kontekstual” ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dr.Ani Minarni, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran - saran kepada penulis sejak awal penyusunan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, Ibu Dr. Nerli Khairani, M.Si, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku dosen narasumber yang telah memberikan kritik serta saran dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M. Sc., Ph. D, selaku Dosen Pembimbing Akademik, kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.

(6)

Christoper Silalahi, Detrisna Natalia Sitinjak terima kasih atas jasa, doa, dan semangat juga selalu menemani dalam situasi apapun.

Terima kasih juga kepada sahabat seperjuangan Juwita Fransisca Putri Simamora dan Fiveser terkasih ( Agnes Agustina Purba, Banilameywati Marbun, Margaret Setrya Siringo-ringo dan Yessika Pramita Tambunan), Irma Yuna, Khairul Sipahutar, rekan seperjuangan di Kelas Matematika Reguler B 2012, sahabat PPLT SMP Negeri 4 Balige (Florida Siregar, Primadani Togatorop, Rintame Tinambunan) dan sahabat SMA Negeri 4 Pematangsiantar (Lasmi Sidabutar, Merry Silalahi, Isma Siahaan, Chairunnisa) dan bou Marlin Sihombing yang telah memberikan semangat dan motivasi selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasana ilmu pengetahuan.

Medan, September 2016 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 10

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 12

2.1. Kajian Teoritis 12

2.1.1. Pengertian Belajar 12

2.1.2. Pembelajaran Matematika 13

2.1.3. Masalah dalam Matematika 15

2.1.4. Pemecahan Masalah Matematika 17

2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 20 2.1.6. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 21

2.1.7. Pembelajaran Kontekstual 22

2.1.7.1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual 22 2.1.7.2. Komponen Pembelajaran Kontekstual 25 2.1.7.3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual 29

2.2. Pecahan 30

2.2.1. Pecahan Sederhana dan Pecahan Senilai 30 2.2.2. Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Campuran 30 2.2.3. Membandingkan dan Mengurutkan 31 2.2.4. Mengubah Pecahan Menjadi Desimal atau Sebaliknya 31 2.2.5. Mengubah Pecahan Menjadi Persen dan Permil 32 2.2.6. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan 32

2.2.7. Perkalian dan Pembagian 33

(8)

2.4. Penelitian Relevan 36

2.5. Kerangka Konseptual 37

BAB III METODE PENELITIAN 39

3.1. Jenis Penelitian 39

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 39

3.3. Subjek dan Objek Penelitian 39

3.3.1. Subjek Penelitian 39

3.3.2. Objek Penelitian 39

3.4. Prosedur dan Rancangan Penelitian 40

3.4.1. Siklus I 40

3.4.2. Siklus II 43

3.5. Alat Pengumpulan Data 46

3.5.1. Tes Pemecahan Masalah 46

3.5.2. Observasi 48

3.6. Teknik Analisis Data 48

3.6.1. Reduksi Data 49

3.6.2. Paparan data 49

3.6.3. Penarikan Kesimpulan 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 54

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 54

4.1.1. Deskripsi Hasil Tes Awal 54

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I 59

4.1.2.1. Permasalahan I 59

4.1.2.2. Tahap Perencanaan Tindakan I 60

4.1.2.3. Tahap Pelaksanaan Tindakan I 61

4.1.2.4. Observasi I 64

4.1.2.4.1. Deskripsi Hasil Observasi I 64

4.1.2.5. Analisis Data I 67

4.1.2.5.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 67

4.1.2.5.2. Hasil Observasi I 71

4.1.2.5.3. Analisis Data Observasi I Siswa 73

4.1.2.6. Refleksi I 74

4.1.3. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus II 80

4.1.3.1. Permasalahan II 80

4.1.3.2. Tahap Perencanaan Tindakan II 81 4.1.3.3. Tahap Pelaksanaan Tindakan II 82

4.1.3.4. Observasi II 85

(9)

4.1.3.5. Analisis Data II 88 4.1.3.5.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 88 4.1.3.5.2. Analisis Data Observasi Pembelajaran 93 4.1.3.5.3. Analisis Data Observasi Siswa 94

4.1.3.6. Refleksi II 95

4.2 Temuan Penelitian 98

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 106

5.1 Kesimpulan 106

5.2 Saran 108

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas 46 Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Awal 57 Gambar 4.2 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

Tes Awal 58

Gambar 4.3 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah 70

Gambar 4.4 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I 71 Gambar 4.5 Kesulitan Siswa pada Langkah Memahami Masalah 77 Gambar 4.6 Kesulitan Siswa pada Langkah Merencanakan

Pemecahan Masalah 78

Gambar 4.7 Kesulitan Siswa pada Langkah Menyelesaikan

Pemecahan Masalah 79

Gambar 4.8 Kesulitan Siswa pada Langkah Memeriksa Kembali 80 Gambar 4.9 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II 91 Gambar 4.10 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II 92 Gambar 4.11 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I dan II 97 Gambar 4.12 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Setiap

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Kerja Siswa 5

Tabel 1.2 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah Pada Tes Awal Berdasarkan

Langkah-langkah Pemecahan Masalah 6

Tabel 1.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada

Tes Awal 6

Tabel 3.1 Alternatif Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 49

Tabel 3.2 Tingkat Penguasaan Siswa 51

Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes

Awal 55

Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Merencnakan Pemecahan Masalah

Pada Tes Awal 55

Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah

Pada Tes Awal 56

Tabel 4.4 Tingkat Kemampaun Siswa Memeriksa Kembali Pemecahan

Masalah pada Tes Awal 57

Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

Tes Awal 58

Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah I 67

Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 68 Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah

pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 69 Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Pemecahan

Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 69 Tabel 4.10 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

(12)

Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah II 89

Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Masalah pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah II 89

Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 90 Tabel 4.14 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Pemecahan

Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 91 Tabel 4.15 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah II 92

83

Tabel 4.16 Hasil Peningkatan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah pada

Siklus I dan Siklus II 96

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 111

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 121 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 127 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II) 135 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 141 Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II 147 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III 153 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV 159

Lampiran 9. Kisi-kisi Tes Awal 165

Lampiran 10. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 166 Lampiran 11. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 167 Lampiran 12. Lembar Validasi Tes Awal 168 Lampiran 13. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 171 Lampiran 14. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 174 Lampiran 15. Pedoman Penskoran Jawaban Siswa dalam Pemecahan 177 Masalah

Lampiran 16. Tes Awal 178

Lampiran 17. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 179 Lampiran 18. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 182

Lampiran 19. Alternatif Tes Awal 186

Lampiran 20. Alternatif Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 189 Lampiran 21. Alternatif Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 193 Lampiran 22. Lembar Observasi Dalam Pembelajaran Siklus I 197 Lampiran 23. Lembar Observasi Dalam Pembelajaran Siklus II 201 Lampiran 24. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 205 Lampiran 25. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 209

(14)

Berdasarkan Langkah Penyelesaian Masalah

Lampiran 28. Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siklus I 217

Lampiran 29. Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Siklus I Berdasarkan Langkah Penyelesaian Masalah 219 Lampiran 30. Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Siklus II 221 Lampiran 31. Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Siklus II Berdasarkan Langkah Penyelesaian Masalah 223

Lampiran 32. Daftar Nama Siswa 225

(15)

1

Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa pada setiap jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan bahkan juga di Perguruan Tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa bidang studi matematika penting dalam pendidikan, dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Ada banyak alasan yang menjadikan mata pelajaran matematika perlu dipelajari oleh siswa seperti yang dikemukakan oleh Cockroft (1982: 1-2):

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Mathematics is regarded by most people as being essential (matematika dianggap penting oleh kebanyakan orang), (2) Mathematics is only one of many subjects which are included in the school curriculum (matematika merupakan salah satu dari banyak mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum sekolah), (3) Mathematics provides a means of communication which is powerful, concise and unambiguous (matematika merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas), (4) Mathematics can be used to present information in many ways (matematika dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara), (5) Develop powers of logical thinking, accuracy, and spatial awareness (meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan).

(16)

http://litbang.kemdikbud.go.id/, Survei Internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa SMP Kelas VIII, yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memperlihatkan bahwa skor yang diraih Indonesia masih di bawah skor rata-rata internasional. Hasil studi TIMSS 2003, Indonesia berada di peringkat ke-35 dari 46 negara peserta dengan skor rata-rata 411, sedangkan skor rata-rata internasional 467. Hasil studi TIMSS 2007, Indonesia berada di peringkat ke-36 dari 49 negara peserta dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Dan hasil terbaru, yaitu hasil studi 2011, Indonesia berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN misal Singapura dan Malaysia, Posisi Indonesia masih di bawah negara-negara tersebut.

(17)

Untuk itu maka kemampuan memecahkan masalah perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika. Menurut Cooney (dalam Hudojo, 2005: 130) bahwa:

Mengajarkan siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitik di dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan. Dengan kata lain, bila seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.

Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika ketika siswa mencapai kriteria-kriteria tertentu atau biasa dikenal dengan indikator. Ada empat indikator pemecahan masalah matematika menurut Polya (1973:5), yaitu:

1) Understanding the problem (memahami masalah), yaitu mampu membuat apa (data) yang diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, dan menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan), 2) Devising a plan (merencanakan penyelesaian), yaitu dengan mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, dan menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur), 3) Carrying out the plan (melaksanakan rencana), yaitu menjalankan prosedur yang telah dibuat untuk mendapatkan penyelesaian, dan 4) Looking back (melihat kembali), memeriksa bagaimana hasil itu diperoleh, memeriksa sanggahannya, mencari hasil itu dengan cara yang lain, melihat apakah hasilnya dapat dilihat dengan sekilas dan memeriksa apakah hasil atau cara itu dapat digunakan untuk soal-soal lainnya.

(18)

apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai sumber yang mempunyai pengetahuan. Selain itu hambatan maupun kekurangan yang sering didapatkan diantaranya kurang tepatnya guru dalam memilih strategi pembelajaran dalam menyampaikan materi, dimana guru sering menggunakan strategi yang sama dan tidak bervariasi. Hal ini mengakibatkan siswa merasa jenuh dan acuh pada pelajaran matematika serta keinginannya untuk lebih mendalami matematika terbuang jauh sehingga nantinya hasil belajar matematika siswa rendah. Disamping itu penggunaan buku ajar matematika belum tertata dengan baik, cenderung hanya memperhatikan struktur perkembangan kognitif anak. Masih banyak ditemukan buku matematika yang belum didesain semenarik mungkin dengan menggunakan fitur-fitur yang menarik dan berwarna serta belum ditemukan berbagai contoh melalui gambar, poster atau karikatur yang beraneka ragam. Untuk itu guru harus dapat menjelaskan dan memberikan contoh konkrit bukan abstrak kepada siswa.

Berdasarkan observasi awal (tanggal 4 Februari 2016) dengan pemberian tes kepada siswa kelas VII-G di SMP Negeri 3 Medan. Tes yang diberikan berupa tes awal yang berbentuk uraian untuk melihat kemampuan siswa memecahkan masalah dalam matematika. Soal yang diujikan kepada siswa adalah sebagai berikut:

1. Rina mempunyai 3 liter minyak. Kemudian Rina mengisikan semua minyak itu pada 8 kaleng . jika isi tiap kaleng harus sama, berapa liter harus diisikan pada tiap kaleng?

a.Dari informasi di atas buatlah hal-hal yang diketahui dan ditanyakan berdasarkan soal!

b.Bagaimana cara menentukan yang harus diisikan pada tiap kaleng? c.Tentukan isi tiap kaleng yang harus diisikan pada tiap kaleng!

(19)

Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa siswa dan reaksi siswa terhadap masalah yang diberikan.

Tabel 1.1 Hasil Kerja Siswa

No. Hasil Kerja Siswa Reaksi Terhadap

Masalah

1. Ada siswa yang masih

tidak teliti dalam menuliskan apa yang ditanya dan diketahui atau dapat dikatakan siswa salah menginterpretasikan soal sehingga siswa tidak dapat memahami masalah.

2.

Siswa salah merencanakan strategi yang akan digunakan

3.

Siswa menggunakan langkah-langkah

(20)
(21)

kesulitan dalam memisalkan mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika (membuat model). Mereka cenderung mengambil kesimpulan untuk melakukan operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada dalam soal cerita tanpa memahami dan memikirkan apa yang diminta dalam soal. Siswa masih mengalami kesulitan untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan persoalan matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Dalam setiap langkah kegiatan pemecahan masalah siswa dikategorikan dalam kemampuan yang sangat rendah, karena itu secara keseluruhan diambil kesimpulan siswa dalam pemecahan masalah masih sangat rendah dan pembelajaran matematika jarang dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari siswa.

Menurut Trianto (2011: 90): “Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru”. Situasi baru ini bisa saja dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pendidik perlu mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, karena belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuiya.

Akan tetapi permasalahan yang sering muncul adalah ketidakaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika di sekolah. Siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan penjelasan materi dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut, atau malu mengungkapkan ide-ide atas penyelesaian soal yang diberikan guru.

(22)

konsep dan memecahkan masalah dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan terstruktur. Hudojo (2005: 127) mengatakan: “Keterampilan memecahkan masalah harus dimiliki siswa. Keterampilan tersebut akan dimiliki para siswa bila guru mengajarkan bagaimana memecahkan masalah yang efektif kepada siswa-siswanya”. Beberapa hal tersebut di atas mengarahkan pada kesimpulan bahwa diperlukan sebuah pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi pembelajaran yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri agar siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah matematika.

Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah pembelajaran kontekstual. The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (dalam Kunandar, 2009: 295) mengatakan: “Pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata”. Selain itu Hudojo (2005: 82) mengatakan: “Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengembangkan level kognitif tingkat tinggi. Pembelajaran ini melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, dan memecahkan masalah”.

Oleh sebab itu, melalui model pembelajaran kontekstual, mengajar bukan mentransformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghapal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. University Of Washington (dalam Trianto, 2011: 105) mengatakan:

(23)

situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan pembelajaran matematika yang sangat penting, dan salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah pembelajaran kontekstual maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul: “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Medan Melalui Pembelajaran Kontekstual”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasi masalah yang terjadi diantaranya:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan masih tergolong rendah.

2. Kurang tepatnya guru dalam memilih strategi pembelajaran dalam menyampaikan materi.

3. Keaktifan siswa SMP Negeri 3 Medan yang masih kurang dalam proses pembelajaran matematika.

4. Siswa SMP Negeri 3 Medan masih mengalami kesulitan untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan persoalan matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan identifikasi masalah, agar penelitian ini lebih terarah maka perlu dibuat batasan terhadap masalah yang ingin dicari penyelesaiannya. Adapun batasan masalah yang dikaji dalam rencana penelitian ini dibatasi pada:

(24)

2. Kurang tepatnya guru dalam memilih strategi pembelajaran dalam menyampaikan materi.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan maka rumusan masalahnya adalah:

1) Bagaimana strategi penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan?

2) Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan ketika diterapkan pembelajaran kontekstual?

3) Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan setelah diterapkan pembelajaran kontekstual?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1) Untuk mengetahui bagaimana strategi penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan.

2) Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan ketika diterapkan pembelajaran kontekstual.

3) Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan setelah diterapkan pembelajaran kontekstual.

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi :

(25)

Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual dalam menjalankan tugas sebagai pengajar kelak dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang lebih baik.

2. Guru

Menjadi gambaran tentang bagaimana menerapkan pembelajaran kontekstual dalam kaitannya dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik dan guru dapat mengelola bagaimana cara mengajar matematika serta sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Siswa

Menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan memberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.

4. Sekolah

(26)

106 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Strategi penerapan pembelajaran kontekstual adalah:

a. Pada tahap konstruktivisme, siswa lebih dibiasakan untuk memecahkan suatu permasalahan, menemukan sesuatu dan bergelut dengan ide-ide agar siswa terbiasa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.

b. Pada tahap menemukan, merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan melalui proses berfikir secara sistematis.

c. Pada tahap bertanya, mencari jalan masuk agar siswa lebih berperan aktif dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

d. Pada tahap masyarakat belajar, mengalihkan kepemilikan pembelajaran kepada siswa dengan membentuk kelompok dan membagikan LAS kepada siswa.

e. Pada tahap pemodelan, membuat suatu model yang dapat ditiru siswa dalam hal ini model yang dimaksud adalah langkah-langkah menyelesaikan suatu soal yang disajikan menggunakan media LAS. f. Pada tahap refleksi, meminta siswa untuk merangkum materi atas apa

yang telah didapat selama pembelajaran.

(27)

2. Aktivitas belajar siswa ketika diterapkan pembelajaran kontekstual adalah: a. Perhatian siswa ketika guru memberi penjelasan mengalami perubahan ke

arah yang lebih baik. Tidak ada lagi siswa yang berbicara di belakang karena guru terus berkeliling mengawasi jalannya diskusi selama pembelajaran berlangsung.

b. Keaktifan siswa dalam bertanya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Sudah banyak siswa yang berani bertanya karena guru memberikan nilai tambah bagi semua siswa yang berani bertanya.

c. Keaktifan siswa dalam mengerjakan LAS mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Banyak siswa yang mengerjakan LAS dengan baik karena mereka telah aktif berdiskusi dengan teman sekelompoknya. d. Diskusi dalam kelompok mengalami perubahan ke arah lebih baik. Siswa

berdiskusi aktif dengan teman sekelompoknya yang nilainya baik membantu temannya dalam mengerjakan soal.

e. Perhatian siswa ketika kelompok penyaji mempresentasikan hasil diskusinya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Siswa memperhatikan dengan baik karena kelompok penyaji atau guru akan menunjuk kelompok yang selanjutnya akan maju.

f. Dalam menanggapi hasil diskusi kelompok penyaji mengalami perubahan. Banyak kelompok yang ingin memberikan tanggapan karena ingin mendapat nilai tambah.

3. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Hal ini dapat dilihat dari

a. Nilai rata – rata tes kemampuan awal secara keseluruhan 41,63 setelah diberikan tindakan pada tes kemampuan pemecahan masalah matematik I menjadi 67,26 dan pada tes kemampuan pemecahan masalah matematik II menjadi 81,05.

(28)

pada tes kemampuan pemecahan masalah matematik I menjadi 52,63% yaitu sebanyak 25 orang dan pada tes kemampuan pemecahan masalah matematik II menjadi 92,10% yaitu sebanyak 35 orang.

5.2. Saran

Berikut ini adalah saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika, khususnya guru matematika SMP Negeri 3 Medan agar melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran dikarenakan pembelajaran kontekstual diawali dengan pemberian masalah kontekstual sehingga melibatkan siswa dalam pembelajaran secara bermakna maka dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Kepada siswa, khususnya siswa SMP Negeri 3 Medan disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam belajar.

3. Kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Medan hendaknya dapat mengkoordinasikan penerapan pembelajaran kontekstual sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, N., (2011), http://noviansangpendiam.blogspot.com/2011/04/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika.html (Accessed 6 Februari 2016).

Abdurrahman, M., (2009), Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi, (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi

Aksara, Jakarta.

Cockroft, W.H., (1982), Mathematics Count, Commercial Colour Press, London. Depdiknas, (2006), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed.

Huda, M., (2014), Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, UM Press, IKIP Malang.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2011), Survei Internasional TIMSS, http://litbang.kemdikbud.go.id/. (Accessed 12 Februari 2016)

Kunandar, (2009), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Penerbit Grafindo, Jakarta.

Lerner, J.W., (1985), Learning Disabilities: Theorities, Diagnosis, and Teaching Strategies, Houghton Mifflin Company, Boston.

Maletsky, E.M., dan Sobel, M.A., (2001), Mengajar Matematika, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Murdani. Johar,Turmudi, (2013), Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Penalaran Geometri Spasial Siswa Di SMP Negeri Arun Lhoukseumawe, Jurnal Peluang Vol 1 No.2 April 2013 ISSN 2302-5158

(30)

Posamentier, A.S., dan Stepelman, J., (1990), Teaching Secondary School Mathematics. Techniques and Enrichment Units (3rd ed), Merill Publishing Company, Colombus, Ohio.

Purwanto, (2008), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Surakarta.

Rasyidin, A., dan Nasution, W.N., (2011), Teori Belajar dan Pembelajaran, Perdana Mulya Sarana, Medan.

Riyanto, Y., (2009), Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Kencana, Jakarta.

Rosyada, D., (2004), Paradigma Pendidikan Demokratis, Kencana, Jakarta. Sanjaya, W., (2009), Penelitian Tindakan Kelas, Kencana, Jakarta.

Sardiman, A.M., (2010), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Shadiq, F., (2014), Pembelajaran Matematika: Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sinaga, B., Sinambela, P.J., dan Sitanggang, A.K., (2013), Buku Guru Matematika Kurikulum 2013, Kemendikbud, Jakarta.

Siregar, E., dan Nara, H., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Rosdakarya, Bandung.

Sugiman, Kusumah, Y.S., dan Sabandar, J., (2009), Pemecahan Masalah Matematika Dalam Matematika Realistik, Jurnal Pendidikan Matematika. Suprijino, A., (2010), Cooperative Learning, Penerbit Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Trianto, (2011), Mendesain Model Pembeajaran Inovatif-Progresif, Penerbit Kencana, Jakarta.

Gambar

Tabel 4.11
Tabel 1.1 Hasil Kerja Siswa Reaksi Terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Adapaun organisasi Islam yang ada di sana yaitu seperti, Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Majelis Tafsir Al Quran (MTA), dan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang

Tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di SD Negeri 1 Kota Bengkulu, kepala sekolah memberikan penjelasan bahwa kepala sekolah melaksanakan

Bagian pemasaran pada suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengan tercapainya sejumlah

PEMANDANGAN PENERTIBAN KENDARAAN SALAH PARKIR / TERLIHAT SIANG TADI DI KOMPLEK BALAI KOTA KETIKA ADA BEBERAPA KENDARAAN YANG MELANGGAR ATAU MENGHALANGI JALANNYA. KENDARAAN YANG

Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menganalisis Aliran Rembesan (Seepage) Di Bendung Alam Wae Ela, Ambon.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

law’ terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim kerja dan pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan

Pengembangan Agro Eco Tourism memerlukan konsep pengembangan dan kebijakan yang komprehensif serta hars melibatkan berbagai agen pembangunan (agent of development)