i PERILAKU KOMUNIKASI GURU DALAM MELATIH KEMAMPUAN
BERKOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU WICARA (Studi pada TK & SD Luar Biasa Bhakti Luhur Malang)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
Ferdiana Kusumadewi NIM :08220384
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
▸ Baca selengkapnya: alat komunikasi cetak untuk anak tk
(2)ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Ferdiana Kusumadewi NIM : 08220384
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : PERILAKU KOMUNIKASI GURU DALAM MELATIH KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU WICARA (Studi pada TK dan SD Luar Biasa Bhakti Luhur Malang)
iii LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Ferdiana Kusumadewi NIM : 08220384
Konsentrasi : Jurnalistik & Studi Media
Judul Skripsi : PERILAKU KOMUNIKASI GURU DALAM MELATIH KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK TUNA RUNGU WICARA (Studi pada TK Luar Biasa dan SD Luar Biasa Bhakti Luhur Malang)
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi Dan dinyatakan LULUS
Pada hari : Sabtu Tanggal : 28 Juli 2012
Tempat : Ruang Sidang 607, GKB 1
iv PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ferdiana Kusumadewi
Tempat, tanggal lahir : Malang, 16 Juni 1990 Nomor Induk Mahasiswa : 08220384
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:
PERILAKU KOMUNIKASI GURU DALAM MELATIH KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU WICARA (Studi pada TK dan SD Luar Biasa Bhakti Luhur Malang)
adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 08 Agustus 2012 Yang Menyatakan,
v BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
1. Nama : Ferdiana Kusumadewi
2. NIM : 08220384
3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi
5. Konsentrasi : Jurnalistik & Studi Media
6. Judul Skripsi : Perilaku Komunikasi Guru dalam Melatih Kemampuan Berkomunikasi Anak Tunarungu Wicara (Studi pada TK dan SD Luar Biasa Bhakti Luhur Malang)
vi LEMBAR PERSEMBAHAN
“Hidup adalah bagian dari proses perjalanan yang harus kita jalani, apapun itu keadaannya. Tugas kita hanya berusaha melakukan yang terbaik dan
menikmatinya.” (ina chaplyn)
Assalamualaikum wr.wb
Syukur Alhamdulillah, terima kasih kepada Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan, kesehatan serta perlindungannya selama ini sehingga atas ridho-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi dan pendidikan Strata Satu (S1) ini dengan tepat waktu.
Keluarga tercinta, Ayahanda Herry Satmoko, S.Sos, akhirnya putrimu ini bisa
mewujudkan keinginanmu untuk menjadi seorang sarjana. Ibundaku (alm),
semoga ini bisa menjadi bukti tanda baktiku padamu. Untuk kakak perempuanku, Dian Rizca, adikku Bayu Herdian, Mas Sandy, adik
perempuanku, Nia dan kedua ponakan kecilku, Acha dan Opal, terimakasih untuk semua cinta dan dukungan kalian.
Kedua dosen pembimbingku, Drs. Abdullah Masmuh, M.Si dan M. Himawan
Sutanto,M.Si yang sangat berperan aktif membantu penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini. Tanpa campur tangan mereka, skripsi ini ibarat sayur
tanpa garam, hambar.
Yayasan Bhakti Luhur Malang, terima kasih untuk izin serta ‘jamuan’nya
selama penulis melakukan penelitian di Sekolah Luar Biasa (SLB) – B. Claudia Merry, S.Pd (Bu Merry), Yustina Rini, S.Pd (Bu Yustin), Suster
vii kasih untuk kesediannya menjadi subyek penelitian, bersedia memberikan informasi serta data-data yang penulis butuhkan selama proses penelitian
berlangsung.
Dian, Anggita, Desy, Robert, Putri, dan anak-anak tunarungu wicara lainnya
terima kasih sudah menjadi teman selama penulis berada di Bhakti Luhur Malang. Semangat serta keceriaan kalian mengajarkan penulis untuk tidak
menyerah pada keadaan.
Terima kasih kepada geng, “Manis Manja”, Fifi Sartika (Piart) yang selalu
memberikan motivasi serta mengajariku untuk selalu positif thinking, Ria Istriana (Ribie) yang selalu ada dalam suka-duka peneliti mulai dari galau-galauan bareng, bimbingan, ujian bareng dan akhirnya kita bisa wisuda
bareng, untuk Ranidya (Emak) terima kasih pinjaman buku teori komunikasinya dan Adelina Selvia (Selepi) yang paling setia memberiku
informasi seputar kampus, sering membantuku mengerjakan tugas-tugas kuliah. Kalian berempat sudah memberikan warna dalam perjalanan hidupku. Sekali lagi, terima kasih untuk cinta dan dukungan kalian selama ini.
Terima kasih kepada keluarga Ilmu Komunikasi F angkatan 2008,
temen-temen Jurnalistik & Studi Media, keluarga baruku di Journalistic Club (JC), dan juga temen-temen KKN 38. Suatu kebahagiaan tersendiri bisa mengenal
kalian semua.
Terima kasih kepada teman senasib dan sepenanggunganku, Restiana (Nduth)
viii yah sai… dan Erly Rahmawati (Tante) yang sempat setia menemani setiap
langkah perjalanan hidupku,
Terima kasih kepada Desyta (Ma’an), Wulan (Chubby)
Terima kasih kepada teman-temanku yang sudah membantu terselesaikannya
skripsi ini, Rowi Hasyim dan Panggi yang sudah meminjamkan laptopnya,
teman dunia mayaku, Ari Hariadi yang sudah memberikan banyak sekali masukan serta saran kritiknya, serta sudah mau menjadi teman diskusi yang
menyenangkan.
Terima kasih kepada “Ungu”, laptopku yang belum genap 2 tahun
menemaniku. Denganmu, aku berjuang menyelesaikan skripsi ini. Dimanapun kamu berada, aku sangat merindukanmu. :’(
Terima kasih kepada seseorang yang sudah membawa kabur laptopku tanpa
izin. Karnamu, aku belajar berjuang mendapatkan apa yang kuinginkan. Karnamu, aku belajar keikhlasan dan kesabaran.
Spesial, Eko Hermawan (John) yang sudah setia menemani penulis selama 5
tahun terakhir ini. Terima kasih sudah menjadi penerang hatiku, terima kasih sudah menjadi ‘bintang’ yang menceriakan gelapnya hidupnya, dan terima kasih atas ‘siraman’ cinta dan kasihnya selama ini.
Terakhir, terima kasih kepada semua pihak yang sudah memberikan saran,
kritik, dan masukannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
Terima kasih semuanya…. ^_^
ix KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdullilahirobbil’alamin penulis memanjatkan puji syukur kepada Allah
SWT, karena berkat kasih, rahmat dan tuntunannya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PERILAKU KOMUNIKASI GURU DALAM
MELATIH KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU
WICARA (Studi pada TK dan SD Luar Biasa Bhakti Luhur Malang).”
Penelitian ini adalah suatu studi yang mendeskripsikan perilaku komunikasi yang
dilakukan guru dalam upayanya melatih kemampuan berkomunikasi anak berkebutuhan khusus, seperti anak tunarungu wicara.
Penulisan skripsi ini dilaksanakan utnuk melengkapi dan memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Malang. Hal ini juga dimaksudkan agar mahasiswa dapat memperoleh dan menambah ilmu dan referensi, khususnya dalam ranah ilmu komunikasi
kesehatan.
Penulis menyadari terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari dorongan,
bimbingan, bimbingan, bantuan serta doa dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Muhajir Effendi, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang.
2. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
x 3. Bapak Nurudin,M.Si Ketua Departemen Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Muhammadiyah Malang
4. Bapak Sugeng Winarno, MA selaku dosen wali penulis
5. Bapak Abdullah Masmuh, M.Si (pembimbing I) dan M. Himawan
Sutanto, M.Si (pembimbing II) yang telah membimbing dan meluangkan waktu, serta nasihat dan masukan yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staff pengajar Departemen Jurusan Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu dan pengalaman selama belajar di Universitas
Muhammadiyah Malang.
7. Kepada pihak pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, karena sudah banyak membantu memberikan semangat, saran, kritik dan
motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik dan lancar.
Penulis berharap, semoga karya yang masih jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat dan memberi masukan untuk pihak pihak yang memerlukan. Wassalamualaikum, wr.wb
Penulis
xi DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.4.1 Manfaat Akademis ... 10
1.4.2 Manfaat Praktis ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Proses Perilaku Komunikasi ... 11
2.2 Teori Perilaku 2.2.1 Teori Akomodasi Komunikasi ... 17
2.3 Studi tentang Komunikasi Antarpribadi ... 21
2.3.1 Komunikasi sebagai Proses Interaksi ... 22
2.3.2 Tahap-Tahap Hubungan Antarpribadi ... 23
2.4 Kemampuan Berkomunikasi ... 24
2.5 Anak Tunarungu Wicara dan Guru 2.5.1 Konsep dasar Ketunarunguan ... 25
2.5.2 Klasifikasi Anak Tunarungu menurut Pengukuran Audiometris 26 2.5.3 Dampak Ketunarunguan terhadap Kemampuan Berkomunikasi 28 2.5.4 Kemampuan Bahasa dan Bicara Anak Tunarungu Wicara ... 29
2.6 Peran dan Tugas Guru sebagai Pelatih ... 31
2.7 Penelitian Terdahulu ... 34
2.8 Fokus Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 36
3.2 Waktu Penelitian dan Lokasi Penelitian ... 36
3.3 Kriteria dan Penetapan Subjek Penelitian ... 37
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.5 Teknik Analisis Data ... 40
xii BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Yayasan Bhakti Luhur ... 44
4.1.2 Logo Yayasan Bhakti Luhur ... 47
4.1.3 Profil SLB Bhakti Luhur Malang ... 48
4.1.4 Visi,Misi,dan tujuan SLB Bhakti Luhur ... 49
4.1.5 Struktur Organisasi Sekolah ... 50
4.2 Deskripsi Obyek Penelitian ... 50
4.3 Deskripsi Subyek Penelitian ... 53
BAB V PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS 5.1 Penyesuaian Perilaku Komunikasi Guru ... 62
5.2 Kemampuan Anak yang Berbeda-Beda ... 66
5.3 Pemberian Layanan Pendidikan Individual ... 69
5.4 Bentuk Tindakan Melatih Kemampuan Berkomunikasi ... 72
5.4.1 Deteksi Kemampuan dan Kondisi pada Anak Tunarungu Wicara ... 73
5.4.2 Latih Kemampuan Berbicara Anak dengan Metode Multisensori... 75
5.4.3 Optimalkan Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu... 78
5.4.4 Latih Kemampuan Berkomunikasi Anak dengan Percakapan . 81 5.5 Pemberian Program Khusus untuk Anak Tunarungu Wicara 5.5.1 Bina Persepsi Bunyi dan Irama (BPBI) ... 86
5.5.2 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) ... 92
5.6 Gambaran Kemampuan Berkomunikasi Anak Tunarungu Wicara .. 97
5.7 Implikasi Teori Akomodasi Komunikasi ... 101
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 107
6.2 Saran 6.2.1 Saran Akademis ... 110
6.2.2 Saran Praktis ... 110 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1
Draft Pertanyaan Wawancara LAMPIRAN 2
Transkrip Hasil Wawancara LAMPIRAN 3
Lembar Pernyataan Informan LAMPIRAN 4
xiv DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Budyatna, Muhammad & Leila Mona Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Kencana. Jakarta.
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Kencana. Jakarta
Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Delpie, Bandie.2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam setting
Pendidikan Inklusi. PT. Refika Atama. Bandung.
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar: Edisi Kelima. Professional Book. Jakarta.
Effendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. PT Citra Aditya Bakti. Bandung
___________________.1992. Dinamika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. UMM Press. Malang Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Salemba Humanika. Jakarta
Santoso, Slamet. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. PT Refika Aditama. Bandung
Semiawan, Conny R & Frieda Mangunsong. 2010. Keluarbiasaan Ganda (Twice Exceptionality) Mengeksplorasi, Mengenal, Mengidentifikasi dan
Menanganinya. Kencana. Jakarta.
Sugiyono. 2008. Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung Setyono, Bambang. 2000. Terapi Wicara : Untuk Praktisi Pendidikan dan
xv Kurikulum Pendidikan Luar Biasa.2001. Mata Pelajaran Program Khusus Bina Persepsi Bunyi dan Irama Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Mujathid. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Malang Press. UIN
Mulyana, DeddY. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya. Bandung
Moleong, Lexy J. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung
Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi, Ghalia Indonesia. Bogor
Thesis :
Emi Musyarofah. 2011. Terapi Wicara untuk Membantu Komunikasi Anak Tunarungu di SLB Yayasan Keluarga Sejahtera Manunggal Slawi Jawa Tengah. Tesis Fakultas Psikologi.
Yuriadi. 2008. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Bhakti Luhur Malang. UIN. Malang
Artikel Internet :
Anonim (a), 2010, Yayasan Bhakti Luhur, diakses tanggal 23 Februari 2012 pukul 22.00 WIB melalui http://www.bhaktiluhur.org/tentang-kami/
Anonim (b), 2010, Modul Komunikasi dan motivasi, diakses tanggal 7 Agustus 2012, pukul 7.02 WIB melalui
http://www.lrckesehatan.net/modul/modul%20komunikasi%20dan%20moti
vasi-FINAL.doc,
Haksari Apple, 2011, kemampuan komunikasi anak tunarungu, diakses tanggal 03 Februari 2012 pukul 21.00 WIB melalui
http://cerpenik.blogspot.com/2011/09/kemampuan-komunikasi-anak-tuna-rungu.html,
xvi
http://blog.elearning.unesa.ac.id/novyan-estika-asri/hahikat-komunikasi-total-untuk-anak-tunarungu
Sukaesih, 2010, pengertian anak tunarungu, diakses tanggal 03 Februari 2012 pukul 11.00 WIB melalui
http://sukaesih21.worpress.com/2010/05/29/pengertian-anak-tunarungu/. Sutiyono,2012, Makalah komunikasi, diakses tanggal 7 Agustus 2012, pukul 6.58
WIB melalui http://sutiyononasional.blogspot.com/2012/03/makalah-komunikasi.html,
Thatha, 2010, Membantu anak tunarungu hidup, diakses tanggal 5 Januari 2012 pukul 10.00 WIB melalui http://thatha-niez.blogspot.com/2010/05/abd-membantu-anak-tunarungu-hidup.html,
Tati Hermawati, 2012, pendidikan luar biasa, diakses tanggal 7 Juli 2012,pukul 12.21 WIB melalui
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
“We can’t not communication”, kita tidak bisa tidak berkomunikasi.
Sebuah aksioma yang cukup mewakili betapa pentingnya komunikasi di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tanpa kita sadari, komunikasi
merupakan dasar dari seluruh interaksi yang terjadi pada setiap manusia. Mustahil rasanya jika interaksi yang terjalin antarmanusia terjadi tanpa adanya komunikasi. Karena perlu diingat, interaksi baru akan terjadi jika ada
kontak sosial dan komunikasi.
Oleh karenanya, kebutuhan setiap manusia untuk berkomunikasi
merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Seperti yang diungkapkan oleh Abraham Maslow mengenai kebutuhan dasar manusia secara tidak langsung
dikemukakan pula peran dan arti komunikasi dalam kehidupan manusia. Dimana pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan
aktualisasi diri baru bisa terpenuhi karena adanya proses komunikasi.1
Jika ditinjau dari sifatnya, komunikasi ada yang bersifat verbal (lisan,
tulisan) dan nonverbal (gerakan tubuh seperti gerak-isyarat, kontak mata, ekspresi wajah, sentuhan). Manusia yang memiliki kelengkapan panca indera lebih sering berkomunikasi secara verbal. Sedangkan penggunaan komunikasi
1
2 nonverbal hanya sebatas pelengkap informasi yang telah dikatakannya secara verbal. Misalnya, apabila seseorang itu mengatakan “tidak” dan
menggelengkan kepalanya maka sebenarnya penggunaan isyarat nonverbal itu hanya sebatas mengulang dan menegaskan apa yang telah dikatakannya.2
Lain halnya dengan manusia yang mengalami disfungsi pada salah satu
pancainderanya, seperti anak tunarungu. Secara fisik, anak tunarungu memang tidak jauh berbeda dengan anak normal pada umumnya. Kita baru
menyadari bahwa mereka tunarungu ketika berkomunikasi. Mereka cenderung tidak berbicara. Untuk itulah secara pedagogis, selain membutuhkan ABD mereka juga memerlukan pelayanan pendidikan dan
bimbingan secara khusus.
Tunarungu adalah kondisi dimana seseorang itu mengalami kerusakan
pada organ pendengarannya. Berdasarkan kriteria International Standart
Organization (ISO) klasifikasi anak kehilangan pendengaran dapat
dikelompokkan menjadi kelompok tuli (deafness) dan kelompok lemah pendengaran (hard of hearing).3
Seseorang dikategorikan tuli (tunarungu berat) jika ia kehilangan
kemampuan mendengar 70 dB atau lebih menurut ISO sehingga ia akan mengalami kesulitan untuk mengerti atau memahami pembicaraan orang lain
walaupun dengan ataupun tanpa Alat Bantu Dengar (ABD). Sedangkan kategori lemah pendengaran, seseorang dikatakan lemah pendengaran jika ia
2
Prof.Dr.Muhammad Budyatna & Dr.Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi,
(Jakarta:Kencana, 2011),p.115
3
3 kehilangan kemampuan mendengar antara 35-69 dB menurut ISO sehingga mengalami kesulitan mendengar suara orang lain secara wajar, namun bisa
memahami pembicaraan orang lain dengan menggunakan ABD.4
Secara lahiriah mereka yang mengalami gangguan pada organ pendengaran yang mengakibatkan sulitnya menangkap serta mengolah
bunyi-bunyian; suara yang ada di sekitarnya. Tak hanya itu, terdapat kecenderungan bahwa seseorang yang mengalami tunarungu seringkali diikuti pula dengan
tunawicara.
Kondisi ini tampaknya sulit dihindari, karena keduanya dapat menjadi suatu rangkaian sebab dan akibat. Seseorang penderita tunarungu, terutama
jika terjadi pada sebelum bahasa dan bicaranya terbentuk, dapat dipastikan bahwa akibat berikut yang terjadi pada diri penderita adalah kelainan bicara
(tunawicara) namun, tidak demikian halnya seseorang penderita tunawicara, tidak ditemukan rangkaian langsung dengan kondisi tunarungu. Kasus –
kasus seperti penderita stuttering (gagap) dan cluttering (kekacauan artikulasi) adalah contoh-contoh kelainan bicara yang kecil kemungkinannya berkaitan dengan kondisi ketunarunguan.5
Padahal peranan bahasa, bicara, pendengaran dalam konteks komunikasi merupakan tiga serangkaian potensi dalam diri manusia yang mampu
menjembatani berlangsungnya proses komunikasi. Sebab tiga unsur tersebut masing-masing dapat menjadi pengontrol efektif dan tidaknya sebuah komunikasi. Oleh karena itu kepincangan salah satu komponen komunikasi
4
Ibid.
5
Bandie Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam setting Pendidikan Inklusi
4 tersebut berarti kehilangan kontributor besar yang dapat membantu manusia dalam meniti fase-fase tugas perkembangannya.6
Sebelumnya, sudah ada kontroversi dengan bagaimana seharusnya seorang tunarungu “berbicara”. Kontroversi ini sering dikenal sebagai debat
antara oralism-manualism, yaitu mempertentangkan antara penggunaan
bahasa lisan dengan penggunaan bahasa isyarat.7 Penggunaan bahasa isyarat di kalangan anak tunarungu memang menjadi satu hal yang wajar. Namun,
bukan berarti kemampuan berkomunikasi verbal di lingkungan anak tunarungu itu diabaikan begitu saja. Meskipun ada anggapan bahwa berbicara itu bukan satu-satunya cara untuk berkomunikasi namun setidaknya dengan
berbicara mereka bisa lebih mudah berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat normal pada umumnya.
Pemerintah melalui Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5 ayat 2, 3 dan 4 serta
Bab VI pasal 32 ayat 1, 2, dan 3 menyatakan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Layanan pendidikan khusus tersebut
diwujudkan melalui penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa (SLB).
Layanan pendidikan khusus ini penting karena tanpa disadari kasus
gangguan pendengaran di Indonesia cukup memprihatinkan. “Menurut data yang didapat dari Departemen Kesehatan 1,5 persen dari masyarakat
6
Mohammad Efendi, op.cit., p.72
7
5 Indonesia terlahir tunarungu,” papar ketua FNKTRI (Federasi Nasional
untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) Drs. Totok Bintoro saat ditemui
di Gedung Optik Melawai, Salemba, Jakarta Pusat.8
Kasus ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika tidak ditangani dengan baik maka anak tunarungu akan terisolasi dengan lingkungan sekitarnya. Oleh
sebab itu mereka membutuhkan interaksi sosial dan perasaan diterima oleh orang-orang terdekatnya. Kerusakan pada organ pendengaran inilah hambatan
yang dianggap cukup besar bagi perkembangan berbahasa mereka secara normal, sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan intelektualnya.9
Disinilah SLB-B sebagai lembaga pendidikan untuk anak tunarungu memegang peranan penting. Selain sebagai agen sosialisai pertama juga
sebagai agen pembentuk pengetahuan dan ketrampilan berbahasa dan berkomunikasi pada anak tunarungu wicara.
Di Kota Malang, salah satu SLB yang menampung anak-anak berkebutuhan khusus adalah SLB Bhakti Luhur. Berlokasi di Jalan Raya Dieng no. 40 ini juga melayani pendidikan bagi anak tunarungu wicara
dengan membina, mendidik, dan merehabilitasi mereka sehingga tercapai kemandirian sesuai dengan kemampuannya. Pelayanan yang diberikan, mulai
dari jenjang pendidikan tingkat Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
8
Diambil dari situs http://thatha-niez.blogspot.com/2010/05/abd-membantu-anak-tunarungu-hidup.html, diakses tanggal 5 Januari 2012
9
6 (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Terletak dalam satu wilayah yang sama dan dibawah naungan Yayasan Bhakti Luhur.
Yayasan Bhakti Luhur ini sendiri berdiri sejak tahun 1959. yayasan ini memiliki misi dan visi yang khas yakni melayani anak cacat yang miskin, terlantar, dan dipinggirkan karena salah satu atau beberapa sebab seperti fisik,
psikis, mental, dan sosio-ekonomi yang menyebabkan keterbelakangan dalam perkembangannya. Harapannya, yayasan ini bisa menggali dan
memberdayakan potensi para penyandang kebutuhan khusus. Agar mereka dengan segala kekurangannya dapat menjalani hidup apa adanya sehingga orang bisa menepis stigma negatif terhadap keberadaan mereka.10 Salah
satunya dengan pengadaan serta pelayanan pendidikan untuk anak tunarungu wicara.
Dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus peran komunikasi juga sangat diperlukan. Komunikasi memang memegang peranan penting dalam
diri individu khususnya dan dalam hidup manusia pada umumnya. Dimana sejumlah kebutuhan hanya dapat disampaikan lewat komunikasi. Demikian halnya dengan anak berkebutuhan khusus dengan segala kekurangan dan
hambatannya. Mereka membutuhkan seseorang yang bisa membantu mengatasi kekurangan serta hambatan yang mereka miliki. Salah satunya
adalah guru.
Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan, bahkan Pendidikan Luar Biasa (PLB) sekalipun. Ruh pendidikan
10
7 sesungguhnya terletak dipundak guru. Bahkan, baik buruknya atau berhasil tidaknya pendidikan hakikatnya ada di tangan seorang guru. Sebab, sosok guru memiliki peranan yang strategis dalam “mengukir” peserta didik
menjadi pandai, cerdas, terampil, bermoral dan berpengetahuan luas.11
Betapa penting peran guru inilah yang membuat peneliti menjadikannya
sebagai subyek penelitian. Tugas serta perannya dalam melatih kemampuan berkomunikasi anak tunarungu sangatlah penting. Berbeda halnya dengan
guru di sekolah umum. Mereka tidak perlu bersusah payah untuk melatih muridnya untuk berkomunikasi secara verbal. Untuk itulah pemberian pendidikan kepada anak tunarungu memang tidak bisa disamakan dengan
kebutuhan pendidikan untuk anak normal pada umumnya. Namun, bukan berarti anak tunarungu tidak bisa mendapatkan haknya untuk mendapatkan
pendidikan secara layak.
Lokasi penelitian ini berfokus kepada pelayanan pendidikan khusus
SLB-B SLB-Bhakti Luhur, yaitu di TKLSLB-B dan SDLSLB-B-SLB-B SLB-Bhakti Luhur. Alasan peneliti mengambil 2 lokasi sekaligus adalah karena di jenjang TK dan SD inilah pembekalan dasar berkomunikasi diberikan. Secara umum, sekolah ini
menekankan pada pengembangan kemampuan senso-motorik, pengembangan konsep berbahasa, dan berkomunikasi baik itu berisyarat dengan SIBI(Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia)12 maupun berkomunikasi secara verbal. Oleh sebab
11
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (UIN:Malang Press,2009), p.4
12
8 itu, pemilihan 2 lokasi sekaligus dirasa tepat karena di kedua jenjang itulah pembentukan awal kemampuan berkomunikasi pada anak tunarungu.
Selain itu, berdasarkan hasil observasi peneliti mayoritas anak-anak yang bersekolah di SLB-B Bhakti Luhur ini mengalami ketulian tingkat berat (antara 71-90 dB keatas) sehingga mereka sangat membutuhkan bantuan
khusus secara intensif, terutama dalam hal ketrampilan berkomunikasi. Selain itu, kekurangan tenaga pendidik dan ruang kelas membuat kelas 3 dan 4 jadi
satu dalam 1 ruangan dengan 1 guru. Meski begitu, guru kelas tetap memberikan pelayanan pendidikan secara individual. Pendidikan individual ini memang menjadi salah satu tindakan khusus dalam mendidik anak
berkelainan. Mengingat setiap anak memiliki tingkat kelainan yang berbeda-beda, kemampuan yang berbeda pula sehingga pelayanan pendidikannya pun
tidak bisa disama-ratakan.
Seperti yang sudah dijelaskan oleh M. Mohammad Efendi, salah satu
pendekatan atau strategi khusus dalam prinsip pendidikan anak berkelainan adalah prinsip layanan individual. Pelayanan individual ini dalam rangka mendidik anak berkelainan perlu mendapatkan porsi yang lebih besar, sebab
setiap anak berkelainan dalam jenis dan derajat yang sama seringkali memiliki keunikan masalah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.13
Bersandar pada kondisi yang anak-anak tunarungu yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang
13
9 menuntut adanya penyesuaian cara berkomunikasi dan pemberian layanan pendidikan yang dibutuhkan. Untuk itulah, peneliti melakukan penelitian ini
dan mengambil judul, “Perilaku Komunikasi Guru dalam Melatih
Kemampuan Berkomunikasi Anak Tunarungu Wicara.”
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan paparan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut : Bagaimana perilaku komunikasi guru dalam melatih kemampuan berkomunikasi pada anak tunarungu wicara?
C.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang perilaku
komunikasi yang dilakukan guru dalam upayanya melatih kemampuan berkomunikasi pada anak tunarungu wicara di TK dan SD Luar Biasa Bhakti
Luhur Malang.
D.MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat khususnya untuk mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, perguruan tinggi Universitas
10 D.1 Manfaat Akademik
Skripsi ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi akademisi dan peneliti
selanjutnya yang mempelajari komunikasi antarpersonal antara guru dengan anak tunarungu wicara.
D.2 Manfaat Praktis
Bagi Yayasan Bhakti Luhur
Memberikan sumbangan berupa hasil laporan penelitian agar bisa