• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PARTAI GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK KADER (Studi Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Paser Kalimantan Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PARTAI GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK KADER (Studi Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Paser Kalimantan Timur)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PARTAI GOLKAR DALAM PENDI DI KAN POLI TI K KADER ( Studi Dew an Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Paser

Kalimantan Timur)

SKRI PSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu ( S1) Jurusan I lmu Pemerintahan

Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun oleh :

Agung Kurniaw an 201010 050311043

Jurusan I lmu Pemerintahan

Fakultas I lmu Sosial dan I lmu Politik

(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

Jl. Raya Tlogomas No 246 Tlp (0341) 460948, Malang 65144 Pes.132 Malang

LEMBAR PENGESAHAN Telah Dipertahankan Dihadapan

Sidang Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 03 Mei 2014

Tempat : Kantor Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dewan Penguji

1. Drs. Krishno Hadi, MA. (………..) 2. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si (………..) 3. Yana S. Hijri, S,IP, M.IP (………..)

4. Dra. Su’adah, M.Si (………..)

Mengesahkan

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

(3)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

Jl. Raya Tlogomas No 246 Tlp (0341) 460948, Malang 65144 Pes.132 Malang

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Agung Kurniawan NIM : 201010050311043

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : PERAN GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK (Studi Pada Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar

Kabupaten Paser Kalimantan Timur)

Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Yana S. Hijri, S,IP, M.IP Dra. Su’adah, M.Si Mengetahui,

Dekan Fisip UMM Kajur Ilmu Pemerintahan

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

Halaman I. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 11

C. Tujuan Penelitian 11

D. Manfaat Penelitian 12

E. Tinjauan Pustaka 13

1. Pendidikan Politik 13

2. Teori Sosialisasi Politik 15

F. Metode Penelitian 16

1. Jenis Penelitian 16

2. Sumber Data 16

3. Lokasi Penelitian 17

4. Tehnik Pengumpulan Data 18

5. Pemeriksaan Keabsahan Data 21

G. Tehnik Analisis Data 23

(5)

II. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Partai Politik 24

1. Definisi Partai Politik 24

2. Jenis-jenis Partai Politik 31

3. Klasifikasi Partai Politik 33

B. Peran dan Fungsi Partai Politik 35

C. Pendidikan Politik 38

1. Definisi Pendidikan Politik 38

2. Definisi Sosialisasi Politik 41

3. Proses Sosialisasi Politik 42

4. Bentuk Sosialisasi Politik 44

5. Pelaku / Agen Sosialisasi Politik 47

III. BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

A. Profil Kabupaten Paser 53

1. Sejarah Kabupaten Paser 54

2. VISI dan MISI Kabupaten Paser 55

B. Letak Geografis dan Topografis 59

C. Demografis 62

1. Jumlah Penduduk 62

2. Pendidikan 64

3. Lapangan Pekerjaan 66

4. Gambaran Perpolitikan di Kabupaten Paser 68

(6)

1. Sejarah Partai Golkar 72

2. VISI Partai Golkar 75

3. MISI Partai Golkar 76

4. Program Umum Partai Golkar 76

5. Struktur Partai Golkar Kabupaten Paser 77 6. Program Kerja DPD Partai Golkar Kabupaten Paser 78 7. Program Kegiatan DPD Partai Golkar Kabupaten Paser 78 8. Program Kegiatan Tambahan Partai Golkar Kabupaten Paser 79

IV. BAB IV PEMBAHASAN dan ANALISIS DATA

A. Peran Partai Politik dalam Pendidikan Politik 80 B. Peran Partai Golkar dalam Pendidikan Politik 84 C. Analisis Kritis Peran Partai Golkar dalam Pendidikan Politik 109

V. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 116

(7)

DAFTAR TABEL

Table 3.C.1 Rekapitulasi Jumlah Kursi Dewan berdasarkan perolehan suara Pemilu 2009

68

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 3.B.1 Peta Wilayah Kabupaten Paser 60

Gambar. 3.B.2 Pemetaan Luas Wilayah Kabupaten Paser menurut Luas Perkecamatan 61

Gambar 3.C.1 Jumlah Pendudukan berdasarkan tabulasi 10 kecamatan yang tesebar di

Wilayah Kabupaten Paser Kalimantan Timur 63

Gambar. 3.C.2 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan Kabupaten Paser, 2012 65

Gambar. 3.C.3 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan

Usaha Kabupaten Paser, 2012 67

Gambar 3.C.4 Rekapitulasi Hasil Kegiatan DPRD yang melahirkan Peraturan, Sumber

Sekretariat DPRD Kabupaten Paser 69

Gambar 4.B.1 Proses Pengambilan Data dan Wawancara pada Sekretariat DPD Partai

Golkar 87

Gambar 4.B.2 Hearing dan Evaluasi Kader dan Konstituen di Kecamatan Tanah Grogot

98

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Amal, Ichlasul, Teori-teori Mutakhir Partai Politik, 2012 (edisi 2),Yogyakarta :Tiara Wacana Hlm XV

Moleong, Lexy j. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya

Toni Adrianus Pito, Kemal Fasyah, dan Efriza, Mengenal Teori-teori Politik, Cetakan Pertama, 2005, Depok, Hal 3

Kencana,Inu Pengantar Ilmu Pemerintahan, (cetakan kedua) 2001, Jatinangor Bandung Hlm 20

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, 1990. Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta , Rineka Cipta hlm. 9-10.

Michels Robert, Partai Politik, Kecenderungan Oligarkis dalam Birokrasi, (edisi terjemahan) 1984, Jakarta:CV.Rajawali. Hlm 25

Eman Hermawan, Politik Membela Yang Benar; teori, kritik, dan nalar, Klik R, Jogjakarta, 2002). Soelistyati Ismail Gani, Pengantar Ilmu Politik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984)

Naning Ramdlon, Pendidikan Politik dan Regenerasi, 1982 Yogyakarta:Liberty . Hlm 56-58

Sumantri, Endang dkk, Pendidikan Politik, 2003, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Phillip, Michael Pengantar Sosiologi Politik,(cetakan kesepuluh) 2003, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Hlm 25-26

(10)

Gaffar,Afan, Politik Indonesia, 2006,Yogyakarta ; Pustaka Pelajar, Hal 95-96 Kartini Kartono, Pendidikan Politik, Bandung : Mandar Maju, 1989.

Ningtyas Sari, Pendidikan Politik , Skripsi 2013 Hal 11 Modul Karakterdes, 2011 Hlm 114

Modul Golkar 2011 Hlm 115

Modul Pendidikaan dan Latihan Kader Penggerak Teritorial Desa. 2011, Hlm117 Perolehan suara Golkar pada masa pemilu 1997, Orde Baru. Modul Karakterdes,

DPP Partai Golkar 2011 hlm 114

Pemerintah Kabupaten Paser. 2012. Buku Profil Daerah dan Topografi Kabupaten Paser 2012

Harian Tribun Kaltim 22 November 2013. “Menurunnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Parpol” hal 10.

Materi Perkaderan Partai Golkar Tingkat Kabupaten/Kota, DPP Partai Golkar Hlm 27-29

Pemerintah Kabupaten Paser. 2012. Buku Profil Daerah dan Topografi Kabupaten Paser 2012

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik Undang-Undang Partai Politik 2008: 3

Humas Pemkab Paser, melalui wawancara dengan Bagian Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Paser-Penggalian informasi geografi dan topografi Kabupaten Paser 2013. Tanggal 21 Februari 2014 Pukul 10.59

(11)

Wawancara dengan Sekretaris DPD Partai Golkar (Arifin Taher) pada tanggal 12 Februari 2014 pukul 12.30

Wawancara dengan Ketua Bagian Pemenangan Partai Golkar Kabupaten Paser (H. Amiruddin) pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 09.30

Wawancara dengan Pengurus Harian DPD Partai Golkar (Bapak Syamsudin Cukur) pada 17 Februari 2014 pukul 09.00

Wawancara dengan Sekretariat DPD Partai Golkar (Bapak Arifin Taher pada 12 Februari 2014 pukul 12.30

Wawancara dengan Ketua Bidang Kaderisari DPD Partai Golkar Kabupaten Paser (Bapak Bakrie) pada 14 Februari pukul 08.30

Wawancara Ketua Umum DPD Partai Golkar Kabupaten Paser (H. Kaharuddin) pada 11 Februari 2014 Pukul 09.45

Wawancara dengan Pengurus Harian DPD Partai Golkar (Bapak SyamsudinCukur) pada Feb 2014

Wawancara dengan Pimpinan Sekretariat KPUD Kabupaten Paser (Ibu Hermin)

pada 12 Februari 2014 pukul 09.15

Wawancara dengan pengurus partai Golkar Tingkat Kecamatan (Maspuah) pada 17 Februari 2014 pukul 16.30

Wawancara dengan pengurus sekretariat DPD Partai Golkar Kabupaten Paser (Lina) pada 18 Februari pukul 09.23

(12)

Wawancara Lanjutan dengan Ketua Pengurus Harian DPD Partai Golkar (Bapak Syamsudin Cukur) pada 24 April 2014 pukul 16.14

Wawancara Ketua Harian Partai Golkar (Syamsudin Cukur) pada 17 Februari 2014,pukul 09.00

KPUD Kabupaten Paser, 18 Januari 2014 Panwaslu Kabupaten Paser, 24 Januari 2014

INTERNET

http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya/ diakses pada bulan September 2013 pukul 08:20

(http://www.portalkbr.com/search.html?q=Sejak+Pemilu+1999+Hi&task=search &option=com_search&Itemid=9999diskusi.pemilu.2014. Diakses pada 18 November 2013, pukul 22.30).

http//parametersolution.com-id-article/Pendidikan-Politic. Diakses juni 2013;14.50

http://sutrisnodoswar.wordpress.com/2009/09/30/pendidikan-politik/diakses

tanggal 23 Januari 2014: 13.20

http: //ahmadh arianto silabn.blogspot.com

//2012//08/sistem-kepartaian-dan-sistem pemilu.html. Diakses pada 22 April 2014 pukul 12.30

http://www.psychologymania.com/2012/12/proses-sosialisasai-politik- mohtar

mas’oed.html diakses 22 Maret 2014 Pukul 12.22

(13)

Imam Hoedy Pendidikan Politik untuk masa depan bangsa http://Belajarpolitik-pendidikanpolitik.blogspot.com/diakses pada 12 April 2014 pukul 13.30 http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya/ diakses pada bulan

September 2013 pukul 08:20

http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Golongan_Karya diakses 12 Maret 2014 pukul 07.20

http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-partai-politik-menurut-ahli.html.diakses pada 20 April 2014 pukul 11.59

(14)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reformasi yang digulirkan pada tahun 1998 merupakan era baru dalam

gelanggang kehidupan berbangsa dan bernegara yang merupakan masa penataan

kembali nilai-nilai berbangsa,bernegara dan bermasyarakat yang adil dan makmur

sesuai dengan semangat dan jiwa yang terkandung pada pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu Masyarakat adil dan

makmur yang berdasarkan Pancasila. Dalam rangka melaksanakan normalisasi

sistem negara dari zaman orde baru ke zaman Reformasi dengan kembali

menegakan demokrasi, yang berasaskan kerakyatan yaitu dari rakyat, oleh rakyat

dan untuk rakyat, dimana disesuaikan dengan cita-cita UUD 1945 diperlukan

sebuah lembaga politik yang disebut dengan partai politik (Parpol) yang berguna

untuk benar-benar mewadahi masyarakat dalam partisipasi politik di era multi

partai, seperti saat sekarang ini. Pada era sebelum reformasi, partai politik sangat

di batasi ruang geraknya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana

mestinya, dimana partai politik seakan di belenggu dengan adanya peraturan yang

berlaku saat itu, yang terejawantahkan dalam UU No 3 Tahun 1975 tentang Partai

Politik dan Golongan Karya. Partai Politik kala itu hanya berfungsi sebagai

pelengkap sistem demokrasi bangsa ini, tanpa ada gerakan nyata sebagai

perwujudan tugas dan fungsi partai politik sebagaimana mestinya.

Terdegradasinya kekuatan Partai Politik yang seharusnya berfungsi sebagai sarana

(15)

kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dalam

mengembangkan kehidupan demokrasi, di perkuat dengan adanya Lima Paket

Undang-Undang masa orde baru1. Adanya Lima Paket Undang-Udang tersebut

semakin membuat kekuatan sosial masyarakat melemah, dalam penegakan

fungsi-fungsi Demokrasi.

Maka untuk menjawab tantangan dan tuntutan rakyat mengenai Reformasi,

Presiden kala itu (B.J Habibie) mengeluarkan kebijakan yaitu mengganti Lima

Paket UU menjadi Tiga Paket UU. Pergantian landasan hukum tersebut,

dimaksudkan untuk memperbaiki sistem demokrasi yang carut-marut, pada Era

Orde Baru.

Seiring dengan alasan tersebut, maka lahirlah UU No 2 Tahun 1999 tentang

Partai Politik, yang juga termasuk dalam tiga paket Undang-Undang yang berhasil

di keluarkan pasca runtuhnya orde baru2, pada intinya Undang-Undang tersebut

berisikan Kedaulatan Partai Politik berada di tangan anggotanya dan setiap Partai

Politik mempunyai kedudukan, fungsi, hak, dan kewajiban yang sama dan

sedemikian. Dengan lahirnya UU No 2 Tahun 1999 tersebut maka sedemikian

rupa, melemahkan struktur perpolitikan Golkar yang sebelumnya dilindungi UU

No 3 Tahun 1975 Tentang Parpol dan Golkar dimana UU tersebut menerapkan

kebijakan massa mengambang (floating mass) dimana secara struktural parpol

tidak memiliki kepengurusan sampai ke tingkat pedesaan, dan basis masa di

biarkan tidak mengetahui kebijakan-kebijakan yang di buat oleh kaum elit (politik

1

Lima Paket UU Masa Orba meliputi: UU Pemilu,UU Susduk, UU Partai dan Golkar, UU Ormas dan UU PBB.

2

(16)

3

akar rumput)3. Dengan di revisinya UU No 3 Tahun 1975 menjadi UU No 2

Tahun 1999, maka sedemikian rupa Golkar yang di dukung kekuatan politik kala

itu, harus berubah agar dapat mempertahankan eksistensinya di bidang politik.

Dengan demikian melalui Musyawarah Luar Biasa (MUNASLUB) pada

tahun 1998 Golkar bersiap menjadi partai politik dan pada tanggal 7 Maret 1999

di deklarasikanlah Golkar sebagai Partai Golkar. Pada pemilu 1999, Partai Golkar

berkontribusi dalam Pemilu, berkompetisi bersama partai-partai baru di era

multipartai. Untuk mempertahankan eksistensi Partai Golkar pada laga

perpolitikan bangsa ini, Partai Golkar kembali berusaha membangkitkan semangat

politik para kadernya melalui implementasi pendidikan politik, yang pada masa

orde baru terkenal dengan pola pola pendidikan politik, yang terhimpun pada 7

kelompok induk organisasi yang meliputi: KOSGORO, SOKSI, MKGR, Profesi,

Ormas Hankam, KAGARI, dan Gerakan Pembangunan4.

Pola Pendidikan politik yang dilakukan Partai Golkar era reformasi, dikenal

dengan gerakan yang dilakukan oleh para kader penggerak partai (party

builder/party fundriser) dimana upaya pendidikan politik tersebut dikembangkan

mulai tingkat Pusat hingga tingkat kelurahan. Pendidikan politik yang dilakukan

Partai Golongan Karya pada era reformasi, meliputi kampanye politik, seminar

politik, diskusi politik, pendidikan dan latihan kader. Sasaran pendidikan politik

partai Golongan Karya ini ditujukan kepada kelompok profesi baik yang sudah

terorganisir maupun yang belum terorganisir dari kelompok masyarakat termasuk

pedagang kecil, pengrajin sektor informal serta pendidikan internal partai, bentuk

3

Modul Karakterdes, 2011 Hlm 114

4

(17)

kegiatan yang dilakukan Partai Golongan Karya di lapangan adalah studi

lapangan/praktek dan percobaan/percontohan. Keberhasilan pengembangan

program kekaryaan kelompok profesi masyarakat sangat ditentukan oleh tingkat

kepedulian kader partai Golongan Karya terhadap upaya pemberdayaan

masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahtraan dan kemajuan masyarakat.

Oleh karena itu semua elemen organisasi partai golkar berusaha bersikap untuk

mendukung terselenggaranya program ini, dalam rangka mengoptimalkan

program pengembangan kekaryaan kelompok profesi masyarakat5.

Partai Golkar yang berusaha kembali mengeksistensikan kinerjanya sebagai

sebuah lembaga partai politik, baik melalui upaya membangun kembali

kepercayaan kadernya, meliputi kaderisasi atau penguatan kader melalui

pendidikan dan pelatihan, tetapi pada pemilu pertama di Era Reformasi, yaitu

pemilu tahun 1999, Partai Golkar mengalami penurunan suara dan berada di

peringkat ke dua di bawah PDIP dengan perolehan 23,7 juta suara atau 22,4%

suara.

Pada pemilu berikutnya, pemilu 2004 Partai Golkar dapat kembali unggul,

meskipun saat itu ada perubahan UU dari UU No 2 Tahun 1999 direvisi menjadi

UU No 31 tahun 2002 tentang Partai politik, hal tersebut tidak terlalu

mempengaruhi perolehan suara partai berlambang pohon beringin tersebut, dan

pada pemilu legislatif 2004 Partai Golkar dapat kembali menjadi pemenang

pemilu dengan perolehan 24.480.757 suara atau 21,6% suara sah. Beranjak pada

pemilu 2009, Partai Golkar mengalami penurunan suara, dengan hasil rekapitulasi

5

(18)

5

suara Partai Golkar turun ke posisi dua dengan perolehan suara 15,0 juta suara

atau 14,5% suara sah. Pemenang pemilu saat itu dipegang oleh Partai Demokrat6.

Instabilitas suara Partai Golkar dalam Pemilu di tingkatan pusat juga

terekam di suatu daerah kawasan wilayah tengah Indonesia, yaitu Kabupaten

Paser. Kabupaten yang terletak di bagian Provinsi Kalimantan Timur tersebut,

memiliki penduduk ±247.612 jiwa, atau memiliki kepadatan penduduk sekitar 15

jiwa/Km27. Kabupaten Paser merupakan wilayah Propinsi Kalimantan Timur

yang terletak paling selatan, Luas Wilayah Kabupaten Paser saat ini adalah

11.603,94 km2, terdiri dari 10 Kecamatan dengan 106 buah Desa/Kelurahan dan

empat buah UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi).

Dinamika perpolitikan di Kabupaten Paser sendiri juga mengalami

fenomena yang menghantui demokrasi bangsa ini, dibuktikan dengan salah satu

indikator yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pesta

demokrasi (Pemilu), menurut Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Paser

yang terekam data partisipasi politik pada tahun 2004, partisipasi pemilih sekitar

84%, dan pada pemilu 2009 menurun menjadi 65% dan pada 2013 tercatat

masyarakat Kalimantan Timur khususnya Masyarakat Kabupaten Paser ketika

mengikuti Pemilihan Gubernur Kalimantan Timur, terdata dengan angka

partisipasi masyarakat merosot di angka 55%8, hal ini pastinya menyebabkan

terganggunya stabilitas demokrasi yang ada di Kabupaten Paser tersebut. Angka

6

http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya/ diakses pada bulan September 2013 pukul 08:20

7

Pemerintah Kabupaten Paser. 2012. Buku Profil Daerah dan Topografi Kabupaten Paser 2012

8

(19)

partisipan masyarakat dalam menyurakan hak pilihnya kurang lebih hanya

mencapai angka 45%.

Mengerucut pada objek penelitian, yaitu salah satu partai pemenang pemilu,

yang secara konsisten berturut-turut dari 1999, 2004 hingga 2009 memenangkan

laga perpolitikan setiap lima tahunan (Pemilu), ialah Partai Golkar pada tingkat

Kabupaten (Kabupaten Paser) partai yang berlambang pohon beringin tersebut,

pada pemilu 1999 tercatat memperoleh kemenangan suara 65% suara, pada

pemilu 2004 meraih 22.249 Suara (45%) dan pada pemilu 2009 menurun menjadi

13.620 Suara atau sekitar (30%) dari jumlah total daftar pemilih tetap ±175.0009.

Tingginya angka non partisipasi masyarakat yang tidak menggunakan hak

suaranya dalam pemilihan umum (GOLPUT), dengan berbagai macam faktor,

akan menjadi topik peneliti di bab selanjutnya.

Merosot tajamnya angka partisipasi masyarakat dalam pesta demokrasi,

menurut cacatan lapangan peneliti, adanya kasus-kasus yang menciderai citra

perpolitikan di Kabupaten Paser. Salah satunya menurut catatan lapangan peneliti

dalam observasi awal, ditemukannya kasus Ijasah palsu yang dilakukan salah satu

anggota calon legislatif (2004) dari partai pemenang pemilu, dimana saat itu

mengakibatkan digugurkannya calon tersebut dari daftar suara. Padahal calon

tersebut memperoleh suara terbanyak dalam pemilu legislatif tersebut. Ironisnya

pada pemilu selanjutnya (2009) calon tersebut kembali maju dan saat ini

memimpin kursi Legislatif. Pada wawancara terbuka, dengan salah satu anggota

Panwaslu, menyatakan liarnya praktek Money Politic yang di gencarkan

9

(20)

7

menjelang pemilu, pada masyarakat lapisan bawah (buta politik). Menjadi salah

satu indikator mengapa partai politik gagal dapat kembali terpilih dengan suara

mutlak dan terus mengalami penurunan jumlah suara10.

Berkaca pada peran dan fungsi parpol sendiri seperti yang telah di

amanahkan pada UU No 2 Tahun 2011 berbanding terbalik dengan realitas yang

terjadi pada kehidupan masyarakat (Kabupaten Paser), dimana partai politik hanya

berfungsi sebagai kendaraan politik oleh orang-orang yang berambisi menduduki

kursi parlemen/eksekutif. Ambisi-ambisi individu maupun kelompok yang

mayoritas kalangan ekonomi menengah keatas berusaha menunggangi

partai-partai yang sejatinya mengusung kepentingan bersama malah berubah haluan

menjadi pembela kepentingan kaum berkantong tebal, dan gerakan partai politik

didaerah sedang mengalami degradasi elektabilitas di mata mayoritas masyarakat,

dibuktikan dengan fenomena tingginya angka golput yang dari pemilu 1999

hingga 200911. Salah satu hal yang menyebabkan tersebut terjadi, dikarenakan

figur yang diusung partai politik kurang tepat dimata masyarakat12.

Berkaca pada gambaran fenomena di atas, bahwa Pendidikan politik bagi

masyarakat sangat di perlukan, agar mereka dapat menentukan pilihan politiknya

secara cerdas dan dalam rangka menjamin kualitas hasil pemilu (Demokrasi),

yang dimana kuantitas partisipan juga sangat mempengaruhi hasil pemilu.

Persepsi masyarakat terhadap partai politik saat ini tidak terbangun dengan baik,

10

Panwaslu Kabupaten Paser, 24 Januari 2014

11

Harian Tribun Kaltim 22 November 2013. “Menurunnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap

Parpol” hal 10.

12

(21)

akibat minimnya pendidikan politik yang diberikan kepada masyarakat, budaya

politik yang bermakna moralitas menjadi realitas semata akibat perilaku segelintir

kelompok yang hanya menjadi benalu pada kehidupan demokratis bangsa ini.

Perilaku politik yang dilakukan partai politik saat ini seringkali hanya akan

bergaung kembali pada saat masa-masa kampanye dan pemilu, dan pemilu yang

dilakukan seringkali hanya euforia belaka, seperti bagi-bagi sembako, konvoi

tanpa makna mengitari ruas-ruas jalan protokol, dan melakukan bagi-bagi sosial

sekilas lainnya, daripada melakukan penegasan visi misi yang jelas dan tepat

sasaran yang berguna untuk membangun dan membangkitkan kesadaran

masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menata dan memajukan kehidupan

berbangsa dan bernegara. Hal ini tentu saja sangat berbenturan dengan maksud

pendidikan politik yang terkandung pada pasal 34 ayat (3b)13 yaitu Pendidikan

politik meliputi pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu

Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia

dalam membangun etika dan melalui pengkaderan anggota Partai Politik secara

berjenjang dan berkelanjutan.

Pendidikan Politik sendiri dapat di definisikan sebagai suatu perbuatan

untuk melatih, memberi pelajaran serta bimbingan yang bertujuan untuk

mengembangkan kapasitas dan potensi manusia, melalui proses dialog yang

dilakukan secara suka rela antara pemberi dan penerima pesan secara rutin,

sehingga penerima pesan dapat memiliki kesadaran dalam berdemokrasi dalam

13

(22)

9

kehidupan berbangsa dan bernegara14. Untuk menumbuhkan partisipasi yang

otonom dari setiap warga negara, maka pelaksanaan pendidikan politik yang baik

dan benar mutlak diperlukan. Partai Politik sendiri seharusnya menjadi sebuah

instrumen lapisan atas dalam pelaksanaan pendidikan politik kepada masyarakat,

Partai Politik bukan hanya mengedepankan kepentingan elitis semata, dimana

menurut pasal 34 ayat (3a) UU No 2 tahun 2011, partai politik sendiri

mendapatkan fasilitas pendukung berupa pendanaan bantuan keuangan, yang

dianggarkann dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, dan diprioritaskan untuk melaksanakan

pendidikan politik bagi anggota Partai Politik dan masyarakat15.

Pendidikan politik sendiri tidak hanya wajib diberikan para pemain politik

(Parpol) kepada masyarakat melainkan peran pemerintah juga harus masif

memberikan pendidikan politik, yang dapat dilakukan melalui lembaga-lembaga

formal, mulai tingkat dasar hingga menengah keatas. Pendidikan politik juga

sangat perlu dilaksanakan melalui pendidikan non formal seperti pendidikan

melalui organisasi-organisasi masyarakat sipil. Pendidikan politik dalam hal ini

dapat dipahami sebagai perbuatan untuk memberi ajaran, serta bimbingan untuk

mengembangkan kapasitas dari diri manusia, melalui proses dialog yang

dilakukan dengan sukarela antara pemberi dan penerima pesan secara rutin,

sehingga para penerima pesan dapat memiliki kesadaran berdemokrasi dalam

kehidupan bernegara. Pelaksanaan atas hak pendidikan sangat penting dalam

memenuhi hak asasi manusia, seperti hak atas pekerjaaan, kesehatan, dan

14

http//parametersolution.com-id-article/Pendidikan-Politic. Diakses Juni 2013;14.50

15

(23)

partisipasi politik. Hak atas pendidikan dilandasi kenyataan bahwa pendidikan

universal adalah salah satu tujuan pembangunan millenium yang harus dicapai

pada tahun 201516.

Akan tetapi sangat di sayangkan Pendidikan Politik yang digunakan dan

dilaksanakan Partai Politik saat ini, tak ubahnya pembodohan masal kepada

masyarakat, dimana perilaku politik yang diajarkan para elite partai, semakin

menampakan bahwa politik itu kotor dan selalu menghalalkan segala cara untuk

mencapai kepentingan segelintir orang yang seringkali didominasi kepentingan

kaum elite parpol. Sering kali partai politik cenderung mengutamakan dan

membela hak-hak kepentingan partai politiknya dan mengesampingkan

kepentingan umat yang pada dasarnya bernilai peningkatan kemajuan masyarakat,

bangsa dan negara sesuai dengan amanat undang-undang dasar 1945 alinea ke 4

yaitu Mewujudkan persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan

mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"17 .

Partai Golkar sendiri yang terkenal dengan Partai Kaderisasi, dimana

termasuk salah satu partai yang mengutamakan pendidikan keder-kadernya untuk

bisa berkembang. Partai berlambang pohon beringin ini juga sangat dikenal

dengan kekuatan infrastrukturnya yang menyentuh dari pusat hingga

daerah-daerah18. Akan tetapi mengapa tingkat keterpilihan masyarakat terhadap partai

berlambang beringin ini menurun drastis.

16

Ningtyas Sari, Pendidikan Politik , Skripsi 2013 Hal 11

17

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

18

(24)

11

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat menjadi fenomena yang

sangat menarik untuk diangkat menjadi sebuah penelitian dimana menurunnya

tingkat elektabilitas partai politik19 dimata masyarakat, di karenakan kurangnya

pendidikan politik, dan hal tersebut dapat mengganggu stabilitas demokrasi

bangsa ini. Dengan alasan tersebut penulis mengangkat judul “Peran Golkar

dalam Pendidikan Politik Kader” (Studi DPD Partai Golkar di Kabupaten Paser,

Kalimantan Timur).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tergambar di atas, dalam pembahasan ini

ada permasalahan pokok yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain :

1. Bagaimana Peran DPD Partai Golkar Kabupaten Paser memberikan

pendidikan politik?

2. Faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat DPD Partai Golkar

Kabupaten Paser dalam melaksanakan pendidikan politik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi Peran DPD Partai Golkar Kabupaten Paser dalam

memberikan pendidikan politik

2. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat DPD Partai Golkar

dalam melaksanakan pendidikan politik.

19

(25)

D. Manfaat Penelitiaan

Penelitian ini dapat bermanfaat secara teoritis dan dapat pula bermanfaat

secara praktis, dimana pemaknaan penelitian ini secara teoritis, dapat memberi

sumbangsih terhadap perkembangan Ilmu Pemerintahan, dalam rangka

penyelenggaraan demokrasi yang sehat dengan menjunjung tinggi asas Jurdil

(Jujur dan Adil) dan dapat pula menjadi pendukung ilmu pengajaran di Jurusan

Ilmu Pemerintahan, yang termaktub dalam mata kuliah ”Sistem Kepartaian dan

Pemilu Indonesia”. Dapat pula dijadikan referensi bagi peneliti lain yang

mengambil tema tentang Pendidikan Politik, khususnya penelitian yang dilakukan

di wilayah Kabupaten Paser Kalimantan Timur.

Penelitian ini dapat pula bermanfaat secara praktis bagi Pemerintah dengan

cara dijadikannya penelitian ini suatu pedoman bagi pemerintah dalam upaya

penyelenggaraan dan pengawalan Politik. Penelitian ini juga dapat berfungsi bagi

Partai Politik untuk dapat dijadikan sebuah referensi dalam menggerakan roda

perpolitikan melalui sebuah lembaga yang disebut dengan Partai Politik, dan

menjadi Khasanah Ilmu yang bermanfaat kelak. Begitu pula bagi Masyarakat

umum penelitian dengan judul “Peran Golkar dalam Pendidikan Politik” (Studi

DPD Partai Golkar Kabupaten Paser Kalimantan Timur) dapat menjadi sebuah

pegangan bagi masyarakat, dalam menyikapi fenomena perpolitikan yang kurang

sehat, sehingga dapat merubah hal tersebut dan menularkan kepada masyarakat

(26)

13 E. Tinjauan Pustaka

Untuk lebih memahami dan memperjelas tentang judul penelitian ”Peran

Partai Golkar dalam Pendidikan Politik Kader” (Studi DPD Partai Golkar

Kabupaten Paser, Kalimantan Timur). Maka dibutuhkan dukungan teori-teori dari

para pakar yang telah mendefinisikan terkait teori yang sesuai dengan tema

penelitian, maka sebelum itu, akan saya definisikan terlebih dahulu mengenai

tema besar pada judul penelitian, yaitu Pendidikan Politik.

1. Pendidikan Politik

Pendidikan Politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang

hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara20. Pendidikan adalah suatu upaya mengubah sikap

dan perilaku yang diinginkan, yang pelaksanaannya harus dilakukan secara

terorganisir, berencana dan berlangsung terus menerus kearah membina

manusia menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya yang dilandasi

oleh nilai-nilai budaya dan ideologi. Pendidikan harus dilakukan secara

terus menerus, menunjukan bahwa pendidikan bukanlah proses yang terjadi

disekolah saja, namun juga diluar sekolah, yakni dilingkungan pekerjaan

dan pemukiman termasuk didalamnya pada lingkungan keluarga. Politik

berkenaan dengan negara, termasuk didalamnya soal kekuasaan,

pengambilan keputusan, kebijakan serta pendistribusian dan pengalokasian

nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Dalam konteks Negara

Kesatuan Republik Indonesia segala urusan yang berkenaan dengan negara

20

(27)

harus berlandaskan ideologi dan pandangan hidup, yakni Pancasila. Dengan

demikian pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk

mengubah sikap dan perilaku individu dan masyarakat sehingga mereka

memahami dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem

politik yang ideal yang hendak dibangun dalam lingkung masyarakat dan

negara dimana mereka berada. Pendidikan Politik dapat memfokuskan

terhadap masalah yang berkaitan dengan: nilai moral dan etika,

nilai-nilai keilmuan, nilai-nilai-nilai-nilai kemasyarakatan (kebangsaaan), organisasi

kepemimpinan dan manajemen. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan

pendidikan, serta praktek langsung dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan,

kebangsaan dan politik kenegaraan21. Tingkat pendidikan sangat berperan

dalam daya penyerapan serta kemampuan komunikasi. Selanjutnya istilah

politik berasal dari bahasa Yunani polis yang artinya kota atau Negara yang

kemudian muncul kata-kata polities yang artinya warga Negara dan kata

politiko’s yang artinya kewarganegaraan.22 Berangkat dari pengertian diatas,

pendidikan politik adalah aktivitas yang bertujuan untuk membentuk dan

meumbuhkan orientasi-orientasi politik pada setiap individu yang meliputi

keyakinan konsep yang memiliki muatan politis, loyalitas, dan perasaan

politik, serta pengetahuan dan wawasan politik yang membuat seseorang

memiliki kesadaran terhadap persoalan dan sikap politik. Disamping itu,

pendidikan politik bertujuan agar setiap individu mampu memberikan

(28)

15

merupakan aktivitas manusia dan itu tidak mungkin terwujud secara utuh

kecuali dalam sebuah masyarakat yang bebas. Dengan demikian, pendidikan

politik memiliki tiga tujuan yakni, membentuk kepribadian politik,

kesadaran politik, dan partisipasi politik.

2. Teori Sosialisasi Politik

Dalam konsepsi Pendidikan politik, ada salah satu teori yang

mendukung pendidikan politik adalah Teori Sosialisasi Politik dimana

Sosialisasi Politik merupakan proses belajar warga masyarakat suatu

kelompok kebudayaan tentang nilai-nilai sosial yang berlaku dalam

masyarakat itu. Dalam masyarakat sosialisasi sangat dibutuhkan karena

pada dasarnya, manusia tidak dapat hidup sendiri. Menurut Afan Gaffar23,

sosialisasi merupakan segenap proses dengan mana individu yang dilahirkan

dengan banyak sekali jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk

mengembangkan tingkah laku aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran

yang menjadi kebiasaannya dan bisa diterimakan olehnya sesuai dengan

standar-standar dari kelompoknya, pada status hakikat dasarnya dimana

manusia pasti membutuhkan orang lain untuk menunjang kelangsungan

hidupnya. Sosialisasi merupakan rujukan dari Istilah Sosiologi yang

dikemukakan oleh Aguste Comte (1798-1857) dimana “Sosiologi”

merupakan studi mengenai masyarakat yang dipandang melalui satu segi

tertentu24. Sosialisasi politik sendiri merupakan sebuah instrumen yang

berupaya melestarikan sebuah sistem politik. Melalui serangkaian

23

Gaffar, Afan. Politik Indonesia. Pustaka Pelajar.Hlm.118

24

(29)

mekanisme dalam sosialisasi politik, dimulai dari individu-individu generasi

awal yang selanjutnya dididik untuk memahami definisi, cara, dan tujuan

sistem politik yang berlangsung dalam suatu negara. Penyesuaian sosial

diperlukan pada saat individu menghadapi kondisi dan situasi lingkungan

baru yang memerlukan respon tertentu. Dalam perkembangan kebudayaan,

sosialisasi berfungsi sebagai sarana internalisasi secara dinamis nilai-nilai

kebudayaan suatu masyarakat dari generasi yang lebih tua ke generasi yang

lebih muda. Melalui sosialisasi, kontrol sosial menjadi kontrol internal yang

pada perkembangan berikutnya akan timbul kesadaran mandiri dalam diri

generasi muda.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kualitatif yaitu dengan

menggali data dan fakta yang ada di lapangan selain itu juga

keterangan-keterangan faktual di lokasi penelitian, serta mendapatkan tanggapan/opini dari

para nara sumber dalam topik tema penelitian yaitu “Peran Partai Golkar dalam

Pendidikan Politik”. menurut Denzim dan Lincoln (1987) dalam buku Moleong

juga menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan

latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.25 Dari segi pengertian ini

latar alamiah dari konsepsi penelitian ini adalah menafsirkan fenomena dan yang

25

(30)

17

dimanfaatkan untuk penelitian. Metode yang biasa di gunakan dalam penelitian

kualitatif adalah metode wawancara,pengamatan dan pemanfaatan dokumen.

2. Sumber Data

Sumber data dalam suatu penelitian kualitatif terbagi menjadi beberapa

fokus bagian yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, yaitu sebagai

berikut :

a. Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh peneliti atau didapatkan langsung

dari subyek penelitian, yaitu KPUD Kabupaten Paser, terkait data-data

seputar pemilu, Catatan sipil dan BPS Kabupaten Paser, terkait rekam data

masyarakat Kabupaten Paser dan konstituen DPD Partai Golkar, terkait

program-program yang telah di sahkan, sehingga dari hal tersebut, dapat

ditarik sebuah penyataan terkait, peranan pendidikan politik oleh partai

tersebut.

b. Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen–dokumen atau

arsip-arsip, buku literatur, jurnal, maupun data-data faktual dari internet

yang berkaitan dengan judul penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dibagi dalam dua lokasi yaitu:

(31)

- Kantor DPD Partai Golkar, terkait basis data yang akan di peroleh

dalam penelitian, yang berkenaan dengan partai politik, meliputi

pengambilan data hard copy, soft copy maupun wawancara.

b. Lokasi Penelitian Data Tambahan :

- Sekretariat KPUD Kabupaten Paser, berkenaan dengan data data

hasil pemilihan umum.

- Sekretariat PANWASLU Kabupaten Paser, berkenaan dengan

tanggapan/opini terkait fenomena perpolitikan di Kabupaten Paser.

- Dinas Catatan Sipil dan BPS, terkait rekam data masyarakat

Kabupaten Paser secara faktual.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif sumber data dipilih dan disesuaikan dengan

tujuan penelitian. Proses pengumpulan data mengutamakan perspektif emic

dimana responden dapat menafsirkan keadaan sekitar. Sesuai dengan jenis data,

penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, wawancara, pengamatan

dan dokumentasi. Ketiga metode pengumpulan data ini merupakan ciri khas

penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen (1982 : 2) dalam buku Moleong

menyatakan dalam analisis data kualitatif, upaya yang dilakukan adalah bekerja

dengan data, mulai dari mengorganisir data, memilah-milah data,

mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola data dan memutuskan data yang

cocok dalam penelitian26. Metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini

dapat diuraikan sebagai berikut:

26

(32)

19 a. Pengamatan/Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tentang

kondisi di lapangan, baik yang berupa keadaan fisik maupun perilaku yang terjadi

selama berlangsungnya penelitian. Dalam pengertian sempit observasi berarti

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.

Menurut Darmiyati Zuchdi (1997) pengamatan mempunyai maksud bahwa

pengumpulan data yang melibatkan interaksi sosial antara peneliti dengan subyek

penelitian maupun informan dalam suatu setting selama pengumpulan data harus

dilakukan secara sistematis tanpa menampakkan diri sebagai peneliti27. Dengan

cara seperti ini antara peneliti dan yang diteliti berinteraksi secara timbal balik.

Agar diperoleh data penelitian yang lebih tepat, maka setiap permasalahan yang

berkaitan dengan hasil observasi selalu dicatat. Sehingga dalam pengamatan ini

peneliti menggunakan alat tulis sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pengamatan.

Sedangkan dalam membuat catatan di lapangan, akan dibedakan menjadi dua

bagian yang meliputi bagian deskriptif dan bagian reflektif. Bagian deskriptif

mencatat rincian kejadian-kejadian yang tidak bersifat evaluatif. Deskripsi ini

meliputi dimensi-dimensi misalnya fisik, aktifitas dan perilaku, pikiran serta

perasaan peneliti pada waktu pengamatan. Bagian reflektif dari hasil catatan

lapangan mencatat tentang kerangka pikir, ide, dan perhatian peneliti yang berisi

penambahan ide, hubungan antar data, metode, konflik dan dilematik serta hal-hal

yang sifatnya memperjelas bagian yang tidak jelas. Catatan lapangan28 dilakukan

pada saat antara waktu selesainya pengamatan dengan pengamatan berikutnya.

27

Ibid. 174

28

(33)

Pencatatan antar waktu ini dimaksudkan agar tidak terjadi kerancuan antara hasil

pengamatan yang satu dengan pengamatan yang berikutnya, serta untuk

menghindari masuknya konsep-konsep yang tidak berasal dari hasil pengamatan.

Perpaduan antara catatan-catatan singkat dengan hasil diskusi dalam pengamatan

yang sama, peneliti anggap sebagai hasil catatan lapangan yang sudah sempurna.

Pada penelitian ini, penulis berusaha melakukan pengamatan yang di lengkapi

dengan catatan lapangan, terkait fenomena-fenomena yang terjadi di Kabupaten

Paser, baik melakukan pengamatan sosial maupun politiknya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk

mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.

interview atau wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara dua orang atau

lebih secara langsung berhadapan atau melalui media. Keduanya berkomunikasi

secara langsung baik terstruktur maupun tidak terstruktur atau dilakukan dengan

persiapan maupun tanpa persiapan terlebih dahulu. Sehingga antara pertanyaan

dengan jawaban dapat diperoleh secara langsung dalam suatu konteks kejadian

secara timbal balik. Dengan demikian wawancara dalam penelitian merupakan

proses interaksi komunikasi antara peneliti dengan subyek penelitian, informan,

maupun key informan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung untuk

memperoleh data atau informasi. Wawancara dimaksudkan antara lain,

mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, memproyeksikan

kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang29.

29

(34)

21

Wawancara mendalam dilakukan secara bebas terkontrol artinya wawancara

dilakukan secara bebas. Sehingga data yang diperoleh adalah data yang luas dan

mendalam, tetapi masih memperhatikan unsur terpimpin yang memungkinkan

masih terpenuhinya prinsip-prinsip komparabilitas dan reliabilitas secara langsung

dapat diarahkan dan memihak pada persoalan-persoalan yang diteliti. Walaupun

draft wawancara digunakan dalam wawancara ini, akan tetapi dalam

pelaksanaannya wawancara dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang

ada, sehingga tidak kaku. Seperti halnya dalam teknik pengumpulan data dengan

observasi, maka dalam wawancara inipun hasilnya dicatat dan direkam untuk

menghindari terjadinya kesesatan “recording”. Di samping itu peneliti juga

menggunakan teknik recall (ulangan) yaitu menggunakan pertanyaan yang sama

tentang suatu hal. Ini dimaksudkan untuk memperoleh kepastian jawaban dari

responden. Apabila hasil jawaban pertama dan selanjutnya sama, maka data dapat

disebut sudah final. Pada penelitian yang mengangkat judul”Peran Golkar dalam

Pendidikan Politik ”Studi DPD Partai Golkar Kabupaten Paser. Peneliti

menggunakan dua tehnik wawancara, yaitu langsung dan tidak langsung, dimana

langsung dilakukan dengan wawancara tatap muka, sedangkan wawancara tidak

langsung dilakukan dengan sistem komunikasi telepon dimana suara narasumber

direkam, yang digunakan untuk pengecekan faliditas data pada saat terjadi

wawancara. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan target wawancara pada

kelompok elit di lingkar konsep penelitian, yaitu : Ketua DPD Partai Golkar

Kabupaten Paser, Sekretaris Jendral Partai, Ketua Harian Partai, Ketua Tim

(35)

melakukan wawancara sebagai pendukung data dengan mewawancarai Panwaslu

juga KPUD Kabupaten Paser.

5. Pemeriksaan Keabsahan Data

Berdasarkan landasan penulis, pada penelitian ini yang menggunakan tehnik

penelitian kualitatif, maka peneliti mencoba menelaah penelitian kualitatif yang

seringkali diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas

peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian

yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan

ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data

kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh

karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data30, yaitu:

a. Kredibilitas adalah istilah yang dipilih untuk mengganti konsep validitas,

dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian

kualitatif. Kredibilitas terletak pada keberhasilanya mencapai maksud

mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok

sosial atau pola interaksi yang kompleks. Konsep kredibilitas juga harus

mampu mendemonstrasikan bahwa untuk memotret kompleksitas hubungan

antar aspek, penelitian dilakukan dengan cara tertentu yang menjamin

bahwa subjek penelitian diidentifikasi dan dideskripsikan secara akurat.

b. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada

situasi yang lain.

30

(36)

23

c. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan

peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan

konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.

d. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan

kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan

dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan

membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak

berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih

objektif.

G. Teknik Analisis Data

Tehnik analisis data diperlukan untuk melengkapi hasil data yang diperoleh

melalui wawancara dan observasi ketika melakukan penelitian terkait pendidikan

politik yang dilakukan partai politik. Dengan analisis dokumen ini diharapkan

data yang diperlukan menjadi benar-benar valid. Dokumen yang dapat dijadikan

sumber antara lain foto-foto kegiatan (baik kegiatan penelitian maupun kegiatan

partai politik sebagai objek penelitian), laporan penelitian, buku-buku yang sesuai

dengan penelitian, dan data tertulis lainnya baik cetak maupun elektronik.

Mengutip langkah-langkah yang digunakan pada metode analisis data yaitu

berdasarkan Analysis Hierarchy Process (Saaty, 2008)31 adalah sebagai berikut:

a. Mengindentifikasi masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, melalui

diskusi dengan para pakar yang mengetahui permasalahan serta melakukan

31

(37)

kajian referensi hingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan

yang dihadapi.

b. Menyusun struktur hirarki yang dimulai dari tujuan umum, sub-tujuan,

kriteria hingga penentuan sejumlah alternatif di dasarkan pada permasalahan

yang dihadapi, untuk penentuan kriteria dan alternatif diperoleh dari hasil

observasi dan diskusi dengan pakar.

c. Langkah selanjutnya kemudian, dari prioritas kriteria dan alternatif yang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa kadar serat tertinggi diperoleh pada produk olahan ikan depik khususnya belacan depik, diikuti depik kering dan depik segar.. Tingginya

Adapun yang menjadi inti dari penerapan teknologi computer vision adalah kemampuan suatu sistem komputer untuk melakukan duplikasi dari penglihatan manusia kedalam

4) Karmaşõk parçalar, bir ya da iki mõknatõslama ile bölümler halinde mõknatõslanmalõdõr. kolaylõkla muayene edilebilir. 5) Malzemenin artõk mõknatõslõk özelliklerini

Otonomi pendidikan tinggi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, meningkatnya kompetisi antar perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri, berkembangnya

Perusahaan pasangan usaha yang termasuk dalam kategori bermasalah atau wanprestasi, maka dilakukan tindakan penyehatan atau penyelamatan dan penyelesaian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa demografi ibu hamil trimester I di Poliklinik Kebidanan BPK RSUZA Banda Aceh sebagian besar adalah ibu yang berumur dewasa awal (80%)

Anak panah oranye = Angiogenesis; Anak panah hitam= pendarahan; Anak panah pink = blastema; Anak panah biru tua= pendarahan akibat ikan terjatuh; Anak panah biru muda = pembuluh

1.5 Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah