• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performance test of cocoa’s (Theobroma cacao L.) LEAFY and AGAMOUS promoters in tobacco plant (Nicotiana tabacum L.)1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performance test of cocoa’s (Theobroma cacao L.) LEAFY and AGAMOUS promoters in tobacco plant (Nicotiana tabacum L.)1)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

NONI MARDIAN TRIZANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Uji kinerja

promoter gen LEAFY dan AGAMOUS tanaman kakao (Theobroma cacao L.) pada

tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) adalah benar hasil karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka tesis ini.

Bogor, Maret 2012

Noni Mardian Trizana

(3)

L.) LEAFY and AGAMOUS promoters in tobacco plant (Nicotiana tabacum L.)1) Supervised by I MADE ARTIKA and TETTY CHAIDAMSARI

Performance of cocoa’s (Theobroma cacao L.) gene promoters, TcLFY and TcAG, in a tobacco plant (Nicotiana tabacum L.) used as a plant model has been tested. The two promoters were introduced into the tobacco plant cells using a modified leaf discs method employing Agrobacterium tumifaciens AGL0. The transformed tobacco plant cells were then regenerated and their morphology were observed periodically. The tobacco plants harbouring the gene promoter TcLFY, during regeneration, showed a leaf morphology similar to that of the positive control. However, the growth rate of tobacco plants inserted with promoter TcLFY was faster compared to that of the positive control. Tobacco plants harbouring gene promoter TcAG, during regeneration, showed imperfect leaf morphology. The growth rate of these tobacco plants was slower than that of the positive control and of the tobacco plants inserted harbouring gene promoter TcLFY. These results indicated that the introduced promoters affect the morphology of the tobacco plants. In order to further confirm the presence of the GFP gene and activation of TcLFY: GFP and TcAG: GFP, a molecular verification test was carried out. Variation of sucrose concentration in the media was made to examine the effect of sucrose on the activity promoters TcAG and TcLFY in tobacco plants. The sucrose concentration tested were 0%, 0,5% and 4% followed by observation on the 3rd and 7th day of cultivation. At 0% sucrose concentration the tobacco plants harbouring promoter TcLFY showed yellowish leaf, while those cultivated in the media with sucrose concentration of 0.5% and 4% grew well and normal. This indicated that sucrose affects the activity of the promoter TcLFY in tobacco plants. Tobacco plants inserted with promoter TcAG did not show significant morphological changes when grown in a medium of 0%, 0,5% or 4% sucrose concentration. This indicated that addition of sucrose does not significantly affect the induction of expression of the AG gene and the activation of the promoter TcAG.

(4)

AGAMOUS Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.). Dibimbing oleh I MADE ARTIKA dan TETTY CHAIDAMSARI

Kakao merupakan tanaman perkebunan yang memiliki potensi dalam

pertumbuhan perekonomian Indonesia. Perkebunan kakao di balik potensinya

yang besar masih memiliki kendala yaitu hama tanaman, kualitas rendah,

pembungaan dan layu pentil. Pendekatan secara biologi molekuler dilakukan

untuk uji lanjut terhadap promoter gen pembungaan yaitu promoter gen TcLFY

yang berperan sebagai gen pusat pembungaan dan promoter gen TcAG yang

berperan pada proses pembungaan dan pembuahan. Uji kinerja dari promoter ini

dilakukan dengan transformasi ke tanaman model tembakau.

Penyisipan promoter TcLFY dengan ukuran 1650 bp dan promoter TcAG

dengan ukuran 1200 bp dari tanaman kakao (Theobroma cacao L.) telah

dilakukan pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) yang berfungsi sebagai

tanaman model. Transformasi genetik promoter gen TcLFY dan promoter gen

TcAG ke dalam sel tanaman tembakau dilakukan dengan teknik cakram daun (leaf

disk) yang dimodifikasi melalui Agrobacterium tumifaciens AGL0. Morfologi

tanaman diamati secara berkala. Tanaman tembakau yang disisipi promoter

TcLFY selama regenerasinya menunjukkan morfologi atau bentuk daun yang

mirip dengan daun tembakau kontrol positif. Namun pertumbuhan tanaman

tembakau yang disisipi promoter TcLFY, pertumbuhannya lebih cepat jika

dibandingkan kontrol positif. Tanaman tembakau yang disisipi promoter TcAG

selama regenerasinya menunjukkan morfologi daun atau bentuk daun yang tidak

sempurna. Namun pertumbuhan tanaman tembakau yang disisipi promoter TcAG

lebih lambat jika dibandingkan kontrol positif dan tanaman tembakau yang

disisipi promoter TcLFY. Hasil dari pengamatan bentuk daun pada tanaman

tembakau tersebut menunjukkan bahwa promoter mempengaruhi morfologi pada

tanaman. Verifikasi secara biologi molekuler dilakukan untuk konfirmasi lebih

lanjut keberadaan gen GFP dan aktivasi dari TcLFY:GFP dan TcAG:GFP.

(5)

Sukrosa diketahui mengaktifkan promoter LEAFY pada Arabidopsis.

Variasi media sukrosa dilakukan untuk menguji pengaruh sukrosa terhadap kerja

promoter TcLFY dan TcAG pada tanaman tembakau.Variasi sukrosa dilakukan

pada 3 konsentrasi sukrosa yaitu 0%, 0,5% dan 4% dengan jangka waktu 3 hari

pengamatan dan 7 hari pengamatan. Pada konsentrasi sukrosa 0% tanaman

tembakau yang disisipi promoter TcLFY memperlihatkan daun yang menguning,

berbeda halnya dengan media sukrosa 0,5% dan 4% yang tumbuh dengan baik.

Hal ini mengidentifikasikan bahwa sukrosa mampu mempengaruhi aktivitas dari

promoter TcLFY pada tanaman tembakau. Tanaman tembakau yang disisipi

promoter TcAG tidak memperlihatkan perubahan morfologi yang signifikan

seperti promoter TcLFY pada variasi sukrosa 0%, 0,5% dan 4%. Penambahan

induksi sukrosa tidak terlalu berpengaruh terhadap ekspresi dari gen AG. Hal ini

juga terjadi pada aktivitas promoter TcAG yang tidak berpengaruh aktivitasnya

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

NONI MARDIAN TRIZANA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Biokimia

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Nama : Noni Mardian Trizana NIM : G851100071

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir I Made Artika, M.App.Sc Dr. Tetty Chaidamsari, M Si

Ketua Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi Biokimia Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. drh. Maria Bintang, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr

(10)

Alhamdulillah segenap rasa syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penelitian yang

berjudul Uji Kinerja Promoter Gen LEAFY dan AGAMOUS Tanaman Kakao

(Theobroma cacao L.) pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.)

dapat diselesaikan. Sholawat beriring salam terus tercurahkan kepada suri

tauladan kita yang mulia Rasulullah Muhammad SAW.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu dan mendukung penelitian ini yaitu:

1. Bapak Dr.Ir I Made Artika, M.App.Sc dan Ibu Dr. Tetty Chaidamsari, MSi

sebagai dosen pembimbing yang memberikan arahan dan motivasi beliau

sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Prof. Dr. drh. Maria Bintang MS yang telah memberikan motivasi dan

arahan sehingga sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Dr. Djoko Santoso sebagai pembimbing pada proses Isolasi

Promoter TcAG tanaman kakao

4. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada keluarga, Ayah dan

Ibu tercinta, yang telah memberi dukungan berupa do’a dan materil

5. Teknisi di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia yang

mendukung dalam penelitian yang telah dilakukan. Teknisi yang ikut

mendukung yaitu teh Herti, teh Nia, teh Aan, teh Nina, teh Rini, teh Riana,

mas Heri, dan mas Topan.

6. Teman-teman Biokimia 2010 yaitu Mbak Martha, Mbak Sri, Mbak Eliz,

Mbak Lia, Mbak Nunu, Kak Bobi, yang telah memberikan motivasi dan

do’anya.

7. Kepada teman-teman seperjuangan yaitu Uni Zikra, Upik, Isni, Cicin,

Mbak Maria, Eka, Teh Kanti yang selalu memberi motivasi dan do’anya.

Penulis juga menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam

penulisan usulan penelitian ini, untuk itu Penulis sangat terbuka terhadap kritik

(11)

Bogor, Maret 2012

Noni Mardian Trizana

(12)

dari pasangan Slamet Sutrisno dan Supriyanti. Penulis memulai pendidikannya

pada tahun 1993 di SDN 11 Kampung Surian, Kecamatan Barangin, Sawahlunto

dan lulus pada tahun 1999. Tahun 2002 penulis lulus dari SLTPN 02 Sawahlunto,

yang kemudian melanjutkan ke SMU 01 Sawahlunto dan menyelesaikannya

hingga tahun 2005. Tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa

Program Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Penulis menyelesaikan program studi

(13)
(14)

Halaman

1 Nilai OD Agrobacterium tumifaciens AGL0 dari kedua konstruk yang diukur pada panjang gelombang 600 nm………...

2 Perbedaan jumlah inisiasi pada tanaman tembakau………...

3 Variasi media dengan sukrosa pada inkubasi 3 hari……….….………

4 Variasi media dengan sukrosa pada inkubasi 7 hari……….. 25

29

41

(15)

1 Bagian bunga kakao, stamen (Sta), sepal (Se), petal (Pe), pistil (Pi) dan

staminod (Std)……….. 7

2 Aktivasi gen kelas A,B dan C oleh gen LFY………...

3 Model ABC dari perkembangan pembungaan Arabidopsis, fungsi gen kelas A, B dan C yang mempengaruhi bentuk dari meristem bunga (Se: sepal, Pe: petal, St: stamen, Ca: karpel)………...

4 Posisi promoter dalam suatu gen…...………..

5 Struktur kanamisin………..

6 Posisi promoter dan gen reporter GFP pada vektor pGWB serta gen seleksi kanamisin nptII………...………..

7 Kondisi kultur bakteri Agrobacterium tumifaciens AGL0 yang membawa konstruk promoter TcLFY dan promoter TcAG (a) hari ke 0 (b) setelah 2 hari inkubasi……….

8 Mekanisme transformasi promoter TcLFY dan TcAG dari Agrobacterium tumifaciens AGL0 ke tanaman tembakau……….…………...

9 Proses inisiasi eksplan pada tanaman tembakau yang berumur 18 hari (a) tanaman kontrol negatif, (b) tanaman kontrol positif, (c) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcAG, (c) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcLFY………...

10 Perbedaan morfologi tanaman tembakau yang berumur 40 hari, (a) tanaman kontrol negatif, (b) tanaman kontrol positif, (c) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcAG, (d) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcLFY………

11 Perbedaan morfologi tanaman tembakau yang berumur 2 bulan, (a) tanaman kontrol negatif, (b) tanaman kontrol positif, (c) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcAG, (d) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcLFY………..………..

12 Perbedaan morfologi tanaman tembakau yang berumur 4 bulan, (a) tanaman kontrol, (b) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcAG, (c) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcLFY………...

13 Proses aktivasi dan inaktivasi gen MAD-Box pembungaan pada tanaman. Agamous (AG) menghambat ekspresi dari Apetala (AP), leafy (LFY) dan (WUS), LFY mengaktifkan ekspresi AG, AP dan

AP3………...

14 Mekanisme pengaktifan promoter AG oleh protein LFY……….

(16)
(17)

Halaman

1 Diagram alir penelitian………...… 52

2 Komposisi media………

3 Gen-gen yang terlibat dalam organogenesis tanaman………

4 Gen yang berperan pada proses pembungaan (promoter) dan penghambat proses pembungaan (repressor)……….

5 Ekpresi gen ABC pada pembungaan……….

6 Proses pembuatan coklat………

7 Perubahan berat yang terjadi pada tanaman tembakau………... 53

54

55

56

57

58

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting bagi

perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan

dan devisa negara. Kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan

wilayah. Perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber

pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar

berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada tahun 2002, serta memberikan

sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa

sawit dengan nilai sebesar US$ 701 juta (Lingga 2007). Namun pada tahun 2008

sumbangan devisa ini meningkat menjadi US$ 1150 juta (BBP2TP 2010).

Saat ini Indonesia menduduki urutan ke tiga di dunia sebagai penghasil

kakao setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%). Angka produksi kakao

Indonesia sebesar 13,6% (BBP2TP 2010). Permintaan dunia terhadap komoditas

kakao semakin meningkat dari tahun ke tahun. Organisasi ICCO (International

Cocoa Organization) memperkirakan produksi kakao dunia akan mencapai 4,05

juta ton, sementara konsumsi akan mencapai 4,1 juta ton, sehingga akan terjadi

defisit sekitar 50 ribu ton per tahun. Produksi kakao Indonesia pada tahun 2005

yaitu 435 ribu ton/tahun. Hal ini tidak sebanding mengingat Indonesia masih

mempunyai banyak lahan kosong yang sebenarnya bisa digunakan untuk produksi

kakao. Kendala lain yang dialami Indonesia dalam produksi kakao yaitu serangan

hama, kualitas dari buah kakao yang masih rendah dan benih yang dipakai oleh

petani kakao bukan merupakan benih unggul. Potensi kerugian biji kakao

Indonesia ke Amerika Serikat akibat mutu rendah sebesar US$ 301,5/ton, dan

produk kakao Indonesia di pasar internasional dikenai diskon US$ 200/ton atau

10-15% dari harga pasar. Harga kakao dunia saat ini bisa mencapai US$ 3300 per

ton (BBP2TP 2010).

Permasalahan lain pada produksi kakao yaitu pada permasalahan

pembungaan dan layu pentil. Layu pentil merupakan penyakit fisiologis pada

tanaman kakao. Persentase layu pentil bisa mencapai 60-90% dan berlangsung

(19)

secara pembungaan dilakukan secara biologi molekuler. Salah satu usahanya yaitu

penemuan gen-gen yang berperan penting pada proses pembungaan dan proses

pembungaan menuju buah. Gen-gen yang berperan tersebut antara lain LEAFY

(LFY), APETALA1 (AP1), CAULIFLOWER (CAL), FRUITFULL (FUL), dan

AGAMOUS (AG) (Dean & Simpson 2002). Promoter gen pembungaan dari buah

kakao yang akan dilakukan uji lanjut diantaranya yaitu Theobroma cacao L.

AGAMOUS (TcAG) dan Theobroma cacao L. LEAFY (TcLFY).

Proses pembungaan bisa diinduksi oleh senyawa tambahan yang diberikan

secara eksogen untuk mempengaruhi ekspresi dari gen pembungaan. Induksi

dengan senyawa chlormequat chloride (CCC) diketahui telah berhasil

mempercepat proses pembungaan dengan mengaktifkan senyawa sukrosa endogen

tanaman (Samanhudi 2006). Selain dengan induksi CCC, induksi dengan giberelin

juga telah terbukti mempengaruhi aktivitas pembungaan. Blazquez et al., (1998)

melaporkan bahwa pemberian giberelin dan sukrosa secara eksogen mampu

mempengaruhi proses pembungaan dengan mengaktifkan kerja dari promoter LFY

pada Arabidopsis.

Tingginya kebutuhan kakao dunia membuat Indonesia semakin giat untuk

meningkatkan produksi dan kualitas kakao. Buah kakao Indonesia mengalami

peningkatan sedikit dari segi kuantitas tetapi dari segi kualitas, kakao Indonesia

masih tergolong rendah. Peningkatan kualitas diupayakan Indonesia dimulai

dengan usaha penyediaan bibit unggul, pemupukan, peningkatan kualitas tanah,

dan pengendalian genetik kakao untuk peningkatan kualitas bunga dan buah.

Pengendalian genetik dengan induksi pembungaan dilakukan untuk mempercepat

proses pembungaan. Pengendalian genetik dengan induksi ini bisa dilakukan

dengan bagian gen berupa promoter. Penelitian ini bertujuan mempelajari fungsi

promoter gen TcLFY dan TcAG tanaman kakao (Theobroma cacao L.) dengan

(20)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempelajari fungsi promoter gen TcLFY dan

TcAG tanaman kakao (Theobroma cacao L.) dengan transformasi tanaman model

tembakau (Nicotiana tabacum L.).

Hipotesis Penelitian

Promoter yang digunakan untuk mengontrol ekspresi gen TcLFY dan

TcAG pada tanaman tembakau dapat dipelajari sifat dan pengaruhnya.

Manfaat Penelitian

a. Bagi perguruan tinggi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mendorong insitusi untuk

mengembangkan teknik dan mencari ide-ide baru dalam pengembangan tanaman

perkebunan, salah satunya tanaman kakao sehingga dapat dihasilkan kualitas dan

kuantitas dari tanaman kakao yang lebih tinggi.

b. Bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan mampu memacu mahasiswa untuk berfikir

kreatif, inovatif, dan dinamis. Khususnya dalam hal membantu petani dalam

menyelesaikan permasalahannya dalam meningkatkan produksi kakao dari segi

kualitas dan kuantitas. Pelaksaan penelitian ini juga membantu menumbuhkan

sikap kepedulian mahasiswa terhadap permasalahan yang terjadi pada petani.

Selain itu mahasiswa juga bisa menambah wawasan dan pengalamannya.

c. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah dari

Theobroma cacao L.dalam hal perbanyakan buah dan mendapatkan kualitas buah

yang terbaik. Promoter gen TcLFY dan TcAG dapat digunakan sebagai regulator

(21)

mempunyai kualitas yang bagus, mengalami peningkatan harga dan bisa

mensejahterakan kehidupan petani.

d.bagi pemerintah

Pemerintah diharapkan dari hasil penelitian ini dapat membantu petani

kecil baik sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran petani dalam

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman dikotil dan

termasuk ke dalam famili Sterculiaceae. Jumlah kromosom yang dimiliki tanaman

kakao yaitu 2n = 20. Tanaman kakao dewasa bisa mencapai ketinggian 6-9 m

(Tjasadiharja 1987). Daerah dataran rendah tropis dengan ketinggian 1000 m di

atas permukaan laut merupakan daerah tanaman kakao tumbuh. Curah hujan yang

merata sepanjang tahun dengan minimal 90-100 mm per bulan diperlukan pula

oleh tanaman kakao. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kakao

dipengaruhi juga oleh sifat fisik tanah itu sendiri (Siregar et al., 2004). Tanaman

kakao juga memerlukan pH tanah yang berkisar antara 6.0-7.0 (Goenadi &

Hardjono 1985).

Suhu lingkungan yang baik untuk kakao tumbuh adalah 18-32°C dengan

suhu rata-rata tahunan 25°C. Suhu rata-rata bulanan terdingin tidak boleh kurang

dari 15°C. Pengaruh suhu ini sangat erat hubungannya dengan sinar matahari,

ketersediaan air, dan kelembaban udara. Jika suhu rendah maka akan

menyebabkan pembungaan terlambat. Penurunan suhu di bawah 22°C bisa

menyebabkan primordia bunga terhenti (Wachjar & Iskandar 1988). Kondisi pada

(23)

pembentukan cabang sehingga mengakibatkan daun-daun tidak berkembang

(Wood 1985).

Salah satu sifat khusus dari daun kakao adalah adanya dua persendian

(articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun. Persendian ini

berperan pada pergerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar

matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang, ujung daun meruncing, dan

pangkal daun runcing. Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol

ke permukaan bawah helai daun. Warna daun dewasa yaitu hijau tua. Panjang

daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun mengkilap dan licin

(PPKKI 2004).

Kakao merupakan tanaman yang kaulifloral, yaitu bunga tumbuh dan

berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang (PPKKI 2004).

Tanaman ini mempunyai bunga yang berwarna merah muda sampai putih, reguler,

hermafrodit, sebuah ovari superior yang merupakan gabungan dari lima karpel,

memiliki lima sepal, lima petal, dan 10 stamen (Tjasadiharja 1987). Menurut

Siregar et al., (2004) kelopak daun bunga kakao berwarna putih dan

kadang-kadang makin ke ujung warna kelopak terlihat ungu kemerahan. Mahkota bunga

bentuknya seperti cawan, mempunyai panjang 8-9 mm dan berwarna putih

kekuningan atau putih kemerahan. Bunga kakao akan muncul secara bergerombol

pada bantalan bunga. Bantalan bunga yaitu jaringan yang menebal pada ketiak

bekas menempelnya tangkai daun. Waktu yang diperlukan dari munculnya bakal

bunga sampai mekar yaitu 30 hari. Bila saat mekar bunga tidak mengalami

penyerbukan maka bunga akan gugur (Tjasadiharja 1987). Pembungaan kakao

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur tanaman, status nutrisi, korelasi

internal, aktivitas kambium, naungan, suhu, distribusi hujan dan kelembapan.

Warna buah kakao ketika muda yaitu hijau agak putih dan berwarna

kuning jika masak. Selain itu ada juga jenis lain yaitu berwarna merah ketika

muda dan berwarna jingga ketika masak. Buah akan masak setelah berumur enam

bulan. Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya

beragam yaitu 20-50 butir per buah. Pembuahan kakao dipengaruhi oleh beberapa

hal yaitu jumlah bunga yang tumbuh, persentase bunga yang diserbuki, persentase

(24)

masak (PPKKI 2004). Bentuk bunga kakao dapat dilihat pada Gambar 1 (Hinsley

Gambar 1 Bagian bunga kakao, stamen (Sta), sepal (Se), petal (Pe), pistil (Pi) dan staminod (Std).

Gen Pembungaan

Perkembangan organ bunga sangat penting pada proses pembungaan.

Pembentukan organ ini dikendalikan oleh gen-gen yang berperan pada proses

tersebut. Pengembangan gen pada bunga dapat diisyaratkan menjadi model ABC.

Model ini mengkoordinasikan ekspresi dan fungsi dari gen menjadi transkripsi A,

B dan C. Aktivitas transkripsi tipe A disandikan oleh gen APETALA1 (AP1) dan

APETALA2 (AP2) yang mengontrol pembentukan sepal dan petal. Tipe B yang

disandikan oleh gen APETALA3 (AP3) dan APETALA1 (AP1) mengontrol

pembentukan petal dan stamen. Sedangkan tipe C disandikan oleh gen

AGAMOUS (AG) yang mengontrol perkembangan stamen dan karpel (Pinero &

Couplan 1998).

Gen AGAMOUS merupakan keluarga dari gen MADS-Box (MCM1,

AGAMOUS, DEFICIENS, and SRF) yang diperlukan dalam pembentukan

identitas bunga (Bao et al., 2004). Gen yang berperan dalam mengontrol

pembentukan stamen dan karpel ini, ekspresinya dapat ditekan oleh gen lain yaitu

gen BELLRINGER (BELL) sehingga pengaruh dari gen AG dalam pembentukan

meristem bunga dan inflorensia menjadi terhambat (Bao et al., 2004). Menurut

(25)

LEUNIG (LUG), SEUSS (SEU), STERILE APETALA (SAP), CURLY LEAF

(CLF), INCURVATA2 (ICU2) dan BELLRINGER (BELL).

Chaidamsari (2005) melaporkan bahwa kloning dari cDNA encoding

TcAG (homolog AG dari kokoa) telah diekspresikan pada stamen dan ovari, yang

dibandingkan dengan AG pada Arabidopsis. Gen TcAG selalu diekspresikan pada

dinding buah (sebagian kecil) selama perkembangan. Kakao homolog dari AG

pada Arabidopsis (TcAG) berpengaruh pada pembentukan kelopak bagian dalam

dari organ pembungaan, staminode, stamen dan ovari. Pada tanaman yang lain,

TcAG hanya terekspresi pada pembungaan dan predominan pada staminode,

stamen dan ovari. Homolog gen pembungaan kakao pada Arabidopsis

berpengaruh baik pada koregulasi inisiasi pembungaan dan berpengaruh juga pada

determinasi identitas dari sepal dan petal (Chaidamsari 2005).

Gen LFY diketahui mampu mengaktifkan ekspresi dari gen kelas A, kelas

B dan kelas C (Gambar 2) (Jordan 2006). Model ekspresi dari gen A, B dan C

diperlihatkan pada Gambar 3. Ekspresi AG diketahui diaktifkan oleh LFY dan

protein LFY yang berperan untuk mengikat in vitro pada intron kedua AG.

Pembatasan berikutnya dari transkripsi AG ke pada perkembangan bunga adalah

hasil dari kombinasi aktivitas LFY dan WUSCHEL (WUS). Gen WUS

mengkodekan homeodomain faktor transkripsi yang diperlukan untuk menentukan

proliferasi seluler dalam meristem. Keberadaan LFY dinyatakan kuat dalam organ

bunga muda primordia dan meristem bunga. Gen LFY juga terlibat dalam aktivasi

ekspresi AP1 dan CAL. Gen LFY memiliki efek yang kuat pada identitas

meristem karena mengaktifkan transkripsi dari rangkaian gen lain (Glover 2007).

Jenis gen kakao lain yang mengkode faktor transkripsi dari kelas

MADS-box yang diperkirakan mempengaruhi regulasi waktu pembungaan dan

pembentukan bunga yaitu Theobroma cacao L. APETALA1 (TcAP1)

(Chaidamsari 2005). Gen TcAP1 diekspresikan pada pembungaan dan dalam

bunga predominan terekspresi pada sepal dan petal pada level yang rendah pada

organ pembungaan yang lain. Menurut Parcy et al., (1998) protein LFY juga

diketahui mampu mengaktifkan ekspresi dari gen AP1 dengan cara mengikat

(26)

Gambar 2 Aktivasi gen kelas A,B dan C oleh gen LFY (Jordan 2006).

(27)

Promoter DNA

Promoter adalah bagian gen yang berfungsi sebagai pengatur proses

ekspresi genetik (transkripsi) bagian struktural. Promoter ini bagian yang akan

dikenali pertama kali oleh enzim RNA polimerase dan protein regulator sebelum

proses transkripsi dimulai (Yuwono 2005). Daerah promoter merupakan daerah

awal terjadinya sintesis RNA dan proses sintesis ini berlangsung hingga bagian

akhir sekuen. Daerah promoter terdiri dari daerah kecil dengan urutan basa-N

yang pada umumnya mempunyai urutan yang tetap atau sering disebut

TATA-box. TATA-box merupakan bagian DNA yang banyak mengandung basa timin

dan adenin dan berada pada bagian upstream dan dilokasikan pada -10 dan -35 bp

upstream (Murray et al., 2003). Sekuens pada kotak TATA menentukan titik

inisiasi transkripsi secara tepat. Penghilangan kotak TATA pada β-globin menyebabkan penurunan transkripsi secara invitro. Pengubahan sekuens TATA

menjadi TAGA atau TAAA akan menghilangkan proses transkripsi (Yuwono

2005).

Kotak TATA mempunyai peranan yang penting dalam proses transkripsi,

namun ada banyak gen yang tidak mempunyai kotak TATA. Gen yang tidak

mempunyai kotak TATA dapat dikelompokkan menjadi dua kelas yaitu gen house

keeping dan gen-gen yang diatur ekspresinya berdasarkan atas perkembangan

organisme. Gen house keeping yaitu gen-gen yang diekspresikan secara konstitutif

pada semua sel karena gen ini diperlukan dalam metabolisme utama. Gen-gen

yang diatur ekspresinya berdasarkan atas perkembangan organisme yaitu gen-gen

homeotik yang mengatur perkembangan lalat buah atau gen-gen yang terlibat di

dalam perkembangan sistem kekebalan pada mamalia (Yuwono 2005). Posisi

promoter dalam suatu gen untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4

(Hunter 2011). Promoter mempunyai aktivitas spesifik pada jaringan atau organ

spesifik. Salah satu aktivitas tersebut yaitu dalam hal pengkontrolan ekspresi

(28)

Gambar 4 Posisi promoter dalam suatu gen (Hunter 2011).

Tanaman Tembakau

Tembakau berkembang luas pada berbagai bagian dunia. Tembakau

mempunyai stuktur batang tegak, kuat dan berkayu. Tinggi tanaman bervarisasi

tergantung pada varietasnya. Jika kondisi lingkungan baik, maka tingginya bisa

mencapai 2 meter. Batang tembakau tidak bercabang, tetapi pada saat berbunga di

bagian atas ketiak daun akan tumbuh tunas-tunas lateral. Tunas-tunas tersebut

akan tumbuh menjadi sirung atau sulang. Jika batang tembakau rebah, maka

tunas-tunas lateral tersebut akan berpotensi tumbuh menjadi sulang. Varietas yang

banyak sulang tidak disukai karena pertumbuhannya akan mengurangi zat-zat hara

dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan daun (Suwarso 1999).

Tembakau merupakan jenis tanaman dikotil yang berakar tunggang.

Bentuk daun dipengaruhi oleh posisi di batang. Daun bawah bentuknya lebih bulat

dibandingkan daun-daun di atasnya. Daun pucuk bentuknya lebih runcing. Daun

ditopang oleh ibu tulang daun dengan cabang-cabang yang berbentuk menyirip.

Permukaan atas dan bawah daun terdapat stomata dan bulu-bulu kelenjer (trikom).

Stomata lebih banyak terdapat di permukaan bawah daun (Suwarso 1999).

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

(29)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Spesies N. Tabacum L. pada umumnya merupakan tanaman hari netral.

Waktu pembungaan tidak dipengaruhi oleh lamanya waktu penyinaran matahari.

Tanaman akan membentuk karangan bunga di ujung batang pada fase generatif

tanaman. Bunga dewasa mempunyai mahkota berbentuk terompet sepanjang 4-5

cm yang mempunyai lima lekuk di bagian tepinya. Mahkota bunga berwarna

merah muda pada bagian atas dan berwarna putih pada bagian bawahnya.

Beberapa saat sebelum bunga mekar, tepung sari telah masak dan kepala putik

reseptif sehingga siap menerima tepung sari. Bila penyerbukan berhasil,

pembuahan akan terjadi sekitar 36 jam kemudian. Buah akan mulai masak 3-4

minggu setelah terjadi pembuahan (Suwarso 1999).

Tanaman tembakau mempunyai kecendrungan yang kuat untuk melakukan

proses penyerbukan sendiri. Hal ini menjadi salah satu alasan dipilihnya tanaman

tembakau sebagai tanaman untuk transformasi. Selain itu pertumbuhan dari

tanaman tembakau sangat mudah, proses pembungaan yang cepat dan

pembungaan yang tidak dipengaruhi oleh penyinaran (Bock 2007).

Transformasi Tanaman

Transformasi tanaman adalah penyisipan materi genetik asing yang masuk

melalui dinding sel tanaman.Teknik transformasi ke tanaman ada banyak macam

tetapi secara garis besar dapat dibagi ke dua kelompok yaitu menggunakan bakteri

Agrobacterium tumifaciens dan transformasi secara langsung. Transformasi secara

langsung antara lain mikroinjenksi, fusi steroplas, fusi liposom, imbisi embrio,

(30)

pendekatan biolistik. Teknik ini dinamakan teknik transformasi secara langsung

karena DNA diintroduksi tanpa menggunakan perantara (Loedin 1994).

Transformasi menggunakan Agrobacterium tumifaciens merupakan

metode transformasi yang paling sering digunakan. Bakteri gram negatif ini

menginfeksi pada tanaman dikotil yang menyebabkan penyakit tumor batang

(crown gall). Kemampuan ini didukung oleh keberadaan plasmid Ti pada bakteri.

Ketika Agrobacterium tumifaciens menginfeksi tanaman, bagian dari molekul

DNA berupa transferred DNA (T-DNA) akan terintegrasi pada DNA kromosom

tanaman. sifat unik ini memungkinkan plasmid Ti menjaid alat transpor dari gen

lain dengan menyisipkan gen asing tersebut pada T-DNA. Kemudian dengan

teknik transformasi Agrobacterium tumifaciens diinfeksikan pada sel tanaman.

Teknik ini telah berhasil diterapkan pada tanaman tembakau, tomat, pepaya,

pisang, kentang, dan tanaman dikotil lainnya (Zupan et al., 2000). Keuntungan

dari teknik ini adalah gen yang terintegrasi umumnya hanya satu kopi karena

disisipkan pada T-DNA (Loedin 1994).

Plasmid yang digunakan untuk transformasi dinamakan juga dengan

vektor. Vektor inilah yang membantu untuk transfer gen ke tanaman. Selain gen

target terdapat pula gen reporter. Gen reporter yang biasa digunakan adalah gen

Gus penyandi β-glukuronidase, synthetic green fluorescent protein (sGFP), luciferase (LUC), enhanced yellow fluorescent protein (EYFP), dan enhanced

cyan fluorescent protein (ECFP) (Nakagawa 2007). Hasil positif Gus adalah

terdapatnya warna biru sedangkan GFP terdapatnya warna hijau. Analisis yang

tercepat untuk menunjukkan gen terintegrasi secara stabil pada tanaman adalah

dengan analisis histokimia enzim gen penanda (gen reporter) dan analisis PCR

(Loedin 1994).

Kultur Jaringan

Kultur jaringan adalah metode untuk mengisolasi bagian tanaman berupa

sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan pada kondisi aseptik, sehingga

bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri menjadi tanaman yang lengkap

membentuk daun, batang dan akar. Teknik kultur jaringan ini memanfaatkan

(31)

Sebagian besar metode kultur jaringan menggunakan media garam mineral

Murashige & Skoog (MS) sebagai media tanam yang diperkaya dengan sukrosa.

Kultur jaringan disebut juga sebagai kultur in vitro. Tanaman yang

pertumbuhannya dilakukan secara in vitro termasuk golongan heterotrof (Miller &

Chandler 1990). Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan

melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas

adventif, dan embriogenesis somatik. Jaringan yang digunakan sebagai eksplan

dalam kultur jaringan yaitu jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan

masih aktif membelah sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.

Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian

tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan lain yang

digunakan yaitu jaringan parenkim. Jaringan parenkim yaitu jaringan penyusun

tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya.

Contoh jaringan tersebut yaitu jaringan daun yang telah mampu melakukan

aktivitas fotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat

cadangan makanan (Evert et al., 2006).

Tanaman yang spesifik membutuhkan media tanam yang spesifik pula

(Miller & Chandler 1990). Tanaman kentang yang dikulturkan pada media MS

dengan dua kali unsur makro yang ditambah 60 g/L sukrosa dapat meningkatkan

vigor tanaman akan tetapi tanaman akan menjadi lebih pendek, jumlah daun

menjadi sedikit, diameter menjadi lebih sempit, dan percabangan lebih banyak

(Purwito 1999). Menurut Hapsoro (1999) peningkatan konsentrasi sukrosa

menyebabkan penurunan jumlah tunas dan panjang tunas pada tanaman famili.

Nutrien anorganik ditambahkan pada tanaman kultur dalam bentuk garam

mineral. Bahan mineral yang diberikan tersebut dapat berupa kation dan anion.

Seperti contoh kalsium, magnesium dan kalium diserap oleh akar tanaman kultur

jaringan dalam bentuk kation Ca2+, Mg2+ and K+. Nitrogen diserap dalam bentuk

anion NO3 dan kation NH4+. Tanaman kultur jaringan juga menyerap fosfat dalam

bentuk ion HPO42- and H2PO4- dan menyerap sulfat dalam bentuk ion SO42-.

Sistem penyerapan pada kultur jaringan dipengaruhi oleh konsentrasi

unsur lainnya, pH, suhu, dan status biokimia atau fisiologis tanaman jaringan.

(32)

ioniknya. Misalnya, Mg2+ bersaing dengan kation lain untuk proses

pengambilannya. Jika kondisi K+ tinggi maka konsentrasi Ca2+, Mg 2+ akan

mengalami kekurangan. Penyerapan aktif fosfat terjadi jika pH larutan menjadi

sedikit basa ketika ion (H2PO4) - berubah menjadi (HPO4)2 -. Amonium lebih

mudah digunakan dibandingkan nitrat pada suhu rendah. Serapan amonium ke

dalam sel tanaman ditingkatkan pada kondisi tingkat karbohidrat yang tinggi di

dalam sel. Kalsium tidak diserap secara efisien dan konsentrasi dalam jaringan

tanaman cenderung proporsional dengan yang ada di tanah (George 1996).

Tanaman relatif tidak sensitif terhadap ion sulfat. Jika konsentrasi fosfat

terlarut tinggi maka bisa menekan pertumbuhan. Hal ini karena melalui proses

kompetitif yang mengurangi penyerapan unsur-unsur minor Zn, Fe dan Cu.

Proses penyerapan mineral pada tanaman kultur jaringan bisa terjadi melalui

stomata daun dan dilanjutkan ke pembuluh xilem. Ketika eksplan yang pertama

ditempatkan pada media, terdapat kebocoran ion dari sel yang rusak, terutama

kation (Na+, Ca2+, K+, Mg2+) untuk 1-2 hari pertama, sehingga konsentrasi dalam

jaringan tanaman benar-benar menurun. Penyerapan aktif dimulai dan konsentrasi

internal sel perlahan-lahan naik. Fosfat dan nitrogen (terutama amonium) diserap

(33)
(34)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rekayasa

Genetika, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. Penelitian

ini berlangsung dari bulan Juni 2011 hingga Februari 2012.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri, gelas piala, tabung sentrifus,

sentrifus Beckman Allegra 64R, sentrifus effendorf 5417R, tabung effendorf,

pipet mikro, tips, spektrofotometer UV-VIS Beckman, mortar, penangas air,

autoklaf, pipet tetes, stirer, pipet Mohr, labu Erlenmeyer, oven, pH meter, alat

elektroforesis (sisir, cetakan agar, bak elektroforesis, adaptor 100 Volt, dan UV

T2201), cawan petri, speed vac, neraca analitik, shaker incubator, laminar air

flow cabinet dan alat PCR (Biometra T-Personal).

Bahan-bahan yang digunakan adalah bufer ekstraksi (1 M Tris-Hcl, 0,5 M

EDTA, 5 M NaCl, 10% CTAB, dan akuades steril), 1% β-merkaptoetanol, isopropanol, CH3COONa, etanol absolut, PVPP, nitrogen cair, kultur daun

tembakau steril, gene specific primer (GSP) gen GFP yaitu GFP forward

(TCACTGGAGTGGTCCCAGTT) dan GFP reverse

(CCATGTGTAATCCTAGCAGC), dNTP, Taq polymerase recombinant

invitrogen, gel agarose, loading dye, etidium bromida, Agrobacterium tumifaciens

AGL0, tris borat EDTA (TBE), media LB cair, rifamisin, kanamisin,

asetosiringon, sefotaksim, media MS padat (A, B, C, D, E, dan F), benzil amino

purin (BAP), vitamin 10mL/L, agar kultur jaringan, dan sukrosa.

Metode Penelitian

Transformasi ke tanaman tembakau

Penyisipan genetik promoter gen TcLFY dan promoter gen TcAG ke dalam

sel tanaman tembakau dilakukan dengan teknik cakram daun (leaf disk) yang

(35)

media cair LB yang mengandung kanamisin 50 ppm dan rifamisin 100 ppm

selama 24-48 jam pada suhu 28°C dengan pengocokan 150 rpm dalam keadaan

gelap. Setelah diencerkan dengan media MS cair, Agrobacterium tumifaciens

AGL0 tersebut dikulturkan kembali selama sekitar 0,5-1 jam dan diukur nilai

optical density (OD) hingga mencapai 0,1-0,3. Pengukuran nilai OD dilakukan

dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm.

Potongan-potongan eksplan daun tembakau, ukuran cakram diameter 0,5-1,0 cm

diinkubasi selama 15 menit dengan 1/10 volume kultur cair Agrobacterium

tersebut. Ko-kultivasi pada media MS padat yang mengandung asetosiringon 100

ppm dilakukan selama 1 hari. Setelah itu dipindahkan ke media yang mengandung

sefotaksim 250 ppm selama 5 hari. Seleksi tanaman transforman dilakukan pada

media MS padat yang mengandung antibiotika kanamisin 50 ppm dan sefotaksim

250 ppm (Samanhudi 2006).

Kultur Jaringan

Kultur jaringan untuk regenerasi planlet tembakau dilakukan

menggunakan metode standar melalui organogenesis. Potongan eksplan daun

steril dikulturkan pada media MS padat yang mengandung BAP 0.5 ppm. Kultur

eksplan diinkubasi pada suhu 26-28°C. Sub kultur ke media segar dilakukan

setiap 4-6 minggu sekali. Kultur eksplan transgenik dilakukan dengan metode dan

kondisi yang sama dengan non-transgenik kecuali komposisi media. Seleksi dan

kultur eksplan transgenik dalam media tumbuhnya ditambahkan antibiotik

penyeleksi yang sesuai yaitu kanamisin 50 ppm. Pada masa tumbuh ini morfologi

tanaman tembakau diamati. Tanaman tembakau yang mengandung promoter gen

target akan tumbuh pada media seleksi kanamisin dan yang tidak mengandung

promoter gen target tanaman ini akan mati (Samanhudi 2006).

Isolasi DNA tembakau

Isolasi DNA daun tembakau mengacu kepada metode Orozco et al.,

(1994) yang dimodifikasi. Daun tembakau sebanyak 0,1-0,2 gram digerus hingga

halus dengan nitrogen cair dan ditambah PVPP. Bufer ekstraksi hangat

(36)

CTAB, dan akuades steril). Sebanyak 10 μL β-merkaptoetanol ditambahkan dan larutan daun tembakau divortex. Larutan diinkubasi pada suhu 65ºC selama 30

menit. Kemudian diekstrak dengan kloroform : isoamil alkohol (24:1). Sampel

selanjutnya disentrifugasi pada 11000 selama 10 menit. Lapisan atas (supernatan)

diambil dan dipindahkan ke dalam tabung Effendorf baru. Kemudian sampel

diekstrak kembali dengan kloroform : isoamil alkohol (24:1). Sampel selanjutnya

disentrifugasi kembali pada 11000 selama 10 menit. Pelet dikeringkan dengan

membalikkan tube secara hati-hati. Kemudian pelet ditambahkan bufer TE

sebanyak 500 μL dan natrium asetat 1/10 volume pH (5,2) serta etanol absolut sebanyak 2 volume. Larutan diinkubasi selama 30 menit di freezer. Larutan

disentrifus pada 12000 rpm selama 10 menit dan 4ºC. Endapan dicuci

menggunakan etanol 70% dingin dan dikeringkan dengan sentrifugasi pada 8000

rpm selama 5 menit dan 4ºC. Sampel dilarutkan dalam 50 μL ddH2O. Kualitas DNA diuji dengan elektroforesis dengan konsentrasi agar 1%. DNA genomik

tembakau yang berhasil diisolasi kemudian diinjeksikan pada agar sebanyak 2 μL yang dilarutkan pada 1 μL larutan loading dye. Bufer yang digunakan pada elektroforesis yaitu bufer TBE (Tris Borat EDTA). Pita DNA divisualisasikan

menggunakan sinar UV dan difoto.

PCR

PCR dilakukan untuk mengetahui planlet transgenik yang digenerasikan

tersebut berhasil atau tidak. Campuran pereaksi PCR mengandung DNA templat

sebanyak 1-10 ng, keempat dNTP masing-masing 0.2 μM, sepasang primer NPTII masing-masing sebanyak 1 μL dan DNA Taq polymerase 0,5 μL. Reaksi dilakukan dengan volume 25 μl, dengan program PCR sebagai berikut yaitu denaturasi pada suhu 94°C selama 30 detik, penempelan pada suhu 50°C selama

30 detik, perbanyakan pada suhu 72°C selama 2 menit, dengan pengulangan

sebanyak 35 siklus. Hasil PCR diperiksa menggunakan gel agarose dengan

konsentrasi 1%. Amplikon hasil PCR kemudian diinjeksikan pada agar sebanyak

5 μL yang dilarutkan pada 1 μL larutan loading dye. Bufer yang digunakan pada elektroforesis yaitu bufer TBE (Tris Borat EDTA). Pita DNA divisualisasikan

(37)

Variasi media sukrosa

Variasi media mengacu pada metode Balzquez et al., (1998) yang

dimodifikasi. Variasi media sukrosa dilakukan dengan menanam tanaman

tembakau transgenik TcLFY dan TcAG ke tiga jenis media sukrosa dengan

konsentrasi 0%, 0,5% dan 4%. Daun yang terdapat pada satu tanaman harus

berjumlah minimal 2 pasang daun. Tanaman tembakau diamati warna dan bentuk

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsentrasi kanamisin

Penggunaan kanamisin sebagai seleksi tanaman telah banyak dilakukan

pada proses transformasi. Menurut Makful (2004) kanamisin sangat baik

digunakan sebagai seleksi tanaman transforman karena kanamisin mudah

dilarutkan, tidak terpengaruh pH, tidak mahal dan stabil. Sebelum melakukan

transformasi tanaman, perlu dilakukan optimasi konsentrasi kanamisin terlebih

dahulu. Optimasi konsentrasi kanamisin untuk penelitian ini telah dilakukan

sebelumnya dengan menggunakan beberapa konsentrasi kanamisin. Variasi

konsentrasi yang dilakukan yaitu 0, 50, 100, 150 dan 200 ppm. Hasil dari optimasi

kanamisin yang dilakukan diperoleh hasil bahwa konsentrasi optimum yang

diperoleh yaitu 50 ppm (mg/L) untuk menyeleksi transforman karena konsentrasi

tersebut telah mampu menghambat pertumbuhan tanaman tembakau yang bukan

transforman. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan kanamisin pada

konsentrasi 50 mg/L.

Hal yang sama dilakukan oleh Dobhal et al., (2010) yang melakukan

transformasi menggunakan tanaman tembakau dengan promoter 35S dan gen

reporter GUS dengan konsentrasi akhir kanamisin yang digunakan yaitu 50 mg/L.

Sebanyak 3,9% tanaman tembakau telah berhasil ditransformasikan dan melewati

masa seleksi media kanamisin menggunakan vektor pCAMBIA 2301 dan

menggunakan gen reporter GUS pada konsentrasi akhir kanamisin 50 mg/L

(Dobhal et al., 2010). Transfomasi promoter 35S dan gen reporter GUS ke

tanaman tembakau yang dilakukan Chaidamsari (1999) pun menggunakan

konsentrasi kanamisin 50 mg/L.

Optimasi kanamisin perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi tanaman

yang akan ditransformasi. Kondisi ini berupa konsentrasi kanamisin yang mampu

membunuh tanaman. Tanaman yang berbeda mempunyai optimasi kanamisin

yang berbeda (Bhau & Wakhlu 2001). Seperti halnya optimasi kanamisin tanaman

tomat yang dilakukan oleh Yelli (2009), setelah dilakukan variasi konsentrasi dari

kanamisin diperoleh kanamisin optimum dari tomat yaitu 50 mg/L. Makful (2004)

(39)

1-aminosiklopropan-1-asam karboksilat oksidase adalah 150 mg/L. Konsentrasi

yang digunakan untuk seleksi harus menggunakan kadar antibiotik terendah yang

menghasilkan tekanan seleksi yang optimal.

Kanamisin termasuk ke dalam antibiotik golongan aminoglikosida

(Gambar 5). Kanamisin mempengaruhi kerja dari 30S subunit ribosom yang

menyebabkan mutasi dan mencegah translasi RNA. Mutasi ini menyebabkan

kesalahan pada pembacaan kodon CAT menjadi kodon ATG yang dibaca oleh

aminoasill tRNA (aa-tRNA). Kesalahan ini akan berpengaruh terhadap

pengenalan kodon dan anti-kodon (Ahsen et al., 1991). Aminoasil tRNA akan

membawa asam amino yang berbeda karena antikodon aa-tRNA yang berbeda

(Yuwono 2005). Asam amino yang berbeda akan mempengaruhi sintesis protein

(Makful 2004). Tanaman yang tidak membawa konstruk promoter dan gen

ketahanan terhadap kanamisin (nptII) maka tanaman ini akan mati karena induksi

dengan kanamisin akan mempengaruhi sintesis protein di dalam selnya.

(40)

Transformasi konstruk ke tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.)

Konstruksi promoter gen reproduktif LEAFY dari Theobroma cacao L.

(TcLFY) dan promoter gen reproduktif AGAMOUS dari Theobroma cacao L.

(TcAG) pada vektor ekspresi pGateway B telah dilakukan dengan metode

Gateway. Promoter TcLFY sebelumnya telah berhasil diisolasi dengan panjang

1650 bp. Metode yang digunakan untuk mengisolasi promoter TcLFY yaitu

dengan metode program Polymerase Chain Reaction (PCR) genome walkingTM

(Santoso 2010). Promoter TcAG juga telah berhasil diisolasi dengan panjang 1200

bp. Metode yang digunakan untuk mengisolasi promoter ini yaitu dengan metode

Thermal Asymmetric Interlaced Polymerase Chain Reaction (TAIL PCR)

(Trizana 2010).

Kedua vektor pGateway B yang membawa fragmen promoter TcLFY dan

TcAG ini digunakan untuk transformasi ke bakteri Agrobacterium tumifaciens

AGL0 menggunakan metode kejut dingin. Kemudian diperoleh dua

Agrobacterium tumifaciens AGL0 yang membawa vektor pGateway B TcLFY dan

TcAG. Setelah berhasil ditransformasikan ke bakteri Agrobacterium tumifaciens

AGL0 promoter ini kemudian diuji untuk mengetahui fungsinya pada tanaman

model tembakau (Nicotiana tabacum L.). Kedua konstruk ini selanjutnya

disisipkan ke dalam tanaman tembakau menggunakan metode leaf disk.

Konstruksi vektor pGWB yang digunakan mengandung selectable marker

gene yaitu gen neomycin phosphotransferase II (npt II) (Gambar 6). Gen npt II

mengkodekan ketahanan terhadap antibiotika kanamisin. Keberadaan gen ini

digunakan sebagai seleksi bakteri Agrobacterium tumifaciens AGL0 pada saat

kultur dan seleksi tanaman tembakau yang terinsersi fragmen promoter TcLFY

dan TcAG yang diberikan pada media pertumbuhan.

Gambar 6 Posisi promoter dan gen reporter GFP pada vektor pGWB serta gen seleksi kanamisin nptII.

(41)

Transformasi tanaman tembakau dilakukan untuk menginsersikan

promoter gen TcLFY dan promoter gen TcAG pada genom tembakau.

Transformasi pada penelitian dilakukan menggunakan bakteri Agrobacterium

tumifaciens AGL0 yang membawa promoter TcLFY dan promoter TcAG. Sebelum

ditransformasi bakteri ini dikulturkan selama 2 hari dalam keadaan gelap pada

suhu 28ºC menggunakan antibiotik kanamisin dan rifamisin. Setelah 2 hari

diinkubasi terjadi perubahan warna pada media kultur. Perubahan warna yang

terjadi yaitu dari warna kuning jernih menjadi warna kuning keruh (Gambar 7).

Perubahan warna ini mengindikasikan bahwa bakteri yang dikulturkan tumbuh

dan bisa digunakan untuk proses transformasi ke tanaman tembakau. Kanamisin

digunakan untuk seleksi bakteri Agrobacterium tumifaciens AGL0 yang

membawa vektor pGateway B. Pada vektor ini terdapat gen ketahanan terhadap

kanamisin (nptII). Sedangkan rifamisin digunakan untuk membunuh bakteri selain

bakteri Agrobacterium tumifaciens AGL0.

(a) (b)

Gambar 7 Kondisi kultur bakteri Agrobacterium tumifaciens AGL0 yang membawa konstruk promoter TcLFY dan promoter TcAG (a) hari ke 0 (b) setelah 2 hari inkubasi.

Pada proses transformasi, nilai optical density (OD) juga harus

diperhatikan. Nilai OD600 Agrobacterium tumifaciens AGL0 yang membawa

konstruk promoter TcLFY yang diperoleh yaitu 0,286. Nilai OD600 Agrobacterium

tumifaciens AGL0 yang membawa konstruk promoter TcAG yang diperoleh yaitu

0,243 (Tabel 1). Nilai OD600 yang disarankan untuk proses ini yaitu sekitar 0,1-0,3

(Dobhal et al., 2010). Jika nilai OD600 diatas 0,3 maka akan terjadi penumpukkan

(42)

Tabel 1 Nilai OD Agrobacterium tumifaciens AGL0 dari kedua konstruk yang diukur pada panjang gelombang 600 nm

Agrobacterium tumifaciens AGL0 Nilai OD

konstruk promoter TcLFY 0,286

konstruk promoter TcAG 0,243

Sebanyak 50 eksplan tanaman tembakau ditransformasikan dengan ukuran

1x1 cm2 untuk setiap eksplan pada media MS dan penambahan asetosiringon.

Penambahan asetosiringon ke dalam media berperan sebagai senyawa fenol yang

dapat mempermudah proses transformasi dan infeksi bakteri Agrobacterium

tumefaciens AGL0. Infeksi ini dilakukan dengan menginduksi gen Vir pada

bakteri Agrobacterium tumefaciens AGL0 yang mentransfer T-DNA beserta

konstruk promoter dari bakteri ke dalam sel (Gambar 8).

(43)

Bakteri Agrobacterium tumifaciens merupakan bakteri fitopatogen yang

menyerang tanaman dikotil dan mampu membentuk tumor. Tumor ini digunakan

bakteri sebagai penghasil karbon untuk sumber makanannya. Pada proses infeksi

ini, bakteri mampu mentransfer potongan DNA ke dalam genom tanaman yang

dikenal dengan istilah T-DNA (Rahmawati 2006).

Sinyal yang dihasilkan dari luka pada potongan eksplan berupa senyawa

fenol dan penambahan asetosiringon pada media merangsang induksi gen Vir.

Komponen genetik yang terlibat dalam proses pembentukan tumor yaitu gen

virulen kromosom (chromosomal virulence disingkat Chv), gen virulen (Vir) dan

daerah T-DNA yang juga terletak pada plasmid. Gen Chv yang terdapat pada

kromosom Agrobacterium tumifaciens berfungsi dalam pelekatan bakteri dengan

sel tanaman. Gen virulen (Vir) yang terdapat dalam plasmid Ti berperan dalam

menginduksi transfer dan integrasi T-DNA. Pada daerah T-DNA inilah promoter

konstruk TcLFY atau TcAG berada. Selain konstruk promoter, gen seleksi nptII

juga berada pada daerah T-DNA ini (Rahmawati 2006).

Mekanisme masuknya T-DNA ke sel tanaman dari bakteri Agrobacterium

dilakukan dengan bantuan tipe IV secretion system (T4SS). T4SS merupakan

sistem transport membran pada proses konyugasi bakteri. Asetosiringon yang

merangsang gen Vir membantu dalam proses pemindahan T-DNA ini. Salah satu

gen Vir yang berperan yaitu gen VirD2. Gen VirD2 akan mengikat sekuen

T-DNA dan membantu untuk memindahkan T-T-DNA dari sel bakteri ke tanaman

(Gambar 8). Gen VirD2 dan T-DNA dalam proses perpindahannya akan

membentuk komplek nukleo protein. Komplek nukleo protein ini akan dilapisi

oleh utas tunggal VirE2 binding protein menuju nukleus tanaman dan tergabung

ke dalam genom tanaman (Zupan et al., 2000).

Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses transformasi yaitu

teknik yang digunakan untuk menginfeksi eksplan tanaman dengan kultur bakteri

Agrobacterium tumefaciens AGL0. Ketika memotong eksplan tanaman dari

tanaman aslinya harus dilakukan secara perlahan menggunakan ujung dari pinset.

Daun yang dipotong akan mengeluarkan senyawa fenol yang berfungsi untuk

menarik bakteri Agrobacterium tumefaciens AGL0. Selain penambahan

(44)

senyawa fenol ketika luka saat pemotongan. Faktor lain yang menentukan

keberhasilan transformasi khususnya transformasi melalui vektor Agrobacterium

diantaranya adalah jenis dan perkembangan jaringan yang akan diinfeksi, genotip,

jenis vektor, strain Agrobacterium, gen marker seleksi yang efisien, penambahan

fitohormon selama ko-kultivasi, media ko-kultivasi, lamanya periode ko-kultivasi,

penambahan asetosiringon dan waktu inokulasi.

Regenerasi eksplan tembakau yang membawa kontruksi promoter gen

TcLFY dan promoter gen TcAG

Morfologi tanaman

Tanaman tembakau yang telah berhasil ditransformasi kemudian

dikokultivasi pada media asetosiringon pada keadaan gelap selama sehari dan

dipindahkan ke media sefotaksim selama 4 hari. Menurut Chaidamsari (1999)

waktu kokultivasi yang terlalu lama akan menyebabkan kontaminasi oleh bakteri

Agrobaterium tumifaciens AGL0 dan mempengaruhi kesehatan eksplan. Eksplan

tembakau yang telah diinkubasi pada media sefotaksim selama 4 hari telah

menunjukkan perubahan dibandingkan pada eksplan tembakau pada saat

dipotong. Pada saat eksplan tembakau dipotong, keadaan daun masih lemas

seperti daun pada tanaman aslinya. Eksplan tembakau yang telah diinkubasi pada

media sefotaksim selama 4 hari keadaan daun sudah mulai berubah yaitu sedikit

keras, tebal dan ukuran daun yang mulai bertambah. Eksplan ini kemudian

dipindahkan ke media seleksi kanamisin dan sefotaksim serta diamati

pertumbuhannya. Pertumbuhan pada daun eksplan akan dimulai dengan

terbentuknya inisiasi calon tunas daun. Tanaman tembakau yang tidak berhasil

disisipi oleh konstruksi promoter gen TcLFY dan promoter gen TcAG maka pada

media seleksi kanamisin tanaman tembakau ini akan mati.

Proses transformasi ini menggunakan kontrol positif dan kontrol negatif.

Kontrol positif adalah tanaman tembakau non-transgenik yang ditumbuhkan pada

media tanpa kanamisin. Kontrol positif digunakan sebagai pembanding dengan

(45)

adalah tanaman tembakau yang non-transgenik yang ditumbuhkan pada media

yang mengandung kanamisin. Kontrol negatif digunakan sebagai acuan tanaman

tembakau yang tidak berhasil disisipi oleh promoter TcLFY dan TcAG. Kontrol

negatif dan tanaman tembakau yang tidak berhasil disisipi oleh promoter TcLFY

dan TcAG dalam pertumbuhannya akan mati karena tidak memiliki gen ketahanan

terhadap kanamisin (Gambar 9a).

(a) (b)

(c) (d)

(46)

Inisiasi pada tanaman tembakau sudah dapat diamati dengan jelas pada

hari ke-18 (Gambar 9). Jumlah inisiasi pada daun tembakau yang disisipi

promoter gen TcLFY dan promoter gen TcAG memperlihatkan perbedaan. Inisiasi

pada tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcLFY memperlihatkan

jumlah inisiasi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan inisiasi pada tanaman

tembakau yang disisipi promoter gen TcAG dan tanaman tembakau kontrol positif

(Gambar 9d). Inisiasi pada tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcAG

memperlihatkan jumlah inisiasi yang sedikit bila dibandingkan dengan tanaman

tembakau kontrol positif (Tabel 2). Inisiasi ini diinduksi dengan bantuan senyawa

benzil amino purin (BAP) pada media. BAP merupakan senyawa pengatur

tumbuh sitokinin yang bersifat sintetik. BAP berperan dalam induksi pembelahan

sel pada masa pertumbuhan dan pembentukan cabang-cabang tunas daun

(Wakushima et al., 1996 ).

Tanaman tembakau kontrol negatif belum menunjukkan morfologi adanya

inisiasi tunas. Semua tanaman tembakau ditanam pada media seleksi kanamisin

kecuali tanaman kontrol positif. Sebanyak 10% dari 50 eksplan tanaman tembakau

untuk setiap promoter berhasil ditransformasikan dan melewati masa seleksi

media kanamisin. Menurut Dobhal et al., (2010) Sebanyak 3,9% tanaman

tembakau telah berhasil ditransformasikan dan melewati masa seleksi media

kanamisin menggunakan vektor pCAMBIA 2301 dan menggunakan gen reporter

GUS.

Tabel 2 Perbedaan jumlah inisiasi pada tanaman tembakau

Tanaman tembakau Kondisi jumlah inisiasi tunas

(47)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 10 Perbedaan morfologi tanaman tembakau yang berumur 40 hari, (a) tanaman kontrol negatif, (b) tanaman kontrol positif, (c) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcAG, (d) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcLFY.

Eksplan awal

Eksplan awal Eksplan

(48)

Inisiasi yang muncul pada permukaan daun akan membentuk tunas yang

selanjutnya akan membentuk daun kecil. Daun-daun kecil ini ini tumbuh menjadi

besar sehingga dari satu eksplan akan memperoleh banyak tunas daun. Pada

Gambar 10 terlihat bentuk daun yang berasal dari inisiasi tunas. Bentuk daun

tembakau yang disisipi promoter gen TcLFY dan promoter gen TcAG

menunjukkan perbedaan morfologi. Daun tembakau yang disisipi promoter gen

TcLFY mempunyai banyak tunas daun, bentuk struktur daun yang terlihat jelas,

dan pertumbuhan yang cepat. Berbeda halnya dengan daun tembakau yang

disisipi promoter gen TcAG yang memperlihatkan bentuk daun tidak sempurna

dengan sedikit tunas daun bila dibandingkan dengan daun tembakau yang disisipi

promoter gen TcLFY. Pertumbuhan tanaman tembakau yang disisipi promoter

gen TcAG memiliki pertumbuhan yang lambat.

Tanaman tembakau kontrol positif memperlihatkan bentuk daun yang

sempurna. Bentuk daun tembakau yang disisipi promoter gen TcLFY bila

dibandingkan dengan daun kontrol juga terlihat ada perbedaan. Daun tembakau

yang disisipi promoter gen TcLFY membentuk tunas yang lebih banyak bila

dibandingkan dengan tunas daun tanaman kontrol, namun daun tembakau yang

disisipi promoter gen TcLFY terlihat tidak sempurna seperti kontrol dan terdapat

lekukan-lekukan pada daunnya. Tanaman yang diamati pada umur 40 hari ini

belum dipisahkan dari eksplan indukannya (Gambar 10). Hal yang berbeda

ditunjukkan oleh tanaman tembakau kontrol negatif. Tanaman tembakau kontrol

negatif (Gambar 10a) memperlihatkan eksplan daun yang sebagian telah mati

dan sebagian lagi masih hidup. Eksplan yang berwarna coklat menunjukkan

tanaman tembakau yang telah mati. Eksplan daun tembakau yang berwarna hijau

menunjukkan eksplan ini masih bertahan hidup walaupun tidak menunjukkan

inisiasi tunas.

Tunas daun tembakau yang tumbuh dipotong dari eksplan indukan dan

dipindahkan ke media seleksi kanamisin baru sehingga diperoleh individu baru

yang akan membentuk tanaman tembakau utuh. Sehingga dari satu ekplan

tanaman tembakau bisa diperoleh sekitar 4-10 tanaman tembakau baru. Morfologi

(49)

tanaman tembakau yang disisipi promoter terhadap media seleksi kanamisin juga

diamati.

(a) (b)

(c)

(d)

(50)

Bentuk daun tembakau terlihat jelas perbedaannya dari daun tembakau

yang disisipi promoter gen TcLFY dan promoter gen TcAG pada umur 2 bulan.

Bentuk daun tembakau pada umur 2 bulan telah mampu menunjukkan jati diri dan

morfologi dari pengaruh insersi promoter. Perbedaan morfologi pertumbuhan

tanaman sangat terlihat jelas. Alasan lain untuk mengamati tanaman ini pada umur

2 bulan yaitu karena pada umur ini tanaman tembakau sudah melewati tahap

seleksi dengan menggunakan media kanamisin. Ketahanan terhadap kanamisin ini

mengindikasikan terjadinya ekspresi dari gen nptII yaitu gen ketahanan

kanamisin. Jika terjadinya ekspresi nptII maka secara tidak langsung

mengindikasikan bahwa sekuen promoter gen TcLFY dan promoter gen TcAG

terdapat pada tanaman transforman. Menurut Setyodjatmiko (2000), tembakau

yang berumur 2-3 bulan telah mempunyai ketahanan terhadap kanamisin.

Tanaman tembakau yang tidak berhasil melewati proses transformasi dengan baik

maka pada media yang mengandung kanamisin tanaman ini akan mati. Indikator

yang digunakan yaitu tanaman tembakau kontrol negatif yang ditanam pada media

yang mengandung kanamisin. Pada Gambar 11a, kontrol negatif yang berumur 2

bulan terlihat putih dan tidak bisa bertahan hidup.

Pertumbuhan daun merupakan pertumbuhan yang banyak diamati karena

menunjukkan morfologi yang terlihat ekstrim terutama untuk promoter gen TcAG.

Tanaman kontrol menunjukkan bentuk daun yang normal. Tanaman yang

terinsersi promoter gen TcAG menunjukkan bentuk daun yang tidak seragam,

bentuk daun yang tidak sempurna dan pertumbuhan daunnya yang lambat

(Gambar 11c). Tanaman yang terinsersi promoter gen TcLFY memiliki bentuk

daun seperti tanaman kontrol, bentuk daun yang hampir seluruhnya sempurna dan

pertumbuhan daun seperti tanaman kontrol positifnya (Gambar 11d). Bentuk daun

tembakau dari ekspresi promoter gen TcAG yang tidak sempurna dan bentuk daun

tembakau dari ekspresi promoter gen TcLFY seperti tanaman kontrol telah

mengindikasikan bahwa promoter aktif dalam melakukan proses transkripsi.

(51)

(a) (b) (c)

Gambar 12 Perbedaan morfologi tanaman tembakau yang berumur 4 bulan, (a) tanaman kontrol, (b) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcAG, (c) tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcLFY.

Setelah berumur 4 bulan pertumbuhan dari ketiga tanaman terlihat jelas

(Gambar 12). Tanaman tembakau kontrol positif memiliki bentuk daun yang

normal dengan pertumbuhan daun yang normal. Tanaman tembakau yang

terinsersi promoter gen TcAG memiliki bentuk daun yang berbeda dari tanaman

tembakau kontrol positif, ukuran daun lebih kecil dan terlihat tidak normal, serta

pertumbuhan daun yang lambat (Gambar 12b). Hal yang sama juga dilakukan

oleh Yang et al., (2011) yang menunjukkan morfologi ukuran tanaman tembakau

yang terinsersi second intron AG lebih pendek dari tanaman kontrol. Tanaman

tembakau yang terinsersi promoter gen TcLFY memiliki bentuk daun yang sedikit

berbeda dari tanaman kontrol tetapi memperlihatkan bentuk daun mendekati

tanaman kontrol, dan pertumbuhan daun yang cepat (Gambar 12c). Menurut

Blazquez et al., (1998) tingkat ekspresi LFY sangat penting untuk berubah bentuk

dari daun untuk bractless bunga.

Ekspresi gen AG yang berlebihan diketahui dapat menekan ekspresi dari

gen AP dan WUS (Gustafson et al., 1994). Hal yang sama juga terjadi pada

aktivasi dari promoter gen TcAG yang berlebihan. Aktivasi dari promoter TcAG

yang berlebihan akan menghambat ekspresi dari AP1. Gen AP1 diketahui mampu

mengaktifkan ekspresi gen LFY. Proses penghambatan gen AP1 oleh AG secara

tidak langsung juga akan menghambat ekspresi dari LFY.Penghambatan ekspresi

LFY melalui jalur penghambatan gen AP1 juga menghambat ekspresi dari gen

(52)

mengaktifkan gen MADS BOX pada pembungaan. Gen MADS BOX yang

terpengaruh penghambatannya terdiri dari AP1, AP2, AP3, dan AG (Jordan 2005).

Gen LFY diketahui diekspresikan pada masa vegetatif daun (Blazquez et al.,

1998). Penghambatan ekspresi dari LFY ini juga akan berpengaruh terhadap

morfologi dari daun tembakau.

Gambar 13 Proses aktivasi dan inaktivasi gen MAD-Box pembungaan pada tanaman. Agamous (AG) menghambat ekspresi dari Apetala1 (AP), dan (WUS), LFY mengaktifkan ekspresi AG, AP1 dan AP3.

Gen LFY dalam sistem gen pembungaan tidak termasuk ke dalam gen

MADS BOX tetapi berada di luar gen MADS BOX. Pada sistem pembungaan gen

LFY termasuk ke dalam gen pada pusat pembungaan yang mampu mengaktifkan

ekspresi dari gen MADS BOX. Gen MADS BOX yang diaktifkan oleh gen LFY

terdiri dari gen-gen yang berada pada sistem ABC pembungaan yaitu AP1, AP2,

AP3 dan AG.

Bentuk daun tembakau yang disisipi promoter gen TcLFY terlihat seperti

daun tembakau kontrol positif dan tidak memperlihatkan daun tembakau yang

tidak sempurna seperti tanaman tembakau yang disisipi promoter gen TcAG.

Namun jika dibandingkan dengan tanaman tembakau kontrol positif, daun

tembakau yang disisipi promoter gen TcLFY mempunyai ekspresi daun yang

berbeda dari segi bentuk. Hal ini karena gen LFY secara aktif berperan dalam

pengaktifan gen AG dan gen AP (Gambar 13), sehingga proses bolak balik antara

gen ini tidak terlalu mempengaruhi bentuk daunnya dan terlihat seperti daun

kontrol positif.

Protein LFY mengaktifkan gen-gen lainnya dengan cara membentuk ikatan

dengan sekuen gen target yang dikenal dengan istilah DNA-binding protein

(Jordan 2005). Mekanisme ini terjadi pada aktivasi AG, protein LFY membentuk

(53)

Meyerowitz 1997, Busch et al., 1999, Deyholos & Sieburth 2000). Proses aktivasi

ini juga dibantu dengan regulator. Regulator ini yaitu berupa protein WUSCHEL

(WUS) yang diekspresikan oleh gen WUS. Protein regulator WUS mempunyai

peran khusus di dalam sel yaitu sebagai regulator gen kelas C pada pembungaan

(Gambar 14).

Gambar 14 Mekanisme pengaktifan promoter AG oleh protein LFY (Sharma et

al., 2003)

Aktivasi gen AP3 oleh LFY dibantu oleh regulator gen yaitu UNUSUAL

FLORAL ORGANS (UFO). Gen UFO seperti halnya gen WUS berperan sebagai

regulator khusus yaitu pada pengaktifan gen kelas B pada pembungaan. Protein

LFY juga berperan melakukan ikatan dengan sekuen DNA pada gen AP1. Aktivasi

gen AP1 oleh LFY terjadi secara langsung tanpa bantuan regulator (Parcy et al.,

1998). Menurut Samanhudi (2006) aktivasi promoter AP1 mampu mempengaruhi

perkembangan tanaman sehingga tanaman mampu berbunga dengan cepat dan

Gambar

Gambar 1 Bagian bunga kakao, stamen (Sta), sepal (Se), petal (Pe), pistil (Pi) dan staminod (Std)
Gambar 2 Aktivasi gen kelas A,B dan C oleh gen LFY (Jordan 2006).
Gambar 4 Posisi promoter dalam suatu gen (Hunter 2011).
Gambar 5 Struktur kanamisin (Helmenstine 2012).
+7

Referensi

Dokumen terkait