Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri
di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
MIA NUR FAUZIAH
NIM: 1111104000001
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
iii SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2015
Mia Nur Fauziah, NIM: 1111104000001
Effect of Abdominal Stretching Exercises Against Menstrual Pain Intensity (Dysmenorrhea) of Adolescent Girl at SMK Al Furqon Bantarkawung Brebes
xviii + 71 pages + 6 tables + 5 images + 2 schemes + 8 attachments
ABSTRACT
Dysmenorrhea is one of the most common gynecological problems experienced during adolescence, is very disturbing activities and often require the patient to rest and leave the activity. The aim of research is to determine the effect of abdominal stretching exercises on the intensity of menstrual pain (dysmenorrhea) in adolescent girl. This study is a pre-experiment with one group pretest-posttest design. Purposive sampling with total sample of 33 adolescent girl who experience menstrual pain is used. The results using Wilcoxon obtains a significant value 0.000 (p <0.05), it means that there is a significant influence on the intensity of exercise abdominal stretching menstrual pain in adolescent girl with dysmenorrhea. Abdominal stretching exercises is recommended for adolescent girl to use and as a part of nursing interventions to overcome dysmenorrhea.
Keyword: abdominal stretching exercises, adolescent, Dysmenorrhea
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2015
Mia Nur Fauziah, NIM: 1111104000001
Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes
xviii + 71 halaman + 6 tabel + 5 gambar + 2 bagan + 8 lampiran
ABSTRAK
Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami saat masa remaja, sangat mengganggu aktivitas bahkan seringkali mengharuskan penderita beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri. Penelitian ini merupakan penelitian pre-experiment dengan one group pretest-posttest design. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 33 remaja putri yang mengalami nyeri haid. Hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai signifikan 0,000 ( p < 0,05 ) artinya terdapat pengaruh yang bermakna latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid pada remaja putri dengan dismenore. Latihan abdominal stretching disarankan untuk digunakan remaja dan sebagai bagian dari intervensi keperawatan untuk mengatasi
dismenore.
Kata kunci: Dismenore, Remaja, Latihan Abdominal Stretching
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Mia Nur Fauziah
Tempat, Tgl, Lahir : Jakarta, 07 Mei 1993
Alamat : Dusun Kosambi Rt 004/ Rw 007
Desa Jipang Kecamatan Bantarkawung
Kabupaten Brebes Jawa Tengah
No. Telp/ HP : 085718597477
e-mail : miamiut_seven@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK RA Al-Hamid Jipang, Jawa Tengah
2. SDN Jipang 02 , Bantarkawung, Jawa Tengah
3. MTs N Bantarkawung, Jawa Tengah
4. MAN Brebes 02, Jawa Tengah
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Riwayat Organisasi :
1. Bendahara OSIS MTs N Bantarkawung 2007-2008
2. Wakil Ketua Penggalang Putri Pramuka Mts N Bantarkawung 2007-2008
3. Anggota OSIS MAN Brebes 02 2010-2011
4. Staf Ahli Departemen Pengembangan Minat dan Bakat Badan Eksekutif
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan 2011-2012.
5. Staf Ahli Departemen Perekonomian dan Kewirausahaan Badan Eksekutif
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata’ala, kita memuji, meminta pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku bersaksi tidak ada Dzat yang berhak di ibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu „alaihi wasalam.
Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul “Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes”.
Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. D e d e R o s y a d a M a selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S KM., M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S. Kp., M. Sc., selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ernawati, S. Kp., M. Kep., Sp. KMB., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Maulina Handayani, S. Kp., M. Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.
x
untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan proposal skripsi ini.
6. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Orang tuaku, Ibu Yuliana dan Bapak Sukatno yang telah mendidik,
mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan
penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Tak lupa, Aa Rizal, Teh Esa, Dede Ghalin, dan Dede Almer ponakan tercinta serta seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih. 8. Teman-teman PSIK2011, BEM PSIK 2011-2014, Devi, Dewi, Ikna, Jessi,
dan teman-teman lainnya yang telah memberi inspirasi, menghibur, memberi masukan, mengundang tawa dan telah banyak membantu selama
menjadi mahasiswa di UIN Jakarta.
9. Kakak Nurwanto, Kakak Fitrotun Nisa dan Kakak Ujang yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwaamieth Tharieq
Wassalamu’alaykum. Wr. Wb
Ciputat, Juli 2015
xi
C.Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E.Ruang Lingkup Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Definisi Menstruasi ... 13
xii
3.1 Definisi Dismenore ... 20
3.2 Penyebab Dismenore ... 21
3.3 Derajat Dismenore ... 21
3.4 Klasifikasi Dismenore ... 23
3.5 Tanda dan Gejala Dismenore ... 24
4. Latihan Stretching ... 25
4.1 Definisi Latihan Stretching ... 25
4.2 Manfaat Latihan Stretching ... 25
4.3 Tehnik Latihan Stretching ... 26
5. Remaja ... 30
5.1 Definisi Remaja ... 30
5.2 Ciri Masa Remaja ... 31
B.PenelitianTerkait ... 34
C.Kerangka Teori ... 36
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ... 37
B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 42
C.Populasi dan Sample ... 42
1. Populasi ... 42
2. Sample ... 43
D. Pengumpulan Data ... 45
1. Sumber Data ... 45
xiii
F.Analisis Data ... 51
G.Etika Penelitian ... 51
H. Alur Penelitian ... 52
BAB V HASIL PENELITIAN ... 56
A.Profil SMK Al Furqon Bantarkawung ... 56
B.Hasil Analisa Univariat ... 57
C.Hasil Uji Normalitas ... 58
D. Hasil Analisa Bivariat ... 58
BAB VI PEMBAHASAN ... 60
A.Interpretasi Hasil Penelitian ... 60
B.Keterbatasan Penelitian ... 69
BAB VII KESIMPULAN ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B.Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA
xiv AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
FPS-R : Faces Pain Scale Revised
FSH : Follicle Stimutating Hormone
Gn RH : Gonadotropin-Releasing Hormone
ICC’s : Interclass Correlation Coefficients
LH : Luteinizing Hormone
NRS : Numeric Rating Scale
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
UIN : Universitas Islam Negeri
VAS : Visual Analog Scale
VDS : Verbar Descriptor Scale
xv
Halaman
2.1 Kerangka Teori 36
xvi
Halaman 2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis 10
3.1 Definisi Operasional 38
4.1 Kelompok Latihan Abdominal Stretching 53 5.1 Distribusi Rata-rata Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah 56
Latihan Abdominal Stretching
5.2 Uji Normalitas Data Sebelum dan Sesudah Latihan Abdominal 57
Stretching pada Remaja dengan Dismenore
5.3 Perbedaan Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah Latihan 57
xvii
Halaman
2.1 Skala Analog Visual 11
2.2 Skala Nyeri Numerik 12
2.3 Verbal Rating Scale 13 2.4 Faces Pain Scales Revised 13
xviii Lampiran 1. Penjelasan Penelitian
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3. Kuisiner Karakteristik Responden
Lampiran 4. Skala Nyeri Faced Pain Scale Revised
Lampiran 5. Pedoman Latihan Abdominal Stretching
Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang, salah
satu tahap pertumbuhan dan perkembangannya adalah masa remaja. Masa
remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa, biasanya
mulai usia 10-19 tahun (Widyastuti, 2009 dalam Ramadani, 2014). Remaja
mengalami perubahan dalam tiga aspek yaitu perkembangan psikososial
yang menyatakan bahwa remaja berusaha untuk mencari jati diri,
perkembangan kognitif yang merupakan kemampuan berpikir dan
perubahan fisik (Efendi, 2009).
Perubahan fisik pada remaja merupakan tanda-tanda pubertas yang
terjadi karena perubahan hormonal, sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan penampilan pada remaja (Soetjiningsih, 2010).
Perubahan fisik pada remaja juga ditandai dengan percepatan
pertumbuhan. Percepatan pertumbuhan dapat dilihat dari pertambahan
tinggi badan yang mencapai 90% sampai 95%, kenaikan berat badan yang
mencapai 59% dan adanya pertambahan jaringan lemak terjadi karena
adanya perubahan hormonal dalam tubuh (Soetjiningsih, 2010). Salah satu
perubahan fisik/biologis adalah remaja putri mulai mengalami
menstruasi/haid (Kumalasari, Intan., Andhyantoro, Iwan., 2012).
Menstruasi merupakan proses keluarnya darah yang terjadi secara
periodik atau siklik endometrium yang secara fisiologis menandakan
terbuangnya sel telur yang sudah matang dan merupakan pertanda masa
reproduktif pada kehidupan seorang perempuan (Bobak, 2004).
Menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun dan berlangsung mencapai
usia 45-50 tahun (Progestian, 2010 dalam Ningsih, 2011).
Keluhan-keluhan yang sering muncul pada saat menstruasi adalah mudah
tersinggung, gelisah, sukar tidur, gangguan konsentrasi, payudara
mengalami pembesaran dan gangguan yang berkenaan dengan masa haid
berupa dismenore (Manuaba, 2009).
Salah satu keluhan yang paling sering dirasakan oleh remaja saat
menstruasi yaitu dismenore. Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia
dan gejala yang timbul karena adanya kelainan dalam rongga panggul
sangat mengganggu aktivitas perempuan, bahkan seringkali mengharuskan
penderita beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya (Bobak, 2 004). Pada
penelitian Klein dan Litt di Amerika, melaporkan bahwa prevalensi
dismenore 59,7%, dengan nyeri haid berat sebanyak 12%, nyeri sedang 37%, dan nyeri ringan 49% (Anurogo, 2011).
Dismenore dikategorikan menjadi dua yaitu (1) dismenore primer
berkaitan dengan nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis
alat kelamin, sedangkan (2) dismenore sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas atau masalah patologis
di rongga panggul (Manuaba, 2010). Berdasarkan hal tersebut, peneliti
memfokuskan penelitian ini pada dismenore primer. Hal ini didukung oleh penelitian di China tahun 2010 menunjukkan sekitar 41,9%-79,4% remaja
9-13 tahun dan 57,1%-79,4% pada usia 14-18 tahun (Gui-zhou, H, 2010).
Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Santoso, 2008).
Dismenore primer pada umumnya terjadi setelah 1-3 tahun dari
menarche (Ningsih, 2011). Secara nasional rata-rata usia menarche 13-14 tahun terjadi pada anak Indonesia (Riskesdas, 2010). Berdasarkan hal
tersebut maka dismenore akan terjadi pada remaja berusia 16-17 tahun. Sehingga remaja pada usia tersebut sedang berada dalam pendidikan
jenjang SMA dan sederajatnya (Ningsih, 2011).
Dismenore dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas para wanita khususnya remaja. Jika seorang siswi mengalami dismenore, aktivitas belajar mereka di sekolah terganggu dan tidak masuk sekolah.
Sebagai contohnya seorang siswi yang mengalami dismenore tidak dapat berkonsentrasi belajar dan motivasi belajar akan menurun karena
dismenore yang dirasakan pada proses belajar mengajar dan kadang ada yang meminta izin untuk pulang karena tidak tahan terhadap dismenore
yang mereka rasakan (Cicilia dkk, 2013). Dibuktikan oleh penelitian
Omvidvar, S di Amerika Serikat bahwa dismenore mengakibatkan 23,6% dari penderitanya tidak masuk sekolah (Sophia, 2013).
Banyak cara untuk menghilangkan atau menurunkan nyeri haid, baik
secara farmakologis maupun non farmakologis. Manajemen non
farmakologis lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan efek
dapat dilakukan untuk mengatasi dismenore adalah mandi air hangat, meletakkan botol hangat di perut, exercise/latihan, dan menghindari merokok (Nathan, 2005 dalam Ningsih, 2011). Selanjutnya menurut
French (2005) modifikasi gaya hidup untuk mengatasi dismenore yaitu diet rendah lemak, exercise, dan hentikan meerokok, serta dapat juga dengan pemberian supleemen, pengobatan herbal ala jepang, akupuntur,
akupresur, terapi bedah dan terapi horizon.
Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa exercise dapat mengatasi dismenore. Selain itu exercise lebih aman digunakan karena menggunakan proses fisiologis (Woo & Mc Eneaney, 2010). Hal ini
didukung hasil penelitian Daley (2008) yang menyatakan exercise efektif dalam menurunkan nyeri haid (dismenore). Hasil penelitian lain yang terkait adalah penelitian Istiqomah (2009) menyatakan senam dismenore
efektif untuk mengurangi dismenore pada remaja.
Wong, et al. (2008) menyatakan bahwa latihan dengan
menggerakkan panggul, posisi lutut-dada, dan latihan pernapasan dada
dapat bermanfaat untuk mengurangi dismenore. Menurut penelitian Ningsih (2011) tentang efektifitas paket pereda (abdominal stretching) untuk menurunkan intensitas nyeri haid pada remaja di SMA Kecamatan
Curup dapat disimpulkan bahwa paket pereda yang terdiri dari terapi
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh
peneliti pada tanggal 19 Desember 2014 dengan membagikan kuesioner
pada 303 remaja putri di SMK Al furqon 153 remaja putri diantaranya
mempunyai riwayat nyeri haid, didapatkan data bahwa penanganan yang
telah dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri haid adalah
dengan obat analgesik sebanyak 28 orang, dibiarkan saja sebanyak 55
orang, tidur sebanyak 34 orang dan menangis sebanyak 36 orang
sedangkan untuk latihan fisik terutama latihan abdominal stretching tidak pernah dilakukan. Permasalahan di atas menarik perhatian peneliti untuk
melakukan penelitian mengenai terapi alami dengan menggunakan latihan
fisik dalam rangka membantu mengurangi dan mengatasi dismenore
khususnya pada remaja putri.
B. Rumusan Masalah
Angka prevalensi dan morbiditas dari dismenore masih cukup tinggi dan kurang mendapatkan perhatian dari dunia kesehatan atau keperawatan.
Hal ini dikarenakan banyak wanita yang dikondisikan untuk menerima
rasa sakit itu sebagai sesuatu yang normal dan bersifat psikis, walaupun
hal itu menghambat aktivitas mereka sehari-hari dan menurunkan kualitas
hidup wanita khususnya pada remaja. Mengingat masih seringnya timbul
masalah dismenore pada remaja yang dapat mengganggu aktivitas belajar serta secara tidak langsung juga berdampak pada produktivitas dan
kualitas hidup remaja, maka perlu adanya penelitian untuk mencari
alternatif terapi yang mudah dilakukan, aman, dan tidak memerlukan biaya
nyeri haid tersebut salah satunya dengan menggunakan latihan abdominal stretching.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dari penelitian ini
adalah sejauh manakah pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum latihan
abdominal stretching pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes.
b. Mengetahui tingkat nyeri haid (dismenore) setelah latihan
abdominal stretching pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes.
c. Mengetahui sejauh mana pengaruh latihan abdominal stretching
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Pendidikan
Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi pendidikan adalah sebagai
tambahan referensi dan pengembangan penelitian tentang pengaruh
latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri SMK Al Furqon Bantarkawung.
2. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan
wawasan mengenai penanganan dismenore dengan cara non farmakologis yaitu salah satunya adalah latihan abdominal stretching.
3. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu topik pembahasan
terutama di Keperawatan Maternitas untuk menambahkan cara
menangani dismenore dengan menggunakan jenis terapi non-farmakologi.
4. Bagi Perawat
Manfaat penelitian ini bagi perawat sebagai pedoman dalam
pemberian asuhan keperawatan khususnya intervensi latihan
abdominal stretching untuk menurunkan nyeri haid (dismenore) pada remaja yang menderita dismenore.
5. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang
sehingga aktivitas dapat tetap dijalankan meskipun dalam keadaan
menstruasi.
6. Bagi Remaja Putri
Setelah diberikan latihan abdominal stretching diharapkan remaja putri dapat memberikan informasi ke orang lain dan
menerapkan latihan abdominal stretching yang merupakan salah satu jenis terapi non-farmakologi dalam penanganan dismenore.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan
tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum dan sesudah latihan abdominal stretching pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. Jenis penelitian ini adalah pre-experiment design dengan rancangan one group pretest-posttest design. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 33 remaja putri yang mengalami nyeri haid. Metode
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori 1. Nyeri
a. Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat
subjektif. Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu,
ngilu dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri. Nyeri
merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi
diri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan
berubah (Muttaqin, 2008).
Nyeri akut berlangsung tiba-tiba dan umumnya berhubungan dengan adanya suatu trauma atau cedera spesifik. Nyeri akut
mengindikasikan adanya suatu kerusakan atau cedera yang baru
saja terjadi (Muttaqin, 2008).
Nyeri kronis merupakan suatu keadaan yang berlangsung secara konstan atau intermiten dan menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan
yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan
penyebab atau cidera spesifik. Nyeri kronis adalah suatu keadaan
ketidaknyamanan yang dialami individu yang berlangsung selama
enam bulan atau lebih (Muttaqin, 2008).
Tabel 2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis Awitan (onset) Mendadak Terus menerus dan
intermiten
Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai
berat
Durasi < 6 bulan >6 bulan
Respon Otonom - Konsisten dengan
b. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran keparahan nyeri yang
dirasakan oleh seseorang. Pengukuran intensitas nyeri bersifat
subjektif dan individual. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
objektif dilakukan dengan menggunakan respon fisiologi tubuh
terhadap nyeri yang dirasakan seseorang (Tamsuri, 2007).
Intensitas nyeri seseorang dapat diukur dengan menggunakan
skala nyeri (Smeltzer dan Bare, 2001). Skala nyeri tersebut adalah:
1) Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale merupakan skala nyeri yang berbentuk garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus
menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. VAS
adalah pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena
klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari
pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).
Gambar 2.1 Skala Analog Visual
2) Numeral Rating Scale (NRS)
Suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa
nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala
numeral dari 0-10 atau 0-100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10
digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Skala paling efeektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi terapeutik (Potter & Porry, 2005).
Gambar 2.2 Skala Nyeri Numerik
3) Verbal Rating Scale (VRS)
Alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk
menggambarkan level intensitas nyeri yang berbeda, range dari
“no pain” sampai “nyeri hebat” (extreme pain). VRS dinilai dengan memberikan angka pada setiap kata sifat sesuai dengan
tingkat intensitas nyerinya. Sebagai contoh, dengan
menggunakan skala 5-point yaitu none (tidak ada nyeri) dengan score “0”, mild (kurang nyeri) dengan skore “1”, moderate
(nyeri yang sedang) dengan skore “2”, severe (nyeri keras) dengan skor “3”, very severe (nyeri yang sangat keras) dengan skor “4”.
Keterbatasan VRS adalah adanya ketidakmampuan
pasien untuk menghubungkan kata sifat yang cocok untuk level
intensitas nyerinya, dan ketidakmampuan pasien yang buta
huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan (Potter &
Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS)
4) Faces Pain Scale-Revised
Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang bertingkat
dari wajah yang tersenyum untuk „tidak ada nyeri’ sampai
wajah yang berlinang air mata untuk „nyeri paling buruk’.
Kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan
sendiri rasa nyeri dialaminya sesuai dengan gambar yang telah
ada dan membuat usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih
sederhana (Potter & Perry, 2005).
Gambar 2.4 Faces Pain Scale-Revised (FPS-R)
2. Menstruasi
a. Definisi Menstruasi
Menurut Benson (2008), Menstruasi atau haid adalah
perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (dekuamasi) endometrium. Pada dasarnya menstruasi
hormon hipofisis dan ovarium. Menstruasi pertama, disebut
menarke, biasanya terjadi pada usia 8-13 tahun. Berakhirnya
menstruasi, menopause, normalnya terjadi pada usia 49-50 tahun.
Interval antara periode menstruasi bervariasi sesuai usia,
keadaan fisik dan emosi, serta lingkungan. Siklus menstruasi
normal umumnya tetap setiap 28 hari, tetapi interval 24-32 hari
masih dianggap normal kecuali siklusnya sangat tidak teratur. Pada
awal dan akhir masa reproduksi, siklus menstruasi mungkin tidak
teratur dan tidak dapat diperkirakan, sebagai akibat kegagalan
ovulasi. Saat mencapai maturitas, kira-kira dua per tiga wanita
mempertahankan periodisitas yang kurang lebih teratur, kecuali
saat hamil, stres atau sakit (Benson, 2008).
Durasi rata-rata perdarahan menstruasi adalah 3-7 hari
tetapi dapat pula bervariasi. Kehilangan darah rata-rata pada
periode menstruasi normal sekitar 35-90 ml. Kira-kira tiga per
empat darah ini hilang dalam 2 hari pertama. Wanita berusia < 35
tahun cenderung kehilangan lebih banyak darah dibanding mereka
yang berusia >35 tahun (Benson, 2008).
Cairan menstruasi mengandung darah, sel epitel vagina dan
endometrium yang terkelupas, lendir serviks, dan bakteri.
Prostaglandin dapat ditemukan pada darah menstruasi, bersama
dengan enzim dan fibrinolisin dari endometrium. Fibrinolisin ini
mencegah menggumpalnya darah menstruasi kecuali terjadi
bekuan darah kecil yang rapuh dan kekurangan fibrin dalam vagina
karena adanya mikro protein dan glukosa dalam keadaan basa
(Benson, 2008).
Faktor-faktor berikut yang dapat mempengaruhi perdarahan
menstruasi: (1) fluktuasi kadar hormon ovarium, hipofisis,
prostaglandin dan kadar enzim, (2) variabilitas sistem saraf
otonom, (3) perubahan vaskularisasi (statis, spasme-dilatasi), (4)
faktor-faktor lain (misal, status nutrisi dan psikologis yang tidak
biasa) (Benson, 2008).
b. Siklus Menstuasi
Siklus menstruasi pada manusia paling mudah dimengerti
jika proses ini dibagi menjadi empat fase berdasarkan perubahan
fungsional dan morfologis di dalam ovarium dan endometrium
(Heffner, 2006):
1) Fase Folikular
Secara konvensional fase ini dikenal sebagai fase
pertama yang merupakan suatu fase pada siklus menstruasi
sampai terjadinya ovulasi. Sekelompok folikel ovarium akan
mulai matang, walaupun hanya satu yang akan menjadi folikel
dominan, yang disebut sebagai folikel de Graaf. Perkembangan folikel dari bentuk primordial atau bentuk
istirahatnya dalam ovarium dimulai selama beberapa hari
sebelum dimulainya menstruasi pada siklus sebelumnya.
telah diprogram menyebabkan penurunan sekresi hormon yang
drastis (Heffner, 2006).
Hari pertama perdarahan menstruasi ditetapkan sebagai
hari pertama fase folikular. Selama 4-5 hari pertama fase ini,
perkembangan folikel ovarium awal ditandai oleh proliferasi
dan aktivitas aromatase sel granulosa yang diinduksi oleh FSH.
FSH menstimulasi sintesis reseptor LH yang baru pada sel
granulosa, yang kemudian memulai respons LH (Heffner,
2006).
Selama fase folikular tengah hingga akhir, kadar
estradiol dan inhibin B terus meningkat dalam sirkulasi akan
menekan sekresi FSH, sehingga mencegah pengambilan folikel
yang baru. Peningkatan estradiol dalam sirkulasi yang sangat
tinggi dan terus-menerus menimbulkan efek yang tidak
diharapkan pada kelenjar hipofisis: peningkatan eksponensial
pada sekresi LH. Ovarium juga menunjukkan respons yang
meningkat terhadap gonadotropin. Akhirnya, kadar estrogen
yang tinggi menyebabkan pertumbuhan jaringan endometrium
yang melapisi uterus (Heffner, 2006).
2) Fase Ovulatoir
Fase dalam siklus menstruasi ini ditandai oleh lonjakan
sekresi LH hipofisis, yang memuncak saat dilepaskannya ovum
yang matang melalui kapsul ovarium. 2-3 hari sebelum onset
meningkat secara cepat dan bersamaan. Sintesis estradiol
berada dalam keadaan maksimal dan tidak lagi bergantung
pada FSH. Progesteron mulai meningkat saat lonjakan LH
menginduksi sintesis progesteron oleh sel granulosa (Haffner,
2006).
Kunci dari ovulasi adalah efek umpan balik positif
estrogen pada sekresi LH pada pertengahan siklus. Efek
peningkatan estrogen yang bersirkulasi lebih jauh lagi
diperkuat dengan adanya progesteron ovarium. Lokasi kerja
umpan balik positif estrogen pada siklus pertengahan terhadap
sekresi LH tampaknya terjadi di dalam sel-sel neuroendokrin
hipotalamus dan gonadotropin hipofisis (Haffner, 2006).
3) Fase Luteal
Setelah ovulasi, gambaran morfologis dan fungsional
yang dominan pada ovarium adalah pembentukan dan
pemeliharaan korpus luteum. Pada manusia, sel luteal membuat
estrogen dan inhibin dalam jumlah besar. Progesteron pada
kadar yang meningkat ini mencegah estrogen untuk
menstimulasi lonjakan LH yang lain dari hipofisis. Selain itu,
pada keadaan terdapatnya kombinasi antara tingginya
konsentrasi progesteron dan estrogen, frekuensi denyut GnRH
praovulatoir menurun, menyebabkan sekresi FSH dan LH
hanya pada garis dasar. Peningkatan sekresi FSH menjelang
progesteron, estradiol, dan inhibin dalam sirkulasi yang masih
berlangsung. Pemberian antagonis estrogen seperti klomifen
sitrat pada fase luteal bermakna secara klinis menyebabkan
peningkatan kadar FSH dalam sirkulasi dan mengawali
penambahan folikel (Haffner, 2006).
4) Fase Menstruasi
Hari pertama menstruasi menandai permulaan siklus
berikutnya. Sekelompok folikel yang baru telah direkrut dan
akan berlanjut menjadi folikel yang matang, dan salah satunya,
akan berevolusi. Fenomena yang disebut menstruasi sebagian
besar merupakan peristiwa endometrial yang dipicu oleh
hilangnya dukungan progesteron terhadap korpus luteum pada
siklus nonkonsepsi. Protease pemecah matriks dan lisosom
yang dikendalikan secara hormonal tampaknya terlibat.
Protease pemecah martiks merupakan bagian dari golongan
enzim metaloproteinase yang substratnya mengandung kolagen
dan matriks protein lainnya. Pada akhirnya, penurunan
progesteron pramenstruasi berhubungan dengan penurunan
aktivitas 15-hidroksiprostaglandin dehidrogenase (Haffner,
Gambar 2.5 Siklus Menstruasi
c. Tanda dan Gejala Menstruasi
Menurut Bobak (2004) tanda dan gejala menstruasi yang
dirasakan oleh remaja adalah:
1) Payudara terasa berat, penuh, membesar dan nyeri tekan.
2) Nyeri punggung, merasa rongga pelvis semakin penuh.
3) Nyeri kepala dan muncul jerawat.
4) Iritabilitas atau sensitifitas meningkat.
5) Metabolisme meningkat dan diikuti dengan rasa keletihan.
6) Suhu basal tubuh meningkat 0.2-0.40C.
7) Serviks berawan, lengket, tidak dapat ditembus sperma,
mengering dengan pola granular.
8) Ostium menutup secara bertahap.
3. Dismenore
a. Definisi Dismenore
Dismenore (nyeri haid) adalah nyeri kejang otot (spasmodik) di perut bagian bawah dan menyebar ke sisi dalam paha atau
bagian bawah pinggang yang terjadi menjelang haid atau selama
haid akibat kontraksi otot rahim. Nyeri haid diduga terkait dengan
produksi hormon progesteron yang meningkat. Hormon
progesteron dihasilkan oleh jaringan ikat kelenjar indung telur
(corpus luteum) setelah melepaskan sel telur matang setiap bulan.
Hormon tersebut memperbesar ketegangan mulut rahim hingga
lubang mulut rahim menjadi sempit, akibatnya otot-otot rahim
lebih kuat berkontraksi untuk dapat mengeluarkan darah haid
melalui mulut rahim yang sempit. Kontraksi otot rahim yang
menyebabkan kejang otot yang dirasakan sebagai nyeri. Keluhan
nyeri haid berkurang atau malahan hilang setelah kehamilan atau
melahirkan anak pertama. Hal ini karena regangan pada waktu
rahim membesar dalam kehamilan membuat ujung-ujung saraf di
rongga panggul dan sekitar rahim menjadi rusak (Harmanto, 2006).
Dismenore didefinisikan sebagai menstruasi yang terasa nyeri. Rasa nyeri sering digambarkan sebagai nyeri kram pada
b. Penyebab Dismenore
Menurut Wratsongko (2006), ada beberapa penyebab nyeri
haid (dismenore)sebagai berikut:
1) Terjadi akibat kontraksi yang kuat atau lama dinding rahim.
2) Hormon prostaglandin yang tinggi.
3) Pelebaran leher rahim saat keluarnya darah haid.
4) Infeksi daerah panggul.
5) Endometriosis (terutama jika terjadi setelah usia 20 tahun).
6) Tumor jinak rahim.
7) Postur tubuh kurang baik (sikap yang salah).
8) Secara anatomis rahim tidak berkembang optimal.
9) Diperberat jika stres psikis atau kecemasan berlebihan.
c. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada
awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda.
Menurut Manuaba (2007), dismenore dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:
1) Dismenore ringan
Seseorang akan mengalami nyeri atau masih dapat
ditolerir karena masih berada pada ambang rangsang,
berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja
Dismenore ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-4, untuk skala wajah dismenore ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-2 (Leppert, 2004 dalam
Rakhma, 2012).
2) Dismenore Sedang
Seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan
menekan-nekan bagian yang nyeri, diperlukan obat penghilang
rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
Dismenore sedang terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 5-6, untuk skala wajah dismenore sedang terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 3 (Leppert, 2004 dalam
Rakhma, 2012).
3) Dismenore berat
Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada
kemungkinan seseorang tidak mampu lagi melakukan
pekerjaan biasa dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai
sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan
sakit perut.
Dismenore berat terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 7-10, untuk skala wajah dismenore berat terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 4-5 (Leppert, 2004 dalam
d. Klasifikasi Dismenore 1) Dismenore Primer
Dismenore primer adalah perasaan sakit di bagian perut bawah yang terjadi karena ketidakseimbangan hormon, tanpa
kelainan organ dalam pelvis. Nyeri primer akan dialami oleh
sebagian wanita normal (Harmanto, 2006).
Menurut Morgan (2009), dismenore primer adalah menstruasi yang sangat nyeri, tidak berkaitan dengan penyebab
fisik yang nyata. Dismenore primer muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodis yang
dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam.
Umumnya ketidaknyamanan dimulai 1-2 hari sebelum
menstruasi, namun nyeri paling berat selama 24 jam pertama
menstruasi dan mereda pada hari kedua.
Sedangkan dalam Kamus Saku Perawat, dismenore
primer adalah haid yang nyeri tanpa penyebab yang jelas
biasanya terjadi segera sesudah pubertas dan muncul pada
setiap periode haid berikutnya (Waller, 2005).
2) Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder menurut Morgan (2009), adalah menstruasi yang sangat nyeri, berkaitan dengan penyakit
panggul yang nyata. Dismenore sekunder mungkin disebabkan oleh kondisi endometriosis, polip atau fibroid uterus, penyakit
uterus, maladaptasi pemakaian AKDR, produksi kontrasepsi
yang tertinggal setelah abortus atau melahirkan, atau kanker
ovarium atau uterus. Dismenore sekunder dimulai setelah usia 20 tahun dan nyeri bersifat munilateral.
Sedangkan dalam Kamus Saku Perawat, dismenore
sekunder adalah haid yang nyeri pada wanita yang sebelumnya
selama bertahun-tahun sudah memiliki periode haid yang
normal. Dismenore ini terjadi akibat endometritis dan cenderung memburuk ketika terjadi peningkatan kongesti lokal
(Waller, 2005). Dismenore sekunder ditandai dengan adanya kelainan organ dalam pelvis. Hal seperti ini harus dilakukan
pemeriksaan yang serius. Mungkin ada kista, mioma atau
tumor di rahim (Harmanto, 2006).
e. Tanda dan Gejala Dismenore
Menurut Wratsongko (2006), tanda dan gejala dismenore
adalah:
1) Kram yang nyeri dan hebat selama haid.
2) Dismenore primer timbul berulang secara teratur sejak pertama
kali haid.
3) Dismenore sekunder jika terjadi setelah bertahun-tahun
mengalami siklus haid.
4) Rasa kram dan nyeri yang menusuk ini terasa di perut bagian
bawah, punggung bawah, dan paha.
6) Berkeringat banyak, badan terasa lemah.
4. Latihan Stretching
a. Definisi Latihan Stretching
Exercise merupakan salah satu manajemen non farmakologis
yang lebih aman digunakan karena menggunakan proses fisiologis
(Woo & McEneaney, 2010).
Stretching (peregangan) adalah aktivitas fisik yang paling sederhana. Stretching merupakan suatu latihan untuk memelihara dan mengembangkan fleksibilitas atau kelenturan (Senior, 2008).
Adapun salah satu cara exercise/latihan untuk mengurangi intensitas nyeri haid adalah dengan melakukan abdominal stretching exercise (Thermacare, 2010 dalam Ningsih, 2011). b. Manfaat Latihan Stretching
Menurut Alter (2008) dalam Putra (2012), manfaat stretching
antara lain:
1) Meningkatkan kebugaran fisik seorang atlet.
2) Mengoptimalkan daya tangkap, latihan dan penampilan atlet
pada berbagai bentuk gerakan yang terlatih.
3) Meningkatkan mental dan relaksasi fisik.
4) Meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh.
5) Mengurangi risiko keseleo sendi dan cedera otot (kram).
6) Mengurangi risiko cedera punggung.
8) Mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi (dismenore) bagi atlet wanita.
c. Teknik Latihan Abdominal Stretching
Adapun langkah-langkah latihan abdominal stretching adalah sebagai berikut:
1) Cat Stretch
Posisi awal: tangan dan lutut di lantai.
a) Punggung dilengkungkan, perut digerakkan ke arah lantai
senyaman mungkin. Tegakkan dagu dan mata melihat
lantai. Tahan selama 10 detik sambil dihitung dengan
bersuara, lalu relaks.
b) Kemudian punggung digerakkan ke atas dan kepala
menunduk ke lantai. Tahan selama 10 detik sambil dihitung
dengan bersuara, lalu relaks.
c) Duduk di atas tumit, rentangkan lengan ke depan sejauh
mungkin. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.
2) Lower Trunk Rotation
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki di lantai,
kedua lengan dibentangkan keluar.
a) Putar perlahan lutut ke kanan sedekat mungkin dengan
lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan selama 20
detik sambil dihitung dengan bersuara.
b) Putar perlahan kembali lutut ke kiri sedekat mungkin
dengan lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan
selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara, kemudian
kembali ke posisi awal.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.
3) Buttock/Hip Stretch
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk.
a) Letakkan bagian luar pergelangan kaki kanan pada paha
kiri diatas lutut.
b) Pegang bagian belakang paha dan tarik ke arah dada
dengan bersuara, kemudian kembali ke posisi awal dan
relaks.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.
4) Abdominal Strengthening: Curl Up
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut di tekut, kaki di lantai,
tangan di bawah kepala.
a) Lengkungkan punggung dari lantai dan dorong ke arah
langit-langit. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan
bersuara.
b) Ratakan punggung sejajar lantai dengan mengencangkan
otot-otot perut dan bokong.
c) Lengkungkan sebagian tubuh bagian atas ke arah lutut,
tahan selama 20 detik.
5) Lower Abdominal Strengthening
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan
dibentangkan sebagian keluar.
a) Letakkan bola antara tumit dan bokong. Ratakan punggung
bawah ke lantai dengan mengencangkan otot-otot perut dan
bokong.
b) Perlahan tarik kedua lutut ke arah dada sambil menarik
tumit dan bola, kencangkan otot bokong. Jangan
melengkungkan punggung.
Latihan dilakukan sebanyak 15 kali.
6) The Bridge Position
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki dan siku
di lantai, lengan dibentangkan sebagian keluar.
a) Ratakan punggung di lantai dengan mengencangkan
otot-otot perut dan bokong.
b) Angkat pinggul dan dan punggung bawah untuk
Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara,
kemudian perlahan kembali ke posisi awal dan relaks.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.
5. Remaja
a. Definisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO
(2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun, jika pada usia remaja
seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan
bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja
tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka tetap
dimasukkan ke dalam kelompok remaja (Efendi, 2009).
Masa remaja yang secara literatur berarti “tumbuh hingga
mencapai kematangan”, secara umum berarti proses fisiologis,
sosial, dan kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas
(Wong et al, 2008). Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan
hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal
(Santrock, 2003).
Masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal dan masa
adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas,
berlangsung antara usia 13 tahun sampai 16-17 tahun (Santrock,
2003; Jahja, 2011). Masa remaja akhir (late adolescence), yaitu usia matang secara hukum berkisar antara usia 16-17 tahun hingga
18 tahun (Jahja, 2011).
b. Ciri Masa Remaja
Beberapa perubahan yang terjadi masa remaja,diantaranya
perubahan biologis, sosial, kognitif, dan emosional (Wong et al,
2008).
1) Perubahan Biologis/ Fisik
Terdapat lima perubahan fisik yang terjadi pada masa
remaja, yaitu pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu
tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan
organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan
sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan
kekuatan dan stamina tubuh. Perubahan fisik yang terjadi, yang
paling tampak nyata semasa pubertas adalah meningkatnya
tinggi dan berat, serta kematangan seksual (Santrock, 2003).
Perubahan fisik pada masa remaja merupakan hal yang
sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena pada masa
ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat untuk mencapai
mampu melaksanakan fungsi reproduksi. perubahan yang
terjadi yaitu:
a) Munculnya tanda-tanda seks primer: terjadinya haid yang
pertama (menarche) pada perempuan dan mimpi basah pada
remaja laki-laki.
b) Munculnya tanda-tanda seks sekunder yaitu:
Pada remaja laki-laki: tumbuhnya jakun, penis dan
buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan
ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih lebar,
badan berotot, tumbuh kumis di atas bibir, cambang
dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
Pada remaja perempuan: pinggul melebar, pertumbuhan
rahim dan vagina, tumbuh rambut di sekitar kemaluan
dan ketiak, payudara membesar (Pinem,2009).
2) Perubahan Kognitif
Berpikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan
berpikir abstrak. Pada tahap ini, yaitu periode operasional
formal, merupakan tahap Piaget yang keng ke empat dan
terakhir. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan
aktual, yang merupakan ciri berpikir konkret (Wong et al,
2008). Piaget juga mengatakan bahwa remaja termotivasi untuk
memahami dunia dan menyesuaikan berpikirnya untuk
Remaja dalam pandangan Piaget, secara aktif
membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja kedalam skema
kognitif mereka (Jahja, 2011). Dengan kata lain, pada saat ini
mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada
situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian
peristiwa yang mungkin terjadi seperti kemungkinan kuliah dan
bekerja, memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat
berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua,
dan akibat tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Pada saat ini, pikiran mereka dapat dipengaruhi oleh
prinsip-prinsip logis daripada hanya persepsi dan pengalaman mereka
sendiri. Kemampuan penalaran yang ilmiah dan cara berpikir
logis formal meningkat pada masa ini (Wong et. al, 2008).
3) Perubahan Sosial
Proses untuk memperoleh kematangan pada remaja
penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua
(Wong et.al, 2008). Remaja menginginkan kebebasan, tetapi di
sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai
kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri
untuk memikul tanggung jawab terkait dengan kemandirian
4) Perubahan Emosional
Masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul
dari perubahan fisik yang sedemikian cepat pada masa pubertas
(Hall dalam Aghla, 2004). Peningkatan emosional yang terjadi
secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa
storm & stress. Segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru
yang berbeda dari masa sebelumnya (Jahja, 2011).
6. Penelitian Terkait
Beberapa penelitian terkait dismenore dan exercise pada remaja putri adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Abbaspour Z. MSc et al (2006) dengan judul “ The Effect of Exercise on Primary Dysmenorrhea”
menunjukkan bahwa intensitas nyeri pada kelompok intervensi
mengalami penurunan nyeri haid (8,59-4,63) pada periode ketiga dan
2,84 pada periode keempat (p < 0,01). Sedangkan untuk kelompok kontrol intensitas nyeri tidak signifikan. Hasil lain menunjukkan
bahwa pada akhir siklus, siswa melaporkan rasa sakit mereka yaitu
10% tidak ada rasa sakit, 40% ringan, 44% sedang, 3% berat dan 2%
sangat parah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata durasi
nyeri menurun dari 7,15-4,22 pada periode ketiga dan 2.23 pada
2. Penelitian yang dilakukan Istiqomah (2009) dengan judul “Efektivitas
senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri di
SMU N 5 Semarang” menyatakan bahwa senam dismenore efektif
untuk mengurangi dismenore pada remaja dengan hasil penelitian
menunjukkan nilai t hitung 4,525, lebih besar dari t tabel (1,761) dan
nilai signifikansi hasil uji Paired Sample t-Test yaitu 0,000 yang nilainya lebih kecil dari taraf kesalahan (α) 0,05 atau dengan
signifikansi 95% maka nilai di luar daerah penerimaan Ho, artinya Ho
ditolak dan Ha diterima.
3. Penelitian yang dilakukan Maya dkk (2013) dengan judul penelitian “
Manfaat Penambahan Latihan Otot Diafragma Pelvis pada Latihan
Otot Abdomen terhadap Dismenore Primer pada Remaja Putri”
menyatakan bahwa terdapat berbedaan nyeri haid sebelum dan sesudah
dilakukan penambahan latihan otot diafragma pelvis pada latihan otot
abdomen dengan rata-rata nyeri haid pada latihan otot abdomen
(Latihan I) adalah 3.19 dan nyeri haid pada latihan otot diafragma
C. Kerangka Teori
Keterangan: Bagan 2.1 Kerangka Teori
: variabel yang tidak diteliti
: variabel yang diteliti
- Nyeri kepala dan muncul jerawat. - Iritabilitas atau sensitifitas meningkat. - Metabolisme meningkat dan diikuti dengan
rasa keletihan.
- Suhu basal tubuh meningkat 0.2-0.40C. - Ostium menutup secara bertahap.
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu kerangka berpikir yang
menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen
dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2012). Sedangkan variabel didefinisikan
sebagai karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke
subjek lain. Variabel independen (latihan abdominal stretching) adalah variabel yang bila berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel
lain, sedangkan variabel dependen (nyeri haid) adalah variabel yang
berubah akibat perubahan pada variabel independen, dan variabel yang
berubah akibat perubahan pada variabel independen (Hidayat, 2011).
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Remaja yang
mengalami
dismenore
Intensitas Nyeri
1. Tetap 2. Menurun 3. Meningkat Latihan
abdominal stretching
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Latihan
abdominal stretching
Latihan Abdominal Stretching adalah suatu latihan peregangan otot yang digunakan responden untuk mengatasi nyeri haid (dismenore) pada responden yang sedang mengalami nyeri haid.
SOP gerakan latihan abdominal stretching
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 2. Nyeri Haid
(Dismenore)
C. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara dari suatu penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo,
2010). Hipotesis penelitian ini adalah:
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif –preexperiment design bertujuan untuk menguji hubungan sebab-akibat terhadap perlakuan (Haryati, 2009). Penelitian ini menggunakan pendekatan one group pretest posttest design adalah penelitian ini dilakukan dengan cara kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian
diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008). Peneliti memilih
jenis penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri yang mengalami dismenore.
Rancangan penelitian dapat digambarkan seperti dibawah ini.
K 01 X 02
Keterangan:
K : Subjek
01 : nilai pretest (sebelum diberi latihan) X : Latihan abdominal stretching
02 : nilai posttest (setelah diberi latihan)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan adalah SMK Al Furqon
Bantarkawung Kab. Brebes. Peneliti memilih SMK Al Furqon
Bantarkawung sebagai lokasi penelitian dengan alasan SMK Al Furqon
Bantarkawung adalah lokasi yang berada di desa tempat peneliti tinggal
dan masih banyak remaja yang mengalami dismenore yang belum tahu penanganan yang dilakukan selain meminum obat analgesik misalnya
dengan olahraga atau latihan abdominal stretching, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh latihan abdominal stretching
terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. Penelitian ini dilakukan pada
bulan April-Mei 2015 di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten
Brebes.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
153 siswi SMK Al-Furqon Bantarkawung yang mempunyai riwayat
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling dimana pengambilan sampel secara purposive
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).
Sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang mengalami
dismenore dan memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Siswi yang mengalami nyeri haid pada hari pertama menstruasi
dalam tiga bulan terakhir berturut-turut.
2) Siswi yang tidak memiliki riwayat menggunakan terapi
farmakologis selama nyeri haid.
3) Siswi yang memiliki siklus haid yang teratur selama 28 hari.
b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
Penulis membuat perhitungan besar sampel minimal dengan
menggunakan uji hipotesis beda dua mean dengan derajat kemaknaan
5% dan kekuatan uji 90% dengan rumus sebagai berikut:
n = 2.σ2 (Z1-α/2 + Z1-β)2
( μ1- μ2)2
Keterangan:
n = Besar sampel minimal
σ2
= Standar deviasi
Z1-α =Nilai Z pada derajat kemaknaan tertentu yang ditetapkan
peneliti (90%, 95%, 99% = 1,64; 1,96; 2,58)
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji (power) tertentu yang
ditetapkan peneliti (80%, 90%, 95%, 99% = 0,84; 1,28;
1,64; 2,33)
μ1 = rata-rata tingkat nyeri pada penelitian sebelumnya
μ2 = rata-rata tingkat nyeri yang ditentukan peneliti
Sedangkan perhitungan besar sampel yang digunakan dengan
menggunakan nilai rata-rata penurunan intensitas nyeri haid
berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh
Abbaspour Z. MSc et al (2006) diperoleh μ1 (4,63) dan μ2 (2,84).
Berdasarkan rumus besar sampel minimal di atas didapatkan
adalah:
n= 2. (0,236)2 . (1,96 + 1,28)2
(5,75 – 5,55)2
= 30
Jadi, diperlukan sampel dengan 30 orang. Untuk menghindari
adanya sampel drop out dan sebagai cadangan penelitian maka ditambahkan 10% dari jumlah sampel minimal: 10% x 30 = 3 orang.
Maka total sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 + 3 = 33 orang.
D. Pengumpulan Data 1. Sumber Data
Data primer merupakan data sumber pertama yang diperoleh
dari individu atau secara perorangan misalnya hasil wawancara atau
hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti (Sugiyono,
2012). Data primer diperoleh dengan cara memberikan lembar
pengukuran tingkat nyeri (Faces Pain Scale-Revised). 2. Tahap Pengumpulan Data
a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian yang
dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan ditujukan kepada Kepala
b. Setelah peneliti mendapatkan izin dari Kepala Sekolah SMK Al
Furqon Bantarkawung, peneliti menyiapkan diri dengan melakukan
latihan abdominal stretching.
c. Peneliti datang ke SMK Al Furqon lalu mensosialisasikan kegiatan
yang akan dilakukan di SMK Al Furqon. Peneliti juga meminta
kerjasama dari guru selama penelitian berlangsung dan
memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian, serta meminta ijin disediakan ruangan untuk
pelaksanaan latihan abdominal stretching.
d. Peneliti menentukan jumlah dan nama responden yang termasuk
kriteria inklusi dengan total berjumlah 33 siswi.
e. Peneliti mengumpulkan responden dalam satu ruangan.
f. Peneliti menjelaskan tujuan prosedur penelitian dan teknik
penelitian pada responden.
g. Peneliti meminta persetujuan dari calon responden untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Setiap responden diberikan
kebebasan untuk memberikan persetujuan atau menolak untuk
menjadi subjek penelitian. Setelah calon responden menyatakan
bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian, maka responden
h. Setelah responden mengisi lembar informed consent, kemudian responden diminta untuk mengisi data demografi meliputi nama,
usia, kelas, alamat, dan nomor kontak.
i. Peneliti memberikan lembar pengukuran tingkat nyeri pada
responden dan menjelaskan cara mengisi lembar pengukuran
tingkat nyeri.
j. Peneliti memberikan penjelasan mengenai latihan abdominal stretching dan lama waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari latihan abdominal stretching yang akan dijalani responden.
k. Peneliti menginformasikan bahwa teknik abdominal stretching
dilakukan oleh responden saat nyeri haid hari pertama dan akan di
observasi oleh peneliti.
l. Peneliti membagikan pedoman latihan abdominal stretching. m. Pelaksanaan latihan abdominal stretching dilakukan di ruang kelas
SMK Al Furqon Bantarkawung pukul 15.00 WIB.
n. Peneliti mengajarkan latihan abdominal stretching pada responden selama satu hari sampai responden benar-benar hafal dan paham
tekniknya.
o. Peneliti membagi kelompok untuk lebih awal diajarkan latihan
abdominal stretching sesuai tanggal haid bulan sebelumnya.
q. Saat terjadi dismenore pada menstruasi hari pertama, responden melaporkan pada peneliti melalui via sms atau telpon, lalu peneliti
memberikan lembar pengukuran tingkat nyeri (Faces Pain Scale-Revised), selanjutnya responden mengisi skala nyeri yang dirasakan saat itu.
r. Responden melakukan teknik abdominal stretching sendiri saat nyeri haid dan di observasi oleh peneliti. Hasil observasi
didokumentasikan pada lembar observasi abdominal stretching. s. 15 menit setelah selesai melakukan teknik abdominal stretching,
peneliti meminta responden untuk mengisi kembali lembar
pengukuran skala nyeri (Faces Pain Scale-Revised).
t. Peneliti memberikan reinforcement positif pada semua responden atas keterlibatannya dalam penelitian.
3. Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu
lembar pengukuran tingkat nyeri. pengukuran intensitas nyeri haid
pada penelitian ini menggunakan Faces Pain Scale-Revised (FPS-R). Alat ini digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata nyeri
(Visual Desriptor Scale). Faces Pain Scale-Revised menggunakan wajah yang tersenyum untuk angka 0 pada garis paling kiri yang
menunjukkan tidak terasa nyeri sampai wajah yang berlinang air mata
untuk angka 5 pada garis paling kanan menunjukkan nyeri sangat tak
Gambar 4.1 Faces Pain Scale-Revised Instrumen
Faces Pain Scale-Revised (FPS-R) merupakan skala yang mudah dipahami dan digunakan. Alat ini juga sudah teruji validitas
dan reliabilitasnya berdasarkan hasil penelitian Li, Liu dan Herr
(2007) dengan membandingkan empat skala nyeri yaitu Numeric Rating Scale (NRS), Verbal Descriptor Scale (VDS), Faces Pain Scale Revised (FPS-R) dan Visual Analog Scale (VAS) pada pasien pasca bedah menunjukkan keempat skala nyeri memberikan hasil uji
validitas dan reliabilitas yang baik. Uji reliabilitas menggunakan
Intraclass Correlation Coefficients (ICC’s) dan keempat skala
menunjukkan konsistensi penilaian (0,673-0,825) serta mempunyai
kekuatan uji (r=0,71-0,99).
Untuk pengukuran dengan Faces Pain Scale-Revised (FPS-R), responden diminta untuk menandai salah satu wajah yang dianggap
E. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai
dilakukan. Peneliti melakukan pengolahan data secara bertahap. Adapun
tahapan pengolahan data terdiri dari empat tahap menurut Hastono (2007)
adalah sebagai berikut:
a. Editing, pada tahap ini peneliti memeriksa kelengkapan isian kuesioner, kejelasan penulisan jawaban, relevansi, dan konsisten
dengan pertanyaan. Setelah peneliti melakukan pengecekan pengisian
kuesioner maka kuesioner yang tidak lengkap, tidak jelas, tidak
relevan atau tidak konsisten dengan pertanyaan akan diklarifikasi
kepada responden. Tujuannya untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisa data.
b. Processing, pada tahap ini peneliti memproses data dengan cara melakukan entry data dari masing-masing responden ke dalam program komputer. Data dimasukkan sesuai nomor responden pada
kuesioner dan jawaban responden, kemudian dimasukkan ke dalam
program komputer dalam bentuk angka sesuai dengan skor jawaban
yang telah ditentukan ketika coding.
c. Cleaning, merupakan tahap akhir pengolahan data. Peneliti mengecek kembali data yang telah dimasukkan, setelah dipastikan tidak ada
kesalahan maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu analisis data sesuai