HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG
ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN
DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI (Fe)
DI PUSKESMAS KELING II KABUPATEN JEPARA
TAHUN 2013
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
Maulida Nur Soraya
NIM: 1110103000049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya serta shalawat dan salam Kepada Nabi
Muhammad SAW., sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini
yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) Di Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara Tahun 2013” dengan lancar dan tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan penelitian
ini. Penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. dr. Taufik Zain, SpOG (K), selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan, dan
petunjuk kepada penulis selama penelitian dan penyusunan laporan
penelitian ini.
4. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia disibukkan untuk memberikan petunjuk, bimbingan, masukan dan
arahan, serta memotivasi penulis selama penelitian dan penyusunan laporan
penelitian ini.
5. dr. Ayat Rahayu, SpRad, M.Kes dan dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed,
selaku Dosen Penguji Sidang Skripsi atas kesediaannya menjadi penguji,
serta masukan dan saran yang telah diberikan agar laporan penelitian ini
vi
6. dr. Anjar Ernaning Karuniawati, MM., selaku Kepala Puskesmas Keling II
Kabupaten Jepara yang telah memberi izin dan memberi kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Keling II
Kabupaten Jepara.
7. Astanti Hidayah, S.KM, selaku Petugas Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara yang telah membantu
mengumpulkan responden, serta selalu membantu penulis baik sebelum,
selama dan setelah melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Keling
II Kabupaten Jepara.
8. Isni Kurniawati, S.SiT, selaku Bidan Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara
Pemegang Program Kesehtan Ibu yang telah bersedia membantu
mengumpulkan responden dan membantu penelitian di wilayah kerja
Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.
9. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, atas segala bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
10.Kementrian Agama RI yang memberikan beasiswa kepada penulis sehingga
penulis dapat menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11.Bapak, ibu serta kakak dan adik yang tersayang, atas seluruh bantuan dan
dorongan yang selalu diberikan baik secara moral, material, maupun
spiritual kepada penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan
laporan penelitian ini.
12.Teman-teman PSPD angkatan 2010 khususnya teman-teman anggota
kelompok 17, Septia Wahyuni, Novita Vidi Yanty, Syrojuddin Hadi, dan
Mayla Azkiya, yang telah saling mengingatkan dan mendo’akan, memberi
motivasi dan semangat, serta membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan laporan penelitian ini.
13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
vii
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih jauh
dari sempurna, serta banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan penelitian ini.
Penulis juga berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca, dan bagi semua pihak, khususnya bagi dunia pendidikan
kedokteran di Indonesia.
Ciputat, September 2013
viii
ABSTRAK
Maulida Nur Soraya. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) di Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara. 2013.
Latar Belakang: Anemia merupakan penyebab utama kematian tidak langsung pada ibu hamil. Keberhasilan program pemberian tablet besi yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi anemia sangat dipengaruhi oleh kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet tersebut. Hasil penelitian Vongvichit, dkk. (2003) di Thailand memperlihatkan bahwa 65,6% ibu hamil memiliki kepatuhan rendah, dan penelitian Purbadewi & Ulvie (2013) di Sleman didapatkan bahwa 50% ibu hamil memiliki pengetahuan kurang tentang anemia. Tujuan: untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi. Metode: merupakan penelitian analitik katagorik tidak berpasangan menggunakan desain studi cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling, sebanyak 69 orang. Penilaian tingkat pengetahuan dan kepatuhan menggunakan kuesioner. Hasil:
didapatkan bahwa 40,6% responden berpengetahuan baik dan terdapat 89,9% responden memiliki kepatuhan tinggi. Analisis uji statistik menggunakan uji Fisher didapatkan p-value = 0,247 (p>0,05). Kesimpulan: tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi.
Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Anemia, Ibu hamil, Kepatuhan, Tablet Besi
ABSTRACT
Maulida Nur Soraya. Medical Education Study Program. The Association of
Pregnant Women’s Level of Knowledge on Anemia and The Compliance of Iron Tablets Consumption in Public Health Centers of Keling II of Jepara Regency. 2013.
Background: Anemia is one of the indirect causes of death in pregnancy. The achievement of government program for managing anemia by iron tablets administration is influenced mostly by the women’s compliance in consuming the tablets. Research done by Vongvichit, et al. (2003) in Thailand showed that 65,6% women had low compliance, and the other research done by Purbadewi & Ulvie (2013) in Sleman found that 50% pregnant mother had lack of knowledge on anemia. Aim: to identify the association of the pregnant women’s level of knowledge on anemia and the compliance of iron tablets consumption. Methods:
it was a cross sectional design of analytical study with total sampling of 69 samples. Questionnaires was used for data gathering. The statistic test was an unpaired categorical analysis. Result: it showed that 40,6% respondents have good knowledge, and 89,9% respondents have high compliance. Fisher test’s result showed the p-value was 0.247 (p>0,05). Conclusion: There was no significant association for level of knowledge on anemia in pregnant mother with the compliance of consuming iron tablets in women’s pregnancy.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
2.1.1.1Prevalensi Anemia Kehamilan ... 7
2.1.1.2Etiologi dan Klasifikasi Anemia ... 7
2.1.1.3Gejala Anemia ... 9
2.1.1.4Diagnosis Anemia pada Kehamilan ... 9
2.1.1.5Pengaruh Anemia dalam Kehamilan ... 10
2.1.2 Tablet Besi ... 11
2.1.3.1Cara Memperoleh Pengetahuan ... 13
2.1.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 14
2.1.3.3Pengukuran Pengetahuan ... 16
2.1.4 Kepatuhan ... 16
2.1.4.1Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan ... 17
2.1.4.2Pengukuran Kepatuhan ... 19
x
4.2.1.1Gambaran Karakteristik Responden ... 28
4.2.1.2Gambaran Variabel Penelitian ... 30
4.2.2 Analisis Bivariat ... 30
4.3 Pembahasan ... 32
4.3.1 Tingkat Pengetahuan Responden ... 32
4.3.2 Kepatuhan Responden ... 35
4.3.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) ... 38
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Anemia Berdasarkan Rata-rata Kadar Hemoglobin Normal
pada Ibu Hamil ... 6
Tabel 2.2 Definisi Operasional ... 20
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 21
Tabel 3.2 Contoh Tabel Penyajian Data ... 26
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 28
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 28
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 29
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Keluarga. . 29
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil ... 30
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) ... 30
Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) ... 31
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Konsep ... 19
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisi Univariat ... 48
Lampiran 2 Analisis Bivariat ... 53
Lampiran 3 Lembar Kuesioner Penelitian ... 55
Lampiran 4 Jadwal Penelitian ... 62
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian ... 63
Lampiran 6 Surat Balasan Penelitian ... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang tersebar luas
yang terkait dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas, terutama pada
wanita hamil1. Baik di negara maju maupun negara berkembang, sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan. Badan Kesehatan Dunia atau
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 35%-75% ibu hamil di
negara berkembang dan 18% ibu hamil di negara maju mengalami anemia2. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, presentase
anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 24,5%3. Sedangkan menurut data Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara, sejak tahun 2010 sampai tahun 2012, tiap
tahunnya terdapat peningkatan jumlah kasus anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja puskesmas tersebut. Bahkan dibandingkan dengan tahun 2011, pada tahun
2012 terjadi peningkatan kasus anemia pada ibu hamil hingga 87,5%4.
Sampai saat ini anemia masih merupakan penyebab tidak langsung
kematian obstetri ibu yang utama5. Anemia dalam kehamilan dapat memberi dampak kurang baik bagi ibu, baik selama masa kehamilan, persalinan maupun
selama masa nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul akibat
anemia, seperti Partus lama karena inertia uteri, perdarahan postpartum karena
atonia uteri, syok, infeksi (baik intrapartum maupun postpartum), merupakan
berbagai macam dampak yang dapat ditimbulkan oleh anemia6. Gangguan atau hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak pada janin dapat terjadi
akibat keadaan kekurangan besi (Fe) yang dialami oleh ibu hamil. Pada ibu hamil,
keadaan kekurangan besi (Fe) ini dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir
sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR), perdarahan sebelum serta
pada waktu melahirkan, dan bahkan kematian ibu dan bayi merupakan resiko
2
Anemia salah satunya dapat disebabkan kerena defisiensi zat besi.
Anemia defisiensi zat besi inilah yang sering terjadi pada ibu hamil. Apabila ibu
hamil dapat memenuhi kebutuhannya akan zat besi, risiko timbulnya anemia
defisiensi zat besi dapat dicegah. Kebutuhan zat besi ibu hamil mengalami
peningkatan hingga 1070 mg. Peningkatan kebutuhan zat besi ini dapat
menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi mengalami defisiensi besi. Suplementasi
besi dilakukan sebagai upaya pemenuhan zat besi dari makanan yang masih
kurang7.
Pemerintah telah mengupayakan kesehatan ibu hamil yang diwujudkan
dalam pemberian palayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa
kehamilan (K4). Pelayanan antenatal diupayakan diantaranya agar dapat
memenuhi standar pemberian tablet tambah darah (tablet Besi) minimal 90 tablet
selama kehamilan, serta pelayanan tes laboratorium sederhana minimal tes
hemoglobin darah (Hb). Namun, analisis cakupan K4 dengan pemberian tablet
besi (Fe) sering menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar8. Pada tahun 2011 khususnya di Kabupaten Jepara, cakupan kunjungan K4 pada ibu hamil
adalah sebesar 97,17%, sedangkan cakupan ibu hamil yang mendapat Besi adalah
sebesar 90,32%9. Padahal salah satu kriteria K4 adalah ibu hamil tersebut mendapatkan tablet besi (Fe) sebanyak 90 tablet yang diindikasikan dengan
besarnya cakupan Besi. Oleh karena itu seharusnya cakupan Besi lebih besar atau
sama dengan cakupan K4. Namun yang terjadi sebaliknya, cakupan ibu hamil
yang mendapat Besi lebih rendah dibandingkan dengan cakupan K48.
Studi yang dilakukan oleh Muhilal, dkk memperlihatkan bahwa
suplementasi besi dapat menurunkan prevalensi anemia pada wanita hamil sekitar
20% sampai 25%10. Sedangkan Werner Schultink, dkk., dalam studi diantara wanita hamil di jakarta yang dilakukan terhadap program suplementasi besi
berpendapat bahwa terdapat rendahnya kepatuhan para ibu hamil dalam program
suplementasi tersebut sehingga menyebabkan kegagalan dalam menurunkan
Selain penyediaan tablet besi (Fe) dan sistem distribusinya, salah satu
faktor yang dianggap paling berpengaruh dalam keberhasilan program
suplementasi besi adalah kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi
(Fe). Meskipun didapatkan hasil bahwa cakupan ibu hamil yang mendapatkan
tablet besi (Fe) cukup baik, namun jika tidak dikonsumsi oleh ibu hamil maka
efek yang diharapkan pun tidak akan tercapai8. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vongvichit, dkk. di Thailand pada tahun 2003, didapatkan
hasil bahwa 65,6% ibu hamil memiliki kepatuhan yang rendah dalam
mengkonsumsi tablet besi (Fe)13.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku kesehatan14. Apabila ibu hamil mengetahui dan memahami akibat anemia dan cara mencegah anemia maka akan mempunyai perilaku
kesehatan yang baik sehingga diharapakan dapat terhindar dari berbagai akibat
atau risiko terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian dapat
berpengaruh terhadap penurunan kejadian anemia pada ibu hamil15.
Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi merupakan salah satu contoh
perilaku kesehatan yang dilakukan ibu hamil. Penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Vongvichit, dkk. di Thailand, mengungkapkan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi
(Fe) adalah pengetahuan ibu hamil tentang anemia13. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Fuady & Bangun pada tahun 2013 di daerah
Sumatera Utara, menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki tingkat
pengetahuan tentang anemia yang baik adalah sebesar 56,6%, terdapat 25,3% ibu
hamil yang memiliki pengetahuan yang cukup, dan 18,1% ibu hamil memiliki
tingkat pengetahuan yang rendah16.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Budiarni di Semarang,
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe)7. Fuady & Bangun dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan tingkat kepatuhan ibu hamil
4
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagimana
hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan
kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe), khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe)?
1.3Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu
hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe)
1.4Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang anemia pada
ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe) di wilayah
kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia
di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.
2) Untuk mengetahui gambaran kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
tablet Besi (Fe) di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.
3) Untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia
pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe) di
1.5Manfaat Penelitian
1) Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman nyata dalam menerapkan ilmu
yang diperoleh selama menjalani pendidikan di bangku perkuliahan.
2) Bagi Responden
Dapat menjadi masukan bagi ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan
tentang anemia dan meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe).
3) Bagi Instansi Kesehatan
Dapat digunakan sebagai masukan bagi Puskesmas Keling II tentang
gambaran tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dan gambaran
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe), serta masukan
untuk meningkatkan upaya-upaya promotif tentang pentingnya
mengkonsumsi tablet Besi (Fe) selama kehamilan untuk mencegah terjadinya
anemia.
4) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memperkaya ilmu dan memambah wawasan pembaca mengenai
gambaran tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dan gambaran
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Landasan Teori
2.1.1 Anemia dalam Kehamilan
Anemia merupakan suatu kondisi dimana berkurangnya jumlah sel darah
merah, kualitas hemoglobin, dan volume hematokrit dibawah nilai normal per 100
ml darah17. Ketika seseorang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/100ml dalam darahnya, maka dia dikatakan menderita anemia. Anemia dalam kehamilan
adalah kondisi dimana kadar hemoglobin ibu hamil kurang dari 11 g/dl pada
trimester I dan III, atau pada trimester II kadar hemoglobinnya kurang dari 10,5
g/dl. Selama masa kehamilan, terjadi perubahan-perubahn dalam darah dan
sumsun tulang serta kebutuhan zat-zat makanan pun bertambah, oleh karena itu
anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan6.
Tabel 2.1 Kriteria Anemia Berdasarkan Rata-rata Kadar Hemoglibin Normal pada Ibu Hamil
Usia Kehamilan Hb Normal
(g/dl)
Sumber: WHO, Clinical Use of Blood18
Selama masa kehamilan, darah akan bertambah banyak. Bertambahnya
darah sudah dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya
antara 32-36 minggu usia kehamilan. Perbandingan pertambahan komponen
darah yaitu plasma 30%, sel darah 18%, dan Hemoglobin 19%. Namun volume
plasma yang bertambah banyak tidak sebanding dengan pertambahan dari sel-sel
darah, sehingga terjadi pengenceran darah. Pengenceran darah ini merupakan
Pengenceran darah tersebut akan meringankan beban jantung, karena
ketika dalam masa kehamilan jantung harus bekerja lebih berat. Akibat hidremia
(bertambah banyaknya darah dalam kehamilan) ini cardiac output akan
meningkat. Kerja jantung yang lebih ringan karena viskositas darah yang rendah
ini akan menyebabkan resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak
meningkat. Selain itu, pengenceran darah ini akan meminimalisir banyaknya
unsur besi yang hilang pada perdarahan waktu persalinan jika dibandingkan
dengan ketika darah masih tetap kental6.
2.1.1.1Prevalensi Anemia Kehamilan
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa anemia
mempengaruhi kehidupan sekitar 2 miliar orang di dunia, atau sekitar sepertiga
dari total populasi. Dibandingkan dengan daerah lain di dunia, Asia Selatan dan
Tenggara memiliki rata-rata prevalensi anemia yang tertinggi, yaitu
masing-masing 56% dan 44,7%13. Di Indonesia, berdasarkan hasil survei diperkirakan bahwa prevalensi anemia gizi pada ibu hamil adalah antara 50% dan 70%11.
2.1.1.2Etiologi dan Klasifikasi Anemia
Anemia dapat disebabkan karena hilangnya sel darah merah yang
meningkat, misalnya akibat perdarahan karena trauma atau operasi, infeksi
parasit, penyakit inflamasi. Penurunan produksi normal sel darah merah akibat
defisiensi besi, vitamin B12, folat, malnutrisi, malabsorpsi, infeksi HIV, serta
penyakit kronis juga dapat menyebabkan anemia18.
Anemia terbagi dalam bermacam-macam jenis. Pembagian anemia dalam
kehamilan yang didasarkan atas penelitian di Jakarta antara lain yaitu anemia
defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik6.
1) Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang diakibat kekurangan
besi. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan
8
maupun karena perdarahan sehingga besi banyak yang keluar dari tubuh. Jika
selama kehamilan asupan besi tidak ditambah maka akan mudah terjadi anemia
defisiensi besi, sebab keperluan besi akan bertambah terutama dalam trimester
terakhir. Apalagi didaerah katulistiwa ini besi banyak yang keluar melalui
keringat, oleh karena itu anjuran asupan besi perhari di Indonesia untuk wanita
tidak hami adalah 12 mg, 17 mg untuk wanita hamil dan wanita menyusui. Ciri
khas anemia defisiensi besi yang berat yaitu mikrositosis dan hiprokomasia.
Sedangkan ciri lainya yaitu kadar besi serum yang rendah, daya ikat besi serum
yang tinggi, protoporfirin eritrosit yang tinggi, serta tidak ditemukan homosiderin
dalam sumsum tulang6.
2) Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kahamilan jarang sekali disebabkan karena
defisiensi vitamin B12, kebanyakan disebabkan oleh defisieni asam folik.
Frekuensi anemia jenis ini terbilang cukup tinggi di daerah Asia dibandingkan
dengan di daerah Eropa maupun Amerika Serikat, karena anemia megaloblastik
ini berhubungan erat dengan defisiensi makanan. Diagnosis anemia megaloblastik
ditegakkan apabila ditemukan megaloblast atau promegaloblast dalam darah atau
sumsum tulang6.
3) Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik dalam kehamilan disebabkan karena kurang
mampunya sumsum tulang dalam membuat sel-sel darah baru. Penyebab pasti
dari kondisi anemia hipoplastik ini sampai sekarang belum diketahui, namun
diperkirakan karena sepsis, sinar roentgen racun atau obat-obatan. Pada kondisi
ini, darah tepi memperlihatkan gambaran normositer dan normokrom, serta tidak
ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam folik atau vitamin B126.
4) Anemia hemolitik
Proses penghancuran sel darah merah yang berlangsung lebih cepat
biasanya ditemukan yaitu hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia,
hiperurobilinuria, dan sterkobilin lebih banyak dalam feses6.
2.1.1.3Gejala Anemia
Pucat merupakan salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan
anemia. Keadaan ini biasanya disebabkan karena berkurangnya volume darah,
berkurangnya hemoglobin serta vasokontriksi, untuk memaksimalkan pasokan O2
ke organ-organ vital. Bantalan kuku, telapak tangan, serta membran mukosa
mulut dan konjungtiva meupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat
jika dibandingkan dengan warna kulit. Jika lipatan tangan tidak lagi tampak
berwarna merah muda, kadar hemoglobin biasanya kurang dari 8 g/dl17.
Pada anemia defisiensi besi biasanya dijumpai gejala cepat lelah, nafsu
makan berkurang, berdebar-debar, serta takikardi18. Keadaan cepat lelah, serta nafas pendek ketika melakukan aktifitas jasmani merupakan manifestasi dari
berkurangnya distribusi O2. Takikardia mencerminkan beban kerja dan curah
jantung yang meningkat. Pada anemia yang berat dapat terjadi gagal jantung
kongestif akibat otot jantung yang anostik sehingga tidak dapat beradaptasi
terhadap kerja jantung yang meningkat. Selain itu, pada anemia defisiensi besi
yang berat juga dapat timbul gejala-gejala mual, anoreksia, konstipasi atau diare,
dan stomatitis17.
2.1.1.4Diagnosis Anemia pada Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dapat dilakukan
anamnesis. Pada anamnesis akan didapatkan keluhan yang dapat mendukung
diagnosis anemia, seperti keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah yang lebih hebat pada kehamilan20.
Pemeriksaan darah selama kehamilan minimal dilakukan dua kali, yaitu
pada trimester I dan trimester III. Pemeriksaan kadar Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli. Dari hasil pemeriksaan Hb dengan menggunakan alat
10
g/dl), anemia ringan (Hb 9-10 g/dl), anemia sedang (Hb 7-8 g/dl), dan anemia
berat (Hb <7 g/dl)20.
2.1.1.5Pengaruh Anemia dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan dapat memberi pengaruh yang kurang baik
bagi ibu, baik selama dalam masa kehamilan, saat persalinan maupun dalam masa
nifas. Dalam masa kehamilan, pengaruh yang ditimbulkan oleh anemia antara lain
yaitu persalinan prematur, abortus, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,
mudah terjadi infeksi, resiko dekompensasi kordis, mola hidatidosa, hiperemesis
gravidarum, perdarahan antepartum, serta ketuban pecah dini20.
Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh anemia saat persalinan yaitu
gangguan his (kekuatan mengejan), serta kala pertama dapat berlangsung lama
dan terjadi partus terlantar. Pada kala kedua juga dapat berlangsung lama sehingga
dapat melahkan dan sering memerlukan tindakan operasi. Kala ketiga dapat
diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri. Kala
empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri. Pada masa
nifas, dampak yang ditimbulkan oleh anemia antara lain terjadi subinvolusi uteri
yang menimbulkan perdarahan postpartum, anemia kala nifas, mudah terjadi
infeksi mamae dan puerperium, pengeluaran ASI berkurang, serta dekompensasi
kordis mendadak setelah persalinan20.
Dengan adanya anemia yang dialami oleh ibu, kemampuan metabolisme
tubuh janin akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim akan terganggu. Dampak anemia pada janin antara lain abortus,
kematian intrauteri, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah,
kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mengalami
2.1.2 Tablet Besi
Penanggulangan masalah anemia gizi besi di Indonesia masih terfokus
pada pemberian tablet tambah darah (tablet besi)8. Pemberian tablet zat besi merupakan salah satu palayanan/asuhan standar minimal yang diberikan pada
kunjungan antenatal. Tablet besi biasanya diberikan minimal sebanyak 90 tablet
selama kehamilan, yang diberikan pada trimester III. Tiap tablet mengandung fero
sulfat (FeSO4) 300 mg (zat besi 60 mg)21.
2.1.2.1Farmakokinetik
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum
dan jejunum proksimal. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara
transport aktif. Di dalam sel mukosa, setelah diabsorpsi ion ferro akan diubah
menjadi ion ferri. Kemudian ion ferri akan masuk ke dalam plasma dengan
perantara transferin, atau diubah menjadi ferritin dan disimpan dalam mukosa
usus22. Pada individu normal tanpa defisiensi besi (Fe) jumlah Fe yang diabsorpsi 5-10% atau sekitar 0,5-1 mg/hari. Absorpsi meningkat bila cadangan rendah atau
kebutuhan Fe meningkat. Absorpsi meningkat menjadi 1-2 mg/hari pada wanita
menstruasi, dan pada wanita hamil dapat meningkat menjadi 3-4 mg/hari22.
Setelah diabsorpsi, Fe dalam darah akan diikat oleh transferin, untuk
kemudian akan diangkut keberbagai jaringan terutama ke sumsum tulang dan
depot Fe. Selain transferin, sel-sel retikulum juga dapat mengangkut Fe untuk
keperluan eritropoesis. Bila tidak digunakan dalam eritropoesis, Fe akan mengikat
protein (apoferitin) dan membentuk feritin. Fe terutama disimpan pada sel
mukosa usus halus dan dalam sel-sel retikuloendotelial (di hati, limpa, dan
sumsum tulang). Setelah pemberian per oral, Fe terutama akan disimpan di limpa
dan sumsum tulang22.
Jumlah Fe yang diekskresikan tiap hari sedikit sekali., biasanya sekitar
0,5-1 mg sehari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan
saluran cerna yang terkelupas, selain itu juga mealui keringat, urin feses, serta
12
hari, jumlah Fe yang diekskresikan sehubungan dengan haid diperkirakan
sebanyak 0,5-1 mg sehari22.
2.1.2.2Kebutuhan Besi
Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor umur, jenis kelamin (sehubungan dengan kehamilan dan laktasi pada
wanita) dan jumlah darah dalam badan (dalam hal ini Hb) dapat mempengaruhi
kebutuhan. Dalam keadaan normal, wanita memerlukan 12 mg sehari guna
memenuhi ambilan sebesar 1,2 mg sehari. Sedangkan pada wanita hamil dan
meyusui diperlukan tambahan asupan untuk mengantisipasi peningkatan absorpsi
besi yang bisa mencapai 5 mg sehari22.
2.1.2.3Sumber Besi Alami
Besi dalam daging berada dalam bentuk hem, yang mudah diserap,
sedangkan besi non-hem dalam tumbuhan tidak mdah diserap23. Makanan yang mengandung besi dalam kadar tinggi (> 5 mg/100 g) adalah hati, jantung, kuning
telur, ragi, kerang, kacang-kacangan dan buah-buahan kering tertentu. Makanan
yang mengandung besi dalam jumlah sedang (1-5 mg/100 g) yaitu daging, ikan,
unggas, sayuran yang berwarna hijau, dan biji-bijian. Sedangkan susu atau
produknya, dan sayuran yang kurang hijau mengandung besi dalam jumlah rendah
(< 1 mg/100 g)22.
2.1.2.4Indikasi
Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan
anemia defisiensi besi. Penggunaan diluar indikasi, cenderung menyebabkan
penimbunan besi dan keracunan besi. Anemia defisiensi besi paling sering
disebabkan oleh kehilangan darah atau karena kebutuhan yang meningkat seperti
yang terjadi pada ibu hamil22.
2.1.2.5Efek Samping
Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap
konstipasi, diare, dan kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi
dengan pemberian obat setelah makan. Kemungkinan juga dapat menyebabkan
timbulnya feses yang berwarna hitam22.
Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa. Intoksikasi akut
dapat terjadi setelah menelan sediaan Fe sebanyak 1 g. Kelainan utama terdapat
pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi, sampai terjadi nekrosis. Gejala yang
timbul biasanya berupa mual, muntah, diare, hematemesis, serta feses berwarna
hitam karena perdarahan pada saluran cerna, syok dan ahirnya kolaps
kardiovaskular dengan bahaya kematian. Gejala intoksikasi tersebut dapat timbul
dalam waktu 30 menit atau setelah beberapa jam meminum obat22.
2.1.3 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah melakukan proses
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia yaitu indera pandengaran, penglihatan, penciuman, rasa, dan raba.
Pengetahuan manusia sebagian besar didapatkan melalui indera pendengaran dan
indera penglihatan14.
2.1.3.1Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa cara untuk memperoleh
pengetahuan, antara lain yaitu:14
1) Cara coba-salah (Trial and error)
Cara ini digunakan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan ketika kemungkinan tersebut tidak berhasil maka akan
dicoba menggunakan kemungkinan yang lain. Jika kemungkinan kedua gagal,
akan dicoba kemungkinan ketiga, begitu seterusnya sampai tercapai pemecahan
14
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia biasanya diwariskan
turun-temurun, dengan kata lain pengetahuan tersebut didapatkan berdasarkan pada
otoritas atau kekuasaan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji
atau membuktikan kebenaranya, baik berdasarkan fakta empiris maupun
berdasarkan penalarannya14.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Pengalaman merupakan
salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan14.
4) Melalui jalan pikiran
Manusia mampu menggunakan penalaranya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikirannya14.
5) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada masa kini labih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau
lebih popular disebut metodologi penelitian14.
2.1.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, antara lain yaitu:24
1) Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku
sesorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta
dalam pembangunan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin
dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan24.
2) Pekerjaan dan Pendapatan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja
bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga27. Tingkat pengetahuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup juga tergantung
dengan hasil pendapatan24.
3) Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja24. Menurut Saifudin (2009) ada faktor
resiko yang mendukung tinggnya angka kematian ibu yaitu “4 terlalu” terlalu
muda (< 20 tahun), terlalu tua (> 35 tahun), terlalu banyak anak dan terlalu sering
hamil. Untuk faktor risiko terlalu tua dan terlalu muda dapat dijadikan dasar
pengelompokan karakteristik berdasarkan ibu hamil21.
4) Pengalaman
Pengalaman merupakan salah satu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal itu
dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan
menggunakan cara itu dan bila gagal orang tidak akan menggunakan cara tersebut.
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat non-formal 24.
5) Informasi
Sesorang yang mempunyai informasi lebih banyak akan mempunyai
16
6) Sosial-budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap, kebiasaan dan kepercayaan dipengaruhi oleh
budaya setempat. Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi sikap dalam menerima informasi24.
2.1.3.3Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau
respon. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur disesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan24.
Menurut Arikunto (2003) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:24
Baik, jika skor yang dicapai 76-100%
Cukup, jika skor yang dicapai 56-75%
Kurang, jika skor yang dicapai < 56%
2.1.4 Kepatuhan
Meskipun kepatuhan sudah dipelajari dari berbagai perspektif yang luas,
sampai sekarang tidak ada kesepakatan mengenai definisinya. Istilah kepatuhan
pertama kali diperkanalkan dalam bidang kedokteran pada tahun 1976. Sackett
dan Haynes kemudian mendefinisikan kepatuhan sebagai “suatu tingkatan
perilaku seseorang (melakukan pengobatan, mengikuti rekomendasi diet atau
melaksanakan perubahan gaya hidup) yang sesuai dengan anjuran medis atau
kesehatan”. Kepatuhan juga berkenaan dengan hasil dari interaksi antara pasien dengan petugas kesehatan25.
Perilaku seseorang pada dasarnya merupakan refleksi dari berbagai
gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,
berbagai faktor lain, diantaranya faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik,
sosiobudaya masyarakat, dan sebagainya14.
2.1.4.1Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkap faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan, salah satunya yaitu teori WHO (1984). Tim
kerja dari WHO meganalisis bahwa perilaku kesehatan seseorang antara lain
dipengaruhi oleh:14
1) Pengetahuan dan Sikap
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengelaman sendiri atau dari orang lain yang paling
dekat14. 2) Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, maupun tokoh masyarakat.
Seseorang menerima kepercayaan tersebut berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu14. 3) Orang Penting sebagai Referensi
Perilaku seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap
penting. Apabila seseorang itu penting, maka apa yang dia katakan cenderung
untuk dilaksanakan. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut
kelompok referensi (reference group), antara lain kepala adat, kepala desa,
alim ulama, tenaga medis, guru, dan sebagainya14. 4) Sumber Daya
Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan
sebagainya14.
Lawrence Green (1980) menyatakan bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya.
Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan
juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Sedangkan
18
oleh niat orang terhadap objek kesehatan, ada atau tidanya dukungan dari
masyarakat sekitar, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan
indivisu untuk mengambil keputusan, dan situasi yang memungkinkan seseorang
berperilaku atau tidak berperilaku14.
Hasil studi literatur yang dilakukan oleh Galloway & McGuire (1994)
memaparkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan mengkonsumsi
tablet besi (Fe) antara lain, yaitu:26
a) Pengaruh Tubuh
Faktor-faktor tubuh (efek samping, keterlambatan respon obat, demensia, dll)
sering menyebabkan seseorang menjadi tidak patuh26. b) Dosis dan Bentuk Sediaan
Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi menurun seiring dengan peningkatan
jumlah dosis dan ukuran sediaan26.
c) Pemanfaatan Layanan Kesehatan dan Keyakinan Pribadi
Jarak ke klinik, kendala ekonomi (biaya perjalanan), dan kesibukan jam buka
klinik dapat mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan. Keyakinan
mengenai kesehatan dan pengobatan juga dapat mempengaruhi kepatuhan,
misalnya beberapa ibu hamil di Thailand tidak patuh mengkonsumsi tablet
besi karena mereka berpikir tablet besi dapat menyebabkan bayi lebih besar
sehingga susah dilahirkan26.
d) Hubungan Pasien dengan Tenaga Kesehatan
Kualitas hubungan pasien dengan tenaga kesehatan sangat penting dalam
mempengaruhi kepatuhan, meskipun kualitas bukan berarti bahwa pasien
diberikan informasi yang lebih. Keterlibatan pasien, kejelasan pesan yang
disampaikan, dan bagaimana pesan tersebut disampaikan penting dalam
meningkatkan dinamika antara pasien dengan tenaga kesehatan26. e) Ketersediaan
Hubungan yang baik antara pasien dengan petugas kesehatan tidak akan
2.1.4.2Pengukuran Kepatuhan
Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara
langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan
dengan melihat kadar, hemoglobin, hematokrit, atau ferritin serum. Kekurangan
dari cara pengukuran ini antara lain keakuratan pengukuran langsung dipengaruhi
oleh perubahan gaya hidup, serta dapat diperoleh hasil yang bias karena
ketidaknyamanan pasien26.
Pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan melaui observasi atau
pengawasan tablet yang dikonsusmai oleh petugas kesehatan, laporan pasien,
perhitungan jumlah tablet yang dikonsumsi, wawancara dengan pasien,
penggunakan kalender untuk mengingatkan dan merekam tablet yang dikonsumsi.
Diantara beberapa cara tersebut, pelaporan pasien merupakan cara yang paling
dapat diandalkan26.
Dalam suatu studi yang telah dilakukan oleh Vongvichit, dkk (2003),
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi diklasifikasikan ke dalam 2
kategori, yaitu kepatuhan tinggi dan kepatuhan rendah. Dikatakan kepatuhan
tinggi jika tablet besi dikonsumsi setiap hari atau >3 hari/minggu. Jika ibu hamil
hanya mengkonsumsi tablet besi selama <3 hari dalam seminggu maka ibu hamil
tersebut termasuk dalam kategori kepatuhan rendah13.
2.2Kerangka Konsep
20
Keterangan:
: Variabel independen yang di teliti
: Variabel dependen yang di teliti
: Variabel yang berhubungan dengan variabel Independen
: Variabel yang berhubungan dengan variabel dependen
: Variabel perancu yang tidak dikontrol
2.3Definisi Operaional
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif katagorik tidak
berpasangan dengan rancangan penelitian menggunakan desain studi potong
lintang (cross sectional), yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam
mengkonsumsi tablet Besi (Fe).
3.2Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Keling II, yaitu Desa
Gelang, Desa Tunahan, Desa Kunir, Desa Kaligarang, Desa Keling, dan Desa
Bumiharjo, yang dilaksanakan selama Bulan Mei – Juli 2013.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Kegiatan Waktu
1. Pengusulan Judul November 2012
2. Penyusunan Proposal Desember 2012 – April 2013
3. Penyusunan Kuesioner April 2013
4. Pengurusan Izin Penelitian April – Mei 2013
5. Pelaksanaan Penelitian Mei – Juli 2013
6. Pengolahan Data Juni – Agustus 2013
7. Penyusunan BAB IV-V Juli – Agustus 2013
8. Penyusunan Skripsi Agustus – September 2013
9. Ujian Skripsi September 2013
10. Revisi Skripsi September 2013
3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi target adalah ibu hamil trimester III
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester III di
22
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester III di wilayah kerja
Puskesmas Keling II pada bulan Mei – Juli 2013.
3.3.3 Jumlah Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini,
berdasarkan jenis penelitian dapat digunakan rumus berikut:27
Keterangan: 28
Zα = 1,64
Zβ = 0,84
P2 = 0,2 (kepustakaan)
P1 – P2 = selisish minimal proporsi kepatuhan yang dianggap bermakna,
ditetapkan 20% = 0,2
Dengan demikian:
Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,2 = 0,8
P1 = P2 + 0,2 = 0,2 + 0,2 = 0,4
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,4 = 0,6
P = (P1 + P2)/2 = (0,4+0,2)/2 = 0,6/2 = 0,3
Q = 1 – P = 1 – 0.3 = 0,7
Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh:
Maka perolehan jumlah sampel yang diperlukan adalah 62 orang. Untuk
menjaga kemungkinan adanya drop out (DO), maka jumlah subjek ditambah
sebanyak 10%. Jadi total jumlah sampel yang diperlukan adalah 62 + 6,2 = 68
orang.
3.3.4 Cara Pengambilan Sampel
Sampling frame diperoleh dari data Puskesmas Keling II Kabupaten
Jepara, jumlah populasi ibu hamil yang berada di wilayah kerja puskesmas
tersebut adalah 74 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
total sampling. Dari total 74 orang tersebut, ternyata 5 orang di antaranya masuk
kriteria eksklusi, yaitu 4 orang belum mendapat tablet besi (Fe) dan 1 orang tidak
bersedia jadi responden. Dengan demikian keseluruhan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 69 orang.
3.3.5 Kriteria Sampel 3.3.5.1Kriteria Inklusi
Ibu hamil trimester III yang memperoleh tablet besi dari petugas
kesehatan, serta bersedia menjadi responden di wilayah kerja Puskesmas Keling II
Kabupaten Jepara.
3.3.5.2Kriteria Eksklusi
Ibu hamil trimester III yang tidak memperoleh tablet besi dari petugas
kesehatan
24
3.4Cara Kerja Penelitian
Bagan 3.1 Cara Kerja Penelitian
3.5Managemen Data 3.5.1 Pengumpulan Data
Data responden akan diambil ketika telah memperoleh persetujuan
setelah penjelasan (informed concert) dari responden. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan media kuisioner.
3.5.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a) Menyunting data (data editing)
Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data. Proses
editing dilakukan setiap kali selesai memperoleh data dari kuesioner yang
lengkap, peneliti akan menemui responden kembali untuk melakukan
klarifikasi.
b) Mengkode data (data coding)
Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan,
dilakukan untuk memudahkan dalam memasukkan data.
c) Memasukkan data (data entry)
Memasukkan data yang telah diberikan kode ke dalam program statistik pada
software komputer
d) Membersihkan data (data cleaning)
Setelah data dimasukkan, dilakukan pengecekan kembali untuk memastikan
data tersebut tidak ada yang salah.
e) Memberikan nilai data (data scoring)
Penilaian data dilakukan dengan cara pemberian skor terhadap jawaban yang
menyangkut variabel dependen dan variabel independen.
3.5.3 Analisa Data
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik
responden yang meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan
responden. Selain itu, analisis univariat juga digunakan untuk memperoleh
gambaran tingkat pengetahuan ibu, serta gambaran kepatuhan ibu dalam
mengkonsumsi tablet besi di wilayah kerja Puskesmas Keling II.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel dependen dan variabel
independen dengan uji Chi-Square menggunakan SPSS 18.0 For Windows. Pada
penelitian ini uji Chi-Square dilakukan untuk menganalisis hubungan variabel
dependen (kepatuhan mengkonsumsi tablet besi) dengan variabel independen
(tingkat pengetahuan ibu) yang mana kedua variabel tersebut bersifat kategorik.
26
kemaknaan 0,005. Jika nilai p < 0,005 maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan
kata lain terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diuji.
Sedangkan jika nilai p > 0,005 maka Ho diterima dan Ha ditolak, dengan kata lain
tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji29.
Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, alternatif lain yang dapat
dilakukan untuk tabel 3x2 adalah penggabungan sel. Setelah dilakukan
penggabungan sel, maka akan terbentuk tabel 2x2. Tabel 2x2 yang baru terbentuk
kemudian kembali diuji dengan menggunakan uji Chi-Square. Jika uji Chi-Square
tersebut tidak memenuhi syarat lagi, maka dapat menggunakan uji Fisher sebagai
uji alternatif untuk tabel 2x229.
3.5.4 Penyajian Data
Pada analisis univariat, data disajikan dalam bentuk teks, serta dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.
Pada analisis multivariat, data disajikan dalam bentuk teks, serta dalam
bentuk tabel 3 x 2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Contoh Tabel Penyajian Data
Karakteristik
Kepatuhan mengkonsumsi tablet
besi Total
Tinggi Rendah
n % n % n %
Pengetahuan anemia Baik
Cukup Kurang
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum Tempat Penelitian
Puskesmas Keling II merupakan salah satu puskesmas dari total
keseluruhan 20 Puskesmas yang ada di Kabupaten Jepara. Puskesmas yang telah
berdiri sejak tahun 1984 ini berlokasi di jalan raya Keling Jepara, Desa Keling
Kecamatan Keling Telp. (0291) 579153. Wilayah kerja Puskesmas Keling II
dengan luas 3.486.343 Ha, terdiri dari 148 RT dan 35 RW4.
Puskesmas ini memiliki 6 desa binaan, yaitu Desa Gelang, Desa
Tunahan, Desa Kunir, Desa Kaligarang, Desa Keling, dan Desa Bumiharjo.
Wilayah Puskesmas Keling II berbatasan dengan:4
Sebelah barat : Puskesmas Kembang
Sebelah timur : Puskesmas Keling I
Sebelah selatan : Gunung Muria Kudus
Sebelah utara : Laut Jawa
Sebanyak 31078 jiwa penduduk menempati wilayah kerja Puskesmas
Keling II yang 100% daerahnya adalah daratan. Lima belas ribu lima ratus tiga
puluh satu jiwa di antaranya adalah penduduk laki-laki, sementara 15547 jiwa
lainya adalah penduduk perempuan4.
Puskesmas Keling II merupakan puskesmas rawat jalan yang buka setiap
hari Senin sampai hari Jum’at, mulai pukul 07.30 WIB. Sebagai Puskesmas rawat
jalan, Puskesmas Keling II mengembangkan 6 (enam) program wajib yaitu:
Klinik umum, Klinik Gigi, Klinik KIA, dan KB, Klinik gizi, P2M, Promkes dan
28
4.2Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat
4.2.1.1Gambaran Karakteristik Responden
Hasil pengumpulan data yang berasal dari 69 responden sesuai dengan
jumlah sampel yang dibutuhkan, didapatkan gambaran karakteristik responden
yang meliputi usia, pekerjaan, pendidikan terakhir dan pendapatan rata-rata
keluarga responden.
1) Usia Responden
Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Usia
Kelompok Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)
< 20 Tahun 15 21,7
20 – 35 Tahun 44 63,8
> 35 Tahun 10 14,5
Total 69 100,0
Berdasarkan hasil pengumpulan data, didapatkan bahwa rata-rata usia
responden adalah 26 tahun. Usia responden yang termuda adalah 16 tahun,
sedangkan usia responden yang tertua adalah 43 tahun. Kebanyakan responden
(63,8%) merupakan ibu hamil yang termasuk dalam kelompok usia 20-35 tahun.
Sekitar 21,7% responden berusia dibawah 20 tahun, dan 14,5% dari total
keseluruhan responden berusia diatas 35 tahun. Dengan demikian, terdapat sekitar
36,2% responden yang termasuk kelompok usia terlalu muda dan terlalu tua, yang
merupakan faktor risiko tingginya angka kematian ibu.
2) Pekerjaan Responden
Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sebagian besar responden (85,5%) merupakan seorang ibu rumah tangga.
Sebanyak 5,8% responden bekerja sebagai petani, dan 2,9% responden adalah
seorang pedagang. Pekerjaan lainnya seperti guru, karyawati, buruh, serta
pembantu rumah tangga, masing-masing dilakukan oleh 1,4% responden.
3) Pendidikan Terakhir Responden
Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Tamat SMP 36 52,2
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa sekitar setengah dari
total responden (52,2%) merupakan tamatan SMP. Sedangkan responden yang
menyelesaikan jenjang pendidikan terakhirnya sampai tamat SMA dan tamat SD
masing-masing adalah 18,8%. Terdapat 7,2% responden yang tidak tamat SD, dan
2,9% responden telah menyelesaikan pendidikan terakhirnya sampai tingkat
universitas (S1).
4) Pendapatan Rata-rata Keluarga Responden
Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Pendapatan Rata-rata
Pendapatan Rata-rata Jumlah (Orang) Persentase (%)
< Rp. 1.500.000 56 81,2
Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000 12 17,4
Rp. 2.500.000 – Rp. 3.500.000 1 1,4
Total 69 100,0
Hampir sebagian besar responden (81,2%) pendapatan rata-rata keluarga
per bulannya adalah kurang dari Rp. 1.500.000. Tujuh belas koma empat persen
responden memiliki pendapatan rata-rata per bulan antara Rp. 1.500.000 sampai
dengan Rp. 2.500.000. Hanya 1,4% responden yang per bulannya memiliki
30
4.2.1.2Gambaran Variabel Penelitian
1) Tingkat Pengetahuan Responden
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil
Tingkat Pengetahuan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Baik 28 40,6
Cukup 32 46,4
Kurang 9 13,0
Total 69 100,0
Berdasaran tabel 4.6 diketahui bahwa 46,4% responden yang mempunyai
pengetahuan cukup. Sedangkan responden yang pengetahuannya baik ada 40,6%.
Tiga belas persen sisanya merupakan responden dengan pengetahuan kurang.
2) Kepatuhan Responden
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe
Kepatuhan Jumlah (Orang) Persentase (%) Tinggi
(4-7 hari/minggu) 62 89,9
Rendah
(0-3 hari/minggu) 7 10,1
Total 69 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 ditemukan bahwa sebagian besar responden
(89,9%) memiliki kepatuhan mengkonsumsi tablet besi yang tinggi.sedangkan
hanya terdapat 7 orang responden (10,1%) yang memiliki kepatuhan yang rendah.
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang
anemia yang merupakan variabel bebas dengan variabel terikatnya yang berupa
kepatuhan responden dalam mengkonsumsi tablet Fe, dilaukan dengan
menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square untuk menganalisis
Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Fe
Pengetahuan Responden
responden dengan pengetahuan baik, 27 di antaranya memiliki kepatuhan tinggi
dan 1 kepatuhannya rendah. Dua puluh delapan responden dari 32 responden
dengan pengetahuan cukup memiliki kepatuhan tinggi, empat reponden lainya
memiliki kepatuhan rendah. Sedangkan dari 9 responden dengan pengetahuan
rendah, terdapat 7 responden yang memiliki kepatuhan tinggi dan kepatuhan 2
responden yang lain adalah rendah.
Setelah dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square, ternyata
diperoleh hasil bahwa syarat untuk dapat digunakannya uji Chi-Square pada tabel
3x2 diatas tidak terpenuhi. Hal ini karena terdapat 3 sel (50%) yang memiliki nilai
expected < 5, dimana syarat uji Chi-Square adalah maksimal hanya ada 20% sel
yang memiliki expected count < 5. Untuk tabel 3x2 tersebut, alternatif uji
Chi-Square yang dapat diambil adalah dengan cara penggabungan sel29.
Tabel 4.9 Hasil Penggabungan Sel Tingkat Pengetahuan Responden
Pengetahuan Responden
Tabel 2x2 baru yang terbentuk akibat penggabungan sel tersebut,
32
sel (50,0%) yang memiliki expected count < 5. Sehingga uji alternatifnya yang
dapat digunakan yaitu uji Fisher. Dari uji hipotesis diperoleh hasil X2 = 1,389, p-value = 0,247 (p<0,05). Oleh karena nilai p > 0,05, maka berarti bahwa tingkat
pengetahuan responden tentang anemia tidak berhubungan secara bermakna
dengan kepatuhan responden dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) di Puskesmas
Keling II.
4.3Pembahasan
4.3.1 Tingkat Pengetahuan Responden
Pada hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat 28 orang (40,6%) yang
termasuk dalam kelompok responden yang memiliki pengetahuan yang baik
tentang anemia. Sedangkan 32 orang responden (46,4%) memiliki pengetahuan
yang cukup, dan responden yang masuk dalam kelompok pengetahuan kurang ada
9 orang (13,0%).
Hasil tersebut kurang sesuai jika dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Fuady & Bangun (2013) di daerah Sumatera
Utara. Pada penelitian mereka diperoleh hasil sebanyak 56,6% responden
termasuk kategori pengetahuan tinggi. Sedangkan responden dengan tingkat
pengetahuan cukup hanya terdapat 25,3% saja16.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Sulistiyowati (2012) di
Suarakarta, membagi tingat pengetahuan ibu hamil tentang anemia menjadi 4
kategori, yaitu baik, cukup, kurang baik, dan tidak baik. Hasil Penelitiannya
didapatkan sebanyak 62,86% pengetahuan responden adalah cukup, 5,71%
responden memiliki pengetahuan yang baik, 17,14% responden yang memiliki
pengetahuan tidak baik, dan 14,29% responden termasuk dalam kategori
pengetahuan kurang baik30.
Adanya perbedaan hasil penelitian di beberapa daerah yang berbeda
tersebut diatas, menandakan bahwa status sosial-ekonomi, budaya, termasuk
Usia, pendidikan, pendapatan, pengalaman serta sumber informasi, dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Sistem sosial budaya masyarakat setempat
pun secara tidak langsung akan mengengaruhi pengetahuan seseorang, karena
sistem sosial budaya akan mempengaruhi sikap seseorang dalam menerima
informasi14.
Banyaknya jumlah responden yang memiliki pengetahuan cukup bahkan
baik, kemungkinan dipengaruhi oleh banyaknya jumlah responden yang termasuk
dalam kelompok umur 20-35 tahun. Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik
umur responden, terdapat 63,8% responden yang termasuk dalam kelompok umur
tersebut. Pada kelompok umur tersebut, penjelasan dan informasi yang
disampaikan oleh tenaga medis dan berbagai media masih memungkinkan
diterima dan dipahami dengan mudah.
Tingkat pengetahuan seseorang dapat ditunjukkan dari tingkat
pendidikan formalnya14. Dari hasil penelitian terlihat bahwa 52,2% responden adalah tamatan SMP. Melihat data tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat
pendidikan formal sebagian besar responden yang cukup tersebut sebanding
dengan tingkat pengetahuan responden tentang anemia.
Hasil pendapatan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya14. Semakin tinggi pendapatan seseorang, tingkat pengetahuannya kemungkinan juga semakin tinggi. Melihat bahwa
sebanyak 81,2% responden berpenghasilan kurang dari Rp. 1.500.000,- hal ini
mungkin pula yang mempengaruhi banyaknya jumlah responden dengan
pengetahuan cukup tersebut.
Hasil penelitian diperoleh bahwa 71,6% responden memperloleh
informasi tentang anemia dari tenaga medis, sisanya menyatakan bahwa mereka
memperoleh informasi dari media, maupun dari cerita atau pengalaman saudara
dan tetangga mereka. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yekta Z, dkk,
didapatkan kebanyakan ibu hamil menerima informasi tentang anemia dan tablet
fe dari tenaga medis dari pada sumber informasi yg lain seperti media, meskipun
34
dan mungkin adanya anggapan negatif mengenai suplementasi besi di masyarakat
merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap sulitnya pengelolaan
program penurunan anemia. Oleh karena itu, hendaknya para tenaga medis
merubah pemahaman yang salah tersebut, misalnya dengan melakukan kegiatan
penyuluhan atau memberikan konseling kesehatan saat kunjungan antenatal.
Dengan demikian diharapkan pengetahuan ibu hamil dapat meningkat sehingga
kesadaran mereka juga dapat ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT.:
Artinya: “Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu
bermanfaat,” (Q.S. Al-A’laa [87]: 9)
Ketika dilakukan analisis bivariat, ternyata didapatkan hasil bahwa syarat
menggunakan uji Chi-Square tidak terpenuhi. Peneliti pun mengambil alternatif
berupa menggabungkan sel29, sehingga diperoleh tingkatan pengetahuan hanya dikelompokkan menjadi 2 kategori saja, yaitu pengetahuan baik dan kurang.
Setelah dilakukan uji normalitas terhadap hasil skor dari pengetahuan
para responden, diperoleh bahwa data memiliki distribusi yang tidak normal. Oleh
karena itu, digunakanlah titik median sebagai ukuran pemusatan data29. Dengan demikian, responden yang memiliki skor kurang dari skor median (22) akan
termasuk dalam kategori kurang. Sedangkan yang termasuk kedalam kategori baik
adalah responden yang dapat menjawab dengan benar minimal 22 pertanyaan atau
lebih, dari total keseluruhan 30 pertanyaan.
Setelah dibuat kategori baru, ternyata didapatkan hasil sebanyak 36 orang
(52,2%) responden memiliki pengetahuan yang baik tentang anemia. Responden
yang termasuk dalam kategori pengetahuan kurang ada 33 0rang (47,8%). Hal ini
menggambarkan tingkat pengetahuan tentang anemia pada responden hampir
berimbang antara yang baik dengan yang kurang.
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
Semakin matang usia responden dan semakin tinggi pendapatan yang dimilikinya,
maka akan semakin banyak pengetahuan yang diperolehnya. Begitu pula, semakin
tinggi tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan pun akan semakin tinggi.
4.3.2 Kepatuhan Responden
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kepatuhan dari 62 orang
(89.9%) responden adalah tinggi. Sedangkan hanya terdapat 7 orang reponden
(10,1%) responden yang memiliki kepatuhan rendah. Dengan demikian, sebagian
besar responden cukup patuh mengkonsumsi tablet besi (Fe) setiap hari.
Hasil penelitian juga didapatkan bahwa beberapa alasan responden tidak
teratur mengkonsusmsi tablet besi (Fe) setiap hari, antara lain karena malas,
bosan, tidak penting, lupa, dan efek dari tablet tersebut seperti mual, muntah, bau,
dan tidak enak. Sebanyak 57,4% responden menyatakan alasan mereka tidak
teratur mengkonsusmsi tablet besi (Fe) adalah karena tidak tahan dengan efek
sampingnya, seperti mual, muntah, serta rasa dan baunya yang tidak enak.
Sementara itu, 38,3% responden menyatakan bahwa mereka lupa, malas dan
bosan. Sedangkan 4,3% responden berpendapat bahwa tablet besi (Fe) itu tidak
penting, sehingga mereka tidak teratur meminumnya. Dari pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa sering tidak terpenuhinya indikator cakupan pemberian
tablet besi (Fe) sebanyak 100% kemungkinan adalah ibu hamil lupa, merasa
malas, bosan, mual, muntah, ketika mengkonsumsi tablet besi (Fe), rasa dan bau
tablet besi (Fe) yang tidak enak, serta adanya anggapan bahwa tablet besi (Fe)
tidak penting, sehingga mereka tidak teratur meminumnya setiap hari.
Nordeng, dkk. Melaporkan bahwa faktor demografi berhubungan dengan
ketidakpatuhan pada program suplementai besi selama kehamilan. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Yekta Z, dkk, didapatkan hasil kepatuhan mengkonsumsi
tablet besi (Fe) relatif tinggi (87%), dan sedikit yang melaporkan timbulnya efek
samping (30.3%)33. Penelitian di Jakarta menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap program suplementasi besi rendah dan dibutuhkan strategi sistem