• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Performansi Rantai Pasok Menggunakan Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) di PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Performansi Rantai Pasok Menggunakan Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) di PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK MENGGUNAKAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR)

DI PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI, TBK

TUGAS AKHIR

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Industri

Oleh:

RIZKY AKBAR NIM.10310041

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

viii

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ………. i

Lembar Pernyataan ……….….… ii

Abstrak ………. iii

Lembar Peruntukan ……….………. v

Kata Pengantar ………. vi

Daftar Isi ……….. viii

Daftar Tabel ………. xi

Daftar Gambar ..……… xiii

Daftar Lampiran ………..……… xiv

Bab 1 Pendahuluan ...……… 1

1.1. Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2. Identifikasi Masalah ...………. 3

1.3. Tujuan Penelitian ...………. 3

1.4. Pembatasan Masalah ..……… 3

1.5. Sistematika Penulisan ...……….. 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka ………..……….………. 5

2.1. Manajemen Rantai Pasok ………..….… 5

2.2. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok ..……… 6

2.3. Supply Chain Operations Reference (SCOR) …..……….. 6

2.4. Ruang Lingkup Proses SCOR ..……….. 9

2.5. Tingkatan/Level yang Terdapat pada Proses SCOR ………….. 11

2.6. Supply Chain Operations Reference (SCOR) Level 1 ….…….. 15

2.7. Perbandingan (Benchmarking) Performansi Rantai Pasok ……. 18

2.8. Analisis Gap ..……….. 20

(5)

ix

Bab 3 Metodologi Penelitian………..……… 22

3.1. Flowchart Pemecahan Masalah ………..………. 22

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ………..…. 23

3.2.1. Studi Literatur ...………. 23

3.2.2. Studi Lapangan ...………..………. 23

3.2.3. Identifikasi Masalah .……… 23

3.2.4. Tujuan Penelitian ..………... 24

3.2.5. Pengumpulan Data .……….. 24

3.2.6. Pengolahan Data .………. 24

3.2.7. Analisis Hasil Penelitian .………. 27

3.2.8. Kesimpulan dan Saran ...………..………… 27

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data……….. 28

4.1. Pengumpulan Data .……… 28

4.1.1. Deskripsi Perusahaan ...……….. 28

4.1.2. Proses Bisnis PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk dalam Lingkup SCOR (Supply Chain Operations Reference) ...……….... 29

4.1.3. Kondisi PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk (Matriks SWOT) ...……….. 32

4.1.4. Data Proses Rantai Pasok dan Keuangan PT. KIA ....….. 33

4.1.5. Data Keuangan Pesaing PT. KIA (PT Arwana Citramulia, Tbk) ...……….. 34

4.2. Pengolahan Data ……….. 35

4.2.1. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Delivery Reliability ...……….. 35

4.2.2. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Responsiveness.. 37

4.2.3. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Flexibility …….. 38

4.2.4. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Cost ………….. 40

(6)

x

4.2.6. Matriks SCOR Level 1 PT. Keramika Indonesia

Assosiasi, Tbk (KIA) ……….. 48 4.2.7. Perbandingan (Benchmarking) Performansi Rantai

Pasok PT. KIA dengan Pesaingnya (SCORcard

PT Keramika Indonesia Assosiasi) ……….... 49

Bab 5 Analisis ……… 56

5.1. Analisis SWOT ..……….… 56 5.2. Analisis Supply Chain Operations Reference (SCOR) …..…… 59

5.2.1. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Delivery

Reliability ...……….. 59

5.2.2. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Responsiveness.. 59 5.2.3. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Flexibility …….. 60 5.2.4. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Cost ………….. 60 5.2.5. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Asset ...……….. 62 5.3. Analisis Perbandingan (Benchmarking) Performansi Rantai

Pasok PT. KIA dengan Pesaingnya …..……….. 63

Bab 6 Kesimpulan dan Saran ………... 66 6.1. Kesimpulan ………. 66

6.1.1. Kesimpulan Pengukuran Performansi Rantai Pasok

dengan Model SCOR .. ……… 66 6.1.2. Kesimpulan Perbandingan Performansi Rantai Pasok

(7)

Daftar Pustaka

1. Bappenas. (2009). Pedoman Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral (Modul

7 Gap Analysis). Retrieved Juni 17, 2014, from

www.goodgovermance-bappenas.go.id

2. Bolstorff, Peter., & Rosenbaum, Robert. (2003). Supply Chain Excellence A

Handbook for Dramatic Improvement Using the SCOR Model, AMACOM, a

division of American Management Association.

3. Heizer, Jay., & Render, Barry. (2011). Manajemen Operasi (Terjemahan Buku Kedua Edisi Kesembilan). Jakarta: Salemba Empat.

4. Indrajit, Richardus E., & Djokopranoto, Richardus. (2002). Konsep Manajemen Supply Chain. Jakarta: Grasindo.

5. Mahendrawathi ER., & Pujawan, I Nyoman. (2010). Supply Chain

Management (Edisi Kedua). Surabaya: Guna Widya.

6. Supply Chain Council. (1996). Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model. Retrieved April 25, 2014, from http://supply-chain.org

(8)

vi

Kata Pengantar

Assalaamualaikum wr. wb.

Segala Puji dan Syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir dengan judul “Analisis Performansi Rantai Pasok Menggunakan Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) di PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk”. Dan tak lupa pula shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjunan alam kita Nabi besar Muhammad SAW. pada keluarganya, pada sahabatnya serta kita selaku umatnya. Dalam penelitian dan penyusunan tugas akhir ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan doa dari berbagai pihak. Semoga Allah SWT membalas budi baik pihak-pihak yang senantiasa membimbing, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan tugas akhirnya. Amin yaa rabbal alamin. Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan semangatnya kepada penulis selama menempuh pendidikan.

2. Ibu Dr. Henny, ST., MT. selaku ketua program studi Teknik Industri dan selaku pembimbing tugas akhir yang selalu memberikan masukan dan sabar dalam membimbing penulis selama proses penyusunan laporan.

3. Bapak Agus Riyanto, ST., MT. selaku dosen wali.

4. Ibu Julian Robecca, ST., MT. dan Bapak Alam Santosa ST., MT. selaku dosen penguji

5. Seluruh dosen dan staf (Teh Shinta) di program studi Teknik Industri.

6. Rekan-rekan mahasiswa TI angkatan 2010 atas seluruh dukungan dan bantuannya.

(9)

vii

Harapan penulis semoga laporan Tugas Akhir bisa berguna dan dapat diambil hikmah serta manfaatnya bagi pembaca semua. Akhir kata, mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang menyangkut prakata maupun isi dari tugas akhir ini, karena penulis yakin laporan ini masih belum sempurna dan Yang Maha Sempurna datangnya hanya dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandung, Agustus 2014

(10)

1

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Situasi persaingan dunia industri dewasa ini terjadi secara ketat, terlebih pada masa globalisasi seperti saat ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat. Hal ini mendorong timbulnya laju persaingan dalam dunia industri untuk memproduksi produk-produk yang bermutu dengan harga jual yang murah dan berkualitas, serta mendistribusikan produk tersebut kepada konsumen dengan efektif dan efisien.

Perusahaan harus mampu memenuhi tuntutan pasar dengan mempertimbangkan kualitas dan efisiensi produksi, selain itu juga perusahaan dituntut untuk dapat memuaskan pelanggan dengan cara menyelesaikan pesanan pelanggan tepat pada waktunya. Oleh karenanya suatu perusahaan harus mempunyai pelayanan dan kualitas produk yang dapat diandalkan guna memuaskan pelanggannya. Dengan itu perusahaan hendaknya menerapkan konsep Supply Chain Management yang memadukan proses dan aktivitas produksi mulai dari bahan baku yang diperoleh dari supplier, proses produksi yang merubah bahan baku menjadi barang jadi, proses penyimpanan persediaan barang sampai proses pengiriman barang jadi tersebut ke retailer dan konsumen (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010).

Supply Chain yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan produk yang murah,

(11)

2

salah satu mata rantai pasok adalah sangat penting, dimana kantor pusat dapat berbagi informasi dan mengumpulkan informasi mengenai retailer agar pengelolaan suplai dan perencanaan penjualan produk dapat dilakukan dengan lebih baik. Dengan demikian peran serta supplier dan jaringan distributor adalah dibutuhkan.

PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk adalah salah satu perusahaan keramik yang telah menerapkan konsep Supply Chain Management untuk mengatur aliran material mulai dari pengiriman bahan baku hingga sampainya produk jadi ke tangan konsumen. Dalam implementasinya perusahaan sering menghadapi masalah keterlambatan dalam hal pengadaan bahan baku dan penyampaian produk kepada konsumen. Hal ini membuat kinerja perusahaan terganggu dalam hal pendistribusian. Seharusnya, dengan telah diterapkannya konsep SCM perusahaan dapat meminimasi kendala-kendala seperti ini. Untuk mengetahui performansi

supply chain PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk diperlukan suatu

pengukuran melalui pendekatan Supply Chain Operations Reference (SCOR).

Supply Chain Operations Reference (SCOR) adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. SCOR mampu memetakan bagian-bagian supply chain. Di dalam SCOR, terdapat atribut performansi rantai pasok seperti proses perencanaan (plan), pengadaan (source), pembuatan (make), penyampaian (deliver) dan pengembalian (return).

Penerapan metode SCOR pada supply chain management menyediakan pengamatan dan pengukuran proses supply chain secara menyeluruh. Dengan atribut performansi rantai pasok yang diperhitungkan berdasarkan faktor keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), kelenturan (flexibility), biaya (cost) dan aset (asset). Dengan demikian pengukuran menggunakan analisis SCOR penting bagi perusahaan yang sudah menerapkan konsep supply chain

management pada perusahaannya. Selain itu juga dapat memberikan rekomendasi

(12)

3

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan yang akan dibahas dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Bagaimana ukuran setiap atribut performansi rantai pasok dengan pendekatan SCOR di PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk?

b. Bagaimana hasil performansi rantai pasok PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk menggunakan metode analisis Gap?

c. Bagaimana perbandingan performansi rantai pasok PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk dengan pesaingnya?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengukur setiap atribut performansi rantai pasok dengan pendekatan SCOR di PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk.

b. Menganalisis dan memberikan usulan dari hasil performansi rantai pasok PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk menggunakan metode analisis Gap.

c. Membandingkan tingkat performansi rantai pasok menggunakan SCOR PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk dengan pesaingnya.

1.4. Pembatasan Masalah

Permasalahan akan dibatasi oleh beberapa hal agar penelitian terfokus pada suatu masalah yang akan diteliti, sehingga menjadi objek penelitian yang sesuai dengan tujuannya. Pembatas terhadap masalah yang diamati pada penelitian ini adalah: a. Metode yang digunakan melalui pendekatan SCOR level 1. Metode ini dipilih

karena pendekatan SCOR adalah pendekatan yang digunakan untuk menganalisis suatu rantai pasok dan hanya pada level 1, yaitu menganalisis atribut performansi saja.

b. Data yang digunakan adalah data proses SCM dan keuangan pada tahun 2013. c. Data yang diberikan perusahaan bersifat terbatas, dikarenakan tingkat

(13)

4

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan dibahas secara keseluruhan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan tugas akhir.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan mengenai teori Supply Chain Management (SCM), proses SCM, metode yang digunakan untuk pemecahan masalah dan pustaka lain yang berhubungan dengan proses penyusunan laporan ini.

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang model atau cara pemecahan masalah serta langkah-langkah pemecahan masalah yang digambarkan dalam flowchart pemecahan masalah.

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bab ini menjelaskan tentang pengumpulan data dan pengolahan data yang sesuai dengan metode yang digunakan dalam penyusun laporan ini.

Bab 5 Analisis

Bab ini menjelaskan tentang analisis terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan.

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

(14)

5

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1. Manajemen Rantai Pasok

Manajemen rantai pasok (supply chain management) adalah metode atau pendekatan integratif untuk mengelola aliran produk, informasi dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari

supplier, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistik (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010). Sedangkan The Council of Logistics Management

mendefinisikan bahwa supply chain management adalah sistematika, koordinasi strategis dari fungsi bisnis tradisional dalam sebuah perusahaan swasta dan menyeberangi bidang usaha dalam supply chain untuk tujuan meningkatkan kinerja jangka panjang dari perusahaan individu dan supply chain sebagai keseluruhan. Berikut adalah gambaran sederhana proses manajemen rantai pasok.

Gambar 2.1. Proses Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

(15)

6

2.2. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

Istilah kinerja atau performance mengacu pada hasil output dan sesuatu yang dihasilkan dari proses yang telah dilakukan sebelumnya, hasil ini dapat diukur kinerjanya dengan perhitungan tertentu serta dapat dievaluasi dan dibandingkan dengan organisasi lain dengan tujuan mengetahui nilai dari hasil yang kita dapatkan dan menentukan strategi untuk dapat mempertahankan organisasi tersebut. Suatu manajemen rantai pasok dituntut untuk dapat melakukan integrasi antar fungsi dan proses yang terjadi didalamnya, agar manajemen rantai pasok tersebut dapat berjalan dengan baik dan dapat melayani costomer sebagai tujuan akhirnya, serta menghasilkan benefit dari proses tersebut.

Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010), pendekatan proses dalam merancang sistem pengukuran kinerja supply chain memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan masalah pada suatu proses sehingga bisa mengambil tindakan koreksi sebelum masalah tersebut meluas. Dengan mengamati kinerja proses supply chain dari waktu ke waktu kita dapat melakukan pencegahan dini apabila ada tanda-tanda proses berjalan di luar batas kendali.

2.3. Supply Chain Operations Reference (SCOR)

Supply chain operations reference (SCOR) merupakan suatu referensi model yang

digunakan untuk mengukur kinerja dari supply chain. Model SCOR dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC), yaitu suatu lembaga nirlaba yang didirikan pada tahun 1996 dan diprakarsai oleh beberapa organisasi/perusahaan seperti Bayer, Compaq, Procter & Gamble, Lockheed Martin, Nortel, Rockwell Semiconductor, Texas Instruments, 3M, Cargill, Pittiglio Rabin Todd & McGrath (PRTM) dan ARM (Advance Manufacturing Research).

(16)

7

fungsi dalam supply chain. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010) :

Business Process Reengineering pada hakekatnya menangkap proses

kompleks yang terjadi saat ini (as-is) dan mendefinisikan proses yang diinginkan (to-be).

Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional

dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja best in class yang diperoleh.

Process Measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan dan

memperbaiki proses-proses supply chain.

Gambar 2.2. Process Reference Model (Sumber : Supply Chain Council)

(17)

8

tersebut searah dengan strategi opersional, material, kerja dan aliran informasi perusahaan.

Gambar 2.3. Model Supply Chain Operations Reference (Sumber: Supply Chain Council)

Berdasarkan gambar diatas, terdapat dua konsep utama dalam pengukuran kinerja rantai pasok, yakni pengukuran kinerja (performance measurement) dan peningkatan kinerja (performance improvement). Pada sudut pandang pengukuran kinerja, kerangka tersebut mencakup semua aspek dari kumpulan mengukur kinerja (performance measure), mengukur ketergantungan (measure dependencies) sampai metode evaluasi (evaluation method). Sementara pada sudut pandang peningkatan kinerja, kerangka tersebut membentang di seluruh proses mulai dari langkah-langkah pemodelan, pengukuran, analisis dan peningkatan. Adapun penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut :

a) Membangun Model Kinerja (Build Performance Model)

Pada tahap ini model dari kinerja rantai pasok dibuat. Model kinerja ini terdiri dari tiga aspek yaitu :

(18)

9

Mengukur ketergantungan memetakan hubungan antara ukuran-ukuran kinerja yang merupakan dasar dari analisis selanjutnya.

Metode evaluasi

b) Mengukur Kinerja Supply Chain (Measure Supply Chain Performance) Proses pengukuran kinerja didalamnya terdiri dari perhitungan atribut rantai pasok dan evaluasi kinerja rantai pasok. Atribut dapat diukur berdasarkan definisi proses dari data yang terjadi pada proses supply chain. Evaluasi kinerja adalah sebuah proses memperhitungkan kembali atribut rantai pasok untuk mempresentasikan tingkat kepentingan dari setiap atribut yang diukur. c) Analisa Kinerja (Performance Analysis)

Pada tahapan ini akan menghasilkan beberapa metode analisis yang dipilih untuk pengambilan keputusan dan perbaikan yakni analisis tentang kesenjangan, prioritas atrubut dan analisis sebab akibat.

d) Peningkatan (Improvement)

Dari hasil pengukuran dan analisis kinerja rantai pasok, peningkatan dapat dilakukan dengan menganalisis tingkat kepentingan dan hubungan antar atribut kinerja, serta menganalisis kesenjangan dan rekayasa ulang proses. Sehingga dapat meningkatkan kinerja dari rantai pasok ke arah yang lebih baik dan menguntungkan bagi perusahaan.

2.4. Ruang Lingkup Proses SCOR

Model SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 proses inti yaitu

PLAN, SOURCE, MAKE, DELIVER dan RETURN.

(19)

10

Ke lima proses berfungsi sebagai berikut (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010) :

Plan (Perencanaan), yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas dan melakukan penyesuaian supply chain plan dengan financial plan.

Source (Pengadaan), yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses ini mencakup kegiatan penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier dan sebagainya. Jenis proses bisa berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make-to-order, atau engineer-to-order products.

Make (Produksi), yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku / komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan ini bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make-to-stock), atas dasar pesanan (make-to-order). Proses yang terlibat di sini antara lain adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi (work-in-process), memelihara fasilitas produksi dan sebagainya.

Deliver (Pengiriman), yaitu proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya meliputi order manajemen, transportasi dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan.

Return (Pengembalian), yaitu proses pengembalian atau menerima

(20)

11

2.5. Tingkatan/Level yang Terdapat pada Proses SCOR

Dalam proses SCOR mencakup 3 level detail proses serta 1 level implementasi yang merupakan aplikasi dari 3 level sebelumnya. Pada tiap level tersebut mempunyai kerterkaitan satu sama lainnya, sehingga diperlukan pengintegrasian untuk dapat menyambungkan satu sama lainnya.

Gambar 2.5. Level Detail Proses SCOR (Sumber : Supply Chain Council)

Tiap level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Level 1, mendefinisikan ruang lingkup dan isi dari model SCOR (plan,

(21)

12

Gambar 2.6. Detail Proses Level 1 SCOR (Sumber : Supply Chain Council)

Level 2, dikatakan sebagai konfigurasi level dimana supply chain perusahaan dapat dikonfigurasi berdasarkan sekitar 30 proses inti. Perusahaan bisa membentuk konfigurasi saat ini (as-is) maupun yang diinginkan (to-be).

(22)

13

Level 3, merupakan tahap dekomposisi proses-proses yang ada pada rantai pasok menjadi elemen-elemen yang mendefinisikan kemampuan perusahaan untuk berkompetisi/bersaing. Tahap ini terdiri dari definisi elemen-elemen proses, input dan output dari informasi mengenai proses elemen, metrik-metrik dari kinerja proses, best practices dan kapabilitas sistem yang diperlukan untuk mendukung best practices.

(23)

14

Level 4, merupakan tahap implementasi yang memetakan program-program penerapan secara spesifik serta mendefinisikan perilaku-perilaku untuk mencapai competitive advantage dan beradaptasi terhadap perubahan kondisi bisnis yang dijalani.

Gambar 2.9. Detail Proses Level 4 SCOR (Sumber : Supply Chain Council)

(24)

15

chain yang didefinisikan menggunakan pendekatan ini dapat juga dimodifikasi dan disusun ulang dengan cepat sesuai dengan perubahan permintaan bisnis dan pasar. Model SCOR memiliki suatu peran yang kuat dalam pelaksanaan supply chain. Model SCOR level 1 dan 2 menjaga manajemen untuk tetap fokus, sedangkan level 3 mendukung adanya diagnosis dan level 4 adalah implementasi dari level sebelumnya.

2.6. Supply Chain Operations Reference (SCOR) Level 1

Pada level 1 SCOR model menggunakan sebuah matrik sebagai alat pengukuran kinerja rantai pasok yang memberikan dasar bagaimana kinerja dari proses-proses didalam supply chain diukur. Pengukuran kinerja ini harus reliable dan valid.

Reliability berkaitan dengan konsistensi research instrument. Sedangkan validitas berkaitan dengan kepastian variable telah didefinisikan secara tepat dan

representative.

Meskipun SCOR model menyediakan berbagai variasi ukuran kinerja untuk mengevaluasi supply chain, namun SCOR model tidak dapat memastikan apakah ukuran tersebut cocok untuk semua kategori industri. Dengan itu penyesuaian SCOR model terhadap perusahaan terkadang dibutuhkan. Pemilihan ukuran kinerja yang cocok disini dilakukan untuk tiap elemen proses termasuk untuk kinerja dari supply chain. Perhitungan dari sebuah metrik dimungkinkan tidak hanya pada proses data yang diukur namun juga perhitungan secara detai pada level yang lebih rendah.

Metrik SCOR model mempunyai 5 kriteria utama, yang pada tiap kriterianya mempunyai beberapa atribut performansi supply chain didalamnya, ke-5 kriteria utama itu adalah :

Supply Chain Reliability, berkaitan dengan matrik rantai pasok yang berfokus pada kualitas barang dan jasa yang dihasilkan.

(25)

16

Supply Chain Flexibility, berkaitan dengan mengukur kemampuan adaptasi dari rantai pasok untuk memenuhi variasi permintaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Supply Chain Cost, berkaitan dengan mengukur kinerja proses dari aspek langsung dan tidak langsung dalam rantai pasok termasuk didalamnya pelanggan, pemasok , desain dan ukuran agregat.

Supply Chain Asset, berkaitan dengan mengukur penggunaan yang efisien dalam pengelolaan aset, termasuk modal tetap dan kerja.

Dari metrik level 1 yang ada pada SCOR model, terdapat 2 kategori utama performansi kinerja, yaitu customer-facing (penting bagi pelanggan/eksternal) dan

internal-facing (penting bagi evaluasi internal). Berikut adalah ketentuan dalam perhitungan performansi customer facing pada supply chain menurut Bolstroff dan Rosenbaum (Hak Cipta : Pragmatek Consulting GroupLtd, 2001).

1. Supply Chain Delivery Reliability

Delivery Performance (Performansi pengiriman)

= Jumlah pesanan terkirim / jumlah pesanan pelanggan………...……(2.1)

Fill Rates (Laju pengisian atau rata-rata pemenuhan)

= Rata-rata pengisian untuk inventori sesuai dengan pesanan……..……(2.2)

Perfect Order Fulfillment (Kemampuan pemenuhan pesanan)

= Jumlah pesanan pelanggan terkirim / jumlah produksi………...…(2.3) 2. Supply Chain Responsiveness

Order Fulfillment Lead Time (Waktu tunggu pemenuhan pesanan)

= Jumlah hari lead time untuk konsumen………...……(2.4) 3. Supply Chain Flexibility

Supply Chain Response Time (Waktu perusahaan menjalankan rantai

pasoknya)

= Lead time pemasok + waktu siklus manufaktur + lead time pemenuhan pesanan dalam gudang (stok) pesanan.………...……(2.5)

Production Flexibility (Fleksibilitas waktu produksi)

(26)

17

Setelah perhitungan performansi customer facing, lalu dilanjutkan dengan perhitungan performansi internal facing. Berikut adalah ketentuan dalam perhitungan performansi internal facing pada supply chain menurut Bolstroff dan Rosenbaum (Hak Cipta : Pragmatek Consulting GroupLtd, 2001).

1. Supply Chain Cost berkaitan dengan manajemen permintaan, biaya material, biaya inventori serta yang lainnya sesuai dengan kondisi perusahaan…………..………(2.8)

SG&A Cost (Biaya penjualan, administrasi, engineering dan lab)

= Biaya penjualan + biaya administrasi + biaya lab dan engineering.…(2.9)

Warranty Cost or Returns Processing Cost (Biaya langsung dan tak langsung dalam pengembalian produk)

= Biaya pengembalian produk………...……(2.10) 2. Supply Chain Asset

Cash-to-Cash Cycle Time (Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk

menerima pembayaran selama proses supply chain berlangsung)

= [Biaya inventori / (biaya pokok penjualan / 365)] + [piutang / (total penjualan / 365)] – [utang / (biaya material / 365)] ………...……(2.11)

Inventory Days of Supply (Waktu inventori/penyimpanan yang optimal untuk menghasilkan keuntungan)

= [Biaya inventori / (biaya pokok penjualan / 365)] ………...……(2.12)

Asset Turns (Pengembalian aset)

(27)

18

Berikut adalah tabel penyajian hasil pengukuran SCOR level 1 yang dihitung berdasarkan atribut performansi reliability, responsiveness, flexibility, cost dan

asset pada proses supply chain, yang disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1. Atribut Kinerja SCOR Level 1 (Sumber : Supply Chain Council)

Level 1 Performance Metrics

Customer Facing Internal Facing Supply Chain

2.7. Perbandingan (Benchmarking) Performansi Rantai Pasok

(28)

19

aspek mana perusahaan lebih baik dan pada aspek mana perusahaan membutuhkan perbaikan (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010).

Berikut adalah ketentuan dalam perhitungan pernadingan performansi supply chain menurut Bolstroff dan Rosenbaum (Hak Cipta : Pragmatek Consulting GroupLtd, 2001).

1. Profitability

Gross Margin (Margin kotor)

= (Pendapatan usaha – biaya pokok penjualan) / pendapatan usaha...…(2.14)

Operating Income (Pendapatan operasional)

= (Pendapatan usaha – biaya pokok penjualan – biaya SG&A) / pendapatan usaha………...……(2.15)

Net Income (Pendapatan bersih)

= (Pendapatan usaha – biaya pokok penjualan – biaya SG&A – pajak) / pendapatan usaha………...……(2.16) 2. Effectiveness of Return

Return on Assets (Tingkat pengembalian aset/modal)

= Pendapatan bersih / total aset………...……(2.17)

Berikut adalah tabel penyajian perbandingan performansi rantai pasok, hasil yang disajikan berupa jumlah uang dan tingkat persentase atribut performansi dari hasil perhitungan yang telah dilakukan.

Tabel 2.2. Perbandingan Performansi Rantai Pasok

Perbandingan

Perusahaan Revenue SG&A

(29)

20

Berikut adalah tabel penyajian perbandingan performansi rantai, yang dihitung berdasarkan jumlah uang (dalam miliar rupiah) dari hasil perhitungan yang telah dilakukan.

Tabel 2.3. Perbandingan Performansi Rantai Pasok (dalam miliar rupiah)

Perbandingan

Perusahaan Revenue SG&A

Cost of

Goods Inventory Receivable

Total

Analisis gap adalah suatu metode untuk mencari kesesuaian kondisi dan situasi aktual perusahaan dengan kondisi yang digambarkan dalam standar tertentu. Tujuannya adalah untuk menilai apa yang telah dilakukan perusahaan dibandingkan dengan bentuk pola kondisi penerapan tertentu menuju sistem tujuan. Analisis gap juga merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam tahapan perencanaan maupun tahapan evaluasi kinerja. Metode ini merupakan salah satu metode yang umum digunakan dalam pengelolaan manajemen internal suatu lembaga/perusahaan. Secara harfiah kata “gap” mengindikasikan adanya suatu perbedaan (disparity) antara satu hal dengan hal lainnya.

(30)

21

2.9. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis, dalam hal ini adalah menentukan posisi perusahaan.

Kekuatan (Strengths)

Kekuatan (strengths) merupakan sebuah faktor pendorong dan kekuatan yang berasal dari dalam perusahaan, dimana kekuatan disini meliputi semua komponen-komponen perusahaan baik sumber daya maupun kemampuan lain yang dapat dioptimalkan sehingga bernilai positif untuk pengembangan perusahaan.

Kelemahan (Weaknesses)

Kelemahan (weaknesses) merupakan suatu faktor kekuatan “yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan” namun tidak ada, yang akhirnya menjadi kelemahan dalam perusahaan tersebut. Maka weaknesses berarti kekurangan-kekurangan yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.

Peluang (Opportunities)

Peluang (opportunities) merupakan faktor pendukung dalam pengembangan maupun stabilitas perusahaan maupun pelaksanaan produksi. Faktor pendukung ini merupakan faktor yang berasal dari eksternal perusahaan, bukan dari internal perusahaan.

Ancaman (Threats)

(31)

22

Bab 3

Metodologi Penelitian

3.1. Flowchart Pemecahan Masalah

Alur proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Penyajian secara sistematis dibuat agar masalah yang dikaji penelitian beserta penyelesaiannya dapat dimengerti dengan baik.

(32)

23

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Langkah-langkah pemecahan masalah untuk penelitian ini, yaitu:

3.2.1. Studi Literatur

Studi literatur berupa konsep dan teori yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan landasan-landasan pemikiran yang dapat menunjang dalam penelitian ini. Tahapan ini dilakukan dengan mencari, membaca dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian. Referensi utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buku “Supply Chain Excellence” karangan Peter Bolstorff & Robert Rosenbaum (2003) dan buku “Supply Chain Management Edisi II” karangan I Nyoman Pujawan dan Mahendrawathi ER (2010).

3.2.2. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan tahap awal penelitian yaitu dengan melakukan survei langsung ke lapangan, yaitu perusahaan PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk untuk mengetahui permasalahan yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian serta mendapatkan data-data yang dibutuhkan pada pengolahan data. Peneliti mendapatkan data dengen cara melakukan wawancara langsung kepada karyawan perusahaan serta menerima data berupa data primer dan data sekunder dari perusahaan sebagai bahan untuk pengolahan data.

3.2.3. Identifikasi Masalah

(33)

24

3.2.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan tahapan yang akan dicapai pada penelitian ini, pada tahap ini peneliti melakukan pengukuran setiap atribut performansi rantai pasok dengan pendekatan SCOR pada perusahaan, serta menganalisis dan memberikan usulan dari hasil performansi rantai pasok tersebut menggunakan metode analisis Gap. Lalu membandingkan tingkat performansi rantai pasok perusahaan dengan pesaingnya.

3.2.5. Pengumpulan Data

Pada tahapan ini adalah tindak lanjut dari studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang ada di perusahaan. Data yang didapat dari perusahaan berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya, data primer pada penelitian ini berupa data ruang lingkup supply chain management di PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk dan data kondisi PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk dibandingkan dengan pesaingnya (SWOT). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada, data sekunder pada penelitian ini berupa data sejarah dan struktur organisasi perusahaan, data rantai pasok perusahaan tahun 2013 berupa data yang diperoleh peneliti dari departemen keuangan, PPIC, produksi, pergudangan dan pemasaran, serta data keuangan tahun 2013 perusahaan PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk

3.2.6. Pengolahan Data

(34)

25

Dalam menghadapi pesaing, perusahaan perlu menentukan strategi yang tepat agar proses supply chain dapat membawa manfaat yang besar bagi perusahaan, dan meminimasi biaya serta kerugian. Oleh karenanya pada setiap atribut supply chain terdapat ketentuan dalam menghitung performansinya, yang terbagi dalam

customer facing dan internal facing. Berikut adalah ketentuan dalam perhitungan performansi customer facing pada supply chain menurut Bolstroff dan Rosenbaum (Hak Cipta : Pragmatek Consulting GroupLtd, 2001).

1. Supply Chain Delivery Reliability

Delivery Performance (Performansi pengiriman) = Jumlah pesanan terkirim / jumlah pesanan pelanggan

Fill Rates (Laju pengisian atau rata-rata pemenuhan)

= Rata-rata pengisian untuk inventori sesuai dengan pesanan

Perfect Order Fulfillment (Kemampuan pemenuhan pesanan)

= Jumlah pesanan pelanggan terkirim / jumlah produksi 2. Supply Chain Responsiveness

Order Fulfillment Lead Time (Waktu tunggu pemenuhan pesanan)

= Jumlah hari lead time untuk konsumen 3. Supply Chain Flexibility

Supply Chain Response Time (Waktu perusahaan menjalankan rantai

pasoknya)

= Lead time pemasok + waktu siklus manufaktur + lead time pemenuhan pesanan dalam gudang (stok) pesanan.

Production Flexibility (Fleksibilitas waktu produksi) = Jumlah hari produksi tanpa perencanaan

(35)

26

1. Supply Chain Cost

Cost of Goods (Biaya material, biaya tenaga kerja langsung serta tak langsung) = Biaya material + biaya tenaga kerja langsung + biaya tenaga kerja tak langsung

Supply Chain Management Cost (Biaya yang terdapat pada proses plan, source

dan delivery)

= Biaya yang berhubungan dengan aliran informasi dan keuangan yang berkaitan dengan manajemen permintaan, biaya material, biaya inventori serta yang lainnya sesuai dengan kondisi perusahaan

SG&A Cost (Biaya penjualan, administrasi, engineering dan lab) = Biaya penjualan + biaya administrasi + biaya lab dan engineering

Warranty Cost or Returns Processing Cost (Biaya langsung dan tak langsung dalam pengembalian produk)

= Biaya pengembalian produk 2. Supply Chain Asset

Cash-to-Cash Cycle Time (Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk

menerima pembayaran selama proses supply chain berlangsung)

= [Biaya inventori / (biaya pokok penjualan / 365)] + [piutang / (total penjualan / 365)] – [utang / (biaya material / 365)]

Inventory Days of Supply (Waktu inventori/penyimpanan yang optimal untuk menghasilkan keuntungan)

= [Biaya inventori / (biaya pokok penjualan / 365)]

Asset Turns (Pengembalian aset) = Profit / total aset

Selain perhitungan performansi utama dalam supply chain yang terbagi dalam

customer facing dan internal facing. Perhitungan performansi supply chain juga terdapat dalam sudut pandang lain, yaitu shareholder facing. Berikut adalah ketentuan dalam perhitungan performansi shareholder facing pada supply chain

(36)

27

1. Profitability

Gross Margin (Margin kotor)

= (Pendapatan usaha – biaya pokok penjualan) / pendapatan usaha

Operating Income (Pendapatan operasional)

= (Pendapatan usaha – biaya pokok penjualan – biaya SG&A) / pendapatan usaha

Net Income (Pendapatan bersih)

= (Pendapatan usaha – biaya pokok penjualan – biaya SG&A – pajak) / pendapatan usaha

2. Effectiveness of Return

Return on Assets (Tingkat pengembalian aset/modal) = Pendapatan bersih / total aset

Lalu hasil matriks SCOR level 1 tersebut dibandingkan dengan pesaingnya, yaitu PT. Arwana Citramulia yang merupakan pesaing perusahaan dalam dunia industri.

3.2.7. Analisis Hasil Penelitian

Pada tahap ini hasil dari pengolahan data dianalisis dan dibahas berdasarkan hubungannya dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada tahap ini matriks SCOR level 1 yang berdasarkan faktor keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), kelenturan (flexibility), biaya (cost) dan aset (asset) di analisis hasil perhitungannya. Lalu dilanjutkan dengan analisis Gap untuk mengetahui kekuatan serta kelemahan pada sistem supply chain management yang ada di perusahaan. Serta dilakukan analisis SWOT untuk memberikan masukan kepada perusahaan dalam menentukan strategi demi menghadapi pesaing.

3.2.8. Kesimpulan dan Saran

(37)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

CURRICULUM VITAE

Data Pribadi / Personal Details

Nama / Name : Rizky Akbar

Tempat, Tgl Lahir / Place, Date of Birth : Karawang, 30 Juli 1991 Jenis Kelamin / Gender : Laki-Laki

Kewarganegaraan / Nationality : Indonesia Status Pernikahan / MaritalStatus : Belum Menikah Tinggi, Berat Badan / High, Weight : 171 cm, 52 kg

Agama / Religion : Islam

Alamat / Address : Jl. Kalijaya.II RT.04/RW.10 Rengasdengklok, Karawang

Kode Pos / Postal Code : 41320

Nomor Telepon / Phone : (0267) 480671, 08987015872

Email : rizky.akbar91@gmail.com

Pendidikan dan Pelatihan / Educational and Professional Qualification

Pendidikan Formal / Formal Education

1997 – 2003 : SD Negeri Selatan 2 Rengasdengklok 2003 – 2006 : SMP Negeri 1 Rengasdengklok 2006 – 2009 : SMA Negeri 1 Karawang

Pendidikan Non Formal dan Pelatihan / Non Formal Education and Professional

2009 : Kursus Manajemen Komputer, Bina Informatika, Karawang (1 Tahun)

Demikian curriculum vitae ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dengan penuh tanggung jawab.

Hormat Saya,

Gambar

Gambar 2.1. Proses Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)
Gambar 2.2. Process Reference Model (Sumber : Supply Chain Council)
Gambar 2.3. Model Supply Chain Operations Reference (Sumber: Supply Chain Council)
Gambar 2.4. Lima Proses Inti Supply Chain (Sumber : Supply Chain Council)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dari hasil uji t (parsial) profitabilitas yang diprosikan dengan Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan

Dengan menerapkan perubahan prosedur berupa semua pembelian dan penerimaan dilakukan oleh bagian pembelian dan terdapat pengecekan barang, pengajuan pembelian, surat

Uji MANOVA digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruhmodel pembelajaran guided discovery berbantuan PhET simulations terhadap penguasaan konsep dan kemampuan

Dg memahami pendapat sang linguis ini dan dikaitkan dengan konteks teks, maka pembangunan Menara Babel menjadi sebuah aksi menjaga satu-satunya bangsa, budaya, dan

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kerja praktek dengan judul “Sistem Kendali

a. bagian atas atau penimbunan di kaki lcreng. b. Pembuatan ~)erm, dilakukan dengan cara memolong bagian puncak lereng menjadi berundak-undak, hal ini bertujuan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang pada awal penanaman terhadap performa rumput Stenotaphrum secundatum yang ditanam di bawah

Untuk memelihara konsistensi memperhatikan batas-batas secara visual legislatif, Pemerintah, dalam hal ini untuk pemanfaatan setiap zona yang Menteri Kelautan dan