• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi Dan Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pencarian Pengobatan Di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi Dan Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pencarian Pengobatan Di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, SOSIOEKONOMI DAN

KEBUTUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM

PENCARIAN PENGOBATAN DI KECAMATAN MEDAN KOTA

TAHUN 2013

TESIS

Oleh

TIOMARNI LUMBAN GAOL

117032160/IKM

(2)

THE INFLUENCE OF THE FACTORS OF DEMOGRAPHY,

SOCIO-ECONOMY, AND NEEDS ON COMMUNITY BEHAVIOR IN

SEARCHING FOR MEDICATION AT MEDAN KOTA

SUBDISTRICT, IN 2013

THESIS

By

TIOMARNI LUMBAN GAOL

117032160/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, SOSIOEKONOMI DAN

KEBUTUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM

PENCARIAN PENGOBATAN DI KECAMATAN MEDAN KOTA

TAHUN 2013

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

TIOMARNI LUMBAN GAOL

117032160/IKM

(4)

Judul Tesis

: PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI,

SOSIOEKONOMI DAN KEBUTUHAN

TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT

DALAM PENCARIAN PENGOBATAN DI

KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2013

Nama Mahasiswa

: Tiomarni Lumban Gaol

Nomor Induk Mahasiswa : 117032160

Program Studi

: S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi

: Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Drs. Tukiman, M.K.M

Ketua

Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S

)

(5)

Telah diuji

pada Tanggal : 02 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

(6)

PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, SOSIOEKONOMI DAN

KEBUTUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM

PENCARIAN PENGOBATAN DI KECAMATAN MEDAN KOTA

TAHUN 2013

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

(7)

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya ialah dengan menyelenggarakan pelayanan

kesehatan. Namun program pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah

belum sepenuhnya sesuai dengan faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan

kebutuhan masyarakat. Di Kecamatan Medan Kota ditemukan sarana pelayanan

kesehatan yang beragam sehingga perlu dikaji pencarian pengobatan yang dilakukan

masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosiodemografi,

sosioekonomi dan kebutuhan masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di

Kecamatan Medan Kota dilakukan terhadap 138 orang kepala keluarga sebagai

sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara

statistik mengunakan uji regresi logistik

ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan,

pengetahuan dan sikap), faktor sosioekonomi (pekerjaan dan penghasilan) dan faktor

kebutuhan yang dirasakan berpengaruh terhadap pencarian pengobatan di Kecamatan

Medan Kota. Faktor kebutuhan paling dominan memengaruhi pencarian pengobatan

dengan nilai signifikan 0,000 dan nilai regresi logistik 8,564.

Disarankan peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap tentang

penyakit dan pencarian pengobatan bagi masyarakat, melalui penyuluhan serta

sosialisasi program kesehatan, sehingga setiap masyarakat yang mengalami gangguan

kesehatan akan berupaya mencari pengobatan. Tenaga kesehatan supaya memberikan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(8)

ABSTRACT

One of the attempts to achieve the highest public health standard is by

performing health services. However, health service program performed by the

government is still not adequately in line with the factors of socio-demography,

socio-economy, and public needs. Varied the health service facilities are found in

Medan Kota Sub district therefore, it is necessary to study the search for medication

by people.

The aim the research was to know the influence of the factors of

socio-demography, socio-economy, and public needs on the behavior of searching for

medication in Medan Kota Sub district. The samples consisted 0f 138 families, and

the data were gathered by using questionnaires and analyzed statistically by using

multiple logistic regression tests at

α=5%.

The result of the research showed that socio-demography (age, sex,

education, knowledge, and attitude), socio-economy (occupation and income), and

public needs had influence to the search medication at Medan Kota Sub district. The

need factor had the most dominant influence on to the search medication to the

search medication with significance value of 0,000 and logistic regression value of

8,564.

It is recommended that knowledge and the change in attitude about disease

and the search for medication by people should be increased through counseling and

socialization of health program so that people who are sick will attempt to search for

medication. It also recommended that to health officer should make health service in

health facilities which are line with public needs.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas bimbingan

dan karuniaNya, penulisan tesis ini dapat di selesaikan dengan baik. Penyusunan tesis

ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan

kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof Dr. dr Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A,(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat sekaligus sebagai dosen

penguji tesis

(10)

6. dr. Heldy BZ, M.P.H selaku Dosen Penguji Tesis.

7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Camat Medan Kota beserta seluruh staf yang telah mengizinkan dilakukan

penelitian di wilayahnya.

9. Seluruh Lurah di wilayah Kecamatan Medan Kota yang telah bersedia

memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

10. Seluruh penduduk Kecamatan Medan Kota yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini

11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Minat Studi Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku

Terima kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta Pardamean

Manurung dan anak-anakku tersayang Raja Manurung, Yossie Agustina Manurung,

Partio Wenna Manurung, Titian Asnita Manurung serta seluruh keluarga yang telah

memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian dan

pendidikan S2 ini.

Medan, Juli 2013

(11)

RIWAYAT HIDUP

Tiomarni Lumban Gaol lahir di Medan tanggal 12 Oktober 1962. Anak dari

pasangan bapak Alm. M. Lumban Gaol dan Ibu E. Banjarnahor. Penulis anak

pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD St. Antonius Medan selesai tahun

1974, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Medan selesai tahun

1977, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 5 Medan selesai

tahun 1981, kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada Akademi Keperawatan

Universitas Darma Agung Medan selesai tahun 1985, Akta III di IKIP Medan selesai

tahun 1995, S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan selesai tahun 2001. Pendidikan S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara sampai saat ini.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...

i

ABSTRACT...

ii

KATA PENGANTAR ...

iii

RIWAYAT HIDUP ...

iv

DAFTAR ISI ...

vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ...

x

DAFTAR LAMPIRAN ...

xi

BAB 1. PENDAHULUAN ...

1

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Permasalahan ...

8

1.3 Tujuan Penelitian ...

8

1.4 Hipotesis...

8

1.5 Manfaat Penelitian ...

8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...

9

2.1 Perilaku Pencarian Pengobatan ...

9

2.2 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ...

11

2.3 Perilaku ...

14

2.3.1 Pengertian Perilaku ...

14

2.3.2 Domain Perilaku ...

15

2.3.3 Perilaku Kesehatan ...

18

2.4 Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan ...

19

2.5 Landasan Teori ...

23

2.6 Kerangka Konsep ...

23

BAB 3. METODE PENELITIAN...

24

3.1 Jenis Penelitian ...

24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...

24

3.2.1 Lokasi Penelitian ...

24

3.2.2 Waktu Penelitian ...

24

3.3 Populasi dan Sampel ...

24

3.3.1 Populasi ...

24

3.3.2 Sampel ...

25

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...

26

3.4.1 Data Primer ...

26

3.4.2 Data Sekunder ...

26

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...

27

(13)

3.6 Metode Pengukuran ...

28

3.7 Metode Analisis Data ...

29

BAB 4. HASIL PENELITIAN ...

31

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Kota ...

31

4.2 Analisis Univariat ...

31

4.2.1 Sosiodemografi Responden ...

31

4.2.2 Sosioekonomi Responden ...

37

4.2.3 Kebutuhan Responden ...

39

4.2.4 Pencarian Pengobatan ...

40

4.3 Analisis Bivariat ...

45

4.4 Analisis Multivariat ...

47

BAB 5. PEMBAHASAN ...

48

5.1 Pengaruh Sosiodemografi terhadap Pencarian Pengobatan

di Kecamatan Medan Kota ...

48

5.2 Pengaruh Sosioekonomi terhadap Pencarian Pengobatan

di Kecamatan Medan Kota ...

54

5.3 Pengaruh Kebutuhan terhadap Pencarian Pengobatan

di Kecamatan Medan Kota ...

56

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...

67

6.1 Kesimpulan ...

67

6.2 Saran ...

68

DAFTAR PUSTAKA ...

69

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

3.1

Distribusi Jumlah KK dan Sampel Menurut Kelurahan di Kecamatan

Medan Kota Tahun 2013 ...

25

3.2

Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ...

29

4.1

Distribusi Reponden Menurut Umur di Kecamatan Medan Kota Tahun

2013 ...

32

4.2

Distribusi Reponden Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Kota

Tahun 2013 ...

32

4.3

Distribusi Reponden Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Medan

Kota Tahun 2013 ...

32

4.4

Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Pencarian

Pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

33

4.5

Distribusi Responden Menurut Sikap tentang Pencarian Pengobatan di

Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

35

4.6

Distribusi Responden Menurut Kategori Sosiodemografi tentang

Pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

37

4.7

Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Kecamatan Medan Kota

Tahun 2013 ...

37

4.8

Distribusi Reponden Menurut Penghasilan di Kecamatan Medan Kota

Tahun 2013 ...

38

4.9

Distribusi Responden Menurut Kategori Sosioekonomi di Kecamatan

Medan Kota Tahun 2013 ...

38

4.10 Distribusi Responden Menurut Kebutuhan Pencarian Pengobatan di

Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

39

4.11 Distribusi Responden Menurut Kategori Kebutuhan di Kecamatan

(15)

4.12 Distribusi Responden Menurut Jenis Penyakit di Kecamatan Medan Kota

Tahun 2013 ...

40

4.13 Distribusi Reponden Menurut Lama Menderita Sakit sehingga Mencari

Pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

41

4.14 Distribusi Responden Menurut Cara Pencarian Pengobatan di Kecamatan

Medan Kota Tahun 2013 ...

41

4.15 Distribusi Reponden Menurut Anjuran Melakukan Kunjungan Ulang ke

Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

42

4.16 Distribusi Reponden Menurut Kepatuhan Melakukan Kunjungan Ulang

ke Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

42

4.17 Distribusi Responden Menurut Pencarian Pengobatan jika Tidak Sembuh

di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

43

4.18 Distribusi Responden Menurut Kategori Pencarian Pengobatan di

Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

44

4.19 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Sosiodemografi

di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

45

4.20 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Sosiodemografi

di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

46

4.21 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Sosioekonomi di Kecamatan

Medan Kota Tahun 2013 ...

46

4.22 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Kebutuhan di Kecamatan Medan

Kota Tahun 2013 ...

47

4.23 Hasil Uji Pengaruh Sosiodemografi, Sosioekonomi dan Kebutuhan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

1 Kuesioner Penelitian ...

72

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 77

3. Hasil Uji Univariat ... 80

4. Hasil Uji Bivariat ... 88

5. Hasil Uji Multivariat ... 91

6. Master Data Penelitian ... 92

7. Surat Izin Penelitian ... 95

(18)

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya ialah dengan menyelenggarakan pelayanan

kesehatan. Namun program pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah

belum sepenuhnya sesuai dengan faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan

kebutuhan masyarakat. Di Kecamatan Medan Kota ditemukan sarana pelayanan

kesehatan yang beragam sehingga perlu dikaji pencarian pengobatan yang dilakukan

masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosiodemografi,

sosioekonomi dan kebutuhan masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di

Kecamatan Medan Kota dilakukan terhadap 138 orang kepala keluarga sebagai

sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara

statistik mengunakan uji regresi logistik

ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan,

pengetahuan dan sikap), faktor sosioekonomi (pekerjaan dan penghasilan) dan faktor

kebutuhan yang dirasakan berpengaruh terhadap pencarian pengobatan di Kecamatan

Medan Kota. Faktor kebutuhan paling dominan memengaruhi pencarian pengobatan

dengan nilai signifikan 0,000 dan nilai regresi logistik 8,564.

Disarankan peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap tentang

penyakit dan pencarian pengobatan bagi masyarakat, melalui penyuluhan serta

sosialisasi program kesehatan, sehingga setiap masyarakat yang mengalami gangguan

kesehatan akan berupaya mencari pengobatan. Tenaga kesehatan supaya memberikan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(19)

ABSTRACT

One of the attempts to achieve the highest public health standard is by

performing health services. However, health service program performed by the

government is still not adequately in line with the factors of socio-demography,

socio-economy, and public needs. Varied the health service facilities are found in

Medan Kota Sub district therefore, it is necessary to study the search for medication

by people.

The aim the research was to know the influence of the factors of

socio-demography, socio-economy, and public needs on the behavior of searching for

medication in Medan Kota Sub district. The samples consisted 0f 138 families, and

the data were gathered by using questionnaires and analyzed statistically by using

multiple logistic regression tests at

α=5%.

The result of the research showed that socio-demography (age, sex,

education, knowledge, and attitude), socio-economy (occupation and income), and

public needs had influence to the search medication at Medan Kota Sub district. The

need factor had the most dominant influence on to the search medication to the

search medication with significance value of 0,000 and logistic regression value of

8,564.

It is recommended that knowledge and the change in attitude about disease

and the search for medication by people should be increased through counseling and

socialization of health program so that people who are sick will attempt to search for

medication. It also recommended that to health officer should make health service in

health facilities which are line with public needs.

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut,

pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah dan berkesinambungan (Depkes

RI, 2009).

(21)

Perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok

atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian

pengobatan di masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat bervariasi

(Ilyas, 2003). Variasi pencarian pengobatan di masyarakat dipengaruhi dengan

jumlah sarana pelayanan kesehatan yang semakin bertambah serta jenis, metode serta

peralatan pelayanan kesehatan yang tersedia di sarana pelayanan kesehatan juga

semakin beragam.

Menurut Notoatmodjo (2007), pencarian pengobatan oleh masyarakat terkait

dengan respons seseorang apabila sakit serta membutuhkan pelayanan kesehatan.

Respons tersebut antara lain : (1) tindakan mengobati sendiri, (2) mencari pengobatan

ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional, (3) mencari pengobatan dengan membeli

obat-obat ke warung-warung obat, (4) mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas

modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta,

yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas dan rumah sakit,

(5) mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh

dokter praktek.

(22)

teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan; (2) faktor organisasi, meliputi

ketersediaan sumber daya, keterjangkauan lokasi, dan keterjangkauan sosial; (3)

faktor interaksi konsumen-provider, faktor yang berhubungan dengan konsumen

meliputi kebutuhan yang dirasakan, dipengaruhi: faktor sosio demografi, faktor sosio

psikologis, dan faktor epidemiologis penyakit; selain itu ada faktor lain yang

berhubungan dengan provider

Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan, terdiri dari kebutuhan yang

dirasakan oleh konsumen (

felt need

) dan kebutuhan yang diukur menurut pendapat

provider (

evaluated need

). Kebutuhan yang dirasakan menurut konsumen dipengaruhi

oleh faktor sosio demografi dan faktor sosio psikologis. Kebutuhan yang dirasakan

terhadap pelayanan kesehatan, merupakan penjumlahan dari kebutuhan fisiologis dan

psikologis individu terhadap suatu pelayanan kesehatan.

Felt need

timbul bila

individu menginginkan pelayanan kesehatan dan berhubungan dengan persepsi

individu terhadap pelayanan kesehatan. Kebutuhan yang dirasakan membuat individu

mengambil keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan atau tidak. Ekspresi dari

felt need

terhadap pelayanan kesehatan adalah merupakan penggunaan atau

pemanfaatan dari pelayanan kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

(23)

Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi

barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan untuk menggunakan pelayanan

kesehatan dan tidak inginnya menggunakan pelayanan kesehatan yang ada

(Tjiptoherijanto, 2008).

Menurut Sutojo (2004), dalam mengkaji kebutuhan pelayanan kesehatan

masyarakat menghendaki agar status kesehatannya dapat lebih optimal. Untuk itu

masyarakat sering melakukan penilaian terhadap pelayanan kesehatan yang akan ia

gunakan serta dikaitkan dengan faktor demografi serta faktor sosioekonomi yang

menunjukkan kemampuannya dalam mengakses pelayanan kesehatan.

Penelitian Setyawan (2007) yang menyatakan ada hubungan antara sikap dan

minat masyarakat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan modern, selain

itu pencarian pengobatan juga berkaitan dengan faktor-faktor pendukung antara lain

biaya pengobatan, hasil pengobatan, kepercayaan kepada sarana pengobatan, kondisi

waktu berobat, keberadaan sarana, pelayanan pengobatan dan situasi di sarana

pengobatan serta konsep sehat dan sakit yang dimiliki oleh masyarakat. Menurut

WHO (1999) salah satu faktor yang menyebabkan. seseorang berperilaku dalam hal

pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sumber daya dan sumber dana yang dimiliki

antara lain kesempatan dan kemampuan membayar.

(24)

Kotamadya Yogyakarta menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh pada

penentuan pemilihan pengobatan adalah pendidikan dan status ekonomi

Penelitian Hendrawan (2005) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku dalam pencarian pengobatan di Kabupaten Serang menyatakan bahwa

terdapat hubungan faktor kepercayaan terhadap pengobatan dengan pemilihan upaya

pengobatan. Demikian juga penelitian Assegaf, dkk (2010) yang dimuat pada jurnal

MKM Vol.05 No.01 Desember 2010 menyimpulkan bahwa pilihan pencarian

pengobatan oleh ibu untuk anaknya yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut

di wilayah kerja Puskesmas Bakunase berturut-turut adalah terbanyak memilih

pengobatan medis (berobat ke sarana pelayanan kesehatan) sebesar 69,23%,

selanjutnya pengobatan sendiri sebesar 23,08% dan masih ada ibu yang memilih

pengobatan tradisional (berobat ke dukun) sebesar 7,69%. Jenis penggunaan sarana

pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bakunase adalah Puskesmas/Pustu

sebesar 50,85%, Rumah Sakit sebesar 13,56%, dan dokter/bidan praktek sebesar

35,59%.

(25)

Melihat potensi besar dan manfaat yang luar biasa ini, melalui dinas Kesehatan

maupun dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan bantuan masyarakat setempat

diharapkan dapat melestarikan tekhnik tersebut dengan merangkumnya dalam bentuk

buku, sehingga dapat menambah pustaka bangsa dan dapat dikembangkan maupun

diwariskan pada masyakat yang lain.

Perilaku pencarian pengobatan oleh masyarakat dipengaruhi oleh jumlah dan

jenis sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di sekitarnya. Oleh karena itu pada

wilayah yang banyak tersedia sarana pelayanan kesehatan seperti : puskesmas, rumah

sakit pemerintah dan swasta, balai pengobatan serta praktek dokter, maka pilihan

masyarakat semakin beragam untuk melakukan pencarian pengobatan.

Kecamatan Medan Kota merupakan salah satu wilayah di Kota Medan yang

terdapat cukup banyak sarana pelayanan kesehatan. Menurut Profil Kecamatan

Medan Kota (2011) bahwa di wilayah tersebut terdapat 17 unit sarana pelayanan

kesehatan, terdiri dari : 3 unit puskesmas, 6 unit rumah sakit swasta, 4 unit balai

pengobatan umum dan 4 unit balai kesehatan ibu dan anak. Dengan keragaman sarana

pelayanan kesehatan yang ada memungkinkan masyarakat di Kecamatan Medan Kota

memiliki banyak pilihan untuk mencari pengobatan dalam penyembuhan penyakit

yang dideritanya.

(26)

hanya 1 orang (10%). Hal ini menunjukkan bahwa adanya kecenderungan variasi

perilaku pencarian pengobatan pada masyarakat Kecamatan Medan Kota.

Permasalahan pencarian pengobatan oleh masyarakat di Kecamatan Medan

Kota jika dikaji dari aspek konsep sehat-sakit sebenarnya sudah baik, karena

masyarakat sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan pada saat menderita

sakit. Namun dalam kajian ini peneliti mencoba untuk merumuskan permasalahan

tentang variasi pencarian pengobatan ditinjau dari faktor sosiodemografi, sosio

ekonomi dan kebutuhan. Faktor-faktor yang memengaruhi variasi perilaku pencarian

pengobatan tersebut akan dikaji mengacu kepada teori pola pencarian pengobatan

yang dikemukakan oleh Anderson dan Green dalam Notoatmodjo (2007).

Berdasarkan uraian di atas serta didukung penelitian-penelitian sebelumnya,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku masyarakat dalam

pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota, sehingga dapat diketahui

pelayanan kesehatan yang dikehandaki masyarakat saat ini, serta dapat dibuat suatu

pengelompokan atau pola pencarian pengobatan oleh masyarakat berdasarkan faktor

sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan sikap), sosio

ekonomi (pekerjaan dan penghasilan) dan kebutuhan (kebutuhan yang dirasakan)

masyarakat. Konsep mengkaji pencarian pengobatan akan lebih jelas apabila

dilakukan pada wilayah yang terdapat sarana pelayanan kesehatan yang beragam dan

hal ini dapat diwakili oleh Kecamatan Medan Kota yang terdapat 17 unit sarana

pelayanan kesehatan.

(27)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian

adalah : bagaimana pengaruh faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan kebutuhan

masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota tahun

2013 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan

kebutuhan masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di Kecamatan Medan

Kota tahun 2013.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan kebutuhan

masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota tahun

2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1.

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam

merumuskan kebijakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Pencarian Pengobatan

Menurut Levey dan Loomba dalam Ilyas (2003), yang dimaksud dengan

pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian

pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo

(1993), perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok

atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian

pengobatan di masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat bervariasi

(Ilyas, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), respons seseorang apabila sakit adalah

sebagai berikut:

(29)

(c) fasilitas kesehatan yang dibutuhkan tempatnya sangat jauh, petugas kesehatan

kurang ramah kepada pasien, (d) takut disuntik dokter dan karena biaya mahal.

b. Tindakan mengobati sendiri (

self treatment

), dengan alasan yang sama seperti telah

diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat

tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa bahwa berdasarkan

pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan

kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian obat keluar tidak diperlukan.

c. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (

traditional

remedy

), seperti dukun.

d. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (

chemist

shop

) dan sejenisnya, termasuk tukang-tukang jamu.

e. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang diadakan oleh pemerintah

atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai

pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

f. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan khusus yang diselenggarakan oleh

dokter praktek (

private medicine

).

(30)

2.2 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Andersen dalam Notoatmodjo (2007) mendeskripsikan model sistem

kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai

model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (

behaviour model of health service

utilization).

Andersen mengelompokkan faktor determinan dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan ke dalam tiga kategori utama, yaitu :

1. Karakteristik predisposisi (

Predisposing Characteristics)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu

mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda

yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga

kelompok :

a. Ciri-ciri demografi, seperti : jenis kelamin, umur, dan status perkawinan.

b. Struktur sosial, seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan

sebagainya.

c. Kepercayaan kesehatan (

health belief),

seperti pengetahuan dan sikap serta

keyakinan penyembuhan penyakit.

2. Karakteristik kemampuan

(Enabling Characteristics)

(31)

a. Sumber daya keluarga, seperti : penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam

asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa, dan pengetahuan tentang

informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada,

jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk

terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk. Menurut

Andersen semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat

pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.

3. Karakteristik kebutuhan

(Need Characteristics)

Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling langsung

berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen dalam

Notoatmodjo (2007) menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan

pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari

kebutuhan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu :

a. Penilaian individu (

perceived need

), merupakan penilaian keadaan kesehatan yang

paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya

rasa sakit yang diderita.

(32)

Menurut Dever (1984) faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan

pelayanan kesehatan adalah :

a. Faktor Sosiokultural yang terdiri dari : (1) norma dan nilai sosial yang ada di

masyarakat, dan (2) teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.

b. Faktor Organisasi yang terdiri dari : (1) ketersediaan sumber daya. Yaitu sumber

daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat mempengaruhi

penggunaan pelayanan kesehatan. (2) keterjangkauan lokasi. Keterjangkauan

lokasi berkaitan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan

tempat diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan.

(3) keterjangkauan sosial. Dimana konsumen memperhitungkan sikap petugas

kesehatan terhadap konsumen. (4) karakteristik struktur organisasi formal dan

cara pemberian pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai

struktur organisasi yang formal misalnya rumah sakit.

c. Faktor Interaksi Konsumen-Petugas Kesehatan

(1) Faktor yang berhubungan dengan konsumen

(33)

keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter, (c) faktor epidemiologis,

yaitu mortalitas, morbiditas, dan faktor resiko.

(2) Faktor yang berhubungan dengan petugas kesehatan yang terdiri dari :

(a) faktor ekonomi, yaitu adanya barang substitusi, serta adanya keterbatasan

pengetahuan konsumen tentang penyakit yang dideritanya, (b) karakteristik

dari petugas kesehatan yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian

petugas dan fasilitas yang dipunyai pelayanan kesehatan tersebut.

2.3 Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

Pengertian perilaku menurut Sarwono (2002) adalah sesuatu yang

dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata.

Sedangkan menurut Morgan perilaku tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku

adalah sesuatu konkrit yang bisa diobservasi, direkam maupun dipelajari.

Walgito (2003) mendefinisikan perilaku dan aktivitas ke dalam pengertian yang luas, yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (innert behavior), demikian pula aktifitas-aktifitas tersebut disamping aktifitas motoris, juga termasuk aktifitas emosional dan kognitif

.

(34)

adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons,

maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus – Organisme – Respon

.

2.3.2 Domain Perilaku

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu

di dalam tiga domain (ranah/kawasan), yang terdiri dari ranah pengetahuan

(

knowlegde

), ranah sikap (

attitude

), dan ranah tindakan (

practice

).

a. Pengetahuan (Knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang

tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman

langsung atau orang lain yang sampai kepada seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

1. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,

kondisi fisik.

2. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.

3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode

dalam pembelajaran.

(35)

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan menjadi salah satu

faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat terhadap

kesehatan. Jika masyarakat tahu apa saja pelayanan puskesmas, maka kemungkinan

masyarakat akan menggunakan fasilitas kesehatan juga akan berubah seiring dengan

pengetahuan seperti apa yang diketahuinya.

Di dalam menggunakan pelayanan kesehatan, seseorang dipengaruhi oleh

perilakunya yang terbentuk dari pengetahuannya. Seseorang cenderung untuk

bersikap tidak menggunakan jasa pelayanan kesehatan disebabkan karena adanya

kepercayaan dan keyakinan bahwa jasa pelayanan kesehatan tidak dapat

menyembuhkan penyakitnya, demikian juga sebaliknya.

b. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau

ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari

orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau

menyebabkan kita menolaknya (Wahid, 2007).

Allport dalam Anwar (1997) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga

komponen pokok :

(36)

1. Pemikiran dan perasaan (

Thoughts and feeling

), hasil pemikiran dan perasaan

seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap

objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (

Personal reference

) merupakan faktor

penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada

pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (

Resources

) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap

positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan

kebutuhan dari pada individu tersebut.

4. Sosial budaya (

Culture

), berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang

untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.

Perbedaan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit

dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain juga disebabkan sikap atau persepsi dan

konsep masyarakat sendiri tentang sakit (Azwar, 2009). Persepsi sakit merupakan

pengalaman yang dihasilkan melalui pancaindra. Setiap orang mempunyai persepsi

yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Green (1980) dalam

Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa persepsi berhubungan dengan motivasi

individu untuk melakukan kegiatan, bila persepsi seseorang telah benar tentang sakit

maka ia cenderung memanfaatkan pelayanan kesehtan bila mengalami sakit.

c. Praktik atau tindakan (practice)

(37)

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas

dan faktor dukungan (

support

) (Notoatmodjo, 2007).

2.3.3 Perilaku Kesehatan

Menurut sebagian psikolog perilaku manusia berasal dari dorongan yang

ada dalam diri manusia dan dorongan ini merupakan salah satu usaha untuk

memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia dan dengan adanya dorongan

tersebut menimbulkan seseorang melakukan sebuah tindakan atau perilaku khusus

yang mengarah pada tujuan (Foster dan Anderson, 2005).

Perilaku kesehatan yaitu suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Dari definisi tersebut kemudian dirumuskan bahwa perilaku kesehatan

terkait dengan : Perilaku pencegahan, penyembuhan penyakit, serta pemulihan dari

penyakit, Perilaku peningkatan kesehatan dan Perilaku gizi (makanan dan minuman).

Menurut Karl dan Cobb yang dikutip oleh Foster dan Anderson (2005)

membuat perbedaan di antara tiga tipe yang berkaitan dengan perilaku kesehatan,

yaitu :

(38)

2. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang merasa

sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan

pengobatan mandiri yang tepat.

3. Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan

kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit,

hal ini mencakup mendapatkan pengobatan dari ahli terapi yang tepat.

2.4 Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan

Need

terhadap pelayanan kesehatan dapat didasari kepada pengertian tentang

merit goods

. Margolis (1982) dalam Tjiptoherijanto (2008) mengatakan

merit goods

ini adalah setiap bentuk pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara umum dapat

dipahami akan tetapi sulit untuk diperhitungkan dengan menggunakan teori

permintaan yang biasa. Diargumentasikan bahwa

need

terhadap pelayanan kesehatan

merupakan fungsi dari

need

terhadap kesehatannya sendiri, dengan didasari oleh

pengalaman masa lalunya.

Pembahasan mengenai

need

yang perlu digaris bawahi adalah bahwa tidak

seluruh

need

akan dapat dipenuhi, dengan demikian akan terdapat sebuah ranking

(39)

bukan merupakan sesuatu yang absolut maupun terbatas.

Need

adalah sesuatu yang

dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu dan

dalam kasus ini pertumbuhan

need

tersebut akan bisa dilihat merupakan sebagian dari

perkembangan penawaran fasilitas pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 2008).

Konsep

need

merangkum beberapa penilaian efektifitas, potensi untuk

mempertimbangkan berbagai cara untuk memenuhi

need

(dengan segala akibat yang

ditimbulkannya) dan pengakuan akan adanya keterbatasan sumber daya serta dapat

juga merupakan bentuk dasar bagi alokasi sumber daya. Pada umumnya akan lebih

baik untuk memasukkan sekaligus

need

ketika melakukan pengujian beroperasinya

suatu pelayanan kesehatan tertentu. Mengingat

need

dapat memberikan dasar yang

cukup bagi pengambilan keputusan yang tepat. Alokasi sumber daya sektor kesehatan

tetap kurang efisien tanpa adanya beberapa koreksi yang menyangkut, pertama

penyatuan kesepakatan tentang

benefits value

yang sering masih berbeda antara satu

orang dan yang kedua menyangkut informasi yang benar tentang segi biayanya.

(40)

mengenai : ”Apakah seseorang itu meminta pelayanan umum?”. Bradshaw

mengatakan ada empat definisi yang berbeda mengenai

need

yang lazim digunakan

oleh peneliti dan praktisi

social policy

, yaitu :

a.

Normative Need

terjadi manakala masyarakat memiliki standar pelayanan

kesehatan yang berada di bawah definisi

desirable

oleh para ahli. (standar

desirable

disini bisa saja bervariasi antara satu ahli dengan yang lain).

b.

Felt Need

terjadi manakala masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan, hal ini

berkaitan dengan persepsi perorangan tentang pelayanan kesehatan, sehingga

dengan jelas akan berbeda dengan persepsi orang lainnya.

c.

Expressed Need

adalah

need

yang dirasakan tadi kemudian dikonversikan ke

dalam permintaan. Misalnya mencari pelayanan kesehatan ke dokter puskesmas

(permintaan disini tidak harus selalu seperti apa yang didefinisikan oleh para

ekonom yang mencakup persoalan

wiilingness to pay

dan

ability to pay

terhadap

pelayanan kesehatan).

d.

Comparative Need

terjadi manakala satu kelompok orang di masyarakat dengan

status kesehatan tertentu tidak mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan

kelompok yang lain dengan status kesehatan yang identik itu ternyata

mendapatkan pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 2008).

(41)

menentukan perkembangan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu

pada perkembangan pola penyakit di masyarakat.

Adapun tuntutan kesehatan adalah sesuatu yang subjektif, oleh karena itu

pemenuhan terhadap tuntutan kesehatan sedikit pengaruhnya terhadap perubahan

derajat kesehatan, karena sifatnya yang subjektif, maka tuntutan terhadap kesehatan

sangat dipengaruhi oleh status sosial masyarakat itu sendiri.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan baik, maka

banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan

masyarakat, sehingga perkembangan pelayanan kesehatan secara umum dipengaruhi

oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya

merupakan gambaran dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tersebut

(Jefkins, 2002).

Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan

mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan yang disertai

kemampuan untuk membeli barang dan jasa dan keinginan yang tidak disertai

kemampuan untuk membeli barang dan jasa (Tjiptoherijanto, 2008).

(42)

pertama. Itulah sebab rendahnya penggunaan puskesmas atau tidak digunakannya

fasilitas-fasilitas pengobatan modern seperti puskesmas dengan ruang rawat inap

(Depkes RI, 2004).

2.5 Landasan Teori

Perilaku pencarian pengobatan oleh masyarakat di Kecamatan Medan Kota

sebagai fokus penelitian ini mengacu kepada teori pola pencarian pengobatan yang

dikemukakan oleh Anderson dan Green dalam Notoatmodjo (2007) yang secara

umum mencakup seluruh aspek, maka dalam penelitian ini difokuskan pada aspek

sosio demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan sikap),

sosioekonomi (pekerjaan dan penghasilan) serta kebutuhan (kebutuhan yang

dirasakan).

[image:42.612.110.522.454.678.2]

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Sosiodemografi

-

Umur

-

Jenis Kelamin

-

Pendidikan

-

Pengetahuan

-

Sikap

Sosioekonomi

-

Pekerjaan

-

Penghasilan

Perilaku pencarian

Pengobatan

(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

survey dengan pendekatan

cross sectional

yang merupakan penelitian untuk

mengetahui pengaruh variabel independen (sosiodemografi, sosioekonomi dan

kebutuhan) terhadap variabel terikat (perilaku pencarian pengobatan) pada saat yang

bersamaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota, dengan pertimbangan di

wilayah tersebut ditemukan sarana pelayanan kesehatan yang bervariasi untuk dipilih

masyarakat, yaitu 17 unit sarana pelayanan kesehatan, terdiri dari : 3 unit puskesmas,

6 unit rumah sakit swasta, 4 unit balai pengobatan umum dan 4 unit balai kesehatan

ibu dan anak.

Pelaksanaan penelitian selama 6 bulan dari bulan Januari sampai Juni 2013

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(44)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah Kepala Keluarga yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan

Kota. Besar sampel (

sample size

) ditentukan menggunakan rumus penentuan besar

sampel uji hipotesis data proporsi satu populasi dengan rumus sebagai berikut:

n =

2 2

d

Q

P

α

Keterangan:

n

: Besar sampel minimal yang diperlukan

α

: Taraf kemaknaan 10% (1,96)

P

: Proporsi di populasi yang sakit (10%) berdasarkan data kesakitan

penduduk tahun 2012.

Q

: 1 - 0,10 = 0,90

d

: Limit dari error atau presisi absolut (5%)

[image:44.612.114.537.475.708.2]

Berdasarkan perhitungan didapatkan besar sampel 138 KK. Besar sampel di

ditentukan secara proporsional pada 12 kelurahan di Kecamatan Medan Kota yaitu:

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Penduduk dan Sampel Menurut Kelurahan

di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

No

Kelurahan

Jumlah KK

Besar Sampel

1

1.043/20.728 x138

7

2

1.240/20.728 x138

8

3

1.745/20.728 x138

12

4

929/20.728 x138

6

5

1.310/20.728 x138

9

6

1.859/20.728 x138

12

7

1.545/20.728 x138

10

8

2.570/20.728 x138

17

9

1.396/20.728 x138

9

10

2.270/20.728 x138

15

11

2.770/20.728 x138

18

12

2.052/20.728 x138

14

(45)

Kriteria KK yang dipilih menjadi sampel penelitian adalah :

a.

Kepala Keluarga yang berdomisili di wilayah Kecamatan Medan Kota.

b.

Pernah mengalami sakit dalam 1 bulan terakhir dan memanfaatkan salah satu

sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di Kecamatan Medan Kota

c.

Bersedia menjadi responden dan mampu berkomunikasi dengan jelas.

Cara pengambilan sampel untuk setiap kelurahan disesuaikan dengan kriteria

yang telah ditetapkan (sampel bersyarat), misalnya untuk Kelurahan Pasar Baru,

diambil 7 KK dari 1.043 KK yang ada, caranya adalah: peneliti mencari sampel pada

setiap lingkungan, sehingga diperoleh sampel yang menyebar dan mewakili setiap

lingkungan untuk masing-masing kelurahan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

(46)

3.4.2 Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder berupa data jumlah penduduk Kecamatan

Medan Kota, serta data tentang gambaran umum wilayah penelitian serta data lainnya

yang berguna untuk mendukung pembahasan data primer.

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan

reliabilitas. Untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba pada 30 orang

penduduk di Kecamatan Medan Kota yang tidak terpilih menjadi sampel penelitian.

Untuk mengetahui sejauhmana kesamaan antara yang diukur peneliti dengan

kondisi yang sebenarnya di lapangan, maka dilakukan uji validitas terhadap kuesioner

yang telah dipersiapkan, dengan melihat nilai koefisien korelasi item pertanyaan

dengan total nilai pertanyaan pada setiap variabel (

corrected item total correlation

)

.

Item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila nilai

corrected item total

> nilai r tabel (0,361) pada

α =5%.

Untuk mengetahui sejauhmana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan

tersebut dilakukan berulang-ulang, maka dilakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner

yang telah dipersiapkan dengan formula

cronbach alpha

. Item pertanyaan dalam

kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai

cronbach

alpha

> 0,6 (Arikunto, 2006).

(47)

item total

> 0,361 dan nilai

cronbach

alpha

> 0,6 sehingga dapat disimpulkan

bahwa seluruh item pernyataan valid dan reliabel (Lampiran-2).

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah pengertian variabel secara operasional dan

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

a. Sosiodemografi adalah karakteristik atau ciri individu yang menunjukkan kondisi

penduduk di Kecamatan Medan Kota secara sosial kependudukan. Sosiodemografi

ini diukur melalui indikator : (a) umur, (b) jenis kelamin, (c) pendidikan,

(d) pengetahuan dan (e) sikap.

b. Sosioekonomi adalah karakteristik atau ciri individu yang menunjukkan kondisi

penduduk di Kecamatan Medan Kota secara sosial ekonoomi. Sosioekonomi ini

diukur melalui indikator : (a) pekerjaan dan (b) penghasilan.

c. Kebutuhan adalah gangguan kesehatan atau penyakit yang dirasakan oleh

penduduk di Kecamatan Medan Kota sehingga membutuhkan pengobatan.

Kebutuhan ini diukur melalui indikator kebutuhan dengan indikator penyakit yang

ringan sakit sakit sedang dan sakit berat atau parah.

(48)

pencarian pengobatan yang baik, sedangkan jika tidak berobat atau mencari

pengobatan ke alternatif dinyatakan pencarian pengobatan tidak baik.

3.6 Metode Pengukuran

[image:48.612.110.531.289.692.2]

Pengukuran variabel penelitian menggunakan skala ordinal disesuaikan

dengan jenis masing-masing variabel penelitian.

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel

Perta

nyaan

Skor Pilihan

Jawaban

Kategori

Skala

Ukur

Sosiodemografi

23-42 tahun

43-61 tahun

Laki-laki

Perempuan

Tinggi =2

Rendah =1

Benar = 2

Salah = 1

Tidak tahu =1

Baik (41-50)

Sedang (29-40)

Kurang (17-28)

Ordinal

a. Umur

b. Jenis

Kelamin

c. Pendidikan

1

1

1

d. Pengetahuan

8

e. Sikap

8

Sangat Setuju=4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat Tidak

Setuju=1

Sosioekonomi

a.Pekerjaan

b.Penghasilan

1

1

Bekerja = 2

Tidak bekerja= 1

>UMK =2

≤UMK =1

Baik (4)

Sedang (3)

Kurang (2)

Ordinal

Kebutuhan

3

Ya = 2

Tidak = 1

Tinggi (6)

Sedang (5)

Rendah (3-4)

Ordinal

Perilaku

Pencarian

Pengobatan

3

Baik = 2

Tidak baik = 1

Baik (5-6)

Tidak baik (3-4)

(49)

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan meliputi tahapan analisis univariat yaitu

analisis untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing masing variabel, dimana

hasil penelitian dilakukan interpretasi data dari item pertanyaan dengan cara

menghitung jawaban menggunakan komputer. Setiap item yang dijawab diberi nilai

sesuai dengan kategori yang telah ditentukan

Kemudian analisis bivariat dengan tabulasi silang yang betujuan untuk

menganalisis hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel

dependen menggunakan uji

chi square

.

Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda (

multiple logistic

regression test

) karena variabel terikat yaitu perilaku pencarian pengobatan

dikategorikan dalam 2 kelompok (baik dan tidak baik). Uji regresi logistik dilakukan

untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dengan

persamaan sebagai berikut: (Hastono, 2001).

Logit P (Y) = b

0

+ b

1

X

1

+ b

2

X

2

+ b

3

X

3

Dimana

+ µ

Y

= Perilaku pencarian pengobatan

b

0

b

= Konstanta

1 –

b

3

X

= Koefisien Regresi

1

X

= Sosiodemografi

2

X

(50)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Kota

Kecamatan Medan Kota memiliki luas wilayahnya 5,98 km², secara

administratif terbagi atas 12 kelurahan dan 146 lingkungan. Kecamatan Medan Kota

mempunyai penduduknya berjumlah 72.580 jiwa dengan karakteristik yang beragam,

dilihat dari suku bangsa, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan.

Sebagai wilayah yang terletak di pusat Kota Medan, kecamatan ini

merupakan daerah perdagangan dan jasa, hal ini ditandai dengan adanya 7 unit pasar

tradisional, 5 unit pasar modern (plaza atau mall) dan 128 unit toko grosir.

Sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Medan Kota 45 unit

SD/sederajat, 26 unit SMP/sederajat, 33 unit SMA/sederajat dan beberapa perguruan

tinggi. Sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Medan Kota antara lain 17 unit

terdiri dari : 3 unit puskesmas, 6 unit rumah sakit swasta, 4 unit balai pengobatan

umum dan 4 unit balai kesehatan ibu dan anak.

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Sosiodemografi Responden

(51)
[image:51.612.115.528.154.220.2]

Tabel 4.1 Distribusi Reponden Menurut Umur di Kecamatan Medan Kota

Tahun 2013

No

Umur

Jumlah (Orang)

%

1

23 - 42 Tahun

112

81,2

2

43 - 62 Tahun

26

18,8

Jumlah

138

100,0

Pengelompokan umur responden berdasarkan umur paling rendah dan umur

paling tinggi, yaitu 23 tahun sampai 61 tahun. Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui

responden berumur 23-42 tahun sebanyak 112 orang (81,2%) sedangkan yang

berumur 43-62 tahun sebanyak 26 orang (18,83%).

Tabel 4.2 Distribusi Reponden Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan

Kota Tahun 2013

No

Jenis Kelamin

Jumlah (Orang)

%

1

Laki-laki

125

90,6

2

Perempuan

13

9,4

Jumlah

138

100,0

[image:51.612.113.529.583.700.2]

Jenis kelamin responden berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa paling

banyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 125 orang (90,6%) sedangkan responden

dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (9,4%).

Tabel 4.3 Distribusi Reponden Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Medan Kota Tahun 2013

No

Pendidikan

Jumlah (Orang)

%

1

SD

15

10,9

2

SMP

34

24,6

3

SMA

51

37,0

(52)

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling

banyak adalah SMA yaitu sebanyak 51 orang (37,0%) sedangkan responden dengan

tingkat pendidikan Sarjana merupakan persentase paling sedikit yaitu 10 orang

(7,2%). Berdasarkan tingkat pendidikan responden dikategorikan rendah sebanyak

100 orang (72,5%) dan pendidikan tinggi 38 orang (27,5%).

Pengetahuan responden tentang pencarian pengobatan yang dikaji dalam

penelitian ini meliputi 8 pertanyaan sebagai berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Pencarian

Pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

No

Pengetahuan

Benar Salah Tidak

Tahu

Jumlah

n

%

n % n %

n

%

1

Jika menderita sakit tetapi tidak bertindak

atau tidak melakukan kegiatan apa-apa

merupakan salah satu perilaku pencarian

pengobatan

58 42.0 79 57.2 1 0.7 138 100,0

2

Jika menderita sakit kemudian melakukan

pengobatan sendiri merupakan salah satu

perilaku pencarian pengobatan.

64 46.4 71 51.4 3 2.2 138 100,0

3

Jika menderita sakit kemudian berobat ke

fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional

merupakan salah satu perilaku pencarian

pengobatan

59 42.8 74 53.6 5 3.6 138 100,0

4

Jika menderita sakit kemudian membeli

obat-obat ke warung obat merupakan salah

satu perilaku pencarian pengobatan

68 49.3 69 50.0 1 0.7 138 100,0

5

Jika menderita sakit kemudian berobat ke

balai pengobatan merupakan salah satu

(53)

Tabel 4.4 (Lanjutan)

No

Pengetahuan

Benar

Salah

Tidak

Tahu

Jumlah

n %

n

% n %

n

%

6

Jika menderita sakit kemudian berobat

ke puskesmas merupakan salah satu

perilaku pencarian pengobatan

82 59.4 53 38.4 3 2.2 138 100,0

7

Jika menderita sakit kemudian berobat

ke rumah sakit merupakan salah satu

perilaku pencarian pengobatan

72 52.2 65 47.1 1 0.7 138 100,0

8

Jika menderita sakit kemudian berobat

ke praktek dokter merupakan salah

satu perilaku pencarian pengobatan

73 52.9 62 44.9 3 2.2 138 100,0

[image:53.612.119.528.133.338.2]
(54)

puskesmas merupakan salah satu perilaku pencarian pengobatan sebanyak 82 orang

(59,4%). Responden yang menyatakan benar jika menderita sakit kemudian berobat

ke rumah sakit merupakan salah satu perilaku pencarian pengobatan sebanyak 72

orang (52,2%). Responden yang menyatakan benar jika menderita sakit kemudian

berobat ke praktek dokter merupakan salah satu perilaku pencarian pengobatan

sebanyak 73 orang (52,9%).

[image:54.612.118.526.369.677.2]

Sikap responden tentang pencarian pengobatan yang dikaji dalam penelitian

ini meliputi 8 pertanyaan sebagai berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Sikap tentang Pencarian Pengobatan

di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

N

o

Sikap

SS

S

TS

STS

Jumlah

n % n % n

%

n

%

n

%

1 Tidak bertindak atau tidak

melakukan kegiatan pada saat

menderita sakit

0 0.0 0 0.0 53 38.4 85 61.6 138 100,0

2 Melakukan pengobatan sendiri

pada saat menderita akit

0 0.0 0 0.0 83 60.1 55 39.9 138 100,0

3 Mencari pengobatan ke

fasilitas-fasilitas pengobatan

tradisional saat menderita sakit

2 1.4 2 1.4 84 60.9 50 36.2 138 100,0

4 Membeli obat-obat ke warung

obat saat menderita sakit

20 14.5 74 53.6 26 18.8 18 13.0 138 100,0

5 Mencari pengobatan ke balai

pengobatan saat menderita

sakit

39 28.3 80 58.0 12 8.7 7 5.1 138 100,0

6 Mencari pengobatan ke

puskesmas saat menderita sakit

66 47.8 30 21.7 34 24.6 8 5.8 138 100,0

7 Mencari pengobatan ke rumah

(55)

Tabel 4.5 (Lanjutan)

No

Sikap

SS

S

TS

STS

Jumlah

n

% n % n

%

n

%

n

%

8

Mencari pengobatan ke

praktek dokter saat menderita

sakit

71 51.4 48 34.8 12 8.7 7 5.1 138 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang menyatakan sangat

tidak setuju jika tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa jika menderita

sakit sebanyak 85 orang (61,6%),. Responden yang menyatakan tidak setuju

melakukan pengobatan sendiri pada saat menderita sakit sebanyak 83 orang

(60,1%). Responden yang menyatakan tidak setuju mencari pengobatan ke

fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional saat menderita sakit sebanyak 84 orang (60,9%).

Responden yang menyatakan setuju membeli obat-obat ke warung obat saat

menderita sakit sebanyak 74 orang (53,6%). Responden yang menyatakan setuju

mencari pengobatan ke balai pengobatan saat menderita sakit sebanyak 80 orang

(58,0%). Responden yang menyatakan sangat setuju mencari pengobatan ke

puskesmas saat menderita sakit sebanyak 66 orang (47,8%). Responden yang

menyatakan sangat setuju mencari pengobatan ke rumah sakit saat menderita sakit

sebanyak 71 orang (51,4%). Responden yang menyatakan sangat setuju mencari

pengobatan ke praktek dokter saat menderita sakit sebanyak 71 orang (51,4%).

[image:55.612.111.533.142.224.2]
(56)
[image:56.612.115.536.451.596.2]

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Kategori Sosiodemografi tentang

Pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

No

Kategori Sosiodemografi

Jumlah (Orang)

%

1

Baik

8

5,8

2

Sedang

114

82,6

3

Kurang

16

11,6

Jumlah

138

100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa kategori sosiodemografi responden

tentang pencarian pengobatan terbanyak adalah kategori sedang yaitu 114 orang

(82,6%) sedangkan paling sedikit kategori baik yaitu 8 orang (5,8%).

4.2.2 Sosioekonomi Responden

[image:56.612.112.534.453.594.2]

Sosioekonomi responden dalam pencarian pengobatan yang dikaji dalam

penelitian ini meliputi faktor pekerjaan dan penghasilan sebagai berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Kecamatan Medan

Kota Tahun 2013

No

Pekerjaan

Jumlah (Orang)

%

1

PNS/ TNI/ Polri/ Pensiunan

5

3.6

2

Pegawai Swasta

25

18.1

3

Petani

4

2.9

4

Buruh

28

20.3

5

Wiraswasta/ Pedagang

56

40.6

6

Tidak bekerja

20

14.5

Jumlah

138

100,0

(57)
[image:57.612.113.533.210.275.2]

bekerja sebanyak 118 orang (85,5%) sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 20

orang (14,5%).

Tabel 4.8 Distribusi Reponden Menurut Penghasilan di Kecamatan Medan

Kota Tahun 2013

No

Penghasilan

Jumlah (Orang)

%

1

≤ UM Kota Medan (Rp. 1.650.000)

63

45,7

2

> UM Kota Medan (Rp. 1.650.000)

75

54,3

Jumlah

138

100,0

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa tingkat penghasilan responden paling

banyak adalah > Upah Minimum Kota Medan (Rp. 1.650.000) yaitu sebanyak 75

orang (54,3%) sedangkan responden dengan tingkat penghasilan

≤ UM Kota Medan

sebanyak 63 orang (45,7%).

Secara keseluruhan faktor sosioekonomi responden dilakukan penjumlahan

skor pekerjaan dan penghasilan sebagaimana telah ditentukan dalam aspek

pengukuran metode penelitian, kemudian dikategorikan sebagai berikut.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Kategori Sosioekonomi di Kecamatan

Medan Kota Tahun 2013

No

Kategori Sosioekonomi

Jumlah (Orang)

%

1

Baik

57

41,4

2

Sedang

79

57,2

3

Kurang

2

1,4

Jumlah

138

100,0

(58)

4.2.3 Kebutuhan Responden

[image:58.612.115.528.236.417.2]

Kebutuhan responden dalam pencarian pengobatan yang dikaji dalam

penelitian ini meliputi 3 pertanyaan sebagai berikut.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Kebutuhan Pencarian Pengobatan di

Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

No

Kebutuhan

Ya

Tidak

Jumlah

n

%

n

%

n

%

1

Menderita sakit yang ringan sehingga

mencari pengobatan ke sarana

pelayanan kesehatan

46 33.3 92 66.7 138 100,0

2

Menderita sakit yang sedang sehingga

mencari pengobatan ke sarana

pelayanan kesehatan

82 59.4 56 40.6 138 100,0

3

Menderita sakit yang berat sehingga

mencari pengobatan ke sarana

pelayanan kesehatan

117 84.8 21 15.2 138 100,0

Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa responden menyatakan mencari

pengobatan jika menderita sakit yang ringan sebanyak 46 orang (33,3%), responden

menyatakan mencari pengobatan jika menderita sakit yang sedang sebanyak 82 orang

(59,4%), responden menyatakan mencari pengobatan jika menderita sakit yang berat

sebanyak 117 orang (84,8%),

Secara keseluruhan faktor kebutuhan responden dalam pencarian pengobatan

dikategorikan :

(59)

b.

Sedang : jika responden mencari pengobatan pada saat sakit sedang maupun

berat

[image:59.612.114.533.293.372.2]

c.

Rendah : jika responden mencari pengobatan pada saat sakit berat atau parah

Hasil pengkategorian kebutuhan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan di

atas sebagai berikut

Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut Kategori Kebutuhan di Kecamatan

Medan Kota Tahun 2013

No

Kategori Kebutuhan

Jumlah (Orang)

%

1

Tinggi

23

16,6

2

Sedang

63

45,7

3

Rendah

52

37,7

Jumlah

<

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1  Distribusi Jumlah Penduduk dan Sampel Menurut Kelurahan                        di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013
Tabel 3.2  Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Tabel 4.1  Distribusi Reponden Menurut Umur di Kecamatan Medan Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Routing DSR akan melakukan mekanisme flooding dengan mengirimkan paket RREQ dan RREP pada saat route discovery dan ketika jumlah node bertambah maka jumlah paket RREQ dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemertahanan bahasa Jawa di Desa Sukarena dan pemertahanan bahasa Jawa dalam ranah keluarga dan ranah transaksi. Jenis

Pada penelitian 1anjutan, pengamatan dilakukan terha- dap rendemen minyak, kadar air, kadar asam lemak bebas, kejernihan, bilangan peroksida, bilangan penyabunan dan

Dengan demikian, laboratorium penelitian dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ilmiah yang endingnya adalah penemuan konsep, prinsip,

Berdasarkan hasil analisis gap tingkat kepuasan di atas dapat dilihat bahwa responden pengguna kelas III dan VIP belum puas terhadap pelayanan keperawatan pada seluruh

The research aims to determine cow performance of Ongole Grade (OG) and Simmental Ongole Crossbred cow (SOC) in terms of feed consumption, body condition score (BCS) and post

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas- aktivitas yang akan dilakukan. Dalam Problem Based Learning, tahapan ini..

Hal ini diaplikasikan dalam bidang pendidikan untuk mengindentifkasi tingkat stres siswa kelas III IPA SMA menghadapi UiV dan solusi penurunan tingkat stres