PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, SOSIOEKONOMI DAN
KEBUTUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM
PENCARIAN PENGOBATAN DI KECAMATAN MEDAN KOTA
TAHUN 2013
TESIS
Oleh
TIOMARNI LUMBAN GAOL
117032160/IKM
THE INFLUENCE OF THE FACTORS OF DEMOGRAPHY,
SOCIO-ECONOMY, AND NEEDS ON COMMUNITY BEHAVIOR IN
SEARCHING FOR MEDICATION AT MEDAN KOTA
SUBDISTRICT, IN 2013
THESIS
By
TIOMARNI LUMBAN GAOL
117032160/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, SOSIOEKONOMI DAN
KEBUTUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM
PENCARIAN PENGOBATAN DI KECAMATAN MEDAN KOTA
TAHUN 2013
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
TIOMARNI LUMBAN GAOL
117032160/IKM
Judul Tesis
: PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI,
SOSIOEKONOMI DAN KEBUTUHAN
TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT
DALAM PENCARIAN PENGOBATAN DI
KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2013
Nama Mahasiswa
: Tiomarni Lumban Gaol
Nomor Induk Mahasiswa : 117032160
Program Studi
: S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi
: Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Drs. Tukiman, M.K.M
Ketua
Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S
)
Telah diuji
pada Tanggal : 02 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, SOSIOEKONOMI DAN
KEBUTUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM
PENCARIAN PENGOBATAN DI KECAMATAN MEDAN KOTA
TAHUN 2013
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2013
ABSTRAK
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya ialah dengan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Namun program pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah
belum sepenuhnya sesuai dengan faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan
kebutuhan masyarakat. Di Kecamatan Medan Kota ditemukan sarana pelayanan
kesehatan yang beragam sehingga perlu dikaji pencarian pengobatan yang dilakukan
masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosiodemografi,
sosioekonomi dan kebutuhan masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di
Kecamatan Medan Kota dilakukan terhadap 138 orang kepala keluarga sebagai
sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara
statistik mengunakan uji regresi logistik
ganda pada α = 5%.
Hasil penelitian faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan,
pengetahuan dan sikap), faktor sosioekonomi (pekerjaan dan penghasilan) dan faktor
kebutuhan yang dirasakan berpengaruh terhadap pencarian pengobatan di Kecamatan
Medan Kota. Faktor kebutuhan paling dominan memengaruhi pencarian pengobatan
dengan nilai signifikan 0,000 dan nilai regresi logistik 8,564.
Disarankan peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap tentang
penyakit dan pencarian pengobatan bagi masyarakat, melalui penyuluhan serta
sosialisasi program kesehatan, sehingga setiap masyarakat yang mengalami gangguan
kesehatan akan berupaya mencari pengobatan. Tenaga kesehatan supaya memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
ABSTRACT
One of the attempts to achieve the highest public health standard is by
performing health services. However, health service program performed by the
government is still not adequately in line with the factors of socio-demography,
socio-economy, and public needs. Varied the health service facilities are found in
Medan Kota Sub district therefore, it is necessary to study the search for medication
by people.
The aim the research was to know the influence of the factors of
socio-demography, socio-economy, and public needs on the behavior of searching for
medication in Medan Kota Sub district. The samples consisted 0f 138 families, and
the data were gathered by using questionnaires and analyzed statistically by using
multiple logistic regression tests at
α=5%.
The result of the research showed that socio-demography (age, sex,
education, knowledge, and attitude), socio-economy (occupation and income), and
public needs had influence to the search medication at Medan Kota Sub district. The
need factor had the most dominant influence on to the search medication to the
search medication with significance value of 0,000 and logistic regression value of
8,564.
It is recommended that knowledge and the change in attitude about disease
and the search for medication by people should be increased through counseling and
socialization of health program so that people who are sick will attempt to search for
medication. It also recommended that to health officer should make health service in
health facilities which are line with public needs.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas bimbingan
dan karuniaNya, penulisan tesis ini dapat di selesaikan dengan baik. Penyusunan tesis
ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan
pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Medan.
Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan
kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof Dr. dr Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A,(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat sekaligus sebagai dosen
penguji tesis
6. dr. Heldy BZ, M.P.H selaku Dosen Penguji Tesis.
7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Camat Medan Kota beserta seluruh staf yang telah mengizinkan dilakukan
penelitian di wilayahnya.
9. Seluruh Lurah di wilayah Kecamatan Medan Kota yang telah bersedia
memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
10. Seluruh penduduk Kecamatan Medan Kota yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini
11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Minat Studi Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku
Terima kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta Pardamean
Manurung dan anak-anakku tersayang Raja Manurung, Yossie Agustina Manurung,
Partio Wenna Manurung, Titian Asnita Manurung serta seluruh keluarga yang telah
memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian dan
pendidikan S2 ini.
Medan, Juli 2013
RIWAYAT HIDUP
Tiomarni Lumban Gaol lahir di Medan tanggal 12 Oktober 1962. Anak dari
pasangan bapak Alm. M. Lumban Gaol dan Ibu E. Banjarnahor. Penulis anak
pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan formal penulis dimulai dari SD St. Antonius Medan selesai tahun
1974, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Medan selesai tahun
1977, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 5 Medan selesai
tahun 1981, kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada Akademi Keperawatan
Universitas Darma Agung Medan selesai tahun 1985, Akta III di IKIP Medan selesai
tahun 1995, S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Medan selesai tahun 2001. Pendidikan S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara sampai saat ini.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...
i
ABSTRACT...
ii
KATA PENGANTAR ...
iii
RIWAYAT HIDUP ...
iv
DAFTAR ISI ...
vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ...
x
DAFTAR LAMPIRAN ...
xi
BAB 1. PENDAHULUAN ...
1
1.1 Latar Belakang ...
1
1.2 Permasalahan ...
8
1.3 Tujuan Penelitian ...
8
1.4 Hipotesis...
8
1.5 Manfaat Penelitian ...
8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...
9
2.1 Perilaku Pencarian Pengobatan ...
9
2.2 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ...
11
2.3 Perilaku ...
14
2.3.1 Pengertian Perilaku ...
14
2.3.2 Domain Perilaku ...
15
2.3.3 Perilaku Kesehatan ...
18
2.4 Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan ...
19
2.5 Landasan Teori ...
23
2.6 Kerangka Konsep ...
23
BAB 3. METODE PENELITIAN...
24
3.1 Jenis Penelitian ...
24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...
24
3.2.1 Lokasi Penelitian ...
24
3.2.2 Waktu Penelitian ...
24
3.3 Populasi dan Sampel ...
24
3.3.1 Populasi ...
24
3.3.2 Sampel ...
25
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...
26
3.4.1 Data Primer ...
26
3.4.2 Data Sekunder ...
26
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...
27
3.6 Metode Pengukuran ...
28
3.7 Metode Analisis Data ...
29
BAB 4. HASIL PENELITIAN ...
31
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Kota ...
31
4.2 Analisis Univariat ...
31
4.2.1 Sosiodemografi Responden ...
31
4.2.2 Sosioekonomi Responden ...
37
4.2.3 Kebutuhan Responden ...
39
4.2.4 Pencarian Pengobatan ...
40
4.3 Analisis Bivariat ...
45
4.4 Analisis Multivariat ...
47
BAB 5. PEMBAHASAN ...
48
5.1 Pengaruh Sosiodemografi terhadap Pencarian Pengobatan
di Kecamatan Medan Kota ...
48
5.2 Pengaruh Sosioekonomi terhadap Pencarian Pengobatan
di Kecamatan Medan Kota ...
54
5.3 Pengaruh Kebutuhan terhadap Pencarian Pengobatan
di Kecamatan Medan Kota ...
56
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...
67
6.1 Kesimpulan ...
67
6.2 Saran ...
68
DAFTAR PUSTAKA ...
69
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
3.1
Distribusi Jumlah KK dan Sampel Menurut Kelurahan di Kecamatan
Medan Kota Tahun 2013 ...
25
3.2
Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ...
29
4.1
Distribusi Reponden Menurut Umur di Kecamatan Medan Kota Tahun
2013 ...
32
4.2
Distribusi Reponden Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Kota
Tahun 2013 ...
32
4.3
Distribusi Reponden Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Medan
Kota Tahun 2013 ...
32
4.4
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Pencarian
Pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...
33
4.5
Distribusi Responden Menurut Sikap tentang Pencarian Pengobatan di
Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...
35
4.6
Distribusi Responden Menurut Kategori Sosiodemografi tentang
Pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...
37
4.7
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Kecamatan Medan Kota
Tahun 2013 ...
37
4.8
Distribusi Reponden Menurut Penghasilan di Kecamatan Medan Kota
Tahun 2013 ...
38
4.9
Distribusi Responden Menurut Kategori Sosioekonomi di Kecamatan
Medan Kota Tahun 2013 ...
38
4.10 Distribusi Responden Menurut Kebutuhan Pencarian Pengobatan di
Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...
39
4.11 Distribusi Responden Menurut Kategori Kebutuhan di Kecamatan
4.12 Distribusi Responden Menurut Jenis Penyakit di Kecamatan Medan Kota
Tahun 2013 ...
40
4.13 Distribusi Reponden Menurut Lama Menderita Sakit sehingga Mencari
Pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...
41
4.14 Distribusi Responden Menurut Cara Pencarian Pengobatan di Kecamatan
Medan Kota Tahun 2013 ...
41
4.15 Distribusi Reponden Menurut Anjuran Melakukan Kunjungan Ulang ke
Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...
42
4.16 Distribusi Reponden Menurut Kepatuhan Melakukan Kunjungan Ulang
ke Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...
42
4.17 Distribusi Responden Menurut Pencarian Pengobatan jika Tidak Sembuh
di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...
43
4.18 Distribusi Responden Menurut Kategori Pencarian Pengobatan di
Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...
44
4.19 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Sosiodemografi
di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...
45
4.20 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Sosiodemografi
di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...
46
4.21 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Sosioekonomi di Kecamatan
Medan Kota Tahun 2013 ...
46
4.22 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Kebutuhan di Kecamatan Medan
Kota Tahun 2013 ...
47
4.23 Hasil Uji Pengaruh Sosiodemografi, Sosioekonomi dan Kebutuhan
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1 Kuesioner Penelitian ...
72
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 77
3. Hasil Uji Univariat ... 80
4. Hasil Uji Bivariat ... 88
5. Hasil Uji Multivariat ... 91
6. Master Data Penelitian ... 92
7. Surat Izin Penelitian ... 95
ABSTRAK
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya ialah dengan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Namun program pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah
belum sepenuhnya sesuai dengan faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan
kebutuhan masyarakat. Di Kecamatan Medan Kota ditemukan sarana pelayanan
kesehatan yang beragam sehingga perlu dikaji pencarian pengobatan yang dilakukan
masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosiodemografi,
sosioekonomi dan kebutuhan masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di
Kecamatan Medan Kota dilakukan terhadap 138 orang kepala keluarga sebagai
sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara
statistik mengunakan uji regresi logistik
ganda pada α = 5%.
Hasil penelitian faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan,
pengetahuan dan sikap), faktor sosioekonomi (pekerjaan dan penghasilan) dan faktor
kebutuhan yang dirasakan berpengaruh terhadap pencarian pengobatan di Kecamatan
Medan Kota. Faktor kebutuhan paling dominan memengaruhi pencarian pengobatan
dengan nilai signifikan 0,000 dan nilai regresi logistik 8,564.
Disarankan peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap tentang
penyakit dan pencarian pengobatan bagi masyarakat, melalui penyuluhan serta
sosialisasi program kesehatan, sehingga setiap masyarakat yang mengalami gangguan
kesehatan akan berupaya mencari pengobatan. Tenaga kesehatan supaya memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
ABSTRACT
One of the attempts to achieve the highest public health standard is by
performing health services. However, health service program performed by the
government is still not adequately in line with the factors of socio-demography,
socio-economy, and public needs. Varied the health service facilities are found in
Medan Kota Sub district therefore, it is necessary to study the search for medication
by people.
The aim the research was to know the influence of the factors of
socio-demography, socio-economy, and public needs on the behavior of searching for
medication in Medan Kota Sub district. The samples consisted 0f 138 families, and
the data were gathered by using questionnaires and analyzed statistically by using
multiple logistic regression tests at
α=5%.
The result of the research showed that socio-demography (age, sex,
education, knowledge, and attitude), socio-economy (occupation and income), and
public needs had influence to the search medication at Medan Kota Sub district. The
need factor had the most dominant influence on to the search medication to the
search medication with significance value of 0,000 and logistic regression value of
8,564.
It is recommended that knowledge and the change in attitude about disease
and the search for medication by people should be increased through counseling and
socialization of health program so that people who are sick will attempt to search for
medication. It also recommended that to health officer should make health service in
health facilities which are line with public needs.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut,
pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah dan berkesinambungan (Depkes
RI, 2009).
Perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok
atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian
pengobatan di masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat bervariasi
(Ilyas, 2003). Variasi pencarian pengobatan di masyarakat dipengaruhi dengan
jumlah sarana pelayanan kesehatan yang semakin bertambah serta jenis, metode serta
peralatan pelayanan kesehatan yang tersedia di sarana pelayanan kesehatan juga
semakin beragam.
Menurut Notoatmodjo (2007), pencarian pengobatan oleh masyarakat terkait
dengan respons seseorang apabila sakit serta membutuhkan pelayanan kesehatan.
Respons tersebut antara lain : (1) tindakan mengobati sendiri, (2) mencari pengobatan
ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional, (3) mencari pengobatan dengan membeli
obat-obat ke warung-warung obat, (4) mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas
modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta,
yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas dan rumah sakit,
(5) mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh
dokter praktek.
teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan; (2) faktor organisasi, meliputi
ketersediaan sumber daya, keterjangkauan lokasi, dan keterjangkauan sosial; (3)
faktor interaksi konsumen-provider, faktor yang berhubungan dengan konsumen
meliputi kebutuhan yang dirasakan, dipengaruhi: faktor sosio demografi, faktor sosio
psikologis, dan faktor epidemiologis penyakit; selain itu ada faktor lain yang
berhubungan dengan provider
Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan, terdiri dari kebutuhan yang
dirasakan oleh konsumen (
felt need
) dan kebutuhan yang diukur menurut pendapat
provider (
evaluated need
). Kebutuhan yang dirasakan menurut konsumen dipengaruhi
oleh faktor sosio demografi dan faktor sosio psikologis. Kebutuhan yang dirasakan
terhadap pelayanan kesehatan, merupakan penjumlahan dari kebutuhan fisiologis dan
psikologis individu terhadap suatu pelayanan kesehatan.
Felt need
timbul bila
individu menginginkan pelayanan kesehatan dan berhubungan dengan persepsi
individu terhadap pelayanan kesehatan. Kebutuhan yang dirasakan membuat individu
mengambil keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan atau tidak. Ekspresi dari
felt need
terhadap pelayanan kesehatan adalah merupakan penggunaan atau
pemanfaatan dari pelayanan kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2007).
Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi
barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan untuk menggunakan pelayanan
kesehatan dan tidak inginnya menggunakan pelayanan kesehatan yang ada
(Tjiptoherijanto, 2008).
Menurut Sutojo (2004), dalam mengkaji kebutuhan pelayanan kesehatan
masyarakat menghendaki agar status kesehatannya dapat lebih optimal. Untuk itu
masyarakat sering melakukan penilaian terhadap pelayanan kesehatan yang akan ia
gunakan serta dikaitkan dengan faktor demografi serta faktor sosioekonomi yang
menunjukkan kemampuannya dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Penelitian Setyawan (2007) yang menyatakan ada hubungan antara sikap dan
minat masyarakat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan modern, selain
itu pencarian pengobatan juga berkaitan dengan faktor-faktor pendukung antara lain
biaya pengobatan, hasil pengobatan, kepercayaan kepada sarana pengobatan, kondisi
waktu berobat, keberadaan sarana, pelayanan pengobatan dan situasi di sarana
pengobatan serta konsep sehat dan sakit yang dimiliki oleh masyarakat. Menurut
WHO (1999) salah satu faktor yang menyebabkan. seseorang berperilaku dalam hal
pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sumber daya dan sumber dana yang dimiliki
antara lain kesempatan dan kemampuan membayar.
Kotamadya Yogyakarta menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh pada
penentuan pemilihan pengobatan adalah pendidikan dan status ekonomi
Penelitian Hendrawan (2005) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku dalam pencarian pengobatan di Kabupaten Serang menyatakan bahwa
terdapat hubungan faktor kepercayaan terhadap pengobatan dengan pemilihan upaya
pengobatan. Demikian juga penelitian Assegaf, dkk (2010) yang dimuat pada jurnal
MKM Vol.05 No.01 Desember 2010 menyimpulkan bahwa pilihan pencarian
pengobatan oleh ibu untuk anaknya yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut
di wilayah kerja Puskesmas Bakunase berturut-turut adalah terbanyak memilih
pengobatan medis (berobat ke sarana pelayanan kesehatan) sebesar 69,23%,
selanjutnya pengobatan sendiri sebesar 23,08% dan masih ada ibu yang memilih
pengobatan tradisional (berobat ke dukun) sebesar 7,69%. Jenis penggunaan sarana
pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bakunase adalah Puskesmas/Pustu
sebesar 50,85%, Rumah Sakit sebesar 13,56%, dan dokter/bidan praktek sebesar
35,59%.
Melihat potensi besar dan manfaat yang luar biasa ini, melalui dinas Kesehatan
maupun dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan bantuan masyarakat setempat
diharapkan dapat melestarikan tekhnik tersebut dengan merangkumnya dalam bentuk
buku, sehingga dapat menambah pustaka bangsa dan dapat dikembangkan maupun
diwariskan pada masyakat yang lain.
Perilaku pencarian pengobatan oleh masyarakat dipengaruhi oleh jumlah dan
jenis sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di sekitarnya. Oleh karena itu pada
wilayah yang banyak tersedia sarana pelayanan kesehatan seperti : puskesmas, rumah
sakit pemerintah dan swasta, balai pengobatan serta praktek dokter, maka pilihan
masyarakat semakin beragam untuk melakukan pencarian pengobatan.
Kecamatan Medan Kota merupakan salah satu wilayah di Kota Medan yang
terdapat cukup banyak sarana pelayanan kesehatan. Menurut Profil Kecamatan
Medan Kota (2011) bahwa di wilayah tersebut terdapat 17 unit sarana pelayanan
kesehatan, terdiri dari : 3 unit puskesmas, 6 unit rumah sakit swasta, 4 unit balai
pengobatan umum dan 4 unit balai kesehatan ibu dan anak. Dengan keragaman sarana
pelayanan kesehatan yang ada memungkinkan masyarakat di Kecamatan Medan Kota
memiliki banyak pilihan untuk mencari pengobatan dalam penyembuhan penyakit
yang dideritanya.
hanya 1 orang (10%). Hal ini menunjukkan bahwa adanya kecenderungan variasi
perilaku pencarian pengobatan pada masyarakat Kecamatan Medan Kota.
Permasalahan pencarian pengobatan oleh masyarakat di Kecamatan Medan
Kota jika dikaji dari aspek konsep sehat-sakit sebenarnya sudah baik, karena
masyarakat sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan pada saat menderita
sakit. Namun dalam kajian ini peneliti mencoba untuk merumuskan permasalahan
tentang variasi pencarian pengobatan ditinjau dari faktor sosiodemografi, sosio
ekonomi dan kebutuhan. Faktor-faktor yang memengaruhi variasi perilaku pencarian
pengobatan tersebut akan dikaji mengacu kepada teori pola pencarian pengobatan
yang dikemukakan oleh Anderson dan Green dalam Notoatmodjo (2007).
Berdasarkan uraian di atas serta didukung penelitian-penelitian sebelumnya,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku masyarakat dalam
pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota, sehingga dapat diketahui
pelayanan kesehatan yang dikehandaki masyarakat saat ini, serta dapat dibuat suatu
pengelompokan atau pola pencarian pengobatan oleh masyarakat berdasarkan faktor
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan sikap), sosio
ekonomi (pekerjaan dan penghasilan) dan kebutuhan (kebutuhan yang dirasakan)
masyarakat. Konsep mengkaji pencarian pengobatan akan lebih jelas apabila
dilakukan pada wilayah yang terdapat sarana pelayanan kesehatan yang beragam dan
hal ini dapat diwakili oleh Kecamatan Medan Kota yang terdapat 17 unit sarana
pelayanan kesehatan.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
adalah : bagaimana pengaruh faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan kebutuhan
masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota tahun
2013 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan
kebutuhan masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di Kecamatan Medan
Kota tahun 2013.
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan kebutuhan
masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota tahun
2013.
1.5 Manfaat Penelitian
1.
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam
merumuskan kebijakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Pencarian Pengobatan
Menurut Levey dan Loomba dalam Ilyas (2003), yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian
pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo
(1993), perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok
atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian
pengobatan di masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat bervariasi
(Ilyas, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), respons seseorang apabila sakit adalah
sebagai berikut:
(c) fasilitas kesehatan yang dibutuhkan tempatnya sangat jauh, petugas kesehatan
kurang ramah kepada pasien, (d) takut disuntik dokter dan karena biaya mahal.
b. Tindakan mengobati sendiri (
self treatment
), dengan alasan yang sama seperti telah
diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat
tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa bahwa berdasarkan
pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan
kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian obat keluar tidak diperlukan.
c. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (
traditional
remedy
), seperti dukun.
d. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (
chemist
shop
) dan sejenisnya, termasuk tukang-tukang jamu.
e. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang diadakan oleh pemerintah
atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai
pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
f. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan khusus yang diselenggarakan oleh
dokter praktek (
private medicine
).
2.2 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Andersen dalam Notoatmodjo (2007) mendeskripsikan model sistem
kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai
model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (
behaviour model of health service
utilization).
Andersen mengelompokkan faktor determinan dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan ke dalam tiga kategori utama, yaitu :
1. Karakteristik predisposisi (
Predisposing Characteristics)
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu
mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda
yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga
kelompok :
a. Ciri-ciri demografi, seperti : jenis kelamin, umur, dan status perkawinan.
b. Struktur sosial, seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan
sebagainya.
c. Kepercayaan kesehatan (
health belief),
seperti pengetahuan dan sikap serta
keyakinan penyembuhan penyakit.
2. Karakteristik kemampuan
(Enabling Characteristics)
a. Sumber daya keluarga, seperti : penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam
asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa, dan pengetahuan tentang
informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada,
jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk
terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk. Menurut
Andersen semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat
pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.
3. Karakteristik kebutuhan
(Need Characteristics)
Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling langsung
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen dalam
Notoatmodjo (2007) menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan
pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari
kebutuhan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu :
a. Penilaian individu (
perceived need
), merupakan penilaian keadaan kesehatan yang
paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya
rasa sakit yang diderita.
Menurut Dever (1984) faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan
pelayanan kesehatan adalah :
a. Faktor Sosiokultural yang terdiri dari : (1) norma dan nilai sosial yang ada di
masyarakat, dan (2) teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.
b. Faktor Organisasi yang terdiri dari : (1) ketersediaan sumber daya. Yaitu sumber
daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat mempengaruhi
penggunaan pelayanan kesehatan. (2) keterjangkauan lokasi. Keterjangkauan
lokasi berkaitan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan
tempat diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan.
(3) keterjangkauan sosial. Dimana konsumen memperhitungkan sikap petugas
kesehatan terhadap konsumen. (4) karakteristik struktur organisasi formal dan
cara pemberian pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai
struktur organisasi yang formal misalnya rumah sakit.
c. Faktor Interaksi Konsumen-Petugas Kesehatan
(1) Faktor yang berhubungan dengan konsumen
keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter, (c) faktor epidemiologis,
yaitu mortalitas, morbiditas, dan faktor resiko.
(2) Faktor yang berhubungan dengan petugas kesehatan yang terdiri dari :
(a) faktor ekonomi, yaitu adanya barang substitusi, serta adanya keterbatasan
pengetahuan konsumen tentang penyakit yang dideritanya, (b) karakteristik
dari petugas kesehatan yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian
petugas dan fasilitas yang dipunyai pelayanan kesehatan tersebut.
2.3 Perilaku
2.3.1 Pengertian Perilaku
Pengertian perilaku menurut Sarwono (2002) adalah sesuatu yang
dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata.
Sedangkan menurut Morgan perilaku tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku
adalah sesuatu konkrit yang bisa diobservasi, direkam maupun dipelajari.
Walgito (2003) mendefinisikan perilaku dan aktivitas ke dalam pengertian yang luas, yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (innert behavior), demikian pula aktifitas-aktifitas tersebut disamping aktifitas motoris, juga termasuk aktifitas emosional dan kognitif
.
adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons,
maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus – Organisme – Respon
.
2.3.2 Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu
di dalam tiga domain (ranah/kawasan), yang terdiri dari ranah pengetahuan
(
knowlegde
), ranah sikap (
attitude
), dan ranah tindakan (
practice
).
a. Pengetahuan (Knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang
tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman
langsung atau orang lain yang sampai kepada seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
1. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,
kondisi fisik.
2. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode
dalam pembelajaran.
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan menjadi salah satu
faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat terhadap
kesehatan. Jika masyarakat tahu apa saja pelayanan puskesmas, maka kemungkinan
masyarakat akan menggunakan fasilitas kesehatan juga akan berubah seiring dengan
pengetahuan seperti apa yang diketahuinya.
Di dalam menggunakan pelayanan kesehatan, seseorang dipengaruhi oleh
perilakunya yang terbentuk dari pengetahuannya. Seseorang cenderung untuk
bersikap tidak menggunakan jasa pelayanan kesehatan disebabkan karena adanya
kepercayaan dan keyakinan bahwa jasa pelayanan kesehatan tidak dapat
menyembuhkan penyakitnya, demikian juga sebaliknya.
b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau
ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari
orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau
menyebabkan kita menolaknya (Wahid, 2007).
Allport dalam Anwar (1997) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
komponen pokok :
1. Pemikiran dan perasaan (
Thoughts and feeling
), hasil pemikiran dan perasaan
seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap
objek atau stimulus.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (
Personal reference
) merupakan faktor
penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada
pertimbangan-pertimbangan individu.
3. Sumber daya (
Resources
) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap
positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan
kebutuhan dari pada individu tersebut.
4. Sosial budaya (
Culture
), berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang
untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.
Perbedaan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain juga disebabkan sikap atau persepsi dan
konsep masyarakat sendiri tentang sakit (Azwar, 2009). Persepsi sakit merupakan
pengalaman yang dihasilkan melalui pancaindra. Setiap orang mempunyai persepsi
yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa persepsi berhubungan dengan motivasi
individu untuk melakukan kegiatan, bila persepsi seseorang telah benar tentang sakit
maka ia cenderung memanfaatkan pelayanan kesehtan bila mengalami sakit.
c. Praktik atau tindakan (practice)
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
dan faktor dukungan (
support
) (Notoatmodjo, 2007).
2.3.3 Perilaku Kesehatan
Menurut sebagian psikolog perilaku manusia berasal dari dorongan yang
ada dalam diri manusia dan dorongan ini merupakan salah satu usaha untuk
memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia dan dengan adanya dorongan
tersebut menimbulkan seseorang melakukan sebuah tindakan atau perilaku khusus
yang mengarah pada tujuan (Foster dan Anderson, 2005).
Perilaku kesehatan yaitu suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Dari definisi tersebut kemudian dirumuskan bahwa perilaku kesehatan
terkait dengan : Perilaku pencegahan, penyembuhan penyakit, serta pemulihan dari
penyakit, Perilaku peningkatan kesehatan dan Perilaku gizi (makanan dan minuman).
Menurut Karl dan Cobb yang dikutip oleh Foster dan Anderson (2005)
membuat perbedaan di antara tiga tipe yang berkaitan dengan perilaku kesehatan,
yaitu :
2. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang merasa
sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan
pengobatan mandiri yang tepat.
3. Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan
kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit,
hal ini mencakup mendapatkan pengobatan dari ahli terapi yang tepat.
2.4 Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan
Need
terhadap pelayanan kesehatan dapat didasari kepada pengertian tentang
merit goods
. Margolis (1982) dalam Tjiptoherijanto (2008) mengatakan
merit goods
ini adalah setiap bentuk pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara umum dapat
dipahami akan tetapi sulit untuk diperhitungkan dengan menggunakan teori
permintaan yang biasa. Diargumentasikan bahwa
need
terhadap pelayanan kesehatan
merupakan fungsi dari
need
terhadap kesehatannya sendiri, dengan didasari oleh
pengalaman masa lalunya.
Pembahasan mengenai
need
yang perlu digaris bawahi adalah bahwa tidak
seluruh
need
akan dapat dipenuhi, dengan demikian akan terdapat sebuah ranking
bukan merupakan sesuatu yang absolut maupun terbatas.
Need
adalah sesuatu yang
dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu dan
dalam kasus ini pertumbuhan
need
tersebut akan bisa dilihat merupakan sebagian dari
perkembangan penawaran fasilitas pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 2008).
Konsep
need
merangkum beberapa penilaian efektifitas, potensi untuk
mempertimbangkan berbagai cara untuk memenuhi
need
(dengan segala akibat yang
ditimbulkannya) dan pengakuan akan adanya keterbatasan sumber daya serta dapat
juga merupakan bentuk dasar bagi alokasi sumber daya. Pada umumnya akan lebih
baik untuk memasukkan sekaligus
need
ketika melakukan pengujian beroperasinya
suatu pelayanan kesehatan tertentu. Mengingat
need
dapat memberikan dasar yang
cukup bagi pengambilan keputusan yang tepat. Alokasi sumber daya sektor kesehatan
tetap kurang efisien tanpa adanya beberapa koreksi yang menyangkut, pertama
penyatuan kesepakatan tentang
benefits value
yang sering masih berbeda antara satu
orang dan yang kedua menyangkut informasi yang benar tentang segi biayanya.
mengenai : ”Apakah seseorang itu meminta pelayanan umum?”. Bradshaw
mengatakan ada empat definisi yang berbeda mengenai
need
yang lazim digunakan
oleh peneliti dan praktisi
social policy
, yaitu :
a.
Normative Need
terjadi manakala masyarakat memiliki standar pelayanan
kesehatan yang berada di bawah definisi
desirable
oleh para ahli. (standar
desirable
disini bisa saja bervariasi antara satu ahli dengan yang lain).
b.
Felt Need
terjadi manakala masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan, hal ini
berkaitan dengan persepsi perorangan tentang pelayanan kesehatan, sehingga
dengan jelas akan berbeda dengan persepsi orang lainnya.
c.
Expressed Need
adalah
need
yang dirasakan tadi kemudian dikonversikan ke
dalam permintaan. Misalnya mencari pelayanan kesehatan ke dokter puskesmas
(permintaan disini tidak harus selalu seperti apa yang didefinisikan oleh para
ekonom yang mencakup persoalan
wiilingness to pay
dan
ability to pay
terhadap
pelayanan kesehatan).
d.
Comparative Need
terjadi manakala satu kelompok orang di masyarakat dengan
status kesehatan tertentu tidak mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan
kelompok yang lain dengan status kesehatan yang identik itu ternyata
mendapatkan pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 2008).
menentukan perkembangan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu
pada perkembangan pola penyakit di masyarakat.
Adapun tuntutan kesehatan adalah sesuatu yang subjektif, oleh karena itu
pemenuhan terhadap tuntutan kesehatan sedikit pengaruhnya terhadap perubahan
derajat kesehatan, karena sifatnya yang subjektif, maka tuntutan terhadap kesehatan
sangat dipengaruhi oleh status sosial masyarakat itu sendiri.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan baik, maka
banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan
masyarakat, sehingga perkembangan pelayanan kesehatan secara umum dipengaruhi
oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya
merupakan gambaran dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tersebut
(Jefkins, 2002).
Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan
mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan yang disertai
kemampuan untuk membeli barang dan jasa dan keinginan yang tidak disertai
kemampuan untuk membeli barang dan jasa (Tjiptoherijanto, 2008).
pertama. Itulah sebab rendahnya penggunaan puskesmas atau tidak digunakannya
fasilitas-fasilitas pengobatan modern seperti puskesmas dengan ruang rawat inap
(Depkes RI, 2004).
2.5 Landasan Teori
Perilaku pencarian pengobatan oleh masyarakat di Kecamatan Medan Kota
sebagai fokus penelitian ini mengacu kepada teori pola pencarian pengobatan yang
dikemukakan oleh Anderson dan Green dalam Notoatmodjo (2007) yang secara
umum mencakup seluruh aspek, maka dalam penelitian ini difokuskan pada aspek
sosio demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan sikap),
sosioekonomi (pekerjaan dan penghasilan) serta kebutuhan (kebutuhan yang
dirasakan).
[image:42.612.110.522.454.678.2]2.6 Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Sosiodemografi
-
Umur
-
Jenis Kelamin
-
Pendidikan
-
Pengetahuan
-
Sikap
Sosioekonomi
-
Pekerjaan
-
Penghasilan
Perilaku pencarian
Pengobatan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
survey dengan pendekatan
cross sectional
yang merupakan penelitian untuk
mengetahui pengaruh variabel independen (sosiodemografi, sosioekonomi dan
kebutuhan) terhadap variabel terikat (perilaku pencarian pengobatan) pada saat yang
bersamaan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota, dengan pertimbangan di
wilayah tersebut ditemukan sarana pelayanan kesehatan yang bervariasi untuk dipilih
masyarakat, yaitu 17 unit sarana pelayanan kesehatan, terdiri dari : 3 unit puskesmas,
6 unit rumah sakit swasta, 4 unit balai pengobatan umum dan 4 unit balai kesehatan
ibu dan anak.
Pelaksanaan penelitian selama 6 bulan dari bulan Januari sampai Juni 2013
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Sampel adalah Kepala Keluarga yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan
Kota. Besar sampel (
sample size
) ditentukan menggunakan rumus penentuan besar
sampel uji hipotesis data proporsi satu populasi dengan rumus sebagai berikut:
n =
2 2d
Q
P
α
Keterangan:
n
: Besar sampel minimal yang diperlukan
α
: Taraf kemaknaan 10% (1,96)
P
: Proporsi di populasi yang sakit (10%) berdasarkan data kesakitan
penduduk tahun 2012.
Q
: 1 - 0,10 = 0,90
d
: Limit dari error atau presisi absolut (5%)
[image:44.612.114.537.475.708.2]Berdasarkan perhitungan didapatkan besar sampel 138 KK. Besar sampel di
ditentukan secara proporsional pada 12 kelurahan di Kecamatan Medan Kota yaitu:
Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Penduduk dan Sampel Menurut Kelurahan
di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013
No
Kelurahan
Jumlah KK
Besar Sampel
1
1.043/20.728 x138
7
2
1.240/20.728 x138
8
3
1.745/20.728 x138
12
4
929/20.728 x138
6
5
1.310/20.728 x138
9
6
1.859/20.728 x138
12
7
1.545/20.728 x138
10
8
2.570/20.728 x138
17
9
1.396/20.728 x138
9
10
2.270/20.728 x138
15
11
2.770/20.728 x138
18
12
2.052/20.728 x138
14
Kriteria KK yang dipilih menjadi sampel penelitian adalah :
a.
Kepala Keluarga yang berdomisili di wilayah Kecamatan Medan Kota.
b.
Pernah mengalami sakit dalam 1 bulan terakhir dan memanfaatkan salah satu
sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di Kecamatan Medan Kota
c.
Bersedia menjadi responden dan mampu berkomunikasi dengan jelas.
Cara pengambilan sampel untuk setiap kelurahan disesuaikan dengan kriteria
yang telah ditetapkan (sampel bersyarat), misalnya untuk Kelurahan Pasar Baru,
diambil 7 KK dari 1.043 KK yang ada, caranya adalah: peneliti mencari sampel pada
setiap lingkungan, sehingga diperoleh sampel yang menyebar dan mewakili setiap
lingkungan untuk masing-masing kelurahan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
3.4.2 Data Sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder berupa data jumlah penduduk Kecamatan
Medan Kota, serta data tentang gambaran umum wilayah penelitian serta data lainnya
yang berguna untuk mendukung pembahasan data primer.
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan
reliabilitas. Untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba pada 30 orang
penduduk di Kecamatan Medan Kota yang tidak terpilih menjadi sampel penelitian.
Untuk mengetahui sejauhmana kesamaan antara yang diukur peneliti dengan
kondisi yang sebenarnya di lapangan, maka dilakukan uji validitas terhadap kuesioner
yang telah dipersiapkan, dengan melihat nilai koefisien korelasi item pertanyaan
dengan total nilai pertanyaan pada setiap variabel (
corrected item total correlation
)
.
Item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila nilai
corrected item total
> nilai r tabel (0,361) pada
α =5%.
Untuk mengetahui sejauhmana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan
tersebut dilakukan berulang-ulang, maka dilakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner
yang telah dipersiapkan dengan formula
cronbach alpha
. Item pertanyaan dalam
kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai
cronbach
alpha
> 0,6 (Arikunto, 2006).
item total
> 0,361 dan nilai
cronbach
alpha
> 0,6 sehingga dapat disimpulkan
bahwa seluruh item pernyataan valid dan reliabel (Lampiran-2).
3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah pengertian variabel secara operasional dan
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
a. Sosiodemografi adalah karakteristik atau ciri individu yang menunjukkan kondisi
penduduk di Kecamatan Medan Kota secara sosial kependudukan. Sosiodemografi
ini diukur melalui indikator : (a) umur, (b) jenis kelamin, (c) pendidikan,
(d) pengetahuan dan (e) sikap.
b. Sosioekonomi adalah karakteristik atau ciri individu yang menunjukkan kondisi
penduduk di Kecamatan Medan Kota secara sosial ekonoomi. Sosioekonomi ini
diukur melalui indikator : (a) pekerjaan dan (b) penghasilan.
c. Kebutuhan adalah gangguan kesehatan atau penyakit yang dirasakan oleh
penduduk di Kecamatan Medan Kota sehingga membutuhkan pengobatan.
Kebutuhan ini diukur melalui indikator kebutuhan dengan indikator penyakit yang
ringan sakit sakit sedang dan sakit berat atau parah.
pencarian pengobatan yang baik, sedangkan jika tidak berobat atau mencari
pengobatan ke alternatif dinyatakan pencarian pengobatan tidak baik.
3.6 Metode Pengukuran
[image:48.612.110.531.289.692.2]Pengukuran variabel penelitian menggunakan skala ordinal disesuaikan
dengan jenis masing-masing variabel penelitian.
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel
Perta
nyaan
Skor Pilihan
Jawaban
Kategori
Skala
Ukur
Sosiodemografi
23-42 tahun
43-61 tahun
Laki-laki
Perempuan
Tinggi =2
Rendah =1
Benar = 2
Salah = 1
Tidak tahu =1
Baik (41-50)
Sedang (29-40)
Kurang (17-28)
Ordinal
a. Umur
b. Jenis
Kelamin
c. Pendidikan
1
1
1
d. Pengetahuan
8
e. Sikap
8
Sangat Setuju=4
Setuju =3
Tidak setuju =2
Sangat Tidak
Setuju=1
Sosioekonomi
a.Pekerjaan
b.Penghasilan
1
1
Bekerja = 2
Tidak bekerja= 1
>UMK =2
≤UMK =1
Baik (4)
Sedang (3)
Kurang (2)
Ordinal
Kebutuhan
3
Ya = 2
Tidak = 1
Tinggi (6)
Sedang (5)
Rendah (3-4)
Ordinal
Perilaku
Pencarian
Pengobatan
3
Baik = 2
Tidak baik = 1
Baik (5-6)
Tidak baik (3-4)
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan meliputi tahapan analisis univariat yaitu
analisis untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing masing variabel, dimana
hasil penelitian dilakukan interpretasi data dari item pertanyaan dengan cara
menghitung jawaban menggunakan komputer. Setiap item yang dijawab diberi nilai
sesuai dengan kategori yang telah ditentukan
Kemudian analisis bivariat dengan tabulasi silang yang betujuan untuk
menganalisis hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel
dependen menggunakan uji
chi square
.
Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda (
multiple logistic
regression test
) karena variabel terikat yaitu perilaku pencarian pengobatan
dikategorikan dalam 2 kelompok (baik dan tidak baik). Uji regresi logistik dilakukan
untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dengan
persamaan sebagai berikut: (Hastono, 2001).
Logit P (Y) = b
0+ b
1X
1+ b
2X
2+ b
3X
3Dimana
+ µ
Y
= Perilaku pencarian pengobatan
b
0b
= Konstanta
1 –b
3X
= Koefisien Regresi
1X
= Sosiodemografi
2X
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Kota
Kecamatan Medan Kota memiliki luas wilayahnya 5,98 km², secara
administratif terbagi atas 12 kelurahan dan 146 lingkungan. Kecamatan Medan Kota
mempunyai penduduknya berjumlah 72.580 jiwa dengan karakteristik yang beragam,
dilihat dari suku bangsa, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan.
Sebagai wilayah yang terletak di pusat Kota Medan, kecamatan ini
merupakan daerah perdagangan dan jasa, hal ini ditandai dengan adanya 7 unit pasar
tradisional, 5 unit pasar modern (plaza atau mall) dan 128 unit toko grosir.
Sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Medan Kota 45 unit
SD/sederajat, 26 unit SMP/sederajat, 33 unit SMA/sederajat dan beberapa perguruan
tinggi. Sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Medan Kota antara lain 17 unit
terdiri dari : 3 unit puskesmas, 6 unit rumah sakit swasta, 4 unit balai pengobatan
umum dan 4 unit balai kesehatan ibu dan anak.
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Sosiodemografi Responden
Tabel 4.1 Distribusi Reponden Menurut Umur di Kecamatan Medan Kota
Tahun 2013
No
Umur
Jumlah (Orang)
%
1
23 - 42 Tahun
112
81,2
2
43 - 62 Tahun
26
18,8
Jumlah
138
100,0
Pengelompokan umur responden berdasarkan umur paling rendah dan umur
paling tinggi, yaitu 23 tahun sampai 61 tahun. Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui
responden berumur 23-42 tahun sebanyak 112 orang (81,2%) sedangkan yang
berumur 43-62 tahun sebanyak 26 orang (18,83%).
Tabel 4.2 Distribusi Reponden Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan
Kota Tahun 2013
No
Jenis Kelamin
Jumlah (Orang)
%
1
Laki-laki
125
90,6
2
Perempuan
13
9,4
Jumlah
138
100,0
[image:51.612.113.529.583.700.2]Jenis kelamin responden berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa paling
banyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 125 orang (90,6%) sedangkan responden
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (9,4%).
Tabel 4.3 Distribusi Reponden Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Medan Kota Tahun 2013
No
Pendidikan
Jumlah (Orang)
%
1
SD
15
10,9
2
SMP
34
24,6
3
SMA
51
37,0
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling
banyak adalah SMA yaitu sebanyak 51 orang (37,0%) sedangkan responden dengan
tingkat pendidikan Sarjana merupakan persentase paling sedikit yaitu 10 orang
(7,2%). Berdasarkan tingkat pendidikan responden dikategorikan rendah sebanyak
100 orang (72,5%) dan pendidikan tinggi 38 orang (27,5%).
Pengetahuan responden tentang pencarian pengobatan yang dikaji dalam
penelitian ini meliputi 8 pertanyaan sebagai berikut.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Pencarian
Pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013
No
Pengetahuan
Benar Salah Tidak
Tahu
Jumlah
n
%
n % n %
n
%
1
Jika menderita sakit tetapi tidak bertindak
atau tidak melakukan kegiatan apa-apa
merupakan salah satu perilaku pencarian
pengobatan
58 42.0 79 57.2 1 0.7 138 100,0
2
Jika menderita sakit kemudian melakukan
pengobatan sendiri merupakan salah satu
perilaku pencarian pengobatan.
64 46.4 71 51.4 3 2.2 138 100,0
3
Jika menderita sakit kemudian berobat ke
fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional
merupakan salah satu perilaku pencarian
pengobatan
59 42.8 74 53.6 5 3.6 138 100,0
4
Jika menderita sakit kemudian membeli
obat-obat ke warung obat merupakan salah
satu perilaku pencarian pengobatan
68 49.3 69 50.0 1 0.7 138 100,0
5
Jika menderita sakit kemudian berobat ke
balai pengobatan merupakan salah satu
Tabel 4.4 (Lanjutan)
No
Pengetahuan
Benar
Salah
Tidak
Tahu
Jumlah
n %
n
% n %
n
%
6
Jika menderita sakit kemudian berobat
ke puskesmas merupakan salah satu
perilaku pencarian pengobatan
82 59.4 53 38.4 3 2.2 138 100,0
7
Jika menderita sakit kemudian berobat
ke rumah sakit merupakan salah satu
perilaku pencarian pengobatan
72 52.2 65 47.1 1 0.7 138 100,0
8
Jika menderita sakit kemudian berobat
ke praktek dokter merupakan salah
satu perilaku pencarian pengobatan
73 52.9 62 44.9 3 2.2 138 100,0
[image:53.612.119.528.133.338.2]puskesmas merupakan salah satu perilaku pencarian pengobatan sebanyak 82 orang
(59,4%). Responden yang menyatakan benar jika menderita sakit kemudian berobat
ke rumah sakit merupakan salah satu perilaku pencarian pengobatan sebanyak 72
orang (52,2%). Responden yang menyatakan benar jika menderita sakit kemudian
berobat ke praktek dokter merupakan salah satu perilaku pencarian pengobatan
sebanyak 73 orang (52,9%).
[image:54.612.118.526.369.677.2]Sikap responden tentang pencarian pengobatan yang dikaji dalam penelitian
ini meliputi 8 pertanyaan sebagai berikut.
Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Sikap tentang Pencarian Pengobatan
di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013
N
o
Sikap
SS
S
TS
STS
Jumlah
n % n % n
%
n
%
n
%
1 Tidak bertindak atau tidak
melakukan kegiatan pada saat
menderita sakit
0 0.0 0 0.0 53 38.4 85 61.6 138 100,0
2 Melakukan pengobatan sendiri
pada saat menderita akit
0 0.0 0 0.0 83 60.1 55 39.9 138 100,03 Mencari pengobatan ke
fasilitas-fasilitas pengobatan
tradisional saat menderita sakit
2 1.4 2 1.4 84 60.9 50 36.2 138 100,0
4 Membeli obat-obat ke warung
obat saat menderita sakit
20 14.5 74 53.6 26 18.8 18 13.0 138 100,05 Mencari pengobatan ke balai
pengobatan saat menderita
sakit
39 28.3 80 58.0 12 8.7 7 5.1 138 100,0
6 Mencari pengobatan ke
puskesmas saat menderita sakit
66 47.8 30 21.7 34 24.6 8 5.8 138 100,07 Mencari pengobatan ke rumah
Tabel 4.5 (Lanjutan)
No
Sikap
SS
S
TS
STS
Jumlah
n
% n % n
%
n
%
n
%
8
Mencari pengobatan ke
praktek dokter saat menderita
sakit
71 51.4 48 34.8 12 8.7 7 5.1 138 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang menyatakan sangat
tidak setuju jika tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa jika menderita
sakit sebanyak 85 orang (61,6%),. Responden yang menyatakan tidak setuju
melakukan pengobatan sendiri pada saat menderita sakit sebanyak 83 orang
(60,1%). Responden yang menyatakan tidak setuju mencari pengobatan ke
fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional saat menderita sakit sebanyak 84 orang (60,9%).
Responden yang menyatakan setuju membeli obat-obat ke warung obat saat
menderita sakit sebanyak 74 orang (53,6%). Responden yang menyatakan setuju
mencari pengobatan ke balai pengobatan saat menderita sakit sebanyak 80 orang
(58,0%). Responden yang menyatakan sangat setuju mencari pengobatan ke
puskesmas saat menderita sakit sebanyak 66 orang (47,8%). Responden yang
menyatakan sangat setuju mencari pengobatan ke rumah sakit saat menderita sakit
sebanyak 71 orang (51,4%). Responden yang menyatakan sangat setuju mencari
pengobatan ke praktek dokter saat menderita sakit sebanyak 71 orang (51,4%).
[image:55.612.111.533.142.224.2]Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Kategori Sosiodemografi tentang
Pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013
No
Kategori Sosiodemografi
Jumlah (Orang)
%
1
Baik
8
5,8
2
Sedang
114
82,6
3
Kurang
16
11,6
Jumlah
138
100,0
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa kategori sosiodemografi responden
tentang pencarian pengobatan terbanyak adalah kategori sedang yaitu 114 orang
(82,6%) sedangkan paling sedikit kategori baik yaitu 8 orang (5,8%).
4.2.2 Sosioekonomi Responden
[image:56.612.112.534.453.594.2]Sosioekonomi responden dalam pencarian pengobatan yang dikaji dalam
penelitian ini meliputi faktor pekerjaan dan penghasilan sebagai berikut.
Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Kecamatan Medan
Kota Tahun 2013
No
Pekerjaan
Jumlah (Orang)
%
1
PNS/ TNI/ Polri/ Pensiunan
5
3.6
2
Pegawai Swasta
25
18.1
3
Petani
4
2.9
4
Buruh
28
20.3
5
Wiraswasta/ Pedagang
56
40.6
6
Tidak bekerja
20
14.5
Jumlah
138
100,0
bekerja sebanyak 118 orang (85,5%) sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 20
orang (14,5%).
Tabel 4.8 Distribusi Reponden Menurut Penghasilan di Kecamatan Medan
Kota Tahun 2013
No
Penghasilan
Jumlah (Orang)
%
1
≤ UM Kota Medan (Rp. 1.650.000)
63
45,7
2
> UM Kota Medan (Rp. 1.650.000)
75
54,3
Jumlah
138
100,0
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa tingkat penghasilan responden paling
banyak adalah > Upah Minimum Kota Medan (Rp. 1.650.000) yaitu sebanyak 75
orang (54,3%) sedangkan responden dengan tingkat penghasilan
≤ UM Kota Medan
sebanyak 63 orang (45,7%).
Secara keseluruhan faktor sosioekonomi responden dilakukan penjumlahan
skor pekerjaan dan penghasilan sebagaimana telah ditentukan dalam aspek
pengukuran metode penelitian, kemudian dikategorikan sebagai berikut.
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Kategori Sosioekonomi di Kecamatan
Medan Kota Tahun 2013
No
Kategori Sosioekonomi
Jumlah (Orang)
%
1
Baik
57
41,4
2
Sedang
79
57,2
3
Kurang
2
1,4
Jumlah
138
100,0
4.2.3 Kebutuhan Responden
[image:58.612.115.528.236.417.2]Kebutuhan responden dalam pencarian pengobatan yang dikaji dalam
penelitian ini meliputi 3 pertanyaan sebagai berikut.
Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Kebutuhan Pencarian Pengobatan di
Kecamatan Medan Kota Tahun 2013
No
Kebutuhan
Ya
Tidak
Jumlah
n
%
n
%
n
%
1
Menderita sakit yang ringan sehingga
mencari pengobatan ke sarana
pelayanan kesehatan
46 33.3 92 66.7 138 100,0
2
Menderita sakit yang sedang sehingga
mencari pengobatan ke sarana
pelayanan kesehatan
82 59.4 56 40.6 138 100,0
3
Menderita sakit yang berat sehingga
mencari pengobatan ke sarana
pelayanan kesehatan
117 84.8 21 15.2 138 100,0
Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa responden menyatakan mencari
pengobatan jika menderita sakit yang ringan sebanyak 46 orang (33,3%), responden
menyatakan mencari pengobatan jika menderita sakit yang sedang sebanyak 82 orang
(59,4%), responden menyatakan mencari pengobatan jika menderita sakit yang berat
sebanyak 117 orang (84,8%),
Secara keseluruhan faktor kebutuhan responden dalam pencarian pengobatan
dikategorikan :
b.
Sedang : jika responden mencari pengobatan pada saat sakit sedang maupun
berat
[image:59.612.114.533.293.372.2]c.
Rendah : jika responden mencari pengobatan pada saat sakit berat atau parah
Hasil pengkategorian kebutuhan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan di
atas sebagai berikut
Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut Kategori Kebutuhan di Kecamatan
Medan Kota Tahun 2013
No
Kategori Kebutuhan
Jumlah (Orang)
%
1
Tinggi
23
16,6
2
Sedang
63
45,7
3
Rendah
52
37,7
Jumlah
<