Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
EKA PURNAMASARI NIM : 1111044200019
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( A H W A L S Y A K H S H I Y Y A H )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
iv
PENGANTIN TERHADAP PEMBENTUKAN KELUARGA HARMONIS BERDASARKAN DIRJEN BIMAS ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NO.DJ.II/491 TAHUN 2OO9 ( STUDI KASUS KUA PAMULANG TANGERANG SELATAN). Program Studi Hukum Keluarga Islam Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/ 2015 M. ix + 62 halaman + lampiran.
Penelitian ini di maskudkan untuk mengungkap, bagaimana pelaksanaan dan efektifitas kursus calon pengantin (suscatin) oleh KUA Pamulang Tangerang Selatan,apa faktor penghambat dan pendukung terlaksananya kursus calon pengantin (suscatin) di KUA Pamulang Tangerang Selatan .
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian jenis kualitatif. Dalam teknik pengumpulan data penulis menggunakan teknik Studi kasus, yaitu berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subyek yang diamati dan diteliti. Setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan pengamatan, data dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai penyelenggaraan kursus calon pengantin di KUA Pamulang Tangsel tersebut.Penulis juga mewawancarai salah satu penghulu dan salah satu warga. Penentuan informan yang diwawancarai ditentukan dengan teknik pengambilan sampel purposif (purposial samping), yaitu ditetapkan secara sengaja oleh penulis. Dalam hubungan ini, lazimnya didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu, jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random.
Kursus Calon Pengantin dilaksanakan setiap hari kamis. Dalam pelaksanaannya kursus calon pengantin dengan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam efektifitasnya belum 100% berjalan di masyarakat. Dikarenakan berbagai faktor, seperti terbatasnya sarana penunjang kegiatan seperti pengeras suara, proyektor dan akomodasi kegiatan. Faktor penghambat yang terjadi pada saat pelaksanaan kursus calon pengantin yaitu kurangnya kesadaran bagi calon pengantin, jarak yang jauh pasangan calon pengantin, serta kegiatan kursus calon pengantin yang dilakukan pada hari kerja.
Kata Kunci : Kursus Calon Pengantin, Perkawinan
Pembimbing : Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, MA
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan izin dan karunia Dzat yang selalu memberikan kekuatan kepada penulis;
Allah SWT. Teriring salam serta shalawat kepada Baginda Rasulullah SAW, semoga
syafaat-Nya senantiasa tercurah kepada kaum muslimin.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar Sarjana
Syariah (S.Sy) pada Konsentrasi Hukum Keluarga, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak
dukungan dan saran dari berbagai pihak, sehingga ucapan terima kasih penulis
sampaian dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag dan Arip Purkon, MA. Ketua Program Studi dan
Sekretaris Program Studi Ahwal Syakhshiyah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, MA. Dosen Pembimbing sekaligus Dosen
Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Cecep Ibnu Khaldun, Penghulu KUA Pamulang dan beserta staf KUA yang telah
vi
5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah banyak menyumbangkan
ilmu dan memberikan motivasi sepanjang penulis belajar di Universitas Islam
Negeri Syaruf Hidayatullah Jakarta.
6. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum dan Perpustakaan Utama yang telah membantu penulis dalam pengadaan
referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
7. Kedua orang tua Penulis yang tercinta, Ayahanda Sudoto dan Ibunda Anah
sebagai ungkapan terima kasih yang tak terhingga karena telah membesarkan dan
mendidik Penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang. Serta memberikan
semangat kepada penulis dan juga memberikan doa, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
8. Teman-temen seperjuangan yaitu Administrasi Keperdataan Islam angakatan
2011 yang telah memberikan dorongan dan semangat serta motivasi kepada
Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
9. Sahabat-sahabatku tersayang yaitu Nurul Via Rachmanengsih, Ovy Verina
Wardhani, dan Choirunnisya yang telah memberikan kritik membangun, masukan
dan dorongan agar Penulis cepat menyelesaikan skripsi ini. Serta telah
meringankan kepenatan Penulis dengan tawa canda kalian.
10. M. Deby Sahdan Alfaizi yang telah setia menemani penulis menyelesaikan skripsi
vii
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu atas bantuannya dalam
menyusun skripsi ini.
Selain itu, tidak lupa Penulis minta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini
terdapat bayak kesalahan dan kekeliruan, karena penulis sadar bahwa tulisan ini
masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran selalu terbuka
lebar untuk Penulis. Karena dengan adanya saran dan kritikan bisa membuat Penulis
bisa menjadi lebih baik lagi. Pada akhirnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
dan semoga semua yang telah Penulis lakukan dan upayakan mendapat ridho dari
Allah SWT. Amin Ya Rabb al-alamin.
Semoga skripsi ini bermanfaat bukan hanya bagi penulis, tapi juga untuk
masyarakat luas.
Ciputat, 3 November 2015
ix
BAB II KONSEPSI KELUARGA SAKINAH... 14
A. Pengertian Keluarga ... 14
B. Pengertian Keluarga Sakinah ... 15
C. Kriteria Keluarga Sakinah... 18
D. Fungsi Keluarga Sakinah ... 20
E. Upaya Mewujudkan Keluarga Sakinah... 23
BAB III KURSUS CALON PENGANTIN MENURUT PERATURAN DIRJEN BIMAS ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI NO.DJ.II/491 TAHUN 2009 ... 28
A. Latar Belakang Lahirnya Peraturan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama No. DJ.II/491 Tahun 2009 ... 28
B. Materi Peraturan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama No. DJ.II/491 Tahun 2009 ... 30
C. Pengertian dan Tujuan Kursus Calon Pengantin... 36
D. Materi Kursus Calon Pengantin ... 38
BAB IV PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN DI KUA PAMULANG TANGERANG SELATAN ... 43
A. Profil KUA Kec. Pamulang... 43
B. Praktik Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin ... 47
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Kursus Calon Pengantin... 48
x
BAB V PENUTUP... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Pedoman dan Hasil Wawancara... 62
2. Surat Permohonan Kesedian Menjadi Pembimbing Skripsi ... 68
3. Surat Permohonan Data Wawancara... 69
4. Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara ... 70
5. Piagam Penghargaan Mengikuti Penataran Suscatin ... 71
6. Foto Wawancara... 72
1 A. Latar Belakang
Perkawinan mendapat tempat yang tinggi dan sangat terhormat dalam
Agama Samawi (Islam khususnya) dan termaktub dalam tata aturan yang telah ditetapkan Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam. Perkawinan juga menjadi sarana
bagi umat untuk membentuk sebuah keluarga, berketurunan, dan melanjutkan hidup
sesuai tata norma yang berlaku baik norma agama, hukum, dan adat.1
Hasrat yang dimiliki oleh setiap manusia inilah yang mendorong
masing-masing individu untuk mencari pasangan hidupnya yaitu dengan membentuk suatu
keluarga.Keluarga adalah sebuah kelompok manusia terkecil yang didasarkan atas
ikatan perkawinan, sehingga membentuk sebuah rumah tangga.Untuk dapat
melangsungkan suatu perkawinan harus memenuhi syarat sahnya perkawinan.Dengan
demikian perkawinan sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama
dan kepercayaannya (Pasal 2 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974).
Kita ketahui dalam Al-Qur’an menyebut perkawinan sebagai tali yang
kokoh (Mitsaqan ghalidza) untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.Karena perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara suami dan
1
2
istri yang banyak menimbulkan aspek hukum yang mengikat setelah
pelaksanaannya.Aspek-aspek itu antaranya adalah dengan adanya perkawinan maka
suami dan istri menjadi halal dalam melakukan hubungan biologis, hidup satu atap,
saling memenuhi hak dan kewajiban, hadirnya anak, timbulnya konsep waris, harta
bersama dan lain sebagainya.Maka dari itu perkawinan juga mengandung aspek
ibadah kepada Allah SWT bagi yang melaksanakannya.
Tujuan diadakannya pernikahan tak lain adalah menciptakan kondisi
keluarga yang bahagia, tentram, aman serta nyaman antar kedua belah pihak baik
suami maupun istri. Tentunya ini sesuai dengan tujuan perkawinan/pernikahan dalam
Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa Perkawinan bertujuan untuk
mewujudkan kehidupan rumah tangga yangsakinah, mawaddah,danrahmah.
Rumah tangga bahagia merupakan idaman setiap keluarga.Tujuan
perkawinan/pernikahan yang dilandasi oleh cita-cita luhur ikatan suci dibalut kasih
sayang pasangan suami istri dalam lingkar agama sebagai suatu ibadah kepada Allah
SWT. Setiap individu yang ingin melangsungkan pernikahan sejatinya harus
menyiapkan kebutuhan-kebutuhan yang kelak akan dihadapinya baik kebutuhan
moril maupun materil.2
Berumah tangga sejatinya menciptakan kehidupan yang harmonis dan
dipenuhi dengan perasaan kasih sayang antara kedua belah pihak baik suami maupun
isteri, saling menghormati perbedaan masing-masing dan lain sebagainya.
2
Suami mempunyai kelebihan dan hak-hak istimewa dalam berumah
tangga sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab fikih seperti didalamnya dikenal
adanya kewajiban bagi isteri untuk mentaati perintah suami, selama tidak
bertentangan dengan Syariat.Tidak hanya itu, dalam fikih pun dikenal istilah nusyu
(nusyuz), yaitu wanita-wanita yang diduga meninggalkan kewajiban suami isteri. Ketikanusyuztersebut terjadi maka suami mempunyai hak pula untuk memperingati, dengan cara menakut-nakuti dengan siksaan Allah. Perbuatan nusyuz juga dapat
menggugurkan nafkah dan giliran.Lebih jauh lagi, ketika isteri tidak mau bertaubat
dari perbuatan nusyuz-nya tersebut, maka suami dapat meninggalkan isteri di tempat
tidurnya (pisah ranjang).Jika tetap juga tidak sadar, maka suami boleh memukul isteri
dengan pukulan yang tidak membahayakan.3
Pernikahan juga tak selamanya berjalan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan tercipta kebahagiaan, rasa tentram, dan damai.Adakalanya rumah tangga
diguncang konflik suami isteri baik yang datang dari dalam maupun luar keluarga
yang disebabkan oleh banyak faktor.
Adakalanya konflik-konflik dalam sebuah rumah tangga dapat
diselesaikan dengan baik oleh kedua belah pihak dan rumah tangga tersebut kembali
dalam kebahagiaanya sedia kala.Namun adakalanya konflik-konflik dalam rumah
tangga tak dapat di atasi oleh kedua belah pihak baik suami maupun isteri.Bahkan
3
4
konflik tersebut berlarut-larut dan menjadi perselisihan yang tak dapat dibendung lagi
yang berujung pada perceraian.4
Perceraian dalam hukum Islam adalah perbuatan halal yang mempunyai
prinsip dilarang oleh Allah SWT.Artinya perceraian merupakan hal yang boleh untuk
dilakukan namun dibenci Allah SWT.Karena perceraian merupakan solusi terakhir
dalam menyelesaikan masalah yang terjadi antara suami isteri dengan adanya
pemutusan hubungan perkawinan.
Perceraian diperbolehkan oleh agama, namun pada prinsipnya perceraian
yang diatur oleh Perundang-undangan Indonesia dalam Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang perkawinan berusaha semaksimal mungkin adanya perceraian
dapat dikendalikan dan menekan angka perceraian kepada titik yang paling rendah.
Artinya lembaga Peradilan Agama yang menangani kasus-kasus perceraian berusaha
mendamaikan pasangan suami isteri bila ada salah satu atau kedua pasangan tersebut
melakukan permohonan/gugat cerai.
Pemerintah Indonesia merumuskan perundangan yang mempersulit
terjadinya perceraian dan membentuk Badan Penasehatan Perkawinan atau lebih
dikenal BP4.Pelestarian sebuah pernikahan tidak bisa diupayakan setelah terjadinya
masalah dalam rumah tangga.Namun pelestarian sebuah pernikahan haruslah
diupayakan sejak sebelum terjadinya pernikahan. Melalui KMA No. 477 Tahun 2004,
pemerintah mengamanatkan agar sebelum pernikahan dilangsungkan, setiap calon
4
pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga
melalui kursus calon pengantin (suscatin).
Keluarnya Surat Edaran Dirjen Bimas Islam No.DJ.II/PW/1997/2009
tentang kursus calon pengantin, merupakan respon dari tingginya angka perceraian
dan kasus KDRT di Indonesia. Dengan mengikuti suscatin pasangan calon
pengantinyang mau melangkah ke jenjang pernikahan akan dibekali materi dasar
pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan berumah tangga.5
Surat Edaran Dirjen Bimas Islam dari Kementerian Agama, KUA
memasukkan program kursus calon pengantin (suscatin) ini sebagai salah satu
persyaratan proses pendaftaran pernikahan. Program kursus calon pengantin akan
terlihat jelas implikasinya apabila ada hubungan kerjasama antara pihak pelaksanadan
peserta suscatin, apalagi kursus calon pengantin bertujuan meningkatkan kualitas
keluarga melalui pembinaan dan pembekalan dalam pasangan suami istri.
Peraturan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Nomor DJ.II/491
Tahun 2009 diinstruksikan bahwa setiap calon pengantim harus mengikuti Kursus Pra
Nikah atau Kursus Calon Pengantin. Penyelenggaraan Kursus Calon Pengantin
adalah Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestratian Perkawinan (BP4) atau
Badan dan Lembaga lain yang telah mendapat Akreditasi dari Kementerian Agama.
Materi Kursus Calon Pengantin Meliputi:
1. Tatacara dan Prosedur Perkawinan (2 jam)
5
6
2. Pengetahuan Agama (5 jam)
3. Peraturan Perundangan di bidang perkawinan dan keluarga (4 jam)
4. Hak dan kewajiban suami isteri (5 jam)
5. Kesehatan ( Reproduksi sehat) (3 jam)
6. Manajemen keluarga (3 jam)
7. Psikologi perkawinan dan keluarga (2 jam)
Materi Kursus Calon Pengantin diberikan sekurang-kurangnya 24 jam
pelajaran. Kursus Calon Pengantin tersebut dilakukan dengan metode ceramah,
dialog, simulasi dan studi kasus.Sedangkan narasumber terdiri dari konsultan
perkawinan dan keluarga sesuai keahlian yang dimiliki.
Suscatin pada dasarnya mempunyai tujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam
mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan wahmah serta mengurangi angka
perselisihan, perceraian, dan kekerasan rumah tangga.
Untuk mengkaji lebih lanjut mengenai penyelenggaraan kursus calon
pengantin khususnya di Pamulang Tangerang Selatan maka penulis tuangkan dalam
skripsi yang berjudul: “Penyelenggaraan Kursus Calon Pengantin di KUA
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis
mengidentifikasikan dalam bentuk pertanyaan
1. Pelaksanaan dan efektifitas kursus calon pengantin (suscatin) oleh KUA
Pamulang Tangerang Selatan.
2. Faktor penghambat dan pendukung terlaksananya kursus calon pengantin
(suscatin) di KUA Pamulang Tangerang Selatan.
C. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
1. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dan untuk
mempermudah pembahasan, maka agar tidak melebar dari pembahasannya, tulisan ini
dibatasi pada Penyelenggaraan Kursus Calon Pengantin di KUA Pamulang
Tangerang Selatan.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam skripsi adalah didalam Peraturan Dirjen Bimas
IslamKementerian Agama No. DJ.II/491 Tahun 2009 Bab III Pasal 3tentang materi
dan nara sumber Materi Kursus Calon Pengantin Meliputi: 1) Tatacara dan Prosedur
Perkawinan (2 jam). 2) Pengetahuan Agama (5 jam). 3) Peraturan Perundangan di
8
5) Kesehatan ( Reproduksi sehat) (3 jam). 6) Manajemen keluarga (3 jam). 7)
Psikologi perkawinan dan keluarga (2 jam). Materi Kursus Calon Pengantin diberikan
sekurang-kurangnya 24 jam pelajaran. Kursus Calon Pengantin tersebut dilakukan
dengan metode ceramah, dialog, simulasi dan studi kasus.Sedangkan narasumber
terdiri dari konsultan perkawinan dan keluarga sesuai keahlian yang dimiliki.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis rinci dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
a. Bagaimana pelaksanaan dan efektifitas kursus calon pengantin (suscatin) oleh
KUA Pamulang Tangerang Selatan ?
b. Apa faktor penghambat dan pendukung terlaksananya kursus calon pengantin
(suscatin) di KUA Pamulang TangerangSelatan ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan mengadakan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaa kursus calon pengantin dan efektifitas oleh KUA di
Pamulang Tangerang Selatan.
2. Untuk mengetahui factor penghambat dan pendukung pelaksanaan kursus calon
pengantin (suscatin) di KUA Pamulang Tangerang Selatan.
a. Secara teoritis penelitian skripsi ini menambah khazanah ilmu pengetahuan
mengenai peran kursus calon pengantin terhadap pembentukan keharmonisan
keluarga.
b. Secara praktis penelitian skripsi ini menambah referensi data di Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Penelitian skripsi ini secara tinjauan pustaka memiliki persamaan dengan
skripsi yang berjudul, yaitu:
1. “Persepsi Peserta Kursus Calon Pengantin Terhadap Bimbingan Pernikahan di
BP4 Kec.Depok Kab.Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta” oleh Kotimah
03220059 Tahun 2008 M/ 1429 H, memfokuskan pada persepsi peserta suscatin
mengenai materi yang diberikan dan metode yang digunakan pembimbing yang
menyampaikan dalam kursus calon pengantin.
2. “Keluarga Sakinah Dalam Media Cetak Islam” oleh Uus Uswatusolihah, S.Ag.
02.2.00.1.07.01.0117 Tahun 2008/ 1430 H, memfokuskan pada konsep keluaga
sakinah yang diwacanakan dalam Harian Umum Republika.
3. “Peran BP4 Dalam Meminimalisir Terjadinya Perceraian (Studi Pada BP4
Kebayoran Lama)” oleh Maulana Ramadhan 108044200011 Tahun 2012/ 1433
H, menjelaskan tentang peran BP4 dalam menangani masalah-masalah konflik
10
4. “Penyelenggaraan Suscatin Oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kota Tangerang
Selatan” oleh Devi Chairunnisa 1111044200018 Tahun 2015/1438 H.
Memfokuskan pada penyelenggaraan kursus calon pengantin di Kita Tangerang
Selatan.
Dalam Studi ini, penulis bermaksud membahas secara khusus tentang
peran kursus calon pengantin terhadap keluarga harmonis berdasarkan Peraturan
Dirjen Bimas Islam Departemen Agama di KUA Pamulang Tangerang Selatan,
proses pelaksanaan dan efektifitas kursus calon pengantin serta faktor penghambat
dan pendukung pelaksanaan kursus calon pengantin tersebut.
F. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang ditempuh oleh penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini adalah dengan menggunakan metode penelitian sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
a. Kualitatif
Jenis penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif : ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat di amati dari
orang-orang (subyek) itu sendiri. Adapun desain studi kasus, yaitu berupaya menelaah
sebanyak mungkin data mengenai subyek yang diamati dan diteliti. Setiap analisis
pernyataan orang lain mengenai penyelenggaraan kursus calon pengantin di KUA
Pamulang Tangsel.6
2. Jenis Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
bagian, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data-data yang diperoleh dari arsip tentang kursus
calon pengantin di KUA Pamulang Tangsel, begitu juga dari Undang-Undang No.
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, serta Peraturan Dirjen Bimas Islam
Kementerian Agama No.DJ.II/491 Tahun 2009.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah jadi, antara lain mencakup
dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud
laporan yaitu hasil wawancara dan sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan:
a. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
sesorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
6
12
Wawancara dilakukan dengan teknik pengambilan sampel purposif
(purposial samping), yaitu ditetapkan secara sengaja oleh penulis. Dalam
hubungan ini, lazimnya didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu, jadi
tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik
random.7
4. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan dalam penulisan skripsi ini, berdiri dari lima bab
dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama ini merupakan pendahuluan yang akan memberikan
gambaran umum dan menyeluruh tentang skripsi ini dengan menguraikan: latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka terdahulu, serta
sistematika penulisan.
7
Bab kedua ini menjelaskan tentang konsepsi keluarga sakinah yang
meliputi pengertian keluarga, pengertian keluarga sakinah, fungsi keluarga sakinah,
kriteria keluarga sakinah, serta upaya mewujudkan keluarga sakinah.
Bab ketiga ini berisi tentang kursus calon pengantin menurut Peraturan
Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI No.DJ.II/491 Tahun 2009 yang meliputi
latar belakang lahirnya peraturan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI
No.DJ.II/491 Tahun 2009, materi peraturan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama
RI No.DJ.II/491 Tahun 2009, pengertian dan tujuan kursus calon pengantin dan
materi yang disampaikan saat kursus calon pengantin.
Bab keempat berisikan tentang pelaksanaan kursus calon pengantin di
KUA Pamulang Tangerang Selatan yang meliputi profil KUA Pamulang, praktek
pelaksanaan kursus calon pengantin, serta faktor penghambat dan pendukung kursus
calon pengantin, serta analisis efektivitas pelaksanaan kursus calon pengantin.
Bab kelima yaitu berisi penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan
saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang dianggap
14 BAB II
KONSEPSI KELUARGA SAKINAH
A. Pengertian Keluarga
Keluarga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan
sebagai: ibu, bapak, dan anak-anaknya, orang seisi rumah yang menjadi tanggung
jawab, dan suatu kekerabatan yang mendasar.1 Menurut Horton dan Hunt,
sebagaimana dikutip oleh Siti Norma dan Sudarso, istilah keluarga umumnya
digunakan untuk menunjuk beberapa pengertian sebagai berikut: (1) suatu kelompok
yang memiliki nenek moyang yang sama; (2) suatu kelompok kekerabatan yang
disatukan oleh darah dan perkawinan; (3) pasangan perkawinan dengan atau tanpa
anak; (4) pasangan nikah yang mempunyai anak dan (5) satu orang entah duda atau
janda dengan beberapa anak.2
Para ahli biasanya menyebutkan definisi keluarga dengan membagi
keluarga ke dalam dua bentuk, yakni keluarga inti dan keluarga luas. Keluarga inti
atau disebut jugaconjugal family,adalah keluarga yang anggotanya terdiri dari orang tua dan anak-anaknya yang belum kawin. Keluarga inti merupakan bentuk keluarga
yang paling tua.Bila sebuah keluarga inti terdiri dari seorang suami, seorang istri dan
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 413.
2
anak-anaknya mereka yang belum kawin, maka disebut keluarga inti yang sederhana
atau disebut keluarga batih yang berdasarkan monogami.3
Adapun keluarga luas adalah keluarga yang tidak hanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anaknya yang belum kawin, tetapi juga bersama anak yang telah kawin
beserta suaminya atau istrinya dan cucu. Dengan kata lain, keluarga luas adalah
keluarga yang terdiri dari lebih dari satu keluarga inti, tetapi semuanya merupakan
satu kesatuan sosial yang amat erat, dan biasanya hidup tinggal bersama pada satu
tempat.
B. Pengertian Keluarga Sakinah
Keluarga sakinah terdiri dari dua suku kata, yaitu keluarga dan
sakinah.Keluarga bisa berarti batih yaitu ibu, bapak anak-anaknya atau seisi rumah
yang menjadi tanggungan, dan dapat pula berarti kaum yaitu sanak saudara serta kaum kerabat.4Yang dimaksud dengan keluarga disini adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami dan istri-istri, atau suami istri dan anak anaknya,
atau ibu dan anaknya.
Kata “keluarga” menurut makna sosiologis yaitu kesatuan
kemasyarakatan, sosial berdasarkan hubungan perkawinan atau pertalian
darah.Keluarga juga bisa diartikan sebagai unit dari suatu masyarakat yang terdiri
3Siti Norma & Sudarso, “Pranata Keluarga”
dalam, J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto (ed),Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 211.
4
16
dari manusia yang tumbuh dan berkembang sejak dimulainya kehidupan sesuai
dengan tabiat dan naluri manusia.Oleh karena itu, ahli kemasyarakatan berpendapat
bahwa rumah adalah tempat pertama mencetak dan membentuk pribadi umat, baik
laki-laki maupun wanita. Bila tempat atau sumber ini jernih, dan bebas dari segala
kotoran, maka akan selamatlah pembentukan umat ini dari segala kekuatan yang
merusakkan.5
Sedangkan kata sakinahdalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan.6Dalam Islam kata
sakinahmenandakan ketengangan dan kedamaian secara khusus, yakni kedamaian
dari Allah, yang berada dalam kalbu.7
Keluarga sakinah adalah keluarga yang didasarkan atas perkawinan yang
sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan materi secara serasi dan seimbang, diliputi
suasana kasih sayang antara internal keluarga dan lingkungannya, mampu
memahami, mengamalkan dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan
akhlakul karimah.8
5
Abdul Hamid Kisyik,Bimbingan Islam Untuk Mencapai Keluarga Sakinah, (Bandung: Al-Bayan, 1995), h. 214.
6
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1998) Cet-1, h. 769.
7
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1998) Cet-1, h. 863.
8
Mawaddah ialah kelapangan dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk, jika berkaitan dengan cinta maka mawaddah mengandung cinta plus, cinta yang
tampak buahnya dalam sikap dan perlakuan, serupa dengan kepatuhan sebagai hasil
rasa kagum kepada seseorang.
Maka kata itu mirip dengan katarahmat, hanya saja rahmat tertuju kepada yang dirahmati sedang yang dirahmati itu dalam keadaan butuh, dan dengan demikian
dapat dikatakan bahwa rahmat tertuju kepada yang lemah, sedang mawaddah tidak
demikian. Di sisi lain, cinta yang dilukiskan dengan mawaddah, harus terbukti dalam sikap dan tingkah laku, sedangrahmattidak harus demikian.9
Dari pengertian di atas dapat diambil sebuah pengertian bahwa keluarga
sakinah adalah suatu keluarga yang dibangun atas dasar agama, rasa saling pengertian, saling menghargai hak-hak dan kewajiban masing-masing antara
pasangan suami istri serta mengutamakan penerapan aqidah dan musyawarah dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam membina hubungan suami istri maupun pembinaan
keluarganya. Dan untuk memperoleh situasi seperti ini, hanya dengan jalan melalui
pernikahan ketenangan batin dan rumah tangga diperoleh. Tentunya akan
menghasilkan anggota masyarakat yang baik, dan mengalir darah baru ke urat-urat
masyarakat sehingga menjadi lebih segar, kuat, maju dan berkembang.10
9
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah,Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, volume 10 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 447.
10
18
Dasar pembentukan keluarga terdapat dalam firman Allah Q.S Ar-Ruum
[30] :21 yang berbunyi :
Artinya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar-ruum(30):21)
C. Kriteria Keluarga Sakinah
Program pembinaan keluarga sakinah disusun kriteria-kriteria umum
keluarga sakinah yang terdiri dari Keluarga Pra Sakinah, Keluarga Sakinah I, Keluarga Sakinah II, Keluargga Sakinah III dan Keluarga Sakinah Plus yang dapat
dikembangkan lebih lanjut sesuai kondisi masing-masing daerah.11
Kriteria atau pondasi utama yang harus dimiliki oleh sebuah keluarga
sehingga dapat dikatakan sebagai keluarga bahagia sejahtera (sakinah) tersebut adalah
sebagai berikut :12
1. Memiliki keinginan menguasai dan menghayati serta mengamalkan ilmu-ilmu
agama dalam kehidupan sehari-hari.
11
Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah,Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, 2011
12
2. Sikap saling menghormati setiap anggota keluarga memiliki sifat yang sarat
dengan etika dan sopan santun.
3. Berusaha memperoleh rizki yang halal dan diharapkan rizki tersebut dapat
memenuhi kebutuhan anggota keluarga secara berkecukupan.
4. Membelanjakan harta secara efektif dan efisiensi.
Beberapa ciri keluarga sakinah dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu: aspek lahiriyah, bathiniyah (psikologi), spiritual (keagamaan) dan aspek sosial.
1. Aspek lahiriyah
Secara lahiriyah keluarga sakinah mempunyai ciri-ciri:
a. Tercukupinya kebutuhan hidup (kebutuhan ekonomi) sehari-hari.
b. Kebutuhan biologis antara suami istri tersalurkan dengan baik dan sehat.
c. Mempunyai anak dan dapat membimbing serta mendidik.
d. Terpeliharanya kesehatan setiap anggota keluarga.
e. Setiap angota keluarga dapat melaksanakan fungsi dan peranannya dengan
optimal.
f. Istri dan suami yang sholeh dan sholeha yang dapat menjaga kehormatannya.
g. Terwujudnya hubungan keluarga yang selaras, serasi dan seimbang.13
2. Bathiniyah (psikologis)
a. Setiap anggota keluarga dapat merasakan ketenangan dan kedamaian
mempunyai jiwa yang sehat dan pertumbuhan mental yang baik.
13
20
b. Dapat menghadapi dan meyelesaikan masalah keluarga dengan baik.
c. Terjalin hubungan yang penuh pengertian dan saling menghormati yang
dilandasi dengan rasa cinta dan kasih sayang.
3. Aspek spiritual (keagamaan)
a. Setiap anggota keluarga mempunyai dasar pengetahuan agama yang kuat.
b. Meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.
4. Aspek sosial
Ditinjau dari aspek sosial, maka ciri keluarga sakinah adalah keluarga yang dapat diterima, dapat bergaul dan berperan dalam lingkungan sosialnya.Baik
dengan tetangga maupun dengan masyarakat luas.14
D. Fungsi Keluarga Sakinah
Pernikahan merupakan sebuah jalan yang disahkan oleh agama dalam
membentuk keluarga yang berfungsi utamanya untuk mewujudkan kehidupan yang
tentram, aman, damai, dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara
anggota keluarganya.Ketika keadaan di dalam keluarga tersebut harmonis dan jarang
terjadi pertengkaran, maka dapat dikatakan bahwa fungsi dibentuknya keluarga dapat
berjalan dengan baik. Adapun fungsi dibentuknya keluarga adalah sebagai berikut :15
1. Fungsi Biologis
14
Fuad Kauman dan Nipan,Membimbing Istri Mendampingi Suami, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), h. 8.
15
Perkawinan dilakukan antara lain bertujuan agar memperoleh keturunan,
dapat memelihara kehormatan serta martabat manusia sebagai makhluk yang
berkal dan beradab. Fungsi biologis inilah yang membedakan perkawinan
manusia dengan binatang, sebab fungsi ini diatur dalam suatu norma perkawinan
yang diakui bersama.
2. Fungsi Edukatif
Keluarga merupakan tempat pendidikan paling dasar bagi semua naggota
keluarganya, dimana orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk
menentukan kualitas pendidikan anak-anaknya dengan tujuan untuk
mengembangkan aspek mental spiritual, normal, intelektual, dan professional.
3. Fungsi Religius
Keluarga merupakan tempat penanaman nilai moral agama melalui
pemahaman, penyadaran dan praktek dalam kehidupan sehari-hari sehingga
tercipta iklim keagamaan didalamnya. Dengan penanaman akidah yang benar,
pembiasaan ibadah dengan disiplin dan pembentukan kepribadian sebagai seorang
yang beriman sangat penting dalam mewarnai terwujudnya masyarakat
religious.16
4. Fungsi Protektif
Keluarga merupakan tempat yang paling aman untuk dijadikan perlindungan
dari gangguan yang bersifat internal maupun eksternal.Yang dimaksud dengan
16
22
gangguan internal disini berkaitan dengan keragaman kepribadian anggota
keluarga seperti adanya perbedaan pendapat dan kepentingan.Adapun gangguan
eksternal keluarga biasanya lebih mudah dikenali oleh masyarakat karena berada
pada wilayah public.Selain itu, keluarga juga dapat dijadikan sebagai tempat
untuk menangkal pangaruh negatif dari luar.
5. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini sendiri berkaitran dengan mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik, mampu memegang norma-norma kehidupan
secara universal baik didalam keluarga itu sendiri maupun dalam pergaulan
masyarakat yang pluralistic lintas suku, bangsa, ras, golongan, agama, budaya,
bahasa maupun jenis kelaminnya.Fungsi ini diharapkan anggota keluarga dapat
memposisikan diri sesuai dengan status dan struktur keluarga itu sendiri.
6. Fungsi Rekreatif
Keluarga merupakan tempat yang dapat memberikan kesejukan dan melepas
lelah dari seluruh aktifitas masing-masing anggota keluarga.Fungsi rekreatif ini
dapat mewujudkan suasana keluarga yang menyenangkan, saling menghargai,
menghormati, dan menghibur masing-masing anggota keluarga sehingga tercipta
hubungan harmonis, damai, kasih sayang, dan setiap anggota keluarga merasa
“rumahku adalah surgaku”.17
17
Dari keenam fungsi keluarga diatas, maka dapat dilihat bahwa keluarga
mempunyai fungsi yang vitas dalam pembentukan karakter individu
seseorang.Oleh karena itu keseluruhan fungsi tersebut harus terus menerus
dipelihara. Jika salah satu fungsi keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya,
maka akan mengakibatkan ketidak harmonisan hubugan antara anggota keluarga.
E. Upaya Mewujudkan Keluarga Sakinah
Perkawinan merupakan awal dari kehidupan berkeluarga sebagai upaya
membangun keluarga sakinah, perkawinan harus dilandasi dengan aturan Agama
yang benar dan sesuai dengan budaya setempat.Keluarga sakinahdapat dibangun jika setiap unsur keluarga, terutama suami dan istri, memahami tujuan perkawinan dan
mengerjakan hak dan kewajiban masing-masing.
Persoalannya, jika setiap unsur dalam keluarga terutama suami dan istri
tidak memahami dan melaksanakan semua itu dengan baik, maka jadilah keluarga
mereka sebagai keluarga yang bermasalah, penuh fitnah, penuh prasangka, tidak
harmonis, dan akhirmya keluarga itu tidak dapat dipertahankan kelangsungannya.
Memang, tidak pernah ada keluarga yang sama sekali tidak pernah mengalami
perselisihan dan perbedaan. Itu sangat manusiawi.
Islam memberikan tuntunan pada umatnya untuk menuntun menuju
keluarga sakinah, yaitu :18
18
24
1. Dilandasi oleh mawaddah dan rahmah.
2. Hubungan saling membutuhkan satu sama lain sebagaimana suami istri
disimbolkan dalam Al-Quran dengan pakaian, saling cinta.
3. Suami istri dalam bergaul memperhatikan yang secara wajar di anggap patut
(ma’ruf).
Selain hal-hal diatas untuk mewujudkan keluarga sakinah memerlukan strategi yang disertai dengan kesungguhan, kesabaran, dan keuletan dari suami dan
istri dimulai dari hal-hal yang menurut sebagian orang ringan tetapi besar
manfaatnya. Islam memberikan rambu-rambu dalam sejumlah ayat al-Quran sebagai
legitimasi yang dapat digunakan untuk pegangan bagi suami istri dalam upaya
membangun dan melestarikannya antaran lain :19
1. Selalu bersyukur saat mendapat nikmat
Kalau kita mendapat karunia dari Allah SWT berupa harta, ilmu, anak, dan
lain-lain, bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan tersebut
supaya apa yang ada dalam genggaman kita itu berbarakah.
2. Senantiasa bersabar dan tawakal saat ditimpa kesulitan
Semua orang pasti mengharapkan bahwa jalan kehidupannya selalu lancar dan
bahagia, namun kenyataannya tidaklah demikian.Sangat mungkin dalam
kehidupan berkeluarga menghadapi sejumlah kesulitan dan ujian, pondasi yang
19
harus kita bangun agar keluarga tetap bahagia walaupun sedang ditimpa musibah,
senantiasa bersabar.
3. Senantiasa memenuhi janji
memenuhi janji merupakan bukti kemulian seseorang. Sedalam apapun ilmu yang
dimiliki seseorang, setinggi apapun kedudukannya, tetapi jika sering menyalahi
janji tentu tidak akan lagi dipercaya.
4. Suami istri selalu berprasangka baik
Suami istri hendaknya selalu berprasangka baik terhadap pasangannya.
Sesungguhnya prasangka baik akan lebih menentramkan hati, sehingga konflik
dalam keluarga dapat diminimalisir.
5. Mencintai keluarga istri atau suami sebagaimana mencintai keluarga sendiri
Berlaku adil atau tidak berat sebelah adalah hal yang harus dijalankan oleh
masing-masing pasangan agar tercipta suasana saling menghormati dalam rumah
tangga.
Selain upaya-upaya yang telah disebutkan di atas, pasangan suami istri
harus mengetahui hak dan kewajiban masing-masing, diantaranya yaitu :
Hak bersama suami istri :20
1. Saling memegang amanah diantara kedua suami istri dan tidak boleh saling
menghianati.
20
26
2. Saling mengikat (menjalin) kasih sayang diantara kedua pasangan suami istri
untuk menjalin keluargamawaddah warahmah.
3. Mendapatkan pergaulan dengan baik diantara kedua pasangan suami istri.
4. Mempunyai (nasab) anak keturunan yang baik dan jelas dari hubungan di
halalkan.
Hak dan kewajiban itu pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga diantaranya :21
1. Nafkah
Salah satu dari kewajiban itu adalah masalah nafkah yang harus dipenuhi oleh
seorang suami kepada istrinya.Yang dimaksud dengan nafkah disini adalah
mencukupkan kebutuhan istri berupa makana, tempat tinggal, pelayanan, dan
kebutuhan-kebutuhan yang lainnya.22Nafkah merupakan jaminan hidup bagi
seorang istri setelah lepas dari tanggung jawab wali atau keluarganya. Dalam
bukunya Fiqh Perempuan Kontemporer, Huzaimah T. Yanggo menarik garis
bahwa suami bertugas mencari dan memenuhi nafkah, sementara istri bertugas
untuk mengaturnya, agar penerimaan dan penggunaan nafkah dapat mengarah
pada peningkatan ekonomi rumah tangga. Di samping itu istri harus bersikap
qana’ah atas apa yang diberikan oleh suaminya.23
2. Menyusukan Anak
21
Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 126.
22
Sayyid Sabiq,Fiqh Al-Sunnah, Dar al- Tsaqafah al-Islamiyyah,tt. Jilid II, h.109.
23
Menyusukan anak adalah salah satu kewajiban seorang ibu terhadap anaknya
selama ia sanggup melaksanakannya. Serta menjadi kewajiban bapak memberikan
nafkah kepada anaknya, tidak ada campur tangan orang lain. Oleh sebab itu ibu
yang menyusukan anak berhak mendapat nafkah dari si bapak karena tugas
menyusukan itu.
3. Pergaulan Suami Istri
Adapun kesempurnaan pasangan suami istri itu adalah pergaulan yang
baik.Banyak orang yang dapat menyelesaikan persoalan sulit dan rumit melalui
pembicaraan yang merupakan salah satu aspek dalam pergaulan.24Dengan
memperhatikan peran masing-masing antara suami dan istri maka kehidupan yang
bahagia dan harmonis akan tercipta.
24
28 BAB III
KURSUS CALON PENGANTIN BERDASARKAN DIRJEN BIMAS
ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NO.DJ.II/491 TAHUN 2009
A. Latar Belakang Lahirnya Peraturan Dirjen Bimas Islam Kementerian
Agama No.DJ.II/491 Tahun 2009
Kewajiban bagi semua remaja yang telah mampu baik secara moril dan
spiritual untuk melaksanakan peristiwa bersejarah dalam hidupnya yaitu
melaksanakan suatu perkawinan guna membina sebuah rumah tangga baru.
Perkawinan sebagai peristiwa sakral dalam perjalanan hidup dua individu. Banyak
sekali harapan untuk kelanggengan suatu pernikahan. Agar harapan pernikahan dapat
terwujud, maka salah satunya diperlukan pendidikan bagi calon pengantin yang
merupakan salah satu upaya penting dan strategis dalam mempersiapkan ke jenjang
yang lebih tinggi.1
Terjadinya keretakan dalam rumah tangga disebabkan minimnya
pembekalan dan pengetahuan tentang keluarga yang sesungguhnya. Masalah kecil
bisa menjadi masalah besar apabila masing-masing pihak tidak saling mempercayai
namun ternyata masih banyak juga kaum remaja yang belum memiliki keinginan
melaksanakan perkawinan disebabkan oleh faktor diantaranya karena kurangnya
kesiapan baik materi maupun mental.
1
Kualitas sebuah perkawinan sangat ditentukan oleh kesiapan dan
kematangan kedua calon pasangan nikah dalam menyongsong kehidupan berumah
tangga. Perkawinan sebagai perkawinan sakral dalam perjalanan hidup dua individu.
Banyak sekali harapan untuk kelanggengan suatu perkawinan namun di tengah jalan
kandas yang berujung dengan perceraian karena kurangnya kesiapan kedua belah
pihak dalam mengarungi rumah tangga.
Ketidaksiapan pengantin baru, bisa dilihat dari bagaimana mereka
berperilaku setelah menikah. Jika mereka masih melakukan kebiasaan seperti belum
menikah, hal itu menandakan bahwa mereka tidak sadar jika dirinya telah berubah
fungsi. Seharusnya mereka telah berfikir tentang bagaimana menyikapi faktor-faktor
yang mungkin timbul saat berumah tangga, seperti ketidak cocokan keluarga,
perbedaan pandangan, maupun bagaimana cara mensikapi kebiasaan buruk
pasangan.2
Permasalahan keluarga yang terjadi di masyarakat menyebabkan
pemerintah dalam hal ini kementerian agama berinisiatif melaksanakan program
kursus calon pengantin, program ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas
keluarga yang baik. Tingginya angka perceraian, dan banyaknya kasus kekerasan
dalam rumah tangga merupakan sebab dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama
dan juga Surat Edaran dari Dirjen BIMAS Islam di harapkan bisa meminimalisir
angka perceraian.
2
Hasniah Hasan,”Mencegah Perceraian Masalah Sepele Saja Menghancurkan Rumah
30
Peraturan tersebut mengamankan bahwa pengetahuan tentang perkawinan
haruslah diberikan sedini mungkin, sejak sebelum berlangsungnya perkawinan, yaitu
melalui kursus calon pengantin (suscatin). Kursus calon pengantin menjadi sangat
penting dan vital sebagai bekal bagi kedua calon pasangan untuk memahami
substansi tentang seluk beluk rumah tangga. Agar para calon pengantin memiliki
kesiapan mental maupun spiritual dalam menghadapi segala kemungkinan
problematika keluarga.
Suscatin sendiri diselenggarakan oleh badan penasihat, pembinaan, dan
pelestarian perkawinan (BP4) tingkat kecamatan di setiap KUA atau badan dan
lembaga lain yang mendapat akreditasi dari Departemen Agama.
Sarana penyelenggaraan kursus calon pengantin seperti silabus, modul,
sertifikat tanda lulus peserta, sarana dan prasarana lainnya disediakan oleh
Departemen Agama. Sertifikat tanda bukti kelulusan suscatin merupakan persyaratan
pendaftaran perkawinan.
Akan tetapi, pendidikan calon pengantin belum menjadi priorotas bagi
para remaja dewasa maupun calon pengantin. Padahal dalam pendidikan ini diajarkan
banyak hal yang dapat mendukung suksesnya kehidupan rumah tangga pengantin
baru. Angka perceraian pun dapat diminimalisir dengan adanya pendidikan calon
pengantin.3
3
B. Materi Peraturan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama No.DJ.II/491
Tahun 2009
Peraturan ini berisi 5 bab dan 7 pasal yang keseluruhannya berkaitan
tentang suscatin, dari ketentuan umumnya, maksud dan tujuannya, materi dan nara
sumber serta penyelenggaraannya, dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 477
tahun 2004 tentang Pencatatan Nikah, poin mengenai suscatin termuat dalam BAB IX
Pasal 18 ayat (3): dalam waktu 10 (sepuluh) hari sebelum Penghulu atau Pembantu
Penghulu meluluskan akad, calon suami istri diharuskan mengikuti kursus calon
pengantin dari Badan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) setempat.
Sementara dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 11 Tahun 2007 tentang
Pencatatan Nikah yang merupakan tinjauan ulang atas KMA No. 477/2004, pasal
mengenai suscatin tidak termaktub.
Disamping peraturan itu, masih ada Peraturan Pemerintah (PP) No. 21
Tahun 1994 tentang penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera, walaupun
pada hakikatnya, peraturan tersebut adalah peraturan tentang Keluarga Berencana
(KB), namun secara umum berkaitan dengan tujuan suscatin. Dalam Pasal 2 PP
No.21/1994 menyebutkan: penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera
32
diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, masyarakat, dan
keluarga.4
Demikian pula yang tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) dan (2). Pada ayat
(1) disebutkan: Dalam rangka mendukung pengembangan kualitas dan fungsi
keluarga, Pemerintah dan atau mesyarakat menyelenggarakan pembinaan dan
pelayanan keluarga. Pada ayat (2) disebutkan: Pembinaan dan pelayanan keluarga
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui komunikasi, informasi, dan
edukasi termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta upaya lainnya.
Berdasarkan Peraturan Dirjen BIMAS Islam No. DJ.II/491 Tahun 2009
tersebut, suscatin dilaksanakan minimal 24 jam pelajaran berisi beberapa materi atau
tema yang harus disampaikan kepada calon pengantin, diantaranya tata cara dan
prosedur perkawinan (2 jam), pengetahuan agama (5 jam), peraturan perundangan di
bidang perkawinan dan keluarga (4 jam), hak dan kewajiban suami istri (5 jam),
kesehatan produksi (3 jam), manajemen keluarga (3 jam), serta prikologi perkawinan
dan keluarga (2 jam).
Ada 2 tujuan yang ingin di capai dalam pemberian materi dalam peraturan
di setiap sesi materi yang di berikan kepada suscatin diantaranya adalah :
Sesi I : Akad Nikah
Tujuan Umum :
4
Agar peserta memahami atau mengenal tentang tata cara pelaksanaan akad
nikah secara detail.5
Tujuan Khusus :
a. Peserta mampu menjabarkan rangkaian tata cara pelaksanaan akad nikah.
b. Peserta mampu melakukan kordinasi yang baik dengan instansi terkait untuk
pelaksanaan program agar sukses di masyarakat.
Sesi II : Hukum Perkawinan
Tujuan Umum :
Agar peserta dapat mengetahui atau mengenal hukum perkawinan dan
mengamalkan kepada orang lain.
Tujuan Khusus :
a. Peserta mampu menjabarkan hukum perkawinan secara rinci dan menyampaikan
tujuan dari perkawinan yang dimaksud (menurut ajaran Islam)
b. Peserta mampu mengidentifikasi masalah yang timbul dari perkawinan dan
mengantisipasi upaya pemecahan masalah.6
Sesi III : Reproduksi Sehat
Tujuan Umum :
5
Dirjen BIMAS Islam Dan Urusan Haji Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin(Jakarta: Departemen Agama RI Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Dirjen BIMAS Islam, 2000), h. 3.
6
34
Peserta mengetahui dan memahami aspek-aspek kesehatan reproduksi
serta penyakit-penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan kelamin atau
seksual serta kaitannya dengan HIV atau Aids.
Tujuan Khusus :
a. Peserta mampu menjelaskan anatomi dan fungsi alat reproduksi manusia.
b. Peserta mampu menjelaskan perubahan-perubahan biologis yang terjadi pada
masa akil baligh atau remaja.
c. Peserta mampu menjelaskan mengenai proses kehamilan.
d. Peserta mampu menjelaskan perilaku seksual sehat dan benar.
e. Peserta mampu menjelaskan perilaku yang berisiko dan akibat yang akan di
timbulkannya.
f. Peserta mempu menjelaskan penyebab dan gejala penyakit-penyakit yang di
tularkan melalui hubungan kelamin atau seksual yang banyak terjadi di
masyarakat.
g. Peserta mampu menjelaskan kaitan erat antara PMS dengan HIV atau Aids.
h. Peserta mampu menjelaskan upaya pencegahan atau menghindari PMS.
Sesi IV : Psikologi Perkawinan
Agar peserta memahami arti dari psikologi sebagai ilmu sehubungan
dengan tingkah laku manusia pada umumnya maupun yang bersangkutan dengan
perkawinan pada khususnya.7
Tujuan Khusus :
a. Peserta mampu menjabarkan arti psikologi kaitannya dengan psikologi
perkawinan.
b. Peserta mampu menjelaskan faktor-faktor esensial antara lain: kesiapan secara
fisik, kematangan secara mental, dan kematangan secara sosial.
c. Mampu melakukan koordinasi yang baik dengan kerjasama dalam pelaksanaan
program bersama instansi terkait.
Sesi V : Problematika yang muncul dalam keluarga
Tujuan Umum :
Agar peserta dapat memahami sekaligus menjabarkan hal-hal yang
memungkinkan akan menimbulkan problematika dalam keluarga.
Tujuan Khusus :
a. Peserta dapat menjelaskan dengan rinci faktor-faktor peroblematika yaitu:
cemburu yang berlebihan, ekonomi yang kurang memadai, perselingkuhan, dan
akhlak yang buruk.
b. Mampu mengidentifikasi masalah sekaligus memberi solusi yang terbaik.
7
36
c. Mempu melakukan koordinasi dan kerjasama yang baik dengan instansi terkait
untuk pelaksanaan program.
Sesi VI : Penanaman nilai-nilai keamanan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah.
Tujuan Umum :
Menanamkan, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan
ketaqwaan dan akhlak mulia dalam kehidupan keluarga, masyarakat, berbangsa dan
bernegara melalui pendidikan agama dan pendidikan formal.8
Tujuan Khusus :
a. Agar peserta bisa menanamkan, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai
keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia pada dirinya dan keluarga dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Agar pesereta menjadi tauladan dalam keluarga dan masyarakat.
Sesi VII : Tuntutan Ibadah
Tujuan Umum :
Agar peserta memahami atau menghayati tuntutan ibdah dalam Islam
beserta manfaat dari segala aturan yang terkandung pada ajaran Islam.
Tujuan Khusus :
a. Peserta mampu menerima dan melaksanakan tuntutan ibadah yang menjadi aturan
dalam agama Islam.
8
b. Peserta mampu meningkatkan ilmu dan mencari aturan-aturan yang terkandung
dalam al-Quran serta mengamalkan dan mampu menjelaskan kepada masyarakat.
c. Peserta mampu menjelaskan rukun Islam secara rinci dan jelas sera
mengamalkannya.9
Sesi VIII : Pendidikan agama dalam keluarga
Tujuan Umum :
Agar peserta memahami atau menghayati tentang pengembangan dan
pengenalan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah dalam kehidupan
berkeluarga dan lingkungannya.
Tujuan Khusus :
a. Mampu menciptakan kesejukan dalam keluarga.
b. Peserta mampu meningkatkanukhuwah Islamiyah.
c. Mampu menurunkan angka kriminalitas.
d. Mampu menurunkan angka perkelahian atau tawuran pelajar.
Butir-butir nasehat yang diberikan dengan mudah dapat diterima oleh
masing-masing calon pengantin karena mereka dalam keadaan senang, suka sama
suka.
Namun, ada pula yang menjadi sulit menerima nasehat bila perkawinan itu
ada unsur keterpaksaan atau harus dilakukan sebagai pertanggung jawaban terhadap
9
38
perbuatan yang terlanjur dilakukan sebelumnya. Bahkan mereka sama sekali tidak
mau menerima atau tidak ingin sama sekali mendengar nasehat.10
C. Pengertian dan Tujuan Kursus Calon Pengantin
1. Pengertian Kursus Calon Pengantin
Secara bahasa kursus adalah pelajaran tentang sesuatu pengetahuan atau
kepandaian yang diberikan dalam waktu singkat.11Sedangkan calon pengantin adalah
seorang laki-laki dan atau seorang perempuan yang akan dan sedang mengajukan
permohonan kehendak nikah di Kantor Urusan Agama (KUA).
Jadi kursus calon pengantin adalah pemberian bekal pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan kepada calon pengantin tentang kehidupan rumah
tangga atau keluarga dalam waktu yang singkat.12
2. Tujuan Kursus Calon Pengantin
Tujuan kursus calon pengantin secara umum adalah untuk memberikan
informasi kepada calon pengantin agar mengetahui tentang tujuan perkawinan,
mengetahui hak dan kewajiban suami istri dalam berkeluarga, bertetangga dan
bernegara, menanamkan rasa keimanan dan berakhlakul karimah, memahami cara
10
Departemen Agama, Pedoman Konseling Perkawinan, (Jakarta: Depag RI, Dirjen BIMAS Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2004), h. 49.
11
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka), h. 543.
12
bersuci, mandi junub, adab ketika haid, atau adab jimak dan doa-doa yang harus
dibaca. Juga bertujuan untuk meminimalisisr terjadinya perceraian, karena penyebab
perceraian biasanya dari masalah sepele menjadi besar. Ujung dari suscatin adalah
terbinanya keluarga sakinah mawadah warahmah sehingga bisa melewati
permasalahan rumah tangga. Dan untuk mensosialisasikan Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 tentang perkawinan.
D. Materi Kursus Calon Pengantin
Sebagaimana umumnya dalam sebuah kursus terdapat materi-materi yang
diberikan, diantaranya praktik tata cara ijab qabul, serta pengetahuan lainnya yang
berkaitan secara langsung dengan pernikahan seperti rukun nikah dan
syarat-syaratnya, kesehatan produksi (kespro) akan dijelaskan mengenai upaya menjaga
kesehatan saat ibu hamil, melahirkan dan pentingnya program Keluarga Berencana
(KB), pengetahuan agama mengenai fikih pernikahan seperti tata cara mandi janabah,
syahadat, serta rukun iman.
Selain itu, materi suscatin juga membahas mengenai bagaimana mendidik
anak agar tetap sehat, cerdas dan kreatif sosialisasi UU No.1/1974 tentang
perkawinan, UU anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), serta pemahaman
fungsi keluarga dan manajemen keuangan keluarga.13
13
40
Pada praktiknya, pelaksanaan suscatin bisa juga diisi dengan pemeriksaan
administrasi kedua calon mempelai serta wali maupun persyaratan-persyaratan
lainnya, hal ini mengingat pelayanan prima bahwa buku nikah harus diserahkan
sesaat setelah akad nikah, sehingga data-data yang berkaitan harus sudah dipastikan
keabsahannya sebelum dicatatkan di buku nikah. Banyak metode yang bisa
digunakan dalam penataran suscatin, yaitu diantaranya dengan metode ceramah,
dialog, simulasi, dan studi kasus. Adapun nara sumber adalah kunsultan
perkawinan dan keluarga yang sesuai dengan kompetensi pada materi
yang diberikan. Narasumber yang memberikan materi dalam suscatin harus sesuai
dengan bidangnya masing-masing atau berkompetensi pada materi yang akan di
sampaikannya, di antara materi dan narasumber nya adalah :
a) UU Perkawinan sebagai nara sumber BP4 dengan materi kehendak nikah, ijab
qobul, sighat taklik, surat nikah, khutbah, konseling.
b) Fiqih munakahat sebagai nara sumber MUI dengan materi hikmah perkawinan,
hukum perkawinan, dampak perkawinan.
c) Reproduksi sehat sebagai nara sumber Dinkes atau BKKBN dengan materi
hal-hal yang terkait dengan kedudukan manusia dan reproduksi, tumbuh kembang
remaja, alat reproduksi pria dan wanita, kehamilan, perilaku seksual berisiko dan
akibatnya, kenakalan remaja, penyakit menular seksual, persiapan pranikah dan
d) Ekonomi keluarga sebagai nara sumber Perguruan Tinggi atau MUI dengan
materi halal haram, karunia dan barokah, usaha dan kreatif, semangat untuk
bekerja, home industri.14
e) Psikologi perkawinan sebagai nara sumber Psikologi dengan materi pengertian
ilmu jiwa perkawinan, menuju perkawinan sakinah, memupuk kemesraan suami
istri.
f) Managemen rumah tangga sebagai nara sumber Ulama atau Kepala KUA dengan
materi kebutuhan vital biologis atau jasmani, kebutuhan rohani, dan kebutuhan
sosial.
g) Pembinaan keluarga sakinah sebagai nara sumber Seksi Urais atau Tim penggerak
PKK dengan materi persiapan perkawinan, dasar-dasar pembentuk rumah tangga
sakinah, kriteria rumah tangga sakinah, kewajiban dan hak suami istri, perilaku
yang harus dimiliki suami istri, perilaku yang harus di hindari suami dan istri.
h) Pendidikan agama dalam rumah tangga sebagai nara sumber Seksi Penamas
dengan materi tanggung jawab orang tua dalam pendidikan agama dalam
keluarga, pembentukan kepribadian, pola pendidikan keluarga, akhlakul karimah,
iman dan islam.15
Namun demikian, program yang sejatinya sangat penting ini tidak berjalan
sesuai dengan yang diharapkan karena masih sangat banyak hambatan yang di
jumpai. Sifat peraturan yang tidak mengikat, kurangnya sosialisasi pada masyarakat
14
BP 4,Juklak Suscatin(Malang: BP 4,2007), h. 1.
15
42
dan kurangnya kesadaran para calon pengantin merupakan problem utama kurang
mulusnya pelaksanaan suscatin. Meskipun undangan untuk suscatin sudah mereka
terima hanya saja alasan kesibukan atau jarak yang jauh mereka tidak datang
mengikuti suscatin.
Signifikasi pendidikan pra nikah atau kursus calon pengantin dalam
pembinaan keluarga dan pembangunan bangsa di era globalisasi ini teramat dirasakan
kepentingannya. Keunggulan dan daya saing bangsa hanya akan terwujud jika
pembinaan keluarga sejahtera mendapatkan perhatian yang semestinya.16
16
43
PAMULANG TANGERANG SELATAN
A. Profil KUA Pamulang Tangerang Selatan
Kecamatan Pamulang sebagai daerah penyangga Ibu Kota Jakarta,
memiliki peran yang strategis dalam menopang pertumbuhan sosial, ekonomi, politik
dan budaya Indonesia. Hal itu selain dikarenakan masyarakat yang heterogen, juga
karena telah terjadinya akulturasi budaya yang ada, di tambah lagi datangnya
budaya-budaya asing yang dengan mudah merasuk kepada segi-segi kehidupan masyarakat
kota.
Pada awalnya, Kecamatan Pamulang adalah bagian dari Kecamatan
Ciputat, namun dikarenakan semakin padatnya penduduk dan terlalu luasnya cakupan
Kecamatan Ciputat, maka pada tahun 1982 terbentuklah perwakilan/kementren yang
dengan khusus membantu pelaksanaan pemerintah Kecamatan Ciputat. Setelah
berjalan 10 tahun, di pandang perlu untuk membentuk Kecamatan Pamulang yang
mandiri, tanpa terikat dengan Kecamatan Ciputat.Tepatnya tanggal 18 Januari 1993
dibentuklah Kecamatan Pamulang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri tentang Pembentukan 67 Kecamatan.1
1
44
Beriringan dengan dibentuknya Kecamatan Pamulang, maka pada tnggal 7
September 1993 Departemen Agama juga membentuk Kantor Urusan Agama
Kecamatan Pamulang, walaupun pada saat itu belum ada bangunan permanen yang di
peruntukan sebagai Kantor dan barulah pada tahun 1994-1995 KUA memiliki
bangunan sendiri dengan luas tanah 300 m2. Sebagai informasi bahwa kepala KUA
yang di tugaskan pada KUA Pamulang yaitu, yang pertama Drs. Syarifudin Kamal
(1993-1995), lalu H. Juhana Zakaria, BA (1995-1998), Drs. H. Romli Achmad
(1998-2003), Drs. H. Horman Bakri (2003-2008), H. Muslim Suganda, S.Ag (2008-2011),
H. suganda, S.Ag (2011-2013), Afkar Bakarudin, S.Ag (2013-2015), Drs. H.A Yazid
Busthami MR.2
1. Geografi Kecamatan Pamulang
Kecamatan Pamulang dengan luas 3225 Hektar secara geografis berada
dalam wilayah Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, hampir semua desa di
wilayah Kecamatan Pamulang menjadi daerah pemukiman yang semakin lama
semakin padat penduduknya. Dengan bukti di sekitarnya tampak di bangun
proyek-proyek perumahan baik elit ataupun sederhana.
Sebagai gambaran umum bahwa daerah-daerah yang berbatasan langsung
dengan wilayah Pamulang antara lain :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Serpong
2
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sawangan
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Limo
2. Penduduk
Penduduk asli Kecamatan Pamulang adalah suku Betawi, lalu masuklah
suku Sunda.Semakin kesini masuklah suku-suku lain seperti Jawa, Sumatra,
Sulawesi, Kalimantan, dan lain-lain. Hal inilah yang menyebabkan memudarnya
budaya asli penduduk pamulang yang kemudian membaur dan berakulturasi dengan
budaya-budaya lain. Kecamatan Pamulang terdiri dari delapan desa, dengan perincian
penduduk sebagai berikut:3
No Nama Desa Laki-laki Perempuan
1. Desa Kedaung 18.877 Jiwa 20.271 Jiwa
2. Desa Bambu Apus 6.314 Jiwa 6.001 Jiwa
3. Desa Pamulang Barat 12.419 Jiwa 13.291 Jiwa
4. Desa Pamulang Timur 9.988 Jiwa 98.99 Jiwa
5. Desa Pondok Cabe Ilir 7.806 Jiwa 9.050 Jiwa
6. Desa Pondok Cabe Udik 7.519 Jiwa 6.358 Jiwa
7. Desa Pondok Benda 11.139 Jiwa 10.415 Jiwa
8. Desa Benda Baru 15.858 Jiwa 13.856 Jiwa
Jumlah Penduduk 89.618 Jiwa 89.141 Jiwa
3
46
3. Tugas dan Fungsi KUA
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 517
Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota, di bidang urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan (Pasal 2
KMA No. 517 Tahun 2001).
Fungsi KUA antara lain:
1. Meyelenggarakan statistik dan dokumentasi
2. Menyelenggarakan surat-menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan
3. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat,
wakaf, baitul maal dan ibadah ibadah sosial, kependuudkan dan pengembangan
keluarga sakinah.4
Untuk melaksanakan tugas di atas, KUA Kecamatan mengacu pada visi
dan misi Direktorat Urusan Agama Islam. Visi Direktorat Urusan Agama Islam
adalah “Seluruh keluarga muslim Indonesia bahagia dan sejahtera baik material
maupun spiritual yang mampu memahami, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai
keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara”. Sedangkan misi yang di rrumuskan Direktorat Urusan
Agama Islam adalah “Meningkatkan pelayanan prima dalam pencatatan pernikahan,
4
pengembangan keluarga sakinah, pembinaan jaminan produk halal, pembinaan
ibadah sosial dan kemitraan umat Islam”.
Adapun visi KUA Kecamatan Pamulang adalah “Mewujudkan masyarakat
Pamulang sebagai masyarakat yang bermoral dan bermatabat”. Untuk mewujudkan
visi tersebut, KUA Kecamatan Pamulang merumuskan misi sebagai berikut:
1. Menjadikan pelayanan prima sebagai etos kerja
2. Mengembangkan gerakan keluarga sakinah
3. Peka dan respect terhadap kebutuhan rohani masyarakat
4. Membangun semangat kekeluargaan dalam setiap segi kehidupan.
B. Praktek Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin
Berdasarkan instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
No.DJ.II/491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin menginstruksikan agar para
calon pengantin sebelum melakukan perakwinan terlebih dahulu mengikuti kursus
calon pengantin.
Pelaksanaan kursus calon pengantin di KUA Kecamatan Pamulang di
selenggarakan oleh Badan Pembinaan Penasihatan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)
yang dilaksanakan setiap hari kamis, selama kurang lebih antara 3-4 jam, dimulai dari
pukul 08.00 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB.5Metode yang digunakan dalam
5