• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Peraturan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama No.DJ.II/491 Tahun 2009Tahun 2009

KURSUS CALON PENGANTIN BERDASARKAN DIRJEN BIMAS ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NO.DJ.II/491 TAHUN 2009

B. Materi Peraturan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama No.DJ.II/491 Tahun 2009Tahun 2009

Peraturan ini berisi 5 bab dan 7 pasal yang keseluruhannya berkaitan tentang suscatin, dari ketentuan umumnya, maksud dan tujuannya, materi dan nara sumber serta penyelenggaraannya, dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 477 tahun 2004 tentang Pencatatan Nikah, poin mengenai suscatin termuat dalam BAB IX Pasal 18 ayat (3): dalam waktu 10 (sepuluh) hari sebelum Penghulu atau Pembantu Penghulu meluluskan akad, calon suami istri diharuskan mengikuti kursus calon pengantin dari Badan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) setempat. Sementara dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah yang merupakan tinjauan ulang atas KMA No. 477/2004, pasal mengenai suscatin tidak termaktub.

Disamping peraturan itu, masih ada Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 1994 tentang penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera, walaupun pada hakikatnya, peraturan tersebut adalah peraturan tentang Keluarga Berencana (KB), namun secara umum berkaitan dengan tujuan suscatin. Dalam Pasal 2 PP No.21/1994 menyebutkan: penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga, dan keluarga berencana

32

diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga.4

Demikian pula yang tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) dan (2). Pada ayat (1) disebutkan: Dalam rangka mendukung pengembangan kualitas dan fungsi keluarga, Pemerintah dan atau mesyarakat menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan keluarga. Pada ayat (2) disebutkan: Pembinaan dan pelayanan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta upaya lainnya.

Berdasarkan Peraturan Dirjen BIMAS Islam No. DJ.II/491 Tahun 2009 tersebut, suscatin dilaksanakan minimal 24 jam pelajaran berisi beberapa materi atau tema yang harus disampaikan kepada calon pengantin, diantaranya tata cara dan prosedur perkawinan (2 jam), pengetahuan agama (5 jam), peraturan perundangan di bidang perkawinan dan keluarga (4 jam), hak dan kewajiban suami istri (5 jam), kesehatan produksi (3 jam), manajemen keluarga (3 jam), serta prikologi perkawinan dan keluarga (2 jam).

Ada 2 tujuan yang ingin di capai dalam pemberian materi dalam peraturan di setiap sesi materi yang di berikan kepada suscatin diantaranya adalah :

Sesi I : Akad Nikah Tujuan Umum :

4

Dirjen BIMAS Islam Dan Urusan Haji Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin(Jakarta: Departemen Agama RI Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Dirjen BIMAS Islam, 2000), h. 2.

Agar peserta memahami atau mengenal tentang tata cara pelaksanaan akad nikah secara detail.5

Tujuan Khusus :

a. Peserta mampu menjabarkan rangkaian tata cara pelaksanaan akad nikah.

b. Peserta mampu melakukan kordinasi yang baik dengan instansi terkait untuk pelaksanaan program agar sukses di masyarakat.

Sesi II : Hukum Perkawinan Tujuan Umum :

Agar peserta dapat mengetahui atau mengenal hukum perkawinan dan mengamalkan kepada orang lain.

Tujuan Khusus :

a. Peserta mampu menjabarkan hukum perkawinan secara rinci dan menyampaikan tujuan dari perkawinan yang dimaksud (menurut ajaran Islam)

b. Peserta mampu mengidentifikasi masalah yang timbul dari perkawinan dan mengantisipasi upaya pemecahan masalah.6

Sesi III : Reproduksi Sehat Tujuan Umum :

5

Dirjen BIMAS Islam Dan Urusan Haji Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin(Jakarta: Departemen Agama RI Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Dirjen BIMAS Islam, 2000), h. 3.

6

Dirjen BIMAS Islam Dan Urusan Haji Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin,(Jakarta: Departemen Agama RI Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Dirjen BIMAS Islam, 2000), h. 4.

34

Peserta mengetahui dan memahami aspek-aspek kesehatan reproduksi serta penyakit-penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan kelamin atau seksual serta kaitannya dengan HIV atau Aids.

Tujuan Khusus :

a. Peserta mampu menjelaskan anatomi dan fungsi alat reproduksi manusia.

b. Peserta mampu menjelaskan perubahan-perubahan biologis yang terjadi pada masa akil baligh atau remaja.

c. Peserta mampu menjelaskan mengenai proses kehamilan. d. Peserta mampu menjelaskan perilaku seksual sehat dan benar.

e. Peserta mampu menjelaskan perilaku yang berisiko dan akibat yang akan di timbulkannya.

f. Peserta mempu menjelaskan penyebab dan gejala penyakit-penyakit yang di tularkan melalui hubungan kelamin atau seksual yang banyak terjadi di masyarakat.

g. Peserta mampu menjelaskan kaitan erat antara PMS dengan HIV atau Aids. h. Peserta mampu menjelaskan upaya pencegahan atau menghindari PMS. Sesi IV : Psikologi Perkawinan

Agar peserta memahami arti dari psikologi sebagai ilmu sehubungan dengan tingkah laku manusia pada umumnya maupun yang bersangkutan dengan perkawinan pada khususnya.7

Tujuan Khusus :

a. Peserta mampu menjabarkan arti psikologi kaitannya dengan psikologi perkawinan.

b. Peserta mampu menjelaskan faktor-faktor esensial antara lain: kesiapan secara fisik, kematangan secara mental, dan kematangan secara sosial.

c. Mampu melakukan koordinasi yang baik dengan kerjasama dalam pelaksanaan program bersama instansi terkait.

Sesi V : Problematika yang muncul dalam keluarga Tujuan Umum :

Agar peserta dapat memahami sekaligus menjabarkan hal-hal yang memungkinkan akan menimbulkan problematika dalam keluarga.

Tujuan Khusus :

a. Peserta dapat menjelaskan dengan rinci faktor-faktor peroblematika yaitu: cemburu yang berlebihan, ekonomi yang kurang memadai, perselingkuhan, dan akhlak yang buruk.

b. Mampu mengidentifikasi masalah sekaligus memberi solusi yang terbaik.

7

Dirjen BIMAS Islam Dan Urusan Haji Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin(Jakarta: Departemen Agama RI Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Dirjen BIMAS Islam, 2000), h. 5.

36

c. Mempu melakukan koordinasi dan kerjasama yang baik dengan instansi terkait untuk pelaksanaan program.

Sesi VI : Penanaman nilai-nilai keamanan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah. Tujuan Umum :

Menanamkan, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan ketaqwaan dan akhlak mulia dalam kehidupan keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara melalui pendidikan agama dan pendidikan formal.8

Tujuan Khusus :

a. Agar peserta bisa menanamkan, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia pada dirinya dan keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Agar pesereta menjadi tauladan dalam keluarga dan masyarakat. Sesi VII : Tuntutan Ibadah

Tujuan Umum :

Agar peserta memahami atau menghayati tuntutan ibdah dalam Islam beserta manfaat dari segala aturan yang terkandung pada ajaran Islam.

Tujuan Khusus :

a. Peserta mampu menerima dan melaksanakan tuntutan ibadah yang menjadi aturan dalam agama Islam.

8

Dirjen BIMAS Islam Dan Urusan Haji Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin(Jakarta: Departemen Agama RI Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Dirjen BIMAS Islam, 2000), h. 6.

b. Peserta mampu meningkatkan ilmu dan mencari aturan-aturan yang terkandung dalam al-Quran serta mengamalkan dan mampu menjelaskan kepada masyarakat. c. Peserta mampu menjelaskan rukun Islam secara rinci dan jelas sera

mengamalkannya.9

Sesi VIII : Pendidikan agama dalam keluarga Tujuan Umum :

Agar peserta memahami atau menghayati tentang pengembangan dan pengenalan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah dalam kehidupan berkeluarga dan lingkungannya.

Tujuan Khusus :

a. Mampu menciptakan kesejukan dalam keluarga. b. Peserta mampu meningkatkanukhuwah Islamiyah. c. Mampu menurunkan angka kriminalitas.

d. Mampu menurunkan angka perkelahian atau tawuran pelajar.

Butir-butir nasehat yang diberikan dengan mudah dapat diterima oleh masing-masing calon pengantin karena mereka dalam keadaan senang, suka sama suka.

Namun, ada pula yang menjadi sulit menerima nasehat bila perkawinan itu ada unsur keterpaksaan atau harus dilakukan sebagai pertanggung jawaban terhadap

9

Dirjen BIMAS Islam Dan Urusan Haji Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin(Jakarta: Departemen Agama RI Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Dirjen BIMAS Islam, 2000), h. 7.

38

perbuatan yang terlanjur dilakukan sebelumnya. Bahkan mereka sama sekali tidak mau menerima atau tidak ingin sama sekali mendengar nasehat.10

Dokumen terkait