• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Pada Orang Tua Penderita Down Syndrome Di Skh Muara Sejahtera Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Pada Orang Tua Penderita Down Syndrome Di Skh Muara Sejahtera Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SEJAHTERA PONDOK CABE ILIR PAMULANG TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh :

Ade Nurzaman

NIM: 107052001842

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 15 Agustus 2014

(5)

Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Pada Orang Tua Penderita Down Syndrome di SKh Muara Sejahtera Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan

Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengetahui: Pelaksanaan

Bimbingan Agama Islam pada Orang tua yang anaknya mengalami down

syndrome di SKh Muara Sejahtera Pondok Cabe Ilir Tangerang Selatan.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan kategori penelitian kasus (cases study), yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses bimbingan Islam yang terdapat di SKh Muara Sejahtera dilaksanakan seiring dengan proses terapi

terhadap anak yang mengalami down syndrome. Pada proses awal layanan

bimbingan tersebut berupa konsultasi keluarga, setelah terdeteksi tingkat permasalahan anak tersebut baru dilihat dampak yang muncul pada orang tuanya, sehingga diminta atau tidak proses bimbingan berlangsung melalui berbagai pendekatan, termasuk Bimbingan Agama Islam.

Dari hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa hasil bimbingan Agama

Islam terhadap orang tua anak yang mengalami down syndrome menunjukkan

bahwa sebagian besar orang tua merasa terbantu dan merasa perlu dengan adanya bimbingan Agama Islam. Berarti secara tidak langsung Bimbingan Agama Islam punya andil yang penting bagi proses peningkatan kualitas keberagamaan orang

tua yang anaknya mengalami down syndrome. Adapun yang menjadi kendala

dalam bimbinganAgama Islam di SKh Muara Sejahtera diantaranya adalah: (1)Tidak adanya pembimbing yang khusus untuk mengangani permasalahan orang tua anak down syndrome, selama ini bimbingan hanya dilakukan oleh guru agama saja. (2) Tidak adanya ruang khusus untuk bimbingan secara individu bagi orang tua, selama ini SKh Muara Sejahtera melakukan bimbingan di ruang guru atau ruang kepala sekolah. (3) Kurangnya staf pengajar yang berkompeten dalam bidangnya..

(6)

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di dunia dan di akherat kelak.

Adalah suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Untuk itu penulis menyampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

(7)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Sugiharto, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Drs. M. Luthfi, MA. Selaku Dosen Penasehat Akademik, Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. Selaku pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu senantiasa meberikan Do’a, Ilmu dan dukungan materi maupun non materi, semoga Allah memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat.

8. Ibu Drs. Iis Ratnadinwanti, M. Pd. selaku Kepala Sekolah Khusus Muara

Sejahtera dan Ibu Siti Nurhayati, S. Pd. Selaku pembimbing dan juga sebagai guru agama di SKh Muara Sejahtera Pondok Cabe Tangerang Selatan.

9. Keluarga Besar Resimen Mahasiswa (MENWA) UIN Syarif Hidayatullah

(8)

11.Teman-teman BPI 2007, khususnya Sahabat terakrab Dian Putra, Zulkarnain Fadli, M. Syahid Fudholli, Wiwit Fatimah, Isbatul Haqqi, Dita Septefanny, Hapsari Retno Satuti, Nurhasanudin, Muhammad Nuh yang telah lebih dulu memperoleh gelar S. Sos, I/ S. Kom, I.

12.Sahabat Terbaik Ahmad Sirojul Aktor S. IP (Mang Ozhunk), Dadan

Ahmad SE (Mang Dadan) jasamu abadi.

Atas jasa-jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka diterima di sisi Allah SWT. Dan mendapat balasan pahala yang lebih baik serta mendapatkan kesuksesan baik itu di dunia maupun di akhirat kelak. Penulis dalam hal ini juga mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Ciputat, 15 Juli 2014

(9)

LEMBAR PERNYATAAN ... i A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Tinjauan Pustaka ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Bimbingan Agama Islam ... 11

1. Pengertian Bimbingan Agama Islam ... 11

2. Dasar Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam ... 13

3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Agama Islam ... 19

4. Unsur-unsur dalam Bimbingan Agama Islam ... 21

B. Orang Tua ... 28

1. Pengertian Orang Tua ... 28

2. Bentuk-bentuk Peran Orang Tua ... 29

3. Manfaat Peran Orang Tua ... 38

C. Down Syndrome ... 44

1. Pengertian Down syndrome ... 44

2. Faktor Penyebab Terjadinya Down Syndrome ... 45

(10)

BAB III GAMBARAN UMUM SKh MUARA SEJAHTERA ... 53

A. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya SKh Muara Sejahtera .... 53

B. Visi, Misi Dan Tujuan ... 55

C. Struktur Organisasi ... 57

D. Sarana Dan Prasarana ... 57

E. Kelebihan Dan Kekurangan SKh Muara Sejahtera... 57

F. Bimbingan Agama Islam di SKh Muara Sejahtera ... 58

G. Tujuan Bimbingan Agama Islam di SKh Muara Sejahtera ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Informan ... 62

B. Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam pada Orang Tua Penderita Down Syndrome di SKh Muara Sejahtera ... 64

1. Materi Bimbingan Agama Islam pada Orang Tua Penderita Down Syndrome di SKh Muara Sejahtera ... 65

2. Metode Bimbingan Agama Islam pada Orang Tua Penderita Down Syndrome di SKh Muara Sejahtera ... 67

3. Media Bimbingan Agama Islam pada Orang Tua Penderita Down Syndrome di SKh Muara Sejahtera ... 68

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah suatu karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia dan dalam menciptakan anak manusia Tuhan mempunyai rahasia tersendiri. Ada anak yang dilahirkan normal dan ada pula anak yang dilahirkan

"istimewa”. Salah satunya adalah anak dengan Down Syndrome. Dalam

Kamus Psikologi yang ditulis oleh Budiarjo, dkk menyebutkan bahwa Down

Syndrome adalah bentuk keterbelakangan mental sejak lahir, dengan ciri-ciri

yang menonjol, semula dikenal sebagai mongolisme.1

Identifikasi penderita down syndrome tidak selalu mudah dilakukan,

karena dari lima puluh tanda-tanda fisik didapati pada penderita, sedangkan

tidak ada di antara tanda-tanda itu yang merupakan tanda khusus downs

syndrome dan tidak ada pula tanda tunggal yang dimiliki oleh semua penderita. Di samping itu, beberapa di antara tanda tersebut baru akan tampak apabila anak telah berusia beberapa tahun, sehingga indentifikasi awal sulit

untuk dilakukan.2

Dalam kategori inteligensi, Down Syndrome memiliki IQ antara 20-35,

hanya sedikit sekali di antara penderita yang dapat mencapai IQ yang lebih

tinggi daripada angka tersebut. Penderita Down Syndrome kehidupannya

sangat tergantung pada orang lain. Mereka mengalami hambatan dalam

1

Budiarjo dkk, Kamus Psikologi, (Jakarta: Dahara Prize, 1991), h. 128

2

(12)

perkembangan kemampuan, gerak dan bicara serta mengalami cacat indera. Mereka masih mungkin dilatih menguasai ketrampilan sederhana guna menolong diri sendiri walaupun hasilnya tidak akan banyak, bahkan dalam

melakukan tugas yang sederhanapun mereka masih perlu diawasi.3

Dalam kondisi sebagaimana diuraikan di atas, maka peranan Orang Tua

penderita down syndrome sangat diperlukan. Bagaimanapun kondisi penderita

Down Syndrome, ia merupakan amanah Allah yang harus dibimbing,

sehingga keluarga, khususnya Orang Tua bertanggung jawab sebagai

pengasuh dan sekaligus pembimbing bagi penderita Down Syndrome.

Amanah Allah berupa pemeliharaan anak penderita Down Syndrome

bagi Orang Tua bukanlah hal yang ringan. Oleh karena itu, dibutuhkan kesabaran, kesadaran, keteguhan dan keyakinan yang tinggi dalam agama.

Tidak semua Orang Tua anak Down Syndrome memiliki kriteria tersebut,

sehingga diperlukan bimbingan penyuluhan khususnya bimbingan Agama Islam dari pihak lain bagi Orang Tua.

Bimbingan yang dilakukan melalui pendekatan agama pada dasarnya

lebih banyak menyentuh perasaan atau mental secara umum.4 Oleh karena itu,

harus mengindahkan perasaan dan memperhatikan pikiran Orang Tua. Dengan kata lain, bahwa materi bimbingan harus memperhatikan aspek psikologis atau kejiwaan Orang Tua.

Namun demikian, karena daya tangkap anak menyandang cacat dalam menerima materi bimbingan berbeda dengan anak-anak yang normal, maka

3

Azwar, Psikologi Intelegensi, h. 147-148

4

Zakiah Daradjat, Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1982),

(13)

penanganannya harus lebih serius dan berbeda dengan anak normal lainnya, tanpa mengesampingkan nilai-nilai ajaran Agamanya. Dengan demikian, pendekatan bimbingan Agama sangat penting dan relevan dalam pelaksanaan proses dakwah, selain itu bimbingan agama dapat dijadikan bekal hidup di dunia dan akhirat bagi anak dan Orang Tua penyandang cacat, khususnya

pendirita Down Syndrome.

Salah satu Yayasan yang punya kepedulian terhadap penderita down

syndrome adalah Yayasan Muara Sejahtera yang memliki Sekolah Khusus yaitu SKh Muara Sejatera Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan. SKh tersebut bergerak dalam bidang Pendidikan, yang bertujuan untuk

menangani penderita Down Syndrome. Sehingga mau tidak mau Orang Tua

punya tanggung jawab sebagai pembimbing sekaligus pengarah kehidupan anak-anaknya menuju kesejahteraan, baik dari faktor afeksinya, konasinya, juga kognisinya

Dari uraian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan suatu penelitian di SKh Muara Sejahtera Pondok Cabe Pamulang, dengan judul:

PelaksanaanBimbingan Agama Islam pada Orang Tua Penderita Down

(14)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam

pada Orang Tua penderita Down Syndrome di SKh Muara Sejahtera

Pondok Cabe Pamulang.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam pada Orang Tua

penderita Down Syndrome di SKh Muara Sejahtera Pondok Cabe

Pamulang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan Bimbingan Agama Islam

pada Orang Tua penderita Down Syndrome di SKh Muara Sejahtera

Pondok Cabe Pamulang.

2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam kajian-kajian yang berbentuk:

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tambahan

khasanah ilmu pengetahuan, khususnya bidang Bimbingan

Penyuluhan Islam tentang kegiatan Bimbingan Agama Islam pada

(15)

b. Memberikan masukan yang konstruktif bagi para da’i atau konselor, dan lembaga pemerintah, organisasi masyarakat, organisasi

keagamaan tentang penanganan Orang Tua yang anaknya Down

Syndrome melalui pendekatan Agama Islam.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam dan Down

Syndrome telah banyak dilakukan. Berikut ini beberapa penelitian yang ada

relevansinya dengan judul skripsi peneliti.

1. Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Tunarungu di Panti Sosial Bina

Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur, yang ditulis oleh Ida Nurfarida tahun 2009 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini membahas tentang metode bimbingan agama pada anak tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambo Apus.

2. Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak

yang Mengalami Down’s Syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti

Jakarta Selatan. yang ditulis oleh Marwa Sofa Indah tahun 2006 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini membahas proses bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak

yang mengalami down syndrome.

Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada Pelaksanaan

(16)

Muara Sejahtera Pondok Cabe Pamulang untuk mengungkapkan proses

Bimbingan Agama Islam pada Orang Tua penderita Down Syndrome di SKh

Muara Sejahtera Pondok Cabe Pamulang.

E. Metodologi Penelitian

1. Metodologi Penelitian

Dengan memperhatikan dan menyesuaikan terhadap masalah yang akan diteliti, serta tujuan yang akan dikemukakan, maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan

fakat-fakta yang tampak.5 Dan kegiatan yang dilakukan peneliti adalah

mengumpulkan data yang erat hubunganya pelaksanaan Bimbingan

Agama Islam pada Orang Tua penderita Down Syndrome di SKh Muara

Sejahtera Pondok Cabe Pamulang.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian yaitu tempat memperoleh keterangan. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah pembimbing yang juga sebagai guru yang memberikan Bimbingan Agama Islam pada Orang Tua

penderita Down Syndrome yang berjumlah 1 orang pembimbing dan 2

orang tua siswa. Adapun yang menjadi Obyek penelitian adalah

memberikan Bimbingan Agama Islam pada Orang Tua penderita Down

Syndrome.

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: PT.Bina

(17)

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai tanggal 15 februari 2014 sampai dengan 15 Mei 2014 yang bertempat di SKh Muara Sejahtera Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan Banten.

4. Tahapan Penelitian

a. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sehubungan dengan permasalahan penelitian di atas, maka dilakukan tiga metode pengumpulan data:

1. Observasi, Metode observasi adalah suatu bentuk penelitian

dimana manusia melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada

keadaan sebenarnya.6

2. Dokumentasi, Metode dokumentasi adalah mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, lengger, agenda

dan sebagainya.7

3. Wawancara, Metode interview atau wawancara adalah suatu

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)

yang memberikan jawaban dari pertanyaan itu.8

6

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2000),

h. 125

7

Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 236

8

(18)

b. Pengolahan Data

Dalam prakteknya, aplikasi metode di atas dapat ditempuh dengan beberapa cara. Pertama, dilakukan kajian tertulis. Kedua, observasi pada sejumlah peristiwa dan objek yang terkait dengan pelaksanaan Bimbingan Agama Islam pada Orang Tua penderita Down Syndrome. Ketiga, wawancara dengan tokoh-tokoh kunci (key person) yang terkait dengan pelaksanaan Bimbingan Agama

Islam pada Orang Tua penderita Down Syndrome. untuk

mengungkap sejauhmana kebutuhan Orang Tua penderita terhadap pelaksanaan Bimbingan Agama serta bentuk Bimbingan Agama Islam apa saja yang diperlukan.

Secara skematis, pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

laporan pelaksanaan Bimbingan Agama Islam) Dokumentasi

Stakeholders

Orang Tua Penderita Down

(19)

c. Analisa Data

Moleong menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisirkannya dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Setelah data terkumpul kemudian dikelompokkan dalam satuan kategori dan dianalisis

secara kualitatif.9 Adapun metode yang digunakan adalah metode

analisis kualitatif-deskriptif. Analisis kualitatif-deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik bidang-bidang tertentu secara faktual dan cermat dengan

menggambarkan keadaan atau status fenomena.10

Langkah-langkah yang peneliti gunakan untuk

menganalisis data yang telah terkumpul adalah sebagai berikut:

1) Peneliti mendeskripsikan data yang telah diperoleh mengenai

pelaksanaan bimbingan Agama Islam di SKh Muara Sejahtera.

2) Setelah dideskripsikan, tahap selanjutnya adalah dianalisis

data deskriptif tersebut guna mengetahui hasil yang didapat

dari bimbingan Agama Islam pada orang tua anak down

syndrome.

5. Teknik Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini maka peneliti mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) diterbitkan oleh CeQDA ( Center For Quality Development and

9

Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, h. 103

10

(20)

Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI Menjelaskan Pengertian tentang Bimbingan Agama Islam, tujuan dan fungsi Bimbingan Agama, Pengertian

Orang Tua dan bentuk-bentuk peran Orang Tua, Pengertian Down

Syndrome, factor penyebab terjadinya serta ciri-ciri Down Syndrome.

BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Memuat Gambaran Umum Objek Penelitian yaitu SKh Muara Sejahtera Pondok Cabe Pamulang. Yang meliputi : Sejarah, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Gambaran Orang tua Penderita, Gambaran Bimbingan Agama.

BAB IV : HASIL PENELITIAN Merupakan bab hasil dari penelitian. Pada bab ini akan dideskripsikan tentang Bimbingan Agama Islam

pada Orang Tua penderita Down Syndrome di SKh Muara

Sejahtera Pondok Cabe Pamulang dan menganalisis tentang Hasil Bimbingan Agama Islam yang digunakan di SKh Muara Sejahtera

Pondok Cabe Pamulang.

(21)

A. BIMBINGAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian Bimbingan Agama Islam

Penjelasan mengenai pengertian bimbingan agama Islam dapat diterangkan melalui penjelasan tiga kata yakni bimbingan, agama dan Islam.

Secara etimilogis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance

berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukan,

membimbing, menuntun, ataupun membantu.” Sesuai dengan istilahnya,

maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan

atau tuntutan adalah bimbingan.1

Pengertian bimbingan secara terminologi sudah banyak dikemukakan oleh para ahli, berikut pengertian bimbingan menurut para ahli:

Hallen mengemukakan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana

1

(22)

asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat

bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain serta lingkungannya.2

Prayitno dan Amti mendefinisikan bimbingan sebagai proses pemberian yang dilakukan oleh yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sasaran yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.3

Sedangkan menurut Kartini Kartono, bimbingan adalah pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan (dengan pengetahuan, pemahaman, keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam

menolong) kepada orang lain yang memerlukan pertolongan.4

Dari beberapa pengertian bimbingan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian pertolongan pada individu yang membutuhkan supaya idividu tersebut dapat

mengembangkan kemampuannya sehingga tercapainya kemandirian.

Sedangakan Agama secara istilah adalah kepercayaan kepada Tuhan, sifat-sifat serta kekuasaan-Nya dengan ajaran dan kewajiban-kewajiban yang

berhubungan dengan kepercayaan itu.5 Dalam pengertian yang sederhana

2

Hallen., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 9

3

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2010), h. 93

4

Kartono Kartini, Bimbingan Bagi Anak dan Remaja Yang Bermasalah, (Jakarta: CV Rajawali,

1985), h. 9

5

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern

(23)

agama adalah proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang

diyakininya, bahwa itu lebih tinggi dari manusia.6

Sedangkan Islam yaitu agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad

SAW yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an atas perintah Allah.7

Namun umumnya ulama’ mendefinisikan Islam adalah wahyu Allah yang

disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk kebahagian umat manusia

di dunia dan akhirat.8

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan agama Islam adalah merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan secara terus

menerus dan berkesinambungan untuk membina, membangun,

mengembangkan serta membantu kepada seseorang atau sekelompok orang agar dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya serta dapat membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan ini bersifat psikologis (kejiwaan) dan

berdasar pada ajaran-ajaran agama Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an

dan Hadits.

2. Dasar Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam

Manusia diperintahkan untuk saling membantu dengan sesamanya, mengajak kepada kebaikan dan mencegah terhadap kejahatan. Secara tidak langsung bimbingan Agama Islam berpengaruh besar dalam hal ini,

6

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 24.

7

Peter, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, h. 581

8

Khoirudin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: ACAdeMIA dan Tazzafa, 2007), h.

(24)

bimbingan agama merupakan salah satu bentuk bimbingan yang berbentuk kegiatan dengan bersumberkan pada kehidupan manusia, di dalam realitas kehidupan ini manusia sering menghadapi persoalan yang silih berganti yang mana antar satu sama lain berbeda-beda baik dalam sifat maupun

kemampuannya. Dalam menghadapi kehidupan yang ada tersebut. Al-Qur’an

dan As-Sunnah merupakan sumber dan pedoman dalam kehidupan manusia khususnya umat Islam, oleh karena itu dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan kehidupan dalam bentuk apapun agama Islam selalu

mendasarkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, dasar dari bimbingan Agama

Islam adalah seperti disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

a. Surat Yunus ayat 57

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran

dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)

dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

(QS. Yunus: 57)9

9

Departemen Agama RI, Al-Quur”an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Sygma Examedia

(25)

b. Surat Al-Ashr ayat 1-3

Artinya: “demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam

kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat

menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)10

c. Surat Al-Imron ayat 104

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah

dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al

-Imron: 104)11

10

Departemen Agama RI, Al-Quur”an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Sygma Examedia

Arkanleema, 2009), h. 601

11

Departemen Agama RI, Al-Quur”an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Sygma Examedia

(26)

Dari ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya mengajak kepada perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan tercela. Selain itu agama sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, peran penting agama dalam dalam kehidupan seseorang menurut Zakiah daradjat yaitu:

a. Agama memberikan bimbingan dalam hidup

Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup segala unsur-unsur pengalaman, pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis dimana segala unsur-unsur pokoknya terdiri dari pengalaman yang menentramkan batin, maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat fisik maupun bersifat rohani dan sosial, ia akan selalu wajar, tenang dan tidak menyusahkan atau melanggar hukum dan peraturan masyarakat dimana ia hidup.

Agama yang ditanamkan sejak kecil terhadap anak-anak merupakan unsur-unsur dari kepribadiannya yang menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan dan dorongan yang timbul.Karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam.

Ajaran agama menberikan pembinaan hidup dari masa kecil sampai dewasa, baik melingkupi pribadi, keluarga, masyarakat atau hubungan dengan Allah SWT. Maka pembinaan dan bimbingan agama memberikan jaminan kebahagiaan dan ketentraman batin dalam hidup ini.

(27)

Setiap orang pasti pernah merasakan kekecewaan, apabila mereka tidak berpegang teguh pada ajaran agama, mereka akan memiliki perasaan rendah diri, apatis, pesimis dan merasakan kegelisahan.

Jika seseorang yang memiliki pengetahuan agama yang baik, kesukaran sesulit apapun di hadapinya dengan cara yang sabar, tabah, tegar dan dengan akal yang sehat. Setiap kekecewaan yang menimpanya tidak akan memukul jiwanya. Ia tidak akan putus asa, melainkan akan menghadapinya dengan tenang. Mereka menganggap bahwa itu merupakan bagian dari cobaan Allah SWT terhadap hambanya yang beriman.

Dengan ketenangan batin ia akan dapat menganalisa sebab kekecewaan dan menemukan faktor penyebabnya, sehingga ia dapat menhindari gangguan perasaan akibat kekecewaan itu. Ia tidak akan putus asa dan pesimis dalam hidupnya.

c. Agama dapat menentramkan batin

Bagi jiwa yang sedang gelisah, agama akan memberi jalan dan siraman penenang hati. Agama sangat dibutuhkan bagi anak, karena

merupakan bibit terbaik yang diperlukan dalam pembinaan

(28)

dideritanya dengan cara yang salah dan terjerumus kepada hal-hal yang dilarang agama. Maka dengan agama anak usia remaja mempunyai fungsi penentram dan penenang jiwa, disamping itu sebagi pengendali moral.

d. Agama menjadi pengendali moral

Semakin jauh masyarakat dari agama, semakin susah memelihara moral dalam masyarakat itu dan semakin kacaulah suasana karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran atas hak, hukum dan nilai moral.

Pembinaan moral seharusnya dilaksanakan sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir belum mengerti mana yang benar dan salah, serta belum mengertibatas-batas ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang baik untuk pertumbuhan moral, anka-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral. Pendidikan moral tidak terlepas dari pendidikan agama dan keduanya harus sama-sama dilaksanakan dalam praktek hidup pergaulan sehari-hari, disamping pengertian tentang agama dan moral. Kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat adalah karena orang-orang telah mulai lengah dan kurang mengindahkan agama.

Agama memberikan ketenangan batin, mengatur dan

(29)

yang diridhoi oleh Allah dan merasa takut melanggar aturan-aturan

agama.12

3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Agama Islam

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seluruh makhluk hidup pastilah memiliki fungsi dan tujuan. Fungsi dan tujuan tersebut meliputi fungsi bagi diri sendiri maupun bagi lingkungannya. Bimbingan dalam konteks Islam secara garis besar, sebagaimana didasarkan pada pengertiannya adalah membimbing manusia dengan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam hidupnya secara mandiri. Jadi, berdasarkan pada pengertian bimbingan agama Islam, ada dua jalur fungsi dan tujuan, yakni jalur pengembangan potensi dan penyelesaian masalah yang dihadapi dengan berdasarkan pada nilai-nilai Islam dan bertujuan tunggal tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

M. Arifin menjelaskan bahwa bimbingan Islam memiliki dua fungsi utamanya sebagai berikut :

a. Fungsi Umum

1) Mengusahakan agar klien terhindar dari segala gagasan dan hambatan

yang mengancam kelancaran proses perkembangan dan pertumbuhan.

2) Membantu memecahkan kesulitan yang dialami oleh setiap klien.

12

Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Gunung

(30)

3) Mengungkap tentang kenyataan psikologis dari klien yang bersangkutan yang menyangkut kemampuan dirinya sendiri, serta

minat perhatiannya terhadap bakat yang dimilikinya yang

berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapainya.

4) Melakukan pengarahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan

klien sesuai dengan kenyataan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya sampai titik optimal.

5) Memberikan informasi tentang segala hal yang diperlukan oleh klien

b. Fungsi Khusus

1) Fungsi penyaluran. Fungsi ini menyangkut bantuan kepada klien

dalam memilih sesuatu yang sesuai dengan keinginannya baik masalah pendidikan maupun pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.

2) Fungsi menyesuaikan klien dengan kemajuan dalam perkembangan

secara optimal agar memperoleh kesesuaian, klien dibantu untuk mengenal dan memahami permasalahan yang dihadapi serta mampu memecahkannya.

3) Fungsi mengadaptasikan program pengajaran agar sesuai dengan

bakat, minat, kemampuan serta kebutuhan klien.13

Tujuan dari bimbingan penyuluhan menurut Faqih dapat

dikelompokkan ke dalam tiga jenis tujuan yakni :

13

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden

(31)

1) Membantu individu agar terhindar dari masalahnya.

2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya

dan orang lain.14

Pendapat Faqih tersebut secara tersirat menjelaskan bahwa tujuan bimbingan dalam lingkup Islam (agama Islam) adalah menciptakan manusia Islam yang terhindar dari dan mampu mengatasi masalah serta dapat mengembangkan keadaan hidupnya yang baik sehingga tidak akan terjerat permasalahan dalam hidupnya.

4. Unsur-unsur dalam Bimbingan Agama islam

a) Subyek

Subyek adalah pelaku pekerjaan, atau dalam hal ini adalah orang yang melaksanakan bimbingan agama Islam atau orang yang mempunyai kemampuan dalam menyampaikan maksud dan tujuan pelaksanaan

bimbingan agama Islam terhadap Orang Tua penderita Down Syndrome.

Untuk menjadi seorang konselor atau pembimbing harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Menaruh minat mendalam terhadap orang lain dan penyebaran

2) Peka terhadap sikap dan tindakan orang lain

14

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001),

(32)

3) Memiliki kehidupan emosi yang stabil dan obyektif

4) Memiliki kemampuan dan dipercaya orang lain

5) Menghargai fakta.15

b) Obyek

Obyek yaitu yang menjadi sasaran atau yang dibina (yang mendapat

pembinaan), dalam hal ini yaitu para Orang Tua penderita Down

Syndrome.

c) Materi

Yang dimaksud dengan materi adalah semua bahan-bahan yang akan disampaikan kepada terbina. Jadi yang dimaksud materi di sini adalah semua bahan yang dapat dipakai untuk bimbingan agama Islam. Materi dalam bimbingan agama Islam yaitu semua yang terkandung dalam

al-Qur’an yaitu: akidah, akhlak, dan hukum.16

1) Aqidah atau Keyakinan

Merupakan fundamen bagi setiap muslim, dalam arti menjadi landasan yang memberi corak serta arah bagi kehidupan seoarang

muslim.17 Aqidah adalah kepercayaan yang wajib diyakini

kebenarannya oleh setiap muslim yang dirumuskan dalam ajaran

15

Singgih D Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), h. 64

16

M. Quraish Shihab, Membumikan A-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1993), h. 303

17

(33)

“enam rukun Iman” yakni Iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab,

para Nabi dan Rasul-Rasul-Nya serta hari akhir.18

2) Akhlak atau Moral

Akhlak atau moral merupakan pendidikan jiwa agar seseoarang dapat bersih dari sifat-sifat yang tercela dan dihiasi dengan sifat-sifat

yang terpuji. Menurut Imam Al-Ghozali dalam Ihya’ Ulumuddin,

akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa dari padanya timbul

perubahahn yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.19

3) Hukum atau Syari’ah

Merupakan peraturan-peraturan yang disyariatkan oleh Allah untuk pegangan bagi umat manusia, baik secara terperinci maupun global. Dan juga mengatur hubungan antara makhluk dengan

Tuhannya.20 Yaitu:

a. Ibadah yaitu aturan agama yang mengatur hubungan manusia

dengan Tuhan, yang dirumuskan dalam “lima rukun Islam” yakni:

Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat dan Haji. Ibadah merupakan

manifestasi iman umat Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an

dan Hadits, serta sebagai pernyataan syukur manusia atas nikmat yang diterimanya dari Allah.

18

Nasrudin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1996), h. 39

19

Nasrudin Razak, Dienul Islam, h. 39

20

(34)

b. Mu’amalah yaitu aturan agama yang mengatur hubungan manusia baik sesama agama maupun yang berlainan agama, dan juga

mengatur hubungan manusia dengan alam.21

d) Metode

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mendekati suatu masalah, sedangkan penerapan caranya disebut teknik. Jadi metode adalah bagaimana cara seorang pembimbing memberi arahan (menyampaikan) dan mempraktekan materi itu kepada terbina. Menurut Aunur Rahim

Faqih dalam bukunya yang berjudul “Bimbingan dan Konseling dalam

Islam” metode dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Metode bimbingan kelompok

Metode ini adalah komunikasi langsung oleh pembimbing dengan klien dalam keadaan berkelompok atau beberapa klien yang mempunyai permasalah yang sama. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik:

a. Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan bimbingan

dengan cara mengadakan diskusi dengan bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.

b. Karya wisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan secara

langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata sebagai forumnya.

21

(35)

c. Sosiodrama, yakni bimbingan yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah (sosial).

d. Psikodrama, yakni bimbingan yang dilakukan dengan cara bermain

peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah (psikologis)

e. Group teaching, yakni pemberian bimbingan dengan memberikan

materi bimbingan tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah

disiapkan.22

2. Metode bimbingan individual

Metode bimbingan individual adalah pembimbing

berkomunikasi secara lansung dengan individu/klien yang dibimbing. Pembimbing hendaknya bersikap empati terhadap masalah yang dihadapi oleh klien, kemudian klien dapat memberikan kepercayaan

sepenuhnya kepada pembimbing yang membantu mencapai tujuan.23

Hal ini dapat dilakuakan dengan teknik:

a. Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog

langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing.

b. Kunjungan kerumah (home visit), yakni pembimbing

mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di rumah

22

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, h. 54

23

M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h.

(36)

klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien dan lingkungannya.

c. Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing melakukan

percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan

lingkungannya.24

Dalam bukunya Imansyah Alpandie yang berjudul Didaktik Metodik Pendidikan Umum makna metode adalah cara yang sistematis

yang digunakan untuk mencapai tujuan.25 Metode dapat diterapkan

dengan beberapa teknik misalnya:

a. Pendekatan langsung

Pendekatan langsung merupakan suatu cara bimbingan, dimana pembimbing secara langsung memberikan jawaba-jawaban terhadap masalah yang dihadapi klien selain itu pembimbing juga berusaha memberikan pengarahan yang sesuai dengan masalahnya. Pendekatan ini disebut juga pendekatan terpusat pada konselor (counselor-centered-approach) karena koselor lebih banyak berperan

untuk menentukan sesuatu.26

Menurut Muhammad Arifin dalam bukunya “Pedoman

Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama” pendekatan dengan

metode langsung adalah dimana pembimbing melakukan komunikasi

24

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, h. 54

25

Imansyah Alpandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984),

h. 71

26

(37)

langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbinganya, yang meliputi beberapa metode:

1) Metode individual Pembimbing dalam hal ini melakukan

komunikasi secara individual dengan pihak yang dibimbing, yang dapat dilakukan dengan menggunakan teknik:

a. Percakapan pribadi, yaitu pembimbing melakukan dialog

langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing.

b. Kunjungan ke rumah (home visit) yaitu pembimbing

mengadakan dialog kerumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien dan lingkunganya.

2) Metode kelompok Metode ini dilakukan dengan cara komunikasi

langsung dengan klien dalam keadaan berkelompok.27

b. Pendekatan tidak langsung

Pada pendekatan ini pembimbing atau konselor beranggapan bahwa klien mempunyai suatu potensi dan kemampuan untuk berkembang dan mencari kemantapan sendiri. Seorang konselor hanya

sebagai pendengar dan memberikan dorongan.28

Bimbingan tidak langsung dapat dilakukan dengan metode komunikasi massa (kelompok)

a) Metode individual: Melalui surat menyurat, Melalui telepon

27

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, h. 50

28

(38)

b) Metode kelompok: Melalui papan bimbingan, Melalui surat

kabar/majalah, Melalui brosur, Melalui radio, Melalui televise.29

c. Pendekatan Eklektik

Pendekatan ini merupakan teknik atau pendekatan dari beberapa pendekatan yaitu pendekatan langsung, pendekatan tidak langsung dan pendekatan lainnya dalam psikoterapi, seperti: psiko analisis dengan behavioristik atau terapi kognitif dengan pendekatan

terpusat pada pribadi. 30

e) Media

Media atau Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan tertentu. Bisa disimpulkan sarana bimbingan agama Islam adalah semua yang dapat dijadikan alat dalam proses bimbingan. Seperti gedung tempat bimbingan keagamaan, masjid, buku-buku, alat peraga misalnya: gambar orang berwudhu dan sholat,

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, h. 50

30

(39)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh

Depdikbud pengertian orang tua (ayah, ibu) sebagai ayah ibu kandung.31

Ayah sebagai orang tua kandung laki-laki dan ibu adalah wanita yang

telah bersuami, yang telah melahirkan seseorang.32 Menurut Daradjat,

wanita mempunyai dua peranan, yaitu sebagai isteri dan ibu. Wanita sebagai isteri adalah wanita yang bijaksana dapat menciptakan suasana rukun damai dan menyenangkan dalam rumah tangga. Sedangkan wanita sebagai ibu yang punya peranan yang sangat besar dalam membina moral

atau mental agama anak-anaknya.33 Berarti wanita adalah sebagai istri, ibu

dan pribadi dan punya kodratnya sendiri sebagai pendamping suami (laki-laki). Sedangkan suami (laki-laki, bapak) dalam keluarga punya kedudukan sebagai kepala rumah tangga (keluarga), yang berkewajiban untuk memberi nafkah lahir dan batin bagi istri dan anaknya. Pola mempunyai tanggungan terhadap kehidupan anak-anaknya mulai dari

31

INDONESIA. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.

706

32

INDONESIA. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 68

33

Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, h. 64-65

34

H. C. Witherington terjemahan M. Buchori, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru,

(40)

lahir sampai dewasa. Dan posisinya tetap sebagai orang tua “anak”

tersebut sampai kapanpun.

2. Bentuk-bentuk Peran Orang Tua

Peran orang tua yang satu dengan yang lainnya terhadap anaknya sudah tentu berbeda-beda. Hal ini dilatarbelakangi masalah pendidikan orang tua yang berbeda-beda maupun pekerjaannya. Dan dalam hal ini akan peneliti paparkan bentuk-bentuk peran orang tua terhadap anak:

a. Memberikan Pengarahan dan Bimbingan

Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh itu. Sikap anak terhadap guru agama dan pendidikan agama di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tuanya terhadap agama dan guru agama khususnya.

Seorang anak sangat memerlukan bimbingan kedua orang tuanya dalam mengembangkan bakat serta menggali potensi yang ada pada diri anak tersebut. Dalam rangka menggali potensi dan mengembangkan bakat dalam diri anak maka seorang anak memerlukan pendidikan sejak dini.

(41)

memberikan bimbingan kepada anak akan lebih baik jika diberikan saat anak masih kecil. Orang tua hendaknya membimbing anak sejak lahir ke arah hidup sesuai ajaran agama, sehingga anak terbiasa hidup sesuai dengan nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh agama.

Selain membimbing, orang tua harus memberikan pengarahan kepada anak. Memberikan pengarahan yang berarti, memberikan keterangan atau petunjuk khusus pada anak untuk mengadakan persiapan-persiapan menghadapi hal-hal yang tidak diketahui sebelumnya atau agar dilakukan dengan memperkirakan maksud dan

hasil yang akan dicapai serta tindakan apa yang harus dilakukan.35

Dengan pengarahan dan bimbingan, anak tidak akan merasa

asing terhadap sesuatu yang baru ia ketahui. Pada anak Down

Syndrome, pengarahan dan bimbingan dilakukan ekstra oleh orang tua ataupun guru. Pengarahan dan bimbingan harus dilakukan secara terus

menerus karena keterbatasan anak Down Syndrome dalam menangkap

sesuatu. Karena dengan melakukan berulang-ulang maka akan

menumbuhkan pemahaman kepada anak Down Syndrome. Misalnya

orang tua mengarahkan anaknya yang mengalami keterbatasan untuk membiasakan diri melakukan shalat. Walaupun apa yang dilakukan mereka tidak mengetahui maknanya, akan tetapi bimbingan dan pengarahan harus dibiasakan agar mereka terbiasa akan hal-hal yang baik.

35

(42)

b. Memberikan Motivasi

Manusia hidup di dunia pasti memiliki keinginan, cita-cita, atau pun harapan. Karena dengan adanya keinginan tersebut pasti akan timbul semangat dalam hidupnya, walaupun terkadang untuk mencapainya membutuhkan usaha yang tidak ringan.

Keberhasilan meraih atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu menimbulkan rasa puas pada diri manusia, yang pada akhirnya menimbulkan rangsangan ataupun dorongan untuk mencapai tujuan atau keinginan yang lain. Dengan demikian, pada setiap perbuatan manusia selalu ada sesuatu yang mendorongnya. Sesuatu itu disebut motivasi, meskipun kadang motivasi itu tidak begitu jelas atau tidak

disadari oleh pelakunya.36

Menurut Soemardi Soerjabrata, motivasi adalah ”keadaan

dalam pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan

aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan”37

Jadi orang tua harus dapat memberikan motivasi kepada

anaknya, dalam hal ini anak Down Syndrome juga sangat

membutuhkan motivasi orang tua. Karena dalam hidupnya, anak

Down Syndrome cenderung tidak memiliki motivasi. Apa yang mereka

lakukan belum tentu mereka mengerti.

36

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990), h.

60

37

Soemardi Soerjabrata, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997), h.

(43)

Kenyataan yang terjadi di masyarakat tentang pengasuhan

anak Down Syndrome yaitu banyak orang tua yang justru

menyembunyikan anaknya yang Down Syndrome dan membiarkannya

tanpa dilatih keterampilan sedikitpun. Orang tua pun terkesan menutup diri dari lingkungan, sehingga anak menjadi tidak mandiri dan pada akhirnya tidak dapat menyesuaikan dirinya di lingkungan. Tetapi ada pula orang tua yang justru memberikan dukungan yang besar karena

merasa bahwa anak Down Syndrome pun perlu diangkat harkat dan

martabatnya di masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan melatih mereka dengan berbagai macam keterampilan dan menciptakan iklim yang kondusif dimasyarakat bahwa mereka adalah kelompok yang membutuhkan pengakuan dari masyarakat. Seperti yang telah dikatakan Zakiah Derajat bahwa:

Sebenarnya yang sangat dibutuhkan anak bukanlah benda-benda atau hal-hal lahir, tetapi lebih penting dari itu adalah kepuasan batin, merasa mendapat tempat yang wajar dalam hati Bapak Ibunya. Mungkin saja kebutuhan materiil kurang terpenuhi karena orang tuanya tidak mampu, namun ia cukup merasakan kesayangan dari

kedua orang tuanya itu.38

Dalam hal ini anak Down Syndrome berhak mendapatkan

motivasi dari orang-orang disekelilingnya sama dengan anak normal pada umumnya. Untuk meningkatkan pemahamannya tentang

38

(44)

pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka orang tua bekerjasama dengan guru mewujudkan suasana belajar yang nyaman agar merasa termotivasi, sehingga apa yang mereka terima dari pelajaran tersebut dapat mendorongnya untuk berbuat hal-hal yang baik dan juga membiasakannya dengan mempraktikkan.

c. Memberikan Teladan yang Baik

Keteladanan menjadi hal yang sangat dominan dalam mendidik anak. Pada dasarnya anak akan meniru apa saja yang dilakukan oleh orang-orang yang ada disekitarnya terutama keluarga dekatnya, dalam hal ini adalah orang tua. oleh karena itu apabila orang tua hendak mengajarkan tentang makna kecerdasan spiritual pada anak, maka orang tua seharusnya sudah memiliki kecerdasan spiritual juga.39

“Pengaruh yang kuat dalam pendidikan anak adalah teladan

orang tua”40 Karena dapat memberikan gambaran yang jelas untuk

ditirukan. Oleh karena itu, perlu disadari dan diperhatikan agar orang tua dapat memberikan contoh yang baik dan benar. Mengenai akan hal

itu, Zakiah Daradjat berpendapat “orang tua harus memberi contoh

dalam hidupnya (anak), misalnya biasa beribadah shalat, dan berdo‟a

kepada Tuhan, di samping mengajak anak untuk meneladani sikap

39

Supardi dan Aqila Smart, Ide-Ide Kreatif Mendidik Anak bagi Orang Tua Sibuk, (Yogjakarta:

Katahati, 2010), h. 36

40

(45)

tersebut”.41

Orang tualah cermin bagi anak-anak dan contoh yang paling dekat untuk ditiru.

“Semua orang dewasa dapat menjadi model bagi anak: guru,

anggota keluarga, teman, orang tua, atau kakek nenek. Tetapi model

yang paling penting adalah orang tuanya”42 Hal yang paling penting

adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga anak secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka kedua orang tua di sini berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tataran teoritis maupun praktis. Ayah dan ibu sebelum mereka mengajarkan nilai-nilai agama dan akhlak serta emosional kepada anak-anaknya,

pertama mereka sendiri harus mengamalkannya.43

Dalam hal ini anak anak down syndrome akan meniru apa saja

yang ia tangkap, karena anak down syndrome tidak dapat

membedakan mana yang baik maupun yang buruk. Anak down

syndrome lebih mudah untuk dipengaruhi, ia lebih mudah untuk mengerjakan hal-hal yang buruk daripada hal-hal yang baik. Oleh karena itu sudah sepantasnya orang tua memberikan teladan yang baik kepada anaknya yang mengalami keterbatasan tersebut. Karena

41

Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta, Bulan Bintang, 1977), h.

87

42

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),

h. 93

43

Riski Emaniar,

(46)

seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa orang tua adalah teladan yang utama bagi anak-anaknya.

Dengan demikian perilaku orang tua yang baik akan ditiru oleh anaknya. Misalnya dengan membiasakan mengucapkan salam ketika masuk rumah, berjabat tangan ketika hendak berangkat dan pulang sekolah, dan sebagainya. Hal ini dapat memicu mereka untuk terbiasa melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik.

d. Memberikan Pengawasan

Pengawasan merupakan hal yang sangat penting sekali dalam mendidik anak-anak, karena dengan pengawasan, perilaku anak dapat terkontrol dengan baik, sehingga apabila anak bertingkah laku yang tidak baik dapat langsung diketahui dan kemudian dibenarkan. Dengan demikian pengawasan kepada anak hendaknya diberikan sejak kecil, sehingga segala tingkah laku yang dilakukan oleh anak dapat diketahui secara langsung.

(47)

orang tua dan dapat dilaksanakan terhadap anak, maka tidak akan

terjadi masalah.44

Pengawasan yang diberikan kepada anak Down Syndrome

harus dilakukan lebih ekstra dan hati-hati, karena mereka berbeda

dengan anak-anak pada umumnya. Anak Down Syndrome lebih sulit

untuk diberikan pengarahan karena apa yang mereka lakukan berdasarkan keinginannya sendiri, tanpa memikirkan orang lain. Sehingga terkadang apa yang mereka lakukan dapat merugikan orang lain.

e. Mencukupi Fasilitas Belajar

Fasilitas mempunyai peranan penting dalam suatu proses pekerjaan. Begitu pula masalah fasilitas belajar juga mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Menyediakan fasilitas belajar yang dimaksud di sini adalah alat tulis, buku tulis, buku-buku ini pelajaran dan tempat untuk belajar. Hal ini dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

Setelah anak memasuki masa sekolah maka tanggungjawab keluarga khususnya orang tua dalam pendidikan intelektual bertambah luas. Sudah menjadi kewajiban keluarga dalam hal ini adalah menyiapkan suasana belajar yang sesuai untuk belajar, mengulangi pelajaran, mengerjakan tugas, mengikuti kemajuan

44

(48)

sekolah, bekerjasama dengan sekolah untuk menyelesaikan masalah

pelajaran yang dihadapinya.45 Beberapa peneliti mencatat bahwa

keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah berpengaruh positif pada hal-hal berikut:

1) Membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada

diri sendiri

2) Meningkatkan capaian prestasi akademik

3) Meningkatkan hubungan orang tua-anak

4) Membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah

5) Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik

terhadap proses pembelajaran di sekolah.46

Pada dasarnya cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin kerjasama antara keluarga dengan pihak sekolah. Diantaranya adalah:

1) Kegiatan rumah yang melibatkan orang tua dengan anak

dikombinasikan dengan kunjungan guru ke rumah

2) Diundangnya orang tua ke sekolah

3) Acara pertemuan guru-orang tua

4) Komunikasi tertulis guru-orang tua

45

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,

(Jakarta: Pustaka Al Husna, 1989), h. 367

46

Ganesyawidya, http://ganesyawidya.wordpress.com/2011/01/04/peran-orang-tua-dalam

(49)

5) Mendukung tumbuhnya forum orang tua murid yang aktif diikuti para orang tua

6) Terus membuka hubungan komunikasi (telepon, sms, e-mail,

portal interaktif dll)

7) Dorongan agar orang tua aktif berkomunikasi dengan anak

8) Adanya daftar nilai atau raport.47

3. Manfaat Peran orang Tua menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal (di sekolah) maupun non formal (di rumah oleh orang tua). Orang tua merupakan Pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian yang dimiliki orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan yang secara tidak langsung dapat masuk ke dalam pribadi anak. Sikap

47

(50)

anak terhadap guru agama dan pendidikan agama di sekolah sangat

dipengaruhi oleh sikap orang tuanya terhadap agama.48

Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka pada saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi

masalah-masalah baru mereka akan bisa menghadapi dan

menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan mereka atau mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, maka perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan

kepribadian mereka.49

Peran orang tua dalam membina pribadi anak salah satunya

dengan memberikan kepercayaan kepada anak Down Syndrome bahwa

mereka juga bisa mengerjakan sesuatu. Orang tua hendaknya cukup mengawasi gerak anak saja, tidak terlalu mengekang, karena anak akan merasa tidak nyaman.

b. Membentuk kebiasaan

48

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 56

49

Zaldy Munir, http://zaldym.wordpress.com/2010/07/17/peran

(51)

Masalah-masalah yang sudah menjadi ketetapan dalam syariat Islam bahwa sang anak diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang lurus, dan iman kepada Allah. Yang dimaksud dengan fitrah Allah adalah bahwa manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Jika ada manusia tidak memiliki agama tauhid itu hanya lantaran pengaruh lingkungan.

Di sinilah pendidikan agama Islam mempunyai peran yang cukup penting. Oleh karenanya untuk membentuk kepribadian muslim tersebut diperlukan suatu tahapan, di antaranya dengan membentuk kebiasaan serta latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun, sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena

telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.50

Peran orang tua dalam hal pembiasaan untuk meningkatkan pemahaman tentang Bimbingan Agama Islam adalah salah satunya dengan pembiasaan shalat. Akan tetapi karena keterbatasan anak Down Syndrome dalam mengingat gerakan dan bacaan shalat, maka orang tua harus lebih sering untuk mengulang-ulangnya. Dan contoh

lainnya adalah pembiasaan mengucapkan salam. Anak Down

Syndrome akan mudah mengingat ucapan salam ketika orang tua atau

orang di sekelilingnya juga terbiasa mengucapkan salam kepadanya.

50

(52)

Jadi, latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah,

seperti shalat, doa, membaca Al-Qur‟an (atau menghafal ayat-ayat

atau surat-surat pendek), shalat berjamaah di sekolah dan di masjid harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lambat laun akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Anak dibiasakan sedemikian rupa, sehingga dengan sendirinya akan terdorong untuk melakukannya, tanpa suruhan dari luar, tapi dorongan dari dalam, karena pada dasarnya prinsip agama Islam tidak ada paksaan, tapi ada keharusan pendidikan yang dibebankan kepada orang tua dan guru atau orang

yang mengerti agama.51

Dengan kata lain dapat kita sebutkan bahwa pembiasaan dalam pendidikan anak sangat penting, terutama dalam pembentukan pribadi, akhlak dan agama pada umumnya, karena pembiasaan-pembiasaan agama itu akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribadi yang sedang tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatnya melalui pembiasaan itu, akan semakin banyaklah unsur agama dalam pribadinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan pembiasaan itu sangat penting dalam mendidik anak, terutama dalam pendidikan agama

c. Membentuk Kerohanian Menjadi Pribadi Muslim

Setelah anak sampai kepada usia mulai mengerti sedikit demi sedikit, atau ketika pertumbuhan pemikirannya sudah Nampak jelas,

51

(53)

maka kebiasaan ibadah dan kesopanan Islam mulai dilatihkan kepada mereka. Kepercayaan agama pada anak bertumbuh melalui latihan

yang diterimanya baik dalam keluarga, sekolah ataupun

lingkungannya.52 Dalam pembentukan rohani, pendidikan agama

memerlukan usaha dari guru (pengajar) untuk memudahkan dalam

pelaksanaannya. Dan dalam menghadapi anak down syndrome usaha

itu sendiri dilakukan dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan. Dalam pembinaan itu dilaksanakan secara terus menerus tidak langsung sekaligus melainkan melalui proses. Maka, dengan adanya ketekunan, keikhlasan, benar-benar penuh perhatian dengan penuh tanggung jawab maka kesempurnaan rohani tersebut akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Di samping itu, tugas orang tua adalah menolong anak-anaknya, menemukan, membuka, dan menumbuhkan kesediaan-kesediaan bakat, minat dan kemampuan akalnya dan memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual yang sehat dan melatih indera. Adapun cara lain mendidik anak dijelaskan dalam Al-Quran.

Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta, Bulan Bintang, 1977), h.

(54)

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya

yang demikian itu termasuk perkara yang penting. (QS.Luqman/31 : 17).53

Dalam ayat tersebut terkandung makna cara mendidik sebagai berikut:

1) Menggunakan kata “Wahai anakku” Artinya seorang ayah/ibu apabila berbicara dengan putra-putrinya hendaknya menggunakan kata-kata lemah lembut.

2) Orang tua memberikan arahan kepada anak-anaknya untuk

melakukan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang munkar dan selalu bersabar dalam menjalani apapun yang terjadi dalam kehidupannya.

3) Dalam memerintah dan melarang anak, disarankan kepada kedua

orang tua untuk menggunakan argumentasi yang logis, jangan menakut-nakuti anak.

4) Kewajiban orang tua yang harus dipenuhi dengan sungguh-sungguh

adalah memenuhi hak-hak anak.54

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mendidik anak, sebagai orang tua tidak boleh berbicara kasar terhadap anak.

53

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Bimarestu, 1990), h. 412

54

Zaldy Munir, http://zaldym.wordpress.com/2010/07/17/peran

(55)

panggilan yang santun dapat membuat anak merasa senang dan nyaman berada di dekat orang tuanya.

C. DOWN SYNDROME

1. Pengertian Down Dyndrome

Ada banyak pengerian Down Syndrome menurut para ahli namun pada

dasarnya mempunyai inti yang sama yaitu suatu keterbelakangan fisik dan mental yang disebabkan oleh kromosom yang gagal memisahkan diri pada saat pembelahan.

Menurut J. P. Chaplin 2008, down syndrome adalah satu kerusakan

atau cacat fisik bawaan yang disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal, dan retak-retak atau terbelah, wajahnya datar ceper, dan matanya miring.

Sedangkan menurut Kartini dan Gulo 1987, down syndrome adalah suatu

bentuk keterbelakangan mental, disebabkan oleh satu kromosom tambahan.55

Down Syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan

fisik dan mental pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas

perkembangan kromosom. Down syndrome dinamai sesuai nama dokter

berkebangsaan Inggris bernama Langdon Down, yang pertama kali menemukan tanda-tanda klinisnya pada tahun 1866. Pada tahun 1959

55

James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi penerjemah Kartono Kartini, (Jakarta: Raja

(56)

seorang ahli genetika Perancis Jerome Lejeune dan para koleganya,

mengidentifikasi basis genetiknya.56

2. Faktor Penyebab Terjadinya Down Syndrome

Pewarisan sifat-sifat induk berlangsung melalui kromosom.

Kromosom manusia normal sebanyak 23 pasang atau 46 buah. Sejumlah 23 kromosom diperoleh dari ayahnya dan 23 kromosom didapatkan dari ibunya saat pembuahan. Demikian pula dengan gangguan mental terjadi karena tidak normal dalam hal jumlah dan struktur kromosom. Jumlah kromosomnya berlebihan atau berkurang menyebabkan individu mengalami gannguan mental, misalnya yang semestinya memiliki kromosom 46 buah berarti terdapat 23 pasang yang terdiri dari 22 pasang kromosom normal dan yang sepasang berjumlah 3 buah kromosom. Adanya pasangan kromosom ini

disebut trisomi.57

Kelainan kromosom terletak pada kromosom 21 dan 15. dengan kemungkinan-kemungkinannya ialah :

a) Non disjunction, kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa proses pembahagiaan sel secara mitosis pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna.

b) Translokasi, berlaku oleh pemindahan bahan genetik dari kromosom 14 kepada kromosom 21. Bilangan kromosomnya normal yaitu 23 pasang atau jumlah kesemuanya 46mkromosom.

56

Yustinus Semium, Kesehatan Mental, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h.145

57

Mulyono Notosudirjo dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapannya, (Malang:

Gambar

GAMBARAN UMUM SKh MUARA SEJAHTERA  ..................... 53
Gambaran Umum Objek Penelitian yaitu SKh Muara Sejahtera
GAMBARAN UMUM SKh MUARA SEJAHTERA

Referensi

Dokumen terkait