• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Pelaksanaan PNPM Mandiri – KP, Modal, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Di Kota Sibolga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Pelaksanaan PNPM Mandiri – KP, Modal, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Di Kota Sibolga"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH PELAKSANAAN PNPM MANDIRI – KP, MODAL DAN JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NELAYAN DI

KOTA SIBOLGA Skripsi

Diajukan oleh :

ALIZA BASRAH LUBIS 070501007

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Aliza Basrah Lubis

NIM : 070501007

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Regional

Judul : Analisis Pengaruh Pelaksanaan PNPM Mandiri – KP, Modal, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Di Kota Sibolga

Tanggal:………2011 Pembimbing Skripsi

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari : Sabtu

Tanggal : 12 Maret 2011 Nama : Aliza Basrah Lubis

NIM : 070501007

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Regional

Judul : Analisis Pengaruh Pelaksanaan PNPM Mandiri – KP, Modal, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Di Kota Sibolga

Ketua Program Studi Pembimbing Skripsi

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Drs. Rachmat SumanjayaHsb., M.Si NIP. 19710503 200312 1 003 NIP: 19490808 198103 1 001

Penguji I Penguji II

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Aliza Basrah Lubis

NIM : 070501007

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Regional

Judul : Analisis Pengaruh Pelaksanaan PNPM Mandiri – KP, Modal, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Di Kota Sibolga

Tanggal:……….2011 Ketua Program Studi

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D

NIP. 19710503 200312 1 003

Tanggal:……….2011 Dekan

(5)

ABSTRACT

Fishermen Exchange (NTN) is an indicator to measure the level of social welfare relative fishermen. NTN is the ratio of total revenue to total household expenditure fishing for a month.

This study entitled "Analysis of Effect of Implementation of PNPM Mandiri-KP, Capital and Total Mortgage Families Against Fishermen Welfare Improvement In Sibolga. " This study used a sample of 30 people were fishermen who received revolving fund PNPM Mandiri-KP Sibolga. The purpose of this study is to investigate the influence of the revolving fund, the initial capital and number of family members towards improving the welfare of fishermen. This research used Ordinary Least Square (OLS), the data is processed by using the computer program E-views 6.0.

The estimation results show that the revolving fund and the capital has a positive and significant influence while the number of family members have negative and significant impact on improving the welfare of fishermen.

(6)

ABSTRAK

Nilai Tukar Nelayan (NTN) merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif. NTN adalah rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga nelayan selama satu bulan.

Penelitian ini berjudul “ Analisis Pengaruh Pelaksanaan PNPM Mandiri-KP, Modal dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Di Kota sibolga”. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30 orang nelayan yang menerima dana bergulir PNPM Mandiri-KP Kota Sibolga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dana bergulir, modal awal dan jumlah tanggungan keluarga terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan. Penelitian ini menggunakan metode kuadrat terkecil, data yang ada diproses dengan menggunakan program computer E-views 6.0.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa dana bergulir dan modal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan sedangkan jumlah tanggungan keluarga mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan.

(7)
(8)

2.4.9 Prinsip-Prinsip Pengelolaan dan Pengembangan ... 25

4.1.1 Letak Administrasi dan Kondisi Geografis ... 44

4.1.2 Iklim dan Curah Hujan ... 45

(9)

4.1.4 Tata Guna Lahan Kota Sibolga ... 46

4.1.5 Perairan Kota Sibolga ... 48

4.1.6 Keadaan Penduduk Kota Sibolga ... 49

4.1.7 Lapangan Pekerjaan di Kota Sibolga ... 49

4.1.8 Pendidikan Masyarakat Kota Sibolga ... 50

4.1.9 Kesehatan Masyarakat Kota Sibolga... 50

4.2 Analisis Hasil dan Pembahasan ... 51

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66 5.1 Kesimpulan... 66 5.2 Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

4.1 Kondisi Topografi Kota Sibolga ... 46

4.2 Tata Guna Lahan di Kota Sibolga Tahun 2009 ... 46

4.3 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Sibolga Tahun 2009... 49

4.4 Karakteristik Umur Responden ... 51

4.5 Karakteristik Status Perkawinan Responden………..….………. 51

4.6 Karakteristik Pendidikan Terakhir Responden ... 52

4.7 Karakteristik Lama Jadi Nelayan ... 52

4.8 Pendapatan Anggota PNPM Mandiri-KP Kota Sibolga ... 53

4.9 Karakteristik Pengeluaran Responden ... 53

4.10 Jumlah Tanggungan Responden ... 54

4.11 Modal Awal Responden………..….…….... 54

4.12 Dana Bergulir Responden ... 54

4.13 Hasil Regresi ... 55

4.14 Ramsey RESET Test….………..….…….... 62

(12)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

3.1 Kurva Uji t-Statistik ... 39

3.2 Kurva Uji F-Statistik... 40

4.1 Uji t-Statistik Dana Bergulir (X1) ... 58

4.2 Uji t-Statistik Modal Awal (X2) ... 59

4.3 Uji t-Statistik Jumlah Tangguangan Keluarga (X3)... 60

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian PNPM Mandiri-KP Kota Sibolga Lampiran 2 Regresi Linier 3 Variabel

Lampiran 3 Uji Multikolinieritas 3 Variabel Lampiran 4 Uji Normalitas

Lampiran 5 Uji Linieritas

Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas

(14)

ABSTRACT

Fishermen Exchange (NTN) is an indicator to measure the level of social welfare relative fishermen. NTN is the ratio of total revenue to total household expenditure fishing for a month.

This study entitled "Analysis of Effect of Implementation of PNPM Mandiri-KP, Capital and Total Mortgage Families Against Fishermen Welfare Improvement In Sibolga. " This study used a sample of 30 people were fishermen who received revolving fund PNPM Mandiri-KP Sibolga. The purpose of this study is to investigate the influence of the revolving fund, the initial capital and number of family members towards improving the welfare of fishermen. This research used Ordinary Least Square (OLS), the data is processed by using the computer program E-views 6.0.

The estimation results show that the revolving fund and the capital has a positive and significant influence while the number of family members have negative and significant impact on improving the welfare of fishermen.

(15)

ABSTRAK

Nilai Tukar Nelayan (NTN) merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif. NTN adalah rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga nelayan selama satu bulan.

Penelitian ini berjudul “ Analisis Pengaruh Pelaksanaan PNPM Mandiri-KP, Modal dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Di Kota sibolga”. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30 orang nelayan yang menerima dana bergulir PNPM Mandiri-KP Kota Sibolga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dana bergulir, modal awal dan jumlah tanggungan keluarga terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan. Penelitian ini menggunakan metode kuadrat terkecil, data yang ada diproses dengan menggunakan program computer E-views 6.0.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa dana bergulir dan modal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan sedangkan jumlah tanggungan keluarga mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah Negara ini terdiri dari lautan dengan total panjang garis pantainya terpanjang kedua di dunia. Wilayah pesisir Indonesia yang luas memiliki garis pantai sepanjang 81.000 Km, sekitar 75% dari wilayahnya merupakan wilayah perairan sepanjang 5,8 Km termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan juga merupakan terbesar di dunia dengan jumlah pulau lebih kurang 17.000 pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Semenjak orde baru, pemerintah telah giat mencanangkan pembangunan sektor ekonomi sebagai titik tumpu dalam usaha mencapai kemakmuran. Kompleksitas pembangunan akibat resesi ekonomi, terbatasnya sumber daya alam, ledakan penduduk yang berakibat langsung pada peningkatan angkatan kerja. Hal ini juga berdampak pada masyarakat bermukim dan berusaha di daerah pesisir.

(17)

satunya memberdayakan masyarakat pesisir sebagai konsumen utama yang akan memanfaatkan sektor kelautan tersebut.

Kawasan pesisir merupakan suatu ekosistem yang khas yang dapat di lihat dari berbagai sudut pandang. Secara normatif, seharusnya masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang sejahtera karena potensi sumber daya alamnya yang besar. Tapi pada kenyataannya hingga saat ini sebagian besar masyarakat pesisir masih merupakan bagian dari masyarakat yang tertinggal dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2000).

Salah satu ciri umum yang melekat pada masyarakat pesisir Indonesia adalah permodalan yang lemah. Padahal permodalan merupakan unsur utama dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pesisir itu sendiri. Kekurangan modal ini sangat mengurangi aktivitas usaha masyarakat pesisir, yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan pendapatan (Kasryno, 1984). Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara terencana dan terstruktur telah dilaksanakan oleh pemerintah (Departemen Kelautan dan Perikanan) melalui program yang langsung menyentuh masyarakat di kawasan pesisir yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pemberdayaan masyarakat dan pendayagunaan sumber daya pesisir dan lautan secara optimal dan berkelanjutan.

(18)

kelautan, merupakan segmen anak bangsa yang pada umumnya masih tergolong miskin. Nelayan, misalnya, tingkat pendapatan hanya sekitar Rp 400.000/bulan/kepala keluaraga. Sungguh sebuah ironi, sebab negeri ini memiliki sumber daya kelautan yang melimpah ruah.

Kemiskinan masyarakat pesisir berakar pada keterbatasn akses permodalan dan kultur kewirausahaan yang tidak kondusif. Keterbatasan akses permodalan ditandai dengan realisasi modal melalui investasi pemerintah dan swasta selama periode Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJPT I) yang hanya 0,02% dari keseluruhan modal pembangunan. Konsekuensinya, terutama nelayan, kebutuhan permodalan dipenuhi oleh para tengkulak, rentenir, toke yang kenyataannya tidak banyak menolong kesejahteraan mereka, malah cenderung menjeratnya dalam lilitan utang yang tidak akan pernah bisa dilunasi. Demikian pula kultur kewirausahaan mereka masih bercorak manajemen keluarga dengan orientasi sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari.

(19)

yang muaranya kepada peningkatan standar kesejahteraan masyarakat pesisir.

Selain permodalan, jumlah tanggungan keluarga juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan nelayan. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin banyak biaya yang dikeluarkan. Hal ini mempunyai pengaruh yang negatif terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan. Tingkat kesejahteraan adalah kemampuan dari pendapatan yang diterima untuk digunakan dalam kegiatan konsumsi yang dihitung dalam satuan rupiah. Tingkat kesejahteraan nelayan di hitung dengan indeks nilai tukar nelayan (NTN). NTN adalah rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga nelayan selama satu bulan.

(20)

perikanan khususnya perikanan laut, karena wilayah Kota Sibolga yang berada di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera.

Jumlah nelayan di Sibolga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 7.606 orang pada tahun 2008 menjadi 8.360 orang di tahun 2009. Melihat banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, khususnya pada kecamatan Sibolga selatan, “dipandang perlu adanya kebijakan-kebijakan pembangunan khususnya pemberdayaan ekonomi sosial masyarakat nelayan. (Kusnadi.2003:10)”. Selanjutnya Kusnadi juga menjelaskan tujuan dari pemberdayaan ini dapat membantu meningkatkan pendapatan nelayan, distribusi pendapatan relatif merata dan kedepannya mobilitas vertikal nelayan dapat diraih secara bertahap. Proses pemberdayaan ini menganggap nelayan sebagai pelaku utama yang menentukan tujuan, mengontrol sumberdaya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi hidupnya. Pemanfaatan elemen modal sosial merupakan prasyarat dalam upaya pemberdayaan komunitas, khususnya komunitas nelayan.

(21)

yang bertujuan dan mendukung kearah tersebut adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri–Kelautan Perikanan (PNPM Mandiri-KP). Program ini berjalan sejak tahun 2009, dapat dilakukan melalui penggunaan dana bergulir bagi nelayan. Dana bergulir merupakan pinjaman yang diberikan PNPM Mandiri-KP kepada nelayan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan kesempatan kerja bagi masyarakat kelautan dan perikanan yang miskin.

Berdasarkan alasan-alasan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti mengajukan judul penelitian sebagai berikut:

“Analisis Pengaruh Pelaksanaan PNPM Mandiri – KP, Modal Dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Di Kota Sibolga”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis terlebih dahulu merumuskan masalah dengan jelas sebagai dasar penelitian yang dilakukan, sehubungan dengan hal tersebut penulis mengidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri – KP) melalui dana bergulir terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan di Kota Sibolga.

2. Bagaimana pengaruh modal terhadap peningkatkan kesejahteraan nelayan di Kota Sibolga.

(22)

1.3Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang keberadaannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis yang dibuat penulis adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri - KP) melalui dana bergulir yang dilaksanakan di kota Sibolga mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan di Kota Sibolga.

2. Modal nelayan mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan di Kota Sibolga.

3. Jumlah tanggungan keluarga mempunyai pengaruh negatif terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan di Kota Sibolga.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri – KP) yang dilaksanakan melalui dana bergulir terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan di Kota Sibolga.

(23)

3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan di Kota Sibolga.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menjadi bahan masukan bagi lembaga pengelola PNPM Mandiri – KP. 2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi

terutama Departemen Ekonomi pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

3. Sebagai proses pembelajaran dan manambah wawasan serta ilmu pengetahuan di bidang ekonomi terutama untuk penulis.

(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Definisi Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan dimana terjadinya pertambahan atau perubahan pendapatan nasional ( produksi nasional/GDP/GNP ) dalam satu tahun tertentu, tanpa memperhatikan pertumbuhan penduduk dan aspek lainnya (Todaro:2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu, faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Kedua faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Todaro:2004):

1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi terdiri dari: a. Sumber daya alam

(25)

efisiensi dipertinggi dan sumber daya alam dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang lebih lama.

b. Akumulasi modal

Faktor ekonomi penting yang kedua dalam pertumbuhan ekonomi adalah akumulasi modal. Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam jangka waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Menurut Profesor Nurkse, “ makna pembentukan modal ialah, masyarakat tidak melakukan keseluruhan kegiatannya saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal, alat-alat dan perlengkapan,mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya”. Dalam hal ini pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional.

Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta mencakup tiga tahap yang saling berkaitan, yaitu:

(a) keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya;

(b) keberadaan lembaga keuangan dan kredit untuk menggalakkan tabungan dan menyalurkan kejalur yang dikehendaki;

(26)

Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi. Disatu pihak ia mencerminkan permintaan efektif, dan dipihak lain ia menciptakan efisiensi produktif bagi produksi dimasa depan.

c. Organisasi

Oganisasi merupakan bagian penting bagi pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi didalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan produktiftasnya. Dalam pertumbuhan ekonomi modern, para wiraswastawan tampil sebagai organisator dan pengambil risiko diantara ketidak pastian. Wiraswastawan bukanlah manusia dengan kemampuan biasa ia memiliki kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang lain. Fungsi utamanya adalah melakukan pembaharuan (inovasi).

d. Kemajuan tekhnologi

Perubahan tekhnologi dianggap sebagai faktor paling penting didalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari tekhnik penelitian baru. Perubahan pada tekhnologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal dan faktor produksi lainnya.

e. Pembagian kerja dan skala produksi

(27)

laju pertumbuhan ekonomi. Adam Smith menekan arti penting pembagian kerja bagi perkembangan ekonomi. Pembagian kerja menghasilkan perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh menjadi lebih efisien dari pada sebelumnya, ia menghemat waktu. Ia mampu menemukan mesin baru dan berbagai proses baru dalam berproduksi. Akhirnya produksi meningkatkan berbagai hal.

2. Faktor non-ekonomi a. Faktor sosial

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dan kebudayaan barat membawa kearah penalaran (reasoning) dan skeptisisme. Ia menanamkan semangat kembara yang menghasilkan berbagai penemuan baru dan akhirnya memunculkan kelas pedagang baru. Kekuatan faktor ini menghasilkan perubahan pandangan, harapan, struktur, dan nilai-nilai sosial. Orang dibiasakan menabung dan berinvestasi dan menikmati risiko untuk memperoleh laba. Seperti yang disebut Lewis “ hasrat untuk berhemat “.

b. Faktor manusia

(28)

penduduk dapat dikendalikan dan diturunkan. Ini memerlukan program keluarga berencana dan penelitian atas penduduk untuk menurunkan angka kelahiran. Kedua, harus ada perubahan dalam pandangan tenaga buruh. Perilaku sosial dari tenaga buruh adalah hal yang penting didalam proses pembangunan ekonomi. Untuk meningkatkan produktivitas dan mobilitas buruh pandangan masyarakat harus dirubah agar mereka mau menerima arti penting dan martabat buruh. Hal ini memerlukan perubahan dalam faktor kelembagaan dan sosial. Perubahan semacam ini tergantung pada penyebaran pendidikan, hanya tenaga buruh yang terlatih dan terdidik dengan efisiensi tinggi yang dapat membawa masyarakat kepada pertumbuhan ekonomi yang pesat.

c. Faktor politik dan administratif

Faktor ini juga membantu pertumbuhan ekonomi modern. Pertumbuhan ekonomi Inggris, Jerman, Amerika Serikat, dan Perancis merupakan hasil dari stabilitas politik dan administrasi mereka yang kokoh sejak abd ke-19. Stuktur politik dan administrasi yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi Negara terbelakang. Administrasi yang kuat, efisiensi dan tidak korup amat penting bagi pembangunan ekonomi.

(29)

(economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.

Menurut Sumitro Djojohadikusumo dalam Sanusi (2004:8), pembangunan ekonomi mengandung arti yang lebih luas serta mencakup perubahan pada susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

2.2 Kondisi Masyarakat Nelayan 2.2.1 Pengertian Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003).

2.2.2 Penggolongan nelayan

Nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

(30)

b. Nelayan juragan, adalah nelayan yang memilik alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain.

c. Nelayan perorangan, adalah nelayan yang memiliki peralatn tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.

2.2.3 Gambaran umum kehidupan nelayan

Isu-isu kemiskinan nelayan dan berbagai akibatnya dalam konteks akademis, mulai mencuat kepermukaan ketika memasuki awal tahun 80-an. Pada masa itu, kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan yang dikenal dengan program motorisasi perahu dan modernisasi peralatan tangkap telah berlangsung satu dasawarsa. Kebijakan ini telah mendorong proses eksploitasi sumberdaya perikanan secara intensif. Dampak lanjutan dari proses yang demikian ini adalah timbulnya kelangkaan sumberdaya perikanan, konflik antar kelompok nelayan, kesenjangan social, kemiskinan, serta kerusakan ekosistem pesisir dan lautan.

(31)

pesisir, ini terlihat jelas dari tingkat pendidikan yang rendah, kondisi fisik dan struktur pemukiman yang masih diliputi tekstur lingkungan yang kumuh serta keyakinan terhadap mitos masih mewarnai etos kerja nelayan sebagai faktor kultural yang mengayun nelayan pada penghasilan yang sama sekali belum memadai dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga nelayan tersebut.

2.3 Tingkat Kesejahteraan Nelayan

Konsep kesejahteraan nelayan yang digunakan selama ini masih mengandalkan pendapatan perkapita sebagai indikator. Seperti diketahui bahwa konsep kesejahteraan tersebut terkait di dalamnya konsep kemiskinan. Dimana ada dua kemiskinan yang digunakan yaitu “kemiskinan relatif” dan “kemiskinan absolut”. Kemiskinan relatif adalah ukuran bagaimana pendapatan itu terbagi diantara masyarakat pada suatu wilayah/lokasi. Sedangkan kemiskinan absolut adalah suatu ukuran minimal, dimana dapat dikatakan bahwa seseorang itu berada di bawah garis kemiskinan.

(32)

(Poverty Making). Tahap awal Ditjen P3K baru melakukan sampling di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara dan Pesisir Pantai Propinsi Jawa Timur (Ditjen P3K, 2004 (a): 5).

Peta kemiskinan di masyarakat pesisir dapat diukur dengan The Poverty

Headcount Index. The Poverty Headcount Index menggambarkan persentase dari

populasi yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan. The Poverty Headcount Index yaitu kedalaman kemiskinan di suatu wilayah merupakan perbedaan rata – rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis kemiskinan tersebut dan The Severity of Poverty yang menunjukan kepelikan kemiskinan di suatu wilayah (Ditjen P3K, 2004 (a): 7).

2.3.1 Indikator tingkat kesejahteraan nelayan

Nilai Tukar Nelayan (NTN), yang pada dasarnya merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif. Oleh karena indikator tersebut juga merupakan ukuran kemampuan keluarga nelayan untuk memenuhi kebutuhan subsistensinya, NTN ini juga disebut sebagai Nilai Tukar Subsisten (Subsistence Terms of Trade). Menurut Basuki, dkk (2001), NTN adalah rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga nelayan selama periode waktu tertentu. Dalam hal ini, pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan kotor atau dapat disebut sebagai penerimaan rumah tangga nelayan. NTN dapat dirumuskan sebagai berikut :

Et Yt

(33)

YNFt YNFt = Total penerimaan nelayan dari non perikanan (Rp) EFt = Total pengeluaran nelayan untuk usaha perikanan (Rp) EKt = Total pengeluaran nelayan untuk konsumsi keluarga nelayan (Rp)

t = periode waktu (bulan, tahun, dll)

Asumsi dasar dalam penggunanaan konsep NTN tersebut adalah semua hasil usaha perikanan tangkap dipertukarkan atau diperdagangkan dengan hasil sektor non perikanan tangkap. Barang non perikanan tangkap yang diperoleh dari pertukaran ini dipakai untuk keperluan usaha penangkapan ikan, baik untuk proses produksi (penangkapan) maupun untuk konsumsi keluarga nelayan. Pengeluaran subsisten rumah tangga nelayan dapat diklasifikasikan sebagai :

(a) konsumsi harian makanan dan miniman; (b) konsumsi harian non makanan dan miniman; (c) pendidikan;

(34)

2.4 PNPM Mandiri – KP

2.4.1 Sejarah PNPM Mandiri – KP

Pengembangan masyarakat pesisir secara terfokus baru belum lama dilaksanakan di Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan meskipun baru di bentuk pada bulan Oktober 1999, namun telah berusaha memberikan sumbangsihnya bagi peningkataan kesejahteraan masyarakat pesisir yang sebagian besar adalah keluarga petani ikan – nelayan miskin. Salah satu sumbangsih yang dilaksanakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan c.q. Direktorat Jenderal Pesisir dan pulau – pulau kecil adalah pelaksanaan kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri - KP).

Mengawali tahun 2009 yang masih didera dengan persoalan krisis global, pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) membuat suatu gebrakan untuk mengatasi kejatuhan lebih dalam lagi dari masyarakat miskin kejurang kemiskinan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri - Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri - KP). Program ini merupakan awal proses integrasi program-program pemberdayaan di lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan.

(35)

Modal (DPM), Optimalisasi Usaha, Klasterisasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan dan bantuan-bantuan lainnya.

kegiatan-kegiatan pokok PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan sebagai berikut :

1). perencanaan pembangunan wilayah dan sumberdaya kelautan dan perikanan berbasis desa

2). pembangunan infrastruktur desa dan lingkungan

3). peguatan kapasitas sumberdaya manusia, kelembagaan dan aparat.

4). pemberdayaan masyarakat. 2.4.2 Pelaksanaan PNPM Mandiri - KP

Kegiatan dalam PNPM Mandiri - KP akan dilaksanakan melalui mekanisme Tugas Pembantuan (TP) mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008. Lokasi penerima harus memenuhi kriteria dengan prioritas sasaran desa miskin. PNPM Mandiri - KP diarahkan untuk memanfaatkan secara optimal kelembagaan masyarakat yang terbentuk melalui beberapa program sebelumnya, antara lain Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan, Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3), kelompok pengolah dan pemasar, kelompok pengolahan hasil perikanan, serta Kelompok Masyarakat Pemanfaat (KMP).

(36)

program PNPM Mandiri-KP sangat-sangat banyak akan di pengaruhi oleh kesiapan dan kesigapan pemerintah daerah (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota).

Perlu diperhatikan, jika program ini diarahkan untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat nelayan/petani ikan, maka sebaiknya sasaran dari PNPM Mandiri - KP diarahkan kepada masyarakat nelayan/petani ikan miskin yang belum pernah tersentuh oleh bantuan. Jika tidak, maka yang terjadi adalah amal (charity), atau proyek (program yang diobyekkan), yang tidak mampu memberdayakan, tetapi justru dapat memperdayai masyarakat nelayan/petani ikan.

2.4.3 Dana Bergulir PNPM Mandiri – KP

Dana Bergulir yang diberikan oleh PNPM Mandiri – KP adalah dana yang dialokasikan PNPM Mandiri – KP untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya yang berdasar pada sumber kelautan dan perikanan yang berada di bawah pembinaan Dinas Kelautan dan Perikanan.

Dana Bergulir bertujuan untuk membantu perkuatan modal usaha guna pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan, pengangguran, dan pengembangan ekonomi nasional.

Suatu dana dikategorikan sebagai Dana Bergulir PNPM Mandiri - KP jika memenuhi karakteristik sebagai berikut:

(37)

b. dicantumkan dalam APBN, APBD dan/atau laporan keuangan; c. dimiliki, dikuasai, dan/atau dikendalikan oleh PA/KPA;

d. disalurkan/dipinjamkan kepada masyarakat/kelompok masyarakat, ditagih kembali dengan atau tanpa nilai tambah, dan digulirkan kembali kepada masyarakat/kelompok masyarakat (revolving fund);

e. ditujukan untuk perkuatan modal koperasi, usaha mikro, kecil, menengah dan usaha lainnya; dan

f. dapat ditarik kembali pada suatu saat.

Dana Bergulir dapat bersumber dari:

a. rupiah murni; b. hibah;

c. penarikan kembali pokok Dana Bergulir; d. pendapatan dari Dana Bergulir;

e. saldo pokok pembiayaan yang diterima dari APBN; dan/atau f. sumber lainnya.

2.4.4 Visi

(38)

2.4.5 Misi

1. Meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat pesisir melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), partisipasi masyarakat, pengembangan kegiatan ekonomi, penguatan modal daan penguatan kelembagaan social ekonomi masyarakat pesisir.

2. Mengelola dan memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut secara optimal, lestari dan berkelanjutan.

2.4.6 Tujuan Umum PNPM Mandiri - KP

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri - KP) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan kwalitas sumberdaya manusia, penguatan kelembagaan sosial ekonomi dan penggalangan partisipasi masyarakat dengan mendayagunakan sumberdaya pesisir dan laut secara optimal dan berkelanjutan.

2.4.7 Tujuan Khusus PNPM Mandiri - KP

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat.

(39)

3. Memperkuat kelembagaan ekonomi masyarakat dalam mendukung pengembangan wilayahnya.

4. Memicu bergeraknya usaha ekonomi produktif masyarakat di wilayah pesisir.

5. Mendorong bergeraknya mekanisme manajemen pembangunan masyarakat yang partisipatif dan transparan.

6. Mereduksi pengaruh kenaikan harga BBM terhadap kondisi social ekonomi masyarakat pesisir melalui peningkatan dan penciptaan usaha produktif secara berkesinambungan.

2.4.8 Pendekatan Program

Dalam rangka mewujudkan tujuan PNPM Mandiri - KP, pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengembangan dan pelestarian pembangunan.

2. Kemitraan antara masyarakat, aparat pemerintah dan swasta dalam mengembangkan kegiatan.

3. Keswadayaan (kemandirian) masyarakat dalam pembangunan masyarakat dan wilayahnya.

2.4.9 Prinsip Pengelolaan dan Pengembangan

(40)

1. Bertumpu pada pembangunan manusia

Pelaksanaan PNPM Mandiri-KP senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

2. Otonomi

Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri-KP, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri dan partisipatif untuk menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan.

3. Desentralisasi

Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah dan masyarakat sesuai dengan kapasitasnya

4. Berorientasi pada masyarakat miskin

Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

5. Partisipasi

Masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses pengambilan keputusan pembangnan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.

6. Kesetaraan dan keadilan gender

(41)

7. Demokratis

Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

8. Transparansi dan Akuntabel

Masyarakat harus diberikan akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan.

9. Prioritas

Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan berbagai sumberdaya yang terbatas secara optimal.

10. Kolaborasi

Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan, didorong untuk mewujudkan kerjasama kemitraan antar pemangku kepentingan dalam mengentaskan kemiskinan.

11. Keberlanjutan

Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat saat ini dan juga dimasa depan serta dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

12. Sederhana

(42)

2.4.10 Kelompok Sasaran

Pemanfaatan Dana Ekonomi Produktif Masyarakat adalah kelompok masyarakat pesisir dan anggota masyarakat lainnya yang memiliki keterkaitan dengan sumberdaya pesisir dan laut dengan prioritas utama dari keluarga nelyan miskin.

2.4.11 Lokasi Sasaran

1. Desa/ kelurahan pesisir berpenduduk miskin relative lebih banyak.

2. Potensi sumberdaya pesisir dan laut untuk dikembangkan.

3. Kebijakan daerah yang memprioritaskan pengembangan sumberdaya pesisir dan laut.

2.4.12 Indikator Keberhasilan

Bantuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan Perikanan (PNPM Mandiri - KP) bisa dikatakan berhasil dengan indicator sebagai berikut:

1. Pembentukan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3)

2. Pengelompokan masyarakat pesisir sebagai cikal bakal unit usaha yang disebut Kelompok Masyarakat Pemanfaat (KMP)

3. Pengembangan Dana Ekonomi Produktif (DEP)

(43)

2.5 Modal

2.5.1 Pengertian Modal

Sejalan dengan perkembangan tekhnologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan, serta makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjadi besar, maka modal mempunyai arti yang menonjol. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah yang tidak akan pernah berakhir karena masalah modal mencakup berbagai macam aspek. Hingga saat ini di antara para ahli ekonomi belum memiliki kesamaan opini tentang pengertian modal. Menurut sejarahnya, pengertian modal pada mulanya adalah physical oriented. Artinya, modal sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya ternyata pengertian modal mulai bersifat

non-physical oriented, artinya modal tersebut lebih ditekankan pada nilai dan

daya beli pemakai yang terkandung dalam barang-barang modal. Berikut adalah pengertian modal dari beberapa pandangan:

1. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang dan jasa baru.

2. A. Amonn J.von Komorzynsky memandang modal sebagai kekuasaan menggunakan barang-barang modal yang belum digunakan, untuk memenuhi harapan yang akan dicapainya.

(44)

rumah tangga perusahaan dalamfungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan.

2.5.2 Jenis-Jenis Modal

Jenis-jenis modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan kepemilikan, serta berdasarkan sifatnya:

a. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua yakni modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan, misalnya modal yang berasal dari pinjaman bank.

b. Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkrit dan modal abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Misalnya, mesin, gedung, mobil dan peralatan. Modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya, hak paten, nama baik, dan hak merek.

(45)

adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.

d. Berdasarkan sifatnya modal terbagi atas modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relative lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi. Jenis modal ini dapat digunakan secara berulang-ulang, misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Modal lancar adalah modal yang hanya memberikan jasa sekali dalam proses produksi (baik dalam bentuk bahan-bahan baku dan kebutuhan lain) sebagai penunjang usaha tersebut.

2.5.3 Peranan Modal dalam Perekonomian

Dalam setiap perekonomian kegiatan memproduksi memerlukan barang modal. Dalam perekonomian yang sagat premitif sekalipun, barang modal diperlukan. Modernisasi perekonomian tidak akan berlaku tanpa barang modal yang kompleks dan sangat tinggi produktifitasnya. Dalam perekonomian modern perusahaan-perusahaan harus terus berusaha memperbaiki tekhnik memproduksinya supaya tetap dapat mempertahankan daya persaingannya dan menjamin kelangsungan hidup usahanya ( Sukirno, 2005:376).

(46)

yang tidak dibagikan. Disamping itu banyak pula perusahaan memperoleh dana tersebut dari meminjam dari pihak lain.

2.5.4 Pembentukan Modal

Pembentukan modal diartikan bahwa masyarakat tidak mempergunakan seluruh aktifitas produktifnya saat ini untuk kebutuhan-kebutuhan dan keinginan konsumsi, tetapi menggunakan sebagian saja untuk pembuatan barang modal: perkakas dan alat-alat, mesin dan fasilitas angkutan, pabrik dan perlengkapannya, segala bentuk modal nyata yang dapat dengan cepat meningkatkan manfaat upaya produktif. Inti proses itu kemudian ialah pengalihan sebagian sumberdaya yang sekarang ada pada masyarakat ke tujuan untuk meningkatkan persediaan barang modal begitu rupa sehingga memungkinkan perluasan output yang dapat dikonsumsi pada masa depan (Jhingan, 2008:337 ).

Pembentukan atau pengumpulan modal dipandang sebagai salah satu faktor dan sekaligus faktor utama didalam pembangunan ekonomi. Menurut Nurkse, lingkaran setan kemiskinan dinegara terbelakang dapat digunting melalui pembentukan modal.

(47)

2.6 Jumlah Tanggungan Keluaraga

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dan informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis dari penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, metode penelitiannya adalah sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kota Sibolga dengan menganalisa pengaruh pelaksanaan PNPM Mandiri-KP, modal, jumlah tanggungan keluarga terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan di Kota Sibolga. 3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

(49)

3.3Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dilapangan. Sumber data yaitu dari nelayan (responden) melalui observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan.

2. Data Sekunder yaitu Data yang diperoleh dari tulisan-tulisan ilmiah, literatur, jurnal, majalah-majalah ekonomi, laporan-laporan dari PNPM Mandiri – KP, Dinas Kelautan dan Perikanan serta BPS.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti:

a. Kuisioner

Kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada para nelayan.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab dengan nelayan.

c. Observasi

(50)

d. Teknik studi kepustakaan

Dalam studi kepustakaan ini, penulis mencatat dan mengumpulkan data atau literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang ada didalam penelitian ini yaitu diperoleh dari buku–buku, artikel, tulisan– tulisan ilmiah, koran, jurnal dan laporan–laporan dari PNPM Mandiri – KP, Dinas Kelautan dan Perikanan serta BPS.

3.5Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer Eviews 6.0 untuk mengolah data dalam pengolahan skripsi ini. Data terlebih dahulu dimasukkan ke dalam program Ms.Excel.

3. 6 Model Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas (independent ) yakni dana bergulir PNPM Mandiri - KP, modal awal dan jumlah tanggungan keluarga terhadap variabel terikat (dependent) yakni kesejahteraan nelayan menggunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = f (X1,X2,X3)... (1) Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan linier berganda (multiple regression) dengan spesifikasi model sebagai berikut:

(51)

Keterangan:

Y = Nilai tukar nelayan (Angka)

X1 = Dana bergulir PNPM Mandiri - KP (Rupiah) X2 = Modal awal (Rupiah)

X3 = Jumlah tanggungan keluarga (Orang)

α = Intercept/konstanta

, , , 2 3 1 β β

β = Koefisien regresi

µ = Term of error (kesalahan pengganggu)

Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

1

X Y

∂∂ > 0, Artinya jika X1 (dana bergulir PNPM Mandiri - KP) meningkat

maka Y(kesejahteraan nelayan) akan meningkat, ceteris paribus.

2

X Y

∂∂ > 0 Artinya jika X2 (modal awal) meningkat maka Y(kesejahteraan

nelayan) akan meningkat, ceteris paribus.

3

X Y

∂∂ < 0 Artinya jika X3 (jumlah tanggungan keluarga) meningkat maka

Y(kesejahteraan nelayan) akan menurun, ceteris paribus.

Nilai Tukar Nelayan (NTN) dapat dihitung dengan rumus :

(52)

Dimana :

YFt = Total penerimaan nelayan dari usaha perikanan (Rp) YNFt = Total penerimaan nelayan dari non perikanan (Rp) EFt = Total pengeluaran nelayan untuk usaha perikanan (Rp) EKt = Total pengeluaran nelayan untuk konsumsi keluarga

nelayan (Rp)

t = periode waktu (bulan, tahun, dll)

3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) adalah suatu uji yang digunakan untuk melihat apakah ada hubungan yang nyata antara variabel-variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent) sehingga terjadi kesesuaian antara kedua variabel.

3.7.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan mengenai

variabel dependen. Nilai R2digunakan antara 0 sampai 1 ( 0≤ R2 ≤1).

3.7.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi secara individu signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.

(53)

 H0 : bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen

 Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen

Rumus untuk mencari t-hitung adalah :

t-hitung =

(

)

i i

Sb b b

Keterangan

bi = Koefisien variabel independen ke-i

b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpanan baku dari variabel independen

Gambar 3.1 Kurva Uji t-statistik Ho diterima

(54)

3.7.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen.

Hipotesa yang dipakai sebagai berikut :

 H0:β1 = β2 = β3 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen

 Ha: β1≠ β2β3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Rumus untuk mencari F-hitung adalah:

F-hitung =

R2 = Koefisien determinasi

(55)

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Uji penyimpangan asumsi klasik adalah suatu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu hasil estimasi regresi linier sudah dapat dikatakan baik dan efisien.

Menurut Gujarati (2006), adapun asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain:

1. Model regresi adalah linier, yaitu linier dalam parameter.

2. Residual variable pengganggu (µi) mempunyai nilai rata-rata nol (zero mean value of disturbance µi).

3. Homoskedastisitas atau varian dari µi adalah konstan. 4. Tidak ada autokorelasi antara variable pengganggu (µi).

3.8.1 Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk memastikan µ (error term) tersebar normal. Jika µ tersebut normal maka koefisien Ordinary Least Square(OLS) juga tersebar normal dengan demikian Y juga normal, hal ini disebabkan adanya hubungan linier antara µ, β, dan Y. Untuk menguji sebaran µ dapat digunakan uji JB (Jarque Berra).

Gambar 3.2 Kurva uji F statistik

HO diterima

(56)

Eerror term (µ) disebut normal jika nilai JB lebih rendah atau sama dengan nilai kritis tabel chi square (derajat bebas, alpha).

3.8.2 Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Dengan menggunakan uji ini dapat mengetahui bentuk model empiris dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan ke dalam model empiris. Dengan kata lain, dengan menggunakan uji linearitas,

specification error atau mis-specification error term.

Salah satu uji yang digunakan untuk menguji linearitas adalah uji Ramsey (Ramsey RESET test). Uji ini dikembangkan oleh Ramsey pada tahun1969. Ramsey mengembangkan suatu uji yang disebut dengan general test of

specification error.

3.8.3 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Multikolinearitas ini sering terjadi apabila diantara variabel bebas (x) saling berkorelasi sehingga tingkat penelitian pemerkiraan semakin rendah. Di samping itu interval keyakinan yang diambil keliru.

Pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat multikolinearitas yaitu dengan menggunakan uji Korelasi Antar Variabel yang dapat dideteksi melalui nilai R-square, F-hitung, t-hitung, serta standart error yakni:

(57)

c. tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α = 1% d. terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori pada model estimasi.

3.8.4 Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan salah satu asumsi Ordinary Least Square (OLS) jika varians residualnya dilakukan dengan white test yaitu dengan cara meregres logaritma residual kuadrat terhadap variabel penjelas.

Pada white test terdapat beberapa tahap, antara lain :

- Membuat regresi persamaan dan membuat residualnya - Uji dengan Chi-square tabel (X2)

X2 = n R2 Keterangan :

n = Jumlah observasi R2 = koefisien determinasi

Keputusan ada tidaknya heterokedastisitas ditentukan jika : - X2 hitung > X2 tabel, maka ada heterokedastisitas - X2 hitung < X2 tabel, maka ada homokedastisitas

3.9 Defenisi Operasional

(58)

2. Dana bergulir dari PNPM Mandiri - KP adalah pinjaman yang diberikan PNPM Mandiri-KP kepada nelayan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan (Rupiah).

3. Modal awal adalah jumlah dana yang dikeluarkan oleh nelayan pertama sekali untuk menjalankan usaha (Rupiah).

(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Sibolga

4.1.1 Letak administrasi dan Kondisi Geografis

Kota Sibolga merupakan daerah kota pesisir yang terletak di Teluk Tapian Nauli di wilayah Pantai Barat Propinsi Sumatera Utara. Kota Sibolga memiliki luas wilayah sekitar 10,77Km2 atau 1.077Ha yang terdiri dari daratan Sumatera 889,16Ha dan daratan kepulauan 187,84Ha. Kota Sibolga berada antara 1 – 50 meter di atas permukaan laut, sehingga termasuk dalam daerah dataran rendah. Jarak kota ke ibukota propinsi sekitar 344Km. Secara geografis, Kota Sibolga terletak pada garis 1044’ Lintang Utara dan 98047’ Bujur Timur, dan memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah

• Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Tapian Nauli/Kabupaten Tapanuli

Tengah

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah

(60)

potensi wisata bahari yang cukup potensial untuk dikembangkan mengingat keindahan alam pantainya, lautnya dan pulau – pulaunya.

4.1.2 Iklim dan Curah Hujan

Iklim berpengaruh terhadap semua proses dinamika perairan yang terjadi, misalnya pola arus, sebaran panas, proses ekofisiologis biota air, dan kondisi hidrometeorologi. Perubahan dan penyimpangan iklim akan mempengaruhi proses-proses yang ada dalam daerah tangkapan air dan badan air, seperti hidrologi, neraca air, pola arus, sebaran panas, dan proses-proses biokimia yang ada di dalamnya. Kota Sibolga beriklim cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32,30C di bulan Februari, Mei dan Juni dan suhu minimum mencapai 22,500C pada bulan Juli. Curah hujan rata – rata di kota Sibolga cenderung tidak teratur sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi di bulan Oktober (693,3mm), hari hujan terbanyak di bulan November (27 hari).

4.1.3 Kondisi Topografi

(61)

Tabel 4.1 Kondisi Topografi Kota Sibolga

Datar, kemiringan 0-2 % 3.12 29.10 daratan 2.17 km² dan kepulauan 0.95 km²

Bergelombang lereng 2-15 % 0.91 8.49 daratan 0.73 km² dan kepulauan 0.18 km²

Curam, lereng 15-40 % 0.31 28.9 daratan 0.10 km² dan kepulauan 0.21 km²

Terjal, lereng lebih dari 40 % 6.31 59.51 daratan 5.90 km² dan kepulauan 0.53 km²

Total 10.77 100

4.1.4 Tata Guna Lahan

Gambaran luas wilayah Kota Sibolga berdasarkan jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2. Tata Guna Lahan di Kota Sibolga Tahun 2009

No Jenis Luas (Ha) Persentase (%)

1 Jalan 98,20 9,11

2 Pemukiman 302,35 28,04

3 Bangunan Umum/Perkantoran 139,69 12,96

4 Lainnya 537,76 49,89

Total 1.077,9 100

(62)

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar wilayah Kota Sibolga adalah lainnya yaitu seluas 537,76 Ha atau sekitar 49,89 % dan termasuk di dalamnya daerah pantai, mengingat bahwa Kota Sibolga yang wilayahnya sebagian besar adalah daerah pesisir/ pantai. Yaitu untuk penggunaan lahan darat terdiri atas hutan rawa, perkebunan kelapa rakyat, hutan cemara, pantai atau ruang terbuka

Hutan rawa di pulau ini terhampar memanjang di bagian tengah pulau. Hutan ini banyak ditumbuhi berbagai jenis bakau (mangrove) dan tumbuhan lain yang berasosiasi dengan bakau, maupun hutan cemara pantai yang banyak dihuni berbagai satwa liar maupun satwa yang mulai langka dan perlu dilindungi seperti burung bangau (kuntul pantai), beo, elang bondol dan reptilia dari jenis biawak.

Perkebunan kelapa yang dikelola oleh beberapa keluarga penduduk terhampa mengelilingi hutan rawa. Sebagian lahan perkebunan tersebut ditumbuhi semak belukar. Hamparan perkebunan kelapa tersebut terlihat serasi dengan morfologi dan pemandangan pulau serta tampilan pantai dan perairan di sekitar perairan sekitar Sibolga.

(63)

keadaan tidak berfungsi. Sementara itu, kuburan tua tersebut (konon merupakan kuburan salah seorang Syekh di antara 44 orang Syekh penyebar agama Islam pertama di wilayah Barus) dianggap memiliki nilai sejarah dan kultural tinggi bagi masyarakat setempat sehingga menambah daya tarik tersendiri bagi pulau ini.

Penggunaan lahan yang lain di Kota Sibolga adalah daerah tempat pembongkaran hasil tangkapan yang disebut Tangkahan. Posisinya terletak di sepanjang Jl. Mojopahit, Kecamatan Sibolga Selatan. Di Kota Sibolga para nelayan memanfaatkan jasa tempat pembongkaran/pelelangan ikan yang bersifat swasta ataupun individu ini. Karena pada umumnya para nelayan Toke memiliki tangkahan sendiri sebagai tempat bongkar muat hasil tangkapan maupun perbekalan untuk melaut, sehingga mereka tidak perlu mengelaurkan biaya untuk bongkar/muat kapal. Tangkahan di Kota Sibolga berjumlah 18 buah.

4.1.5 Perairan Kota Sibolga

(64)

Banyak, bahkan hingga ke perairan Bengkulu dan Sumatera Barat. Perairan sekitar Sibolga memiliki ekosistem perairan yang masih alami karena aktivitas masyarakat (nelayan) setempat dan kunjungan wisatawan masih sangat terbatas. Kualitas perairan masih terjaga baik karena indikator temperatur, kejernihan, salinitas, pH dan oksigen terlarut mg/l dalam rentang yang baik, sedangkan keberadaan komponen biotik seperti bentos, fitoplankton maupun zooplankton masih melimpah.

(65)

4.1.6 Keadaan Penduduk Kota Sibolga

Jumnlah penduduk Kota Sibolga pada tahun 2009 adalah sebesar 96.034 jiwa, yang terdiri dari 48.151 jiwa laki-laki 47.882 jiwa perempuan. Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Sibolga Tahun 2009.

Penduduk menurut Kelompok Umur

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

0 – 14 33,44 31,58 32,48

15 – 64 64,93 65,39 65,17

65+ 1,63 3,03 2,35

Sibolga 100,00 100,00 100,00

Sumber: Sibolga dalam angka 2010

4.1.7 Lapangan Pekerjaan di Kota Sibolga

(66)

perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel menempati urutan teratas yaitu 29,12%, kemudian sektor jasa kemasyarakatan 23% dan sector pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan yaitu 21,25%

4.1.8 Pendidikan Masyarakat di Kota Sibolga

Prasarana pendidikan di lokasi penelitian masih terbatas sampai pada jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Sarana pendidikan terdiri atas 61 unit SD dan MI, 17 unit SLTP dan MTsN, 19 unit SLTA,MA dan SMK.

4.1.9 Kesehatan Masyarakat

Kondisi kesehatan masyarakat di wilayah studi dapat dilihat dari jenis penyakit yang sering diderita masyarakat. Jenis penyakit yang umum berkembang di kalangan masyarakat meliputi flu, batuk, demam, sakit kepala. Diantara penyakit tersebut, flu dan sakit kepala merupakan penyakit yang sering diderita masyarakat. Hal ini berhubungan dengan kondisi wilayah studi yang berada di antara pegunungan dan laut serta tidak menentunya cuaca di Kota Sibolga. Jumlah sarana kesehatan yang ada di Kota Sibolga, yakni 2 rumah sakit negeri, 4 puskesmas (pusat kesehatan masyarakat), 14 puskesmas pembantu, 7 balai pengobatan.

4.2 Analisis Hasil dan Pembahasan 4.2.1 Karakteristik Umum Responden 4.2.1.1 Umur Responden

(67)

Tabel 4.4 Karakteristik Umur Responden

Umur (tahun) jumlah (orang) persentase (%)

15 – 30 14 46,67

31 – 45 11 36,67

46 – 60 4 13,33

61 – 70 1 3,33

N 30 100

Sumber: data diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata – rata umur responden antara 4.2.1.2 Status Perkawinan

Dari hasil penelitian dan pengisian kuisioner maka diperoleh status perkawinan yang dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.5 Karakteristik Status Perkawinan Responden

Status perkawinan Jumlah (orang) persentase (%)

Belum Kawin 1 3,33

Kawin 29 96,67

Duda - -

N 30 100

Sumber: data diolah

4.2.1.3 Pendidikan Terakhir Responden

(68)

4.6 karakteristik Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan jumlah (orang) persentase (%)

Tidak tamat SD - -

SD 5 16,67

SLTP 10 33,33

SLTA 15 50

Akademi/Perguruan Tinggi - -

N 30 100

Sumber: data diolah

4.2.1.4 Lama Jadi Nelayan

Dari hasil penelitian dan pengisian kuisioner maka diperoleh lama jadi nelayan responden yang dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.7 Karakteristik Lama Jadi Nelayan

Lama jadi nelayan jumlah (orang) persentase (%)

0 – 3 2 6,67

3 – 7 15 50

8 – 11 5 16,67

12 – 15 2 6,67

>15 6 20

N 30 100

Sumber: data diolah

4.2.1.5 Pendapatan

(69)

mereka. Pendapatan anggota yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalah penghasilan yang diperoleh anggota PNPM-KP Kota Sibolga dari usaha nelayan yang mereka jalani selama sebulan. Jumlah pendapatan yang diterima anggota PNPM-KP Kota Sibolga dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 4.8 Pendapatan Anggota PNPM Mandiri-KP Kota Sibolga

Pendapatan (Rupiah/bulan) Jumlah (Orang) persentase (%)

1.000.000 – 1.500.000 8 26.67

1.600.000 – 2.000.000 4 13.33

>2.000.000 18 60

N 30 100

Sumber: data diolah

4.2.1.6 Pengeluaran Responden

Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh nelayan baik untuk konsumsi keluarga maupun untuk usaha perikanan mereka ditambah dengan melonjaknya harga kebutuhan yang membuat pengeluaran nelayan menjadi begitu besar. Terkadang lebih besar pengeluaran dari pada pendapatan. Pengeluaran nelayan dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 4.9 Karakteristik Pengeluaran Responden

Pengeluaran (Rupiah/bulan) Jumlah (orang) persentase (%)

1.000.000 – 1.500.000 9 30

>1.500.000 21 70

N 30 100

(70)

4.2.1.7 Jumlah tanggungan Responden

Kesadaran untuk melaksanakan program pemerintah yakni program KB oleh masyarakat nelayan masih sangat rendah. Jumlah tanggungan disini adalah jumlah orang yang dibiayai oleh anggota seperti anak, orang tua, saudara atau lainnya. Jumlah tanggungan dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 4.10 Jumlah Tanggungan Responden

Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) persentase (%)

0 – 2 9 30

3 – 5 21 70

N 30 100

Sumber: Data diolah

4.2.1.8 Modal Awal

Modal Awal adalah jumlah dana yang dikeluarkan oleh anggota PNPM-KP Kota Sibolga untuk menjalankan usaha perikanannya. Jumlah modal Awal yang dikeluarkan anggota PNPM-KP Kota Sibolga dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 4.11 Modal Awal Responden

Modal awal (Rupiah) Jumlah (Orang) persentase (%)

< 5.000.000 19 63.33

5.000.000 s/d 10.000.000 11 36.67

N 30 100

(71)

4.2.1.9 Dana Bergulir PNPM-KP yang diterima Responden Tabel 4.12 Dana Bergulir Responden

Dana Bergulir (Rupiah) Jumlah (orang) persentase (%)

3.000.000 – 5.000.000 - -

5.000.000 – 10.000.000 22 73.33

>10.000.000 8 26.67

N 30 100

Sumber: data diolah

4.3 Analisis Pengaruh PNPM Mandiri-KP, Modal Awal dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan di Kota Sibolga

4.3.1 Hasil Estimasi

Dalam mengestimasi pengaruh PNPM Mandiri-KP, modal awal dan jumlah tanggungan keluarga terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan, secara sistematis model persamaannya dirumuskan sebagai berikut :

Y = α+β1X1+β2X2+β3X3+µ

(72)

Dependent Variable: TK Method: Least Squares Date: 02/09/11 Time: 22:16 Sample: 1 30

Included observations: 30

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -20.35262 5.464935 -3.724220 0.0010

DB 1.007359 0.405922 2.481660 0.0199

MODAL 0.362532 0.097023 3.736544 0.0009

JT -0.015413 0.021286 -0.724087 0.4755

R-squared 0.769820 Mean dependent var 1.276980

Adjusted R-squared 0.743261 S.D. dependent var 0.226187 S.E. of regression 0.114608 Akaike info criterion -1.371035 Sum squared resid 0.341509 Schwarz criterion -1.184209 Log likelihood 24.56553 Hannan-Quinn criter. -1.311268 F-statistic 28.98505 Durbin-Watson stat 1.829338 Prob(F-statistic) 0.000000

Gambar 4.1 Hasil Regresi 4.3.2 Interpretasi Model

Dari persamaan linier di atas, dapat dijelaskan pengaruh variabel independen yaitu Dana bergulir PNPM Mandiri-KP (X1), Modal Awal (X2), dan Jumlah Tanggungan Keluarga (X3) terhadap tingkat kesejahteraan nelayan di Kota Sibolga sebagai berikut:

1. Dana bergulir berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kesejahteraan nelayan. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi dana bergulir yaitu sebesar 1.007359. Artinya setiap kenaikan dana bergulir Rp 1000,- maka kesejahteraan nelayan akan meningkat sebesar Rp 1007.359,- dengan tingkat kepercayaan 95%, ceteris Paribus.

(73)

kesejahteraan nelayan akan meingkat sebesar Rp 362.532,- dengan tingkat kepercayaan 95%, ceteris Paribus.

3. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kesejahteraan nelayan. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi jumlah tanggungan keluarga yaitu sebesar -0.015413. Artinya setiap bertambahnya 1 orang jumlah tanggungan keluarga maka kesejahteraan nelayan akan menurun sebesar Rp 0.015413,- dengan tingkat kepercayaan 95%, ceteris Paribus.

4.3.3 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) a. Analisis Koefisien Determinasi

Dari tebel regresi dapat diperoleh koefisien Determinasi (R-Square) sebesar 0,76 atau 76 %, hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen ( dana bergulir PNPM Mandiri-KP, modal awal dan jumlah tanggungan keluarga) dapat menjelaskan variabel dependen (tingkat kesejahteraan nelayan) sebesar 76% sedangkan sisanya sebanyak 24% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.

b. Uji t-statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel independen di atas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

1. Dana Bergulir

(74)

b. df = n-k-1 = 30-4-1 =25

c. α = 5 %

d. t-tabel = 2.06

e. Kriteria pengambilan keputusan

a) HO diterima apabila t hitung < t-tabel (α = 5 %) b) Ha diterima apabila t hitung > t tabel (α = 5 %) f. t hitung = 2.48

g. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa t hitung > t tabel ( 2.48 > 2.06 ), artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel dana bergulir (X1) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel tingkat kesejahteraan nelayan dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

- 2.06 0 2.06 2.48 Gambar 4.2 Uji t-Statistik dana bergulir (X1)

2. Modal Awal

(75)

b. df = n-k-1 = 30-4-1 =25

c. α = 5 %

d. t-tabel = 2.06

e. Kriteria pengambilan keputusan

a) HO diterima apabila t hitung < t-tabel (α = 5 %) b) Ho diterima apabila t hitung > t tabel (α = 5 %) f. t hitung = 3.73

g. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel (3.73 > 2.06), artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel modal awal (X2) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel tingkat kesejahteraan nelayan dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

-2.06 2.06 3.73 Gambar 4.3 Uji t-Statistik modal awal (X2)

3. Jumlah Tanggungan Keluarga

a. Hipotesis: HO ; bi = 0…………. Tidak signifikan Ha ; bi ≠ 0………….. Signifikan b. df = n-k-1

(76)

= 25

c. α = 5 %

d. t-tabel = -2.06

e. Kriteria pengambilan keputusan

a) HO diterima apabila t hitung < t-tabel (α = 5 %) b) Ha diterima apabila t hitung > t tabel (α = 5 %) f. t hitung = -0.72

g. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa thitung < ttabel ( 0.72 < -2.06), artinya Ho diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga (X3) tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel tingkat kesejahteraan nelayan dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

-2.06 -0.72 0 2.06

Gambar 4.4 Uji t-Statistik jumlah tanggungan keluarga (X3)

c. Uji F-statistik (Overall test)

Uji F-statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama – sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen.

Gambar

tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen
Gambar 3.2 Kurva uji F statistik
Tabel 4.2. Tata Guna Lahan di Kota Sibolga Tahun 2009
Tabel 4.4 Karakteristik Umur Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PAI materi akhlaq terpuji melalui metode pembelajaran active self – assessment pada siswa kelas VII

Ground herb diversity and abundance were studied in a lowland Mixed Dipterocarp forest (Andulau) and a heath forest (Bukit Sawat) in Brunei Darussalam, Borneo. The study recorded

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Pendekatan maqasid syariah dilihat relevan kerana memfokuskan tindakan yang perlu dipraktikkan dalam penjagaan akal dalam pelbagai situasi dan keadaan (Azman Ab

Penelitian ini disusun berdasarkan studi literatur, serta mempelajari cara kerja dan sekaligus cara-cara merencanakan dan membuat peralatan tersebut. Perencanaan peralatan

Dari hasil penelitian, setelah mendapatkan terapi latihan relaksasi otot progresif tingkat depresi responden menurun, yaitu dari depresi berat menjadi ringan dan

Usaha negara-negara Eropa Timur, seperti Cekoslowakia, Hongaria, dan Polandia untuk melepaskan diri dari pengaruh Uni Soviet dihadapi oleh Uni Soviet dengan

informasi data buku terbaru yang dimiliki oleh