• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Musik Instrumental Terhadap Penurunan Stres Kerja Karyawan CV. Karya Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Musik Instrumental Terhadap Penurunan Stres Kerja Karyawan CV. Karya Mandiri"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MUSIK INSTRUMENTAL TERHADAP

PENURUNAN STRES KERJA KARYAWAN

CV. KARYA MANDIRI TEBING TINGGI

Skripsi

Psikologi Industri dan Organisasi

Oleh :

SEJARAHTA P.

071301044

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Musik Instrumental Terhadap Penurunan Stres Kerja Karyawan CV. Karya Mandiri

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2011

(3)

THE EFFECTS OF INSTRUMENTAL MUSIC TOWARD THE DECREASING OF EMPLOYEES’ WORK STRESS IN CV. KARYA MANDIRI TEBING TINGGI

Sejarahta P dan Cherly Kemala Ulfa

ABSTRACT

Stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang berlebihan, melebihi kemampuan pekerja meliputi interaksi antara kondisi pekerjaan dengan sikap individu yang mengubah kondisi normal dan fungsi psikologis pekerja sehingga menyebabkan individu merasa sakit, tidak nyaman, maupun tegang karena pekerjaan atau tempat kerja. Penyebab stres kerja antara lain kondisi lingkungan, kelebihan beban kerja, tanggung jawab atas orang lain, perkembangan karier, dukungan kelompok yang tidak memadai dan pengaruh kepemimpinan. Stres kerja tidak hanya berdampak terhadap penurunan produktifitas tenaga kerja, namun juga terhadap biaya organisasi dan industri. Salah satu cara mengatasi stres kerja karyawan yaitu dengan memperdengarkan musik instrumental yang bermanfaat untuk memberikan rasa nyaman, menurunkan stres, kecemasan dan kegelisahan, melepaskan tekanan emosional yang dialami, meningkatkan kontrol diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya penurunan stres kerja pada karyawan setelah diberikan treatment.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi-eksperimen. Desain yang digunakan adalah one group pretest-posttest design. Pada penelitian ini digunakan tekhnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah subjek penelitian ini adalah 50 orang karyawan CV. Karya Mandiri bagian Sawnmill. Hasil penelitian menunjukan bahwa stres kerja karyawan CV. Karya Mandiri mengalami penurunan setelah diberikan musik instrumental. Hasil analisis statistik dengan menggunakan Paired Samples T-Test menunjukkan t-hitung sebesar 27.260 dengan tingkat Sig (2-tailed) = 0.000 pada df = N-1 = 50-1 = 49 dengan nilai t-tabel = 2.022. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan t-hitung > t tabel atau [27.260 > 2.022], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh pemberian musik instrumental terhadap penurunan stres kerja karyawan.

(4)

THE EFFECTS OF INSTRUMENTAL MUSIC TOWARD THE DECREASING OF EMPLOYEES’ WORK STRESS IN CV. KARYA MANDIRI TEBING TINGGI

Sejarahta P dan Cherly Kemala Ulfa

ABSTRACT

Work stress is a copious work demand which exagerates the employee’s ability includes the interaction between the work condition and individual attitude that changes the normal condition and the employee’s psychological function. Thus it causes the employee feels unwell, uncomfortable or strained because of the workload or workroom. The causal factors of work stress such as the environmental condition, excess workload, being responsible to others, carrier development, the lack of group support and the influence of leadership. Work stress doesn’t only have impact in the decreasing of employee’s productivity but also in the cost of industry and organization. One of the ways to overcome the employee’s work stress is by listening to instrumental music that functions to give the comfortable feeling, reduce stress, worry and anxiety, release the emotional stress, and increase the self control. The purpose of this study was to measure a decrease of employee’s work stress after being given a treatment.

This was an experimental study. The method used was quantitative research. This research used quantitative approach with quasi-experimental method. The research design used was one group pretest-posttest design. Purposive sampling technique was used in this research. The total of the subject was 50 employees of CV. Karya Mandiri in the Sawnmill division. The result of this research showed that the employees’ work stress decreased after being given the instrumental music. The result of statistical analysis by using Paired Samples T-Test showed that t-count was 27.260 with the level of Sig (2-tailed) = 0.000, in the df = N-1= 50-N-1= 49, with the value of t-table= 2.022, therefore the decision was Ho was refused and Ha was accepted in which it meant that there was an effect of giving the instrumental music toward the decreasing of employee’s work stress.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. LANDASAN TEORI ... 10

A. Stres Kerja ... 10

1. Pengertian Stres Kerja ... 10

2. Aspek Stres Kerja ... 14

3. Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja ... 17

4. Gejala Stres ... 28

5. Dampak Stres Kerja ... 31

B. Musik ... 35

1. Pengertian Musik ... 35

2. Musik Instrumental ... 36

3. Elemen-Elemen Musik ... 37

4. Jenis-Jenis Alat Musik ... ... 37

5. Metode Aktivitas Musik ... 38

(6)

7. Musik Pengiring Kerja ... 41

C. Pengaruh Musik Instrumental Terhadap Stres Kerja Karyawan ... 42

D. Hipotesis ... 44

BAB III. METODE PENELITIAN ... 45

A. Identifikasi Variabel Penelitian... 45

B. Definisi Operasional ... 45

a. Stres Kerja ... 46

b. Musik Instrumental ... 46

C. Rancangan Penelitian ... 47

D. Populasi Penelitian ... 48

1. Populasi ... 48

2. Sampel dan Metode Pengambilan Sampel ... 49

E. Instrumen dan Alat Ukur Penelitian ... 49

1. Instrumen Penelitian ... 48

2. Alat Ukur Penelitian ... 49

F. Uji Validitas, Uji Daya Beda Aitem dan Reabilitas Alat Ukur ... 52

a. Validitas Alat Ukur ... 52

b. Uji Daya Beda Aitem ... 53

c. Reabilitas Alat Ukur ... 53

G. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 54

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 58

1. Tahap Persiapan ... 58

(7)

3. Tahap Pengolahan Data ... 60

I. Metode Analisa Data... 61

1. Uji Normalitas ... 61

2. Uji Homogenitas ... 61

3. Uji Hipotesis ... 62

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Analisis Data ... 63

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 63

2. Hasil Penelitian ... 64

a. Hasil Uji Asumsi ... 64

b. Hasil Uji Hipotesis ... 66

3. Kategorisasi Penelitian ... 69

B. Pembahasan ... 75

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL

3. Tabel 1. Cetak Biru Stres Kerja Karyawan Sebelum Uji Coba ... 50

4. Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Stres Kerja Setelah Uji Coba ... 54

5. Tabel 3. Blue Print Skala Stres Kerja yang akan Digunakan dalam Penelitian ... 56

6. Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

7. Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 63

8. Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja ... 64

9. Tabel 7. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 65

10. Tabel 8. Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances ... 66

11. Tabel 9. Paired Sample Statistics ... 67

12. Tabel 10. Paired Sample Correlations ... 67

13. Tabel 11. Paired Sample T-Test ... 68

14. Tabel 12. Rangkuman Nilai Empirik dan Hipotetik Stres Kerja ... 69

15. Tabel 13. Perbedaan Stres Kerja Sebelum dan Sesudah Pemberian Musik Instrumental ... 70

16. Tabel 14. Norma Stres Kerja ... 72

17. Tabel 15. Rangkuman Kategorisasi Data Stres Kerja ... 72

18. Tabel 16. Kategorisasi Stres Kerja Sebelum dan Sesudah Pemberian Musik Instrumental ... 72

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Musik Instrumental Terhadap Penurunan Stres Kerja Karyawan CV. Karya Mandiri”, guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Berbagai proses telah penulis alami selama ini. Perlu banyak usaha, kerja keras dan kemauan yang tinggi dalam setiap prosesnya. Bagi penulis penyelesaian penelitian ini merupakan titik awal untuk mencapai mimpi-mimpi lainnya. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Terutama sekali penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis N. Peranginangin dan S. Sembiring, S.Pd yang telah memberikan banyak perhatian, dukungan baik secara moril dan materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

Penelitian ini juga tidak akan selesai tanpa bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati selaku dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Kak Cherly Kemala Ulfa, M.Psi, psikolog, selaku dosen pembimbing yang telah sepenuh hati, sabar dan iklas membimbing, mendorong, memberikan saran, perhatian, bantuan serta dukungan kasih sayang sehingga penulis lebih bersemangat dan pantang menyerah.

3. Pada seluruh dosen departement PIO, Bapak Eka D.J. Ginting, MA, Pak Ferry Novliadi M.Si dan Ibu Vivi Gusrini R. Pohan, M.Sc, MA,.

4. Kak Arliza Lubis, psikolog selaku dosen pembimbing akademis, yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan di Fakultas Psiikologi USU.

(10)

6. Buat seluruh mahasiswa angkatan 2007 atas kebersamaannya selama ini.

7. Seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi USU, yang telah membantu dan mempermudah segala urusan yang berkaitan dengan administrasi, baik saat masa perkuliahan maupun yang berhubungan dengan penelitian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya, penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Agustus 2011 Penulis

(11)

THE EFFECTS OF INSTRUMENTAL MUSIC TOWARD THE DECREASING OF EMPLOYEES’ WORK STRESS IN CV. KARYA MANDIRI TEBING TINGGI

Sejarahta P dan Cherly Kemala Ulfa

ABSTRACT

Stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang berlebihan, melebihi kemampuan pekerja meliputi interaksi antara kondisi pekerjaan dengan sikap individu yang mengubah kondisi normal dan fungsi psikologis pekerja sehingga menyebabkan individu merasa sakit, tidak nyaman, maupun tegang karena pekerjaan atau tempat kerja. Penyebab stres kerja antara lain kondisi lingkungan, kelebihan beban kerja, tanggung jawab atas orang lain, perkembangan karier, dukungan kelompok yang tidak memadai dan pengaruh kepemimpinan. Stres kerja tidak hanya berdampak terhadap penurunan produktifitas tenaga kerja, namun juga terhadap biaya organisasi dan industri. Salah satu cara mengatasi stres kerja karyawan yaitu dengan memperdengarkan musik instrumental yang bermanfaat untuk memberikan rasa nyaman, menurunkan stres, kecemasan dan kegelisahan, melepaskan tekanan emosional yang dialami, meningkatkan kontrol diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya penurunan stres kerja pada karyawan setelah diberikan treatment.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi-eksperimen. Desain yang digunakan adalah one group pretest-posttest design. Pada penelitian ini digunakan tekhnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah subjek penelitian ini adalah 50 orang karyawan CV. Karya Mandiri bagian Sawnmill. Hasil penelitian menunjukan bahwa stres kerja karyawan CV. Karya Mandiri mengalami penurunan setelah diberikan musik instrumental. Hasil analisis statistik dengan menggunakan Paired Samples T-Test menunjukkan t-hitung sebesar 27.260 dengan tingkat Sig (2-tailed) = 0.000 pada df = N-1 = 50-1 = 49 dengan nilai t-tabel = 2.022. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan t-hitung > t tabel atau [27.260 > 2.022], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh pemberian musik instrumental terhadap penurunan stres kerja karyawan.

(12)

THE EFFECTS OF INSTRUMENTAL MUSIC TOWARD THE DECREASING OF EMPLOYEES’ WORK STRESS IN CV. KARYA MANDIRI TEBING TINGGI

Sejarahta P dan Cherly Kemala Ulfa

ABSTRACT

Work stress is a copious work demand which exagerates the employee’s ability includes the interaction between the work condition and individual attitude that changes the normal condition and the employee’s psychological function. Thus it causes the employee feels unwell, uncomfortable or strained because of the workload or workroom. The causal factors of work stress such as the environmental condition, excess workload, being responsible to others, carrier development, the lack of group support and the influence of leadership. Work stress doesn’t only have impact in the decreasing of employee’s productivity but also in the cost of industry and organization. One of the ways to overcome the employee’s work stress is by listening to instrumental music that functions to give the comfortable feeling, reduce stress, worry and anxiety, release the emotional stress, and increase the self control. The purpose of this study was to measure a decrease of employee’s work stress after being given a treatment.

This was an experimental study. The method used was quantitative research. This research used quantitative approach with quasi-experimental method. The research design used was one group pretest-posttest design. Purposive sampling technique was used in this research. The total of the subject was 50 employees of CV. Karya Mandiri in the Sawnmill division. The result of this research showed that the employees’ work stress decreased after being given the instrumental music. The result of statistical analysis by using Paired Samples T-Test showed that t-count was 27.260 with the level of Sig (2-tailed) = 0.000, in the df = N-1= 50-N-1= 49, with the value of t-table= 2.022, therefore the decision was Ho was refused and Ha was accepted in which it meant that there was an effect of giving the instrumental music toward the decreasing of employee’s work stress.

(13)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. STRES KERJA

1. Pengertian Stres Kerja

Stres (Gibson, dkk., 2000) adalah kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu ‘stringere’, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). Definisi ini menjelaskan

sebuah kondisi susah atau penderitaan yang menunjukkan paksaan, tekanan, ketegangan atau usaha yang kuat, diutamakan ditunjukkan pada individual, organ individual atau kekuatan mental seseorang. Stres juga didefinisikan sebagai interaksi antara stimulus dan respons. Stres sebagai stimulus adalah kekuatan atau dorongan terhadap individu yang menimbulkan reaksi ketegangan atau menimbulkan perubahan-perubahan fisik individu. Stres sebagai respons yaitu respons individu baik respons yang bersifat fisiologik,psikologik terhadap stresor yang berasal dari lingkungan (Gibson,dkk.,2000), sehingga Gibson, dkk (2000) merumuskan definisi kerja mengenai stres dan mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan adaptif ditengahi oleh perbedaan individual dan/atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi, atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan psikologis atau fisik yang berlebihan pada seseorang (Gibson,dkk.,2000).

(14)

Stress kerja adalah suatu respon adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi individu yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik khusus pada seseorang (Ivancevich dan Matteson, 1980). Selanjutnya David Hager dan Linda C (1999) menyatakan stres sebagai suatu keadaan ketegangan fisik atau mental atau kondisi yang menyebabkan ketegangan.

Menurut David (1990), stres adalah respon otomatis dari tubuh, termasuk pikiran sampai pada perubahan- perubahan, tantangan- tantangan, dan tuntutan lain yang kita temui dalam setiap bagian kehidupan sehari- hari. Stres dapat juga berarti respon fisiologi, psikologi dan perilaku dari seseorang dalam upaya untuk menyesuaikan dari tekanan baik secara internal maupun eksternal (Laurentius Panggabean, 2003).

Definisi mengenai stres kemudian ditambahkan pula oleh International Department of Labour dalam bukunya yang berjudul Stress and Fatigue (1998) yang mendefinisikan stres dalam istilah interaksi antara seseorang dengan lingkungannya dan kesadaran pada ketidakmampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut yang terealisasi pada individu disertai dengan respons emosional.

Stres kerja oleh Riggio (2003) didefinisikan sebagai interaksi antara seseorang dan situasi lingkungan atau stresor yang mengancam atau menantang sehingga menimbulkan reaksi pada fisiologis maupun psikologis pekerja. Kemudian Rice (1999) mempunyai definisi senada mengenai stres kerja menambahkan bahwa stres kerja yang terjadi pada individu meliputi gangguan psikologis, fisiologis, perilaku, dan gangguan pada organisasi.

(15)

Baum (dalam Taylor, 2006) yang menyatakan bahwa stres adalah pengalaman emosional negatif yang disertai dengan perubahan biochemical, fisiologis, kognitif, dan perubahan tingkah laku yang dapat diukur dan secara langsung berubah atau terakomodasi karena adanya situasi yang menekan (stressful event).

Rice (1999), penulis buku Stress and Health, seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja jika stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja, namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi stres kerja. Rice (1999) mengatakan bahwa stres kerja dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat eksternal, misalnya definisi mengenai stres kerja yang difokuskan oleh Lee dan Ashlorth pada keistimewaan karakteristik pekerjaan yang mengancam pekerja (dalam Rice, 1999).

Spears (2008) mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi seseorang terhadap tekanan yang berlebihan atau tuntutan di tempat kerja yang bersifat merugikan. Seyle (dalam Riggio, 2003) menambahkan definisi stres kerja sebagai kurangnya ‘kesesuaian’ antara kemampuan dan keahlian seseorang dengan tuntutan pekerjaan maupun lingkungannya di tempat kerja. Begitu pula dengan Brousseau dan Prince (dalam Rahayu, 2000) mengatakan bahwa stres kerja juga dipandang sebagai kondisi psikologik yang tidak menyenangkan yang timbul karena karyawan merasa terancam dalam bekerja. Perasaan terancam ini disebabkan hasil persepsi dan penilaian karyawan yang menunjukkan ada ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian antara karakteristik tuntuntan-tuntutan pekerjaan dengan kemampuan dan kepribadian karyawan.

(16)

pada orang-orang yang berpartisipasi dalam organisasi (dalam Rice,1999). Shinn (dalam Rahayu, 2000) mempunyai pendapat senada mengenai stres kerja dengan mengatakan bahwa stress kerja adalah kondisi lingkungan kerja yang bersifat negatif yang dihadapi oleh karyawan dan menimbulkan respons karyawan terhadap kondisi tersebut, baik respons yang bersifat patologik maupun fisiologik, namun timbul atau tidaknya stres kerja ini tergantung persepsi serta reaksi individu terhadap kondisi tersebut.

Wilford (dalam Fraser,1992) mengatakan bahwa stres kerja terjadi bila terdapat penyimpangan dari kondisi-kondisi optimum yang tidak dapat dengan mudah diperbaiki sehingga mengakibatkan suatu ketidakseimbangan antara tuntutan kerja dan kemampuan pekerjaannya. Stres kerja adalah hasil dari interaksi karyawan dan lingkungan kerja yang dipandang sebagai ancaman terhadap kemampuan dirinya untuk menyesuaikan diri, dikarenakan ancaman itu menggangu keseimbangan fisiologis dan psikologis.

Dengan demikian stres kerja dalam penelitian ini adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja tertentu serta reaksi seseorang secara psikologi, fisiologi, maupun perilaku bila seseorang mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan tersebut dalam jangka waktu tertentu.

2. ASPEK STRES KERJA

Stres kerja dikategorikan dalam beberapa aspek-aspek stres kerja oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999) meliputi:

(17)

menyebabkan sakit kepala, dan serangan jantung. Beberapa yang teridentifikasi sebagai simptoms fisiologis adalah:

1. Meningkatnya detak jantung, tekanan darah,dan risiko potensial terkena gangguan kardiovaskuler.

2. Mudah lelah fisik

3. Kepala pusing, sakit kepala 4. Ketegangan otot

5. Gangguan pernapasan, termasuk akibat dari sering marah (jengkel). 6. Sulit tidur, gangguan tidur

7. Sering berkeringat, telapak tangan berkeringat

b. Aspek psikologis, stres kerja dan gangguan gangguan psikologis adalah hubungan yang erat dalam kondisi kerja. Simptoms yang terjadi pada aspek psikologis akibat dari stres adalah :

1. Kecemasan, ketegangan

2. Mudah marah, sensitif dan jengkel 3. Kebingungan, gelisah

4. Depresi, mengalami ketertekanan perasaan 5. Kebosanan

6. Tidak puas terhadap pekerjaan 7. Menurunnya fungsi intelektual 8. Kehilangan konsentrasi. 9. Hilangnya kreativitas.

(18)

12.Merasa gagal 13.Mudah lupa

14.Rasa percaya diri menurun

c. Aspek tingkah laku (behavioral). Pada aspek ini stres kerja pada karyawan ditunjukkan melalui tingkah laku mereka. Beberapa symptoms perilaku pada aspek tingkah laku adalah:

1. Penundaan, menghindari pekerjaan,dan absensi. 2. Menurunnya performansi dan produktivitas. 3. Makan secara berlebihan / hilang

4. Tindakan berlebihan

5. Menurunnya hubungan dengan teman dan keluarga. 6. Tidak berminat berhubungan dengan orang lain.

Cox (dalam Gibson, dkk., 2000) juga mengemukakan situasi yang menekan pada pekerja dapat menimbulkan respons pada subjek, perilaku, kognitif, fisiologis maupun organisasi, yaitu:

a. Respons pada subjek, meliputi kecemasan, agresi, acuh, kebosanan, depresi, keletihan, frustrasi, kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup,dan merasa kesepian. b. Respons pada perilaku, meliputi kecenderungan mendapat kecelakaan, alkoholik,

penyalahgunaan obat-obatan, emosi yang tiba-tiba meledak, makan berlebihan, merokok berlebihan, perilaku yang mengikuti kata hati, dan tertawa gugup.

(19)

d. Respons pada fisiologis, misalnya meningkatnya kadar gula, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, kekeringan di mulut, berkeringat, membesarnya pupil mata,dan tubuh panas dingin.

3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRES KERJA

Menurut Ivancevich dan Matteson (1980), penyebab stress yang diakibatkan oleh peran seseorang dalam menjalani suatu profesi tertentu. seperti: kelebihan beban kerja, tanggung jawab atas orang lain, perkembangan karier, kurangnya kohesi kelompok, dukungan kelompok yang tidak memadai, struktur dan iklim organisasi, wilayah dalam organisasi, karakteristik tugas, pengaruh kepemimpinan.

Selanjutnya menurut Barone et.al (1984) terdapat tujuh sumber stress yang dijadikan instrumen pada penelitian-penelitian stress sebelumnya. Ketujuh sumber stress tersebut adalah lingkungan (enviroment), pribadi (personal), konsekuensi manusia (human concequences), organisasional (organizational), adaptif (adaptive), proses (process), dan waktu (time).

Menurut Gibson dkk (1996), penyebab stres kerja ada 4 yaitu : 1. Lingkungan fisik

Penyebab stres kerja dari lingkungan fisik berupa cahaya, suara, suhu,musik dan udara terpolusi.

2. Individual

Tekanan individual sebagai penyebab stres kerja terdiri dari: (a) Konflik peran

(20)

Misalnya adanya tekanan untuk bergaul dengan baik bersama orang- orang yang tidak cocok.

(b) Peran ganda

Untuk dapat bekerja dengan baik, para pekerja memerlukan informasi tertentu mengenai apakah mereka diharapkan berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Peran ganda adalah tidak adanya pengertian dari seseorang tentang hak, hak khusus dan kewajiban- kewajiban dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

(c) Beban kerja berlebih

Ada dua tipe beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif. Memiliki terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika individu merasa tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi.

(d) Tidak adanya kontrol

Suatu stresor besar yang dialami banyak pekerja adalah tidak adanya pengendalian atas suatu situasi. Sehingga langkah kerja, urutan kerja, pengambilan keputusan, waktu yang tepat, penetapan standar kualitas dan kendali jadwal merupakan hal yang penting.

(e) Tanggung jawab

Setiap macam tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa orang, namun tipe yang berbeda menunjukkan fungsi yang berbeda sebagai stresor.

(21)

3. Kelompok

Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang kuat bagi beberapa individu. Ketidakpercayaan dari mitra pekerja secara positif berkaitan dengan peran ganda yang tinggi, yang membawa pada kesenjangan komunikasi diantara orang- orang dan kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.

4. Organisasional

Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek dan tidak adanya kebijakan khusus.

Selanjutnya sumber stres kerja menurut Carry Cooper (dikutip Jacinta F, 2002) ada 4 yaitu:

1. Kondisi pekerjaan, meliputi

(a) Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, jika ruangan tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadahi, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.

(22)

(c) Deprivational stres. Kondisi pekerjaan tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung unsur sosial (kurangnya komunikasi sosial). (d) Pekerjaan beresiko tinggi. Pekerjaan yang beresiko tinggi atau berbahaya bagi

keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, dan sebagainya.

2. Konflik peran.

Stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu yang diharapkan oleh manajemen. Akibatnya sering muncul ketidakpuasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi hingga ahirnya timbul keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Para wanita yang bekerja mengalami stress lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya wanita bekerja ini menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.

3. Pengembangan karir.

Setiap orang pasti punya harapan ketika mulai bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Namun cita- cita dan perkembangan karir banyak sekali yang tidak terlaksana.

4. Struktur organisasi .

(23)

aturan main yang terlalu kaku atau tidak jelas, iklim politik perusahaan yang tidak jelas serta minimnya keterlibatan atasan membuat karyawan menjadi stres.

Sarafino (dikutip Bart Smet, 1994) membagi penyebab stres kerja menjadi 4 yaitu 1) Lingkungan fisik yang terlalu menekan seperti kebisingan, temperatur atau panas yang

terlalu tinggi, udara yang lembab, penerangan di kantor yang kurang terang. 2) Kurangnya kontrol yang dirasakan

3) Kurangnya hubungan interpersonal

4) Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. Para pekerja akan merasa stres bila mereka tidak mendapatkan promosi yang selayaknya mereka terima.

Robbins (1998) mengidentifikasikan tiga perangkat faktor, meliputi lingkungan (environmental), organisasional (organizational), dan individual yang bertindak sebagai sumber potensial dari stres. Stres bergantung pada perbedaan individual seperti pengalaman kerja dan kepribadian. Gejalanya dapat muncul sebagai keluaran atau hasil fisiologis, psikologis, dan perilaku dan tergambar pada model bagan dibawah ini ( Robbin, 1998). Penjelasan mengenai faktor-faktor yang dapat mengakibatkan stres kerja menurut Robbin (1998) adalah sebagai berikut:

1. Faktor Lingkungan (Environmental factors).

(24)

teknologi (technological uncertainty) yang menuntut pekerja untuk selalu memperbaharui kemampuan mereka dalam mengoperasikan alat-alat teknologi.

2. Faktor Organisasional (Organizational factors).

Tekanan dan tuntutan yang dilakukan untuk menghindari error dan menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang terbatas, pekerjaan yang berlebihan, tuntutan yang berlebihan pada pekerjaan, pimpinan yang tidak perhatian,dan rekan kerja yang tidak nyaman adalah beberapa contoh hal yang mempengaruhi ada tidaknya stresor yang menyebabkan stres kerja ( Robbin, 1998). Robbin juga menambahkan faktor-faktor organisasi dikategorikan sebagai berikut :

a. Tuntutan pekerjaan (task demands). Faktor ini berhubungan dengan pekerjaan, meliputi desain dari pekerjaan tersebut (autonomi, variasi pekerjaan, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan iklim organisasi).

(25)

c. Tuntutan interpersonal (interpersonal demand) adalah faktor yang mempengaruhi stres yang berasal dari pekerja lain. Kurangnya dukungan sosial dari kolega dan rendahnya hubungan interpersonal dapat menyebabkan stres kerja, terutama pada pekerja yang membutuhkan kebutuhan sosial yang tinggi.

d. Struktur organisasi, yaitu faktor yang menjelaskan perbedaan level pada organisasi, derajat aturan dan regulasi dan cara keputusan akan dibuat. Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan dapat menyebabkan stres kerja bagi karyawan

e. Kepemimpinan organisasi memberikan gaya manajemen pada organisasi. Beberapa pihak didalamnya dapat membuat iklim organisasi yang melibatkan ketegangan, ketakutan dan kecemasan.

3. Faktor individual.

Secara umum individu bekerja dalam 40 sampai 50 jam dalam seminggu. Pengalaman dan masalah yang dihadapi individu di luar jam kerja dapat mempengaruhi efektivitas pekerjaan. Faktor-faktor individual, misalnya masalah keluarga, masalah ekonomi dan keperibadian individu dapat menjadi sumber stres kerja.

4. GEJALA STRES

Gejala- gejala stres kerja dapat berupa letih dan lelah, kecewa, perasaan tidak berdaya, gangguan tidur, kegelisahan, ketegangan, kecemasan, cepat marah, kehilangan rasa percaya diri, perasaan kesepian atau keterasingan, makan terlalu sedikit, mudah tersinggung, berdebar- debar dan sulit berkonsentrasi (Bambang Tarupolo, 2002).

(26)

1) Tanda- tanda suasana hati (mood )

Berupa menjadi overexcited, cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur malam hari, menjadi mudah bingung dan lupa, menjadi sangat tidak enak dan gelisah, menjadi gugup. 2) Tanda- tanda otot kerangka (musculoskeletal)

Berupa jari- jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk diam atau berdiri di tempat, mengembangkan tic (gerakan tidak sengaja), kepala mulai sakit, merasa otot menjadi tegang atau kaku, menggagap ketika bicara, leher menjadi kaku.

3) Tanda- tanda organ- organ dalam badan (viseral)

Berupa perut terganggu, merasa jantung berdebar, banyak keringat, tangan berkeringat, merasa kepala ringan atau akan pingsan, mengalami kedinginan, wajah menjadi panas, mulut menjadi kering, mendengar bunyi berdering dalam kuping.

Carry Cooper dan Alison Straw (1995) membagi gejala stres kerja menjadi tiga yaitu 1) Gejala fisik

Gejala stres menyangkut fisik bisa mencakup: nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot tegang, pencernaan terganggu, mencret- mencret, sembelit, letih yang tak beralasan, sakit kepala, salah urat, gelisah.

2) Gejala- gejala dalam wujud perilaku

Banyak gejala stres yang menjelma dalam wujud perilaku, mencakup:

(a) Perasaan, berupa: bingung, cemas, dan sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya, tak mampu berbuat apa- apa, gelisah, gagal, tak menarik, kehilangan semangat.

(27)

3) Gejala- gejala di tempat kerja

Sebagian besar waktu bagi pekerja berada di tempat kerja, dan jika dalam keadaan stres , gejala- gejala dapat mempengaruhi kita di tempat kerja, antara lain:

(a) Kepuasan kerja rendah (b) Kinerja yang menurun (c) Semangat dan energi hilang (d) Komunikasi tidak lancar (e) Pengambilan keputusan jelek (f) Kreatifitas dan inovasi berkurang

(g) Bergulat pada tugas- tugas yang tidak produktif.

5. DAMPAK STRES KERJA

Stres kerja tidak hanya berpengaruh pada individu, namun juga terhadap biaya organisasi dan industri. Begitu besar dampak dari stres kerja, oleh para ahli perilaku organisasi telah dinyatakan sebagai agen penyebab dari berbagai masalah fisik, mental, bahkan output organisasi (Yun Iswanto, 1999 dan Gabriel & Marjo, 2001).

Menurut Gibson dkk (1996:363), dampak dari stres kerja banyak dan bervariasi. Dampak positif dari stres kerja diantaranya motifasi pribadi, rangsangan untuk bekerja lebih keras, dan meningkatnya inspirasi hidup yang lebih baik. Meskipun demikian, banyak efek yang mengganggu dan secara potensial berbahaya. Cox membagi menjadi 5 kategori efek dari stres kerja yaitu

(28)

2) Perilaku berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat, luapan emosional, makan atau merokok secara berlebihan, perilaku impulsif, tertawa gugup.

3) Kognitif berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang masuk akal, daya konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitiv terhadap kritik, hambatan mental. 4) Fisiologis berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan darah

meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, panas, dan dingin.

5) Organisasi berupa angka absensi, omset, produktivitas rendah, terasing, dari mitra kerja, komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.

Selain efek tersebut terdapat juga efek stres yang lain yaitu perilaku tidak produktif dan menarik diri seperti lekas marah, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat, dan tindakan legal (hukum) secara khusus mengganggu dalam bentuk hilangnya produktivitas. Menurut Bambang Tarupolo (2002:18), tenaga kerja yang tidak mampu bereaksi secara baik terhadap stres yang dialami, kesehatan jiwanya akan tergangu dan karenanya kualitas hidup dan produktivitasnya menjadi rendah. Karyawan tersebut akan menunjukkan:

(a) Sering mengeluh sakit dan berobat (b) Malas dan sering mangkir

(c) Sering membuat kesalahan dalam pekerjaan dan cenderung mengalami kecelakaan kerja (d) Sering marah dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik

(e) Tidak peduli dengan lingkungan, bingung dan pelupa (f) Cara pandang yang negatif dan rasa permusuhan (g) Terlibat penyalahgunaan narkoba

(29)

Stres kerja dapat mengakibatkan hal- hal sebagai berikut:

a. Penyakit fisik yang diinduksi oleh stres yaitu penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan menstruasi, gangguan pencernaan, mual, muntah, dan sebagainya.

b. Kecelakaan kerja: terutama pada pekerjaan yang menuntut kinerja yang tinggi, bekerja bergiliran (shift), penyalahgunaan zat aditif

c. Absen: pegawai yang sulit menyelesaikan pekerjaan sebab tidak hadir karena pilek, sakit

kepala.

d. Lesu kerja: pegawai kehilangan motivasi bekerja

e. Gangguan jiwa: mulai dari gangguan yang mempunyai efek yang ringan dalam kehidupan sehari- hari sampai pada gangguan yang mengakibatkan ketidakmampuan yang berat.Gangguan jiwa ringan seperti mudah gugup, tegang, marah- marah, mudah tersinggung, kurang berkonsentrasi, apatis dan depresi. Perubahan perilaku berupa kurang partisipasi dalam pekerjaan, mudah bertengkar, terlalu mudah mengambil resiko. Gangguan yang lebih jelas lagi dapat berupa depresi, gangguan cemas (Laurentius Panggabean, 2003:2).

Menurut Jacinta (2002), stres kerja dapat juga mengakibatkan hal- hal sebagai berikut: 1) Dampak terhadap perusahaan yaitu

(a) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja (b) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja

(c) Menurunnya tingkat produktivitas

(d) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.

(30)

kecenderungan mengalami kecelakaan. Demikian pula jika banyak diantara tenaga kerja di dalam organisasi atau perusahaan mengalami stres kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu.

2) Dampak terhadap individu.

Munculnya masalah- masalah yang berhubungan dengan: (a) Kesehatan

Banyak penelitian yang menemukan adanya akibat-akibat stress terhadap kesehatan seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya.

(b) Psikologis

Stres berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus menerus yang disebut stres kronis. Stres kronis sifatnya menggerigoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan- lahan.

(c) Interaksi interpersonal

Orang yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi stres. Oleh karena itu sering salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat dan penilaian, kritik, nasehat, bahkan perilaku orang lain. Orang stres sering mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri.

B. Musik

(31)

Menurut ahli perkamusan (lexicographer) musik ialah: ”Ilmu dan seni dari kombinasi ritmis nada-nada, vokal maupun instrumental, yang melibatkan melodi dan harmoni untuk mengekspresikan apa saja yang memungkinkan, namun khususnya bersifat emosional (dalam Mutaqqin,2008).

Jamalus (1988) berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Rina (2003) berpendapat bahwa musik merupakan salah satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyibunyian. Kemudian Prier (1991) berpendapat bahwa musik merupakan curahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama. Selanjutnya Romain Rolland berpendapat bahwa musik adalah suatu janji keabadian.

Goethe berpendapat bahwa musik mengangkat dan memuliakan apa saja yang diekspresikannya. Mendelssohn meyakini bahwa musik dapat mencapai suatu wilayah yang kata-kata tidak sanggup mengikutinya, dan Tchaikovsky berkata bahwa musik adalah ilham yang menurunkan kepada kita keindahan yang tiada taranya.

Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris mempertimbangkan musik sebagai seni murni tertinggi yang terhormat. Musik adalah logika bunyi yang tidak seperti sebuah buku teks atau sebuah pendapat. Ia merupakan suatu susunan vitalitas, suatu mimpi yang kaya akan bunyi, yang terorganisasi dan terkristalisasi.

(32)

2. Musik Instrumental

Musik instrumental adalah suat menggunakan sedikit unsur besar berupa instrumental yang merupakan salinan sama persis dari lagu dalam album tersebut, tanpa adanya unsur vokal (wikipedia, copyright @2010. www google.com). Dengan demikian musik yang dimaksud dengan musik instrumental adalah rekaman musik tanpa lirik yang hanya dihasilkan melalui instrumen alat musik.

Menurut Suyatno (dalam Sunyoto, 2001) musik pengiring kerja sebaiknya jangan bertempo terlalu lambat (slow) tetapi juga jangan terlalu cepat. Musik bernada meriah diperdengarkan secara singkat pada awal hari, permulaan kerja untuk membangkitkan gairah, dan diperdengarkan juga pada akhir hari. Pada umumnya jenis musik ringan yang dimainkan dengan instrumen saja (instrumentalia) dapat digunakan sebagai pengiring kerja (Sunyoto, 2001).

3. Elemen-elemen Musik

Element musik merupakan komponen yang luas, terdiri dari ritme, melodi, harmoni, dan warna . Beberapa penulis juga mengikut sertakan textur dan bentuk sebagai elemen musik . Elemen musik diantaranya (dalam Budi Linggono,2008) :

• Rhythm ( ritme) merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan qualitas temporal (durasi ) daripada suara .

• Melody ( Melodi ) merupakan turunan dari pitches , melodi tidak dapat dipisahkan dari ritme.

(33)

• Color ( Warna ) merupakan istilah yang digunakn untuk mengidentifikasi kualitas suara yang diproduksi oleh suara maupun instrumen musik .

• Texture ( textur ) menunjuk pada disposisi terhadap pitch dan timbre , dan merupakan dimensi horizontal dan vertikal dari suara .

• Form ( Bentuk ) merupakan arsitektur dari suara ,peletakan dan penyelangan dari event-event musik , merupakan desain suara terhadap waktu .

Dengan demikian elemen musik terdiri dari ritme, melodi, harmoni, warna, tekstur, dan bentuk.

4. Jenis-Jenis Alat Musik

Berdasarkan klasifikasi Mahlion, Sachsdan V. Hornbostel, alat musik dibagi menjadi 5 golongan ,yaitu :

• Idiofon merupakan alat musik yang sumber bunyinya berasal dari badan alat musik itu sendiri .

• Aerofon merupakan alat musik yang sumber bunyinya berasal dari udara yang berada didalam alat musik.

• Membrafon merupakan alat musik yang sumber bunyinya berasal dari selaput tipis , ataupun kulit.

• Kardofon merupakan alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai yang ditegangkan.

• Elektrofon merupakan alat musik yang ragam bunyi , ataupun penguat bunyinya dibantu , ataupun disebabkan adanya daya listrik .

(34)

5. Metode Aktivitas Musik

Berikut beberapa contoh umum teknik yang digunakan dalam aktivitas musik melalui (Djohan,2009) :

a. Bernyanyi untuk membantu klien yang mengalami gangguan perkembangan artikulasi pada keterampilan bahasa, irama, dan kontrol pernafasan.

b. Bermain musik membantu pengembangan dan koordinasi kemampuan motorik. c. Gerak ritmis digunakan untuk mengembangkan jangkauan fisiologis, menggabungkan

mobilitas/ketangkasan/kekuatan, keseimbangan, koordinasi, konsistensi, pola-pola pernafasan, dan relaksasi otot.

d. Mendengarkan musik dapat mengembangkan keterampilan kognisi, seperti memori dan konsentrasi. Musik dapat menstimuli respon relaksasi, motivasi, imajinasi, dan memori.

Berdasarkan pernyataan diatas ada 4 aktivitas musik yang biasa dilakukan manusia antara lain bernyanyi, bermain musik, bergerak dan mendengarkan musik. Dimana dengan mendengarkan musik dapat menstimuli respon relaksasi, motivasi, imajinasi dan memori.

6. Manfaat Musik

1. Musik sebagai Hiburan

(35)

membantu menurunkan tingkat stres dan gelisah. Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik klasik adalah cara terbaik untuk membantu mengatasi depresi.

Sloboda (2001), menemukan bahwa musik berkaitan erat dengan perubahan suasana hati dan dapat menghasilkan ketenangan. Alasan yang paling sering digunakan seseorang untuk mendengarkan musik adalah kesenangan, maka rasa senang sebagai salah satu pengalaman emosi yang paling sering dialami dalam kaitannya dengan musik (Juslin & Laukka, 2004).

2. Musik dan Terapi Kesehatan

Muttaqin (2008) mengatakan bahwa musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Ketika seseorang mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di otaknya dapat diperlambat atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi stres seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat. Musik dan kesehatan memiliki kaitan erat, dan tidak diragukan bahwa dengan mendengarkan musik kesukaannya seseorang akan mampu terbawa ke dalam suasana hati yang baik dalam waktu singkat.

Pengalaman terapi musik adalah sesuatu yang kompleks meliputi kenyataan subjektif serta hubungan intra dan interpersonal yang multi-tahap antara klien, musik, dan terapis musik (Amir,1991). Haines (1989) banyak meneliti pengaruh terapi musik terhadap rasa harga diri pada remaja yang mengalami gangguan emosional.

3. Musik dan Kecerdasan

(36)

untuk meningkatkan intelegensia seseorang, yaitu Efek Mendengarkan Musik Mozart (Muttaqin, 2008).

Irvine, penelitian dari Universitas California, tentang ”Musik dan Kecerdasan”, menunjukan ada hubungan kausal antara musik dan aspek inteligensi. Selanjutnya penelitian menunjukkan bahwa musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan untuk segala aspek perkembangan secara koqnitif dan kecerdasan emosional (Roger Sperry, 1992).

4. Musik dan Kepribadian

Musik diyakini dapat meningkatkan motivasi seseorang. Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan suasana hati tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan.

Gallahue mengatakan bahwa kemampuan-kemampuan dalam mengkomunikasikan suatu emosi yang dirasakan oleh manusia dan secara tidak langsung ikut mempengaruhi kondisi psikologis yang dirasakan oleh individu yang mendengarkan musik makin dioptimalkan melalui stimulus dengan memperdengarkan musik. Selanjutnya DeNora (1997) dalam penelitiannya menunjukan bahwa musik merupakan sarana untuk menata dan meningkatkan kualitas diri baik pada aspek kognitif, emosi dan fisik.

Dengan demikian, mendengarkan musik dapat memberikan manfaat bagi individu seperti musik sebagai hiburan, terapi kesehatan, kecerdasan serta kepribadian.

7. Musik Pengiring Kerja

Suyatno (dalam Sunyoto, 2001) berpendapat bahwa musik pengiring kerja harus dipandu oleh pertimbangan sebagai berikut:

(37)

2. musik akan bernilai sekali pada pekerja tangan pada pekerjaan repetitif dan pekerjaan lain yang hanya memerlukan sedikit kegiatan mental.

3. musik tidak akan bernilai tinggi jika ada suara atau bunyi lain yang cukup keras. 4. musik bernada meriah diperdengarkan secara sinkat pada awal hari, permulaan kerja,

untuk membangkitkan gairah, diperdengarkan juga pada akhir hari, dan empat kali masing-masing selama setengah jam diperdengarkan musik ringan di tengah hari. 5. tempo musik jangan terlalu lambat (slow) tetapi juga jangan terlalu cepat. Irama yang

lambat bisa menidurkan sedang irama yang cepat bisa mengganggu dan menciptakan ketergesaan.

Dengan demikian musik mempunyai banyak manfaat terhadap individu. Penggunaan musik sebagai pengiring kerja dapat mempengaruhi motivasi karyawan, sehingga karyawan bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak banyak absen, dan kurang merasa lelah pada akhir kerja.

C. Pengaruh Musik Instrumental Terhadap Stres kerja Karyawan

(38)

Musik bermanfaat untuk memberikan rasa nyaman, menurunkan stres, kecemasan dan kegelisahan, melepaskan tekanan emosional yang dialami, meningkatkan kontrol diri dan perasaan berharga. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam terapi musik, seperti menyanyi, bermain musik, mendengarkan musik, menyaksikan video musik, menulis lagu atau aransemen musik, dan berdiskusi tentang musik (Lindberg, 1997).

Musik membantu orang-orang yang memiliki masalah emosional dalam mengeluarkan perasaan mereka, membuat perubahan positif dengan suasana hati, membantu memecahkan masalah, dan memperbaiki konflik. Metode yang digunakan dalam terapi musik adalah ; be rnyanyi, bermain musik, gerakan ritmis dan mendengarkan musik (Djohan, 2005).

Gallahue mengatakan bahwa kemampuan-kemampuan dalam mengkomunikasikan suatu emosi yang dirasakan oleh manusia dan secara tidak langsung ikut mempengaruhi kondisi psikologis yang dirasakan oleh individu yang mendengarkan musik makin dioptimalkan melalui stimulus dengan memperdengarkan musik. Selanjutnya DeNora (1997) dalam penelitiannya menunjukan bahwa musik merupakan sarana untuk menata dan meningkatkan kualitas diri baik pada aspek kognitif, emosi dan fisik.

Sloboda (2001), menemukan bahwa musik berkaitan erat dengan perubahan suasana hati dan dapat menghasilkan ketenangan. Alasan yang paling sering digunakan seseorang untuk mendengarkan musik adalah kesenangan, maka rasa senang sebagai salah satu pengalaman emosi yang paling sering dialami dalam kaitannya dengan musik (Juslin & Laukka, 2004).

(39)

Pada umumnya para karyawan bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak banyak absen, dan kurang merasa lelah pada akhir hari kerja (Sunyoto, 2001). Musik bernada meriah diperdengarkan secara singkat pada awal hari, permulaan kerja untuk membangkitkan gairah, dan diperdengarkan juga pada akhir hari. Pada umumnya jenis musik ringan yang dimainkan dengan instrumen saja (instrumentalia) dapat digunakan sebagai pengiring kerja (Sunyoto, 2001).

Dalam salah satu penelitian di College of Notre Dame, Belmont, California (Satiadarma, 1990) menggunakan stimulus suara (bunyi, musik) untuk mengetahui dampak suara terhadap kondisi stres dan rileks yang dialami seseorang. Hasil penelitian tersebut mengalami penurunan secara berarti (signifikan). Hasil penelitian ini menunjukkan betapa besar dan pentingnya peran stimulus suara dalam mempengaruhi ketegangan atau kondisi rileks pada diri seseorang. Selain itu, penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Regina dan Prabowo tahun 2007 mengenai tritmen meta music untuk menurunkan stres dengan metoda mendengarkan musik pada mahasiswa yang berusia 19-24 tahun, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang signifkian

terhadapa stres sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa meta musik dapat digunakan dalam menurunkan stres pada karyawan.

Dengan demikian berdasarkan keseluruhan hal diatas maka sangat penting memperhatikan penggunaan musik sebagai salah satu cara untuk meningkatkan motivasi kerja karyawannya. Dengan adanya penggunaan musik dalam lingkungan kerja maka diharapkan para karyawan akan bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak banyak absen, dan mengurangi kelelahan diakhir kerja serta mempunyai komitmen yang kuat terhadap organisasi.

(40)
(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, desain yang digunakan peneliti adalah Quasi Eksperimental Design. Adapun jenis yang digunakan adalah one group pretest-posttest design yaitu

eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Jadi, satu kelompok yang sama pada suatu ketika dijadikan grup eksperimen dan pada saat lain dijadikan grup kontrol. Desain ini menggunakan pretest yang diberikan sebelum perlakuan. Setelah diberi perlakuan diberikan posttest untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan telah menyebabkan perubahan. Dengan demikian besarnya efek dari eksperimen tersebut dapat diketahui.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel penelitian, yaitu: 1. Variabel bebas atau Independent Variabel

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah musik instrumental. 2. Variabel terikat atau Dependent Variabel

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah stres kerja.

B. Defenisi Operasional

(42)

a. Stres Kerja

Stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang berlebihan, melebihi kemampuan pekerja meliputi interaksi antara kondisi pekerjaan dengan sikap individu yang mengubah kondisi normal dan fungsi psikologis pekerja sehingga menyebabkan individu merasa sakit, tidak nyaman, maupun tegang karena pekerjaan atau tempat kerja.

Stres kerja akan diukur menggunakan skala stres kerja yang dirancang oleh peneliti berdasarkan tiga aspek stres kerja yang dikemukakan Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999) yaitu aspek fisik, aspek psikologis dan aspek perilaku.

Total skor yang diperoleh karyawan menggambarkan stres kerja karyawan. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek menunjukkan tingginya stres kerja karyawan dan sebaliknya total skor yang rendah mengindikasikan rendahnya stres kerja karyawan.

b. Musik Instrumental

Musik instrumental adalah suat berupa instrumental yang merupakan salinan sama persis dari lagu dalam album tersebut, tanpa adanya unsur vokal. Dalam penelitian ini musik instrumental yang digunakan adalah karya Safri Duo.

(43)

C. RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan yang digunakan adalah Quasi Eksperimental Design dengan jenis One-Group Pretest-Posttest Design, dimana jenis penelitian ini tidak menggunakan kelompok

kontrol. Shadish, Cook, & Campbell (2002) menyatakan bahwa pada One-Group Pretest-Posttest Design, Pretest dilakukan terhadap kelompok subjek penelitian, setelah itu diberikan

treatment, kemudian dilakukan posttest dengan pengukuran yang sama. Kelompok yang dikenai Pretest dan Posttest adalah kelompok yang sama (within subject design). Pretest dilakukan dengan memberikan skala stres kerja dan instruksi. Sedangkan treatment yang diberikan berupa pemberian musik instrumental yang telah ditentukan peneliti. Lalu, setelah 10 (sepuluh) hari diberikan posttest dengan memberikan skala stres kerja dengan instruksi yang sama dengan pada saat memberikan prettest. Dengan pertimbangan waktu bahwa 10 (sepuluh) hari merupakan waktu yang cukup untuk dapat melihat seberapa besar pengaruh treatment yang diberikan.

Kondisi sebelum eksperimen

Kondisi selama eksperimen

Kondisi setelah eksperimen

Bagan 2. Rancangan Penelitian

Pretest

Kelompok eksperimen (subjek penelitian)

Treatment

eksperimen Kelompok

(subjek penelitian)

Posttest

(44)

Rancangan ini dinyatakan dengan notasi sebagai berikut:

R : Rancangan eksperimen

X : Perlakuan yang diberikan, berupa pengecatan ulang ruang kerja

O1 : Pengukuran sebelum perlakuan dengan cara pemberian skala stres kerja O2 : Pengukuran setelah perlakuan dengan cara pemberian skala stres kerja

D. POPULASI PENELITIAN Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

1. Karakteristik Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan CV. Karya Mandiri Tebing Tinggi sebanyak 85 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 50 orang pekerja di bagian Sawnmill (pemotongan kayu) CV. Karya Mandiri Tebing Tinggi.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di CV. Karya Mandiri yang berada di Jl. Setia Budi Brohol No.90 Tebing Tinggi.

1. Populasi

Populasi yang dipakai dalam suatu penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2006). Menurut Hadi (2000) populasi merupakan objek, gejala atau kejadian yang diselidiki dari semua individu untuk siapa hasil yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan. Populasi dalam penelitian ini seluruh karyawan CV. Karya Mandiri Tebing Tinggi.

(45)

2. Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dikenakan langsung dalam penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Penelitian ini akan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive.

Adapun ciri-ciri sampel dalam penelitian ini adalah Individu yang bekerja di bagian atau di divisi yang sama yaitu bagian sawnmill. Sawnmill merupakan bagian pemotongan kayu yang terdiri dari operator dan anggota. Dengan alasan untuk mendapatkan sampel yang memiliki beban kerja dan gaji yang sama.

E. INSTRUMEN DAN ALAT UKUR PENELITIAN

1. Instrumen Penelitian

a. Album musik instrumental serta semua perlengkapan yang mendukung seperti DVD player , loudspeaker, dll

b. Informed consent

Lembar ini berisi penjelasan mengenai waktu, tujuan, tata cara yang ditujukan kepada subjek. Dalam lembar ini peneliti juga meminta kesedian subjek untuk berpartisipasi. c. Lembar skala stres kerja dan alat tulis.

d. Reward untuk subjek penelitian

2. Alat Ukur Penelitian

(46)

1. Skala stres kerja

Skala stres kerja berisi aitem yang bertujuan untuk mengukur stres kerja karyawan. Skala stres kerja yang dirancang oleh peneliti berdasarkan tiga aspek stres kerja yang dikemukakan Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999), yaitu aspek fisik, aspek psikologis dan aspek perilaku.

Respon jawaban dalam skala penelitian menggunakan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Penyajian skala dibuat dalam bentuk pernyataan mendukung. Atribut nilai dari stres kerja bergerak dari 0 sampai 3. Bobot pernyataan mendukung yaitu, SS = 3, S = 2, TS = 1, STS = 0. Skala disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung (favourable) atau tidak mendukung (unfavourable).

Tabel 1. Cetak Biru Stres Kerja Karyawan Sebelum Uji Coba

(47)

2 Psikologis a. Kecemasan, ketegangan 58, 12, 2

g. Menurunnya intelektual 43,51,63, 3 h. Hilang daya konsentrasi 39,85 25, 3

(48)

f. Tidak berminat berhubungan dengan orang lain

32,34,46,57 20,79, 6

Jumlah 85

F. UJI VALIDITAS, UJI DAYA BEDA AITEM DAN REABILITAS ALAT UKUR

Uji coba alat ukur dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan menunjukkan kecermatan pengukuran (Azwar, 2000). Uji coba dilaksanakan kepada responden yang menyerupai karakteristik subjek penelitian. Jawaban diskor kemudian dihitung reliabilitasnya menggunakan koefisien alpha yang diperoleh melalui analisis data dengan menggunakan SPSS version 17.0 for windows. Aitem-aitem yang reliable akan digunakan mengukur stres kerja.

1. Validitas Alat Ukur

(49)

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan dalam penelitian ini untuk melihat sejauhmana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar,2000). Pengujian daya beda aitem dalam penelitian ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Product Moment (Azwar,2000). Besarnya koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0 sampai dengan 1.00 dan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi aitem maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1.00 (Azwar,2006). Batasan nilai indeks daya beda aitem (riX) dalam penelitian ini adalah 0.3 sehingga setiap aitem yang memiliki nilai riX ≥ 0.3 saja yang akan digunakan dalam pengambilan data yang sebenarnya.

3. Reliabilitas Alat Ukur

Pengujian reliabilitas terhadap hasil ukur dilakukan bila aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasi menjadi satu. Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Uji reabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s Alpha Coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali tes pengenaan

(50)

mendekati angka 1 maka akan semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, apabila semakin mendekati angka 0 maka semakin rendah reliabilitasnya.

G. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Uji coba dilakukan pada tanggal 25 April 2011. Uji coba dilakukan pada beberapa karyawan di salah satu CV. X di kota Tebing Tinggi yang bergerak di bidang racipan kayu juga. Skala yang disebarkan sebanyak 60 skala. Untuk melihat daya beda aitem dilakukan analisis uji coba. Peneliti membandingkan nilai corrected item total correlation yang diperoleh dengan menggunakan koefisien korelasi product moment dengan interval kepercayaan 95% yang mempunyai harga kritis 0.3. Peneliti memakai kriteria pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi sebesar 0.3 karena menurut Azwar (2000) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.3 daya pembedanya dianggap memuaskan.

1. Hasil Uji Coba Skala Stres Kerja

Hasil uji coba skala stres kerja menghasilkan 57 aitem yang diterima dari 85 aitem yang diujicobakan. Korelasi antara skor aitem dan skor total pada aitem yang valid bergerak dari 0.308 s/d 0.585. Setelah dilakukan pengujian daya beda aitem, kemudian dilakukan perhitungan reliabilitas pada aitem-aitem yang valid. Hasil perhitungan reliabilitas skala stres kerja diperoleh nilai α = 0.939. Distribusi aitem yang diterima dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Stres Kerja Setelah Uji Coba

(51)

c. Ketegangan otot 37,48, 16, 3

g. Menurunnya intelektual 43,63, 2

h. Hilang daya konsentrasi 39,85 25, 3

3 Perilaku a. Menunda, menghindari pekerjaan

(52)

b. Menurunnya performansi

Sebelum skala stres kerja ini digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu 57 aitem utama yang telah memenuhi daya beda dan reliabilitas disusun kembali yang akan digunakan dalam penelitian dan penyebaran aitemnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Blue print skala stres kerja yang akan digunakan dalam penelitian

(53)

f. Gangguan pernafasan 16,49, 35, 3

g. Menurunnya intelektual 30,42, 2

h. Hilang daya konsentrasi 29,57 21, 3

(54)

e. Kualitas hubungan dengan keluarga menurun

54, 1

f. Tidak berminat berhubungan dengan orang lain

33,39 52, 3

Jumlah 57

H. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti memiliki langkah-langkah yang dilakukan, yaitu: a. Pembuatan alat ukur

1) Membuat alat ukur yang terdiri dari skala stres kerja karyawan.

2) Untuk skala stres kerja karyawan terdiri dari 57 aitem.Respon jawaban dalam skala penelitian menggunakan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Penyajian skala dibuat dalam bentuk pernyataan mendukung. Atribut nilai dari stres kerja bergerak dari 0 sampai 3. Bobot pernyataan mendukung yaitu, SS = 3, S = 2, TS = 1, STS = 0. Skala disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung (favourable) atau tidak mendukung (unfavourable).

(55)

b. Mencari informasi

Pada tahap ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengurus surat izin dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara untuk melakukan pengambilan data di Perusahaan X.

2) Mencari informasi tentang perusahaan atau instansi yang akan dijadikan tempat pengambilan data saat peneliti mengadakan penelitian. Peneliti mendatangi perusahaan X dan meminta izin dengan membawa surat keterangan dari Fakultas Psikologi untuk mengadakan penelitian di perusahaan tersebut. Pada saat mendatangi perusahaan tersebut peneliti juga meminta informasi dari perusahaan mengenai jumlah karyawan yang akan dijadikan populasi penelitian.

c. Uji Coba Alat Ukur

Pada tahap ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya, maka peneliti melakukan uji coba alat ukur yang sudah disusun, uji coba ini tidak di perusahaan tempat penelitian.

2) Pada tahap uji coba alat ukur ini, peneliti membagikan alat ukur kepada karyawan dari perusahaan mana saja tetapi sesuai dengan karakteristik populasi penelitian.

d. Revisi Alat Ukur

(56)

1) Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, peneliti menguji reliabilitas skala stres kerja karyawan dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS versi 17 for windows.

2) Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, peneliti mengambil aitem-aitem tersebut untuk dijadikan skala stres kerja karyawan. Skala inilah yang digunakan peneliti dalam mengambil data untuk penelitian.

e. Konfirmasi kesediaan subjek mengikuti penelitian.

Peneliti menanyakan kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah peneliti melakukan uji coba, merevisi alat ukur dan telah mendapatkan sampel, maka selanjutnya peneliti akan melakukan pengambilan data dengan dua kali pengambilan data. Pengukuran pertama karyawan bekerja seperti biasanya tanpa mendengarkan musik, lalu diukur dengan memberikan skala stres kerja. Pengukuran kedua, selama 10 (sepuluh) hari karyawan bekerja dengan diberikan musik pada pagi hari, siang hari sewaktu istirahat dan diakhir kerja. Lalu diukur dengan memberikan skala stres kerja.

3. Tahap Pengolahan Data

(57)

I. Metode Analisa Data

Data yang telah diperoleh pada penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan metode statistik. Pertimbangan menggunakan analisa statistik pada penelitian ini menurut Hadi (2000) adalah disebabkan karena:

a. Statistik bekerja dengan angka-angka b. Statistik bersifat objektif

c. Statistik bersifat universal yang berarti dapat digunakan dalam seluruh bidang penelitian.

Metode analisa data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t (t-test). Jika t hitung > t tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima atau Jika t hitung < t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS for Windows versi 17.0. Penggunaan uji

Kolmogorov-Smirnov ini dikarenakan teknik ini dapat digunakan untuk semua ukuran

sampel. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p > 0,05.

2. Uji Homogenitas

(58)

terhadap ketidaknormalan data. Penghitungan uji homogenitas dalam peneliian ini menggunakan Program SPSS versi 17.0 for windows.

3.Uji hipotesis

(59)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 50 orang karyawan CV. Karya Mandiri. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama bekerja.

a. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Gambaran jenis kelamin subjek dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Pria 50 100

Wanita 0 0

Jumlah 50 100

Pada tabel 4 terlihat bahwa subjek dalam penelitian ini semuanya berjenis kelamin pria.

b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Pembagian usia tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia (tahun) N Persentase %

Muda (15-24) 14 28

Prima (25-54) 36 72

Senior >55 0 0

(60)

Tabel 5 menunjukkan bahwa subjek penelitian yang berusia muda (15-24) tahun berjumlah 14 orang (28 %), yang berusia prima (25-54) tahun berjumlah 36 orang (72 %), yang berusia senior >55 tidak ada (0 %). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek berusia prima.

c. Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Bekerja

Gambaran lama bekerja subjek berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Handoko (1992) dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja N %

0-1 thn (baru) 19 38

1-3thn (sedang) 20 40

>3thn (lama) 11 22

Jumlah 50 100 %

Tabel 6 menunjukkan bahwa subjek penelitian yang lama bekerjanya 0-1 tahun berjumlah 19 orang (38%), yang lama bekerjanya 1-3tahun berjumlah 20 orang (40%) dan yang lama bekerjanya >3 tahun berjumlah 11 orang (22%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek lama bekerjanya berada dalam kategori sedang.

2. Hasil Penelitian

a. Hasil Uji Asumsi

(61)

Uji Normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian setiap variabel telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan metode statistik Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 7. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pretest posttest

N 50 50

Normal Parametersa Mean 172.00 156.00 Std. Deviation 8.214 6.433 Most Extreme

Differences

Absolute .065 .102

Positive .065 .102

Negative -.057 -.080

Kolmogorov-Smirnov Z .460 .720

Asymp. Sig. (2-tailed) .984 .678

a. Test distribution is Normal. b. Calculate from data

Berdasarkan data pada tabel 7 dapat dilihat nilai probabilitas skor stres kerja pada saat pretest adalah p = 0.984 dan pada saat posttest adalah p = 0.678 ; dengan p > 0.05, maka dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh telah terdistribusi secara normal. Data yang terdistribusi secara normal berarti memiliki sebaran yang normal.

2) Uji Homogenitas

Gambar

TABEL
Tabel 1. Cetak Biru Stres Kerja Karyawan Sebelum Uji Coba
Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Stres Kerja Setelah Uji Coba
Tabel 3. Blue print skala stres kerja yang akan digunakan dalam penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Verifier 3.5.1. Ketersedian prosedur pengelolaan flora yang dilindungi mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Sedang Prosedur Pengelolaan flora dilindungi yang

Secara tradisional, jamur untuk starter pembuatan tempe biasanya diambil dari daun pisang bekas pembungkus tempe pada waktu pembuatan, atau daun aru atau jati yang

Sebaliknya, penggunaan yang tidak benar adalah yang paling sering jenis ketidakpatuhan pada pasien yang lebih tua dari 65 tahun dengan polifarmasi (menggunakan 2 obat atau lebih)

Sebagai konsep, active learning adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subyek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul

Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar matematika siswa dengan cara memberikan soal tes yang sama pada kedua

Al-Sib ā ’ ī , meskipun di satu sisi menyatakan bahwa Islam memberikan hak-hak yang sama kepada wanita dan pria di bidang politik, namun di sisi lain beliau menolak dengan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada variabel gaya hidup maka dapat diketahui berpengaruh terhadap minat beli pada Shopee di Kota Padang dengan nilai regresi

Di Indonesia, kewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja telah diatur dalam undang-undang dan peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), yang