• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI NILAI KERUGIAN MASYARAKAT

AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH

DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI

(Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer,

Kabupaten Bogor)

SHEANIE TYAS AHMEER

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 19 Juni 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

SHEANIE TYAS AHMEER. Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI.

Aktivitas ekonomi seperti aktivitas industri dapat menurunkan tingkat kualitas lingkungan. Studi tentang estimasi kerugian ekonomi masyarakat dan dana kompensasi (WTA) akibat pencemaran dari kegiatan industri dibutuhkan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kerugian masyarakat akibat kegiatan industri, memperkirakan kerugian masyarakat, mengetahui nilai WTA masyarakat, dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA. Untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif, valuasi ekonomi lingkungan, dan penerapan Contingent Valuation Methods (CVM). Hasil menunjukkan bahwa kerugian ekonomi setiap rumahtangga adalah Rp 125.716,67/bulan dan rata-rata nilai dari WTA rumahtangga Rp 497.674,42/bulan. Ada tujuh faktor yang mempengaruhi nilai WTA seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, biaya pengganti air bersih, pendidikan, jarak tempat tinggal dari industri, dan biaya kesehatan.

Kata kunci: CVM, estimasi, industri keramik, kerugian ekonomi, Wllingness to Accept (WTA)

ABSTRACT

SHEANIE TYAS AHMEER. Value Estimation of Public Loss Caused by Ground Water Pollution in Industry Area (Case of Study Ceramic Industry in Nanggewer

– Bogor). Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI.

One of the activities of economy, like an industrial activity may reduce the level of environmental quality. The study of the estimation of both external cost and public compensation (WTA), the effects toward environment caused by industrial activities is needed to achieve sustainable development. The objectives of this study are to identify the negative externality effect of the industry activity, to estimate economic losses and WTA value caused by industrial activities, and to identify the factors that influence WTA value. This paper presents explores the descriptive analysis, valuation of environmental economics, and application of Contingent Valuation Methods (CVM). The result shows that the economic loss of each household per month is IDR 125,716.67 and the average values of household’s WTA per month is IDR 497,674.42. There are seven factors those influence WTA value significantly such as age, gender, income, economic loss caused by replacement cost, education level, the distance between houses and industry area, and economic loss caused by medical cost.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ESTIMASI NILAI KERUGIAN MASYARAKAT

AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH

DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI

(Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer,

Kabupaten Bogor)

SHEANIE TYAS AHMEER

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor)

Nama : Sheanie Tyas Ahmeer

NIM : H44100087

Disetujui oleh

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah pencemaran, dengan judul Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer – Kabupaten Bogor). Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Skripsi ini dilatarbelakangi oleh penurunan kualitas air tanah masyarakat Kelurahan Nanggewer akibat kegiatan industri keramik. Penelitian ini mengestimasi besar kerugian yang diterima oleh masyarakat akibat penurunan kualitas air. Masyarakat merasakan eksternalitas negatif atas pencemaran ini sehingga perlu dilakukan analisis Willingness to Accept (WTA) dengan menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) untuk mengetahui nilai kompensasi yang diinginkan masyarakat serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besar keinginan menerima kompensasi dari masyarakat.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : Ayah (Kiki Dasuki), Ibu (Juariah), dan Adik (Jenery Regina Ahmeer) atas segala motivasi, perhatian, serta limpahan doa yang tak pernah putus; Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah banyak memberi ilmu dan arahan serta Bapak Ir. Nindyantoro, M.SP dan Ibu Hastuti, Sp, MP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan; Bapak Amir selaku Ketua RT, para responden RT 02 RW 05, Kantor Kelurahan Nanggewer, dan BLH Kabupaten Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data; Faisal Tanjung atas segala bentuk bantuan, doa, dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; para sahabat (Puteri, Yuri, Eja, Ira, Dhana, Idoth), teman-teman satu bimbingan (Amal, Chadefi, Andreas, Naya, Dessy, Ayu, Frisca) dan semua teman-teman ESL 47 atas kebersamaan, bantuan, motivasi, saran dan kritik, selama menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa yang akan datang.

Bogor, 19 Juni 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Keramik ... 9

2.2 Air Tanah ... 10

2.3 Pencemaran Air ... 10

2.4 Eksternalitas ... 12

2.5 Penelitian Terdahulu ... 14

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Averting Behaviour Methods (ABM) ... 18

3.1.2 Cost of Illness ... 19

3.1.3 Willingness to Accept (WTA) ... 20

3.1.4 Model Regresi Linier Berganda ... 22

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

IV. METODE PENELITIAN ... 26

4.1 Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.2 Metode Pemilihan Responden ... 27

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 27

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 28

4.4.1 Identifikasi Eksternalitas Negatif yang Timbul Akibat Aktivitas Industri Keramik ... 28

4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah ... 29

4.4.3 Analisis Willingness to Accept (WTA) ... 30

(13)

4.4.5 Pengujian Parameter Regresi ... 34

V. GAMBARAN UMUM ... 37

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

5.2 Kondisi Responden Sekitar Kawasan Industri Keramik ... 38

5.2.1 Jenis Kelamin ... 38

5.2.2 Usia ... 39

5.2.3 Pendidikan ... 39

5.2.4 Pekerjaan ... 40

5.2.5 Tingkat Pendapatan ... 40

5.2.6 Jumlah Tanggungan ... 41

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

6.1 Identifikasi Eksternalitas Negatif yang Timbul Akibat Aktivitas Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer ... 42

6.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah ... 45

6.2.1 Biaya Pengganti Air Bersih ... 46

6.2.2 Biaya Berobat ... 47

6.2.3 Rata-rata Kerugian Akibat Pencemaran Oleh Industri ... 48

6.3 Analisis Willingness to Accept (WTA)... 49

6.3.1 Analisis Kesediaan Responden Menerima Kompensasi ... 49

6.3.2 Analisis Estimasi Nilai Dana Kompensasi (Willingness to Accept) .. 50

6.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTA ... 53

6.5 Implikasi dan Rekomendasi ... 57

VII. SIMPULAN DAN SARAN... 60

7.1 Simpulan ... 60

7.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(14)

DAFTAR TABEL

No.

1 Jumlah penduduk di Kabupaten dan Kota Bogor, serta Provinsi Jawa

Barat ... 2

2 Hasil uji laboratorium kualitas air sumur warga ... 6

3 Penelitian terdahulu ... 17

4 Matriks metode analisis ... 28

5 Indikator pengukuran WTA ... 34

6 Eksternalitas negatif yang dirasakan responden ... 44

7 Sumber air bersih responden ... 46

8 Biaya pengganti air bersih ... 47

9 Biaya kesehatan yang dikeluarkan responden ... 48

10 Kerugian masyarakat akibat aktivitas industri ... 48

11 Distribusi nilai WTA responden ... 51

12 Faktor-faktor yang mempengaruhi WTA responden ... 55

DAFTAR GAMBAR

No. 1 Kurva eksternalitas negatif ... 14

2 Diagram alur kerangka berpikir ... 25

3 Lokasi penelitian ... 26

4 Lokasi pengambilan sampel ... 26

5 Peta Kelurahan Nanggewer ... 37

6 Jenis kelamin responden ... 38

7 Usia responden ... 39

8 Pendidikan responden ... 40

9 Pekerjaan responden ... 40

10 Pendapatan responden ... 41

11 Jumlah tanggungan responden ... 41

12 Kualitas air tanah responden ... 44

13 Kesediaan menerima WTA responden ... 49

14 Alokasi dana kompensasi responden ... 50

15 Dugaan kurva penawaran WTA ... 52 Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

1 Indeks produksi industri besar dan sedang tahun 2006-2011 ... 65

2 Hasil model regresi linier berganda ... 66

3 Uji normalitas ... 69

4 Uji heteroskedastisitas ... 70

5 Uji autokolerasi ... 70

6 Uji multikolinearitas ... 71

7 Kuisioner penelitian ... 72

8 Indikator pengukuran kualitas air tanah ... 76

(16)
(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan yang ada di bumi. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan jumlah kebutuhan air

baku bagi rumah tangga, permukiman, pertanian maupun industri semakin meningkat.

Walaupun luas perairan bumi lebih besar dibandingkan luas daratan, tetapi tidak semua air yang ada bisa dimanfaatkan. Oleh karena itu persediaan air bersih yang terbatas dapat menimbulkan masalah yang cukup serius. Salah satu air yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari contohnya adalah air tanah.

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah (UU No. 7/2004). Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri.

Air menjadi masalah yang perlu diperhatikan dengan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai standar tertentu menjadi barang yang mahal dan langka karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, salah satunya adalah kegiatan industri. Kerusakan sumberdaya air tidak dapat dipisahkan dari kerusakan di sekitarnya seperti kerusakan lahan, vegetasi dan tekanan penduduk. Ketiga hal itu saling berkaitan dalam mempengaruhi ketersediaan sumber air.

Industri yang membuang limbahnya tentu saja perlu dicermati agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan di kawasan sekitarnya, contohnya seperti kerusakan air tanah. Contoh faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan pada air tanah adalah pertumbuhan industri yang pesat di suatu kawasan dan juga peningkatan jumlah penduduk.

(18)

2

barang dan jasa juga semakin meningkat. Peningkatan penduduk tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah penduduk di Kabupaten dan Kota Bogor, serta Provinsi Jawa Barat

Tahun Kabupaten Bogor Kota Bogor Provinsi Jawa Barat

2004 3.797.875 907.614 38.610.875

2005 3.835.563 898.492 38.965.440

2006 3.903.650 931.092 39.648.623

2007 3.971.128 964.434 40.329.051

2008 4.029.263 996.371 40.918.290

2009 4.086.428 1.028.907 41.501.564

2010 4.771.932 950.334 43.053.732

2011 4.857.612 967.398 43.826.775

2012 4.989.939 987.448 44.548.431

Sumber: BPS (2013)

Peningkatan penduduk dari tahun ke tahun menyebabkan industri-industri yang ada semakin meningkatkan hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 1 yang menunjukanan indeks produksi industri di Indonesia dari tahun 2006-2011 yang semakin meningkat pula dan bertambahnya jumlah industri terutama di Kabupaten Bogor dari tahun 2011 sebanyak 933 industri meningkat pada tahun 2012 menjadi 1003 industri (BPS Kabupaten Bogor 2013).

Kegiatan industri-industri tersebut tentu saja menimbulkan eksternalitas. Eksternalitas adalah sebagai suatu keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar dimana kegiatan tersebut menimbulkan manfaat dan/atau biaya bagi pihak diluar pelaksana kegiatan tersebut. Eksternalitas dibagi menjadi dua berdasarkan dampaknya yaitu eksternalitas positif dan negatif (Mangkoesoebroto 1997).

(19)

3 Adanya industri tidak hanya menimbulkan eksternalitas positif tetapi juga menimbulkan eksternalitas negatif. Jika berdasarkan interaksi antar agen ekonomi pada (Hartwick dan Olewiler 1998 dalam Fauzi 2006), kasus ini termasuk dalam producer to consumer externality, yaitu kondisi dimana jika aktivitas suatu produsen mengakibatkan perubahan/pergeseran fungsi utilitas rumah tangga (konsumen).

Dalam sektor industri, pengendalian lingkungan akibat limbah industri merupakan salah satu masalah yang perlu ditanggulangi bagi setiap negara berkembang yang akan masuk ke era industrialisasi. Limbah adalah konsekuensi logis dari setiap pendirian suatu industri (pabrik) walaupun tidak semua industri menghasilkan limbah. Bila limbah yang mengandung senyawa kimia tertentu sebagai bahan berbahaya dan beracun dengan konsentrasi tertentu dilepas ke lingkungan maka hal itu akan mengakibatkan pencemaran, baik di sungai, tanah maupun udara (Kristanto 2004).

Menurut Asian Development Bank (2013), pencemaran air di Indonesia berpotensi menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun atau 2,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara. Perekonomian Indonesia pun mengalami dampak kerugian akibat pencemaran air yang mencakup biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya waktu produktif, citra buruk pariwisata, dan tingginya angka kematian bayi1.

Salah satu contoh pencemaran air yang banyak terjadi di Indonesia adalah pencemaran air sungai. Berdasarkan hasil pemantauan dari Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2014, terdapat 75% sungai tercemar berat, 35% sungai yang tercemar sedang dan 3% tercemar ringan. Pencemaran sungai ini sangat erat kaitannya dengan perilaku hidup masyarakat. Tetapi, tidak hanya masyarakat, perilaku sektor industri juga berperan dalam pencemaran sungai.

Terdapat 411 titik pantau yang berada di 52 sungai strategis nasional di Indonesia. Kriteria sungai yang dipantau dan masuk strategis nasional adalah sungai lintas provinsi dan batas negara, sungai prioritas Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk diperbaiki, serta sungai prioritas yang ditetapkan menteri

1

(20)

4

pekerjaan umum untuk diperbaiki. Jumlah titik pantau sungai tercemar berat tertinggi ada di Jawa, yaitu sebanyak 94 titik1.

Salah satu sungai yang paling tercemar di Jawa Barat adalah Sungai Ciliwung dan Sungai Citarum. Sungai Citarum yang menyediakan 80% dari permukaan air untuk peternakan Jakarta dan mengairi daerah yang memasok 5% beras di Indonesia ini merupakan salah satu sungai yang paling tercemar akibat limbah industri berbahaya. Pabrik tekstil di Bandung dan Cimahi diketahui sebagai penyumbang utama pencemaran air Sungai Citarum. Selain Sungai Citarum dan Sungai Ciliwung, sungai-sungai di Kalimantan pun diduga sebagai tempat yang rentan pencemaran. Pencemaran di sungai-sungai tersebut terjadi akibat adanya aktivitas pertambangan. Sehingga air sungai di Kalimantan rentan tercemar dengan merkuri2.

Di Indonesia sendiri selain air sungai yang masih bersih, sudah jarang pula saluran air yang keadaannya masih sangat terjaga. Kondisi saluran air yang kurang baik pun terjadi di daerah Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor. Kondisi saluran air yang tidak baik ini disebabkan karena saluran air yang ada disana merupakan tempat buangan akhir limbah cair industri keramik. Industri keramik ini dalam aktivitas produksinya membuang limbah-limbah cair tersebut tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu sehingga menimbulkan pencemaran. Pencemaran terjadi dari saluran air yang digunakan untuk membuang limbah ke sumur-sumur air tanah warga sekitar. Padahal air tanah merupakan sumber daya alam yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup orang banyak yang perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi manusia serta mahkluk hidup lainnya. Akibat limbah yang dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu, mengakibatkan kualitas air sumur warga tidak sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan, sebagian besar masyarakat yang tinggal dan beraktivitaas di Kelurahan Nanggewer adalah sebagai konsumen yang terkena ekternalitas negatif. Akibat eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari pencemaran air tersebut masyarakat harus menanggung sejumlah kerugian, tidak hanya kerugian ekonomi namun juga kerugian sosial dan lingkungan.

2

(21)

5

1.2 Perumusan Masalah

Konflik antara masyarakat dengan pemilik kegiatan atau usaha semakin meningkat, terlihat dari pemberitaan mass media. Konflik lingkungan antara masyarakat dengan pengusaha, mendorong keduanya bahwa masing-masing mempunyai hak atas lingkungannya.

Ginting (2007) menyebutkan contoh perusahaan yang menyebabkan kerusakan berupa dampak biogeofisik kimia terhadap lingkungan adalah PT. Freeport di Irian Jaya. Menurut auditor, tailing yang merupakan buangan sisa produksi telah mengakibatkan sungai tempat menerima limbah telah berubah menjadi bersifat asam dan mengandung kandungan tembaga 500 mg/l. Selain itu juga menyebabkan kerusakan hutan seluas 30 km². Perubahan biogeofisik kimia yang ditimbulkan adalah; perubahan kualitas lingkungan, terancamnya kehidupan biota-biota dalam badan penerima, adanya satu atau lebih bahan pencemar yang melebihi nilai ambang batas, terganggunya penggunaaan air, terjadinya pencemaran tanah, gangguan kebisingan, dan perubahan kualitas udara.

Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bogor yang berada di sekitar kawasan Industri. PT. Sutra Kabel Intimandiri, PT. Dinar Makmur, PT. Bintang Kharisma, PT. Upati, PT. Sri Intan Toki, dan PT. Asaita Mandiri Agung merupakan beberapa industri yang terdapat di sekitar kelurahan Nanggewer (Purnama 2012). Pada kasus pencemaran ini masyarakat sekitar lebih berpandangan bahwa PT. Sri Intan Toki (industri keramik) adalah industri yang menyebabkan terjadinya pencemaran pada air tanah di kawasan tempat tinggal masyarakat. Menurut masyarakat sekitar, pencemaran air tanah yang terjadi di Kelurahan Nanggewer disebabkan karena industri keramik tersebut membuang limbahnya ke saluran air warga tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu.

(22)

6

Tabel 2 Hasil uji laboratorium kualitas air sumur warga

No. Parameter Satuan DL Hasil

Sampel BM*)

I FISIKA

1 Kekeruhan NTU 0,10 13,20 5,00

2 Padatan Terlarut (TDS) mg/L 10,00 106,00 1000

II KIMIA

1 Besi (Fe) mg/L 0,050 0,109 1

2 Kesadahan Total mgCaCO3/L 8,00 112,11 500

3 pH - - 7,53 6,5-8,5

4 Sianida (CN) mg/L 0,001 0,023 0,1

5 Detergen mg/L 0,010 0,019 0,5

6 Zat Organik (KMNO4) mgKMNO4/L 2,53 13,90 10

III BIOLOGI

1 Fecal Coli MPN/100ml 0 24 0

Sumber : Data diolah Laboratorium Proling, IPB (2014)

Keterangan :

DL : Deteksi Limit

BM*) : Baku Mutu Didasarkan kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 (Lampiran II, Persyaratan Kualitas Air Bersih)

Hasil analisis kualitas limbah cair pada Tabel 2 menunjukkan adanya beberapa parameter yang melebihi batas baku yang telah ditetapkan. Parameter tersebut adalah kekeruhan dengan angka 13,20 NTU, zat organik 13,90 mgKMNO4/L dan fecal coli dengan angka 24 MPN/100ml. Hasil yang telah didapat mengindikasikan bahwa kualitas limbah air sumur warga dalam keadaan kurang baik. Air sumur warga juga tidak layak dikonsumsi karena tidak sesuai sesuai dengan Kepmen kesehatan no 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air minum.

(23)

7 merasakan dampak negatif akibat pencemaran limbah yang dibuang ke saluran air. Berdasarkan permasalahan diatas muncul beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat akibat

pencemaran air tanah di Kelurahan Nanggewer?

2. Berapa estimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat pencemaran air tanah di Kelurahan Nanggewer?

3. Berapa besar estimasi nilai kompensasi yang bersedia diterima masyarakat (WTA) atas pencemaran air tanah akibat aktivitas industri?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya Willingness to Accept (WTA) masyarakat di sekitar Kelurahan Nanggewer akibat pencemaan limbah industri?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk menghitung seberapa besar eksternalitas negatif yang diterima masyarakat akibat pencemaran air tanah di Kelurahan Nanggewer, sedangkan tujuan secara spesifik dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi eksternalitas negatif bagi masyarakat akibat pencemaran air tanah di Kelurahan Nanggewer

2. Mengetahui estimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat pencemaran air tanah di Kelurahan Nanggewer

3. Mengetahui berapa besar estimasi nilai kompensasi yang bersedia diterima masyarakat (WTA) atas pencemaran air tanah akibat aktivitas industri

4. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya Willingness to Accept masyarakat di sekitar Kelurahan Nanggewer akibat pencemaan limbah industri

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan dapat bermanfaat dalam bebagai hal, antara lain;

(24)

8

penelitian, serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya menjaga lingkungan yang ada agar teus bisa dimanfaatkan tanpa mengurangi kualitasnya

2. Bagi industri keramik: dapat menjadi referensi dalam menentukan nilai dana kompensasi bagi masyarakat dan dapat menjadi perhatian serius agar melakukan aktivitas industri yang lebih ramah lingkungan serta di masa mendatang dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah cair,

3. Bagi Pemerintah Kabupaten Bogor: dapat membuat kebijakan lingkungan untuk mengurangi eksternalitas negatif dari pencemaran air akibat pembuang limbah yang tidak sesuai dengan ketentuan. .

4. Bagi Masyarakat di Kelurahan Nanggewer: tidak kehilangan pendapatan akibat pencemaran air, seperti mengeluarkan biaya untuk pembelian air bersih, mengeluarkan biaya ke puskesmas, membeli obat, dan sebagainya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dan batasan-batasan dalam penelitian yang dilakukan yaitu; 1. Wilayah penelitian dilakukan pada pemukiman penduduk RT 02 RW 05

Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor dikarenakan pada wilayah ini eksternalitas negatif dari industri keramik cukup besar karena RT 02 ini merupakan pemukiman yang paling dekat jaraknya dengan industri keramik tersebut.

2. Objek penelitian adalah penduduk yang mengeluarkan biaya tambahan akibat pencemaran air tanah oleh limbah industri

(25)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keramik

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun 2008 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri keramik menjelaskan bahwa industri keramik adalah usaha dan/atau kegiatan yang melakukan proses pengolahan bahan baku berupa bahan tambang yang mengandung oksida non logam seperti kaolin, fielsdspar, pasir silika, dan tanah liat melalui proses pembakaran pada suhu kurang lebih 13000 ºC.

Salah satu industri keramik yang berada di Kelurahan Nanggewer yaitu PT. Sri Intan Toki yang merupakan industri yang berproduksi spesifik di bidang usaha alat-alat makan dan minum yang berbahan keramik. Produk yang dihasilkannya antara lain adalah: ceramics, ceramics decorative, coffee set, dinner set, mug, tableware, dan tea set.

Keramik adalah semua benda-benda yang terbuat dari tanah liat/lempung yang mengalami suatu proses pengerasan dengan pembakaran suhu tinggi.

Pengertian keramik yang lebih luas dan umum adalah “Bahan yang dibakar tinggi”

termasuk didalamnya semen, gips, metal dan lainnya. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat (Yusuf 1998).

Bahan keramik sendiri terdiri dari fasa yang kompleks yang merupakan senyawa unsur metal dan non metal. Keramik memiliki sifat-sifat antara lain mudah pecah dan getas. Kekuatan dan ikatan keramik menyebabkan tingginya titik lebur, tahan korosi, rendahnya konduktivitas termal, dan tingginya kekuatan kompresif dari material tersebut. Secara umum keramik mempunyai senyawa-senyawa kimia antara lain: SiO2, Al2O3, CaO, Na2O, TiC, UO2, PbS, dan MgSiO3. Pada dasarnya bahan bakar keramik terdiri dari bahan plastis, bahan pelebur, bahan penghilang lemak, bahan tahan panas, dan bahan pencampur (Sembiring, 2010).

(26)

10

adalah: barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga dan untuk industri. Sedangkan keramik halus (fine ceramics) adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam atau logam. Penggunaannya biasanya untuk elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang medis (Joelianingsih 2004).

2.2 Air Tanah

Ada banyak pengertian atau definisi mengenai air tanah. Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU No. 7/2004) mendefinisikan air tanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

Jumlah air tawar yang terbesar, menurut catatan yang ada, tersimpan di dalam perut bumi, yang dikenal sebagai air tanah. Berdasarkan perkiraan jumlah air di bumi dijelaskan bahwa jumlah air tanah yang ada di bumi ini jauh lebih besar dibanding jumlah air permukaan (98% dari semua air di daratan tersembunyi di bawah permukaan tanah dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran) (Chow 1978).

Air tanah mempunyai 3 fungsi bagi manusia yaitu; sebagai sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia, bagian dari hidrologi dalam tanah yang mempengaruhi keseimbangan siklus hidrologi global, dan sebagai anggota/agen dari geologi. Sedangkan ada dua sumber air tanah yaitu air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam formasi batuan yang akhirnya mencapai muka air tanah dan air dari aliran air permukaan seperti sungai, danau, dan reservoir yang meresap melalui tanah ke dalam lajur jenuh (Badan Geologi 2013).

2.3 Pencemaran Air

(27)

11 Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal 1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi tiga aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat.

Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran yang disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi pemerintah tetap harus menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat dilihat berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu. Pengertian tingkat tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas antara tingkat tak-cemar (tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat cemar (kualitas air yang telah sampai ke batas atau melewati batas) (Achmadi 2001).

Terdapat standar baku mutu tertentu untuk peruntukan air. Sebagai contoh adalah pada UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3 terkandung makna bahwa air minum yang dikonsumsi masyarakat, harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas, yang persyaratan kualitas tertuang dalam Peraturan Mentri Kesehatan No. 146 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Sedangkan parameter kualitas air minum/air bersih yang terdiri dari parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan mikrobiologi, ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 (Achmadi 2001).

(28)

12

tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau, dan rasa. Pengamatan bisa juga dilakukan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH, dan yang terakhir adalah pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen. Adapun indikator atau tanda bahwa air tercemar adalah adanya perubahan suhu air, pH atau konsentrasi ion Hidrogen, warna, bau, rasa air, timbulnya endapan, kolodial, bahan terlarut, adanya mikroorganisme, serta meningkatnya radioaktivitas lingkungan

2.4 Eksternalitas

Eksternalitas adalah sebagai suatu keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar dimana kegiatan tersebut menimbulkan manfaat dan/atau biaya bagi pihak diluar pelaksana kegiatan tersebut. Eksternalitas dibagi menjadi dua berdasarkan dampaknya yaitu eksternalitas positif dan negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan terhadap pihak lain dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak tertentu tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Eksternalitas negatif ialah dampak yang bersifat merugikan bagi orang lain dan tidak menerima kompensasi terhadap kerugian tersebut (Mangkoesoebroto 1997). Eksternalitas juga dapat diartikan sebagai dampak yang diterima oleh suatu pihak akibat tindakan yang dilakukan oleh pihak lain.

(Hartwick dan Olewiler 1998 dalam Fauzi 2006) menggunakan terminologi lain untuk menggambarkan eksternalitas yaitu eksternalitas privat dan eksternalitas publik. Eksternalitas privat hanya melibatkan beberapa pihak (individu), bahkan bisa juga bersifat bilateral dan tidak menimbulkan spill over (limpahan) kepada pihak lain. Sedangkan, eksternalitas publik terjadi apabila barang publik dikonsumsi dengan pembayaran yang tidak tepat. Kemungkinan eksternalitas yang dapat terjadi dalam interaksi ekonomi, yaitu :

1. Dampak Suatu Produsen Terhadap Produsen Lain

(29)

13 sebuah pabrik yang menimbulkan polusi air, akan mengakibatkan peningkatan biaya produksi perusahaan lain yang juga memanfaatkan air tersebut dalam proses produksinya.

2. Dampak Produsen Terhadap Konsumen

Aktivitas produsen yang merubah atau menggeser fungsi utilitas rumah tangga (konsumen). Contohnya, pencemaran sungai yang diakibatkan limbah suatu pabrik akan mengganggu kesejahteraan masyarakat yang memanfaatkan air sungai tersebut.

3. Dampak Konsumen Terhadap Konsumen Lain

Aktivitas seseorang atau kelompok tertentu mempengaruhi atau mengganggu fungsi utilitas konsumen yang lain. Contohnya yaitu seseorang yang merokok dalam angkot akan mengganggu kenyamanan penumpang lainnya. 4. Dampak Konsumen Terhadap Produsen

Dampak konsumen terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen mengganggu fungsi produksi suatu produsen atau kelompok produsen tertentu.

Adanya eksternalitas tidak akan mengganggu tercapainya efisiensi masyarakat jika semua dampak negatif maupun dampak positif dimasukkan dalam perhitungan produsen dalam menetapkan jumlah barang yang harus diproduksi. Efisiensi akan tercapai apabila :

MSC = MSB

MSC = PMC + MEC MSB = MPB + MEB Dimana:

MSC = Marginal Social Cost MSB = Marginal Social Benefit PMC = Marginal Private Cost MEC = Marginal External Cost MPB = Marginal Private Benefit MEB = Marginal External Benefit

(30)

14

MSC = PMC + MEC > MSB, sehingga produksi harus dikurangi agar efisien produksi optimum dapat dicapai ditinjau dari seluruh masyarakat.

Sumber : Mangkoesoebroto (1997)

Gambar 1 Kurva eksternalitas negatif

Tingkat output yang optimum terjadi saat tingkat produksi sebesar Q1. Produsen cenderung menetapkan tingkat produksi sebesar Q2, yaitu di mana kurva permintaan (MSB) memotong kurva PMC, sehingga tampak bahwa jumlah produksi yang diproduksi terlalu banyak dibandingkan tingkat produksi yang optimum.

Ketika terjadi eksternalitas negatif, biaya yang dihitung oleh produsen untuk membayar semua faktor produksi yang digunakan menjadi terlalu kecil karena tidak memperhitungkan kerugian masyarakat, akibatnya barang yang dihasilkan oleh produsen tersebut cenderung menjadi terlalu banyak. Produsen masih belum menanggung biaya eksternal seperti biaya kesehatan yang ditanggung oleh masyarakat akibat mengkonsumsi air sumur yang tercemar.

2.5 Penelitian Terdahulu

Salah satu penelitian yang membahas tentang estimasi nilai kerugian ekonomi yaitu Pristy Setyaningrum dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Setyaningrum (2012) melakukan penelitian

dengan judul “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Pasang (Studi

kasus: Kampung εuara Baru, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara)”. εetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan

Harga

H1

(31)

15 Averting Behaviour Methods. Tujuan penelitian tersebut adalah identifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang terkena banjir pasang, penilaian masyarat mengenai kondisi lingkungan tempat tinggal dan dampak yang ditimbulkan oleh banjir pasang yang mereka rasakan selama ini, estimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir pasang dari sisi rumah tangga dan unit usaha, pengelolaan masyarakat kawasan pesisir yang sesuai dalam usaha pencegahan dan minimisasi dampak banjir pasang.

Karakteristik sosial ekonomi yang ada pada masyakat yang terkena dampak banjir pasang antara lain berjenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan SMA, kisaran usia 32-41 tahun, bekerja sebagai buruh pabrik, kepemilikan bangunan tempat tinggal berstatus milik sendiri dan lama tinggal lebih dari 20 tahun. Jenis usaha yang ada merupakan usaha penjualan peralatan rumah tangga dengan status kepemilikan pribadi dan lama usaha antara 5-10 tahun. Persepsi responden terhadap lingkungan, kotor untuk kebersihan, cukup mengganggu untuk pengaruh banjir pasang dan cukup untuk kondisi fasilitas dan akesesibilitas. Total estimasi kerugian yang dialami masyarakat rumahtangga Muara Baru yaitu sebesar Rp 2.855.653.684 untuk hilangnya waktu bekerja, Rp 405.594.880 untuk biaya pengobatan dan Rp 493.588.897 untuk biaya pencegahan, sedangkan untuk unit usaha masyarakat, rata-rata estimasi kerugian akibat banjir pasang sebesar Rp 4.133.910 setiap unit usaha. Pengelolaan lingkungan yang sesuai untuk kampung Muara Baru yaitu sistem pengelolaan yang melibatkan masyarakat di dalamya, sehingga menumbulkan rasa memiliki dan kesadaran masyarakat akan sumber daya dan lingkungannya.

Penelitian yang kedua merupakan jurnal internasional dari Mohammad

Solichin yang berjudul “Use of Pi and Storet Methods to Evaluate Water Quality

Status Of Brantas River”. Penelitian ini bertujuan untuk Mengevaluasi Sungai Jakara dan Mengidentifikasi sumber pencemar di Sungai Jakara yang menggunakan metode Indeks Pencemaran dan metode STORET.

(32)

16

metode tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan. Hasil evaluasi metode STORET, lebih tinggi dibanding dengan menggunakan indeks pencemaran. Perbedaan hasil karena perbedaan mendasar pada data masukan dalam perhitungan. Metode STORET membutuhkan data maksimum, minimum dan data rata-rata untuk perhitungan. Indeks Pencemaran hanya diperlukan data rata-rata saja.

Penelitian yang ketiga yaitu penelitian Riony Rihardhika Purnama dengan

judul “Estimasi Nilai Kerugian dan WTA εasyarakat akibat Pencemaran Air

Tanah dan Udara di Kawasan Industri: Industri Kabel di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor”. Hasil yang didapatkan adalah masyarakat tidak puas pada kompensasi yang telah diberikan oleh perusahaan. Total rata kerugian masyarakat yaitu sebesar Rp 154.708/bulan. Nilai rata-rata WTA Rp 275.000/bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTA yaitu ada atau tidaknya upaya mengatasi pencemaran, jumlah tanggungan

Penelitian yang keempat merupakan penelitian dari Luthfi Adhitya dengan judul Estimasi Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Pencemaran di Sekitar Kawasan Pabrik Gula Cepiring, Kendal. Penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu Analisis Deskriptif, CVM, Regresi Linier Berganda, Cost of Illness, Replacement Cost, Change of Productivity. Hasil yang didapatkan adalah eksternalitas yang terjadi diantaranya adalah berupa pencemaran air dan udara, serta hilang keanekaragaman hayati. Total biaya eksternal Rp 544.565.336. Besarnya rata-rata nilai kompensasi adalah sebesar Rp 440.132/bulan/KK. Faktor-faktor yang berpengaruh yaitu pendidikan, tempat tinggal, dan tingkat kebisingan.

(33)

17 responden bersedia menerima kompensasi. Rataan WTA yang didapat yaitu Rp 137.500,00/bulann/KK. Faktor yang berpengaruh dalam model diantaranya adalah pendidikan, jumlah tanggungan, wiraswasta dan pegawai swasta.

Perbedaan penelitian yang dibuat kali ini dengan penelitian sebelumnya adalah perbedaan lokasi, sumber pencemaran, dan menghitung kerugian yang dirasakan masyarakat akibat pencemaran air tanah dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, averting behaviour methods, cost of illness, willingness to accept, dan analisis regresi berganda. Untuk lebih jelasnya, semua penilitian terdahulu yang disebut diatas, dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penelitian terdahulu

Nama

Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Pristy. S cukup. Total kerugian banjir Rp 7.888.747,457. Pengelolaan

Kualitas air yang sangat buruk, terutama di daerah hilir seperti Kali Surabaya sampai ke Selat Madura. dan Willingness to Accept

(34)

18

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Averting Behaviour Methods (ABM)

Metode ini menggambarkan pengeluaran yang dibuat atau dikeluarkan

masyarakat dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif

degradasi lingkungan. Averting Behaviour Methods menggunakan biaya dari pembelian barang (produk) tertentu untuk menilai kualitas lingkungan. Secara umum,

metode ini sangat sesuai diaplikasikan untuk kasus-kasus dimana pencegahan

kerusakan atau pengeluaran untuk barang-barang pengganti benar-benar ada atau

benar-benar akan dibuat (Jones et al. 2000).

Averting behaviour methods didasarkan pada asumsi bahwa apabila orang menerima biaya untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh hilangnya jasa

lingkungan atau mengganti jasa ekosistem, maka nilai jasa lingkungan tersebut

setidaknya harus sama dengan harga yang dibayarkan individu untuk penggantian

tersebut. Terdapat 3 tipe metode pendekatan dalam ABM (Jones et al. 2000) yaitu :

a. Preventive Expenditure

Metode preventive expenditure mengestimasi nilai ekonomi berdasarkan biaya yang dihasilkan akibat hilangnya jasa lingkungan. Pendekatan ini menggunakan

nilai properti yang dilindungi atau biaya dari tindakan yang diambil untuk mencegah

kerusakan sebagai sebuah ukuran dari manfaat yang disediakan ekosistem

(lingkungan). Pendekatan ini secara khusus sangat bermanfaat dalam penilaian

ekosistem yang menyediakan suatu bentuk perlindungan alami.

b. Replacement Cost

Replacement Cost adalah metode yang mengestimasi nilai jasa lingkungan sebagai biaya penggantian jasa tersebut dengan barang dan jasa alternatif buatan.

Metode ini menggambarkan jasa lingkungan yang bisa ditiru dengan menggunakan

teknologi. Pada dasarnya, dalam metode ini diasumsikan bahwa sejumlah uang yang

dikeluarkan masyarakat untuk mengganti aset (jasa) lingkungan secara umum sama

(35)

19 c. Substitute Cost

Substitute Cost adalah metode yang mengestimasi nilai jasa lingkungan sebagai biaya yang dikeluarkan untuk mensubsitusi barang dan jasa yang hilang

akibat kerusakan lingkungan, dapat dengan menggunakan teknologi. Barang dan jasa

yang digunakan untuk mensubsitusi sebaiknya harus sama atau lebih baik dari kondisi

yang ada.

3.1.2 Cost of Illness

Menurut Dixon et al. (1996), Pendekatan dari cost of illness dapat digunakan untuk mengukur nilai dari kerugian kesehatan karena pencemaran. Pendekatan ini didasarkan kepada keterkaitan fungsi kerusakan yang berhubungan dengan tingkat pencemaran dan pengaruhnya terhadap kesehatan fisik. Metode cost of illness telah digunakan dalam memperkirakan pengeluaram masyarakat untuk kesehatan dan nilai kehilangan pendapatan, dalam hubungan antara morbidity dan mortality serta tingkat pencemaran.

Pendekatan Cost of Illness umumnya digunakan untuk menilai biaya dari penyakit yang disebabkan oleh suatu pencemaran. Seperti pada pendekatan perubahan

dalam produktivitas, pendekatan ini didasarkan pada pokok fungsi kerusakan.

Pendekatan ini berhubungan dengan fungsi dose-response, yang berhubungan dari sakit dengan sehat atau kematian pada tingkat pencemaran. Pada kasus ini, fungsi

kerusakan berhubungan dengan tingkat polusi (pencemaran) terhadap kesehatan

(Dixon et al. 1996).

(36)

20

3.1.3 Willingness to Accept (WTA)

WTA yaitu nilai yang bersedia diterima oleh masyarakat sebagai kompensasi/ganti rugi atas penurunan kualitas sumberdaya alam yang diakibatkan oleh pihak lain. WTA merupakan bagian dari metode CVM yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode Contingent Valuation Method (CVM) sendiri merupakan cara mengestimasi nilai ekonomi untuk berbagai macam ekosistem dan jasa lingkungan yang tidak memiliki harga pasar, misal jasa keindahan. Penggunaan metode ini melalui pendekatan kesediaan untuk membayar atau menerima ganti rugi agar sumberdaya alam tersebut tersebut kembali ke kondisi semula. Metode ini merupakan teknik untuk menyatakan preferensi karena tergantung dari penilaiaan orang-orang yang diwawancara. (Dhewanti et al. 2007).

A.Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept (WTA) Masyarakat

Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai Willingness to Accept (WTA) dari setiap responden adalah:

1. Responden merupakan warga sekitar Kelurahan Nanggewer yang merasakan kerugian dari dampak pencemaran limbah industri dan bersedia menerima dana kompensasi

2. Industri bersedia memberikan dana kompensasi atas penurunan kualitas air tanah

3. Responden dipilih secara keseluruhan dari masyarakat yang terkena dampak penurunan kualitas air tanah

B.Metode Mempertanyakan Nilai Willingness to Accept (Elicitation Method)

Metode yang dapat digunakan untuk memperoleh besarnya penawaran nilai WTA/WTP responden (Hanley and Spash 1993) adalah :

1. Bidding Game (Metode tawar-menawar)

Metode yang digunakan dengan mempertanyakan kepada responden tentang sejumlah nilai tertentu yang diajukan sebagai titik awal dan selanjutnya semakin meningkat sampai titik maksimum yang disepakati.

2. Open-ended Question (Metode pertanyaan terbuka)

(37)

21 tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan menimbulkan bias titik awal. Kelemahan metode ini terletak pada kurangnya akurasi nilai serta terlalu besar variasinya selain itu seringkali ditemukan responden.

3. Closed-ended Question (Metode pertanyaan tertutup)

Metode pertanyaan tidak jauh berbeda dengan Open-ended Question hanya saja bentuk pertanyaannya tertutup. Responden diberikan beberapa nilai WTA/WTP yang disarankan kepada mereka untuk dipilih, sehingga responden tinggal memberi jawaban sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka. 4. Payment Card (Metode kartu pembayaran)

Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan menerima, sehingga responden dapat memilih nilai maksimal/minimal sesuai dengan preferensinya. Metode ini dikembangkan untuk membatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar. Keunggulan metode ini adalah memberikan stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai maksimum atau minimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi dengan nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar.

C.Langkah-langkah untuk Mengetahui Nilai Willingness to Accept (WTA) Masyarakat

Besarnya nilai WTA masyarakat dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan tersebut memiliki enam tahapan (Hanley and Spash 1993), yaitu :

1. Membangun Pasar Hipotetis

Pasar hipotetik adalah membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya menerima dana kompensasi dari dipergunakannya jasa lingkungan oleh pihak lain dimana terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Pada pasar hipotetik harus terdapat penjelasan mendetail, nyata, dan informatif mengenai barang/jasa lingkungan yang akan dinilai.

2. Memperoleh Nilai Penawaran

(38)

22

muka, surat atau perantara telepon mengenai besarnya minimum WTA yang bersedia diterima.

3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA (Estimating Mean WTA)

Nilai WTA telah terkumpul, selanjutnya dilakukan adalah perhitungan nilai tengah dan rata-rata dari WTA. Nilai tengah dilakukan apabila terjadi rentang nilai penawaran yang terlalu jauh.

4. Memperkirakan Kurva WTA

Kurva penawaran dapat diperkirakann dari nilai WTA sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independennya. Kurva penawaran berfungsi untuk memperkirakan perubahan nilai WTA karena perubahan sejumlah variable independen, dan untuk menguji sensitivitas jumlah WTA terhadap variasi perubahan mutu lingkungan.

5. Menjumlahkan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksudkan.

6. Mengevaluasi Penggunaan CVM

Evaluasi penggunaaan CVM berfungsi untuk menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian dilakukan dengan cara melihat tingkat keandalan (reability) fungsi WTA dengan nilai R-squares (R²) dari model regresi berganda WTA.

3.1.4 Model Regresi Linier Berganda

Analisis regresi adalah hubungan yang dinyatakan dalam persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel tak bebas dan satu atau lebih variabel bebas. Menurut Gujarati (2006), tujuan analisis regresi adalah; untuk menaksir nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai-nilai variabel yang ada, untuk menguji hipotesis tentang sifat ketergantungan antar variabel, dan untuk memprediksi nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai variabel bebas yang berada diluar rentang sampel.

(39)

23 dan linier. Asumsi-asumsi yang dapat digunakan untuk model regresi linier berganda dengan OLS adalah:

1. E (ui) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1,2,....,n, artinya rata-rata galat adalah nol, dengan nilai yang diharapkan bersyarat dari ui tergantung pada variabel bebas tertentu adalah nol.

2. Cov (ui,uj) = 0, i ≠ j. artinya covarian (ui,uj) = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat yang satu dengan yang lain.

3. Var (ui) = 2, untuk setiap i, dimana i = 1,2,....,n. Artinya setiap galat memiliki varian yang sama (asumsi homoskedastisitas).

4. Cov (ui, X1i) = cov (ui, X2i) = 0. Artinya kovarian setiap galat memiliki varian yang sama. Setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier berganda. 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linier yang

pasti antara variabel yang menjelaskan.

Secara umum, fungsi regresi berganda dituliskan sebagai berikut (Juanda 2009) :

Y = β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + ... + βk Xki + i ...(1) Jika semua pengamatan X1i bernilai 1, maka model diatas menjadi

Y = β1 + β2 X2i + β3 X3i + ... + βk Xki + i...(2) Keterangan :

Y = Peubah tak bebas

i = Nomor pengamatan dari 1 sampai N (populasi) / n (sample) Xki = Pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk

β1 = Intersep

β2,3,..n = Parameter penduga Xi

i = Pengaruh sisa (error term)

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

(40)

24

Kelurahan Nanggewer merupakan salah satu tempat yang mengalami pencemaran yaitu berupa pencemaran air tanah. Pencemaran ini yang akan diteliti hubungannya dengan lingkungan sekitar dan penentuan estimasi nilai kerugian yang diterima masyarakat. Kerusakan yang terjadi di sumur-sumur warga Kelurahan Nanggewer diakibatkan karena besarnya beban pencemaran yang masuk ke saluran air.

Untuk mendapatkan kualitas air tanah yang baik diperlukan proses pengolahan yang benar dan pengaturan debit limbah yang akan dibuang sesuai dengan baku mutu air limbah. Proses pembuangan sisa hasil pengolahan dan limbah industri ke saluran air warga tidak boleh melebihi baku mutu yang ditentukan, harus diproses terlebih dahulu melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) hingga layak untuk dilepas langsung. Namun industri keramik yang membuang limbahnya ke saluran air tidak memperhatikan baku mutu yang layak sehingga mencemari sumur warga.

Berdasarkan masalah tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui eksternalitas negatif yang diterima masyarakat, besarnya nilai kerugian yang diterima masyarakat, nilai kompensasi yang bersedia di terima masyarakat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTA yang bersedia di terima masyarakat akibat adanya penemaran air tanah di Kelurahan Nanggewer.

Analisis mengenai eksternalitas negatif yang diterima masyarakat yang terkena dampak akibat pencemaran air tanah akan dibahas menggunakan analisis deskirptif kualitatif. Analisis mengenai estimasi nilai kerugian yang diterima masyarakat menggunakan metode Averting Behaviour Methods (ABM) dan Cost of Illness, nilai komnpensasi yang bersedia diterima masyarakat menggunakan metode CVM, dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTA yang bersedia di terima masyarakat di analisis menggunakan regresi linier berganda.

(41)

25

Gambar 2. Diagram alur kerangka berpikir

Keterangan:

Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Dari Pencemaran Akibat Kegiatan Industri

(42)

26

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RT 02 RW 05 Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan karena RT 02 RW 05 Kelurahan Nanggewer merupakan salah satu tempat yang mengalami pencemaran akibat kegiatan industri. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2014. Pencemaran air tanah yang terjadi menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat. Lokasi dan tempat pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.

Gambar 3 Lokasi penelitian

(43)

27

4.2 Metode Pemilihan Responden

Pemilihan responden dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik purposive sample terhadap seluruh populasi rumahtangga dengan pertimbangan tertentu serta sesuai dengan tujuan penelitian. Pertimbangan tertentu yang dimaksud adalah responden yang mengeluarkan biaya tambahan (biaya pengganti) untuk membeli air minum dan/atau biaya untuk melakukan pengobatan yang diakibatkan oleh tercemarnya air sumur warga. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 47 rumahtangga yang sudah termasuk dalam populasi. Penetapan jumlah responden ini mengikuti kaidah pengambilan sampel sosial secara statistika yaitu minimal 30 data atau sampel dimana data tersebut mendekati sebaran normal (Walpole 1992).

4.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui observasi dan wawancara menggunakan kuisoner yang telah dipersiapkan sebelumnya pada masyarakat setempat yang mengalami kerugian akibat pencemaran. Data primer meliputi karakteristik rumahtangga, penilaian terhadap dampak pencemaran, kerugian yang dialami, biaya pengganti, biaya pengobatan, dan penghasilan harian, kerugian lain yang dialami masyarakat, dan respon responden atas berapa biaya ganti rugi yang diinginkan masyarakat karena kualitas air tanah masyarakat saat ini telah mengalami penurunan akibat pencemaran industri.

(44)

28

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data informasi yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya ganti rugi yang harus dikeluarkan masyarakat akibat penurunan kualitas air tanah dengan metode Averting Behaviour Method (ABM), sedangkan untuk analisis kerugian sosial-ekonomi-lingkungan yang dialami masyarakat akibat pencemaran ini digunakan metode analisis deskriptif. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai pencemaran air tanah di Kelurahan Nanggewer dianalisis menggunakan metode regresi berganda.

Tabel 4 Matriks metode analisis data

No. Tujuan

1. Identifikasi eksternalitas negatif bagi masyarakat akibat pencemaran air tanah di Kelurahan Nanggewer

Data Primer (kuisioner)

Analisis Deskriptif

2. Estimasi nilai kerugian ekonomi akibat pencemaran

Data Primer (kuisioner)

Metode Valuasi Ekonomi

a. Biaya pengganti Data Biaya

Pengganti Air Bersih

Averting Behaviour

Method (ABM)

b. Biaya kesehatan Data Biaya

Pengobatan

Cost of Illness

3. Estimasi nilai kompensasi masyarakat Data Primer (kuisioner)

Contingent Valuation

Method (CVM)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTA masyarakat

Data Primer (kuisioner)

Analisis Linear Berganda

4.4.1 Identifikasi Eksternalitas Negatif yang Timbul Akibat Aktivitas Industri Keramik

Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi dampak yang diterima oleh masyarakat akibat tercemarnya air tanah warga karena limbah cair yang dibuang oleh industri setempat. Informasi mengenai dampak yang diterima masyarakat didapatkan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara langsung dengan metode sensus kepada masyarakat sebagai responden pada penelitian ini. Pertanyaan yang akan disampaikan berupa pertanyaan mengenai dampak yang diterima masyarakat.

(45)

29 saja perubahan yang dirasakan masyarakat atas aktivitas tersebut. Analisis ini meliputi ada atau tidak adanya gangguan atas aktivitas industri, pandangan responden terhadap kualitas lingkungan, dan dampak yang timbul akibat aktivitas industri. Dampak yang dianalisis adalah dampak terhadap sosial-ekonomi-lingkungan yang dirasakan masyarakat yang diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah

Perhitungan estimasi nilai kerugian ekonomi akibat terjadinya pencemaran di sumur warga Kelurahan Nanggewer dihitung dan didekati dengan bebeapa metode, yaitu :

a. Biaya Pengganti

Metode yang digunakan untuk mengestimasi kerugian akibat kerusakan sumbedaya alam dan lingkungan adalah Averting Behaviour Method (ABM). Metode ini menggambarkan pengeluaran yang dibuat atau dikeluarkan masyarakat dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif degradasi lingkungan (Jones, et al. 2000).

Biaya pengganti ini menggambarkan nilai dari jasa lingkungan, yaitu air tanah yang diganti dengan konsumsi air minum dalam kemasan atau pembuatan sumur bor. Biaya rata-rata yang dikeluarkan responden dihitung dengan membagi total jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk membeli air pengganti per bulan dengan jumlah responden yang mengeluarkan biaya tersebut.

b. Biaya Pengobatan

Kerugian yang kedua dilihat dari pengeluaran sejumlah biaya oleh responden untuk melakukan pengobatan akibat penyakit yang berasal dari air yang terkena pencemaran limbah industri. Metode yang digunakan dalam mengesimasi kerugian ini adalah cost of illness. Cost of illness ini terdiri dari 2 jenis yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung itu sendiri terbagi menjadi medical cost dan non-medical cost.

(46)

30

besanya berbeda setiap individunya. Biaya pengobatan rata-rata yang dikeluarkan responden dihitung dengan membagi total jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk berobat per bulan dengan jumlah responden yang mengeluarkan biaya tersebut.

4.4.3 Analisis Willingness to Accept (WTA)

Besarnya nilai WTA masyarakat dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan CVM memiliki enam tahapan (Hanley and Spash 1993), yaitu :

1. Membangun Pasar Hipotetis

Pasar hipotetis dalam penelitian ini dibentuk berdasarkan skenario bahwa industri di Kelurahan Nanggewer akan memberlakukan kebijakan yaitu pemberian dana kompensasi terhadap masyarakat yang terkena dampak pencemaran sebagai upaya pengurangan dampak negatif yang timbul.

Bentuk kompensasi yang ditawarkan bervariasi, dan responden akan memilih sesuai dengan keinginannya. Adapun bentuk kompensasi yang ditawarkan berupa perbaikan infrastruktur (jalan, jembatan, listrik, dll), pembangunan klinik kesehatan, penyediaan alat penyaring air, dan pemberian dana kompensasi.

(47)

31

2. Memperoleh Nilai Penawaran

Alat survei telah dibuat dan survei dilakukan dengan wawancara langsung. Responden ditanya nilai minimum WTA dengan metode payment card (metode kartu pembayaran). Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan menerima, sehingga responden dapat memilih nilai maksimal atau minimal sesuai dengan preferensinya.

3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA (Estimating Mean WTA)

Perhitungan nilai rata-rata dan median dapat dilakukan setelah nilai WTA diketahui. Dugaan rata-rata dihitung dengan rumus:

...(3)

dimana:

EWTA = Dugaan rataan WTA Xi = Jumlah tiap data n = 43

i = Responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi

4. Memperkirakan Kurva WTA

Kurva penawaran dapat diperkirakann dari nilai WTA sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independennya. Kurva penawaran berfungsi untuk memperkirakan perubahan nilai WTA karena perubahan sejumlah variabel independen, dan untuk menguji sensitivitas jumlah WTA terhadap variasi perubahan mutu lingkungan. Pendugaan kurva WTA dilakukan dengan fungsi persamaan:

WTA= f (DJK, UR, PNDK, PDPT, JT, LT, JTT, KWA, BPAB, BKSH) Dimana:

DJK = Dummy jenis kelamin (laki-laki = 1 ; perempuan = 0) UR = Usia responden (tahun)

PNDK = Pendidikan (tahun) PDPT = Pendapatan (Rp)

JT = Jumlah tanggungan (orang) LT = Lama tinggal (tahun)

JTT = Jarak tempat tinggal (meter)

KWA = Skor kualitas air (sangat tercemar = 1 ; tercemar = 2 ; cukup tercemar = 3 ; sedikit tercemar = 4 ; tidak tercemar = 5)

(48)

32

i = Responden ke-i

i = Galat

5. Menjumlahkan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Nilai total WTA dari masyarakat dapat diketahui setelah menduga nilai tengah WTA. Rumus yang dapat digunakan adalah:

∑ ...(4) Dimana:

TWTA = Dugaan rataan WTA WTAi = WTA individu ke-i n = 43

i = Responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi

6. Mengevaluasi Penggunaan CVM

Tahap ini merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil. Pelaksanaan model CVM dapat dilihat dengan melihat tingkat keandalan (reability) fungsi WTA. Uji yang dapat dilakukan dengan uji keandalan yang melihat R square dari model Ordinary Least Square (OLS).

4.4.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTA

Analisis fungsi WTA bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai WTA masyarakat yang mengalami eksternalitas negatif atas pencemaran air yang terjadi di Kelurahan Nanggewer. Fungsi persamaannya sebagai berikut :

midWTA = β0–β1 DJK + β2 UR + β3 PNDK –β4PDPT + β5 JT + β6 LT –

β7 JTT - β8 KWA + β9 BKSH + β10 BPAB + ε ...(5) dimana:

midWTA = Nilai WTA responden

β = konstanta

β1,,,β10 = Koefisien regresi

DJK = Dummy jenis kelamin (laki-laki = 1 ; perempuan = 0) UR = Usia responden (tahun)

PNDK = Pendidikan (tahun) PDPT = Pendapatan (Rp)

JT = Jumlah tanggungan (orang) LT = Lama tinggal (tahun)

(49)

33 KWA = Skor kualitas air (sangat tercemar = 1 ; tercemar = 2 ; cukup

tercemar = 3 ; sedikit tercemar = 4 ; tidak tercemar = 5) BPAB = Biaya pengeluaran untuk air bersih (Rp)

BKSH = Biaya kesehatan (Rp) i = Responden ke-i

i = Galat

Variabel-variabel yang diduga berbanding lurus dengan nilai WTA adalah variabel pendidikan, jumlah tanggungan, jenis kelamin, usia responden, lama tinggal, jarak tempat tinggal, biaya kesehatan, dan biaya tambahan pengeluaran memperoleh air bersih. Pendidikan yang semakin tinggi mencerminkan semakin tingginya tingkat pengetahuan responden akan eksternalitas lingkungan, sehingga responden akan mengharapkan nilai yang tinggi. Jumlah tanggungan terkait dengan banyaknya anggota keluarga dalam satu rumahtangga yang terkena dampak dari pencemaran air tanah. Usia responden dan lama tinggal diduga menjadi variabel yang berpengaruh positif. Semakin lama responden tinggal di daerah tercemar maka semakin tinggi nilai kompensasi yang diinginkan. Jarak tempat tinggal yang semakin dekat dengan sumber pencemaran diduga akan membuat nilai WTA yang diinginkan akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin dekat jarak tempat tinggal responden dengan lokasi pabrik, semakin banyak juga dampak yang dirasakan sehingga nilai WTA akan semakin tinggi dibandingkan dengan tempat tinggal yang lokasinya jauh. Biaya kesehatan terkait dengan besarnya dana yang dikeluarkan responden untuk mengobati penyakit yang timbul akibat pencemaran. Semakin tinggi biaya kesehatan dan biaya tambahan pengeluaran untuk memperoleh air bersih maka semakin tinggi nilai kompensasi yang diinginkan.

(50)

34

Tabel 5 Indikator pengukuran WTA

No Variabel Pengukuran

1 WTA Menggunakan payment card yang didasarkan kepada harga biaya pembuatan sumur sebagai batas atas dan biaya berobat termurah sebagai batas terendah.

2 Tingkat Pendidikan / PNDK

Dibedakan menjadi :

a. SD (6 tahun) b. SMP (9 tahun) c. SMA (12 tahun) 3 Tingkat Pendapatan /

PDPT (perbulan)

Dibedakan menjadi lima kelas yaitu : a. 13 – 32 tahun c. 43 – 52 tahun b. 33 - 42 tahun d. 53 – 62 tahun 5 Lama Tinggal / LT

(Tahun)

Dikategorikan menjadi lima kategori yaitu :

a. ≤ 5 tahun c. 16 –25 tahun e. ≥ 36 tahun

b. 6 – 15 tahun d. 26 - 35 tahun 6 Jarak Tempat Tinggal

ke Industri Terdekat / JTT (Meter)

Dibedakan menjadi lima kelas yaitu : a. < 50 meter

Dibedakan menjadi lima kategori yaitu: a. 0 orang,

Rata-rata biaya pengganti air bersih yang dikeluarkan dalam satu bulan per rumahtangga.

Rata-rata biaya kesehatan yang dikeluarkan dalam satu bulan per kepala keluarga.

4.4.5 Pengujian Parameter Regresi

Pengujian secara statistik terhadap model dapat dilakukan dengan cara :

1. Uji Keandalan

Gambar

Tabel 2 Hasil uji laboratorium kualitas air sumur warga
Gambar 1 Kurva eksternalitas negatif
Tabel 3. Penelitian terdahulu
Gambar 2. Diagram alur kerangka berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi subjek berdasarkan hubungan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dengan penyakit jantung koroner dapat dilihat pada Tabel 8... menunjukkan bahwa dari 37 Subjek

diantara nama liaklm Agung pado Mahkamah Agung ptda putaron pertema; (3) Knrtu suara yang tidok sah adaloh kartu suara ynng:. a, Tidok dlkolunrkrn oleh ponitie

Bagian dari bumi yang terdiri dari bagian padat dan dijadikan inti dari studi Geografi, termasuk di dalamnya segala gejala yang berhubungan dengan permukaan bumi.. Geografi

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Apakah alat evaluasi pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan berfikir siswa pada materi cahaya berdasarkan uji coba produk.. 1.3

Tulisan ini mengangkat proposisi historik dan futuristik bimbingan dan konseling, terutama dalam seting pendidikan sekolah, yang mencakup: (1) bimbingan dan

PERSENTASE SISWA NAIK / TIDAK

Bahasa Indonesia ” , menjelaskan makna istilah-istilah warna yang terdapat dalam ranah. warna