• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Daging Ayam Broiler Fungsional Tinggi Antioksidan Dan Rendah Kolesterol Melalui Pemberian Tepung Pucuk Indigofera Zollingeriana.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi Daging Ayam Broiler Fungsional Tinggi Antioksidan Dan Rendah Kolesterol Melalui Pemberian Tepung Pucuk Indigofera Zollingeriana."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI DAGING AYAM BROILER FUNGSIONAL

TINGGI ANTIOKSIDAN DAN RENDAH KOLESTEROL

MELALUI PEMBERIAN TEPUNG PUCUK

Indigofera

zollingeriana

MELIA AFNIDA SANTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Produksi Daging Ayam Broiler Fungsional Tinggi Antioksidan dan Rendah Kolesterol melalui Pemberian Tepung Pucuk Indigofera zollingeriana adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Melia Afnida Santi

(4)

RINGKASAN

MELIA AFNIDA SANTI. Produksi Daging Ayam Broiler Fungsional Tinggi Antioksidan dan Rendah Kolesterol melalui Pemberian Tepung Pucuk Indigofera zollingeriana. Dibimbing oleh SUMIATI dan LUKI ABDULLAH.

Tepung pucuk Indigofera zollingeriana (TPI) memiliki kandungan protein tinggi (28.41%). Tepung pucuk Indigofera zollingeriana mengandung pigmen yang cukup tinggi seperti xantophyl dan karotenoid. Kandungan karoten pada tepung pucuk I. zollingeriana dapat dijadikan sebagai sumber karotenoid yang baik dalam ransum ayam broiler untuk menghasilkan daging tinggi antioksidan dan rendah kolesterol. Tujuan penelitian ini adalah menggali potensi tepung pucuk I. zollingeriana sebagai bahan pakan pengganti bungkil kedelai (BK) dalam ransum ayam broiler untuk menghasilkan daging ayam yang tinggi antioksidan dan rendah kolesterol serta menentukan seberapa persen tepung pucuk I. zollingeriana dapat menggantikan protein bungkil kedelai dalam ransum ayam broiler.

Penelitian menggunakan 160 ekor DOC (day old chick) broiler strain Cobb, yang dipelihara selama 35 hari. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan dan menggunakan 10 ternak setiap ulangan. Ransum perlakuan yang diberikan adalah: R1= ransum mengandung 20% BK dan 0% TPI (ransum kontrol); R2= ransum mengandung 16% BK dan 5.9% TPI; R3= ransum mengandung 12% BK dan 11.8% TPI; R4= ransum mengandung 8% BK dan 17.74% TPI, ransum penelitian diberikan pada umur 15-35 hari. Peubah yang diamati adalah performa (konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, konsumsi protein, efisiensi penggunaan protein dan mortalitas), perlemakan daging (kolesterol, lemak daging dan lemak abdominal), lipida darah ((kolesterol, high-density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL) dan trigliserida)), kandungan malondialdehid (MDA) pada hati, serum dan daging, bobot organ dalam, profil darah (jumlah eritrosit, hemoglobin, hematoktit, leukosit dan diferensiasi leukosit) dan income over feed and chick cost (IOFCC).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum sebanyak 17.74% sebagai subsitusi 60% protein bungkil kedelai memberikan performa yang sama dengan ransum kontrol (R1). Penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana sebanyak 11.8% sebagai substitusi 40% protein bungkil kedelai nyata (P<0.05) menurunkan kadar kolesterol daging (34.70%), lemak daging (52.93%), lemak abdominal (34.20%), MDA daging (62.52%), MDA serum (42.00%) dan tidak nyata mempengaruhi MDA hati, lipida darah, profil darah, dan organ dalam serta meningkatkan nilai IOFCC ayam broiler. Kesimpulan penelitian ini adalah tepung pucuk I. zollingeriana dapat digunakan hingga 17.74% dalam ransum ayam broiler sebagai substitusi 60% protein bungkil kedelai tanpa mempengaruhi performa dan menghasilkan daging ayam broiler fungsional tinggi antioksidan, rendah lemak dan kolesterol.

(5)

SUMMARY

MELIA AFNIDA SANTI. Production of Functional Broiler Chicken Meat Contained High Antioxidant and Low Cholesterol through Feeding Indigofera zolingeriana Top Leaf Meal. Supervised by SUMIATI and LUKI ABDULLAH.

Indigofera zollingeriana top leaf meal (ILM) contained crude protein about 28.41%, Indigofera zollingeriana top leaf meal contains high pigment such as xantophyl and carotenoids. This carotene can be a good source of carotenoids in the diet of broiler chickens. Addition of this carotenoids in broiler chickens diet is expected to produce the meat that contains high antioxidants and low cholesterol. This research aimed to produce functional broiler chicken meat that contained high antioxidant and low cholesterol through substitution of soybean meal (SBM) with

Indigofera zollingeriana top leaf meal in the diets.

The treatments used 160 day old chicks (DOC) of broiler Cobb strain, and were reared during 35 day. This experiment used completely randomized design (CRD) with four treatments and four replicatio and ten birds of each replication. The treatment diets were: R1= diet contained of 20% SBM and 0% of ILM (control diet); R2= diet contained of 16% SBM and 5.9% of ILM; R3= diet contained of 12% SBM and 11.8% of ILM; R4= diet contained of 8% SBM and 17.74% of ILM, diet treatment given age 15-35 day. Variable measured were performances (feed consumption, body weight gain, feed conversion, protein consumption, protein efficiency ratio and mortality) and quality of the broiler meat (cholesterol, fat meat content and abdominal fat), blood lipid ((cholesterol, high-density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL) and trigliseride)), malondialdehyde (MDA) concentration (liver, serum and meat), giblet weight, blood profile (red blood cell, haemoglobin, hematocryt, white blood cell and differensiasi leukocyt), and income over feed and chick cost (IOFCC).

The results showed that usage 17.74% Indigofera zollingeriana top leaf as the substitution of 60% soybean meal protein in the diet produced the same performances as the broilers given the control diet (R1). Usage 11.8% Indigofera zollingeriana top leaf as the substitution 40% of soybean meal protein decreased cholesterol levels of the meat as much as 34.70% ,meat fat content as 52.93%, abdominal fat as 34.20%, meat MDA as 62.52%, serum MDA 42.00% and it did not affect the liver MDA, blood lipid, giblet weight and increased IOFCC of broiler chicken.

The conclusion of this study was that Indigofera zollingeriana top leaf meal can be used up to 17.74% to substitute 60% soybean meal protein in the broiler chicken diet and produced the meat that contained high antioxidant as well as low cholesterol and fat.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Ilmu Nutrisi dan Pakan

PRODUKSI DAGING AYAM BROILER FUNGSIONAL

TINGGI ANTIOKSIDAN DAN RENDAH KOLESTEROL

MELALUI PEMBERIAN TEPUNG PUCUK

Indigofera

zollingeriana

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)

Judul Tesis : Produksi Daging Ayam Broiler Fungsional Tinggi Antioksidan dan Rendah Kolesterol melalui Pemberian Tepung Pucuk Indigofera zollingeriana

Nama : Melia Afnida Santi NIM : D251130171

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Sumiati, MSc Ketua

Prof Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang dilanjutkan dengan penyusunan dan penulisan tesis dengan judul “Produksi Daging Ayam Broiler Fungsional Tinggi Antioksidan dan Rendah Kolesterol melalui Pemberian Tepung Pucuk Indigofera Zollingeriana”. Tesis ini disusun dalam rangka penyelesaian

studi program magister (S2) pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan (INP) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Karya ilmiah yang merupakan bagian tesis ini sedang dalam proses penerbitan pada Media Peternakan–Journal of Animal Science and Technologydengan judul “Functional Value of Broiler Chicken Meat Contained High Antioxidant and Low Cholesterol due to Feeding Effect of Indigofera zolingeriana Top Leaf Meal”.

Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Sumiati, MSc dan Prof Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr selaku komisi pembimbing tesis, yang telah membimbing, mengarahkan dan membantu penyusunan usulan proposal hingga tahap akhir penulisan tesis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr Ir Rita Mutia MAgr selaku dosen penguji luar komisi pada ujian tesis dan Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc selaku panitia ujian tesis yang telah memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat dalam penulisan tesis ini, serta kepada dosen dan pegawai Program Studi Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Pakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan atas bimbingan dan bantuannya. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Dr Ir Rita Mutia, MAgr dan Ibu Lanjarsih sebagai teknisi Laboratorium Ilmu Nutrisi Unggas yang telah membantu selama pengambilan data. Terima kasih pula kepada DIKTI melalui Beasiswa Program Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) 2013 yang telah memberikan dana pendidikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penelitian dengan baik.

Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang kepada Ibunda Murni dan Ayahanda Burhanuddin tercinta, yang sangat menyayangi, yang selalu mengiringi langkah penulis dengan doa-doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada kakak (Budi Julia Putra dan Busriki Harmi) dan semua keluarga besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, serta doanya untuk kesuksesan penulis. Bang Ridho Kurniawan Rusli, Khairani, Fira Faradilah, Annisa Imran , Ilfi Rahmi Putri Syahnur, Umul Habiyah dan Mustofa Hilmi yang saling memberi dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman Pasca INP serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan motivasi untuk penulis. Penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi para pembacanya dan informasi yang tertuang dalam tesis dapat menambah pengetahuan.

Amin.

Bogor, Agustus 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

2 MATERI DAN METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Materi 2

Metode 4

Analisis Data 5

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana terhadap Performa

Ayam Broiler Umur 35 Hari (Umur 2-5 Minggu) 6

Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana terhadap 10 Gambaran Lipida Serum Ayam Broiler Pengaruh Penggunaan Tepung

Pucuk I. zollingeriana terhadap Kolesterol, Lemak Daging dan Lemak

Abdominal Ayam Broiler 11

Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana terhadap Kadar MDA Serum, Daging dan Hati Ayam Broiler 14 Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana terhadap Organ

Dalam Ayam Broiler 17

Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana terhadap Status Kesehatan Ayam Broiler yang dicerminkan oleh Profil Darah 18 Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana sebagai Substitusi Protein Bungkil Kedelai terhadap Nilai Ekonomi 20

4 SIMPULAN 21

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 26

(13)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi dan kandungan nutrien ransum perlakuan periode finisher

(umur 2-5 minggu) 3

2 Rataan performa ayam broiler penelitian selama 3 minggu (umur 2-5

minggu) 6

3 Sumbangan protein bahan pakan dalam ransum penelitian 7 4 Rataan kandungan kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida pada serum

ayam broiler umur 35 hari (umur 2-5 minggu) yang diberi tepung pucuk

I. zollingeriana selama 3 minggu (umur 2-5 hari) 10 5 Rataan kadar kolesterol, lemak daging dan lemak abdominal ayam

broiler umur 35 hari yang diberi tepung pucuk I. zollingeriana selama 3

minggu (umur 2-5 minggu) 12

6 Rataan kadar MDA hati, serum dan daging pada ayam broiler yang diberi tepung pucuk I. zollingeriana selama 3 minggu (umur 2-5 minggu) 15 7 Rataan persentase bobot organ dalam ayam broiler umur 35 hari yang

diberi tepung pucuk I. zollingeriana sebagai substitusi protein bungkil kedelai dalam ransum selama 3 minggu (umur 2-5 minggu) 17 8 Rataan jumlah eritrosit, hemoglobin, hematokrit, leukosit, heterofil,

limfosit, monosit, eusinofil dan basofil ayam broiler umur 35 hari yang diberi tepung pucuk I. zollingeriana sebagai substitusi sebagian protein

bungkil kedelai dalam ransum 19

9 Income over feed and chick cost ayam broiler penelitian 20

DAFTAR GAMBAR

1 Pembentukan mevalonat dari acetil-KoA 13

2 Proses transportasi lemak 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur analisis proksimat tepung pucuk I. zollingeriana dan ransum

penelitian 26

2 Prosedur pengukuran peubah penelitian 28

3 Hasil analisis ragam konsumsi ransum 33

4 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan 32

5 Hasil analisis ragam konversi ransum 33

6 Hasil analisis ragam konsumsi protein 33

7 Hasil analisis ragam efisiensi penggunaan protein 33 8 Hasil analisis ragam kolesterol total serum 33

9 Hasil analisis ragam HDL serum 33

10 Hasil analisis ragam LDL serum 34

11 Hasil analisis ragam trigliserida serum 34

(14)

13 Uji lanjut duncan kolesterol daging 34

14 Hasil analisi ragam lemak daging 34

15 Uji lanjut duncan lemak daging 34

16 Hasil analisis ragam lemak abdominal 35

17 Uji lanjut duncan lemak abdominal 35

18 Hasil analisis ragam MDA hati 35

19 Hasil analisis ragam MDA serum 35

20 Uji lanjut duncan MDA serum 35

21 Hasil analisis ragam MDA daging 35

22 Uji lanjut duncan MDA daging 36

23 Hasil analisii ragam persentase bobot hati 36

24 Hasil analisis ragam persentase bobot jantung 36

25 Hasil analisis ragam persentase bobot limfa 36

26 Hasil analisis ragam persentase bobot pankreas 36 27 Hasil analisis ragam persentase bobot empedu 36 28 Hasil analisis ragam persentase bobot ginjal 36 29 Hasil analisis ragam persentase bobot gizzard 37

30 Hasil analisis ragam panjang relatif usus 37

31 Hasil analisis ragam panjang relatif sekum 37

32 Ilustrasi pembuatan tepung pucuk I. zollingeriana 38

(15)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemenuhan kebutuhan bahan pakan sumber protein baik nabati maupun hewani untuk ternak unggas masih merupakan masalah utama. Sampai saat ini bahan pakan sumber protein nabati yang sering digunakan adalah bungkil kedelai yang merupakan bahan pakan impor, sehingga mengakibatkan harga bungkil kedelai mahal. Impor bungkil kedelai pada tahun 2010-2013 mencapai US$ 4.63 miliar dengan volume 7.84 juta ton dan tingkat pertumbuhan impor kedelai mencapai 16.57% (Dirjen P2HP 2014). Bungkil kedelai merupakan sumber utama bahan pakan unggas dengan kandungan protein berkisar 48% (Leeson dan Summers 2008). Substitusi bungkil kedelai dengan bahan pakan lain seperti kacang gude, kecipir, koro, dan protein sel tunggal telah banyak dilakukan, namun hasilnya dihadapkan pada ketersediaan yang tidak berkelanjutan, kualitas tidak konsisten, serta teknologi budidaya dan pengolahan cukup mahal. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan tanaman indigofera (I. zollingeriana) yang merupakan tanaman pakan ternak dari kelompok leguminosa pohon.

Abdullah (2010) menyatakan bahwa kandungan protein kasar I. zollingeriana dibagian daun dan bagian yang dapat dimakan lainnya adalah 27.68±0.75%, tanin 0.08±0.01%, saponin 0.41±0.02%, kalsium 1.16±0.02% dan fosfor 0.26±0.01%. Menurut Palupi et al. (2014a) tepung pucuk I. zollingeriana mengandung protein kasar (PK) berkisar 28.98%, serat kasar 8.49%, lemak kasar 3.30%. Akbarillah et al. (2008) melaporkan bahwa daun indigoferamengandung protein kasar (PK) yang tinggi yaitu 27.89%, lemak kasar atau ekstrak ether (EE) sebesar 3.70%, dan serat kasar (SK) sebesar 14.96%. Kandungan nutrien yang cukup baik terutama kandungan protein I. zollingeriana akan memberikan kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan protein ayam broiler. Akbarillah et al. (2010) menyebutkan bahwa sebagai sumber protein, tepung daun indigoferamengandung pigmen yang cukup tinggi seperti xantophyl dan karotenoid. Kandungan karoten pada daun leguminosa dapat diandalkan sebagai sumber karotenoid yang baik dalam ransum ayam broiler. Penambahan sumber karotenoid pada ransum ayam broiler diharapkan dapat menghasilkan daging yang mengandung antioksidan tinggi serta dapat menurunkan kadar kolesterol pada daging. Betakaroten merupakan salah satu jenis antioksidan yang dapat menurunkan kadar kolesterol.

(16)

2

Melihat potensi yang dimiliki tepung pucuk I. zollingeriana sebagai pakan fungsional, tepung pucuk I. zollingeriana diharapkan dapat menggantikan sebagian protein bungkil kedelai dalam ransum untuk produksi ayam broiler sekaligus menghasilkan daging ayam broiler yang memiliki kandungan antioksidan tinggi, kandungan lemak dan kolesterol yang rendah sehingga sehat untuk dikonsumsi manusia.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi tepung pucuk I. zollingeriana sebagai bahan pakan pengganti bungkil kedelai dalam menghasilkan daging ayam broiler tinggi antioksidan, rendah kolesterol dan lemak.

2 MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Pemeliharaan ayam dilakukan di Laboratorium Lapang Nutrisi Unggas (Kandang C), analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan-IPB, analisis kolesterol daging dan lipida darah dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan-IPB, analisis lemak daging dilakuan di Pusat Penelitian sumberdaya Hayati dan Bioteknologi-IPB, analisis kadar MDA dan profil darah dilakukan di Laboratorium bagian Fisiologi Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan-IPB, pengukuran organ dalam dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Unggas Fakultas Peternakan-IPB.

Materi

Ternak

Penelitian menggunakan 160 ekor day old chick (DOC) broiler strain Cobb yang diproduksi oleh PT Charoen Pokphan Jaya Farm Indonesia. Rata-rata bobot badan DOC yaitu 35.1±1.21 gram.

Kandang dan perlengkapan

Penelitian menggunakan kandang sistem litter beralaskan sekam padi sebanyak 16 petak dengan ukuran 1.5 x 1.5 meter pada setiap petak. Pada masing-masing petak dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan, tirai, sapu, thermometer, brooder (pemanas), dan

exhaust fan. Ransum

(17)

3 2-5 minggu. Pada periode starter (1 sampai 2 minggu) semua ayam diberikan ransum komersial dari PT Charoen Pokphan yang mengandung energi metabolis 2820-2920 kkal kg-1, protein 21.0-23.0%, lemak 5% (minimal), serat 5% (maksimal), kalsium 0.9% (minimal), fospor 0.6% (minimal). Ransum diberikan dalam bentuk crumble. Susunan dan kandungan nutrien ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi dan kandungan nutrien ransum perlakuan periode finisher

(umur 2-5 minggu)

Energi Metabolis (kkal kg-1) 3101.08 3105.45 3101.20 3101.13

(18)

4

Metode

Pemeliharaan dilangsungkan selama 35 hari (5minggu). Setiap pagi hari tirai dibuka untuk memperlancar sirkulasi udara di dalam kandang, disertai dengan pengontrolan suhu kandang setiap pagi (pukul 06.30 WIB), siang (pukul 13.00 WIB) dan malam hari (pukul 19.00 WIB). Pemberian ransum perlakuan diberikan 2 kali sehari, pagi hari pada pukul 06.30 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB, begitu juga dengan air minumnya. Setiap minggu dilakukan perhitungan konsumsi ransum, penimbangan bobot badan ayam, konversi ransum dan perhitungan mortalitas.

Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke 33 dari masing-masing ulangan. Sampel darah diambil dibagian sayap, disimpan di dalam tabung kemudian dimasukkan ke dalam termos es untuk menghindari kerusakan selama proses pengangkutan. Kemudian dilakukan uji profil darah dan kandungan lipid dari serum (kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida) dan kadar MDA serum. Pemotongan dan pengukuran organ dilakukan pada hari ke 36, ayam dipotong 2 ekor untuk masing-masing ulangan (32 ekor). Hati langsung dipisahkan setelah dilakukan penimbangan untuk dilakukan uji kadar MDA pada hati. Untuk uji kualitas daging, diambil 1 ekor pada masing-masing ulangan. Sampel untuk analisis kolesterol, lemak dan MDA, daging diambil dibagian paha kanan ayam kemudian dihaluskan. Kandungan kolesterol dianalisis dengan menggunakan metode Liebermann-Burchard (metoda spektrofotometer) yang dibaca pada panjang gelombang (λ) 420 nm (Burke et al. 1974), kadar MDA dengan menggunakan metode Rice-Evans dan Anthony (1991), kandungan lemak daging diukur dengan menggunakan metode AOAC (2005) dan profil darah ayam broiler diukur berdasarkan metode Sastradipraja et al. (1989).

Perlakuan

Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut:

R1 : Ransum mengandung 20% BK dan 0% TPI (substitusi 0% protein BK oleh protein TPI).

R2 : Ransum mengandung 16% BK dan 5.9% TPI (substitusi 20% protein BK oleh protein TPI).

R3 : Ransum mengandung 12% BK dan 11.8% TPI (substitusi 40% protein BK oleh protein TPI).

R4 : Ransum mengandung 8% BK dan 17.74% TPI (substitusi 60% protein BK oleh protein TPI).

Rancangan Percobaan dan Model Matematika

Penelitian ini menggunakan rancagan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun model matematika yang digunakan adalah:

Yij= µ + τi+ εij

Keterangan :

Yij : nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : nilai rataan umum

τi : pengaruh perlakuan ke-i (i= 1, 2, 3)

(19)

5 Analisis data

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA), jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak duncan (Steel dan Torie 1995).

Peubah yang diamati Peubah yang diamati adalah:

1. Performa ayam broiler, yang meliputi: Konsumsi ransum (g ekor-1)

Rataan konsumsi ransum dihitung dari selisih antara ransum yang diberikan dengan sisa ransum, dibagi dengan jumlah ayam yang ada dalam satu petak. Pengukuran sisa ransum dilakukan seminggu sekali pada pagi hari.

Pertambahan bobot badan (g ekor-1)

Pertambahan bobot badan (PBB) diperoleh dari hasil perhitungan antara bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal perlakuan. Bobot badan diukur seminggu sekali.

Konversi ransum

Konversi ransum dihitung dari perbandingan antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan.

Konsumsi protein (g ekor-1)

Konsumsi protein diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi ransum dengan kandungan protein ransum.

Efisiensi penggunaan protein (EPP)

Efisiensi penggunaan protein dihitung dengan cara membandingkan antara pertambahan bobot badan dengan konsumsi protein (Leeson dan Summers 2001).

Mortalitas (%)

Mortalitas dihitung dengan membandingkan jumlah ayam yang mati selama penelitian dengan jumlah ayam yang dipelihara saat awal penelitian.

2. Kandungan lipida darah: kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida. 3. Kandungan lipida daging: kolesterol total, lemak daging.

4. Lemak abdominal.

5. Kadar Malondialdehid: serum, daging dan hati.

6. Bobot relatif organ dalam meliputi: bobot hati, jantung, rempela, limpa, pankreas, empedu, ginjal, usus, sekum dan kolon. Bobot relatif didapatkan berdasarkan persentase dari bobot hidup ayam broiler dengan bobot masing-masing organ.

7. Profil darah ayam broiler: jumlah hemoglobin, hematokrit, leukosit, heterofil, limfosit, monosit, eusinofil dan basofil.

(20)

6

Prosedur pengukuran peubah dapat dilihat pada Lampiran 2, ilustrasi pembuatan tepung pucuk I. zollingeriana dan dokumentasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 32 dan Lampiran 33.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana terhadap Performa Ayam Broiler Selama 3 Minggu Penelitian (Umur 2-5 Minggu)

Pengaruh penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana sebagai substitusi sebagian protein bungkil kedelai dalam ransum ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 2.

Konsumsi Ransum

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi konsumsi ransum. Rataan konsumsi ransum penelitian adalah 2043.66±108.64 sampai 2216.81±76.12 g ekor-1 (Tabel 2). Tidak adanya perbedaan konsumsi ransum menunjukkan bahwa palatabilitas ransum yang diberikan adalah sama. Hal ini juga disebabkan karena rendahnya kandungan tanin dan saponin pada tepung pucuk I. zollingeriana, sehingga tidak mempengaruhi palatabilitas ransum. Palupi Tabel 2 Rataan performa ayam broiler penelitian selama 3 minggu (umur 2-5

2043.66±108.64 2135.29±64.62 2147.67±63.08 2216.81±76.12

Konsumsi energi metabolis (kkal ekor-1)

6337.56±336.90 6631.03±200.67 6660.35±195.62 6874.60±236.08

Konsumsi protein

462.00±2.83 460.00±0.00 460.00±0.00 460.00±0.41

Bobot badan akhir (g ekor-1)

1379.50±86.60 1383.61±68.17 1382.50±72.14 1382.83±45.54

Pertambahan bobot badan (g ekor-1)

917.50±86.89 923.61±68.17 922.50±72.14 922.83±45.82

Konversi ransum 2.25±0.28 2.32±0.20 2.34±0.20 2.40±0.10

EPP 2.25±0.28 2.11±0.25 2.15 ±0.18 2.05±0.14

Mortalitas (%) 0.00 0.50 0.00 0.25

(21)

7

et al. (2014b) melaporkan bahwa tepung pucuk I. zollingeriana mengandung tanin sebesar 0.29% dan saponin 0.036 ppm. Penggunaan 17.74% tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum menyumbang tanin sebanyak 0.051 g kg-1, dan saponin 0.0063 g kg-1. Batas toleransi tanin dalam ransum ayam adalah 2.6 g kg-1 (Kumar

et al. 2005) dan saponin sebesar 0.37% yang setara dengan 3.7 g kg-1 ransum (FAO 2005), maka tepung pucuk I. zollingeriana tidak bersifat toksik dan dapat digunakan sebagai bahan pakan penyusun ransum ayam broiler. Selain itu, semua ransum perlakuan memiliki kandungan zat nutrisi yang sama terutama kandungan protein dan energi. Perlakuan juga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi energi dan protein. Hal ini membuktikan bahwa tepung pucuk I. zollingeriana dapat menggantikan protein bungkil kedelai sampai 60% atau tepung pucuk I. zollingeriana dapat digunakan hingga 17.74% dalam ransum ayam broiler umur 2 sampai 5 minggu.

Palupi et al. (2014b) menyatakan bahwa tepung pucuk I. zollingeriana dapat diberikan kepada ayam petelur hingga 15.6% sebagai substitusi 45% protein bungkil kedelai tanpa mempengaruhi konsumsi ransum. Akbarillah et al. (2010) menyatakan bahwa daun indigofera segar dapat diberikan dalam ransum itik hingga 10% tanpa mempengaruhi performa dari itik tersebut. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa sumbangan protein tepung pucuk I. zollingeriana semakin meningkat pada setiap perlakuan disamping menurunnya sumbangan protein bahan pakan lainnya (jagung, bungkil kedelai dan dedak padi) kecuali tepung ikan, namun peningkatan sumbangan protein tepung ikan sejalan dengan penurunan sumbangan protein jagung dan dedak padi. Hal ini mengindikasikan bahwa sumbangan protein ransum yang berasal dari tepung pucuk I. zollingeriana cukup tinggi.

Pertambahan bobot badan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak nyata mempengaruhi pertambahan bobot badan. Rataan pertambahan bobot badan ayam penelitian adalah 917.50±86.89 sampai 923.61±68.17 g ekor-1 (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa tepung pucuk I. zollingeriana dapat digunakan dalam ransum ayam broiler hingga 17.74% sebagai substitusi 60% protein bungkil kedelai.

Tabel 3 Sumbangan protein bahan pakan dalam ransum penelitian

(22)

8

Hossain et al. (2012) melaporkan bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam broiler periode finisher yang diberi ransum dengan kandungan energi 3175 (kkal kg-1) dan protein kasar 20.30% adalah 720.57±65.17 sampai 941.04±46.68 g ekor -1. Tidak adanya perbedaan pertambahan bobot badan pada penelitian disebabkan karena kualitas protein tepung pucuk I. zollingeriana mendekati kualitas protein bungkil kedelai. Palupi et al. (2014a) menyatakan bahwa skor asam amino tepung pucuk I. zollingeriana adalah 24.56 mendekati skor asam amino bungkil kedelai yaitu 26.50. Tepung pucuk I.zollingeriana memiliki kualitas protein yang baik dan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pakan sumber protein.

Bungkil kedelai dan tepung pucuk I. zollingeriana tidak memiliki kandungan protein yang sama, sehingga substitusi bungkil kedelai oleh tepung pucuk I. zollingeriana berdasarkan proporsi protein bungkil kedelai dalam ransum. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan unggas adalah kandungan protein, energi dan imbangan zat-zat makanan lainnya dari ransum yang dikonsumsi. Jumlah konsumsi energi dan protein selama 3 minggu pemeliharaan (umur 2-5 minggu) masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Bobot badan dipengaruhi oleh konsumsi ransum, konsumsi energi dan protein serta profil nutrien ransum (Leeson dan Summers 2008).

Konversi Ransum

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum sebesar 5.9%, 11.8% dan 17.74% tidak mempengaruhi konversi ransum. Rataan konversi ransum penelitian adalah 2.25±0.28 sampai 2.40±0.10 (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa tepung pucuk

I. zollingeriana dapat digunakan dalam ransum ayam broiler hingga 17.74%. Tidak adanya perbedaan nilai konversi dalam penelitian ini disebabkan karena konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan juga tidak berbeda. Angka konversi dalam penelitian lebih besar dibandingkan dengan standar konversi ransum ayam broiler strain cobb umur 35 hari yaitu 1.6 (Cobb-Vantress 2012). Konversi ransum ayam broiler umur 4-5 minggu yang diberi ransum dengan kandungan energi 3175 kkal kg-1 dan kandungan protein 20.30% adalah 2.13±0.08 (Hossain et al. 2012). Perbedaan nilai konversi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kualitas ransum, jumlah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan manajemen pemeliharaan. Besarnya konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan menentukan besarnya konversi ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat Leeson dan summers (2001) bahwa konversi ransum ditentukan oleh banyaknya konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan yang diperoleh.

Konsumsi protein

(23)

9 konsumsi ransum rendah maka konsumsi protein juga semakin rendah. Besarnya konsumsi protein menggambarkan jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak. Konsumsi protein akan dipengaruhi oleh jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak tersebut dan juga kandungan protein ransum.

Protein sangat diperlukan terutama untuk pertumbuhan. Adanya β-karoten dalam ransum mengakibatkan kebutuhan vitamin A terpenuhi untuk menjalankan aktifitas metabolisme dalam tubuh ternak. Sumber pakan yang mengandung karotenoid yang memiliki aktifitas pembentuk vitamin A memiliki fungsi sebagai antioksidan (Surai 2003). Vitamin A sangat diperlukan oleh tubuh karena dapat meningkatkan kesehatan ternak ayam, dengan meningkatkan sistem imun, proses pencernaan berjalan lancar terutama pencernaan protein. Selain itu kandungan tanin dan saponin tepung pucuk I. zollingeriana tidak mempengaruhi konsumsi ransum, sehingga konsumsi protein pada setiap perlakuan cenderung sama.

Efisiensi penggunaan protein (EPP)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan protein (EPP). Konsumsi protein yang tidak berbeda nyata dan pertambahan bobot badan yang tidak nyata mengakibatkan EPP tidak nyata. Efisiensi penggunaan protein ini berpengaruh terhadap peningkatan pertambahan bobot badan, karena pertambahan bobot badan tersebut berasal dari sintesis protein tubuh yang berasal dari protein pakan. Nuraini (2009) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ditentukan oleh jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak, semakin bertambahnya umur ternak akan menurunkan nilai EPP karena konsumsi ransum meningkat tetapi pertambahan bobot badan relatif tetap sehingga efisiensi protein menurun. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai EPP menunjukkan semakin efisien ternak menggunakan protein yang dikonsumsi yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan.

Efisiensi penggunaan protein digunakan untuk menguji keefektifan protein ransum. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana di dalam ransum hingga 17.74% tidak mengganggu efisiensi protein dan ayam broiler masih dapat memanfaatkan protein dengan efisien. Hal ini disebabkan karena kualitas protein tepung pucuk I. zollingeriana mendekati kualitas protein bungkil kedelai, selain itu rendahnya kandungan tanin maupun saponin di dalam ransum tidak mengganggu penyerapan protein dengan kata lain ternak dapat memanfaatkan protein dengan efisien.

Semua perlakuan memiliki nilai EPP cenderung sama besar, maka dari itu pertambahan bobot badan pada setiap perlakuan tersebut juga cenderung sama. Penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana 5.9%, 11.8%, dan 17.74 % dapat menggantikan protein bungkil kedelai di dalam ransum ayam broiler yang ditandai dengan tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, konsumsi protein dan EPP pada setiap perlakuan. Mortalitas

(24)

10

pucuk I. zollingeriana melainkan karena sudden death sindrome (SDS), ayam mati mendadak dan membanting-bantingkan badannya. Ayam mati pada kisaran umur 3-5 minggu dengan bobot badan rata-rata 1180-1540 gram ekor-1. Setelah dilakukan pembedahan tidak ditemukan adanya gejala histopatologis, karkas terlihat normal, tembolok dan rempela pun berisi pakan. Amrullah (2004) menyatakan bahwa SDS muncul akibat adanya gangguan metabolik akibat ketidakseimbangan elektrolit dalam fibrasi ventrikula kiri, SDS ditandai dengan kematian mendadak dan ayam membanting-banting badannya. Mortalitas akibat SDS dapat mencapai 1.5-2.0% dalam kelompok campuran jantan-betina dan dalam kelompok jantan saja dapat mencapai 4%. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana di dalam ransum ayam broiler tidak memberikan pengaruh yang negatif terhadap mortalitas ayam.

Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana terhadap Gambaran Lipida Serum Ayam Broiler

Pengaruh penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana sebagai substitusi protein bungkil kedelai dalam ransum terhadap lipida serum yang meliputi; kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida serum ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 4.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana di dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai tidak nyata mempengaruhi kadar kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida serum ayam broiler. Tidak berbedanya kandungan kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida pada perlakuan disebabkan karena adanya homeostasis kolesterol darah. Homeostasis bertujuan untuk mengatur dan mencegah peningkatan konsentrasi kolesterol di dalam sel, sehingga kandungan kolesterol di dalam darah tetap normal. Adapun mekanisme homeostasis kolesterol adalah sebagai berikut: 1) mengatur sintesis kolesterol, 3-hydroxy-3-methylglutaryl co enzym A (HMG-CoA) reductase; Tabel 4 Rataan kandungan kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida pada serum

ayam broiler umur 35 hari yang diberi tepung pucuk I. zollingeriana

selama 3 minggu (umur 2-5 minggu)

Peubah Perlakuan

R1 R2 R3 R4

Kolesterol (mg dl-1) 100.2±5.98 86.52±9.19 86.72±12.24 97.05±13.22

HDL (mg dl-1) 64.28±5.42 58.46±5.22 54.34±9.77 57.07±4.26

LDL (mg dl-1) 16.65±2.74 10.99±7.32 16.57±8.70 22.08±14.47

Trigliserida (mg dl-1) 96.49±23.48 85.31±1.22 79.01±5.01 89.47±3.20

(25)

11 2) mengatur sintesis dan daur ulang reseptor LDL; 3) mengaktifkan proses esterifikasi kolesterol intraseluler oleh enzim acyl-CoA: cholesterol-acyltransferase (ACAT). Ketiga mekanisme diatas secara bersama-sama mengatur dan mencegah peningkatan konsentrasi kolesterol intraseluler (Assmann et al. 1996). Setiap harinya terjadi perputaran kolesterol dalam plasma, kolesterol masuk ke dalam plasma dalam bentuk kilomikron, VLDL dan HDL, meninggalkan plasma dalam bentuk kilomikron remnants, VLDL dan IDL. Perputaran kolesterol juga terjadi melalui siklus enterohepatik. Asam empedu dibentuk dari kolesterol dihati dan dikeluarkan oleh empedu saat terdapat makanan dan kemudian direabsorbsi ulang setiap kali setelah makan.

Penurunan kolesterol dalam hati akan meningkatkan aktifitas enzim 3-hidroxy-3-methylglutaryl co enzym-A (HMG-CoA) reductase dan meningkatkan sintesis kolesterol hati untuk menjaga homeostasis (Chen et al. 2003). Diestchy (2003) melaporkan bahwa HDL merupakan lipoprotein yang menjaga keseimbangan kolesterol agar tidak menumpuk di dalam sel, keseimbangan dikelola oleh pengangkatan sterol dari membran pada tingkat yang sama dengan jumlah kolesterol yang disintesis menuju hati. Kolesterol HDL akan mengangkut kolesterol menuju hati, sehingga keseimbangan kolesterol di dalam darah tetap terjaga.

Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana terhadap Kolesterol, Lemak Daging dan Lemak Abdominal Ayam Broiler

Pengaruh penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana sebagai substitusi sebagian protein bungkil kedelai dalam ransum terhadap kolesterol, lemak daging dan lemak abdominal ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 5.

Kolesterol daging ayam broiler

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum nyata menurunkan kadar kolesterol pada daging ayam broiler (P<0.05). Penggunaan 5.9%, 11.8% dan 17.74% tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum atau menggantikan 20%, 40% dan 60% protein bungkil kedelai dapat menurunkan 32.46%, 34.70% dan 29.50% kolesterol daging ayam broiler pada masing-masing perlakuan. Persentase penurunan yang paling besar adalah pada penggunaan 11.8% tepung pucuk I. zollingeriana atau menggantikan 40% protein bungkil kedelai dalam ransum. Penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum ayam petelur sebanyak 15.6% sebagai substitusi 45% protein bungkil kedelai dapat menurunkan kadar kolesterol telur sebanyak 54.13% (Palupi et al. 2014b). Kadar kolesterol pada daging ayam broiler dapat diturunkan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami, terutama yang berasal dari tumbuhan khususnya yang mengandung antioksidan.

(26)

12

HMG-CoA, dimana mevalonat ini akan diubah menjadi skualen, lanosterol, Dihidrolanosterol, D-8-dimetilsterol, 7-dihirokolesterol dan akhirnya menjadi kolesterol. Karotenoid adalah antioksidan yang dapat mencegah oksidasi lipid dan menghambat kerja enzim HMG-KoA reduktase dalam pembentukan mevalonat, sehingga sintesis kolesterol terganggu (Eisenbrand 2005). Pembentukan kolesterol terjadi melalui beberapa tahapan salah satunya adalah pembentukan mevalonat dari

Acetyl-CoA. Hasil penelitian Syahruddin et al. (2011) menyimpulkan bahwa kandungan β-karoten dalam bahan pakan yang terkonsumsi dalam jumlah yang banyak menghasilkan kandungan kolesterol karkas yang rendah. Βetakaroten merupakan salah satu karotenoid yang terdapat di dalam tepung pucuk I. zollingeriana yang merupakan komponen aktif dalam menurunkan kolesterol daging ayam broiler. Kandungan β-karoten tepung pucuk I. zollingeriana adalah 507.6 mg kg-1 (Palupi et al. 2014a). Pada Gambar 1 dapat dilihat peranan β-karoten dalam menghambat pembentukan mevalonat.

Lemak daging ayam broiler

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum nyata menurunkan kadar lemak daging (P<0.05). Persentase penurunan kadar lemak daging ayam broiler pada masing-masing perlakuan adalah R2= 35.41%, R3= 52.92% dan R4= 51.34%. Perlakuan R3 dengan penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana sebanyak 11.8% atau menggantikan 40% bungkil kedelai memiliki persentase penurunan kadar lemak paling tinggi.

Penurunan kadar lemak disebabkan karena adanya kandungan β-karoten di dalam tepung pucuk I. zollingeriana yang menghambat kerja enzim HMG-CoA reduktase dalam pembentukan mevalonat. Terganggunya pembentukan mevalonat mengakibatkan penurunan kolesterol, karena mevalonat bertanggung jawab untuk pertumbuhan sel dan dan mempengaruhi kolesterogenesis dan metabolisme asam lemak. Kolesterol merupakan komponen utama lemak (Piliang dan Djojosoebagio 2006), dengan terganggunya metabolisme kolesterol maka menyebabkan terganggunya pembentukan lemak. Cohen et al. (1984) melaporkan bahwa HMG-CoA reduktase merupakan enzim yang memiliki peranan besar dalam biosintesis

Tabel 5 Rataan kadar kolesterol, lemak daging dan lemak abdominal ayam broiler umur 35 hari yang diberi tepung pucuk I. zollingeriana selama 3 minggu (umur 2-5 minggu)

Peubah Perlakuan

R1 R2 R3 R4

Kolesterol (mg

100g-1) 158.31±17.08A 106.92±19.38B 103.38±25.80B 111.61±20.52B

Lemak (%) 9.31±0.65a 6.01±1.05b 4.38±1.18c 4.53±0.93bc Lemak abdominal

(%)

2.45±0.16A 2.32±0.18A 1.61±0.41B 1.64±0.08B

Keterangan : : aAngka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan

(27)

13

kolesterol, mengkatalisis sintesis mevalonat, yang merupakan sebuah perantara dalam pembentukan sterol. Penghambatan HMG-CoA reduktase akan menekan penggabungan acetat untuk sintesis sterol yang baru, berkurangnya acetat akan mengurangi total lipid yang dihasilkan, sehingga mengurangi serapan asam lemak (Polo dan G. de Bravo 2006).

Lemak abdominal

Penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana sebanyak 11.8% dan 17.74% sebagai substitusi 40% dan 60% protein bungkil kedelai sangat nyata (P<0.01) menurunkan kadar lemak abdominal pada ayam broiler. Rataan persentase lemak abdominal pada penelitian adalah 2.45±0.16% sampai 1.61±0.41%.

Secara keseluruhan persentase lemak abdominal ayam broiler penelitian masih termasuk dalam kisaran normal. Menurut Becker et al. (1979) yaitu berkisar antara 0.73% sampai 3.78%. Persentase penurunan lemak abdominal pada perlakuan R3 dan R4 berturut-turut adalah 34.2% dan 33.24%. Penurunan kandungan lemak abdominal pada perlakuan R3 dan R4 disebabkan karena kandungan β-karoten tepung pucuk I. zollingeriana di dalam ransum dapat mencegah pembentukan lemak. Mekanisme penurunan kandungan lemak pada penelitian disebabkan karena terhambatnya enzim HMG-CoA reduktase dalam pembentukan mevalonat yang menyebabkan terganggunya sintesis kolesterol. Penghambatan HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan kolesterol pada serum (Qureshi et al. 1988). Menurunnya kolesterol serum menyebabkan menurunnya deposit lemak ke daging, sehingga menurunkan kolesterol pada daging dan menurunkan deposit lemak abdominal pada ayam broiler. Lemak abdominal merupakan salah satu bagian tubuh ayam broiler yang digunakan untuk menyimpan

Gambar 1 Pembentukan mevalonat dari acetil-KoA. Hambatan enzim ditandai oleh persilangan (Eisenbrand 2005)

(28)

14

kelebihan lemak di dalam tubuh. Proses transportasi lemak pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana terhadap Kandungan MDA Hati, Serum dan Daging Ayam Broiler

Rataan kandungan MDA hati, serum dan daging ayam broiler umur 35 hari yang diberi tepung pucuk I. zollingriana dalam ransum selama 21 hari (umur 2 sampai 5 minggu) dapat dilihat pada Tabel 6.

TG rantai pendek TG rantai panjang Kolesterol Fosfolipid

Gliserol+asam lemak Bebas Ester

Proses emulsifikasi oleh empedu

phospolipase

Lipase pankreas Kolesterol esterase

kolesterol Asam lema + kolesterol

MG+asam lemak Lysolesitin

phospolipid Bergabung dengan misel

Kolesterol Resistensi TG

Kilomikron

Hati

Serum lipoprotein

Jaringan adiposa

(29)

15

Kandungan MDA hati, serum dan daging ayam broiler

Malondialdehid (MDA) digunakan sebagai indikator keberadaan radikal bebas. Malondialdehid adalah senyawa aldehid yang merupakan hasil peroksidasi lipid, yang biasanya digunakan sebagai biomarker biologis peroksidasi lipid dan menggambarkan derajat stress oksidatif. Antioksidan berperan sebagai pencegah terjadinya peroksidasi lipid tersebut, karena antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas sehingga tidak berbahaya bagi tubuh. Stress oksidatif merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas atau Reactive oxygen species (ROS) dengan antioksidan, dimana kadar radikal bebas lebih tinggi dibandingkan antioksidan (Kurkcu et al. 2010). Mekanisme penghambatan radikal bebas terdiri dari antioksidan endogen dan eksogen. Antioksidan endogen terdiri dari superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GSH-Px), katalase, sedangkan antioksidan eksogen terdiri dari vitamin C, selenium, β-karoten dan Vitamin E (Surai 2003).

Penggunaan 5.9%, 11.8% dan 17.74% tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum tidak mempengaruhi kandungan MDA dalam hati dan serum, kecuali penggunaan 17.74% (R4) nyata meningkatkan kandungan MDA serum. Penggunaan 11.8% dan 17.74% tepung pucuk I. zollingeriana sangat nyata (P<0.01) menurunkan kandungan MDA daging, dengan persentase penurunan pada masing-masing perlakuan adalah 62.52% dan 36.08%. Tidak adanya pengaruh kadar MDA pada hati disebabkan karena hati dapat memproduksi antioksidan endogen seperti enzim superoxide dismutase, catalase dan glutathione peroxidase

serta non-enzimatis antioksidan seperti glutathione, vitamin A, C dan E (Surai 2003), sehingga hati mampu menjaga pertahanan akibat adanya radikal bebas, serta dapat mencegah akumulasi radikal bebas intraseluler yang pada akhirnya mencegah kerusakan sel hati, sehingga kadar MDA pada hati tetap stabil. Peningkatan kadar serum MDA pada perlakuan R4 disebabkan karena tingginya penggunaan minyak sawit pada perlakuan tersebut mengakibatkan tingginya kandungan asam lemak jenuh pada ransum perlakuan. Mukherjee dan Mitra (2009) melaporkan bahwa minyak sawit mengandung asam lemak jenuh yaitu palmitat (C16:0) 44.3%, stearat (C18:0) 4.6%, miristat (C14:1 n-5) 1.0%; asam lemak tidak jenuh tunggal yaitu oleat (C18:1 n-9) 38.7%; asam lemak tidak jenuh ganda (FUFA), yaitu linoleat (C18:2 n-6) 10.5% dan lainnya sebesar 0.9%. Tingginya kandungan asam lemak

Tabel 6 Rataan kandungan MDA hati, serum dan daging pada ayam broiler yang diberi tepung pucuk I. zollingeriana selama 21 hari (umur 2-5 minggu)

Peubah Perlakuan

(30)

16

jenuh mengakibatkan terjadinya peroksidasi lipid yang tinggi, sehingga meningkatkan kadar MDA pada perlakuan R4. Asam lemak jenuh dapat meningkatkan radikal bebas sehingga kandungan MDA meningkat (Gomes 2005). Poduksi MDA membran bervariasi tergantung pada tipe jaringan yang berbeda. Jika kadar lipid peroksida di hati meningkat, maka lipid peroksida ini keluar dari hati menuju pembuluh darah.

Penurunan kadar MDA daging disebabkan karena kandungan β-karoten dari tepung pucuk I. zollingeriana mampu menekan terjadinya oksidasi lipid sehingga kerusakan sel dapat teratasi. Keberadaan β-karoten erat kaitannya dengan biosintesis asam lemak dan lemak daging. Adanya β-karoten yang dideposisi pada bagian membran daging ikut membantu mencegah kerusakan daging ayam akibat adanya reaksi peroksidasi lipid sehingga nilai MDA daging ayam yang di beri β -karoten menjadi lebih rendah. Beta-karoten adalah salah satu antioksidan pemutus rantai, bersifat lifofilik sehingga berperan pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid (LPO). Peroksidasi lipid adalah reaksi rantai yang timbul oleh radikal hidroksil terhadap asam lemak tak jenuh dari fosfolipid dan glikolipid yang menyusun membran sel. Radikal bebas hidroksil adalah suatu oksidan kuat yang terbentuk dari proses biologis alamiah yang berturut-turut terutama terbentuk hidrogen peroksida (H2O2) yang terbentuk karena adanya aktifitas enzim-enzim dalam retikulum endoplasma dan periksisom. Hidrogen peroksida ini merupakan oksidan kuat yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa yang terdapat di dalam sel, selain itu hidrogen peroksida akan menghasilkan radikal hidroksil bila bereaksi dengan logam transisi (Fe++ dan Cu+) (Mayes 2002). Selanjutnya dijelaskan bahwa enzim-enzim tersebut membentuk hidrogen peroksida dan kemudian terbentuk radikal hidroksil (

·

OH). Radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling reaktif, apabila bereaksi dengan asam lemak tak jenuh akan membentuk peroksidasi lipid, mengakibatkan terputusnya rantai asam lemak menjadi senyawa yang bersifat toksik, sehingga berbahaya dan merusak sel. Betakaroten merupakan antioksidan yang dapat memberikan elektron kepada radikal bebas (oksidan) sehingga senyawa radikal tersebut menjadi stabil. Xantophyll dan β-karoten merupakan sumber antioksidan yang dapat meningkatkan pigmentasi pada kuning telur serta memperbaiki status kesehatan pada ayam (Lee et al. 2010). Betakaroten merupakan antioksidan alami yang dapat melindungi komponen seluler dari kerusakan biologis akibat Reactive Oxygen Species (ROS) (Su et al. 2007). Valesco et al. (2011) menyatakan bahwa ekstrak tumbuh-tumbuhan merupakan antioksidan alami sangat baik dalam meningkatkan kualitas daging karena dapat menghambat atau memperlambat oksidasi lipid dan pertumbuhan mikroba.

(31)

17 kualitas daging (Fassah 2012). Tingginya kandungan antioksidan pada daging yang dihasilkan meningkatkan nilai nutrisi dari daging tersebut sehingga meningkatkan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya.

Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana terhadap Organ Dalam Ayam Broiler

Rataan bobot relatif organ dalam ayam broiler penelitian umur 35 hari dapat dilihat pada Tabel 7. Perhitungan bobot relatif suatu organ untuk mengetahui fungsi dari organ tersebut. Ransum yang diberikan dapat saja mempengaruhi kerja dari organ dalam dan saluran pencernaan ayam. Kelainan pada organ dalam dapat disebabkan karena adanya penyakit maupun antinutrien yang terdapat di dalam ransum. Kelainan-kelainan tersebut ditandai dengan adanya perubahan pada organ dalam secara fisik seperti perubahan ukuran. Setiap organ dalam pada ternak mempunyai fungsi yang saling berhubungan.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum tidak nyata mempengaruhi bobot organ dalam. Bobot organ dalam secara keseluruhan masih dalam batas normal dan masih sesuai dengan bobot hidupnya. Hati berfungsi sebagai detoksifikasi racun dan apabila terjadi kelainan pada hati ditunjukkan dengan adanya pembesaran maupun pengecilan hati (Ressang 1984). Begitu juga halnya dengan jantung, tidak adanya pengaruh bobot jantung menandakan perlakuan tidak mempengaruhi kerja jantung dalam mengedarkan darah secara efisien dalam paru-paru untuk menyokong proses metabolisme tubuh (Nort dan Bell 1990). Jantung sangat rentan terhadap racun dan Tabel 7 Rataan persentase bobot organ dalam ayam broiler umur 35 hari yang diberi tepung pucuk I. Zollingeriana sebagai substitusi protein bungkil kedelai dalam ransum selama 3 minggu (umur 2-5 minggu)

Peubah Perlakuan Normal

12.84±0.43 12.35±0.53 12.82±1.15 12.95±0.68 17.13-19.804

Panjang relatif sekum (cm 100g BB-1)

1.21±0.05 1.41±0.05 1.30±0.20 1.32±0.09

-Keterangan: : 1Putnam (1991),2Sturkie (2000), 3Nkukwana (2014), 4Hermana et al. (2005), R1=

(32)

18

zat antinutrien, pembesaran jantung dapat terjadi karena adanya akumulasi racun pada otot jantung, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ransum perlakuan dengan penambahan tepung pucuk I. zollingeriana tidak mengandung racun maupun antinutrien yang merugikan untuk ternak.

Bobot rempela dipengaruhi oleh kadar serat kasar ransum. Semakin tinggi kadar serat kasar ransum akan meningkatkan aktifitas rempela sehingga bobotnya juga semakin besar. Serat kasar ransum penelitian masih berada dibawah batas toleransi untuk ayam broiler, sehingga tidak mempengaruhi bobot rempela. Begitu juga dengan bobot limfa, pankreas, empedu dan ginjal, penggunaan tepung pucuk

I. zollingeriana dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang buruk terhadap metabolisme tubuh, sehingga tidak mempengaruhi bobot dari masing-masing organ tersebut. Panjang relatif usus halus dan sekum pada penelitian masih berada dalam bobot normal. Kandungan serat kasar ransum masih berada dalam batas toleransi sehingga tidak mempengaruhi panjang relatif usus dan sekum. Panjang usus dipengaruhi oleh kadar serat kasar ransum. Semakin tinggi kadar serat kasar ransum, maka laju pencernaan dan penyerapan zat makanan akan semakin lambat. Untuk memaksimalkan penyerapan zat makana tersebut, maka daerah penyerapan akan diperluas atau diperpanjang. Tidak berbedanya bobot relatif organ membuktikan bahwa tepung pucuk I. zollingeriana tidak mempengaruhi kerja organ dalam dan tepung pucuk I. zollingeriana dapat menggantikan bungkil kedelai dalam ransum ayam broiler.

Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana terhadap Status Kesehatan Ayam Broiler yang dicerminkan oleh Profil Darah

Darah dalam tubuh dibagi menjadi tiga yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit. Darah dapat dijadikan sebagai indikasi adanya gangguan fisiologi dalam tubuh ternak karena darah berperan sebagai media homeostasis. Pengaruh penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum terhadap profil darah ayam broiler meliputi jumlah eritrosit, hemoglobin, hematokrit, leukosit, heterofil, limfosit, monosit, eusinofil dan basofil ayam broiler umur 35 hari dapat dilihat pada Tabel 8. Penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana

dalam ransum hingga 17.74% pada penelitian tergolong aman, karena jumlah eritrosit, hemoglobin, hematokrit, heterofil, limfosit, monosit, dan basofil yang didapatkan masih termasuk dalam kisaran normal untuk unggas. Hal ini mengindikasikan bahwa antinutrien yang terkandung dalam tepung pucuk I. zollingeriana seperti tanin dan saponin masih aman digunakan dalam ransum ayam broiler tanpa mengganngu eritrosit, hemoglobin, hematokrit, heterofil, limfosit, dan monosit sehingga tidak mengganggu kesehatan ayam broiler.

(33)

19

dapat disebabkan karena kondisi stres pada ayam pada saat dilakukan pengambilan sampel darah yang memicu korteks adrenalis dalam meningkatkan produksi hormon kortisol yang dapat menurunkan jumlah maupun perubahan jenis leukosit. Kondisi stres dapat menurunkan jumlah leukosit (Altan et al. 2000). Kondisi stres pada ayam dapat menurunkan jumlah leukosit hingga 40% (Tamzil et al. 2014). Rendahnya nilai leukosit dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya dapat disebabkan oleh lepsis atau leukositopenia. Leukositopenia merupakan penyakit karena perubahan sel leukosit dalam darah yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus tertentu yang belum diketahui.

Proses pembentukan leukosit terjadi pada stem cell (sel induk) hemopoietik pluripoten, berdiferensiasi menjadi mioblas (sel kecil berinti besar, kromatin terbesar, tiga atau lebih nucleolus), sel berkembang memiliki granula azurofilik menjadi promielosit (kromatin di dalam inti yang lonjong tampak terbesar dan jelas) lalu promielosit ini membelah menjadi mielosit yang lebih kecil kemudian membentuk suatu jalur diferensiasi yang disebut commited stem cell. Sebelum berkembang menjadi berbagai macam leukosit yang spesifik dibentuk terlebih dahulu suatu koloni pembentuk, yang disebut CFU-S (Unit pembentukan koloni limfa) dan sebagian dibentuk pada sumsum tulang. Kemudian membentuk beberapa koloni yang diantaranya CFU-GM, yang nantinya berdiferensiasi menjadi netrofil, basofil, eusinofil dan monosit, dan CFU-M yang akan berkembang menjadi megakariosit (Guyton dan Hall 2007)

Eusinofil merupakan sel darah putih yang sitoplasmanya bergranula bewarna eosin, yang berfungsi dalam mengatur peradangan yang disebabkan oleh sel-sel (Tizard 1982). Kandungan saponin yang masih berada dibawah toleransi tidak mengakibatkan iritasi sehingga tidak merangsang terbentuknya eusinofil. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum

Tabel 8 Rataan jumlah eritrosit, hemoglobin, hematokrit, leukosit, heterofil, limfosit, monosit, eusinofil dan basofil ayam broiler umur 35 hari yang diberi tepung

pucuk I. zollingeriana sebagai subsitusi protein bungkil kedelai dalam ransum

Peubah Perlakuan Standar

R1 R2 R3 R4

Eritrosit (x106 mm-3) 2.46±0.24 2.96±0.26 3.33±0.64 2.97±0.40 2.0-3.21

Hemoglobin (g dl-1) 11.75±0.74 11.88±1.03 12.33±1.55 12.72±1.28 7.0-18.62

Hematokrit (%) 23.94±0.35 25.10±2.74 26.34±3.89 27.06±1.57 20-342

Leukosit (x10-3mm-3) 8.15±1.72 5.08±0.74 7.88±0.85 13.10±2.88 12-303

Heterofil (%) 43.75±17.21 32.00±7.12 45.50±10.79 50.00±9.49 9-561

Limfosit (%) 46.25±20.07 60.50±3.70 45.50±13.48 36.00±8.83 24-841

Monosit (%) 7.25±2.22 4.00±1.83 6.25±0.96 9.50±2.08 0-301

Eusinofil (%) 2.75±1.26 3.50±1.51 2.75±1.99 4.50±1.65 3-84

Basofil (%) 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.55

Keterangan: : AAngka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan

berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); 1Smith dan

Mangkoewidjojo (1988); 2Pollack et al. (2005); 3Zinkl (1986); 4Swenson (1984); 5Tizard 1982; R1= ransum mengandung 20% BK dan 0% TPI (substitusi 0% protein

(34)

20

hingga 17.74% sebagai substitusi 60% protein bungkil kedelai masih aman digunakan dalam ransum ayam broiler, karena tidak mengganggu kesehatan dan tidak adanya infeksi oleh parasit sehingga tidak menggertak jumlah eusinofil pada ayam broiler.

Basofil berperan pada beberapa tipe reaksi alergi yang disebabkan antibodi yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Tidak ditemukannya basofil pada penelittian ini menunjukkan tidak terjadinya inflamasi dan reaksi alergi dalam tubuh terhadap benda asing. Basofil merupakan sel mieloid yang jumlahnya paling sedikit di dalam darah hewan piaraan, berjumlah sekitar 0.5% dari leukosit darah (Tizard 1982). Hal ini membuktikan bahwa tepung pucuk I. zollingeriana dapat digunakan hingga 17.74% di dalam ransum ayam broiler sebagai substitusi 60% protein bungkil kedelai.

Pengaruh Penggunaan Tepung Pucuk I. zollingeriana sebagai Substitusi Sebagian Protein Bungkil Kedelai terhadap Nilai Ekonomi

Nilai income over feed and chick cost ayam broiler penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Nilai income over feed and chick cost (IOFCC) dihitung berdasarkan besarnya biaya konsumsi pakan dan harga jual dari tiap kilogram berat daging ayam broiler. Besarnya konversi pakan akan menambah biaya produksi dan akan mempengaruhi nilai IOFCC. Besar dan kecilnya nilai IOFCC dipengaruhi oleh harga daging ayam broiler pada waktu penelitian dilaksanakan. Penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum dapat menurunkan biaya pakan. Semakin banyak penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum semakin menurunkan biaya pakan dengan kandungan nutrisi yang tetap sama. Harga jual daging ayam pada bulan desember 2014 adalah Rp 20000 kg-1, pada R2, R3 dan R4 harga daging 25000 kg-1, perbedaan harga ini disebabkan karena adanya perbedaan daging secara kualitas. Daging yang dihasilkan dengan penggunaan tepung pucuk

I. zollingeriana dalam ransum memiliki kandungan tinggi antioksidan, rendah kolesterol dan rendah lemak.

Tabel 9 Income over feed and chick cost ayam broiler penelitian

Peubah Perlakuan

R1 R2 R3 R4

Harga pakan kg-1 6380.70 6377.65 6298.70 6279.09

Harga ayam umur 14 hari (Rp ekor-1)* 10000 10000 10000 10000

Biaya ransum (Rp ekor-1) 16042.87 16686.67 16561.17 16958.13

Jumlah biaya (Rp ekor-1) 26042.87 26686.67 26561.17 26958.13

Bobot akhir (kg ekor-1) 1.380 1.384 1.383 1.383

Harga ayam kg-1(Rp ekor-1)** 20000 25000 25000 25000

Pendapatan (Rp ekor-1) 26210.50 27672.22 27650.00 27656.67

IOFCC (Rp ekor-1) 1557.13 7913.33 8088.83 7616.87

Keterangan: *Harga ayam broiler ekor-1 umur 2 minggu pada bulan desember 2014; **Harga

daging ayam broiler kg-1 pada bulan desember 2014; R1= ransum mengandung

(35)

21 Penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum sebagai substitusi sebagian protein bungkil kedelai memberikan nilai IOFCC yang lebih tinggi dibandingkan dengan ransum kontrol (Tabel 9). Murahnya harga tepung pucuk I. zollingeriana (Rp 3300.00 kg-1) dibanding harga bungkil kedelai (Rp 9500 kg-1) mengakibatkan harga ransum menjadi lebih murah. Selain itu daging yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus sehingga lebih memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ransum kontrol (R1).

4 SIMPULAN

Simpulan dari penelitian adalah:

1. Tepung pucuk I. zollingeriana dapat digunakan dalam ransum ayam broiler sampai 17.74% sebagai substitusi 60% protein bungkil kedelai tanpa mempengaruhi performa.

2. Penggunaan tepung pucuk I. zollingeriana dalam ransum menghasilkan daging tinggi antioksidan, rendah kolesterol dan lemak.

(36)

22

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah L. 2010. Herbage production and quality of shrub indigofera treated by different concentration of foliar fertilizer. Media Petern. 33 (3): 169-175. Akbarillah T, Kususiyah, Hidayat. 2010. Pengaruh penggunaan daun indigofera

segar sebagai suplemen pakan terhadap produksi dan warna yolk itik. JSPI.

5(1): 27-33.

Akbarillah T, Kususiyah, Kaharuddin D, Hidayat. 2008. Kajian tepung Daun indigofera sebagai suplemen pakan terhadap produksi dan kualitas telur puyuh. JSPI. 3(1):20-23.

Altan O, Altan A, Cabuk M, Bayraktar H. 2000. Effect of heat stress on some blood parameters in broiler. Turkey (ID). Fakulty of Agricultural Ege University. Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-2. Bogor. Lembaga Satu

Gunungbudi KPP IPB.

[AOAC]Association of Analytical Cummunites. 2005. Official Method of Analysis of AOAC International. Arlington (US). Association of Official Analytical Chemichal. Ed ke-18.

Assmann G, Eckardstein V, Cullen P. Dislipidemias. 1996. Dalam Fernandes J, Saundubray JM, Van de Berghe G (penyunting). Inborn Metabolic Disease Diagnosis and Treatment. Edisi 2. Springer-Verlag Berlin Heidelberg New York.

Becker WA, Spencer JV, Minishand LW, Werstate JA. 1979. Abdominal and carcas fat in five broiler strain. Poult Sci. 60: 692-697.

Burke RW, Diamondstone BI, Velapoldi RA, Menis O. 1974. Mechanisms of the Liebermann- Burchard and Zak Color Reactions for Cholesterol. Clin Chem. 20: 794-801.

Chen JR, Chou SF, Suetsuna K, Yang NY, Yang SC. 2003. Lipid metabolism in hypocholesterolemic rats affected by feeding cholesterol-free diets containing different amount of non-dialyzed soybean protein fraction. Nutrition. 19: 676-680.

Cobb-Vantress. 2012. Broiler performance and nutrition supplement. [Internet]. [diunduh 2015 April 14]. Tersedia pada: http:///www.cobb-vantress.com Cohen LH, Griffion M, Havekes L, Shouten D, ven Hinsbergh, V, Kempen HJ.

1984. Effects of compactin, mevalonate and low density lipoprotein on 3-hydroximethylglutaryl coenzyme A reductase activity and low density receptor activity in the human hepatoma cell line HepG2. J. Biochem. 222: 35-39.

[Dirjen P2HP] Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementrian Pertanian). 2014. Statistik ekspor impor komoditas pertanian 2001-2013. Jurnal Statistik Ekspor Impor Komoditas Pertanian. ISSN: 2337-9578

(37)

23 Dutta D, Chaudhuri UR, Chakraborty R. 2005. Sructure, health benefits. Antioxidant property and processing and storage of carotenoids. African J of Biotech. 4(13): 1510-1520.

Eisenbrand, G. 2005. Toxicological Evaluation of Red Mold Rice. Mol. Nutr. Food Res. 50: 322–327.

FAO. 2005. Endogenous and exogenous feed toxins. http://www.foa.org/docrep/article/agrippa/659en-10.htm#Topofpage [22 desember 2014].

Fassah DM, Supadmo, Rusmana. 2012. Efek pemberian ektrak limbah teh hitam sebagai sumber antioksidan dan level energi-protein pakan yang berbeda terhadap stabilitas oksidatif dan kualitas daging ayam broiler. Buletin Peternakan. 36 (2): 75-86.

Friedewald WT, Levy RI, Fredrickson DS. 1972. Estimation of the concentration og lowdensity lipoprotein cholesterol in plasma, without the use of preparative centrifuge. Clin. Chem. 18: 499-502.

Gomes GN, Barbosa FT, Radaeli RF, Cavanal MF, Aires MM, Zaladek G. 2005. Effect of D-α-tocopherol on tubular nephron acidification by rats with induced diabetes mellitus. Brazilian J of Medical and Biological Research. 38: 1043-1051.

Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta (ID): EGC. Hermana W, Puspitasari DI, Wiryawan KG, Suharti S. 2005. Pemberian tepung

daun salam (Syzygium polyanthum (wight) walp.) dalam ransum sebagai bahan antibakteri Escherichia coli terhadap organ dalam ayam broiler. Media Petern. 31(1): 63-70.

Hossain MdE, Kim GM, Lee SK, Yang CJ. 2012. Growth performance, meat yield, oxidative stability, and fatty acid composition of meat from broilers fed diets supplemented with a medical plant and probiotics. Asian-Aust J Anim Sci. 25: 1159-1168.

Kumar V, Elangova AV, Mandal AB. 2005. Utilization of reconstituted high-tanin sorgum in the diets of broiler chicken. Asian-Aust J of Anim Sci. 18(4): 538-544.

Kürkçü R. 2010. The effects of short-term exercise onthe parameters of oxidant and antioxidant system in handball players. African Journal of Pharmacy and Pharmacology.4 (7) : 448-45.

Lee CX, Lee BD, Na J-C, An G. 2010. Carotenoid accumulation and their antioxidant activity in spent laying hends as affected by polarity and feeding period. Asian-Aust. J Anim Sci. 23(6): 799-805.

Leeson S, Summers JD. 2008. Commercial Poultry Nutrition.3rd Ed. Departement of Animal and Poultry Science, University Guelph.University Books. Canada. Leeson S, Summers JD. 2001. Nutrition of the Chicken. 4th Ed. Departement of

Animal and Poultry Science, University of Guelph, Guelph, Ontario. Canada. Mayes PA. 2002. Lipids of Physiologic Significant. In: Harper’s Biochemistry. (Eds): Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 25th Ed. McGraw-Hill Education (Asia). New Delhi.

Gambar

Tabel 1. Komposisi dan kandungan nutrien ransum perlakuan periode finisher
Tabel 2.  Tabel 2 Rataan performa ayam broiler penelitian selama 3 minggu (umur 2-5
Gambar 2. Proses transportasi lemak (Piliang dan Djojosoebagio 2006)
Tabel 8 Rataan jumlah eritrosit, hemoglobin, hematokrit, leukosit, heterofil, limfosit, monosit, eusinofil dan basofil ayam broiler umur 35 hari yang diberi tepung pucuk I
+2

Referensi

Dokumen terkait

scaffolding (penyediaan dukungan untuk belajar dan memecahkan masalah). Kedua ahli tersebut menyatakan perubahan kognitif seseorang hanya akan terjadi jika konsep

Pada penelitian ini persepsi PMO terhadap pengelolaan TB paru di Puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kotamadya parepare adalah motivasi penderita untuk

Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner yang sudah dilakukan, pasien menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pengobatan TB paru yang diukur dari nilai

Rancangan ini akan menampilkan form dimana data barang yang telah diproduksi oleh SIMPLE SPACE dan baru disimpan di gudang direkam pada sistem inventori hasil

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh tim BPP Teknologi, Bacillus halodurans CM1, diisolasi dari sumber air panas, Cimanggu, Jawa Barat

Untuk survei pendahuluan kelelahan dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) disebabkan banyak pekerja yang memiliki keluhan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa indikator dari penilaian pekerjaan berada dalam kategori cukup setuju, hal ini harus lebih diperhatikan oleh perusahaan,

Menurut Solomon ukuran nanopartikel perak dapat ditentukan dari puncak serapan maksimum panjang gelombang dimana semakin besar ukuran partikel maka puncak serapan