• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Jantan dan Betina dengan Pemberian Ransum Grower Komplit Tinggi Energi dan Protein

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Jantan dan Betina dengan Pemberian Ransum Grower Komplit Tinggi Energi dan Protein"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH JANTAN

DAN BETINA DENGAN PEMBERIAN RANSUM

GROWER

KOMPLIT TINGGI ENERGI DAN PROTEIN

ALFIATUN NISA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas Kambing Peranakan EtawaH Jantan dan Betina dengan Pemberian Ransum Grower Komplit Tinggi Energi dan Protein adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ALFIATUN NISA. Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Jantan dan Betina dengan Pemberian Ransum Grower Komplit Tinggi Energi dan Protein. Dibimbing oleh KOMANG GEDE WIRYAWAN dan KUKUH BUDI SATOTO.

Kambing Etawah fase grower membutuhkan nutrisi lengkap dan seimbang untuk keperluan pertumbuhan dan persiapan masa reproduksi, terutama kebutuhan akan energi dan protein berdasarkan NRC 2006. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan produktivitas kambing Etawah fase grower yang diberikan ransum komplit tinggi energi dan protein. Penelitian ini menggunakan 4 jantan dan 4 betina berumur 4 bulan dengan bobot awal 11.38±3.15 kg untuk jantan dan 12.13±2.70 kg untuk betina, serta menggunakan rancangan dengan 2 perlakuan (jantan dan betina) dan 4 kelompok yang dianalisis menggunakan Uji-T. Rasio konsentrat dan hijauan yang diberikan adalah sebesar 90%:10% dari total pakan dengan parameter berupa konsumsi bahan kering, PBBH, efisiensi protein, dan konversi pakan. Analisis statistik menunjukan tidak signifikan (P>0.05) untuk konsumsi bahan kering (g ekor-1 hari-1), namun signifikan (P<0.05) untuk PBBH

(g ekor-1hari-1), efisiensi protein dan konversi pakan. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa konsumsi dan PBBH belum dapat memenuhi dari yang disarankan oleh NRC (2006) sehingga untuk penerapannya di Indonesia perlu diteliti lebih lanjut.

Kata kunci: etawah fase grower, konversi pakan, ransum tinggi energi dan protein, performa

ABSTRACT

ALFIATUN NISA. Productivities of Male and Female Etawah Grade Goats Fed With High Energy and Proteins Complete Rations. Supervised by KOMANG GEDE WIRYAWAN and KUKUH BUDI SATOTO.

Etawah goats in growing phase require a complete and balance nutrition for growth and preparation for reproduction phase, especially energy and protein. This research aimed to compare the productivity of Etawah growing kids fed with high energy and proteins complete rations based on NRC (2006). This research used 4 male and 4 female goats at 4 months age with initial body weight of 11.38±3.15 kg and 12.13±2.70 kg, respectively the data were analyzed with T-Test with 2 treatments (male and female) and 4 groups. Concentrate and forages ratio was 90% and 10% from total feed. Parameters in this research were dry matter intake, body weight gain, protein efficiency ratio, and feed conversion ratio. Statistical analysis showed that no significant results for dry matter intakes (g day -1), but body weight gain (g day-1), feed conversion ratio and protein efficiency

ratio of male goats was significantly (P<0.05) better than female group. These results indicated that consumption and body weight gain were in line with NRC (2006) recomendation so as to the implementation in Indonesia needs to be further investigated.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH JANTAN

DAN BETINA DENGAN PEMBERIAN RANSUM

GROWER

KOMPLIT TINGGI ENERGI DAN PROTEIN

ALFIATUN NISA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Jantan dan Betina dengan Pemberian Ransum Grower Komplit Tinggi Energi dan Protein

Nama : Alfiatun Nisa

NIM : D24100106

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Komang Gede Wiryawan

Pembimbing I Ir. Kukuh Budi Satoto, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi Manu Hara Karti MS Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini produktivitas kambing peranakan Etawah dengan pemberian ransum komplit tinggi energi dan protein. Pemilihan kambing Peranakan Etawah menjadi subjek penelitian ini didasarkan pada perkembang biakannya yang relatif lebih cepat serta teknik pemeliharaannya yang relatif mudah dan tidak memerlukan tempat yang luas. Pemeliharaan ternak perlu diketahui aspek pakan agar dapat menghasilkan produktivitas yang baik, namun belum diketahui secara pasti kebutuhan nutrisi yang tepat untuk kambing peranakan Etawah di daerah tropis. Oleh sebab itu, penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kebutuhan nutrisi yang sesuai pada kambing peranakan Etawah fase grower di daerah tropis yang berdasarkan standar Nutrient Requirements of Small Ruminants tahun 2006 yang dikeluarkan oleh National Research Councill, Amerika Serikat.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi bagi seluruh pembaca, khususnya di bidang peternakan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Alat 4

Lokasi dan Waktu 4

Prosedur Penelitian 4

Rancangan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Konsumsi Pakan dan Zat Makanan 6

Pertambahan Bobot Badan 10

Konversi Pakan 12

Efisiensi Protein 13

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 18

(12)

DAFTAR TABEL

1 Hasil analisis proksimat pakan yang digunakan selama penelitian 3 2 Komposisi penggunaan bahan pakan yang digunakan selama penelitian 3 3 Konsumsi pakan dan zat makanan selama penelitian 7 4 Pertambahan bobot badan ternak selama penelitian 10

5 Konversi pakan kambing PE selama penelitian 12

6 Efisiensi protein kambing PE selama penelitian 13

DAFTAR GAMBAR

1 Kambing peranakan Etawah yang digunakan dalam penelitian 2 2 Kandang panggung yang digunakan saat penelitian 4 3 Pola konsumsi pakan kambing Etawah fase grower jantan dan betina

pada setiap periode penelitian 8

4 Grafik pertumbuhan kambing peranakan Etawah fase grower yang diberi ransum komplit tinggi energi dan protein 11

DAFTAR LAMPIRAN

5 Hasil T-Test pertambahan bobot badan harian kambing PE 18 6 Hasil T-Test konsumsi segar harian (as fed) ransum 18 7 Hasil T-Test konsumsi bahan kering harian (BK) ransum 18 8 Hasil T-Test konsumsi energi (dalam BK) ransum 18 9 Hasil T-Test konsumsi protein (dalam BK) ransum 18

10 Hasil T-Test efisiensi penggunaan protein 19

(13)

1

PENDAHULUAN

Kambing merupakan ternak yang dapat memanfaatkan vegetasi alam di lahan marjinal dengan cukup efisien (Sharma et al. 1992). Apabila melihat dari segi ekonomis, kambing merupakan ternak yang mudah dipelihara dan dapat diupayakan untuk membantu masyarakat di lingkungan pedesaan (Deoghare dan Ram 1992, Bhattacharyya 1980), khususnya di daerah yang beriklim tropis (Sengar 1980, Murtidjo 1993).

Kambing Peranakan Etawah adalah hasil persilangan antara kambing Etawah yang berasal dari Jamnapari, India dengan kambing Kacang yang merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing PE memiliki spesifikasi umum yaitu kombinasi warna rambut putih hitam atau putih coklat, memiliki surai (rambut dibelakang kaki bagian belakang) panjang terkulai, telinga yang panjang menggantung dan terkulai (SNI 2007), tanduk mengarah ke belakang kepala, muka cembung, dan memiliki tubuh yang kompak sehingga cocok untuk dijadikan ternak penghasil daging (Sarwono 2010).

Kambing PE (Peranakan Etawah) pada pemeliharaannya hanya membutuhkan modal yang lebih sedikit dibandingkan dengan ternak besar seperti sapi dan kerbau. Selain itu juga teknik pemeliharaan yang relatif mudah dan sederhana serta tidak memerlukan ruangan yang luas, pada usaha skala kecil dapat dilakukan oleh anggota keluarga, dan perkembangbiakan kambing PE relatif lebih cepat dibandingkan dengan ternak besar lainnya (Sodiq dan Abidin 2010).

Williamson dan Payne (1993) menyebutkan bahwa sekitar 60% dari biaya produksi berasal dari pakan sehingga pengaruhnya merupakan faktor penting pada produktivitas suatu ternak. Wilkinson dan Stark (1987) mengungkapkan bahwa dalam jumlah yang masih terbatas, penelitian tentang aspek pakan untuk kambing telah dilaporkan, namun pada penelitian tersebut masih menggunakan kambing yang berasal dari bangsa temperate. Sedangkan menurut Mathius et al. (2002) penelitian dalam hal pakan untuk kambing di daerah tropis masih sedikit, salah satunya untuk kambing lokal di Indonesia, khususnya kambing PE.

Pakan yang diberikan berkualitas baik diyakini dapat mendukung produktivitas yang baik, karena menurut Treacher (1979) kambing pada masa pertumbuhan membutuhkan nutrisi yang lebih banyak dibandingkan dengan kambing yang sedang tidak berproduksi. Meskipun ternak memiliki potensi genetik yang tinggi, namun tanpa dukungan pemberian pakan yang tepat, maka produksi ternak tersebut tidak dapat optimal. Lahan pertanian yang semakin sempit menyebabkan ketersediaan hijauan yang masih berkurang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sehingga solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengimbangi nutrisi ternak melalui penambahan konsentrat dalam bentuk ransum komplit. Salah satu upaya peningkatan produktivitas ini dengan mengetahui kebutuhan nutrisi khususnya imbangan energi dan protein.

(14)

2

air. Menurut NRC (2006) kambing pada fase grower dengan pertambahan bobot badan 200 gram ekor-1 hari-1 memerlukan energi dan protein sebesar 89.14% dan

18.76% sehingga diperlukannya penelitian ini untuk mengetahui kebutuhan kambing PE pada fase grower apakah membutuhkan imbangan energi dan protein sebanyak itu. Keunggulan penggunaan ransum komplit adalah pemeliharaan ternak yang pada awalnya bergantung pada luasan lahan (land based) untuk ditanami hijauan dan untuk penggembalaan menjadi non land based sehingga pemeliharaannya hanya memerlukan suatu tempat tanpa lahan yang luas. Salah satu faktor yang menjadi titik kritis dalam pembuatan ransum komplit adalah kandungan nutrien yang sesuai dengan kebutuhan ternak, maka diperlukan sebuah penelitian tentang kebutuhan energi dan protein kambing PE pada fase grower. Melalui data yang diperoleh diharapkan dapat memberikan informasi tentang strategi penyusunan pakan yang tepat untuk kambing PE muda sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kambing di daerah tropis khususnya Indonesia.

METODE

Bahan Ternak

Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah anak kambing peranakan Etawah fase grower sebanyak 8 ekor dengan umur 4 bulan dan dengan bobot badan awal jantan 11.38±3.15 kg dan betina 12.13±2.70 kg. Jumlah ternak masing-masing jenis kelamin adalah jantan 4 ekor dan betina 4 ekor. Ternak didapat dari anakan kambing peranakan Etawah yang berasal dari Kandang A Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB. Tampilan ternak yang digunakan pada penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kambing peranakan Etawah yang digunakan dalam penelitian Sumber : Dokumentasi pribadi

Ransum

(15)

3 dengan standar dari National Research Councill (NRC 2006) untuk kambing perah usia pertumbuhan (Growing Kids). Formulasi ransum dilakukan dengan menggunakan metode Trial and Error pada aplikasi Microsoft Excel 2010 melalui personal komputer.

Kandungan zat makanan pada ransum komplit yang digunakan pada saat penelitian disajikan pada Tabel 1, dan komposisi penggunaan bahan pakan yang digunakan saat penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Hasil analisis proksimat pakan yang digunakan selama penelitian

Pakan

H:K = Hijauan : Konsentrat; *) Hasil Analisis Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya

Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor (2014); BK: bahan kering, PK: protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, EB: energi bruto; **) Hasil Perhitungan TDN (dalam %) = 37.937 –

1.018(SK) – 4.886(LK) + 0.173(BETN) + 1.042(PK) + 0.015(SK)2 – 0.058(LK)2 +

0.008(SK)(BETN) + 0.119(LK)(BETN) + 0.038(LK)(PK) + 0.003(LK)2(PK) (Hartadi et

al .2000); Perbandingan pemberian pakan ke ternak adalah 90 : 10 (konsentrat : hijauan)

Tabel 2 Komposisi penggunaan bahan pakan yang digunakan selama penelitian Bahan pakan Jumlah penggunaan dalam ransum (%)(2)

Rumput Lapang(1) 10.00

(16)

4

Alat Kandang

Kandang individu sebanyak 8 buah dengan ukuran 1.5 m x 1 m x 1.5 m terbuat dari bambu dan kayu dengan dilengkapi tempat pakan dan tempat air minum. Bentuk kandang berupa kandang panggung dengan dinding terbuka dan atap ditutupi dengan asbes. Kandang panggung digunakan dalam penelitian ini agar kotoran tidak menumpuk di alas kandang dan mudah untuk dibersihkan.

Kandang yang digunakan pada saat penelitian berlangsung disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Kandang panggung yang digunakan saat penelitian Sumber : Dokumentasi pribadi

Perlengkapan

Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan digital dan analog masing-masing kapasitas 5 kg dan 100 kg, karung untuk menimbang bobot badan ternak, dan alat tulis. Alat untuk pembuatan ransum diantaranya adalah bak penampung dengan kapasitas sekitar 100 kg, pengaduk yang terbuat dari karet tebal dan stainless steel, bak ukuran sedang dengan kapasitas 5 kg, wadah penyimpanan dengan kapasitas 5 liter, dan 3 wadah kecil.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kandang sektor A Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan IPB, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Gedung Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor, serta Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB. Waktu pelaksaanaan selama 75 hari terhitung pada bulan November 2013 hingga Januari 2014.

Prosedur Penelitian Persiapan Kandang

(17)

5 deterjen lalu didiamkan selama 24 jam. Bak pakan dan bak minum yang digunakan dibersihkan dengan menggunakan sabun cuci dan deterjen hingga bersih lalu dikeringkan. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah pembuatan sekat antar kandang dengan ukuran panjang dan lebar masing – masing 1.5 meter dan 1 meter. Pembuatan sekat antar kandang dengan potongan bilah bambu dan kayu yang disatukan dengan paku besi ukuran 2 cm dan kawat besi dengan diameter berkisar 1 mm.

Pemeliharaan

Sebanyak 8 ekor kambing PE fase pertumbuhan dibagi menjadi 2 perlakuan dengan 4 kelompok. Kambing dipelihara di kandang individu dengan ukuran 1.5m x 1m selama 75 hari. Pemberian pakan berdasarkan panduan Nutrient Requirements of Small Ruminant (NRC 2006) yaitu sebesar 5% BB dalam bentuk bahan kering, dan dibagi menjadi dua waktu pemberian, yaitu pagi hari pada pukul 06.00-08.00 WIB yang hanya diberikan konsentrat dan siang hari pada pukul 13.00-14.00 yang diberikan rumput dan penambahan konsentrat bila konsentrat sudah habis atau tersisa sedikit. Pemberian pakan ini dilakukan pada masing – masing perlakuan dan perulangan pada waktu yang sama dan dengan air minum yang disediakan secara ad libitum (tidak terbatas). Sisa pakan ditimbang setiap diberikan pakan baru.

Rancangan dan Analisis Data Perlakuan

Perlakuan yang diberikan selama penelitian berlangsung adalah :

P1 : Kambing peranakan Etawah jantan sebanyak 4 ekor fase grower yang diberikan ransum komplit dengan kandungan TDN 84.30% dan PK 17.75% diberikan sebanyak 5% bobot badan dalam bentuk bahan kering.

P2 : Kambing peranakan Ettawa betina sebanyak 4 ekor fase grower yang diberikan ransum komplit dengan kandungan TDN 84.30% dan PK 17.75% diberikan secara 5% bobot badan dalam bentuk bahan kering.

Analisis Data

Analisis data diperlukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati, maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Independent Samples T-Test pada aplikasi IBM SPSS Statistics Viewer versi 21.0 for Windows dengan membandingkan antara perlakuan jantan dengan betina. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian diperlukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ransum grower komplit tinggi energi dan protein terhadap kambing PE jantan dan betina selama penelitian. Peubah yang diamati diantaranya adalah

1. Konsumsi Bahan Kering Pakan

Konsumsi Pakan g = Pemberian g − Sisa Pakan g

(18)

6

2. Konsumsi Zat Makanan (Energi dan Protein)

Konsumsi TDN g = Konsumsi BK g × % TDN Pakan Konsumsi Protein g = Konsumsi BK g × % Protein Pakan

3. Pertambahan Bobot Badan Harian

PBBH gram ekor−1hari−1 =Bobot Akhir g − Bobot Awal g

75 Hari

4. Efisiensi Protein

Efisiensi protein menurut Tillman et al. (1983) didefinisikan sebagai pertambahan bobot badan per satuan unit protein yang dimakan. Perhitungan efisiensi protein dirumuskan sebagai :

Efisiensi Protein =P K B P B

Penentuan nilai efisiensi protein tidak hanya meninjau dari satuan unit protein yang dimakan, namun perlu dilihat pula kandungan protein yang terdapat didalam karkas ternak. Perhitungan nilai efisiensi protein berdasarkan penuturan diatas dapat dirumuskan sebagai :

Produksi protein gram = PBB kg × Berat Karkas % × dalam Daging Persen Daging % ×

Persen Protein Daging %

Konsumsi Protein gram = Konsumsi BK gram ×

Kadar Protein Ransum %

Efisiensi Protein = P K P P D

5. Konversi Pakan

Konversi Pakan =Pertambahan bobot badan harian gramKonsumsi BK harian gram

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pakan dan Zat Makanan

(19)

7 Tabel 3 Konsumsi pakan dan zat makanan selama penelitian

Konsumsi Jantan Perlakuan Betina NRC (2006) H : K (%) 8.3 : 91.7 8.2 : 91.8 - BK (gram ekor-1 hari-1) 510.08±121.14 465.93±128.24 715.71±59.40

TDN (gram ekor-1 hari-1) 321.48±95.34 291.05±100.96 454.55±120.9

(% BB) 1.45 1.71 2.67

PK (gram ekor-1 hari-1) 75.39±22.36 68.36±23.68 83±34

(% BB) 0.34 0.40 0.49

H:K = Imbangan Hijauan dan Konsentrat; Konsumsi energi berupa TDN (Total Digestable Nutrient); Dianalisis Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, 2014; BB = Bobot badan ternak; PK = Protein Kasar

Secara umum pada Tabel 3, konsumsi kambing jantan lebih besar dari konsumsi kambing betina walaupun pada awalnya bobot badan betina lebih besar daripada bobot jantan. Hal ini disebabkan selama penelitian berlangsung kelompok jantan lebih mudah beradaptasi pada perubahan pakan yang diberikan dibandingkan dengan kelompok betina. Selain itu pula, selama waktu adaptasi berlangsung permasalahan pada pencernaan lebih sering terjadi pada kelompok betina.

Waktu adaptasi ternak terhadap perubahan pakan lama menjadi pakan percobaan penelitian selama 14 hari. Selama fase ini ternak mengalami diare dan bobot badan yang menurun. Hal ini disebabkan karena pemberian pakan baru yang diberikan tidak bertahap.Menurut Hartadi et al. (2000) pakan merupakan suatu bahan yang dimakan hewan yang memiliki kandungan energi dan zat gizi lainnya yang terkandung dalam bahan pakan dan dapat dicerna oleh ternak.

Konsumsi Bahan Kering

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa respon adaptasi ternak terhadap ransum yang diberikan membutuhkan waktu sekitar 14 hari. Gambar 3 menunjukan konsumsi pakan yang sangat sedikit pada periode penelitian ke 1 kemudian signifikan meningkat konsumsi pakan pada periode penelitian ke 2, setelah itu ternak dapat beradaptasi dengan baik. Konsumsi bahan kering kambing untuk kelompok jantan sebesar 510.08±121.14 gram ekor-1 hari-1 sedangkan untuk

kelompok betina 465.93±128.24 gram ekor-1 hari-1. Hasil analisis statistik

(20)

8

Gambar 3 Pola konsumsi pakan kambing Etawah fase grower jantan dan

betina pada setiap periode penelitian Konsumsi bahan kering selama pengamatan menunjukkan kisaran lebih

rendah dari yang disarankan oleh NRC (2006) yaitu sebesar 715.71±59.40 gram ekor -1 hari-1 (Tabel 3). Perbedaan antara konsumsi bahan kering selama penelitian

dengan yang disarankan oleh NRC (2006) diduga karena beberapa faktor lingkungan seperti cuaca, suhu, kelembaban, kualitas bahan pakan yang digunakan, dan jenis ternak yang digunakan. Pada saat penelitian berlangsung kondisi cuaca disekitar kandang yang diambil menurut BMKG (2014) cenderung diguyur hujan dengan intensitas curah hujan sebesar 19.14 mm dengan suhu 26oC

dan kelembaban udara yang sangat tinggi 82.4%. Selain itu pula saat hujan berlangsung disertai dengan angin kencang yang mana pada kondisi ini diduga menyebabkan ternak mudah stres sehingga konsumsi bahan kering lebih rendah dari yang disarankan oleh NRC (2006).

Jenis bahan pakan yang digunakan dalam pembuatan ransum juga mempengaruhi respon ternak terhadap jumlah konsumsi pakan. Pada penelitian ini menggunakan 40% bungkil kelapa dalam ransum yang diduga kurang disukai oleh kambing PE. Menurut Ramadini (2014) kambing PE yang diberikan pakan dengan metode bebas pilih (cafeteria feeding) cenderung tidak menyukai bungkil kelapa dan jagung yang betekstur tepung. Selain itu menurut Mulyono dan Sarwono (2010) pada umumnya kambing tidak selektif dalam memilih pakan, namun hijauan yang berasal dari daun-daunan cenderung lebih disukai dibandingkan hijuan yang berasal dari rumput.

Menurut Ismoyo dan Widianingrum (2008) kambing PE lepas sapih yang diberi pakan dengan jarak waktu antara konsentrat dan hijauan selama 2 hingga 4 jam menghasilkan konsumsi BK sebesar 716.61 gram ekor-1 hari-1. Rendahnya

(21)

9 pakan berupa rumput gajah dan kulit coklat masing-masing sebesar 329±131 gram ekor-1 hari-1 dan 440±59 gram ekor-1 hari-1.

Konsumsi Energi

Konsumsi energi pada penelitian ini untuk kelompok jantan sebesar 343.70±102.12 gram ekor-1 hari-1, dan kelompok betina sebesar 291.05±100.96

gram ekor-1 hari-1. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa jumlah

asupan zat makanan akan bergantung pada banyaknya makanan yang dikonsumsi. Menurut NRC (2006) kambing pada masa pertumbuhan dapat mengkonsumsi energi sebesar 454.55±120.94 gram hari-1, namun pada penelitian ini hanya

memenuhi 70.72% pada kelompok jantan dan 64.03% pada kelompok betina dari yang disarankan. Rendahnya konsumsi ini disebabkan oleh kandungan energi yang hanya memenuhi 96.07% dari yang disarankan NRC (2006). Menurut McDonald et al. (1988) ketersediaan energi dalam ransum yang dikonsumsi sangat penting bagi ternak ruminansia karena dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan protein dalam mensintesa jaringan tubuh.

Toharmat et al. (2006) mengungkapkan bahwa kambing PE lepas sapih yang memiliki bobot awal 13.50±2.14 kg yang diberikan pakan berupa rumput gajah memiliki konsumsi TDN sebesar 117±113 gram ekor-1, sedangkan Mathius

et al. (2002) kambing PE masa pertumbuhan mengkonsumsi energi sebesar 193.14 gram ekor_1 hari-1. Nilai konsumsi penelitian ini masih lebih besar

dibandingkan kedua hasil penelitian tersebut. Hal ini disebabkan ransum dalam kedua literatur terseut memiliki kandungan energi yang lebih rendah dari penelitian ini.

Konsumsi Protein

Nilai konsumsi protein pada penelitian ini sebesar 74.80±22.22 gram ekor-1

hari-1 untuk kelompok jantan dan 67.70±23.52 gram ekor-1 hari-1. Perbedaan nilai

konsumsi protein antara kelompok jantan dengan kelompok betina disebabkan oleh korelasi positif konsumsi bahan kering yang pada jantan lebih besar dari betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin et al. (2012) bahwa konsumsi protein kasar dipengaruhi oleh banyaknya konsumsi pakan dan kandungan protein kasar pada bahan pakan yang digunakan. Menurut NRC (2006), kambing pada fase pertumbuhan dapat mengkonsumsi protein sebesar 121-130 gram ekor-1 hari -1, namun pada penelitian ini kambing PE hanya mampu mengkonsumsi protein

sebesar 61.82% dari kebutuhan yang disarankan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya banyaknya pakan yang dikonsumsi ternak akan mempengaruhi besarnya konsumsi zat makanan ternak.

Menurut Mathius et al. (2002) kambing PE jantan muda yang diberi pakan berupa pellet dengan kandungan energi dan protein yang tinggi dapat mengkonsumsi protein sebesar 44.43 gram ekor-1 hari-1. Besarnya konsumsi

(22)

10

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan tujuan utama dalam pemeliharaan ternak untuk mengetahui keberhasilan pemeliharaan serta dampak yang ditimbulkan dalam pemberian pakan ternak. Pertambahan bobot badan kambing PE yang dihasilkan selama penelitian disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Pertambahan bobot badan ternak selama penelitian

Peubah Jantan Perlakuan Betina (2006) NRC Bobot Awal (Kg) 11.38±3.15 12.13±2.70 10 Bobot Akhir (Kg) 22.05±5.13 17.00±3.92 25 PBBH (gram ekor-1 hari-1) 142.33±36.89a 65.00±19.15b 200

Superskrip pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0.05).

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan yang didapat adalah hasil selisih antara bobot akhir dan bobot awal kambing Etawa yang ditimbang dua minggu sekali. Kambing jantan memiliki PBBH lebih tinggi yaitu sebesar 142.33±36.89 gram ekor-1 hari-1 dibandingkan dengan kambing betina

yang memiliki PBBH sebesar 65±19.15 gram ekor-1 hari-1. Hasil analisis statistik

menunjukkan bahwa pemberian ransum komplit tinggi energi dan protein berpengaruh nyata (P<0.05) pada PBBH kambing jantan dibandingkan dengan PBBH kambing betina. Hal ini disebabkan oleh waktu adaptasi terhadap perubahan pakan pada kambing jantan yang lebih cepat dibandingkan dengan kambing betina. Selain itu pula, pengaruh hormonal pada kambing jantan yang diduga turut mempengaruhi PBBH kambing jantan lebih baik dari PBBH kambing betina.

Mathius et al. (2002) menyatakan bahwa kambing PE jantan muda yang diberikan pakan dasar dalam bentuk pelet dengan kandungan protein kasar dan energi 1,3 kali dari yang disarankan NRC (1981) menghasilkan PBBH sebesar 86.40 gram ekor-1 hari-1. Semakin tinggi taraf protein yang dikonsumsi oleh

ternak, maka semakin besar pula respon yang dihasilkan melalui PBBH. Pada data yang disajikan pada Tabel 4, angka pertambahan bobot badan harian kambing masih lebih rendah dari yang disarankan NRC (2006) untuk fase grower dapat menghasilkan PBBH sebesar 200 gram ekor-1 hari-1. Menurut Herijanto dan

(23)

11

Gambar 4 Pertumbuhan kambing peranakan Etawa fase grower yang diberi ransum komplit tinggi energi dan protein

Gambar 3 menunjukkan bahwa pada minggu awal penelitian (minggu 0) saat kambing berumur 16-20 minggu, baik kelompok kambing jantan maupun betina memiliki grafik pertumbuhan yang tidak jauh berbeda. Kemudian pada umur kambing 6.5 bulan (antara penimbangan pada minggu keenam dan ketujuh penelitian) mulai menunjukan adanya pengaruh hormon yang didapat pada kelompok jantan. Pertambahan bobot badan kelompok jantan lebih tinggi daripada kelompok betina diperkirakan adanya pengaruh hormon androgen yang dapat memaksimalkan konsumsi protein untuk merubahnya menjadi massa otot, sedangkan pada kambing betina lebih memanfaatkan kandungan nutrien dalam pakan untuk kebutuhan reproduksi sehingga PBBH pada betina tidak sebaik jantan. Menurut Nalbandov (1990) pada banyak hewan, androgen menstimulasi anabolisme protein dan juga meningkatkan retensi nitrogen, diduga pengaruh tersebut merupakan sebab terjadinya pertumbuhan pada kelompok ternak jantan lebih cepat dibandingkan dengan kelompok ternak betina. Peran androgen juga memperbesar jumlah dan ketebalan serabut otot serta kekuatan daya rentang serta kemampuan otot. Menurut Turner dan Bagnara (1976) perbedaan pertambahan bobot badan berdasarkan jenis kelamin disebabkan karena pengaruh hormon yang diantaranya adalah somatropin (STH, GH) yang memiliki aktivitas utama dalam pertumbuhan tulang dan otot, merangsang sintesa protein, dan berpengaruh terhadap metabolisme lipida, selain itu pengaruh tenunan tubuh yang sekaligus mempengaruhi pertumbuhan maupun presentase karkas ternak.

(24)

12

Pertumbuhan dan perkembangan kambing tidak hanya untuk meningkatkan pertambahan bobot badan saja, melainkan bentuk konformasi yang meningkat karena perbedaan tingkat pertumbuhan komponen dalam tubuh, dalam hal ini urat daging dari karkas atau daging yang akan dikonsumsi oleh manusia (Parakkasi 1999). Laju pertumbuhan kambing yang lepas sapih dipengaruhi oleh potensi pertumbuhan masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia, namun potensi pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh sistem manajemen yang digunakan selama pemeliharaan, tingkat nutrisi yang tersedia dalam pakan, kesehatan ternak, dan iklim sekitar kandang, sedangkan laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, dan genetik.

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan pakan yang harus dikonsumsi untuk menaikan satu kilogram daging atau PBBH. Konversi pakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Konversi pakan kambing PE selama penelitian

Peubah Jantan Perlakuan Betina NRC (2006)

Konversi Pakan 2.9±0.40a 5.6±0.40b 3.5 Superskrip pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0.05).

Penelitian ini didapatkan konversi pakan sebesar 2.90±0.40 untuk kelompok ternak jantan dan 5.6±0.40 untuk kelompok ternak betina. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konversi pakan yang diberikan pada perlakuan berpengaruh nyata (P<0.05) untuk menaikan bobot badan per harinya, yang mengakibatkan semakin kecil nilai pakan, maka semakin efisien dalam penggunaannya untuk dirubah menjadi daging. Besarnya konversi pakan pada kelompok betina disebabkan karena konsumsi pakan betina hampir mendekati jumlah konsumsi jantan (Tabel 3), namun pada pertambahan bobot badan harian kelompok betina hanya 45% dari kelompok jantan. Selain itu pula pengaruh hormon androgen pada kelompok jantan membuat konversi pakan pada kelompok jantan lebih baik.

Pada penelitian ini hanya mampu memenuhi sebesar 71.27% untuk kelompok jantan dan 65.10% untuk kelompok betina dari jumlah konsumsi bahan kering yang disarankan oleh NRC (2006). Apabila ditinjau dari konversi pakan, pada NRC (2006) memiliki nilai sebesar 3.5 sehingga dapat menjelaskan bahwa pakan yang diberikan dalam penelitian ini walaupun lebih rendah dari yang disarankan namun dapat termanfaatkan dengan cukup baik pada kambing jantan.

Ismoyo dan Widianingrum (2008) menyebutkan bahwa konversi pakan sebesar 15.84 hingga 16.84 dengan pemberian jarak waktu 2 jam antara pemberian konsentrat dengan hijauan walaupun konsumsi pakan pada literatur lebih banyak. Hal ini menjelaskan bahwa pemberian jeda waktu lebih lama dari 2 jam membuat pakan terkonversi lebih baik dibandingkan dengan pakan yang diberikan jeda selama 2 jam.

(25)

13 pertumbuhan yang lebih cepat (Juarini et al. 1995). Ternak yang mendapatkan energi dan protein yang rendah dalam ransumnya, ternak akan mengalami pertumbuhan yang terlambat dan memiliki efisiensi pakan yang lebih rendah daripada ternak yang diberi kandungan energi dan protein yang tinggi (Ensminger dan Parker 1986).

Efisiensi Protein

Efisiensi protein menurut Tillman et al. (1983) didefinisikan sebagai pertambahan bobot badan per satuan unit protein yang dimakan, namun dalam meninjau efisiensi protein, perlu diketahui terlebih dahulu jumlah protein dan kualitas protein yang terkandung dalam pakan yang diberikan. Efisiensi protein yang didapat selama penelitian disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Efisiensi protein kambing PE selama penelitian

Peubah Jantan Perlakuan Betina

Efisiensi Protein (Tillman 1983) 1.90±0.27a 0.98±0.12b Efisiensi Protein berdasarkan produksi protein 0.15 0.31 Superskrip pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0.05).

Selama penelitian berlangsung, efisiensi protein yang didapat sebesar 1.90±0.27 untuk kelompok jantan dan 0.98±0.12 untuk kelompok betina. Hasil analisis statistik menunjukan beda nyata (P<0.05) antara kelompok jantan dan betina. Hal disebabkan oleh konsumsi bahan kering jantan lebih besar dari kelompok betina dan adanya pengaruh peranan hormon dalam memanfaatkan protein yang terkandung dalam bahan pakan untuk dirubah menjadi daging.

Menurut Hartanto (2008) efisiensi penggunaan protein dengan pakan berupa daun lamtoro kering pada kambing kacang sebesar 0.5 hingga 0.6. Nilai efisiensi pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan Hartanto (2008) karena kandungan protein daun lamtoro kering yang hanya berkisar 25%-32% (Askar 1997), sedangkan pada penelitian ini menggunakan bungkil kedelai sebanyak 24.75% dalam total ransum dengan kandungan protein sebesar 44%-51% (Muniarti 2008).

Nilai efisiensi protein sebaiknya bernilai tinggi. Hal ini disebabkan efisiensi protein merupakan hal penting dalam usaha peternakan karena mahalnya harga pakan sumber protein. Selain itu diharapkan agar bahan pakan yang diberikan dapat digunakan secara tepat untuk meningkatkan efisiensi usaha peternakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(26)

14

ternak betina dari 200 gram ekor-1 hari-1 yang ditentukan, sehingga perlu

penelitian lebih lanjut.

Saran

Penelitian lanjutan dengan ransum yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kambing. Selain itu ransum yang lebih mudah dicerna serta memiliki palatabilitas yang baik sehingga konsumsi akan meningkat yang selanjutnya dapat meningkatkan pertambahan bobot badan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali U. 2008. Pengaruh penggunaan onggok dan isi rumen sapi dalam pakan komplit terhadap penampilan kambing peranakan Etawah. [Skripsi]. Malang (ID): Universitas Islam Malang.

Arifin M, Liman, Adhianto K. 2012. Pengaruh penambahan konsentrat dengan kadar protein kasar yang berbeda pada ransum basal terhadap performa kambing Boerawa lepas sapih. JIPT [Internet]. [diunduh 2014 Sept 02]; 1(1). Tersedia pada: www.jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIPT/article/view/38/ 43.

Askar. 1997. Nilai gizi daun lamtoro dan pemanfaatannya sebagai pakan ternak ruminansia. Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Balai Penelitian Ternak Ciawi : Bogor (ID).

Bhattacharyya AN. 1980. Research on goat nutrition and management in mediteranean middle east and adjacent Arab countries. J Dairy Sci. 63: 1681-1700.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data Iklim Harian Kecamatan Dramaga Oktober 2013 Hingga Januari 2014. Bogor (ID): BMKG Dramaga.

Deoghare PR, Ram G. 1992. The value of goat farming in the mixed farming system in India. Didalam:research in goats Indians experience. RR Lokeshwar, Editor. Makhdoom, Mathura (IN): CIRG.

Ensminger ME, Parker EO. 1986. Sheep and Goat Science. Danville Illonis (US): The Interstate Printers and Publishers, Inc. p 235-253.

Hartadi HS, Reksohadiprojo, Tillman AD. 2000. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan ke IV. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Hartanto. 2008. Pengaruh penggantian konsentrat dengan daun lamtoro kering

(Leucaena leucocephala) dalam ransum terhadap performa kambing kacang jantan. [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.

Herijanto S, Nurwantini E. 2011. Manipulasi pola pemberian pajan ternak untuk peningkatan kinerja produksi kambing peranakan etawa (PE). Med Pet [Internet]. [diunduh 2014 Sept 02]; 13(1) : 1-5. Tersedia pada: www.jurnal.unwiku.ac.id/index.php/Med-Pet/article/view/179.

(27)

15 Juarini E, Hasan II, Wibowo B, Tahar A. 1995. Penggunaan konsentrat komersial dalam ransum domba di pedesaan dengan agroekosistem campuran (tanah-tegalan) di Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. hlm 176-181.

Kamal M. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Leng RA. 1991. Application of biotechnology to nutrition of animals in developing countries. Animal Production and Health Paper. FAO (RO).

Mathius IW, Gaga IB, Sutama IK. 2002. Kebutuhan PE jantan muda akan energi dan protein kasar, konsumsi, kecernaan, ketersediaan, dan pemanfaatan nutrien. JITV. 7(2) : 99-109.

McDonald P, Edwards RA, Greenhald JFD, Morgan CA. 1988. Animal Nutrition. Fifth Edition. New York (US): John Willey and Sons Inc.

Murtidjo BA. 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Perah. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Muniarti. 2008. Pengaruh pakan suplemen yang mengandung bungkil kedelai terhadap kecernaan nutrien ransum sapi peranakan Ongole jantan. [Skripsi] Universitas Sebelas Maret : Surakarta (ID).

Nalbandov AV. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Edisi Ketiga. Jakarta (ID) : UI Press.

[NRC] National Research Councill. 2006. Nutrient Requirement of Small Ruminants. Washington DC (US): The National Academy Press.

Padang. 2005. Pengaruh jenis kelamin terhadap performa produksi kambing kacang. Jurnal Forsimaps. 6(3):2428-2432.

Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Jakarta (ID): UI Press. Rauf AJ. 1988. Pengaruh umur dan jenis kelamin terhadap presentase karkas

domba ekor gemuk serta hasil ikutannya di Lembah Palu. [thesis]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran.

Ramadini F. 2014 Juni. Pola konsumsi dan pertumbuhan kambing peranakan Etawa periode pra-sapih yang diberi ransum starter dengan cara bebas pilih. Makalah Seminar. Siap terbit.

Sengar OPS. 1980. Indian research on protein and energy requirements of goats. J Dairy Sci. 63:1655-1670.

Sharma K, Ogra JL, Bhattacharyya NK. 1992. Development of agro-silvopasture for goats. Didalam: Goats Indian Experience. RR Lokeshwar (Ed) CIRG, Makhdoom, Mathura (IN).

Simanihuruk K. 2008. Pemanfaatan kulit buah markisa (Passifora edulis Sims f. edulis Deg) sebagai campuran pakan komplit kambing kacang fase pertumbuhan. JITV. 14(1) : 36-44.

Siregar SB. 1995. Pakan Ternak Ruminansia. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [SNI] Badan Standarisasi Nasional. 2007. Bibit Kambing Peranakan Etawa (PE).

(28)

16

Sodiq A, Abidin Z. 2010. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.

Supriyati, Haryanto. 2011. Bungkil inti sawit terproteksi molases sebagai sumber protein pada kambing peranakan Etawah jantan muda. JITV. 18 (1) : 17-24. Sutardi T. 1991. Pemanfaatan limbah tanaman perkebunan sebagai pakan ternak

ruminansia. Seminar Sehari dan Pameran Produksi Peternakan dan Teknologi Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tillman ADH, Hartadi, Reksohadiprodjo S, Prawirokusuma S, dan Lebdoseokotjo S. 1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Toharmat T, Nursasih E, Nazilah R, Hotimah N, Noerzihad TQ, Sigit NA, Retnani Y. 2006. Sifat fisik dan kimia pakan kaya serat dan pengaruhnya terhado konsumsi dan kecernaan nutrien ransum pada kambing. Med Pet. 29(3) : 146-154.

Treacher, TT. 1979. The Nutrition of Lactating Ewe. Didalam: The British Councill, Editor. Management and Disease of Sheep. London (GB): The British Councill. hlm 241-256.

Turner CD, Bagnara JT. 1976. General Endocrinology. Sixth Edition. Philladelphia (US): WB Sauders Company. p 28:561-597.

Widuri. 2002. Pengaruh suplementasi sumber mineral dalam konsentrat terhadap performa kambing PE yang diberi pakan dasar rumput. JFP.

Wilkinson JM, Stark BA. 1987. The nutrition of goats. Didalam: Harresign W, Cole DJA, Editor. Recent Advances in Animal Nutrition. London (GB): Butterworths. hlm 91-106.

(29)

17 Lampiran 1 Hasil T-Test pertambahan bobot badan harian (PBBH) kambing PE

N Rataan SD Sig.

T0 4 142.33 36.89 0.045

T1 4 64.99 19.15

T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ; SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)

Lampiran 2 Hasil T-Test konsumsi segar harian (as fed) ransum

N Rataan SD Sig.

T0 4 638.96 169.00 0.976

T1 4 583.65 181.75

T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ; SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)

Lampiran 3 Hasil T-Test konsumsi bahan kering harian (BK) ransum

N Rataan SD Sig.

T0 4 510.08 121.14 0.7476

T1 4 465.93 128.24

T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ; SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)

Lampiran 3 Hasil T-Test konsumsi energi harian (dalam BK) ransum

N Rataan SD Sig.

T0 4 321.48 95.34 0.995

T1 4 291.05 100.96

T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ; SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)

Lampiran 4 Hasil T-Test konsumsi protein harian (dalam BK) ransum

N Rataan SD Sig.

T0 4 75.39 22.36 0.994

T1 4 68.26 23.68

(30)

18

Lampiran 5 Hasil T-Test efisiensi penggunaan protein

N Rataan SD Sig.

T0 4 1.92 0.262 0.092

T1 4 0.97 0.115

T0: kambing PE kelompok jantan ; T1:kambing PE kelompok betina ; N: jumlah sampel ; SD: standar deviasi ; Sig: signifikansi (P<0.05)

Lampiran 6 Hasil T-Test konversi pakan ransum penelitian

N Rataan SD Sig.

T0 4 2.89 0.40 0.49

T1 4 5.68 0.62

(31)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 10 Mei 1992, merupakan anak pertama dari pasangan Supriyanto dan Sumarsih. Penulis merupakan lulusan SMA Negeri 2 Kota Serang dan masuk Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Juli 2010. Selama menjalani masa perkuliahan di IPB penulis merupakan anggota aktif Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Keluarga Mahasiswa Banten IPB selama 3 tahun. Penulis juga

merupakan ketua Informasi dan Komunikasi Asrama Putri A5 Sylvasari Tingkat Persiapan Bersama IPB, kemudian staff Informasi dan Komunikasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB masa bakti 2012-2013, serta menjadi staff Komunikasi dan Informasi ISMAPETI (Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Seluruh Indonesia) Wilayah II. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di peternakan kambing Etawa yang dilaksanakan di CV Satria Megah Perkasa Blitar Jawa Timur pada tahun 2012 selama 1 bulan. Selain itu pula penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Profesi di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan – Jawa Tengah pada tahun 2013 selama 2 bulan. Tahun 2014 penulis mengikuti pelatian Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada produk pangan asal hewan yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan nilai baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih penulis ditujukan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Kepada dosen pembimbing akademik yang sekaligus dosen pembimbing utama Prof Dr Ir Komang Gede Wiryawan dan juga kepada dosen pembimbing anggota Ir Kukuh Budi Satoto MS. Selanjutnya kepada seluruh staff teknisi Kandang A Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja INTP Bapak Edi dan Bapak Asep yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr Sri Suharti SPt MSi selaku dosen pembahas dan Dr Ir Widya Hermana MSi selaku dosen panitia seminar pada tanggal 18 Juli 2014. Ucapan terimakasih diberikan kepada dosen penguji sidang Dr Iwan Prihantoro SPt MSi dan Dr Ir Afton Attabany MSi serta Dr Ir Widya Hermana MSi selaku panitia sidang pada tanggal 4 November 2014.

Gambar

Gambar 1 Kambing peranakan Etawah yang digunakan dalam penelitian
Tabel 1 Hasil analisis proksimat pakan yang digunakan selama penelitian
Gambar 2.
Gambar 4 Pertumbuhan kambing peranakan Etawa fase grower yang diberi

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam

berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang

On kuitenkin huomattava, että niiden innovaatiot tulivat pian myös Britannian ja Saksan merivoimien käyttöön, joten niiden rajaamisella tutkimuksen ulkopuolelle ei menetetä

Ispitivanjem elektri č ne provodljivosti sistema u kome je C/T odnos 1:2, pokazano je da dati surfaktantni sistem sa pove ć anjem udela vodene faze pokazuje porast elektri č

Kompresi lossy digunakan pada citra digital karena sesuai dengan kriteria ketidaksempurnaan dari mata manusia yang tidak mampu menangkap semua sinyal yang ada pada citra,

Masalah utama dalam meningkatkan produksi tomat adalah tingginya intensitas serangan OPT dan rendahnya ketersediaan unsur hara dalam tanah, utamanya jika tanaman

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kognitif yang signifikan antara Kelas Eksperimen