KAJIAN KERAGAMAN KARAKTER EKSTERNAL
DAN
DNA
MlKROSATELXT
SAP1 PESISlR
DI
SUMATERA
BARAT
SEKOLAH
PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN
MENGENAI
DISERTASI
DAN
SUMBER NFORMASI
Dengan ini saya rnenyatakan bahwa disertasi Kajian Keragaman Karakter Ekstmd dan DNA Mikrosatelit Sapi Pesisu di Sumatera Bsn?it addah karya
saya sendin dm belum diajukau ddam bentuk apa pun kepada perguruan mggi
mana
pun. Sumber informasi yang b e n d atau dikutip dari karya yangditerbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan ddam
ABSTRAK
SARBAINI, Kajian Keragaman Kmkter EIrstemal dan DNA Mikrosatelit Sapi Pesisir di Surnatera Barat. hbimbing oleh HARIMURTI MARTOJO,
RONNY RACHMAN
NOOR,
CECE SUMANTRI, danDEDY
DURYADl SOLIHIN.Tujuan penelitian hi adalah untuk ( I ) rnempelajari keragaman
ukuran-
t u b a warmdan
pola warna bulu tubuh, (2) memperoleh dolabasebeberapa karakter kuantitati f bobot tubuh dan ukuran-ukuran tubuh, (3) mempelajari kekerabatan d m kmgaman genetik antar subpopulasi sapi Pesisir
di Surnatera Barat berdasarkan polirnorfisme enam lokus DNA mikrosatelit. Penelitian lapangan untuk memperoleh data karakter kuantitatif dan hatitatif dilakukan di tiga kabupaten Sumatera Barat dwi bulan Feb- sampai Juli 2002. Peneli tian laboratorium ditujukan untuk rnempelajari keragaman DNA mikrosatelit menggunakan enam primer: ETH225, ETH3, INRA03 7, ILSTSOOB,
BM2113, dart E L 9 dilakukan di Laboratonurn Biologi Molekuler Pusat Studi Ilmu Hayati, IPB dari bulan Agustus 2002 sampai Desernber 2003.
Data dcummkuran dan bobot tubuh dianalisis rnenggunakan sbtistik diskriptif, analisis fungsi disk%ninan dan analisis korelasi kanonik. Data diolah menggunakan p r o p 1 SAS v m i 6.12, Minitab versi 13, dm Exel. Data warm buIu tub& diolah secant diskriptif ddam bentuk p n t a s e . Data ale1 mikrosatelit yang dihasilkan old ke enam lokus mikrosatelit diolah dalam
bentuk jumlah dan sebaran alel, fiekuensi gen,
dan
heterozigositas.Dari analisis diskriminan diperoleh prosmtase kesesuaian dari inidividu sampel yang diukur pa& masing-masing subpopulasi secara berturut-turut adalah 86.36% untuk subpopulasi Pesisir Selatan, 70.27% untuk subpopulasi Padang Pariaman dan 39.69% untuk subpopulasi Agam. Dari andllisa korelasi kanonik diperoleh
ukuran
tubuh dengan d a i kanonik tinggi: 0.68 untuk tin@pundak, 0.65 untuk tinggi pinggul, 0.52 untuk Iebar kepalq dan 0.54 untuk
panjang kepala.
Hasil
penelitianini
mmunjukkan bahwa warna bulu tubuh sapi Pesisir di Surnatera Barat secara umum termasuk pola warna lunggal. Sapi Pesisirini
memilih lima macam warna bdu tub& yaitu: putih, kunit~g wklat, merah bata dan hitam dengan warna daminan memh bat&Hasil PCR dari ke enam lakus mikrosatelit menwjukkan mtaan jumlah alel yang dihasilkan oleh ke enam l o h mikrosateiit addah 9.6 dan I I ale1
dengan rataan heterozigositgs 0.85731iO.00014 dm 0.873&0.00012 berturut- turut untuk subpopulasi Pesisir S e l m dan Padang Pariaman.
Hasil pene2itian rnmunjukkau bahwa sapi Pesisir mbpopdasi Pesisir Selatm dm Agam memiliki h u b m p kekerabatm lebih dekat dibanding dmgm subpopuiasi Padmg Pariman. Tinggi pundalq tinggi phggul, l&ar Icepala dan psnjang kepala dapat digunakan untuk membedakan antar subpopulasi sapi Pesisir
di
Sumatera Barat. Sapi Pesisir di Sumatera Barat temyata memililu tingkat kemgaman ukum-ukuran tubuh dm DNA mikrosatelit yang tin=sehingga sangat berpaan sehaga~ sumber plasma nutfah bagi pemdiaan sapi
ABSTRACT
SARBAINI. The Study of Extemd Chracters and Mjcrosatellite DNA Variation of Pesisir Cattle in West Sumataa. Supervised by HARIMURTI MARTOJO, WNNY RACHMAN NOOR,
CECE
SUMANTFU, andDEDY
DURYADISOLIHIN.
The objectives of this study were ( I ) to study the variability of body size, colour and colour coat pattmq (2) to generate the abt~base of the body weight and body sizes, and (3) to study the relationship and grouping among Pesisir
Sdatan, Padaog Pariaman and Agam subpopulation.
The
study was also todescribe the genetic variability between Pesisir Selatan and Agam subpopulations
of Pesisir cattle in West Sumatera based on the pohorphism of six DNA microsatellites loci.
Quantitative and qualitative data of the cattle were collaed at Pesisir
Selsrtan, Padmg Pariaman and Agam di-cts. In addition, b l d samples were
collected h m Pesisir Selatan and Padang Pariaman districts of W s t Sumatera
provinces. The whole data were collected during February to July 2002. The six DNA microsatelIites foci polymorphism was analyzed at the Molecular Biology Labomtory of the Biological Study Center, Bogor Agricultural University from August to December 2003.
Body measurements and M y weight data were analized using the
disgiptive statistics, dimimhmt function analysis, and canonical correlation
Coat colour data were malized using disgiptive statistics. Microsatellites alleles
data within and among the six Ioci were presented according to alleles number,
distribution, frequencies, and heterozigosities.
Dischimmt function anaIysis showed that the similarities among the three
subpopulations were 86.36% 70.27%, and 39.69% for Pesisir SeIatan, Padang Pariaman aod Agam subpopulations respectively. C a n o n - wrrelation analysis indicated that body weight, withers heigth, hip heigth, head width, and head length has the higher total csnonic simdme among the body measurements. The result also showed that West S u m h a Pesisir attie showed a solid coat wlour
pattern with five &bate colour, and dominated by red sand.
The PCR analysis showed that the average number of allele of the six
microsatellite loci were 9.6 and 1 1, and the heteroigosity average were 0.8573 1
0.00014 and 0.8738 =k 0.001312 for Pesisir Selatan and Padang Pariaman
subpopuIation r e v e l y .
The body rn-ernemts of
West
Sumatera Pesisir cattle showed a highvariability.
The
study also indimted that Pesisir Selatan and Agam subpopulations showed a closer retationship than with the Padang Pariaman subpopulation. Witbers height, hrp height, head width, and herad length can be used todifferentiate the West Sumatera Pkisir cattle subpopulations.
IKAJIAN KERAGAMAN KARAKTER EKSTERNAL
DAN DNA MIKROSATELIT SAP1 PESISIR
DI
SUMATERA
BARAT
Disertas
i
sebagai
sahh satu syaratuntuk
memperoleh
gelar
Doktor
pada
Program
Studi
h u
Ternak
SEKOLAH
PASCASARJANA
LNSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
O
Hak cipta
milik
Sarbaini,
tahun
2004
Hak
cipta
dilindungi
Judul Disertasi
:Kajian
Keragarnan
Karakter
Eksternal
dmDNA
Mikrosatelit Sapi Pesisir di Sumatera
Barat
Nama
:Sarbaini
NTM
: 995170Disetujui
Komisi Pembimbing
Anggota
Anggota
Dr. b. Dedv Durvadi Solihin. DEA
Anggota
Ketus Program Studi lmu Ternak Dekan Sekolah Pamsarjana
Dr.
Ir. Nahrowi, MSc. Prof Drl Ir. SyaEda Manuwoto, MSc.Penulis dilahirkan di Muara Kiawai, Pasaman, Sumatera Barat pada
tanggal 0 1 Januari 1956. Pendis merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara dari pasangan ayah Abbas
Dt.
Kando (alm) dm ibu Delima (ah).Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri
No.
12Kotamadya Padang p d a tahun 1 %9, pendidikan menagah pertama di SMP
Negeri III Kotamadya Padang pada tahun 1972, dm sekolah menengah atas di
SMA Negeri Simpang Empat Pasaman pada tahun 1975. Pada tahun 1977
penulis di terima di Fakultas Peternakan Univasitas Andalas dan memperoleh
gelar Sarjana
(Ir)
pada tahun 1983. Pada tahun 1986 penulis rnengrkuti pendidikm pascasajma di Institute of Anunal Science, University of thePhilippines at L a Banes dm memperoleh gelar Master of Science pada tahun
1988.
Sejstk tahun 1984 penulis diterima bekerja sebagai dosen pada Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang, dan tditung semmjak tahun 1999
penulis mengrkuti program Doktor pada Program Studi Ilmu Tern& - Sekolah
Pasmmjtmrl
lnstiM
Pertanian Bogor.P m - t a m a penulis memanjatkan puji dan kehadirzd Allah SWT
aas segala &at dm kamniaNya selungga penelitian dan karya ilmiah ini dis.elw&m, seiring den- ihr p u l i s mempemmbahkan dawat dan
d a m kepada m a h Nabi besar Muhammad SAW. Tema yang dipilih dalarn penelitian yang dilaksmakan sejak bulan Februari 2002 m p a i Dcxmber 2003
ini ialah kmgaman genetik, dengan judul Kajian Keragaman Karakter Ekstemal
dan DNA MjkmWelit Sapi Pesisir di Sumatera Barat.
Terima kasrh disampaikan kepada Bapak Rektor Universitas Andalas dan
Bapak Dekan Fakultas P e Universitas Andalas yang telah memberikan izin tugas belajar kepada penulis. Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
baamya penulis sampsukan kepada Bapak Prof
Dr.
H Harimurti Martojo, MSc, sebagai ketua komisi pembirnbing, Bapak Dr. Ir. Ronny Ractunan Noor,MRwSc, Dr.
Ir.
Dedy w a d i Sollhin, DEq danDr.
h. C e ~ e Sumaniri,MAgrSc selaku anggota kornisi pembirnbing. Ungkapan terima kasih ini juga
penulis sampakan k@a Bapak G u h u r Kepala Damah Tingkat I Prophi Sumatera Barat, Bqak Bupati Repala Daerah Tingkat I1 Kabupaten Pesisir Selatan, Bapak Bupati Kepala Daerah Tin@ I1 Kabupaten Padang Pariaman,
Bapak Bupati Kepala Daerab Tingkat I1 Kabupaten Agam yang telah memb%rlkan kin pmelitian pada penulis di daeaah ini. Kemudian u a p terima
kasih ini juga penulis sarnpailcau kepada Bapak Kepala Dinas Pertanian /
Kafllbdin Petanakan Kab- Pesisir Selztan, Bapdc Kepda Dinas Peternakan Kabupaten Padang Pariaman, Bapak Kepala Dinas Petemakau dm
P e r I k m Kabupaten Agam beserta petugas lapangannya yang tdah banyak membantu penulis dalam peIaksanaan penelitian ini. Terima kasih juga disampdm kepada Bapak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Bapak Ketua Yayasan Supersemar, dan Bapak Direhr PT. Semen Padang yang telah memberikao b e a h a dm bantuan biaya pelitiau kepada penulis. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ronny Racfunan Noor, MRurSc yang telah m e m b d a n
bantuan biaya weiitian den- mengikut serhkan penulis sebaga anggota
w a d i Solihin DEA yang telab memberkan izin pmakaian hilitas Laboratorium yang seluas-luasnya kepada penulis.
Terima kasih ini juga penulis sampaikan kepada Bapak Rektor, Bapak
k k a n Fakultas Petemakan, buk D e b dan Bapak Ketua Program Studi llmu
Ternak Sekolah Pascasajma hstitut P d a n Bogor beserta seluruh jajarannya yang tdah membdan kesempatao kepada penulis untuk mmejkuti program Doktoral pada sekolah Pascasajana Institut Patanian Bogor beserta pelayanan selarna studi penulis. Ucapan terima kasih ini jugp penulis sampadm kepada para Dosen yang telah banyak rnembaikan bekal i h u yang sangat baarti daIam
memperluas wawasan keihuan baik =lam maupun setelah stud peuulis.
Beairing dengan, ini pmulis mendoakan kepada Allah 5.w.t semoga Allah mengampuni segala dosa d m mengasihi ke dua ahmhum orang tua p u l i s . Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besamya kepada istriku dr. Zdfatni,
kedua putraku Andre Eka P u n Muhammad Iqbal, dm putriku Nitari Rahmi Putn atas dedi kasinya selama penulis menjalani pendidikan. Terakhir, tterima
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penelitian dan karya ilmiah
ini
dapat diselesaikan.Penulis bdarap semoga karya ilmiah ini bermanfaat terutama bagi penulis
serta para pernbaca sekalian.
Bogor, member 2 004
DAFTAR
IS1
[image:11.582.90.476.86.725.2]Halaman
...
DAFTAR TABEL xi
...
TiNJAUAN PUSTAKA 4
...
Peran t dsapi lokal di Indonesia
...
Kean&amgamm genet& temak...
Pelestarian sw-berdaya genetlk tmak...
Sumberdaya genetik temak lokal Indonesia...
Sapi Pesisirdi
Sumatera BaratKarakteaekstd
...
...
Karakter kuantitatif
...
Kmkter kualitatifGen yang mempmgmhi warna bulu pada sapi dan sifat
pewarisannya
...
...
Penanda gmetik...
DNA
Wosatelit...
Penggunaan DNA mkosatelit...
. BAHAN
DAN
M O D E 23. .
...
Penehban Lapangan ;...
Tempt dan Waktu Penelitian
...
Bahan dm dat
...
Metode penelitianAnsrisis data
...
...
Pen- Lahmtorium
...
Tempat dan walrtu pmelitian
...
Bahan
dm metoda...
Metoda penelitianAnaIisis data
...
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36 Kmakteaistik ukuran-ukuran tub& sapi Pesisir
...
diSumatmaBarat 36
...
Pengelolnpokan sapi Pesisir Sumatem Barat 48Tampilan alelik lokus mikrosatelit pada sapi Pesisir
...
di Sumatera Barat 57
Prof11 alel-ale1 lokus DNA mikrosatdit terhadap bobot badan
sapi Pesisir di Sumatera Barat ... 72
...
SIMPULAN DAN SARAN 75
...
DAE"TAR
TABEL
Halaman
~ataan dm simpan- b a h bobot hidup, tingg pundak, panjang badan dm lingkar dada sapi Pesisir Selatan menurut umur dan jenis
k e b i n .
...~
Karakterishk l o b rnikrosatelit yang digunakan untuk mempelajari...
k
-
genetik sapi Pesisir Sumatera B m t...
b t a n dm bahan pewarna perak (silver staining) Rataan, simpangan bakq koefkiea variasi, dm basil uji-t
&mn-ukuran tubuh sapi Pesisir Sumatera Barat untuk kelamin jantan
Maan, simpangan bakq koefisim v u , dan
hasil
uji-tukm-ukuran tub& sapi fesisir Sumatera Barat untuk kclamin betina Perbandingan tam- ra&an bbot Man (kg) sapi Pesisir
...
Sumatera B m t dengan sapi iokal Indonesia lainnyaPerbandingan tampilan rataan bobot badan (kg) sapi Pesisir
...
di Sumatera Bsrat dagan bebentpa bangst sapi kecil dunisPmgelompokan sapi Pesisir di Slrmatera Barat m m w t subpopuhi
...
berdasarkm analisis fungsi diskriminan...
Jar& antar subpopulasi sapi Fakir
di
Sumatera Barat Struktur total kanoniJc ukuran-ukuran tub& sapi Pesisirdi Sumatera Barat
...
...
Sebaran warna bulu pada sapi Pesisir Sumatera Barat
Judah ale1 yang ddmilkan &iap lokus mikrosatelit pada sapi Pesisir di Swnatera
Barat
...
Jlrmlah d m tzbmul ald khas yang &asilkan Jnasing-&g
...
lokus mikrosatelit pada sapi Pesisir di Sumatera BaratP d d i n & a n bebeqm hid peneditiau j m h h lokus dm-ald prmla
...
...
berbagai hewan temak;.
Sebaran genotipe
d
mwhpmasing lokus hsatelit pada populasi sap1 Pesisir Sumatera Barat...
Kisam fdcuemi alel per l o b dmsatelit pada sapi Psisir
...
di Sumaten BaratMlai hdemzigositas dan ~ ~
baku
W g - m a s i n g g m lokw padake dua subpopulasi sapi Pesisir di Sumatera Barat
...
Profl del khas loblokus &OSafelit tdadap b o b badan
DAFTAR
GAMBAR
Cmtoh warm bulu terang pa& sapi Pesisir di Sumatera Barat (a) warma putih, (b)warna pilo, (c) warna kuning mud% (dl warm
kunillg ...
Contoh wama bulu gelap pada sap] Pesisir di Sumatera Barat (a) wama coklat, (b) wama maah
W
(c) warm kehitaman,dan (d) warna hitam
...
Sebaran ale1 lokw INRA37 &a sapi Pesisir di Sumatera Barat
...
(a) 1ok-u~ HEL9, (b) lohs LSTS006Perbandingan pengelompokan genotip enam lokus mikrosatelit pada
...
sapi Pesisir di Sumatera BaratDistribusi frekuensi ale1 lokus BM2 1 13 pa& ke dua mbpopulasi sapi
...
Pesisir di Sumatera BaratDistribusi hkuensi ale1 lokus ETH225 pada ke dua subpopulasi sapi
...
Pesisir di Sumatera Bar&Dihbusi frekuensi del lokus ILSTS006 pa& ke dua subpopuhi
...
sapi Pesisir di Sumatm BaratDistribusi fekuensi del lokus HEL9 pada ke rlua subpopulasi sapi
...
Pesisir di Sumatera B m tDistribusi frekumi ale1 lokus ETH3 pada ke dua subpopulasi sapi
...
Pesisir di Sumatm BaratDAFTAR LAMPIRAN
...
Peta lokasi penelitian di Sumataa Barat
Jumlah dan s e b m sunpet temak sapi Pesisir Sumatem B m t menurut subpopuIasi, jenis kefamin dan ttngkat umur
...
...
Komposisi Wan p m d s i p d a isolasi DNA sampel darahMacam dm
ukuran
a14 genotipe l o b ETH225 pada...
sapi Pesisir Sumatera BaratMacam dan
ukuran
alel, geaotipe l o b HEL9 p d asapi Pesisir Sumatera Barat
...
Macamdan ukuran
alel gmotipe l o b N U 0 3 7 @a...
sapi Pesisir Sumatera Barat
dm
&wan aid, genotipe I o bETH3
pada...
sapi Pesisir Sumatera Barat
Macam dao
ukuran
alel, genotipe lokus ILSTS006 pada...
sapi Pesisir Sumatera BaratW dan
ukuran
dd, gmotipe l o b BM2113 padaIndonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memililri kemekaragaman hayati yang sangat kaya. Salah satu dari kekayaan itu adalah kean- hewan temak, termasuk sapi. Indonesia r n e d dua bangsa
tern& sapi lokal yang telah dikenal luas
d m
telah teridentibi den- baik,ydm sapi Bdi dm sapi Madura yang sampai saat ini tetap dijaga kemumiannya. Sumatera Barat merniliki whyah duas &tar 42,229.64
h2
denganj d a b p d u d u k pada tabm 1998 sebanyak 4.47 juta jiwa. Wdayah propinsi Sumatera Barat sebahagian besar b d a di
drserah
dataran tinggi bukit barisan,hanya s e w a n k d yang bemda
di
daerab
datamn mdaWpesisir. Populasiternak sapi potong d a d ini pada tahun 2001 tercatat s e h y a k 501 356 ekor (BPS Sumatera Barat, 2001). P o p M
hi
W dari brmgdxmgsa sapilakal
seperzi: sapi Bsli, peranakan Ongole
dan
had persrlangmya; berbagai mgamhtlsil
@ m g m bmgsa s q i impor seperti S h m n t d , Charohis dengan sapilokal; serta sapi lokaI ymg dikenal dengan sap1 Pesisir.
Sapi Pesisir atau biasa disebut m a q m h t sebagai banriang mtuih atau
jawi mtuih ditemukan di Kabupaten Pesisir Selatan (Saladin, 1983) memegang
peranan pemting nalrmr pen-
temak
potwg e - h a n , dan fi-akhir inisangat populer sebagai m a k q d a n hilri raya Idul Adha. Populasi sapi di
Wupkm PesiSir !&htat~ ptada tahm 2001 tercatat sejmnkh % 443 &or (BPS-
Sumatem Barat, 2001). h m p i r semu dari populasi
ini
d a h h sapi Iokal (sapiPesisir), sebagm kecil h t p terdiri dari sap1 Bah, had
LB
Bali, dan hasil IB Simmentd. Sapi Pesisirini
menrpakan kmik piaraan masyarakat yang menyebar seam merata di Kabupaten Pesisir Sel- S e h g m besar masyrtrakat pemilik t d ini memeldma ternaknya dengan membiarkan sapim e d m lepas siang dm mmrlam tanpa atau dengan -t sekali tan-
pmiliknya.
Di masa mendataug keberadaan dan kualitas genetik sapi Pesisir ini d i k h a w a t i r k a n ~ d a l a m m a m a n o l e h ~ h d s e p e a t i : ~ a p e r a n
temak sapi sebaw t d keja ke mesin-mesin percanian sehingga masyarakat
w y a sumber daya g e n d
tert>aik
&'bat dari meningkatqa kebuhbm konsumsi daging masyarakat dari satu sisi dm kebuhlhan uang segar olehm a ~ y p e t d w di sisi Iain; serta program inseminasi buatan yang kurang
terencana dan terkontrol dengan M k .
Mempeatabmkan mkr daya temak lokal penting artinya untuk
rnencapai keamanan pangan berkelanjutan bagi jutaan urnat manusia N a r n
upaya mehdungi sumber daya g e n d ternak lokal ini, F A 0 sebagai badan
Perserikatan Bangsa Bangsa mendirikan FA0 Global Strategv for the
Management of Farm Antm1 Genetic Resources unluk membantu pengatman
pernanfaatan dm konsmasi keanekaragaman genetik ternak lokal negara-negara
anggotanya
(GTZ,
200 1 ).Sampai saat ini, tarnpilan luar (morfologi) masih umum digunakan para
peneliti dan praktisi petmakm d a b rnengidenti&asi, mmgkaak&isasi dm
seleksi hewan-hewan ternak untuk dikembangbiakkan. Pengamatan terhadzp
tampilau luar a u a h cara paling mudah mtuk ddakukan, namun pmampilan morfologi ini banyak dipen@ oleh faktor lingkungan ddam seperli: umur
dan jenis kelamin, maupun lingkungan I u r s e p d ketersediaan pakan dan iklim. Batasan-batasan ini menjadikan pengamatan terhadap tampilan morfologi ini membutuhkan waktu lebih lama dan biaya ymg banyak
Perkembangan ilmu p e n m u a n dm telmologi biofogi molekuler akhir- akhir ini, khu-ya terhadap materi kimia gmetik
(asam
nddeat;DNA
dm RNA), t h d o g i PCR dan e l e k o f m i s telah menghasikan penemuan berbagairangkaim mat& geneeik d a g a ~ penanda genetik (genetic marker) untuk $if&- sifat e k m m i yang memililci nilai &momi tinggi, sifat-sifat morfologi, penyakit, asal-wad dan kekembatm fllatu individu atau bangsa ternak tertentu.
Satu diantara babagai penanda molekuier pding popula saar ini untuk
berbagai keperiuan mdai dari identifikasi sampai pada peaanda karakter kuantitatif pada hewan ternak adalah penanda milasosatelit. Penanda ini sangat
memenuhi sebagai p a n d a rnolekuler karena jdahnya banyak dan menyebar diseluruh genom sebagaimana dikemukakan o1eh Gmrges ei a/.
sekqg materi yang cocok mtuk meudeteksi pautan diantara pmtnda dan gen- gen ymg mengontrol si
fat-sifat
produksi, penyalut, atau sifat-si fat morfologi.S&ubmpn dengan sapi Pesisir Q Sumatma Barat rnerupakan salah satu sumber daya genetik tan& atau kekaym keanekaragaman hayati lokal hion&, maka adalah kewajiban kita bersama untuk memeJihara kehgsmgm
keberadaamya. Sebagai langkah awal dan upaya ini, maka dilakukan suatu
p e i i t h iden- dan karakterisasi pada tampilan luar (morfologi) untuk kedua sifht kuantitatif
d m
kualitaW7, serta secara molekuler menggunakan enampenan&
DNA
mkosatelitTujuan Penditian
Peuelitian ini
dilakukan
pada sapi Pesisirdi
Sumatera Barat untuk:1. Mrmpelajari keragaman s@ halit& warm
dao
pola warm bulu 2. Mernpehjar! keragaman u k u r a n - a tubuh dm bobot tubuh. 3. M e a n ~ l e h cda~abrrse karakter kuantitaMdan Mitatif4. Mmenmkm u k u r a n - m tubuh yang dapat rnenckhn sapi Pesisir
5. Mempelajari kemgmm behapa lokus DNA mikrosatelit
Kegunaan Penelitian
Hasilpielitmini~kmdapatdigmakmImtuk:.
1. Fedoman
dalam
mengevaluasi s u m k daya gebletik sapi Pesisir di Sumatem Barn2. Pedoman dalam menen- kebijsrkan penyelamatan dm perbaikan mutu
g m d c sapi Pesisir di Sumatesa Barat
3. M e n U penehtian selaujutnya dalam upaya mendapatkan penanda DNA
mikrosxtelit
untuk
sifat-sifat kuantitatif sapi Pesisir4. M m p r h y a kbasanah ilmu pengehhuau genetika molekuler tentang
TINJAUAN
PUSTAKA
Peran Ternik Lokal di Indonesia
Sampai dengan PELITA VI, peternakan *at masih menjadi tulang pmggung pembangunan p e t e i z i tenrtama untuk sapi potong, kerbau,
kambing, ayam buras dan itik. Sedangkan ayarn ras dan babi ras telah
diupayakan secara kornersial dengan skala b. Sapi pesah walaupun telah
dikdola secara komersial t q ' mayoritas kepemilikannya masih berada d~ tangan pet& kecil. Usaha petanakan rakyat dicirikan dengan skala kepemilikan ternak yang relatif k k l dan dikeIola secara tradisional sttau semi intend, namun
I>erpaan
cukup penting dalam pembangunan m a n , dimanapada tahun 200 1 subsektor ini menyunbang sekitar 1 1 % pada sektor pertanian clan 1,9% pada
@uk
domestik bmto (PDB) nasional (Utoyo, 2002).Keanekazmgaman Genetik Ternak
Di negamnegaa sedang berkmbang, hewan temak merupakan bagian dari agro-ecosystem, menyedidan pugan, serat, pup& dm bahan bakar gas.
Hewan temak ini menyediakan 60 persen tenaga tarik bag masyardat pedesaan dunia dau dapat berperan sebagaa jaminan keamanan pangan bagi petam jika
maman pangan
m d m
magdam kegagah (FAO, 2001).Selmjutnya FA0 (2001) magmukakm bahwa berbagai bangsa hewan
ternak yang telah kdccmbang dab berbag;u sistem dan lingkungiu yang ada
saat ini tel& rnenghasilb berbaga kombinasi gen yang unik. Gen-gen ini
tidak h y a meflmtdm hahtas sifat produksi dari masing-masing bangsa,
twi juga teddap k m u a n adaptasinya pada kondisi Iokal temasuk makman, keteasediaan air, iklim
dm
hama p y a k i t .Ke;anekaragaman geslehk d t n y a me* empat manfiat (FAGAGAS, I%), yaitu: (1) ketmimjutan dan pmingkatm produksi pangan, (2) medcsimumkan pduktivitas Iahan dan sumberdaya pertanian, (3)
penman p d a n berkelanjutan mtuk memhikan kewtungan masa kini
Ketmediaau k e a n e k m m gendk
ternrtk,
termasuk sapi akan mempengahkeberhasilan sbategi pemdiaan untuk masa ymg akan datang.
Pelstarian Sum ber Daya Genetik Ternrmk
K q m m gene& di ddam spesies tern& dan beberapa kerabat liarnya telah menjadi sumber keragaman
drtlam
rumpun dan popdasi ternak.Keragaman genetik ini penting dalam pembentukan rumpun tmak rnodm dm
&an terus berlanjut untuk masa mendatang. P m h y a keragaman plasma nutfah temak tidak akan dapat diganti meskipun dengan kemajuan biotekmlogi, paling
ti& sampai satit ini (Subandriyo & Setiadi, 2003).
Negara-negara sedang berkembang pada umumnya berada @a ikfim
dmgan p h tern- yang e k s h a n m rnusim panas dan hujan. Pada kondisi sepesti ini akm terbentuk m p u n ternak yang beradaptasi disebut dengan unirnpmed breed. Wahpun produktivitasnya rendah apabils dibandingkan dengan rumpun yang tadapat di wilayab tempemte, rumpun
tam& ini daya tahan tehdap be&aga~
macam
pyakit; tahanterhadap flukmsi k e t d i a a n
dm
mutu pakan dm air, t h a n terhadapperubahan tempatw, kelernbaban dan p@
iklim
&trim Iainnya Rumpunteuak
ini juga beradaptasi terhadap pemeIiharaan yang kurang baik sehinggad
nilai yang sangat bechar@ lmtuk m%ngmiisipasi be&aga~ p a b a l mdam
dm lingkugan di wakfu yaag d m datang (GTZ, 2001).Desrgan demikian, pelestarian t d a @ sumbetdayit genetik ternrtk lokal sebagai man dari k o m p m keanekaragaman hayati adalah penting untuk ntanenuhi kebutuh p g a n , patmian dm peakembangao mid masyarakat di
masa yang akan &tang. Ada beberapa alasan untuk ini, antam lain: ( I ) lebih dmi
60 dari bomgsa-hugs hewan ternak di dunia M a di negara-negara sedang bdembang, ( 2 ) k o m a s i bangsa temak lokai tidak menarik bagi
petani, (3)
semra
mum tidak program monitoring yang sistematis dan tidak tersedianya info& diskriptif dasar sebagm besar sumber daya genetik hewantemak, serta (4) &kit sekali bangsa-berngsa hewan ternak asli yang telah
Pelestarian sumber daya gmetik tern& pada dasamya dapat dilakukan Aah satu atau gabungan dari: ( I ) rnempmtahankan populasi ternalc hidup baik
d&m bentuk in-situ mupun a-siltr pada satu tempat tatentu, (2) payimpanan
klcu ( c w g e n i c ) plasma g d i s dalarn h t u k haploid maupun diploid (&am& dan embrio),
dan
(3) penyimpanan dalam b t u k DNA Dalam beberapa ha], mempertahankan populasi merupakan metode pdestarian yang kbih pmktis. Pel&an pada temak hidup mempunyai bebempa keuntmgan antara lain: bangsa-hgsa temak yang dilestarikan secara bertahap dapat rn-n terhadapperubahaa pgaruh ekstanal dan m e m u n m dilakukan d u a s i kinerjanya. Pada peIestarian populasi ternak hidup yang teTisoiir dengan populasi terbatas,
prlu diupayakan agar tidak terjadi biak dalam (inbreeding) dm penghmyutan genetik secara a d (random genetic dn;fr) (Diwyanto & Setiadi (1997).
Sambcr k y a Geaeti k T e m k hka1 Indoneia
Sumber daya g a d hewan (anjmal geneiic resources) addah populasi
pda maPing-masing spesies yang secm genetik unk, krbentuk dalam proses
d o m e yaug digmakern untuk produksi pangan dan pertanian termafllk k
- dekaJt populasi W u t yang masih liar.
Ishlab
ini j u g digunakanmhdq mua spesies dm bangsa-haugsa hewan yang mernpunyai nilai e k m ilmu pengetahuan, dan susial budaya lmtuk
m,
atau mempunyai kepentingan untuk masa depan (FAO-AAAS, 1994).Sumbdaya genetik hewan merupakzm building block bqg pertanian dan
pengembangan rtuietas dan bangsa hewm ternak untuk mass yang &an datang.
Melimpahtrya kern-an bmgsa hewan k m k asli ymg bmdqtasi secara
lokd menyelamadm petani dalam mengbdapi iklirn yang sulit dm wilayah
majhl. S u m b d q a geneiik low dapat dimanfaatkan den= input minimum d m memegang pexanan penthg dslam budaya mitsyarakat pedesaan (FAO,
2001; GTZ, 2001).
Sumberdaya tmak sapi di Indonesia saat ini terdiri dari tiga kelompok,
y a b : (1) ternmrk asli, (2) tern& impor, dan (3) yang telab kadaptasi. Sehub- pembngnYa d a i konservasi psda kelompok hewan tmak ini,
(Utoyo, 2002). Beberap dimtara sumberdqa tam& sapi iemebut adaiah: =pi Aceh, Bali, turunan Ongole, Sumba Ongole, Madura, Jawa, Pesisir, dm Grati. Selanjutnya Utoyo (2002) menjelaskan babwa k a d a m g m m sapi d i Indonesia terbentuk dari sumbdaya genetik asli dan impor. Imporhsi Bos indims Ongole India telah dimulai pada awal abad ke 20
dan
kemudiaa bangsa sapi inimemegang peranan penting dalarn program pengembangan petemdm di
Indonesia Sapi Ongole murni pertama dibawa ke pulau Sumh yang kemudiaa disebut sebagai Sumba Ongole, kemudian sapi ini dibawa ke tempat-tempat lain untuk disilangkan dengan sapi ash lawa dm membentuk Pesanakan Ongde (Ongoleaoss) dm sap1 Madura.
Sapi Pesisir di Sumatem b r a t
Di Sumatera Barat, tenrtama di Kabupatea Pesisir Selatan t a d a p t q i
lokal yaag disebut masymkat sebagai sapi Pesisir.
Menurut Schlegel dan MulIer (1 5 10) yang diacu dalam Merkens (1 926)
magemukakm b b a di ptmtai h a t daya Sumatera yakni di Padang dan
daman tinggi sekitamya terdapat sapi dengan pampilan yang berbeda dari sapi
yang
a h
di pula J a m Stlpi-sapi tersebut jaub l&ihk d
dm
pendelibadannya, kaki-kabylt lebih Tarnping, dan keseluruhau bangun tubuhnya tam@ lebih
indah
dlhmdmg sapi di Jawa Sapi jantannytr jarang memilild punuk yang sebenamya (berpmuk kecil). Baik yang jantan rnaupun yaug betiaa berwama kuning kernmaban, kwxlali di s d d a pantat dm bagan hwah U m y abiwmya bmmm l&ih muda
dm
keputh-putihan. Kemudianteurink
(1 923)muda Tinggi pundak pa& yang jantan mtara 1 - 1.26 m (ratg-rata 1.15 m), dan
pada yang betina sekitar 1.05 m.
D i k e m d d m oleh Saladin (1983) bahwa sap! Pesisir di Sumatera Barat
biasa juga disebut den* jawi ratuih atau banfiang mrerih, disebut dermkian
karma sapi ini dapat melahidan anak setiap tahmya atau mungkm juga
disebabkan deh karma tubuhnya yang relatif paling k e d diantara temak sapi
lokal lainnya (Minang: jawi = bantiang = sapi; rafziih = kd-kecil dan banyak). Sapi ini diduga merupakan sisa sapi asli yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumatera Barat.
Selanjutnya, Saladidin (1983) melqorkan satu penelitian pada t 563 &or
ternak sapi Pesisir yang berasal dari tiga kecamatan di Kabupatm Pesisir Sdatan, Sumatera B m t dan sebagian h a d penehtian ini disajikan pada Tabel 1
baikut.
Tabel 1. R & m dm simpangan
baku
bobi hidup, tinggi pundak, panjang badandan lingkar dada sapi Pesisir Selatan mmwt wnur dan jenis kelamin
Jmis kelamin, b b o t hidup
~ n u r (th), (kg) dan iumIah sampet
1 (20)
2 (44) 3 (53) 4 (108) 5 (163) 6 (167)
7 (109)
8 (94)
Jautan
1 (24) 2 (44) 3 (40) 4 (36)
5 (94)
6 (70) 7 (8) 8 (3)
Tinggi .
pundak (cm) Lingkaran dada
lcml
- [image:23.584.85.493.364.694.2]Sektjutnya dikemhkm oleh Saladin (1983) bahwa wama bulu baik
pada sapi Pesisir jantan maupm yang betina beragam dari merah muda, merah tua (merah bata), kehitm-hitaman, mMat tua, dm putih kehitam-hitaman.
Warna selutar mata, mulut, man ddam kala dan bagian perut terdapat warna
yang agak mu& Tempamen =pi ini pada umumnya jimk
Karakter Ekstemal
Davis &
Heywood (1965) d h dalam Wiley (1981) m e n d e h i d mkarakter sebagai tan&-tan& m W u k hidup yang dapat dijdaskan atau dihitung Selmjutnya Wiley (1 98 1) mengelompokkan k m h r ini atas tiga tipe, yaitu:
1. Kamkter s t m k t u d
Adalah dua tanda-tanda yang pada dasarnya atau stnrktur rincinya sama
h g g a bagm-hagiau t d u t dqat diidingkan
-
hgsung.Karakter ini biasaaya disebutkan dengan nama karakter yang sama, atau lebih tqatnya disebut sdwqp st~ctural hornologtle.
2. Kmkterfungsional
Addah k e - k & e r y m g memiliki h g s i dasar yang sama sehingga dapatdi'bandmgkm IIKslunrtfungshya
3. Karakter filogenetik
Satu
lcarskter
fiogenetik terdiri dari tandaada dari dua atau lebih mktdukbidup yang dihipokakm homolog. Dalam hal sqerti ini, k a d c k
filogenetdt yang dimitifri oleh
dm
atau lebih mhkluk hidup menggambsultana d q a hubungm fiI0gendi.k diantara maWuk hidup tawhut
Karakter morfologi adalah tanda-tan& struktural dati satu makhluk hidup.
Karakter morfologi merupaktm sumbea utama
karakter
@a k-akan kelompok makhluk hidup- Kraakter morfoiogi biamya terdiri dari serangkaian morplaaIogiical complex, pitu satu susunan yang secara ontogenetik mmn@karakter morfologi.
Lebih lanjut W i l q ( I 98 1 ) mengemukakan bahwa sifat-sifat eksternal
mmpakan sumber utama dari k d e r pda banyak kelompok makhluk hidup. Karakter &sternal ini dapat berupa sifat-sif& ymg relatif seddana atau sangat
W u k hidup pada bbagai tingkatan, mulsti dari p&la sampai ke species. Termasuk karakter eksternal ini adalah :
1. Ukuran dan bentuk. Karaktm
ini
m e r u p h penduga ysmg menyeluruh dari bentuk tubuh dan diskripsi khasdari
berbagai gambaran tubuh2. Warm dan pola
warna
Spesies m adicidm oieh k e p d d m warns tertentu atau pola warnmya. Karakterini
telah terbdd M a a t ddam men@sa banyak W u k hidup. Wama dapat dhmtitatifkan d t m p panjang gelombang atau berdasarkan pada stmdar warna intemsrsional,namun pola warm lebib Sering d a b b d u k penjelasan daripda
dikuantitatifkan.
3. Penatungan dari berbagai struktuc yang berulmg atau y m g dapa
dibmdingkaa Banyak fitur eacsternal yang dapat dihitung, k a d t a ini sering
disebut dengan meristic chumctem.
Kslrakter Kuantitatif
Wiley (198 1) menganukakan bahwa karakter kuantitatif adalah chi-ciri
dari m & h k hidup yang dapat diulrur, dihiturig, atau diskor.
Karakter
iniditentukan oleh banyak pasang gen (poligmik) dan sangat dipenganh oleh
m g a n .
Tffdapat dua bentuk dasar dari karakter kuantitatif, yaitu:
a. K m k k Icontinu. Karakter hi bkanya dijelaskan den- p e n g d c m m
Pada penditim yang sistermrtis, kmher ini dapat benrpa ukuran panjang,
l e h , I- volume, atsru bentuk dari ci-ciri suatu mkhluk hidup. Bmruk
ini biasaaya merupakan
sum
k o m b h i dari k d e r kontiou lainnya b. K m k k diskontinu Addah karakta yang meujelaskan banyaknyakomponen tertentu yang ikut serta unhrk manbentuk satu ciri tertentu,
m d q z ;mi& kromosom dalam satu genom rnakhluk +idup tmmtu. Beberapa sifat kuantitatif pada tmak rnernpttnyai ht~bungal salu wria
I& h u b g a s ini
seam
sw&
d d u t dedlgan korelasi. Sifat-sifat yang berkorelasi menjadi p h g karena se1ab;si terhadap satu sifat &an rnenyebabkan kemjuan atau iremuadma bagi sihtlain
yang bailiorelasi dengan sifat tersebutKarralotcr~litatif
Berlstwanan dengan k d & r kuantitatif, k d e s Wtatif adalah kamkter yang @a mmya d i j e l m b dengan kata-hta srtau gamhm. SiW
ini
d tsekali atau
bahkan
tidak ads hubungamya d e n p kemampuan produksi, namun ini mmgkh penting s&gm penciri bagi bangsa atau tiptemak
t m t u Sifat ini diatur oleh satu atau beberapa pasang gen saja, dan sedrkit s W d i moleh lingkungan (Warnick et at., 1983).Warna darn Pula Wuma
Maciejowski & Zieba (1982) mengemddan bahwa tip dasar tatmama
bulu dikddm m e d l W patma w m a ymg melrputi seluruh permukm tub& &gga membentuk warnti yang =&am atau homogen atau wama
tun&; clan kdua, h-gm atau wama ampuraa Warm heterogedl ini
memiliki dua tipe ymg beabeda, yaitu: (a) komposit, apabila pada tub& d i t e m b bidang-bidsng
-
ymgbertKda (pried);
dan (b) camp- @ila buEu-bulu d a i dari yang-
tampak secara bergantian satu dengank m y a W a m a ~ s a p 1 U m ~ ~ i l a n kedalam-amggal
( u n i c o l m d ) dan terpola (patterned).
Dmwta&wama b u l u t u b u h p d a ~ d a u s e m u a ~ ~ a d a a t a u
ti- m d m h pada
bulu
Melanin ditemukan dalam melanosom dari~~
mebmit M e d s n d berpdab dari ujung syaraf@ u n b g t m embrionik dan p i g m d terjadi htrnya di damahdxrah tub& dhamujungsyarafiniada B e r c a k p u t i h t q b h d i d s m h M & k u l i t
atau bulu kekumgan mdamit. Pigimatasi pads semua bagm tubuh juga
dapsd khmmg oleh l d c m a n m alrtivitas &&
T
-
dm tipem e l a yaitu: melanin dan p o m e h k Eumelanin membesikan warn*
warm hitam dan cokht, dan paeom* unhk wrlma-pwma coklat k e m d m ,
merah, m, dm kuniDg (Fries & Ruvinsky, 1999).
Salah
satucara
mengiden- suatu ban-ternak
adalah dengan rnmgguuah warm dan pola s m a i dmgm apa yang dikernukab olehWiley (1981) bahwa ~ ~sering dimdai e oleh warns s atau poh W-
4%
mmgkin lebih bergma d m i p b warm itu sendiri.. Hal ini bi- dianggap sebaga~ chamcter displacement untuk rnenghmdari kebingungan saat -k&b sam h g s a dengan bangsa lainnya(Bakw
gt Manwell, 1 99 I ),W m a pada u m m y a kurang berperan d a r n produksi ternak, seperti
h g k a s pttmbuhm, efisieasi maksnan, clan produksi susu (Bogart, 1959).
Namun demikian, warna memiliki nilai est- tersendiri c h a m warm dapat
keuntmgan ekonomi, seperti kdit yang menad dapat memberikan
h g a yang tin&
untuk *tan,
pakaian dan hiasan (Baker & ManweI1, 1991).Wama bulu dan kdit secara nyata mempengmhi tamoregulasi.
Pmukam yang gdap q m t men@=fi jw cepd mdepas panas,
&&an permukaan yang putih d a p menahan radiasi rmtahi, namun b g
(hhejowski & Zi&, 1982). Warna juga berhuhgm d w daya ssdaptasi hewan t&ut pada Imgkunp tertentu, di
d
d
tropis dengan derajat mlhi sinar matahari yang tinggi hewan den-wama
bulu terrmg dan kulit yang berplgmen gelap h d q t a s i lebih baik (Fries & Ruvinsky,1999).
Varlasi
W a m a Buiupada SapiF r k k Rum (1999) r n e n g e n u h b bahwa unbk meanp&jari
variasi warm bulu
dm
pola bdang pada spesies apaprm, perlu dijelaskanp e q p u h mutan terhadap tipe liar. PoIa belang tipe liar
pda
s q i , secarolsededma
kmp
pigmentasi ymg solid. Hewan-hewan dmgm warn. bulu tiperiar
cendenmg
l a gehp @a kqmh dan I*, kaki dim tubuh bagian belakang. Warm bulu tipe liar pada sapi b m a cokh kemerahan saatlahir,
bmwama lebih gehp ssrat k u m u r mu*
dm
berwama
cokiat kehi- saat d m . Vm'asi warm bulu tipe liar yang p h g seaing teraaati @a sapi addah mewh dan hitam solid. Wama bulu -1 pada sapi addab modifiasidari tiga wslma dasar, yaihi: hitam, tipe liar (wklat-hitam), dan
m d .
Hampir mua v a r h i dari ke tiga warm dasarini
addah &&at dari pen-pigmentasi (lightening).
N a m h w a el al. (1982) rnelakukan satu pelitian tmtaug
-
k
berikut: (a) hitam (teama& adanya sedikit bagmu yang kecokhan), (b) coklat gelap (termasuk sapi dun dm cuklat dengan pigmen hitarn pada kepala, bagian
pun& ddatau -pat bagan bekkmg), (c) coklat-kuning (dibolehkan
adanya pigmen hitam pada bagan kepala M a t a u kak~), (d) abu-abu putrh
(termasuk pllttb kdmhgan), (e) menyerupai Bali (hmasuk sebagiau pola Bali
atau pola Bali dalam warm yang berbeda), dan (f) tipe Bali (dengan bidang putih
pada permpat belakang dan warm putih menyenrpai kaos-kaki pada kaki, gark
hitam sepmjang garis punggung pada betina dan sap1 muda, warm bulu bitam pada jantan dtwasa dan kuning atau lnming kemerahan pada betina clan sapi muda).
Hasil penelitim ini menunjukkan bahwa I204 dari 3061 ekor sapi yang
diamati dikelmqddm sebagai tipe (a), (b) atau (c), dan hanya 42% dianbmrya
yang bei%otol. Kebanyakan sapi di Bdi, Lombok, Timor dan Sulawesi Tengah
dm Selatan rnempedibhn warna tipe
Bali
(9.
Bebaapa individu sapi dmgmtip (e) ditemukan
di
Jawa Barat (12 Pandakm-Mahug). Sebagiank d
sapidi
W u r a jugs r n m p d h d m warmi tip (e) hi.
Gcn yang MempengarPbi Warm BpIu pada Sapi dan SiFat Pewahnuya
Friies & R u v i d q (1 999) menmjukkan bahwa ada tiga warm dasar pada
sslpi, y&u: hitam, tipe liar (mklat-hitam), dan merah. Selanjutnya &em*
bahwa warna hitam bersifrlt dominan ~ ~ ~ I U I M
tahadsp
mmh (B untuk h i m dan bd
merah), hitam epistasis terhadap kehi&man(Bs
untuk kehitaman danbs yang b d m kehitamm). Brinding, rnmqwhn suatu W r y m g
m e k e h i m yaitu suatu pola wama shipstrip antara kehitamm
dan mexah yang -m
lcarakter
bridling. f i ~ i t a mepistasis
terfiadap
bn'ding karma hitam mmutupi pemmpakm k e h i m dan peammpakan bn'ding h y a apmbda a h kehitaman. Untukhi,
Br digunakan untuk brindle dan br untuk yang bukan b r i d e .Bow (1959) m e n j e b h Wwa p d a sapi Nellore, warna put&
disebabkan oleh -if pubh, dimana
Wn
untuk tidak putih dm wn untukN d o r e put&. Ekatuk
h
dari warnrr putih ditemukan pada sapi En&& parkuntuk yang tidak putih. Albino bemifat mesif terhadap yang berwama dan
mengurangi pigmentasi, tamasuk pada mata. Ihsebabh 01th sedikitnyst
jumlah
pigmen pada rnata, wpi albino sangat sensitif t e h d a p cahaya terang. Bintik-bintik yang terdapat pada Mil bapigmen disebabkan oleh satu gen dominan(Ps)
dm alelnya (ps) -libdm tanpa biniik berpigmen p d a kulit.Pamnda genetik
Semua W e r ymg ditampilkan baik secara nyata atau tidsrk oleh satu
individu
teanak
tidak lain adalah pen- jlnnlah gm y a ~ g Wiki 01ehindividu temak tersebut, atm dapat M u t bahwa semua infomasi yang dapat dimti pads s u m individu temak ssdalah penanda genetik dari individu tessebui Dalam kegiam pemuliaan, disamping p e n g h r m lmgsung t d d a p tamplan
fenotipiknya,
be%@
penilnda (mmkr) tehh digunakan mtuk memonitor introgresi ahu rekombinasi genom.P
d
h h h karakter yang dapat dimkkm dm berasosiasi dmgangenotipe tatentu dm digunakan untuk mengk&& genotipe. Potensi
p ~ ~ s e b a g a i a l a t m t u k m e a a k u k a n k a c a k t a r s a s l
.
- gesletiktelorb
dikenal
Mak
pduhan tahun yang lalu. Penanda ini dikategorikan atas penanda morfobgi, sitologi, dan p u g terbaru adalah ~ dmolelrula (Moritz a & H i h ,1 996).
Paa*
M o r f tPenanda morfologi (fenotipik) rnerupah pemmda yang telah banyak
digunakan b&
dalam
*
maupun dalam propan praktispemuhm, karena penmda hi paIing mudah untuk diamati dan dibedakan.
Penanda b o w m m p a h peociri yang ditmtdm atas dasar ciri-ciri fmotipe
yang clapat -ti atau dilibat seam langsmg seperti;
ukuran-ukuran
ipemukm utbabobot bsrrllm, warm dan pola wama bulu tubuh, bentuk daaperkemhgm tanduk dan sebagahya
Baker & Manwed (1991) -uldm Wwa kmmaan potipik
&pat munjukkan identitas genetik, walau terdapat beberapa batasan, antara
gen-gen pada lokus yang berbedst Dab hal tertentu, mun@ Wdq&
perbedaan ddam daya ekspmi (derajat manifestasi ppda satu individu); atau oleh penemsi (hkuensi satu sifat diekqmdm relatif t m h h p sejumlah
pmbawa gen tertentu yang diketahui dalam satu populasi). Kemiripan fenotipik
@at juga disebabkan oleh feookopi, yakni keank@~~ satu fedlotip yang
diakibatkan satu gaotipe tmentu oleh aksi lingkungan pada genotipe laumya
Nmun demikian, pamda
ini
memiliki kelemahao karena ia dipengmh o l d hgkungan, rnernperlihatkau sifat medlurun d o d m d ~ i f dan banyak yangb y a dapat d i m t i pada
trngkat
umur tertentu.Pengukuran parameter tubuh b i m digunakan untuk meaduga asal usul
ternak. Warwick ef al. ( 1983) m e n y a h h babwa
ukuran-ulnrran
tub&sangat bsgma untuk menentukm asal-usul dm hubungan fdogenetlk antara spies, h g s a dan tip ternak ymg berbeda
Beberapa penelitian telah diIakukan untuk menyezidiki asal-usul &
h u m geneaIogrca1 pada b e k q a tip sap1
asli
AsiaThw;
kmasukbeberap sapi ash Indonesia Wasarkan ukuran b a b e man tub& (Otsukti
et al., 1980;
Otsuksl
etd,
1982),ukuran tengkorak
(Hayash el al., 1980; Hayash ef al., 1 982). Peneliti I a h y a (Herrera ef al., I 9%) jugamen^^
ukumt~- tubuhuntuk
r n t d d a k m kdompok kambing AnddusiaSup-to er a/. (1%) juga telah mel* penelitian menggunakan beberap
ukmm tubuh (Mot b mpanjag btsdan, lhgh W a , panjmg badan, tinggi
pufldak,
*
dads, lingkarW
pin@ lingkar pin@, dabpingguZ panjang &or, kbar &or dan tebd ekw) se4qja1 peubtih pembeda
kelompok pada m akelompok domh di Indonesia.
Penan& M*k
Kamkterisasi gmetrk ymg berdasarkan pa& penanda morfologi m d u b m obseryasi ymg intensif, champing itu ~ d ini bdum a
r n e m k k n informasi genetik s h a m y a dari individu
a
masih drpengaruhi oleh hghngm k g a n demikiaountuk
kegiam p e m h tidak cukup hanya k d a m h n pada i n h a s i karakter morfologi saja, apa Iagisempuma dao lebih cept dibantu dengan penmda genetik molekuler yang saat
ini relatif mudah untuk dikerjakan.
Penmmda molekulex yang pertma dm ymg paling sederhana
dikenal
dengan pen& protein yang lazirn disebut isozim. Polimofime proteindid& dengan ma elektroforesis, dm perbedaan yang terdeteksi antar ale1
tergmtung pa& pergantian asamasam amino yang bemuatan. Protein sebaga~
penciri genetik telah lama digunakan dm d i m lebih bak daripada
karaktea
morfologi yang dapat dipagamh oleh lingkungan. Pada masa ldu, penciri
protein digunaksn juga untuk membenalk peta genetik namun polimodkm
proteinaya b i ~ ~ a n y a rendah (Goodfedow, 1992) sehmgga penggunaan p a n d a ini menjlrdi tidak berkembaug Sehjutnya hrfzd & Sudarmmowati (1998)
mengemukakan bahwa walau teknik ini relatif m u d serta tidak memerlukan
alat yang M ucanggih dm mabd, khik
ini
tidak Iconpetitif dari segi waktud m w a n pekdaan serta tidak clapat diotomatisasi.
Menurut Paterson et 01. (1991), a p w i penanda molekuler yang pslling penting addah untuk pembuzrtan peta g a d , yang dapat digunakan u t u k
memedm l o b i fllatu gen yang berttrnggung jawab t e r b d q s m u sifat ymg
seddma, misainya resistemi terhadap penyaht, atau sifat kuantitaiif ymg
komplek pad& h o m o m u Karma peaanda mokkder ini &da pada tin@ DNA,
maka mda
ini
bebas dari pengada-pen@ epistasis, Zingkungan dmfenotipe, &gp dapt menyediakan informasi gene$& yang dehitif
untuk
digunakan daJam mempeIajHri keragaman gar- mendeteksi gen-gen major,dan rnmplajari &+ifat pet& yang komplek
Teknik ini sangat membantu pmulia ddam m e l d d m studi genetik
d e w
-
k
ysmg tinggi. UnU m e d a p h n info& genetik dapat dilakukan dengan menggunsrkan m d a molekula, seperti isozim,RFLP
(restriction fmgment length polyn#,rphism), RAPD (mmbm amp]@ poiimorphic DNA), AFLP (amplfled fmgment length polymorphism), dan
h m q a Penanda molekuler tatmu ymg relatif lW mudab d i d addah
DNA
MikmmtelitSam dari tipe
DNA
beaulang (shorl tandem repeats/STR) yang p a h gmum
potong-an dmi motif nukleotida sederhana dalam h t u k salinan berdampingan (tandem) di sebut s e w mikrosatelit.
Mkosatelit merupakansam bentuk pmmd~ DNA,
terdapat
j m yang =@ banyaklokasinya tmebar di hampir semua kromosum, berpasangan melibatkan satu
motif barn yang terdiri dari 2-5 pb (Weber, 1990) atau 1-6 pb
( T w
19931, yang bmdang mencapai 100 kali atau lebh, dm susunan basa yang mmgtlpitnyasangat spesifjk disebut sebagai primer.
Sekuen bmlmg ini pahg mum terdiri dari sekitar 20
-
50 bp untm p l yGT,
poly A dan p l y GA (Ehmda et ol., 1982; Taw& & Renz, 1984). Lebihlanjut Tautz (1993) rnengmukakan bahwa dxosatelit mezllpkan satu lokus
tan^ ymg t d r i dari 1- 6 pasang basa dm berulang mencapai 100 Motif-motif tipe ini terdiri dari kelompok mone, di-, tri, dan tetra nukleotida (Slatkin, 1995).
Beberapa genom eukaryot mengmdung bebmpa macam DNA berulang, mdai
dari
yang s e d h baupa sah~ nukleotida tun@ hinggat i n g h m
tingkam satetit DNA (EZlegm et al., 1992; T a w 19931, dan beberapa
DNA
h d m g ini
d
poiimorfdc tinggi. Tingkat p o b d s m e tinggi dari l o bmikrosatelit
ini
ditunjukkan pada bewan ternak, tamasuk domba (Crawford etal., 199U), mi potong (Fries er ~ l . , 19901, babi (Johansson et al., 1992) dart kuda
(EIIegren el al., 1 992).
S e b DNA M a g (duosatelit) dengan cepat m e n j d sumber lrtama
bagipenandtigenetikDNAinti. K a r % n r m p e n a n d a i n i ~ p o l i m o ~ t i n ~
menyebar secara a& dm me- ( T a w I993), sekarang penanda ini menjadi pemda gmetik yang sangat bemdaat (Goldstein & PoUock, 1997).
Penanda ini dapat digunakan pada bdagai keperlum, seperti: idmtifiasi individu, keanekmgmau dan stnddm populasi, atau mempdajari evolusi dari s p i e s yang bakeribat (Clisson et a/., 2000).
Sedruen dengan motif (CA), atau (TG),, menyebar paling luas h t a r a
spesies dan secara kuaotitatif rneaupakan pengulangan dinukleotida yang sangat
sampai
saatini
paling banyak diteliti (fIamada et al., 1982) d i p d i d a n sekuen iai setidaknya tdapat selcitar 35 000 didam genom haploid manwia (Weber,1990).
M h s a t e l i t dengan cepai m e n g g a n h
RFLP
dan
RAPD pada s&&agm b a r pemakaran daIam pop- biologi, mulaidari
mengid-kekerabatau sarnpai pendugam panda deanografis (Bowcock et ol., 1 9 4 ; Blwin e! a)., 1 %; Goldstein el al., 19%; clan Jame & Lag* 19%). Daya
tsrik
lain mikxosatelit srtas RFLP dan RAPD ter1etak pada dasardmr gmetikamihwaklit ini lebih mudolh kehtam
Kmgumun DNA
MrRmsafeIii
Variabilitas (kemgmm) dmsatelit ditmjukkau oleh variasi dalam jumlah pgdmgan h e n inti. Tingkat variabilitas mdcmsatelit s e a m positif
berkwelasi dmgm panjmg sekuen bmWgnya (Weber, 1990; dm Johmsson er
a]., 1992), dan mkosatelit yang pjangn?ra kurang dari 20 bp kemungkman polimorfiknya mmjadi kecil.
Tingkat keragamm h g g i pada lokus duosatelit
dihasilkan
ole&kecepatan mutasi yang hnggi den- tinwminimal 1
w3
(JeHkys et al., 1988) atau lo4 (Levinson & Gzrtrrran, 19871, atau p d a kisaran lU3 - 10" loWgamet/genmsi (WIas, 1992; Edward el a/-, 1992; dm Lehman er al.,1 9%).
Jefhys et al. (1994) mengemubh W w a mekanisme
vtuiasi
dalam jumhh ulangan muugkinberbeda
dari satu ke ulangm lain.M&&e ysng manun- ~~a unti (strand slippge)
didadcan pala a h y a satu attau dua & DNA pstah yang
Madi
drtlam&en berulang seIama repWrasi sehgmmm diusulkan oI& Ri&ard &
Suthdand (1 994).
+Am&& Knnrgamun DNA MikmsaiW
V
e
jmhb ulangsm mkomtdt dapat did&si menggunakandektrofhsis hasil amph- pmduk
DNA
pada suatu gel dengan standarAld-ald pads lokwldrus mkoW& ini di- oleh perbedaan j d a h ulangan nukleotidanya (Valdes et a!., 1993) yang diperoleh dengan
plymerase chmn reactfbn (PCR) yang dilakukau diantara dua motif sekuea
tetentu yang mengapit d a d pengulangan tandem (Estoup el a/., 1 995).
Keragaman mikmat&t dapat t i h a h i s den- mudah setelah kebtrhasilan mengamplhsi l o b
ini dengan
PCR Beberap peneriti (Litt &Luty, 1989; Tau& 1989) melaporkan secara kontinu kmagman ndmomtdit
ymg mereka deteksi dengm PCR Mereka rnenunjukkan fiekuensi polimorhne pala jumlah salinan CA bendmg
dm
menetapkan PCR-TypabZeM a r h r dengan gel padsjarak 70 - 200 bp.
Keragaman d a b ukmn fmgmen
DNA
h i 1 amphlfhsi PCR dapat dipisahkan dan divisualisasi dengan h h g a ~ telmilr. Roduk PCR yangdipkbkm @a gel deklrofwsis dapat divisdbsi dedigan ecidium
bromida (Heame et a/., 1 99 1 ; Aitman et ol., 1 99 1). Penggunaan native gel
dengxln
-
per& telah ditmjllltltan lebih sensitif (Khkick & Tau&1992).
Pemisahan produk
PCR
pa& media bukm gel juga dapat dilakukrmuntuk
nmnpm01eh res01usi yang iinggi. Acidic nowgel capiIIari electrotoms rnmpkm sum metoda separasi menggmakm media b m p a poIimer fosa
den* h#rmy prowl methyl celldose, k u u e hasil separrtsi dideteksj mengguntlkan UV-A260 nm. P a r a & Watson (1993) menunjukkan bahwa
metode ini dapat digunakan mtnk m e n h b n w e n - h g m e a ~ DNA hil
restdai, mmgontml kuaiitas dNTP dan ohgonukleotida komponen PCR dan
lmtuk mad- @uk PCR d e n p mIusi yang cukup hggi (1 bp) serta
w&u analisa mh-mb kurang dari 20 menit.
P
-n
DNA MijaosatelitMkrosatelit secara cepat mengganttkau RFLP dm RAPD p d a hampir
sednua pemztkaiau dab biologi popuhi, mulai dari mengideatilikasi