• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Perubahan Iklim Global 001

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Perubahan Iklim Global 001"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang telah memberikan berkatnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Dampak Perubahan Iklim Global.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Dampak Perubahan Iklim Global dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan pengetahuan terhadap pembaca.

Ambon, Oktober 2014

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN...1

I. Latar Belakang...1

II. Manfaat... 3

BAB II PEMBAHASAN...4

A. Pengertian Perubahan Iklim Global...4

B. Mekanisme REDD sebagai Isu Penting Indonesia pada UNFCCC Ke-13..4

C. Contoh Dampak Perubahan Iklim Global...6

1. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Banjarmasin... 6

2. Varietas Padi Rendah Emisi Gas...8

BAB IIIPENUTUP...10

A. Kesimpulan... 10

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang

Perubahan iklim global merupakan salah satu issu lingkungan penting dunia dewasa ini, artinya tidak hanya dibicarakan di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain di seluruh dunia. Hal ini disebabkan perubahan iklim global menyebabkan dampak negatif pada berbagai sektor kehidupan. Beberapa dampak yang dirasakan karena adanya perubahan iklim antara lain terjadinya peningkatan suhu rata-rata serta peningkatan intensitas curah hujan dan bergesernya musim hujan.

Menurut Kusnanto (2011) keadaan rata-rata suhu udara di Indonesia mulai tahun 1968 hingga tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Dalam waktu 70 tahun sejak tahun 1940 suhu rata-rata di muka bumi mengalami kenaikan sekitar 0,5ºC. Menurut Firman (2009) kondisi udara di Indonesia menjadi lebih panas sepanjang abad dua puluh, yaitu suhu udara rata-rata tahunan telah bertambah kira-kira 0,3ºC. Menurut Firman (2009) terjadinya peningkatan rata-rata suhu udara menyebabkan terjadinya penguapan air yang tinggi, sehingga menyebabkan atmosfir basah dan intensitas curah hujan meningkat. Menurut Naylor (2006) dalam Diposaptono (2009), perubahan pola curah hujan di Indonesia akan mengarah pada terlambatnya awal musim hujan dan kecenderungan lebih cepat berakhirnya musim hujan.

Hal ini berarti bahwa musim hujan terjadi dalam waktu yang lebih singkat, tetapi memiliki intensitas curah hujan yang lebih tinggi. Perubahan iklim pada dasarnya merupakan dampak dari pemanasan global (global warming), yaitu fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK). Menurut Sejati (2011) ada enam jenis gas yang digolongkan sebagai GRK, yaitu karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O), sulfurheksafluorida (SFx), perfluorokarbon (PFC) dan hidrofluorokarbon (HFC). Peningkatan emisi GRK di sebabkan karena aktivitas manusia maupun peristiwa-peristiwa alam yang berkontribusi bagi peningkatan emisi GRK tersebut. Menurut Rosegrent, dkk. (2008), secara global emisi GRK merupakan kontribusi dari berbagai sektor kehidupan. Sektor energi memberikan kontribusi sebesar 63%, sektor kehutanan dan alih fungsi lahan sebesar 18%, sektor pertanian sebesar 13%, sektor industri dan sampah rumah tangga masing-masing sebesar 3%.

(4)

sektor energi sebesar 275 MtCO2e, sektor pertanian sebesar 141 MtCO2e dan sektor limbah sebesar 35 MtCO2e. Selain CO2, gas rumah kaca terbesar kedua yang memberikan kontribusi terhadap pemanasan global di Indonesia adalah CH4 yang mayoritas berasal dari sektor pertanian, termasuk di dalamnya kegiatan peternakan. Berdasarkan laporan ADB-GEF-UNDP dalam Deptan (2007), dalam sektor pertanian, budidaya padi sawah memberikan kontribusi emisi GRK terbesar, yaitu 70,9%.

Selain itu budidaya padi sawah menyumbang 76% dari keseluruhan gas CH4 yang diemisikan sektor pertanian. Padi merupakan komoditi utama tanaman pangan di Indonesia yang terus ditingkatkan produktivitas dan produksinya. Hal ini disebabkan karena padi merupakan komoditi tanaman pangan yang menjadi sumber utama gizi dan energi bagi sebagian besar penduduk. Kebutuhan terhadap beras akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, sehingga dapat dipastikan bahwa kegiatan budidaya padi sawah di Indoenesia akan terus berlangsung dan ditingkatkan. Kaitannya dengan emisi GRK, bila tidak dilakukan kegiatan budidaya padi sawah yang mitigatif terhadap emisi GRK maka kontribusi CH4 dan gas lainnya dari kegiatan budidaya padi sawah terhadap pemanasan global akan terus berlangsung dan meningkat.

Menghadapi perubahan iklim global, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK secara nasional hingga 26% pada tahun 2020 dengan menggunakan sumber pendanaan dalam negeri, serta penurunan emisi hingga 41% jika ada dukungan international dalam aksi mitigasi. Kegiatan ini dituangkan dalam Program Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (Bappenas, 2010). Berdasarkan Rencana Aksi Nasional dalam Menghadapi Perubahan iklim yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2007), berbagai sektor kehidupan di Indonesia, termasuk sektor pertanian perlu melakukan kegiatan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Mitigasi terhadap perubahan iklim pada sektor pertanian harus didorong melalui penggunaan pupuk organik dan pestisida ramah lingkungan yang mengacu pada pengelolaan hama terpadu serta menggalakkan penggunaan mesin yang efisien. Selain itu perlu dilakukan penurunan tinggi genangan air, karena selain bisa menghemat air juga bisa mengurangi aktifitas bakteri yang menghasilkan gas CH4.

(5)

Secara teoritis terdapat konsep-konsep budidaya padi sawah yang selain dapat memberikan produktivitas padi yang tinggi juga sekaligus berfungsi sebagai budidaya padi yang mitigatif terhadap peningkatan GRK. Perilaku pertanian konvensional memberikan kontribusi paling besar terhadap pemanasan global dengan menghasilkan emisi gas CH4 paling banyak dibandingkan dengan sisitem pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dan System Rice Intensification (SRI). Emisi gas CH4 yang dihasilkan pada pertanian non-PTT tergenang sebanyak 282±36,5 kg/ha, non-PTT intermitten sebanyak 57±6,7 kg/ha, PTT intermitten sebanyak 78±42,0 kg/ha, PTT tergenang sebanyak 347±28,4 kg/ha dan sistem SRI sebanyak 60kg/ha. Selain dapat menekan emisi gas CH4, sistem bertani PTT dan SRI dapat meningkatkan hasil padi sebesar 3,9-5,4% (Setyanto, dkk., 2008).

II.

Manfaat

1) Untuk mengetahui secara jelas apa perubahan iklim itu.Untuk mengetahui penyebab terjadinya perubahan iklim.

2) Untuk mengetahui dampak secara umum yang akan dialami oleh manusia sendiri maupun makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya.

3) Untuk mengetahui efek yang akan dialami apabila terjadi perubahan iklim akibat dari pemanasan global.

(6)

BAB II

saja, melainkan ada parameter lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi awan, angin, maupun radiasi matahari. Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer, yang dapat berkontribusi pada perubahan pola iklim global. Pemanasan global terjadi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi menjadikan perubahan iklim global (Budianto,2000).

Meskipun pemanasan global hanya merupakan 1 bagian dalam fenomena perubahan iklim, namun pemanasan global menjadi hal yang penting untuk dikaji. Hal tersebut karena perubahan temperatur akan memperikan dampak yang signifikan terhadap aktivitas manusia. Perubahan temperatur bumi dapat mengubah kondisi lingkungan yang pada tahap selanjutkan akan berdampak pada tempat dimana kita dapat hidup, apa tumbuhan yang kita makan dapat tumbuh, bagaimana dan dimana kita dapat menanam bahan makanan, dan organisme apa yang dapat mengancam. Ini artinya bahwa pemanasan global akan mengancam kehidupan manusia secara menyeluruh.

B.Mekanisme REDD sebagai Isu Penting Indonesia pada UNFCCC

Ke-13

(7)

proyek-proyek yang telah disepakati oleh negara maju dan Indonesia. Sebagai pemimpin negosiasi, Indonesia menekankan adanya kerjasama global yang kuat antara negara maju dan berkembang, adanya bantuan kompensasi dana dan transfer teknologi untuk membantu proses mitigasi dan adaptasi serta himbauan pada negara maju agar lebih memperhatikan komitmennya dalam menurunkan emisi. Hal ini dilakukan sebagai wujud penyadaran dunia agar lebih berkontribusi dalam menangani masalah lingkungan.

Oleh karena itu strategi politik luar negeri Indonesia dalam melancarkan aksi diplomasi lingkungan hidup untuk mengakomodasi berbagai kepentingan Annex I dan Annex II terhadap mekanisme REDD sangat dibutuhkan demi mengantarkan pada kesepakatan Bali Roadmap sebagai salah satu poin penting UNFCCC. Peran penting Indonesia di sini dapat terbukti ketika ada kesepakatan negara maju untuk ikut berkomitmen menyetujui poin-poin Bali Roadmap yang sebelumnya menentang keras. Para peserta konferensi akhirnya bersepakat untuk berjalan bersama dalam mengimplementasikan poin-poin Bali Roadmap. Upaya lebih peduli terhadap lingkungan dilakukan Indonesia baik secara nasional maupun internasional berimplikasi pada nilai-nilai strategis politik luar negeri Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia dikenal dengan image negatifnya terhadap lingkungan, sehingga untuk membangun image positifnya kembali, Indonesia harus melakukan upaya yang signifikan. Secara nasional, sebagai implemetasi REDD, Indonesia berupaya menekan angka deforestasi melalui pemberantasan illegal logging dan penggalakan reboisasi sebagai wujud perlindungan terhadap identitas nasional Indonesia.

Secara internasional, keberhasilan Indonesia sebagai pemimpin negosiasi UNFCCC ke-13 membawa Indonesia pada perolehan image positifnya sebagai negara yang concern terhadap lingkungan. Pengakuan dan kepercayaan internasional inilah yang membuat dukungan internasional semakin mengalir. Statement pujian dari negara-negara dan Perhitungan Indeks Kinerja Perubahan Iklim 2008 menjadikan posisi Indonesia dianggap penting sebagai negara yang serius dalam menangani masalah lingkungan. Mekanisme REDD merupakan isu internasional, yang memerlukan aksi nyata di tingkat nasional-lokal. Oleh karenanya, pemecahan masalah deforestasi dan degradasi hutan di tingkat nasional tidak dapat dipisahkan dari pemecahan masalah pembangunan nasional secara keseluruhan. Di samping itu, sektor kehutanan adalah unik di semua negara berkembang pemilik hutan, banyak instrumen kebijakan dan program yang tidak didesain untuk menangani isu perubahan iklim tetapi secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi terhadap upaya pengurangan dampak negatif perubahan iklim.

(8)

kebanyakan wilayah tropis termasuk Indonesia, penduduk asli tidak hanya mendapatkan keuntungan dari kegiatan yang menyebabkan deforestasi tetapi juga kehilangan lahan, mata pencaharian, dan cara hidup karenanya. Sistem nasional seharusnya dirancang bersama-sama dengan penduduk asli dan memastikan bahwa mereka mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, pendekatan diplomasi lingkungan hidup yang dilancarkan Indonesia dalam berbagai fora internasional diharapkan dapat mengakomodir kepentingan nasional Indonesia secara holistik dan mutual antara Pemerintah, institusi, masyarakat, dan individu. Kompensasi multi donor dari beberapa negara maju dan lembaga internasional seharusnya juga dicermati Indonesia agar semakin waspada akan adanya eksploitasi dan dependensi berkepanjangan, oleh karena itu dibutuhkan strategi dalam menyikapi dinamika isu lingkungan hidup secara lebih hati-hati dalam penerapan politik luar negeri Indonesia.

C.Contoh Dampak Perubahan Iklim Global

Berikut ini adalah beberapa contoh dari Dampak Perubahan Iklim Global yang di rangkum dari jurnal-jurnal.

1. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Banjarmasin

(9)

Perubahan temperatur atmosfer menyebabkan kondisi fisis atmosfer kian tak stabil dan menimbulkan terjadinya anomali-anomali terhadap parameter cuaca yang berlangsung lama. Dalam jangka panjang anomali-anomali parameter cuaca tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim.

Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut diantaranya adalah :

 Semakin banyak penyakit (Tifus, Malaria, Demam, dll.)

 Meningkatnya frekuensi bencana alam/cuaca ekstrim (tanah longsor, banjir, kekeringan, badai tropis, dll.)

 Mengancam ketersediaan air

 Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan

 Menurunkan produktivitas pertanian

 Peningkatan temperatur akan mengakibatkan kebakaran hutan

 Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati Kenaikan muka laut

menyebabkan banjir permanen dan kerusakan infrastruktur di daerah pantai

Terdapat dua dampak yang menjadi isu utama berkenaan dengan perubahan iklim, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut yang menyebabkan tergenangnya air di wilayah daratan dekat pantai. Dampak lain yang diakibatkan oleh naiknya muka laut adalah erosi pantai, berkurangnya salinitas air laut, menurunnya kualitas air permukaan, dan lain lain.

(10)

iklim. Banjir yang terjadi disebabkan karena daratan Banjarmasin yang rendah, sehingga permukaan air sungai Barito yang lebih tinggi menyebabkan meluapnya air ke daratan.

Analisis Dampak Kenaikan Muka Laut terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi

Daratan Banjarmasin yang hilang karena kenaikan muka laut menurut proyeksi yang dilakukan akan berdampak juga pada beberapa sektor perekonomian di Banjarmasin. Estimasi dampak sosial dan ekonomi yang terjadi sebagai akibat dari genangan air di Banjarmasin adalah:

 Terganggunya lalu lintas jalan raya.Munculnya genangan-genangan air di wilayah perkotaan.

 Berkurangnya lahan-lahan produktif di sektor pertanian.

 Bekunya aktifitas-aktifitas industri dan bisnis diakibatkan

kerusakan/terganggunya infrastruktur-infrastruktur.

Hasil perhitungan proyeksi kerugian ekonomi dari ditunjukkan dalam tabel berikut:

Dari Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2100 dengan luas daerah yang tergenang sebesar 2.581 km2 kerugian ekonomi lahan diproyeksikan mencapai 0.69 juta dollar. Selain kerugian ekonomi lahan, tergenangnya lahan akibat kenaikan muka laut juga akan menyebabkan banyaknya pengungsian dari daerah sekitar sungai. Diperkirakan sebanyak 40.720 jiwa penduduk Banjarmasin harus diungsikan ke daerah yang lebih tinggi (lihat Tabel 3).

(11)

pembuatan tanggul di pinggir Sungai Barito, relokasi penduduk di sekitar sungai ke daerah yang lebih tinggi serta pembangunan rumah panggung merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak kenaikan muka laut di Banjarmasin.

Kenaikan muka laut diproyeksikan akan terjadi di wilayah Kalimantan Selatan, terutama Banjarmasin dan sekitarnya sebagai implikasi dari perubahan iklim.

 Akibat yang ditimbulkan dari kenaikan muka laut tersebut akan

berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Banjarmasin dan sekitarnya.

 Beberapa infrastruktur yang menjadi media pembangunan ekonomi di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya akan mengalami kerusakan dan kerugian dari bencana tersebut yang tidak dapat dihindari jika kenaikan muka laut terus berlanjut.

 Tindakan adaptasi dan mitigasi perlu segera dilakukan untuk mengurangi

dampak kenaikan muka laut di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya.

Beberapa kegiatan adaptasi yang dapat dilakukan di Banjarmasin adalah pembuatan tanggul di pinggir Sungai Barito, relokasi penduduk di sekitar sungai ke daerah yang lebih tinggi serta pembangunan rumah panggung.

2. Varietas Padi Rendah Emisi Gas

Pemanasan global kini tengah menjadi perhatian dunia. Dampak pemanasan global adalah terjadinya perubahan iklim yang selanjutnya akan mempengaruhi kehidupan di bumi, namun para ahli masih sulit memprediksi besarnya perubahan iklim tersebut.Perubahan iklim merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan di bumi karena akan memberi dampak seperti naiknya permukaan laut akibat mencairnya es dan gletser di kutub, naiknya curah hujan di sebagian belahan bumi dan di belahan lain terjadi kekeringan,serta penyebaran penyakit tropis dan punahnya beberapa spesies karena tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Sektor pertanian disinyalir sebagai salah satu sumber emisi gas rumah kaca, terutama metana. Luas sawah di Indonesia yang lebih dari 10,9 juta hektar diduga memberi kontribusi sekitar 1% dari total global metana. Jika total metana diduga berbanding lurus dengan total produksi padi maka setiap usaha peningkatan produksi padi harus dibayar dengan kerusakan lingkungan berupa meningkatnya emisi metana. Metana dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik secara anaerobik.

Emisi Gas Metana dari Lahan Sawah

(12)

lahan sawah ke atmosfer. Lebih dari 90% metana diemisikan melalui jaringan aerenkima dan ruang interseluler tanaman padi, sedangkan kurang dari 10% sisanya dari gelembung air.

Kemampuan tanaman padi dalam mengemisi metana beragam, bergantung pada sifat fisiologis dan morfologis suatu varietas. Pemilihan varietas padi yang ditanam di suatu daerah ditentukan oleh potensi hasil panen, kondisi ekosistem, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit endemik serta kondisi ekstrim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap varietas padi menghasilkan emisi metana yang berbeda-beda, sehingga penggunaan varietas yang tepat diharapkan dapat menekan emisi metana.Padahal jumlah varietas padi sangat banyak. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang berkelanjutan untuk mengetahui varietas padi yang mampu menekan emisi metana. Penekanan emisi metana dengan menanam varietas yang tepat merupakan pilihan yang paling mudah diterapkan petani.

(13)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

 Efek rumah kaca adalah penyebab, sementara pemanasan global dan perubahan iklim adalah akibat..  Efek rumah kaca

Dengan dampak yang ditimbulkan karena perubahan iklim akibat pemanasan global, maka kita sebagai penduduk dunia harus segera bertindak untuk mengurangi pemanasan global seperti

Walaupun efek perubahan iklim dan konsekuensi pemanasan global tidak dimengerti secara pasti, beberapa efek langsung terhadap pajanan peningkatan temperatur dapat diukur,

Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur

Turnitin_Chapter: Peran serta umat khonghucu dalam mengurangi. pemanasan global dan

Dengan dampak yang ditimbulkan karena perubahan iklim akibat pemanasan global, maka kita sebagai penduduk dunia harus segera bertindak untuk mengurangi pemanasan global seperti

Dampak terhadap pemanasan global adalah terjadinya perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kondisi ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Degradasi Sub DAS Garang

Perubahan iklim pada dasarnya merupakan dampak dari pemanasan global akibat dari berbagai aktivitas manusia, Menghadapi perubahan iklim global, Pemerintah Indonesia telah