• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV DI SDN KALI AWI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV DI SDN KALI AWI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA

SISWA KELAS IV DI SDN KALI AWI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh NURLAILA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM STUDI S1 PGSD DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV

DI SDN KALI AWI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh : Nurlaila

Masalah dalam penelitian ini adalah aktivitas dan prestasi belajar yang rendah dalam pelajaran IPA. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah aktivitas dan prestasi belajar siswa yang rendah terhadap pelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas IV SDN Kali Awi tahun pelajaran 2012/2013?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas Belajar siswa IPA siswa kelas IV (Lima) pada Sekolah Dasar. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kali Awi di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan sebanyak 20 siswa yang dilakukan sebanyak 2 siklus, model pembelajaran yang digunakan adalah discovery, data yang di peroleh dalam penelitian ini melalui observasi keaktifan siswa, hasil belajar, dan diskusi kelompok.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas siswa pada siklus pertama sebesar adalah 5,00%, sedangkan pada siklus kedua meningkat menjadi 25,00%. Hal ini menunjukan bahwa terjadi rasio peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa sebesar 20%.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat di tingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas IV SDN Kali Awi Kecamatan Negeri besar tahun Pelajaran 2012/2013 dengan adanya perubahan prestasi belajar IPA yang semakin meningkat dari sebelumnya.

Saran yang dapat diberikan adalah (1) Kepada guru pelajaran IPA untuk dapat menggunakan metode pembelajaran discovery dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA (2) Kepada siswa agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran discovery guna meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA pada siswa.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Perumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Secara teoritis ... 9

2. Manfaat secara Praktis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Pengertian Aktivitas ... 11

1. Pengertian Aktivitas ... 11

2. Pengertian Belajar ... 13

3. Jenis-Jenis Aktifitas Belajar ... 14

4. Klasifikasi Aktivitas belajar ... 15

5. Upaya Pelaksanaan aktivitas dalam belajar ... 16

6. Ciri-ciri Aktif dalam belajar ... 17

B. Prestasi Belajar IPA ... 18

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 18

2. Pengertian Pembelajaran IPA ... 19

C. Pengertian Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan) ... 21

1. Pengertian Pembelajaran Discovery (Penemuan) ... 21

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan ... 22

3. Kekurangan dan kelebihan metode discovery ... 25

D. Hasil Penelitian yang relevan ... 26

E. Kerangka berpikir ... 27

F. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

1. Tempat Penelitian ... 30

2. Subjek Penelitian ... 30

3. Waktu penelitian ... 30

B.Faktor Yang Diteliti ... 31

C.Data Penelitian ... 31

D.Teknik Pengumpulan Data ... 31

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Awal ... 46

B. Hasil Penelitian ... 47

1. Siklus I ... 48

a. Perencanaan ... 48

b. Pelaksanaan Tindakan ... 49

c. Observasi ... 51

d. Refleksi ... 56

2. Siklus II ... 57

a. Perencanaan ... 60

b. Pelaksanaan Tindakan ... 60

c. Observasi ... 63

d. Refleksi ... 68

3. Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A.Kesimpulan ... 74

B.Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Tabel 1 Tugas pembelajaran dengan metode discovery learning ... 23

2. Table 2 Kisi-Kisi Aktivitas Belajar Siswa ... 33

3. Tabel 3 Data Siswa ... 47

4. Table 4 Jadwal Pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas ... 48

5. Tabel 5 Hasil Observasi siswa pada siklus I pertemuan I dan II ... 53

6. Tabel 6 Daftar Nilai Pree test dan post tes pada Siklus I ... 54

7. Tabel 7 IPKG pelaksanaan pembelajaran ... 58

8. Tabel 8 Penilaian IPKG ... 59

9. Tabel 9 Hasil Observasi siswa pada siklus II pertemuan I dan II ... 65

10. Tabel 10 Daftar Nilai Pree test dan post tes pada Siklus II ... 66

11. Table 11 IPKG pelaksanaan pembelajaran ... 69

12. Table 12 Penilaian IPKG ... 70

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Gambar 1 Kerangka Pikir ... 28

2. Gambar 2 Bagan siklus ... 37

3. Grafik 3 Pre test - Post Test siklus I ... 56

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Seperti diketahui di era globalisasi pendidikan merupakan salah satu

kebutuhan sehingga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Ketertinggalan bangsa Indonesia di bidang pendidikan dibandingkan

negara-negara tetangga menyebabkan pemerintah terdorong untuk memacu diriuntuk

(11)

dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3) yang

berbunyi, "Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan

sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan,

untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.

Sistem pendidikan di Indonesia sendiri telah mengalami banyak perubahan.

Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha

pembaharuan dalam sistem pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan

semakin mengalami kemajuan. Dalam suatu proses pendidikan digunakan

evaluasi dan metode untuk memantau perkembangan pendidikan. Evaluasi

dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional

sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan.

Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan formal telah

menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi

karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam

pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang

dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara

keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan

yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang

pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakan dapat

dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia

(12)

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau

hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran.

Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar

merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar

penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai

sentral pembelajaran.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah

yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan.

Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif

juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat

siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran

tersebut.

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan

nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya

yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti

luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,

mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus

mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air,

mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan

dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia

pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas

(13)

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya

adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru

secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan

kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas

dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat

penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan

mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan

konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau

cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan

prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Dalam hal ini guru memiliki

peranan penting dalam dalam prestasi yang akan di capai siswa. Misalnya

dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses

pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf

intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-

konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat. Tanpa adanya

minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai dorongan untuk belajar.

Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk aktivitas sehingga

dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga

nilai rata-rata mata pelajaran IPA yang diharapkan oleh guru adalah 75,00.

Berdasarkan pengalaman dan observasi awal yang di lakukan pada siswa

(14)

gambaran tentang kurang aktifnya siswa dalam proses belajar dapat dilihat

dari KKM yang belum mencapai target, hasil ujian dan hasil ulangan

semester yang rendah. Siswa cendrung kurang memperhatikan materi

pelajaran yang di berikan, Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA sangat

rendah yaitu mencapai 60,00. Hal ini mungkin disebabkan karena dalam

proses belajar mengajar guru hanya menggunakan metode konvensional

(ceramah), tanpa menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran tidak

disampaikan secara kronologis, sehingga materi yang disampaikan menjadi

kurang menarik, yang beakibat pada aktivitas belajar siswa yang kurang pada

pelajaran IPA dan hal ini tentu mempengaruhi prestasi belajarnya.

Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dilakukan oleh

guru untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Rendahnya hasil belajar

siswa tersebut diduga kuat akibat aktivitas, minat dan aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran sangat rendah, sehingga terlihat siswa tidak siap untuk

menerima materi pelajaran . Di SDN Kali Awi sendiri masalah aktivitas

belajar siswa masih menjadi persoalan yang kompleks, khususnya untuk mata

pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang kurang dapat menerima

pelajaran dengan baik. Pada saat pelajaran berlangsung, siswa justru sering

malakukan kegiatan diluar pelajaran, seperti ngobrol, atau mengganggu

teman lainnya.

Dalam hal ini model pembelajaran discovery di anggap sesuai untuk

membantu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar pada siswa kelas IV

(15)

atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat

menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya

sendiri. Sehingga siswa terpacu untuk mengetahui dan menemukan hal-hal

baru dalam proses pembelajaran IPA yang menuntut adanya praktek

langsung, sehingga siswa dapat lebih memahami pelajaran IPA di banding

menggunakan metode ceramah.

Dengan pemberian metode pembelajaran discovery diharapkan agar

aktivitas siswa dapat meningkat sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam

kegiatan akademik. Siswa yang teraktivitas untuk belajar sesuatu akan

menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,

sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih

baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung

aktivitas siswa. Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi,

juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang

sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan

materi yang optimal bagi siswa.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu

metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery)

untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat

meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih

metode pembelajaran ini agar terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan

sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. Seperti yang di kemukakan oleh

(16)

belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik

kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. konsep

belajar menurut Bruner menekankan bahwa seseorang anak didik tidak saja

dituntut untuk bisa menerima pengetahuan saja, tapi dintuntut juga untuk bisa

mengolah dan bahkan mengevaluasi serta mengembangkan pengetahuan

tersebut.

Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang

mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya. Dalam pembelajaran

discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip

melalui proses mentalnya sendiri. Seperti yang di ungkapkan di atas,

pengunaan metode discovery diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar

IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi, seperti diketahui dalam pelajaran

IPA siswa di tuntun untuk menemukan konsep, dalam hal ini siswa

melakukan praktek seperti pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan,

menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan

beberapa konsep atau prinsip. Sehingga siswa menjadi lebih memahami

materi pelajaran mengingat metode pembelajaran yang tidak membosankan,

dan dalam metode ini siswa dapat menemukan hal-hal baru dengan metode

(17)

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini

penulis mengambil judul " Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar IPA

dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas IV Di SDN Kali

Awi di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran

2012/2013 ".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut di atas

maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul yaitu:

1. Metode pembelajaran yang digunaan masih menggunakan metode

konvensional

2. Terdapat siswa yang kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran IPA

3. Penyampaian materi pembelajaran yang kurang tepat.

4. guru kurang kreatif dalam memilih dan menggunakan model

pembelajaran di kelas.

5. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah.

6. Banyak siswa yang tidak memenuhi standar nilai yang di tentukan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Penggunaan metode pembelajaran discovery dapat meningkatkan

aktivitas belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi di Kecamatan

(18)

2. Apakah Penggunaan metode pembelajaran discovery dapat meningkatkan

prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi di Kecamatan

Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 20012/2013?

3. Apakah dengan penilaian IPKG, kinerja guru dapat meningkat ?

D.Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui penggunaan pembelajaran discovery dalam

meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi

di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun pelajaran

2012/2013.

2. Untuk mengetahui penggunaan pembelajaran discovery dalam

meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi

di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun pelajaran

2012/2013.

3. Untuk mengetahui peningkatan kinerja guru dengan penilaian IPKG

pembelajaran.

E.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

Untuk memberikan sumbangsih positif bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya berkaitan dengan pengembangan metode

pembelajaran discovery, dan adanya wujud dari penggunaan metode

(19)

pembelajaran discovery guna meningkatkan mutu pembelajaran di

sekolah, khususnya di SDN Kali Awi.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Secara praktis penelitian ini barguna untuk memberikan bahan masukan

atau memberikan perbaikan-perbaikan kepada guru mata pelajar IPA

dalam melaksanakan metode pembelajaran discovery di sekolah untuk

membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar

siswa.

b. Bagi siswa diharapkan dapat lebih mudah dalam memahami mata

pelajaran dengan metode yang lebih menyenangkan.

c. Bagi sekolah diharapkan menjadi bahan masukan untuk membuat

perencanaan dan peningkatan metode pembelajaran secara lebih baik

dan optimal dalam upaya peningkatan motvasi dan prestasi belajar

siswa.

d. Kemudian dapat dijadikan bahan masukkan bagi mahasiswa PGSD

ketika berada dilapangan (sekolah), serta dapat juga dijadikan sebagai

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas

Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek

yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses

konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas Belajar

diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat

mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau

tidak ada aktivitas.

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi

belajar-mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang

berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa

lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas

didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu jiwa modern, aktivitas

didominasi oleh siswa.

Seperti yang di kemukakan oleh Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas

artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau

kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan

(21)

Sedangkan menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang

dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses

belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa

untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi

selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan

pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas

yang diberikan.

Trinandita juga (1984) menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi

antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya

pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan

prestasi.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian aktivitas

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik secara fisik maupun

non fisik, dalam proses belajar aktivitas siswa yang diharapkan adalah

keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan

(22)

memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini sangat

diharapkan aktivitas positif siswa guna menunjang keberhasilan proses

pembelajaran seperti yang diharapkan.

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan terjadinya suatu

perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu

atau karena proses yang terjadi secara internal didalam diri seseorang.

Menurut Morgan dan kawan-kawan ( Soekamto & Winataputra, 1997: 8) belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.

Definisi ini mencakup 3 unsur yaitu: 1.Belajar adalah prubahan tingkah laku

2.Perubahan tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman 3.Perubahan relatif tetap untuk waktu yang lama

Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan

terjadinya perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap situasi

tertentu atau karena proses yang terjadi secara internal dalam diri

seseorang.

Chaplin (Muhibbin, 1999: ) dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan.

Rumusan pertama berbunyi : belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai akibat adanya latihan khusus, sedangkan rumusan keduanya adalah: belajar merupakan proses memperoleh respon- respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

Pengertian Teori belajar konstruktivisme menurut Anita Woolfolk (Benny A. Pribadi, 2009: 156) mengemukakan pendekatan konstruktivistik sebagai pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami.

Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli

(23)

laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku

tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya

(psikomotor), maupun sikapnya (afektif).

berdasarkan teori di atas jadi bisa disimpulkan bahwa pengertian belajar

adalah proses perubahan perilaku siswa yang didapatkan berdasarkan

pengalaman atau pengaruh dari luar. Dan dalam proses pendidikan aktivitas

belajar sangat diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran itu sendiri.

Karena peran serta siswa dan guru sangat diperlukan agar menciptakan

suasana yang kondusif. Dan dengan aktivitas siswa yang positif diharapkan

mampu mencapai program pendidikan yang diharapkan.

3. Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B.

Diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi

saran,berpendapat, diskusi, interupsi.

c. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

d. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

menyalin.

(24)

f. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak.

g. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.

h. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun,

berani, tenang.

Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti berpendapat

bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa.

4. Klasifikasi Aktivitas Belajar

Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa,

apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan

oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut

Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2004: 101) menggolongkan aktivitas

siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan Visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,

pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.

2. Kegiatan-kegiatan Lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,

mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi

(25)

4. Kegiatan-kegiatan Menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,

membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan Menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan Metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,

membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan Mental

Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor,

melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan Emosional

Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

5. Upaya pelaksanaan aktivitas dalam pembelajaran

Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses

pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini,

maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja, yakni :

1. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.

Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap tatap muka dalam kelas

yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan

kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.

2. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa

(26)

lapangan, pelayanan masyarakat, dan sebagainya. Cara lain,

mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dan

pelatihan diluar.

3. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar

Siswa Aktif (CBSA)

Pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa dan guru bertindak

sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi

siswa untuk belajar.

6. Ciri-ciri Siswa Aktif dalam Belajar

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu

indikator adanya keinginan atau aktivitas siswa untuk belajar. Siswa

dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti :

1. Sering bertanya kepada guru atau siswa lain

2. Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru

3. Mampu menjawab pertanyaan

4. Senang diberi tugas belajar

5. Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru

6. Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pembelajaran

7. Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa

8. Mencoba sendiri konsep-konsep

(27)

B.Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata dasar yaitu prestasi dan

belajar. Menurut WJS Poerwadarminto (2004 : 768) dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah “Hasil yang telah dicapai”. Sedangkan menurut

Muhibbin Syah (2000 : 150) bahwa prestasi adalah “Hasil belajar yang meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman

dan proses belajar siswa”.

Menurut Abin Syamsuddin Makmun (1983: 430) mengatakan bahwa

“Prestasi belajar adalah kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukan

kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji

sekarang juga atau dengan kata lain prestasi belajar adalah kemampuan

seseorang dalam menguasai suatu masalah setelah melalui ujian tertentu”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2008:17). belajar dapat diartikan

sebagai sebagai “Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang yang dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti adanya

perubahan dalam pengetahuan, sikap, pemahaman, tingkah laku,

keterampilan, kecakapan, dan kemampuan serta perubahan-perubahan aspek

lainnya pada individu belajar”.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang

dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya

setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar

(28)

Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh mana siswa telah berhasil

mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat

mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar

di sekolah.

2. Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) itu sendiri didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan

kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga

merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta

gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA

tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat

IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang

empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan

melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana

cara produk sains ditemukan.

Tujuan pemberian mata pelajaran IPA atau sains munurut Sumaji

(1998:35) adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep

konsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga

(29)

dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta

kekuasaan Penciptanya.

Pengajaran IPA menurut Depdikbud (1993/1994:98-99) bertujuan

agar siswa:

a. Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan

sehari-sehari.

b. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan,

dan ide tentang alam di sekitarnya.

c. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda

serta peristiwa di lingkungan sekitar.

d. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,

bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri.

e. Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk

menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

f. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk

memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari.

g. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga

menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar

(30)

Sejalan dengan prestasi belajar dan tujuan dengan pelajaran IPA, maka

dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang diperoleh

setelah melibatkan siswa secara langsung/aktif seluruh potensi yang

dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan

psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar IPA.

C. Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan) 1. Pengertian Pembelajaran Discovery (Penemuan)

Metode discovery (penemuan) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar

yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan

lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar

akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Metode

penemuan merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi

metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada

proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Menurut

Suryosubroto, 2009. Ensiklopedia of Educational Research, “penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam

berbagai cara, termasuk mengajarkan berbagai keterampilan menyelidiki

dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan

pendidikannya”

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan itu adalah suatu

metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan

siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa

(31)

(2008), discovery learning merupakan sebuah metode pengajaran yang

menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau

ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa

dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi

melalui personal discovery (penemuan pribadi).

Belajar penemuan mengakibatkan keigintahuan siswa, memberi aktivitas

untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban. Lagi pula metode ini dapat

mengajarkan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah tanpa

pertolongan orang lain, dan meminta para siswa untuk menganalisis dan

memanipulasi, tidak hanya menerima saja.

Dalam metode discovery learning, siswa-siswa hendaknya belajar melalui

berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar

mereka memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen

yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan

kebaikan-kebaikan, diantaranya pengetahuan itu bertahan lama atau lama

diingat, atau lebih mudah diingat.

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Discovery (Penemuan)

Ibrahim dan Nur dalam Asnawi (2009), menjelaskan tahapan-tahapan yang

harus dilalui oleh guru dalam menerapkan penggunaan metode dengan

(32)
[image:32.595.109.512.102.562.2]

Tabel 1 Tugas pembelajaran dengan metode discovery learning

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1:

Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan bahan yang diperlukan, dan

meaktivitas siswa terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah.

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 2:

Mengorganisasi siswa untuk

belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah yang akan dipecahkan.

Tahap 3:

Membimbing penyelidikan

individual maupun

kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Tahap 4:

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan

hasil praktikum, dan membantu mereka untuk

membagi tugas dengan temannya.

Tahap 5:

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses

yang mereka gunakan.

(Ibrahim dan Nur 2009)

Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:

1. identifikasi kebutuhan siswa

2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan

generalisasi pengetahuan

(33)

4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta

peranan masing-masing siswa;

5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;

6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;

7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;

8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;

9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang

mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;

10.merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;

11.membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

Metode discovery merupakan salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini

banyak digunakan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan karena metode ini:

(1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2)

dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka

hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah

dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan

pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer

dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar

menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri;

(5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang

(34)

3. Kekurangan dan Kelebihan Metode Discovery

Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas

siswa dalam proses belajar mengajar. Beberapa keunggulan metode

penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai

berikut:

a. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan

kemampuan untuk menemukan hasil akhir;

b. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses

menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama

diingat;

c. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini

mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya

meningkat;

d. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan

lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;

e. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Walaupun demikian ada kelemahan yang perlu diperhatikan ialah:

a. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar

ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan

sekitarnya dengan baik.

b. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.

c. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran

tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik

(35)

d. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang

berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses

pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap

dan keterampilan bagi siswa.

Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara

kreatif. Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh

Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:

1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan

kemampuan untuk menemukan hasil akhir;

2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses

menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama

diingat;

3. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini

mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya

meningkat;

4. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih

mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;

5. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan judul meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA

dengan metode pembelajaran discovey pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi

kecamatan Negri Besar Kabupaten Way kanan tahun pelajaran 2012/2013.

Dari hasil observasi awal diperoleh data hasil nilai rata-rata pretest 60,00 .

(36)

ketuntasan minimum (KKM), oleh karena itu berdasarkan data tersebut

peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan

melakukan perubahan metode pembelajaran discovery dari metode

konvensional yang diterapkan sebelumnya. Dengan perubahan ini diharapkan

aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA menjadi meningkat.

E. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah dasar penelitian yang di sintesiskan berdasarkan

fakta-fakta hasil observasi dan kepustakaan yang memuat mengenai

berbagai teori, dalil atau konsep-konsep. Aktivitas dan prestasi belajar

dalam penelitian ini adalah aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV

SDN Kali Awi. Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya

“kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan

-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu

aktifitas.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pengertian aktivitas adalah suatu

kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik secara fisik maupun non fisik,

dalam proses belajar aktivitas siswa yang diharapkan adalah keterlibatan

siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna

menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat

dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini sangat diharapkan aktivitas positif

siswa guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran seperti yang

(37)

Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode

pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat

secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan

informasi singkat (Siadari, 2001:7). Pengetahuan yang diperoleh dengan

belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer

yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara

bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan

kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan

orang lain

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya aktivitas

dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil

belajar akan menjadi optimal. Makin tepat aktivitas yang diberikan, akan

makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan aktivitas yang tinggi maka

intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi aktivitas akan senantiasa

[image:37.595.120.497.500.728.2]

menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil

Gambar 1 Kerangka Pikir

AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA

RENDAH

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN

DISCOVERY (PENEMUAN)

AKTIVITAS DAN

PRESTASI BELAJAR

(38)

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu permasalahan

penelitian. Dimana jawaban atau dugaan tersebut telah terbukti dengan

data-data yang telah dikumpulkan peneliti.

Menurut Arikunto (2002:64) Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data

yang terkumpul.

Berdasarkan kajian pustaka di atas maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan

bahwa :

1. Jika Penerapan metode pembelajaran discovery (penemuan) digunakan

dengan tepat, maka dapat meninggkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV

SDN Kali awi Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun

Pelajaran 2012/2013.

2. Jika Penerapan metode pembelajaran discovery (penemuan) digunakan

dengan tepat, maka dapat meninggkatkan prestasi belajar siswa kelas IV

SDN Kali awi Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Kali Awi

Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun

Pelajaran 2012/2013.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Subjek

dalam penelitian ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi dilapangan.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kali Awi

Kabupaten Way Kanan, dipilihnya kelas ini karena memang tugas

mengajar Guru (peneliti) di kelas IV SDN Kali Awi Kabupaten Way

Kanan, jumlah siswanya 20 orang, 7 laki-laki dan 13 perempuan.

3. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

(40)

B. Faktor Yang Diteliti

Dalam penelitian ini faktor yang teliti adalah:

1. Peningkatan Aktivitas siswa pada materi pelajaran IPA.

2. Peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kali Awi

3. Memaksimalkan metode pembelajaran discovery pada pelajaran IPA

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah :

a. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap

peningkatan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

b. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh melalui tes dalam bentuk nilai

(angka) prestasi hasil belajar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir

siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran

berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disusun, kemudian dilakukan checklist (√) untuk mengamati setiap perubahan perilaku siswa.

2. Test

(41)

untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan.

Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup

3. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga

diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi dan tes dapat

dikumpulkan pada penelitian ini.

E. Teknik analisis Data

Setelah data diperoleh melalui pemberian tes pada akhir siklus pembelajaran.

Maka langkah-langkah yang dilakukan selanjutnya untuk menganalisa hasil

belajar siswa adalah sebagai berikut:

Data Kualitatif

1. Menghitung jumlah chek list pada lembar observasi berdasarkan indikator

yang telah di tentukan

2. Melakukan cheklis untuk semua indikator yang berkaitan dengan aktivitas

belajar siswa

3. Menghitung jumlah keseluruhan cheklist yang dilakukan siswa. Jika rata

jumlah akhir chek list menunjukan persentase sebesar 75 % maka siswa

dinyatkn memiliki aktivitas belajar yang baik. Krena memenuhi kriteria

yang di tentukan.

Data Kuantitatif

1. Penilaian hasil belajar

Nilai siswa diperoleh dengan persamaan

(42)

NS : Nilai skor yang di cari atau di harapkan

SP : Skor Mentah yang diperoleh siswa

SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 : bilangan tetap

Berikut ini adalah kriteria keberhasilan dalam proses penelitian tentang

aktivitas dan prestasi belajar dalam persentase (%)

90 % - 100% : Baik Sekali

75 % - 89 % : Baik

60% - 74 % : Cukup

40%-59% : Kurang

0%-39% : Kurang Sekali

[image:42.595.116.513.433.743.2]

(arifin:2010)

Table 2 Kisi-Kisi Aktivitas Belajar Siswa

No Aspek Indikator

No. Item

Positif Negatif

1 Kegiatan Visual 1.Membaca Buku Refrensi

2.Melihat Gambar

3.Kurang Mengamati Hasil Kerja

Orang Lain

4.Bermain

1

2

4

3

2 Kegiatan Oral 1.Mengajukan Pertanyaan

2.Tidak Ikut Berdiskusi

3.Mengemukakan Pendapat

5

7

(43)

3 Kegiatan

Mendengar

1. mendengarkan penyajian

materi

2. bercakap-cakap sendiri

3. melakukan aktifitas lain

8

9

10

4 Kegiatan

Menulis

1. Menulis Materi yang

diberikan

2. Membuat rangkuman

3. Mengerjakan Soal

11

12

13

5 Kegiatan

Motorik

1. Melakukan Percobaan

2. Melakukan aktivitas lain di

kelas

14

15

6 Kegiatan

Menggambar

1. Menggambar rangkaian alat

praktik

2. Dapat pola yang di ajarkan

guru

16

17

7 Kegiatan Mental 1. Mengingat materi yang di

berikan

2. Memecahkan masalah

3. Dan menganalisa materi yang

di berikan

18

19

20

8 Kegiatan

Emosional

1. Ketertarikan dalam belajar

2. Bersikap tenang dikelas

3. Aktif dalam belajar

21

22

23

(44)

2. Penilaian ketuntasan belajar

Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip

ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar,

serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi

belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun

kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal),

tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta

didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas

memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik

secara optimal. Ketuntasan belajar individual di tentukan dari KKM mata

pelajaran yang di tetapkan. Siswa dinyatakan tuntas dalam belajar juka

telah mendapat nilai 60, sedangkan jika tidak mencapai nilai tersebut maka

siswa dinyatakan belum tuntas .untuk menghitung persentase ketuntasan

belajar klasikal menggunakan persamaan:

NS : Nilai skor yang di cari atau di harapkan

SP : Skor Mentah yang diperoleh siswa

SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 : bilangan tetap

F. Pelaksanaan tindakan

Pelaskanaan tindakan kelas dilakukan melalui siklus-siklus yang di bagi

menjadi dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahap

(45)

Metode ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, melalui

peningkatan aktivitas , sehingga dapat merubah siswa yang tadinya pasif

menjadi aktif, tidak senang, takut dengan pembelajaran IPA menjadi

menyenangkan. Karena dalam metode ini siswa ditekankan pada pemahaman

konsep dan pengalaman langsung melalui aktivitas percobaan dan

pengamatan. Siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat apa yang

disampaikan oleh guru, sehingga siswa dapat menemukan hal-hal baru dan

berhasil mengeksplor kemampuan dalam dirinya.

Dalam proses pembelajaran, guru menyediakan beberapa alat peraga sebagai

media-media yang nantinya digunakan siswa dalam proses pembelajaran. Hal

ini dimaksudkan agar siswa dapat belajar secara mandiri untuk dapat

menemukan hal-hal baru dalam proses belajarnya. Dengan alat peraga,

aktivitas siswa dan rasa ingin tahu siswa tentang materi lebih terlihat nyata

dengan praktek langsung yang tentunya akan semakin mengeksplor

kemampuannya yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Dalam penggunaan metode pembelajaran discovery peranan guru sangat di

butuhkan untuk membangkitkan aktivitas belajar siswa yang awalnya pasif

menjadi aktif, maka dari itu pada proses awal masih dirasa sulit untuk

merubahsikap siswa dalam belajar, karena siswa terbiasa menggunakan

metode konvensional, dengan demikian guru membutuhkan perencanaan

untuk keberhasilan metode ini. Berikut ini peneliti akan memberikan

gambaran tentang tahap-tahap yang akan dilaksanakan menggunakan metode

(46)
[image:46.595.124.482.84.612.2]

(Aqib 2007:22)

Gambar 2 Bagan siklus pelaksanaan penelitian tindakan kelas

OBSERVASI REFLEKSI

SELESAI Melanjutkan pada siklus

selanjutnya dengan

memperbaiki metode

pembelajaran

OBSERVASI REFLEKSI

PERENCANAAN

TINDAKAN PELAKSANAAN

PRA PENELITIAN  Menentukan permasalahan

 Mengumpulkan data awal tentang hasil

belajar siswa.

PERENCANAAN

(47)

G. Deskripsi Persiklus

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana Penelitian Tindakan Kelas yang

hendak dilaksanakan dalam proses pembelajaran IPA yang terdiri dari 2 (dua)

siklus yaitu siklus I dan siklus II

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perbaikan pembelajaran IPA

adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat-alat peraga atau media pembelajaran yang diperlukan

dalam proses pembelajaran.

2. Membagi siswa dalam beberapa kelompok.

3. Mendesain model pembelajaran Discovery Learning.

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran

5. Menjelaskan materi pembelajaran.

6. Melihat aktivitas siswa dalam mengadakan tanya jawab.

7. Mengerjakan soal secara individu.

4. Siklus I (Pertama)

Materi yang diberikan pada siklus 1 (pertama) adalah tentang energy dan

penggunaannya. Materi ini diberikan dalam dua pertemuan, adapun tahanan

yang dilakukan adalah:

a. Perencanaan

1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP) dengan Kompetens

Dasar (KD) mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dengan menggunakan

(48)

2. Menyusun dan menyiapkan alat pengumpul data, yaitu pedoman observasi

sebagai instrument pengumpul data dalam proses pembelajaran.

3. Mendesain alat evaluasi untuk mengukur tingkat ketercapaian indikator,

dengan menggunakan lembar kerja siswa yang harus dikerjakan dalam

proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pertemuan dilakukan selama (2x35 menit)

Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

Indikator : dapat Menyebutkan contoh energi panas dan Memahami pemantulan bunyi

1. Kegiatan Awal

1) Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran.

2) Apersepsi.

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

1) Menjelaskan secara keseluruhan tentag energy dan penguunaannya

2) Siswa diminta Menyebutkan contoh sumber energi panas

3) Siswa berdiskusi bersama dengan topik bahasan matahari sebagai

sumber energi panas yang sangat besar dan tidak akan habis serta

fungsinya bagi kehidupan di bumi.

4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

(49)

5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,

studio, atau lapangan.

6) Guru menyempurnakan materi dan hasil discovery siswa.

3. Kegiatan akhir

1) Siswa diminta memberikan agumennya tentang materi yang baru saja

di pelajari

2) Siswa menumpulkan hasil diskusi kelompoknya

3) Siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang didapat selama proses

belajar dan praktek yang baru siberikan.

4) Guru Menarik kesimpulan secara keseluruhan

5) Guru memberikan reinforcement berupa pujian kepada siswa atas ke

aktifan dalam belajar.

6) Guru mengakhiri proses pembelajaran.

Siklus I Pertemuan ke-2

Kompetensi Dasar : Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaan energy

Indikator : Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, dan membuat kesimpulan

(50)

yang terjadi digunakan sebagai tolak ukur berhasil tidaknya siklus yang

telah dilakukan dan perbaikan pada siklus berikutnya.

Pada silkus I Siswa belum semuanya memperhatikan penjelasan guru

ketika guru sedang menjelaskan, siswa juga belum seluruhnya aktif dalam

kerja kelompok/ diskusi, tercatat juga siswa kurang mengerti terhadap

maksud kalimat atau bahasa yang diucapkan guru. Hal ini disebabkan guru

kurang menggunakan contoh/ ilustrasi dan penekanan serta alat peraga

yang menarik, guru juga tidak memberikan tugas secara individu dalam

diskusi/ kerja kelompok, juga guru kurang memberi penekanan-penekanan

terhadap kata baru atau kata kunci yang menjadi permasalahan.

5. Rekomendasi

Setelah siklus pertama selesai dilaksanakan, maka selanjutnya adalah

menganalisa data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah

penggunaaan metode pembelajaran discovery dapat membantu

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Dalam hal ini peneliti,

berdasarka hasil data yang didapat akan menjadi pertimbangan dalam

proses pelaksanaan siklus selanjutnya. Dengan adanya rekomendasi ini

peneliti diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan jika dalam

proses pembelajaran dan penggunaaan metode discovery dianggap kurang

sesuai, sehingga nantinya bias lebih baik dari yang sebelumnya dan

(51)

2. Siklus II

siklus II dilakukan berdasarkan hasil sebelumnya yang belum memenuhi

standar yang di tentukan. Materi dalam siklus II masih mencakup tantang

manfaat energy, pemantulan bunyi penyerapan bunyi

a. Perencanaan

1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP) dengan Kompetens

Dasar (KD) mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dengan menggunakan

model pembelajaran Discovery Learning.

2. Menyusun dan menyiapkan alat pengumpul data, yaitu pedoman

observasi sebagai instrument pengumpul data dalam proses

pembelajaran.

3. Mendesain alat evaluasi untuk mengukur tingkat ketercapaian indikator,

dengan menggunakan lembar kerja siswa yang harus dikerjakan dalam

proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pertemuan dilakukan selama (2x35 menit)

Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

Indikator : dapat Menyebutkan contoh energi panas dan Memahami pemantulan bunyi

1. Kegiatan Awal

4) Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran.

5) Apersepsi.

(52)

2. Kegiatan Inti

a. Menyebutkan keuntungan sumber energi alternatif

b. Siswa berdiskusi bersama dengan topik bahasan kerugian sumber

energi alternatif melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap

kegiatan pembelajaran; dan

c. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,

studio, atau lapangan.

d. Guru menyempurnakan materi dan hasil kerja siswa.

3. Kegiatan akhir

1) Siswa diminta memberikan agumennya tentang materi yang baru saja

di pelajari

2) Siswa menumpulkan hasil diskusi kelompoknya

3) Siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang didapat selama proses

belajar dan praktek yang baru siberikan.

4) Guru Menarik kesimpulan secara keseluruhan dan menyempurnakan

hasil kerja siswa.

5) Guru memberikan reinforcement berupa pujian kepada siswa atas ke

aktifan dalam belajar.

6) Guru mengakhiri proses pembelajaran.

Siklus II Pertemuan ke-2

(53)

Indikator : Memahami cara memanfaatkan energi matahari dan energi angin dalam kehidupan sehari-hari.

4. Refleksi

Siswa sudah mulai memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, siswa

juga mulai aktif berkomunikasi dengan anggota kelompoknya dan

mencatat hasil diskusi secara individual, tetapi para siswa kurang aktif

ketika diskusi klasikal atau menanggapi kelompok lain ketika presentasi di

depan kelas. Namun ada perkembangan yang lebih baik, siswa mulai

mengerti bahasa yang dimaksud seperti, bagian-bagian, jenis-jenis, fungsi,

bahwa kata-kata tersebut mengandung arti dan maksud yang berbeda.

Siswa mulai menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari

pembelajaran sebelumnya. Siswa sudah aktif memperhatikan penjelasan

guru, aktif berdiskusi dan memahami kata kunci dalam

pokok bahasan yang menjadi tujuan pembelajarannya. Siswa lebih

respon dalam diskusi kelas/ presentasi ataupun tanya jawab. Hal ini

disebabkan karena guru sudah menggunakan metode dan alat peraga yang

sesuai , serta cara menjelaskan dan membimbing diskusi kecil dengan

lebih intensif. Walau pada tes akhir ada saja siswa yang mau menyontek

dari temannya tapi segera bisa diatasi dengan cara mendekati dan

diberi teguran.

5. Rekomendasi

Setelah siklus I dan siklus 2 selesai dilaksanakan, maka selanjutnya adalah

menganalisa data yang telah terkumpul kemudian membandingkan dengan

(54)

metode pembelajaran discovery dapat membantu meningkatkan aktivitas

dan prestasi belajar siswa. Kemudian berdasarka hasil data yang didapat,

maka akan ditemukan berhasil atau tidaknya penggunaan metode

pembelajaran discovery untuk membantu meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar siswa kelas IV terhadap pelajaran IPA. Jika pada pada

siklus II ini siswa menunjukan adanya peningkatan, maka dinyatakan

berhasil, jadi tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya. Dengan adanya

rekomendasi ini peneliti diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan

jika dalam proses pembelajaran, sehingga nantinya bisa lebih baik dari

yang sebelumnya dan mendapatkan hasil yang maksimal.

H. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari adanya

peningkatan criteria ketuntasan minimum (KKM) untuk mata pelajaran ipa

kelas IV di SDN Kali Awi .Siswa dapat dikatakan tuntas dalam belajar jika

sudah memenuhi standar nilai KKM yang ditentukan . jika standar KKM

yang di tentukan adalah 65 dan siswa tersebut melebihi nilai tersebut. Maka

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas

IV SDN Kali Awi kecamatan Negeri Besar dengan menggunakan metode

pembelajaran discovery (Penemuan) untuk meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar siswa dengan materi tentang energi dan penggunaannya, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Aktivitas belajar siswa dari siklus I, terdapat peningkatan. hal ini

didapatkan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti

pada proses penelitian. Rata-rata aktivitas siswa dalam belajar meningkat

di bandingkan sebelum dilakukannya siklus yang ditentukan. Peningkatan

ini ditunjukan dari data peningkatan rata-rata yang didapat dari siklus I

adalah pre test 40.00% dan post test 45.00% , Maka peningkatan yang

didapat pada pelaksanaan siklus I pertemuan I dan II adalah 5.00 %

2. Hasil belajar siswa dari Siklus II terdapat peningkatan yang signifikan . hal

ini didapatkan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti

pada proses penelitian. Rata-rata aktivitas siswa dalam belajar meningkat

di bandingkan sebelum dilakukannya siklus yang ditentukan. Peningkatan

(56)

adalah pre test 55.00% dan post test 80.00% , Maka peningkatan yang

didapat pada pelaksanaan siklus I pertemuan I dan II adalah 25.00 %

3. Kinerja guru mata pelajaran IPA di SDN Kali Awi terjadi peningkatan,

terutama setelah menggunakan metode pembelajaran discovery learning,

hal ini dapat dilihar dari penilaian yang dilakukan oleh teman sejawat .

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah di uraikan di atas, maka saran yang

diajukan peneliti adalah :

1. Kepada guru diharapkan agar dapat menerapkan metode-metode yang dapat

membangkitkan kreatif siswa, agar mendapatkan hasil yang optimal

2. Kepada siswa agar lebih dapat meningkatkan aktivitas belajarnya agar mencapai

hasil belajar yang maksimal.

3. Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian serupa dengan melibatkan

Kepala Sekolah dan Guru sebagai partisipan untuk memeproleh informasi

Gambar

Tabel 1 Tugas pembelajaran dengan metode discovery learning
Gambar 1  Kerangka Pikir
Table 2  Kisi-Kisi Aktivitas Belajar Siswa
Gambar  2 Bagan siklus pelaksanaan penelitian tindakan kelas

Referensi

Dokumen terkait

oleh Pihak yang melakukan Penawaran Tender Sukarela. Perusahaan Terbuka adalah Emiten yang telah melakukan.. Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas atau Perusahaan.. Perusahaan Sasaran

Tujuan dari penelitian mengenai pendapatan usahatani padi hibrida dan non hibrida di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Musim Tanam Januari-April 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT.

SEM UA CALON TARUNA, W AJIB UNTUK M ENGIKUTI SELURUH RANGKAIAN SELESKSI.

Pada gambar 3.1 terdapat sketsa halaman menu utama media pembelajaran yang teridiri dari judul media pembelajaran, tombol profile, tombpl standar, tombol materi, tombol evaluasi

obat sipilis dan herpes - Gejala Penyakit sipilis Pada Wanita akan muncul sekitar 3 minggu - 6 bulan setelah berhubungan seksual dengan penderita, umumnya penyakit

Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai hukum syara', dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah dirumuskan oleh imam mazhab, baik yang

Siswa Bukan Penerima Beas iswa.