MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA
SISWA KELAS IV DI SDN KALI AWI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh NURLAILA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM STUDI S1 PGSD DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
ABSTRAK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV
DI SDN KALI AWI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh : Nurlaila
Masalah dalam penelitian ini adalah aktivitas dan prestasi belajar yang rendah dalam pelajaran IPA. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah aktivitas dan prestasi belajar siswa yang rendah terhadap pelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas IV SDN Kali Awi tahun pelajaran 2012/2013?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas Belajar siswa IPA siswa kelas IV (Lima) pada Sekolah Dasar. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kali Awi di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan sebanyak 20 siswa yang dilakukan sebanyak 2 siklus, model pembelajaran yang digunakan adalah discovery, data yang di peroleh dalam penelitian ini melalui observasi keaktifan siswa, hasil belajar, dan diskusi kelompok.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas siswa pada siklus pertama sebesar adalah 5,00%, sedangkan pada siklus kedua meningkat menjadi 25,00%. Hal ini menunjukan bahwa terjadi rasio peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa sebesar 20%.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat di tingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas IV SDN Kali Awi Kecamatan Negeri besar tahun Pelajaran 2012/2013 dengan adanya perubahan prestasi belajar IPA yang semakin meningkat dari sebelumnya.
Saran yang dapat diberikan adalah (1) Kepada guru pelajaran IPA untuk dapat menggunakan metode pembelajaran discovery dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA (2) Kepada siswa agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran discovery guna meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA pada siswa.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Perumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 9
1. Manfaat Secara teoritis ... 9
2. Manfaat secara Praktis ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Pengertian Aktivitas ... 11
1. Pengertian Aktivitas ... 11
2. Pengertian Belajar ... 13
3. Jenis-Jenis Aktifitas Belajar ... 14
4. Klasifikasi Aktivitas belajar ... 15
5. Upaya Pelaksanaan aktivitas dalam belajar ... 16
6. Ciri-ciri Aktif dalam belajar ... 17
B. Prestasi Belajar IPA ... 18
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 18
2. Pengertian Pembelajaran IPA ... 19
C. Pengertian Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan) ... 21
1. Pengertian Pembelajaran Discovery (Penemuan) ... 21
2. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan ... 22
3. Kekurangan dan kelebihan metode discovery ... 25
D. Hasil Penelitian yang relevan ... 26
E. Kerangka berpikir ... 27
F. Hipotesis Tindakan ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
1. Tempat Penelitian ... 30
2. Subjek Penelitian ... 30
3. Waktu penelitian ... 30
B.Faktor Yang Diteliti ... 31
C.Data Penelitian ... 31
D.Teknik Pengumpulan Data ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Deskripsi Awal ... 46
B. Hasil Penelitian ... 47
1. Siklus I ... 48
a. Perencanaan ... 48
b. Pelaksanaan Tindakan ... 49
c. Observasi ... 51
d. Refleksi ... 56
2. Siklus II ... 57
a. Perencanaan ... 60
b. Pelaksanaan Tindakan ... 60
c. Observasi ... 63
d. Refleksi ... 68
3. Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
A.Kesimpulan ... 74
B.Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Tabel 1 Tugas pembelajaran dengan metode discovery learning ... 23
2. Table 2 Kisi-Kisi Aktivitas Belajar Siswa ... 33
3. Tabel 3 Data Siswa ... 47
4. Table 4 Jadwal Pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas ... 48
5. Tabel 5 Hasil Observasi siswa pada siklus I pertemuan I dan II ... 53
6. Tabel 6 Daftar Nilai Pree test dan post tes pada Siklus I ... 54
7. Tabel 7 IPKG pelaksanaan pembelajaran ... 58
8. Tabel 8 Penilaian IPKG ... 59
9. Tabel 9 Hasil Observasi siswa pada siklus II pertemuan I dan II ... 65
10. Tabel 10 Daftar Nilai Pree test dan post tes pada Siklus II ... 66
11. Table 11 IPKG pelaksanaan pembelajaran ... 69
12. Table 12 Penilaian IPKG ... 70
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Gambar 1 Kerangka Pikir ... 28
2. Gambar 2 Bagan siklus ... 37
3. Grafik 3 Pre test - Post Test siklus I ... 56
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Seperti diketahui di era globalisasi pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan sehingga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Ketertinggalan bangsa Indonesia di bidang pendidikan dibandingkan
negara-negara tetangga menyebabkan pemerintah terdorong untuk memacu diriuntuk
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3) yang
berbunyi, "Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan,
untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Sistem pendidikan di Indonesia sendiri telah mengalami banyak perubahan.
Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha
pembaharuan dalam sistem pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan
semakin mengalami kemajuan. Dalam suatu proses pendidikan digunakan
evaluasi dan metode untuk memantau perkembangan pendidikan. Evaluasi
dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan formal telah
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi
karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam
pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang
dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan
yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang
pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran.
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar
merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar
penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai
sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah
yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan.
Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif
juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat
siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran
tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan
nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus
mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air,
mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan
dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia
pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya
adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru
secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan
kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas
dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat
penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan
mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau
cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan
prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Dalam hal ini guru memiliki
peranan penting dalam dalam prestasi yang akan di capai siswa. Misalnya
dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf
intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-
konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat. Tanpa adanya
minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai dorongan untuk belajar.
Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk aktivitas sehingga
dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga
nilai rata-rata mata pelajaran IPA yang diharapkan oleh guru adalah 75,00.
Berdasarkan pengalaman dan observasi awal yang di lakukan pada siswa
gambaran tentang kurang aktifnya siswa dalam proses belajar dapat dilihat
dari KKM yang belum mencapai target, hasil ujian dan hasil ulangan
semester yang rendah. Siswa cendrung kurang memperhatikan materi
pelajaran yang di berikan, Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA sangat
rendah yaitu mencapai 60,00. Hal ini mungkin disebabkan karena dalam
proses belajar mengajar guru hanya menggunakan metode konvensional
(ceramah), tanpa menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran tidak
disampaikan secara kronologis, sehingga materi yang disampaikan menjadi
kurang menarik, yang beakibat pada aktivitas belajar siswa yang kurang pada
pelajaran IPA dan hal ini tentu mempengaruhi prestasi belajarnya.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dilakukan oleh
guru untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Rendahnya hasil belajar
siswa tersebut diduga kuat akibat aktivitas, minat dan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran sangat rendah, sehingga terlihat siswa tidak siap untuk
menerima materi pelajaran . Di SDN Kali Awi sendiri masalah aktivitas
belajar siswa masih menjadi persoalan yang kompleks, khususnya untuk mata
pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang kurang dapat menerima
pelajaran dengan baik. Pada saat pelajaran berlangsung, siswa justru sering
malakukan kegiatan diluar pelajaran, seperti ngobrol, atau mengganggu
teman lainnya.
Dalam hal ini model pembelajaran discovery di anggap sesuai untuk
membantu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar pada siswa kelas IV
atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya
sendiri. Sehingga siswa terpacu untuk mengetahui dan menemukan hal-hal
baru dalam proses pembelajaran IPA yang menuntut adanya praktek
langsung, sehingga siswa dapat lebih memahami pelajaran IPA di banding
menggunakan metode ceramah.
Dengan pemberian metode pembelajaran discovery diharapkan agar
aktivitas siswa dapat meningkat sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam
kegiatan akademik. Siswa yang teraktivitas untuk belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,
sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih
baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung
aktivitas siswa. Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi,
juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang
sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan
materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu
metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery)
untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih
metode pembelajaran ini agar terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan
sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. Seperti yang di kemukakan oleh
belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. konsep
belajar menurut Bruner menekankan bahwa seseorang anak didik tidak saja
dituntut untuk bisa menerima pengetahuan saja, tapi dintuntut juga untuk bisa
mengolah dan bahkan mengevaluasi serta mengembangkan pengetahuan
tersebut.
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya. Dalam pembelajaran
discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
melalui proses mentalnya sendiri. Seperti yang di ungkapkan di atas,
pengunaan metode discovery diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar
IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi, seperti diketahui dalam pelajaran
IPA siswa di tuntun untuk menemukan konsep, dalam hal ini siswa
melakukan praktek seperti pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan
beberapa konsep atau prinsip. Sehingga siswa menjadi lebih memahami
materi pelajaran mengingat metode pembelajaran yang tidak membosankan,
dan dalam metode ini siswa dapat menemukan hal-hal baru dengan metode
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini
penulis mengambil judul " Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar IPA
dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas IV Di SDN Kali
Awi di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran
2012/2013 ".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut di atas
maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul yaitu:
1. Metode pembelajaran yang digunaan masih menggunakan metode
konvensional
2. Terdapat siswa yang kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran IPA
3. Penyampaian materi pembelajaran yang kurang tepat.
4. guru kurang kreatif dalam memilih dan menggunakan model
pembelajaran di kelas.
5. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah.
6. Banyak siswa yang tidak memenuhi standar nilai yang di tentukan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Penggunaan metode pembelajaran discovery dapat meningkatkan
aktivitas belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi di Kecamatan
2. Apakah Penggunaan metode pembelajaran discovery dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi di Kecamatan
Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 20012/2013?
3. Apakah dengan penilaian IPKG, kinerja guru dapat meningkat ?
D.Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui penggunaan pembelajaran discovery dalam
meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi
di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun pelajaran
2012/2013.
2. Untuk mengetahui penggunaan pembelajaran discovery dalam
meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi
di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun pelajaran
2012/2013.
3. Untuk mengetahui peningkatan kinerja guru dengan penilaian IPKG
pembelajaran.
E.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
Untuk memberikan sumbangsih positif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya berkaitan dengan pengembangan metode
pembelajaran discovery, dan adanya wujud dari penggunaan metode
pembelajaran discovery guna meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah, khususnya di SDN Kali Awi.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Secara praktis penelitian ini barguna untuk memberikan bahan masukan
atau memberikan perbaikan-perbaikan kepada guru mata pelajar IPA
dalam melaksanakan metode pembelajaran discovery di sekolah untuk
membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
siswa.
b. Bagi siswa diharapkan dapat lebih mudah dalam memahami mata
pelajaran dengan metode yang lebih menyenangkan.
c. Bagi sekolah diharapkan menjadi bahan masukan untuk membuat
perencanaan dan peningkatan metode pembelajaran secara lebih baik
dan optimal dalam upaya peningkatan motvasi dan prestasi belajar
siswa.
d. Kemudian dapat dijadikan bahan masukkan bagi mahasiswa PGSD
ketika berada dilapangan (sekolah), serta dapat juga dijadikan sebagai
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas
Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek
yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses
konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas Belajar
diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat
mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau
tidak ada aktivitas.
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi
belajar-mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang
berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa
lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas
didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu jiwa modern, aktivitas
didominasi oleh siswa.
Seperti yang di kemukakan oleh Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas
artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan
Sedangkan menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa
untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi
selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan.
Trinandita juga (1984) menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi
antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.
Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya
pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan
prestasi.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian aktivitas
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik secara fisik maupun
non fisik, dalam proses belajar aktivitas siswa yang diharapkan adalah
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini sangat
diharapkan aktivitas positif siswa guna menunjang keberhasilan proses
pembelajaran seperti yang diharapkan.
2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan terjadinya suatu
perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu
atau karena proses yang terjadi secara internal didalam diri seseorang.
Menurut Morgan dan kawan-kawan ( Soekamto & Winataputra, 1997: 8) belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.
Definisi ini mencakup 3 unsur yaitu: 1.Belajar adalah prubahan tingkah laku
2.Perubahan tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman 3.Perubahan relatif tetap untuk waktu yang lama
Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap situasi
tertentu atau karena proses yang terjadi secara internal dalam diri
seseorang.
Chaplin (Muhibbin, 1999: ) dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan.
Rumusan pertama berbunyi : belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai akibat adanya latihan khusus, sedangkan rumusan keduanya adalah: belajar merupakan proses memperoleh respon- respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Pengertian Teori belajar konstruktivisme menurut Anita Woolfolk (Benny A. Pribadi, 2009: 156) mengemukakan pendekatan konstruktivistik sebagai pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami.
Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli
laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku
tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya
(psikomotor), maupun sikapnya (afektif).
berdasarkan teori di atas jadi bisa disimpulkan bahwa pengertian belajar
adalah proses perubahan perilaku siswa yang didapatkan berdasarkan
pengalaman atau pengaruh dari luar. Dan dalam proses pendidikan aktivitas
belajar sangat diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran itu sendiri.
Karena peran serta siswa dan guru sangat diperlukan agar menciptakan
suasana yang kondusif. Dan dengan aktivitas siswa yang positif diharapkan
mampu mencapai program pendidikan yang diharapkan.
3. Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B.
Diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi
saran,berpendapat, diskusi, interupsi.
c. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
d. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
menyalin.
f. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak.
g. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.
h. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun,
berani, tenang.
Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti berpendapat
bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa.
4. Klasifikasi Aktivitas Belajar
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa,
apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan
oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut
Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2004: 101) menggolongkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1. Kegiatan-kegiatan Visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,
pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
4. Kegiatan-kegiatan Menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,
membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan Menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan Metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan Mental
Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor,
melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan Emosional
Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
5. Upaya pelaksanaan aktivitas dalam pembelajaran
Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses
pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini,
maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja, yakni :
1. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.
Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap tatap muka dalam kelas
yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan
kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.
2. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa
lapangan, pelayanan masyarakat, dan sebagainya. Cara lain,
mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dan
pelatihan diluar.
3. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA)
Pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa dan guru bertindak
sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi
siswa untuk belajar.
6. Ciri-ciri Siswa Aktif dalam Belajar
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan atau aktivitas siswa untuk belajar. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti :
1. Sering bertanya kepada guru atau siswa lain
2. Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru
3. Mampu menjawab pertanyaan
4. Senang diberi tugas belajar
5. Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru
6. Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pembelajaran
7. Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa
8. Mencoba sendiri konsep-konsep
B.Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata dasar yaitu prestasi dan
belajar. Menurut WJS Poerwadarminto (2004 : 768) dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah “Hasil yang telah dicapai”. Sedangkan menurut
Muhibbin Syah (2000 : 150) bahwa prestasi adalah “Hasil belajar yang meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman
dan proses belajar siswa”.
Menurut Abin Syamsuddin Makmun (1983: 430) mengatakan bahwa
“Prestasi belajar adalah kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukan
kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji
sekarang juga atau dengan kata lain prestasi belajar adalah kemampuan
seseorang dalam menguasai suatu masalah setelah melalui ujian tertentu”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2008:17). belajar dapat diartikan
sebagai sebagai “Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang yang dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti adanya
perubahan dalam pengetahuan, sikap, pemahaman, tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, dan kemampuan serta perubahan-perubahan aspek
lainnya pada individu belajar”.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya
setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar
Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh mana siswa telah berhasil
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat
mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar
di sekolah.
2. Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) itu sendiri didefinisikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan
kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga
merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta
gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA
tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat
IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang
empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan
melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana
cara produk sains ditemukan.
Tujuan pemberian mata pelajaran IPA atau sains munurut Sumaji
(1998:35) adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep
konsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga
dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta
kekuasaan Penciptanya.
Pengajaran IPA menurut Depdikbud (1993/1994:98-99) bertujuan
agar siswa:
a. Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-sehari.
b. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan,
dan ide tentang alam di sekitarnya.
c. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda
serta peristiwa di lingkungan sekitar.
d. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,
bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri.
e. Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk
menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
f. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk
memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.
g. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga
menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar
Sejalan dengan prestasi belajar dan tujuan dengan pelajaran IPA, maka
dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang diperoleh
setelah melibatkan siswa secara langsung/aktif seluruh potensi yang
dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar IPA.
C. Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan) 1. Pengertian Pembelajaran Discovery (Penemuan)
Metode discovery (penemuan) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar
yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan
lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar
akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Metode
penemuan merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi
metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada
proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Menurut
Suryosubroto, 2009. Ensiklopedia of Educational Research, “penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam
berbagai cara, termasuk mengajarkan berbagai keterampilan menyelidiki
dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan
pendidikannya”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan itu adalah suatu
metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan
siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa
(2008), discovery learning merupakan sebuah metode pengajaran yang
menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau
ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa
dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi
melalui personal discovery (penemuan pribadi).
Belajar penemuan mengakibatkan keigintahuan siswa, memberi aktivitas
untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban. Lagi pula metode ini dapat
mengajarkan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah tanpa
pertolongan orang lain, dan meminta para siswa untuk menganalisis dan
memanipulasi, tidak hanya menerima saja.
Dalam metode discovery learning, siswa-siswa hendaknya belajar melalui
berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar
mereka memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen
yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
kebaikan-kebaikan, diantaranya pengetahuan itu bertahan lama atau lama
diingat, atau lebih mudah diingat.
2. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Discovery (Penemuan)
Ibrahim dan Nur dalam Asnawi (2009), menjelaskan tahapan-tahapan yang
harus dilalui oleh guru dalam menerapkan penggunaan metode dengan
Tabel 1 Tugas pembelajaran dengan metode discovery learning
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1:
Orientasi siswa pada
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan bahan yang diperlukan, dan
meaktivitas siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah.
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 2:
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah yang akan dipecahkan.
Tahap 3:
Membimbing penyelidikan
individual maupun
kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Tahap 4:
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
hasil praktikum, dan membantu mereka untuk
membagi tugas dengan temannya.
Tahap 5:
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses
yang mereka gunakan.
(Ibrahim dan Nur 2009)
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
1. identifikasi kebutuhan siswa
2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan
generalisasi pengetahuan
4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta
peranan masing-masing siswa;
5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
10.merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
11.membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Metode discovery merupakan salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini
banyak digunakan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan karena metode ini:
(1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2)
dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka
hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah
dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan
pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer
dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar
menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri;
(5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang
3. Kekurangan dan Kelebihan Metode Discovery
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar. Beberapa keunggulan metode
penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai
berikut:
a. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
b. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama
diingat;
c. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat;
d. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan
lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;
e. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Walaupun demikian ada kelemahan yang perlu diperhatikan ialah:
a. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar
ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan
sekitarnya dengan baik.
b. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
c. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran
tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik
d. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang
berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses
pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap
dan keterampilan bagi siswa.
Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara
kreatif. Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh
Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:
1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama
diingat;
3. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat;
4. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih
mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;
5. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian dengan judul meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA
dengan metode pembelajaran discovey pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi
kecamatan Negri Besar Kabupaten Way kanan tahun pelajaran 2012/2013.
Dari hasil observasi awal diperoleh data hasil nilai rata-rata pretest 60,00 .
ketuntasan minimum (KKM), oleh karena itu berdasarkan data tersebut
peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
melakukan perubahan metode pembelajaran discovery dari metode
konvensional yang diterapkan sebelumnya. Dengan perubahan ini diharapkan
aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA menjadi meningkat.
E. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah dasar penelitian yang di sintesiskan berdasarkan
fakta-fakta hasil observasi dan kepustakaan yang memuat mengenai
berbagai teori, dalil atau konsep-konsep. Aktivitas dan prestasi belajar
dalam penelitian ini adalah aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV
SDN Kali Awi. Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya
“kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan
-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu
aktifitas.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pengertian aktivitas adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik secara fisik maupun non fisik,
dalam proses belajar aktivitas siswa yang diharapkan adalah keterlibatan
siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat
dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini sangat diharapkan aktivitas positif
siswa guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran seperti yang
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode
pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat
secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan
informasi singkat (Siadari, 2001:7). Pengetahuan yang diperoleh dengan
belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer
yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara
bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan
kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan
orang lain
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya aktivitas
dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil
belajar akan menjadi optimal. Makin tepat aktivitas yang diberikan, akan
makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan aktivitas yang tinggi maka
intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi aktivitas akan senantiasa
[image:37.595.120.497.500.728.2]menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil
Gambar 1 Kerangka Pikir
AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA
RENDAH
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN
DISCOVERY (PENEMUAN)
AKTIVITAS DAN
PRESTASI BELAJAR
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu permasalahan
penelitian. Dimana jawaban atau dugaan tersebut telah terbukti dengan
data-data yang telah dikumpulkan peneliti.
Menurut Arikunto (2002:64) Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data
yang terkumpul.
Berdasarkan kajian pustaka di atas maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan
bahwa :
1. Jika Penerapan metode pembelajaran discovery (penemuan) digunakan
dengan tepat, maka dapat meninggkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV
SDN Kali awi Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun
Pelajaran 2012/2013.
2. Jika Penerapan metode pembelajaran discovery (penemuan) digunakan
dengan tepat, maka dapat meninggkatkan prestasi belajar siswa kelas IV
SDN Kali awi Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Kali Awi
Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun
Pelajaran 2012/2013.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Subjek
dalam penelitian ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi dilapangan.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kali Awi
Kabupaten Way Kanan, dipilihnya kelas ini karena memang tugas
mengajar Guru (peneliti) di kelas IV SDN Kali Awi Kabupaten Way
Kanan, jumlah siswanya 20 orang, 7 laki-laki dan 13 perempuan.
3. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
B. Faktor Yang Diteliti
Dalam penelitian ini faktor yang teliti adalah:
1. Peningkatan Aktivitas siswa pada materi pelajaran IPA.
2. Peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kali Awi
3. Memaksimalkan metode pembelajaran discovery pada pelajaran IPA
C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah :
a. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap
peningkatan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
b. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh melalui tes dalam bentuk nilai
(angka) prestasi hasil belajar.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir
siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran
berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disusun, kemudian dilakukan checklist (√) untuk mengamati setiap perubahan perilaku siswa.
2. Test
untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan.
Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup
3. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga
diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi dan tes dapat
dikumpulkan pada penelitian ini.
E. Teknik analisis Data
Setelah data diperoleh melalui pemberian tes pada akhir siklus pembelajaran.
Maka langkah-langkah yang dilakukan selanjutnya untuk menganalisa hasil
belajar siswa adalah sebagai berikut:
Data Kualitatif
1. Menghitung jumlah chek list pada lembar observasi berdasarkan indikator
yang telah di tentukan
2. Melakukan cheklis untuk semua indikator yang berkaitan dengan aktivitas
belajar siswa
3. Menghitung jumlah keseluruhan cheklist yang dilakukan siswa. Jika rata
jumlah akhir chek list menunjukan persentase sebesar 75 % maka siswa
dinyatkn memiliki aktivitas belajar yang baik. Krena memenuhi kriteria
yang di tentukan.
Data Kuantitatif
1. Penilaian hasil belajar
Nilai siswa diperoleh dengan persamaan
NS : Nilai skor yang di cari atau di harapkan
SP : Skor Mentah yang diperoleh siswa
SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 : bilangan tetap
Berikut ini adalah kriteria keberhasilan dalam proses penelitian tentang
aktivitas dan prestasi belajar dalam persentase (%)
90 % - 100% : Baik Sekali
75 % - 89 % : Baik
60% - 74 % : Cukup
40%-59% : Kurang
0%-39% : Kurang Sekali
[image:42.595.116.513.433.743.2](arifin:2010)
Table 2 Kisi-Kisi Aktivitas Belajar Siswa
No Aspek Indikator
No. Item
Positif Negatif
1 Kegiatan Visual 1.Membaca Buku Refrensi
2.Melihat Gambar
3.Kurang Mengamati Hasil Kerja
Orang Lain
4.Bermain
1
2
4
3
2 Kegiatan Oral 1.Mengajukan Pertanyaan
2.Tidak Ikut Berdiskusi
3.Mengemukakan Pendapat
5
7
3 Kegiatan
Mendengar
1. mendengarkan penyajian
materi
2. bercakap-cakap sendiri
3. melakukan aktifitas lain
8
9
10
4 Kegiatan
Menulis
1. Menulis Materi yang
diberikan
2. Membuat rangkuman
3. Mengerjakan Soal
11
12
13
5 Kegiatan
Motorik
1. Melakukan Percobaan
2. Melakukan aktivitas lain di
kelas
14
15
6 Kegiatan
Menggambar
1. Menggambar rangkaian alat
praktik
2. Dapat pola yang di ajarkan
guru
16
17
7 Kegiatan Mental 1. Mengingat materi yang di
berikan
2. Memecahkan masalah
3. Dan menganalisa materi yang
di berikan
18
19
20
8 Kegiatan
Emosional
1. Ketertarikan dalam belajar
2. Bersikap tenang dikelas
3. Aktif dalam belajar
21
22
23
2. Penilaian ketuntasan belajar
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip
ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar,
serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi
belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun
kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal),
tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta
didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik
secara optimal. Ketuntasan belajar individual di tentukan dari KKM mata
pelajaran yang di tetapkan. Siswa dinyatakan tuntas dalam belajar juka
telah mendapat nilai 60, sedangkan jika tidak mencapai nilai tersebut maka
siswa dinyatakan belum tuntas .untuk menghitung persentase ketuntasan
belajar klasikal menggunakan persamaan:
NS : Nilai skor yang di cari atau di harapkan
SP : Skor Mentah yang diperoleh siswa
SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 : bilangan tetap
F. Pelaksanaan tindakan
Pelaskanaan tindakan kelas dilakukan melalui siklus-siklus yang di bagi
menjadi dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahap
Metode ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, melalui
peningkatan aktivitas , sehingga dapat merubah siswa yang tadinya pasif
menjadi aktif, tidak senang, takut dengan pembelajaran IPA menjadi
menyenangkan. Karena dalam metode ini siswa ditekankan pada pemahaman
konsep dan pengalaman langsung melalui aktivitas percobaan dan
pengamatan. Siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat apa yang
disampaikan oleh guru, sehingga siswa dapat menemukan hal-hal baru dan
berhasil mengeksplor kemampuan dalam dirinya.
Dalam proses pembelajaran, guru menyediakan beberapa alat peraga sebagai
media-media yang nantinya digunakan siswa dalam proses pembelajaran. Hal
ini dimaksudkan agar siswa dapat belajar secara mandiri untuk dapat
menemukan hal-hal baru dalam proses belajarnya. Dengan alat peraga,
aktivitas siswa dan rasa ingin tahu siswa tentang materi lebih terlihat nyata
dengan praktek langsung yang tentunya akan semakin mengeksplor
kemampuannya yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Dalam penggunaan metode pembelajaran discovery peranan guru sangat di
butuhkan untuk membangkitkan aktivitas belajar siswa yang awalnya pasif
menjadi aktif, maka dari itu pada proses awal masih dirasa sulit untuk
merubahsikap siswa dalam belajar, karena siswa terbiasa menggunakan
metode konvensional, dengan demikian guru membutuhkan perencanaan
untuk keberhasilan metode ini. Berikut ini peneliti akan memberikan
gambaran tentang tahap-tahap yang akan dilaksanakan menggunakan metode
(Aqib 2007:22)
Gambar 2 Bagan siklus pelaksanaan penelitian tindakan kelas
OBSERVASI REFLEKSI
SELESAI Melanjutkan pada siklus
selanjutnya dengan
memperbaiki metode
pembelajaran
OBSERVASI REFLEKSI
PERENCANAAN
TINDAKAN PELAKSANAAN
PRA PENELITIAN Menentukan permasalahan
Mengumpulkan data awal tentang hasil
belajar siswa.
PERENCANAAN
G. Deskripsi Persiklus
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana Penelitian Tindakan Kelas yang
hendak dilaksanakan dalam proses pembelajaran IPA yang terdiri dari 2 (dua)
siklus yaitu siklus I dan siklus II
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perbaikan pembelajaran IPA
adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat-alat peraga atau media pembelajaran yang diperlukan
dalam proses pembelajaran.
2. Membagi siswa dalam beberapa kelompok.
3. Mendesain model pembelajaran Discovery Learning.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Menjelaskan materi pembelajaran.
6. Melihat aktivitas siswa dalam mengadakan tanya jawab.
7. Mengerjakan soal secara individu.
4. Siklus I (Pertama)
Materi yang diberikan pada siklus 1 (pertama) adalah tentang energy dan
penggunaannya. Materi ini diberikan dalam dua pertemuan, adapun tahanan
yang dilakukan adalah:
a. Perencanaan
1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP) dengan Kompetens
Dasar (KD) mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dengan menggunakan
2. Menyusun dan menyiapkan alat pengumpul data, yaitu pedoman observasi
sebagai instrument pengumpul data dalam proses pembelajaran.
3. Mendesain alat evaluasi untuk mengukur tingkat ketercapaian indikator,
dengan menggunakan lembar kerja siswa yang harus dikerjakan dalam
proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pertemuan dilakukan selama (2x35 menit)
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
Indikator : dapat Menyebutkan contoh energi panas dan Memahami pemantulan bunyi
1. Kegiatan Awal
1) Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran.
2) Apersepsi.
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan secara keseluruhan tentag energy dan penguunaannya
2) Siswa diminta Menyebutkan contoh sumber energi panas
3) Siswa berdiskusi bersama dengan topik bahasan matahari sebagai
sumber energi panas yang sangat besar dan tidak akan habis serta
fungsinya bagi kehidupan di bumi.
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
6) Guru menyempurnakan materi dan hasil discovery siswa.
3. Kegiatan akhir
1) Siswa diminta memberikan agumennya tentang materi yang baru saja
di pelajari
2) Siswa menumpulkan hasil diskusi kelompoknya
3) Siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang didapat selama proses
belajar dan praktek yang baru siberikan.
4) Guru Menarik kesimpulan secara keseluruhan
5) Guru memberikan reinforcement berupa pujian kepada siswa atas ke
aktifan dalam belajar.
6) Guru mengakhiri proses pembelajaran.
Siklus I Pertemuan ke-2
Kompetensi Dasar : Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaan energy
Indikator : Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, dan membuat kesimpulan
yang terjadi digunakan sebagai tolak ukur berhasil tidaknya siklus yang
telah dilakukan dan perbaikan pada siklus berikutnya.
Pada silkus I Siswa belum semuanya memperhatikan penjelasan guru
ketika guru sedang menjelaskan, siswa juga belum seluruhnya aktif dalam
kerja kelompok/ diskusi, tercatat juga siswa kurang mengerti terhadap
maksud kalimat atau bahasa yang diucapkan guru. Hal ini disebabkan guru
kurang menggunakan contoh/ ilustrasi dan penekanan serta alat peraga
yang menarik, guru juga tidak memberikan tugas secara individu dalam
diskusi/ kerja kelompok, juga guru kurang memberi penekanan-penekanan
terhadap kata baru atau kata kunci yang menjadi permasalahan.
5. Rekomendasi
Setelah siklus pertama selesai dilaksanakan, maka selanjutnya adalah
menganalisa data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah
penggunaaan metode pembelajaran discovery dapat membantu
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Dalam hal ini peneliti,
berdasarka hasil data yang didapat akan menjadi pertimbangan dalam
proses pelaksanaan siklus selanjutnya. Dengan adanya rekomendasi ini
peneliti diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan jika dalam
proses pembelajaran dan penggunaaan metode discovery dianggap kurang
sesuai, sehingga nantinya bias lebih baik dari yang sebelumnya dan
2. Siklus II
siklus II dilakukan berdasarkan hasil sebelumnya yang belum memenuhi
standar yang di tentukan. Materi dalam siklus II masih mencakup tantang
manfaat energy, pemantulan bunyi penyerapan bunyi
a. Perencanaan
1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP) dengan Kompetens
Dasar (KD) mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dengan menggunakan
model pembelajaran Discovery Learning.
2. Menyusun dan menyiapkan alat pengumpul data, yaitu pedoman
observasi sebagai instrument pengumpul data dalam proses
pembelajaran.
3. Mendesain alat evaluasi untuk mengukur tingkat ketercapaian indikator,
dengan menggunakan lembar kerja siswa yang harus dikerjakan dalam
proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pertemuan dilakukan selama (2x35 menit)
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
Indikator : dapat Menyebutkan contoh energi panas dan Memahami pemantulan bunyi
1. Kegiatan Awal
4) Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran.
5) Apersepsi.
2. Kegiatan Inti
a. Menyebutkan keuntungan sumber energi alternatif
b. Siswa berdiskusi bersama dengan topik bahasan kerugian sumber
energi alternatif melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; dan
c. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
d. Guru menyempurnakan materi dan hasil kerja siswa.
3. Kegiatan akhir
1) Siswa diminta memberikan agumennya tentang materi yang baru saja
di pelajari
2) Siswa menumpulkan hasil diskusi kelompoknya
3) Siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang didapat selama proses
belajar dan praktek yang baru siberikan.
4) Guru Menarik kesimpulan secara keseluruhan dan menyempurnakan
hasil kerja siswa.
5) Guru memberikan reinforcement berupa pujian kepada siswa atas ke
aktifan dalam belajar.
6) Guru mengakhiri proses pembelajaran.
Siklus II Pertemuan ke-2
Indikator : Memahami cara memanfaatkan energi matahari dan energi angin dalam kehidupan sehari-hari.
4. Refleksi
Siswa sudah mulai memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, siswa
juga mulai aktif berkomunikasi dengan anggota kelompoknya dan
mencatat hasil diskusi secara individual, tetapi para siswa kurang aktif
ketika diskusi klasikal atau menanggapi kelompok lain ketika presentasi di
depan kelas. Namun ada perkembangan yang lebih baik, siswa mulai
mengerti bahasa yang dimaksud seperti, bagian-bagian, jenis-jenis, fungsi,
bahwa kata-kata tersebut mengandung arti dan maksud yang berbeda.
Siswa mulai menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari
pembelajaran sebelumnya. Siswa sudah aktif memperhatikan penjelasan
guru, aktif berdiskusi dan memahami kata kunci dalam
pokok bahasan yang menjadi tujuan pembelajarannya. Siswa lebih
respon dalam diskusi kelas/ presentasi ataupun tanya jawab. Hal ini
disebabkan karena guru sudah menggunakan metode dan alat peraga yang
sesuai , serta cara menjelaskan dan membimbing diskusi kecil dengan
lebih intensif. Walau pada tes akhir ada saja siswa yang mau menyontek
dari temannya tapi segera bisa diatasi dengan cara mendekati dan
diberi teguran.
5. Rekomendasi
Setelah siklus I dan siklus 2 selesai dilaksanakan, maka selanjutnya adalah
menganalisa data yang telah terkumpul kemudian membandingkan dengan
metode pembelajaran discovery dapat membantu meningkatkan aktivitas
dan prestasi belajar siswa. Kemudian berdasarka hasil data yang didapat,
maka akan ditemukan berhasil atau tidaknya penggunaan metode
pembelajaran discovery untuk membantu meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar siswa kelas IV terhadap pelajaran IPA. Jika pada pada
siklus II ini siswa menunjukan adanya peningkatan, maka dinyatakan
berhasil, jadi tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya. Dengan adanya
rekomendasi ini peneliti diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan
jika dalam proses pembelajaran, sehingga nantinya bisa lebih baik dari
yang sebelumnya dan mendapatkan hasil yang maksimal.
H. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan criteria ketuntasan minimum (KKM) untuk mata pelajaran ipa
kelas IV di SDN Kali Awi .Siswa dapat dikatakan tuntas dalam belajar jika
sudah memenuhi standar nilai KKM yang ditentukan . jika standar KKM
yang di tentukan adalah 65 dan siswa tersebut melebihi nilai tersebut. Maka
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas
IV SDN Kali Awi kecamatan Negeri Besar dengan menggunakan metode
pembelajaran discovery (Penemuan) untuk meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar siswa dengan materi tentang energi dan penggunaannya, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Aktivitas belajar siswa dari siklus I, terdapat peningkatan. hal ini
didapatkan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti
pada proses penelitian. Rata-rata aktivitas siswa dalam belajar meningkat
di bandingkan sebelum dilakukannya siklus yang ditentukan. Peningkatan
ini ditunjukan dari data peningkatan rata-rata yang didapat dari siklus I
adalah pre test 40.00% dan post test 45.00% , Maka peningkatan yang
didapat pada pelaksanaan siklus I pertemuan I dan II adalah 5.00 %
2. Hasil belajar siswa dari Siklus II terdapat peningkatan yang signifikan . hal
ini didapatkan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti
pada proses penelitian. Rata-rata aktivitas siswa dalam belajar meningkat
di bandingkan sebelum dilakukannya siklus yang ditentukan. Peningkatan
adalah pre test 55.00% dan post test 80.00% , Maka peningkatan yang
didapat pada pelaksanaan siklus I pertemuan I dan II adalah 25.00 %
3. Kinerja guru mata pelajaran IPA di SDN Kali Awi terjadi peningkatan,
terutama setelah menggunakan metode pembelajaran discovery learning,
hal ini dapat dilihar dari penilaian yang dilakukan oleh teman sejawat .
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah di uraikan di atas, maka saran yang
diajukan peneliti adalah :
1. Kepada guru diharapkan agar dapat menerapkan metode-metode yang dapat
membangkitkan kreatif siswa, agar mendapatkan hasil yang optimal
2. Kepada siswa agar lebih dapat meningkatkan aktivitas belajarnya agar mencapai
hasil belajar yang maksimal.
3. Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian serupa dengan melibatkan
Kepala Sekolah dan Guru sebagai partisipan untuk memeproleh informasi