• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT PENGGUNA SEPEDA MOTOR RODA DUA TERHADAP KINERJA POLISI LALU LINTAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT PENGGUNA SEPEDA MOTOR RODA DUA TERHADAP KINERJA POLISI LALU LINTAS"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PUBLIC PERCEPTIONS OF USER TWO WHEELS MOTORCYCLE ON THE PERFORMANCE OF TRAFFIC POLICE

by Deviana

This research was conducted to determine the public perception of users two-wheeled motorcycle on the performance of the Traffic Police, which took place in the village Hajimena District Natar of South Lampung . By using simple quantitative research methods. As for the population of this research is the public of users of two-wheeled motorcycle in the village Hajimena. The sample of this research is as much as 97 respondents. Sampling was done by simple random sampling, using observations, questionnaires, and interviews as data collection techniques.

Based on those research result can be in the know that the public perception of user two- wheeled motorcycle on the performance of traffic Police can be measured through the tasks, functions and authority of the Traffic Police is negative. Public users of two-wheeled motorcycles are generally less hostile toward law enforcement officers, where Hajimena villages who do not want to deal with the Traffic Police, because it often results in a lot of cases, especially cases of bribery that lead to a bad impression on the performance of the Traffic Police. However, this condition can be overcome, if the Traffic Police duties, functions and powers in accordance with the performance that should be implemented, so that the users of two-wheeled motorcycle in the village of Hajimena to comply with traffic rules and regulations.

(2)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT PENGGUNA SEPEDA MOTOR RODA DUA TERHADAP KINERJA POLISI LALU LINTAS

Oleh Deviana

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja Polisi Lalu Lintas yang bertempat di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif sederhana. Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah masyarakat pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena. Sampelnya penelitian ini adalah sebanyak 97 orang responden. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling, dengan menggunakan observasi, kuesioner, dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data.

Berasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja Polisi Lalu Lintas yang dapat diukur melalui tugas, fungsi dan wewenang Polisi Lalu Lintas adalah negatif. Masyarakat pengguna sepeda motor roda dua pada umumnya kurang bersahabat terhadap aparat penegak hukum, dimana masyarakat Desa Hajimena yang enggan berurusan dengan Polisi Lalu Lintas, karena seringkali menimbulkan banyak kasus, khususnya kasus penyuapan yang menimbulkan kesan buruk terhadap kinerja dari Polisi Lalu Lintas. Namun kondisi ini bisa di atasi, jika Polisi Lalu Lintas melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya sesuai dengan kinerja yang seharusnya dilaksanakan, sehingga para pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena dapat mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.

(3)

(Studi Kasus di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh DEVIANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

Halaman A. Tinjauan Tentang Persepsi Masyarakat... 7

1. Pengertian Persepsi... 7

1.1 Sifat – sifat persepsi... 10

2. Pengertian Masyarakat... 11

B. Tinjauan Tentang Masyarakat Pengguna Sepeda Motor Roda Dua... 13

(8)

1. Pengertian Kinerja... 15

2. Pengertian Polisi Lalu Lintas... 17

2.1Tugas Polisi Lalu Lintas... 17

2.2Fungsi Polisi Lalu Lintas... 19

2.3Wewenang Polisi Lalu Lintas... 20

E. Tinjauan Tentang Peraturan Lalu Lintas... 21

F. Kerangka Berfikir... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian... 26

B. Definisi Konseptual... 27

C. Definisi Operasional... 28

D. Populasi Dan Sampel... 31

1. Populasi... 31

2. Sampel... 31

E. Teknik Penarikan Sampel... 32

F. Teknik Pengumpulan Data... 33

G. Teknik Pengolahan Data... 34

H. Teknik Analisa Data... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Asal-Usul Desa Hajimena... 36

(9)

2. Dibidang Hukum... 38

3. Keamanan... 39

C. Komposisi Penduduk Desa Hajimena... 40

D. Penggunaan dan Penguasaan Lahan Desa Hajimena... 45

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden... 46

B. Hasil Penelitian... 49

C. Pembahasan... 77

BAB VI KASIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 82

B. Saran... 85

(10)
(11)

Tabel 1. Sarana Keamanan Lingkungan... ... 39

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin... 40

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Suku / Ras... 41

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Agama... 42

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencahariannya... 43

Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Pendididikan... 44

Tabel 7. Luas wilayah Menurut Penggunaan dan penguasaan Lahan... 45

Tabel 8. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin... 46

Tabel 9. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur... 47

Tabel 10. Identitas Responden Menurut Pekerjaan... 48

Tabel 11. Pandangan masyarakat tentang keadaan ketertiban berlalu lintas... 50

Tabel 12. Kedisiplinan Masyarakat pengguna sepeda motor roda dua dalam mentaati rambu-rambu lalu lintas... 51

Tabel 13 Ketaatan masyarakat dalam mematuhi etika berlalu lintas... 52

Tabel 14 Kelengkapan sepeda motor roda dua yang digunakan masyarakat... 53

Tabel 15 Perlengkapan pengguna sepeda motor roda dua... 54

Tabel 16. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap pelaksanaan tugas Polisi Lalu Lintas... 55

(12)

Tabel 19. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap tugas Polisi Lalu Lintas dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban lalu lintas... 59 Tabel 20. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Polisi lalu Lintas yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan... 60 Tabel 21. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua tentang pelaksanaan fungsi Polisi Lalu Lintas... 61 Tabel 22. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua tentang fungsi Polisi Lalu Lintas sebagai penegakan hukum lalu lintas... 62 Tabel 23. Persepsi masyarakat tentang fungsi Polisi Lalu Lintas dalam memberikan pendidikan lalu lintas yaitu mengarahkan, membimbing dan mendidik... 63 Tabel 24. Persepsi masyarakat terhadap fungsi Polisi Lalu Lintas dalam melakukan pengamatan lalu lintas demi ketertiban dan kelancaran pemakai jalan... 64 Tabel 25. Persepsi masyarakat terhadap fungsi Polisi Lalu Lintas dalam melaksanaan registrasi atau identifikasi pengemudi kendaraan bermotor roda dua... 65 Tabel 26. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua tentang pelaksanaan wewenang Polisi Lalu Lintas... 66 Tabel 27. Persepsi masyarakat terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam memberhentikan pengguna sepeda motor yang melakukan pelanggaran lalu lintas... 68 Tabel 28. Persepsi masyarakat terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam melakukan

pemeriksaan atas kebenaran dari tindak pidana lalu lintas... 69 Tabel 29. Persepsi masyarakat terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam meminta keterangan bagi pelanggar lalu lintas... 70 Tabel 30. Persepsi masyarakat terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam melakukan

(13)

Tabel 34. Persepsi masyarakat terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam melakukan

penahanan yang berkaitan dengan pelanggaran lalu lintas... 75 Tabel 35. Persepsi terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam melakukan tindakan bagi

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta suatu keamanan dan suatu kerukunan, yang mana tiap-tiap individu di dalam suatu masyarakat dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota masyarakat dengan baik. Untuk menciptakan ketertiban antar individu sebagai anggota masyarakat dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Maka dirumuskanlah norma-norma yang berfungsi memberikan batasan-batasan pada perilaku individu di dalam masyarakat. berupa pedoman bahwa perbuatan mana yang dibenarkan dan perbuatan mana yang dilarang oleh masyarakat. Norma-norma masyarakat tersebut meliputi, antara lain:

1. Norma kesusilaan 2. Norma kesopanan 3. Norma Agama 4. Norma Hukum

(15)

kemasyarakatan. Dengan semakin berkembangnya keadaan masyarakat yang semakin modern seperti sekarang ini, dengan sendirinya menimbulkan sistem peraturan hukum yang lebih besar terperinci dan komplek, Sehingga menyebabkan jarak antara hukum yang berlaku dalam masyarakat dan penghayatan oleh para anggotanya. Dalam hal ini diperlukan suatu proses penegakkan norma hukum di dalam masyarakat menjadi suatu keharusan untuk mewujudkannya, maka di bentuklah sebuah mekanisme kontrol formal yang berfungsi sebagai kontrol sosial. Mekanisme kontrol formal ini juga yang bertugas mengawasi serta ikut dalam proses berjalannya penegakkan hukum di masyarakat.

(Soerjono Soekanto, 2009:223)

Masyarakat di Indonesia yang menggunakan asas fiksi hukum dimana setiap individu didalam negara ini dianggap tahu dan mengerti hukum walaupun dalam kenyataan yang terjadi dimasyarakat, masyarakat belum tahu atau mengerti tentang apa yang di maksud dengan substansi dan struktur hukum. Masyarakat hanya tahu dan mengerti tentang kultur atau budaya hukum, yang mereka lihat dari perilaku para aparat penegak hukum. Hal ini pun kemudian diperkuat dengan kenyataan bahwa masyarakat lebih banyak bersinggungan dengan lembaga kepolisian khususnya polisi lalu lintas. Ini disebabkan polisi lalu lintas sering melakukan penertiban dijalan raya sehingga bersentuhan langsung oleh masyarakat (Satjipto Rahardjo, 2002:36).

(16)

pelanggaran lalu lintas, yang mengatur tata tertib lalu lintas. dibawah ini adalah UU Lalu Lintas yang diberlakukan di Indonesia adalah UU Nomor 22 tahun 2009 , yaitu :

1. Berdasarkan pasal 57 Ayat 2 dan pasal 106 ayat 8, bagi pengendara yang tidak menggunakan Helm Standar Nasional Indonesia (SNI) akan dikenakan pidana maksimal penjara satu bulan atau dengan paling banyak Rp 250.000,-

2. Berdasarkan UU Lalu Lintas No 22 Tahun 2009 dalam pasal 57 Ayat 3 mengenai perlengkapan, sepeda motor yang tidak ber-kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah (sen) dan alat pengukur kecepatan (spedometer) maka akan dikenakah hukuman maksimal dua bulan penjara atau denda paling banyak Rp 500.000,-.

3. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

4. Pasal 282, setiap Pengguna Jalan yang tidak mematuhi perintah yang diberikan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

5. Pasal 283, Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di Jalan (sms/menelpon.ex) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

6. Berdasarkan pasal 293 ayat (2) pasal 107 ayat (2) bagi pengendara yang tidak menyalakan lampu di siang hari, denda maksimal yang akan di kenakan sebesar Rp. 100.000,-.

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU RI No. 22 tahun 2009)

(17)

yang mengemudi secara ugal-ugalan, berhenti secara seenaknya, berbelok ke kiri dan kanan secara tiba-tiba tanpa menghidupkan lampu penunjuk arah (sen) dan tidak memakai helm SNI. Disiplin pengendara kendaraan bermotor sangat rendah di Hajimena, hal ini menjadi salah satu faktor terjadinya kemacetan, kesemrawutan dan kecelakaan lalu lintas. Terutama pengemudi sepeda motor roda dua yang dengan seenaknya memotong jalan dan melawan arus lalu lintas sehingga terjadi kecelakaan dalam lalu lintas.

Namun demikian faktanya, Polisi Lalu lintas kurang dalam menjalankan kinerjanya, sehingga kedisiplinan di Desa Hajimena masih kurang. Polisi Lalu lintas malah sering melakukan operasi penertiban lalu lintas, penertiban itu sendiri yang sering menimbulkan oknum Polisi Lalu lintas menerima penyuapan sehingga menimbulkan tanggapan negatif dari masyarakat setempat. Seharusnya menurut tata cara penilangan yang seharusnya mendapat surat tilang dan bisa diselesaikan melalui sidang namun faktanya bisa diselesaikan ditempat, sehingga banyak menimbulkan berbagai persepsi dari masyarakat terhadap kinerja polisi lalu lintas yang kurang sesuai dengan tugas sebagai Polisi Lalu Lintas pada masyarakat.

(18)

Namun operasi penertiban ini pun menimbulkan persepsi negatif bagi masyarakat di Desa Hajimena. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya kasus penyuapan yang dilakukan oleh oknum polisi lalu lintas dengan para pengguna kendaraan bermotor yang melanggar lalu lintas. Harapannya bahwa kinerja polisi lalu lintas dapat memberikan perlindungan, keamanan pengayoman, pelayanan serta ketertiban kepada masyarakat dan memberikan kelancaran lalu lintas dijalan. Dalam kenyataanya masih banyak oknum polisi yang melanggar etika kepolisian dengan memeras para pengguna jalan atau melakukan pungutan liar, menghentikan kendaraan secara kasar serta dapat menjadi ancaman bagi pengguna jalan.

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka dapat ditarik suatu rumusan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu Bagaimanakah persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja polisi lalu lintas di Desa Hajimena Kecamatan Natar Lampung Selatan ?

C. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja polisi lalu lintas di Desa Hajimena Kecamatan Natar Lampung Selatan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa masukan bagi Lembaga Kepolisian Negara Republik lndonesia khususnya polisi lalu lintas dalam meningkatkan kinerjanya di tengah-tengah kehidupan masyarakat, dan diharapkan hasil dari penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagian bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai Lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia, khususnya polisi lalu lintas.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Persepsi Masyarakat 1. Pengertian Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, W.J.S 1989:675) disebutkan persepsi adalah :

1. Tanggapan atau pengertian langsung dari suatu serapan.

2. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera.

Menurut Desiderato yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmad (2004:51), menyatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulasi inderawi (sensory stimuli).

(21)

a. Faktor Pengalaman b. Faktor Proses belajar c. Cakrawala

d. Pengetahuan

Maka persepsi diartikan sebagai proses seorang individu memilih mengorganisasikan dan menafsirkan masukan-masukan. Dari pengertian diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Menurut Selanjutnya Sarlito Wirawan Sarwano (1983:43-44), menyatakan perbedaan persepsi disebutkan oleh beberapa hal, yaitu :

1. Set, Harapan seseorangan pada rangsangan yang akan muncul. 2. Kebutuhan

3. Sistem Nilai 4. Ciri kepribadian 5. Gangguan kejiwaan

David Krech dan Richard S. Crutchfield yang dikutip oleh Jalalludin Rakhmad (2004:51), menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek :

1. Faktor Fungsional

(22)

a. Kebutuhan, kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada diri seseorang akan menentukan persepsi seseorang.

b. Kesiapan mental, suasana mental seseorang akan mempengaruhi persepsinya.

c. Suasana emosi, suasana emosi seseorang baik ia dalam keadaan sedih bahagia, marah ataupun susah akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

d. Latar belakang budaya, latar belakang dimana orang tersebut berasal akan berpengaruh terhadap suatu rangsangan.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural semata-mata berasal dari sifat struktur fisik dan efek-efek saraf, yang di timbulkan dalam sistem saraf individu yang meliputi :

a. Kemampuan berfikir.

b. Daya tangkap indra manusia

(23)

1.1 Sifat-sifat persepsi

Persepsi terjadi dalam benak individu yang mempersepsikan, bukan di dalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Untuk membantu rnempermudah memahami arti persepsi, maka lebih lanjut dapat kita lihat sifat-sifat persepsi itu sendiri yang meliputi :

a. Persepsi adalah Pengalaman

Untuk mengartikan makna dari seorang, objek atau peristiwa, harus dimiliki basis dalam melakukan interprestasi, yang biasa di tentukan pada pengalaman masa lalu dengan orang, objek, peristiwa tersebut.

b. Persepsi adalah selektif

Ketika mempersepsikan sesuatu, biasanya hanya memperhatikan bagian-bagia tertentu dari objek atau tertentu berdasarkan atas sikap, nilai dan keyakinan yang ada dalam diri yang bersangkutan dan mengabaikan karateristik yang tidak relevan atau berlawanan dengan nilai dan keyakinan tersebut.

c. Persepsi adalah Penyimpulan

(24)

d. Persepsi bersifat tidak akurat.

Setiap persepsi yang dilakukan akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu, yang disebabkan oleh pengaruh masa lalu, selektivitas dan penyimpulan.

e. Persepsi bersifat evaluatif.

Persepsi tidak akan pernah objektif karena dalam proses menginterprestasikan makna berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi. Sehingga dalam mempersepsikan suatu objek perlu dilihat baik atau buruknya. Adalah sangat langka jika dapat mempersepsikan suatu secara sepenuhnya netral. Jalalludin Rakhmad (2004:89).

2. Pengertian Masyarakat

lstilah rnasyarakat terlalu banyak mencakup berbagai faktor sehingga kemampuan suatu definisi yang berusaha mencakup keseluruhan, masih ada juga suatu yang tidak memenuhi unsur-unsurnya. dibawah ini beberapa definisi masyarakat menurut para sarjana ilmu sosial :

1. Maclver dan Page

Menyatakan masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerja sama antara berbagi kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah-laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan berhubungan sosial dan masyarakat selalu berubah.

2. Ralph Linton

(25)

3. Selo Soemardjan

Menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

(Soerjono Soekanto, 2009:26).

Walaupun definisi masyarakat dari para sarjana-sarjana ilmu sosial tersebut berlainan akan tetapi pada dasamya memiliki unsur atau dasar isi yang sama berkaitan dengan hal tersebut Soerjono Soekanto (2009:20), mengemukakan bahwa masyarakat memiliki beberapa unsur-unsur, yaitu sebagai berikut :

1. Manusia yang hidup bersama

2. Bercampur dalam waktu yang cukup lama

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu sama lain

4. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka masyarakat dapat diartikan sebagai sejumlah manusia yang hidup bersama di suatu daerah, pada suatau waktu tertentu menciptakan kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan bagi pergaulan hidupnya yang pada akhirnya menciptakan kebudayaan, sehingga mereka akan merasa terikat satu sama lain.

(26)

kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan bagi pergaulan hidupnya yang pada akhirnya menciptakan kebudayaan, sehingga mereka akan merasa terikat satu sama lain kemudian menilai, menafsir dan menanggapi suatu objek.

B. Tinjauan Tentang Masyarakat Pengguna Sepeda Motor Roda Dua Di dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengabungkan definisi-definisi masyarakat yang telah diuraikan di atas dengan pengertian pengguna sepeda motor roda dua sebagai satu kesatuan di dalam bagian dimasyarakat.

Pengguna adalah orang yang menggunakan sesuatu. Ada pun kendaraan sepeda motor roda dua, menurut buku pedoman tugas Kepolisian Republik Indonesia (1999: 111), kendaraan bermotor roda dua adalah suatu alat dapat bergerak dijalan dan digerakan oleh peralatan teknik di dalam kendaraan tersebut.

(27)

Dengan demikian pengguna sepeda motor roda dua merupakan pekerjaan kompleks yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu, karena pada waktu yang bersamaan pengguna harus menangani pekerjaan yaitu mengendarai kendaraan bermotor.

Berdasarkan penyataan di atas maka dapat dinyatakan bahwa pengguna kendaraan bermotor roda dua adalah orang yang menggunakan kendaraan yang digerakan oleh peralatan teknik di dalamnya dan memiliki bukti kepemilikan kendaraan yang dikeluarkan oleh lembaga kepolisian. Berdasarkan penggabungan pengertian masyarakat dan pengertian pengguna kendaraan bermotor roda dua diatas. Maka dapat dinyatakan bahwa masyarakat pengguna kendaraan bermotor roda dua merupakan sebuah bagian dalam satu kesatuan di dalam masyarakat, dimana para anggota masyarakat ini memiliki satu ciri yang sama yaitu menggunakan kendaraan bermotor roda dua atau sepeda motor, serta memiliki bukti kepemilikan kendaraan yang dikeluarkan oleh lembaga kepolisian.

C. Tinjauan Tentang Polisi Lalu Lintas

(28)

Berdasarkan Undang-Undang No. 27 tahun 1997, polisi lalu lintas merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum. Pengayoman dan pelayanan masyarakat khususnya di bidang lalu lintas. Hal ini dipertegas di dalam tugas pokok, fungsi dan wewenang Polisi Lalu Lintas, dimana Polisi Lalu Lintas adalah salah satu unsur Polisi Republik Indonesia yang melaksanakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang pengendalian lalu lintas untuk mencegah serta meniadakan gangguan, hambatan dan ancaman di bidang lalu lintas, agar terjamin keamanaan dan ketertiban serta kelancaran lalu lintas di jalan umum.

(29)

D. Tinjauan Tentang Kinerja Polisi Lalu Lintas 1. Pengertian Kinerja

Secara etimologis kinerja berasal dari kata dasar kerja, yang mendapat sisipan "in" (diambil dari bahasa Jawa). Sisipan "in" disini mengandung arti kata Kemudian kata ini diserap dalam Bahasa Indonesia, dan kinerja mengandung arti kata kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, W.J.S 1989:450)

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa lndonesia (Poerwadarminta, W.J.S 1989:819). tata berarti aturan, kaidah, aturan dan susunan, cara menyusun, sistem. Sedangkan kerja (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Poerwadarminta, W.J.S 1989:428) berarti kegiatan melakukan sesuatu, yang dilakukan atau diperbuat berarti kerja mengaju pada pelaksanaan tugas tertentu atau tugas yang ditentukan (ditetapkan).

Menurut Soewarno Handayaningrat (2004:19), kinerja adalah cara menjalankan tugas dan hasil yang di peroleh, kinerja adalah cara dalam suatu tindakan atau tugas yang sedang dilakukan. Kusnadi mengartikan kinerja sebagai setiap gerakan, perubahan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan atau target tertentu.

Menurut Sarwoto (2003:146), dalam pandangan modern kinerja dapat diartikan sebagai berikut:

(30)

b. Kerja itu memberikan status, dan mengikat pada individu lain dan masyarakat.

c. Pada umumnya baik pria maupun wanita menyukai pekerjaan, sehingga mereka menyukai bekerja, Jika terdapat orang yang tidak menyukai bekerja maka kesalahanya terletak pada kondisi psikologis dan kondisi sosial dari pekerjaan itu sendiri dan tidak pada kondisi individu yang bersangkutan.

d. Intensif kerja itu banyak sekali bentuknya; diantaranya adalah uang.

e. Moral pekerja dan pegawai itu tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik dam materil dari pekerjaan.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, maka dapat dirumuskanlah bahwa kinerja adalah aktivitas atau kegiatan untuk melaksanakan atau menyelenggarkan tugas tertentu yang mengacu pada satu aturan tugas yang ditetapkan. Untuk menciptakan suatu kinerja yang baik diperlukan adanya koordinasi yang baik, diperlukan adanya koordinasi antara unit-unit kerja pihak pimpinan atau manajer.

2. Pengertian Kinerja Polisi Lalu Lintas

(31)

Di bawah ini peneliti akan membahas lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan tugas, fungsi dan wewenang Polisi Lalu Lintas:

2.1 Tugas Polisi Lalu Lintas

Polisi lalu lintas yang merupakan salah satu bagian dari lembaga Kepolisian Negara Republik lndonesia yang menurut Undang-Undang RI No 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik lndonesia, bertugas :

a. Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta meningkatkan tertib hukum.

b. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan perlindungan dan layanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Bersama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan

keamanan negara lainnya membina ketentraman masyarakat dalam wilayah negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.

d. Membimbing masyarakat dalam terciptanya kondisi dan situasi yang dapat menunjang terselenggaranya usaha sebagaimana yang dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c.

e. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

(32)

Wewenang Polisi Lalu Lintas, dimana dinyatakan tugas pokok dari Polisi Lalu Lintas adalah melaksanakan tugas pokok Polisi Republik lndonesia di bidang lalu lintas yang meliputi segala usaha, kegiatan dan pekerjaan dalam pengendalian lalu 1intas untuk mencegah dan meniadakan gangguan serta ancaman supaya terjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan raya.

2.2Fungsi Polisi Lalu Lintas

Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok yang telah diuraikan diatas, menurut (Undang-Undang RI No 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik lndonesia polisi lalu lintas) melakukan fungsi kepolisian di bidang lalu lintas (fungsi Lantas) dengan melalui kegiatan-kegiatan :

a. Penegakan hukum lalu lintas, adalah segala dan kegiatan yang melaksanakan dibidang lalu lintas, agar undang-undang dan ketentuan perundang-undangan ditaati oleh setiap pemakai jalan dan dapat bersifat :

1. Preventif yang meliputi :

Pengaturan penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas. 2. Represif, yang meliputi :

(33)

b. Pendidikan lalu lintas kepada masyarakat, adalah segala usaha dan kegiatan yang dilaksanakan dibidang lalu lintas untuk mengarahkan, membimbing dan mendidik masyarakat.

c. Enjinering Lalu Lintas, fungsi ini adalah segala usaha dan kegiatan, pengamatan, penelitian dan pendidikan terhadap berfungsinya enjinering lalu lintas (sarana dan pra sarana lalu lintas). Guna menghasilkan bahan infomasi baik bagi masyarakat pemakai jalan pada umumnya maupun bagi kepentingan Polisi Republik Indonesia sendiri di dalam upaya peningkatan pemantapan pelaksanaan tugas-tugas Polisi Republik Indonesia serta memberikan saran dan pendapatan kepada instansi-instansi lain yang berkaitan dengan masalah enjinering lalu lintas, bagi keamanan, ketertiban dan kelancaran pemakai jalan.

d. Registrasi/ identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor roda dua. Adalah segala usaha dan kegiatan di dalam pemberian surat izin mengemudi (SIM), pendaftaran kendaraan bermotor roda dua di bidang lalu lintas.

(34)

2.3Wewenang Polisi Lalu Lintas

Dalam hal bidang penegakan aturan lalu lintas, Polisi memiliki kewenangan sebagaimana diatur dalam Pasal 260 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, antara lain:

1. Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian dan menyita sementara kendaraan bermotor yang patut diduga melanggar peraturan berlalu lintas atau merupakan alat dan/atau hasil kejahatan.

2. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan dengan penyidikan tindak pidana di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.

3. Meminta keterangan dari pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan perusahaan angkutan umum.

4. Melakukan penyitaan terhadap surat izin mengemudi, kendaraan bermotor, muatan, surat tanda nomor kendaraan bermotor, surat tanda coba kendaraan bermotor, dan tanda lulus uji sebagai barang bukti.

5. Melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggaran atau kejahatan lalu lintas menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

(35)

8. Melakukan penahanan yang berkaitan dengan tindak pidana kejahatan lalu lintas.

9. Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertanggung jawab.

(http://www.thecrowdvoice.com/post/wewenang-polisi-pada-saat-razia-kendaraan-bermotor.html).

E. Tinjauan Tentang Peraturan Lalu Lintas

UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang diberlakukan di Indonesia adalah UU Nomor 22 tahun 2009 , tertuang dalam Pasal-Pasal berikut ini yaitu :

Pasal 57 Ayat 2 dan pasal 106 ayat 8

Bagi pengendara yang tidak menggunakan Helm Standar Nasional Indonesia (SNI) akan dikenakan pidana maksimal penjara satu bulan atau dengan paling banyak Rp 250.000,-

Pasal 57 Ayat 3

Mengenai perlengkapan, sepeda motor yang tidak ber-kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah (sen) dan alat pengukur kecepatan (spedometer) maka akan dikenakah hukuman maksimal dua bulan penjara atau denda paling banyak Rp 500.000;

Pasal 106 ayat (5) huruf b;

(36)

Pasal 281

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Pasal 282

Setiap Pengguna Jalan yang tidak mematuhi perintah yang diberikan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Pasal 283

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di Jalan (sms/menelpon.ex) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

Pasal 293

(37)

F. Kerangka Pikir

Persepsi Masyarakat adalah suatu penilaian, penafsiran akan tanggapan sejumlah manusia yang hidup bersama di suatu daerah, pada suatu waktu tertentu menciptakan kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan bagi pergaulan hidupnya yang pada akhirnya menciptakan kebudayaan, sehingga mereka akan merasa terikat satu sama lain kemudian menilai, menafsir dan menanggapi suatu objek.

Masyarakat Pengguna sepeda motor roda dua merupakan sebuah bagian dalam satu kesatuan di dalam masyarakat, dimana para anggota masyarakat ini menggunakan satu ciri yang sama yaitu pengguna sepeda motor roda dua, serta memiliki bukti kepemilikan kendaraan yang dikeluarkan oleh lembaga kepolisian.

Untuk melihat persepsi masyarakat pengguna kendaraan bermotor di Desa Hajimena mengenai kinerja lembaga kepolisian pada satuan tugas lalu lintas, maka dilakukan pengkategorian atas persepsi masyarakat tersebut, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Persepsi positif adalah apabila masyarakat pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena, mempunyai suatu penilaian akan tanggapan yang baik terhadap kinerja polisi lalu lintas yang sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenangnya sebagai polisi lalu lintas.

(38)

yang buruk terhadap kinerja polisi lalu lintas yang tidak sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenang sebagai polisi lalu lintas.

Kinerja Polisi Lalu Lintas adalah sebagai satu-kesatuan fungsi teknis terangkum dalam tugas, fungsi dan wewenang polisi lalu lintas dalam upaya terciptanya ketertiban dan keamanan lalu lintas khususnya di jalan umum.

Gambar 1. Bagan kerangka pikir

Persepsi Masyarakat Pengguna Sepeda Motor Roda Dua Desa Hajimena Kecamatan Natar

Lampung Selatan

Persepsi Positif

Persepsi Negatif

(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif sederhana. Pendekatan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan mendeskrifsikan apa-apa yang saat ini berlaku, didalamnya terdapat upaya mendeskrifsikan, mencatat, analisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang terjadi atau ada (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2002:5).

Menurut Whitney (1960) dalam Nazir (2003:54), metode pendekatan deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlakudalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan dari suatu fenomena, metode penelitian deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar.

(40)

B. Definisi Konseptual

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2002:66), definisi Konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoprasikan konsep tersebut di lapangan. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persepsi Masyarakat adalah suatu penilaian, penafsiran akan tanggapan sejumlah manusia yang hidup bersama di suatu daerah, pada suatu waktu tertentu menciptakan kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan bagi pergaulan hidupnya yang pada akhirnya menciptakan kebudayaan, sehingga mereka akan merasa terikat satu sama lain kemudian menilai, menafsir dan menanggapi suatu objek.

2. Masyarakat Pengguna Kendaraan Bermotor adalah masyarakat pengguna sepeda motor roda dua merupakan sebuah bagian dalam satu kesatuan di dalam masyarakat, dimana para anggota masyarakat ini menggunakan satu ciri yang sama yaitu pengguna sepeda motor roda dua serta memiliki bukti kepemilikan kendaraan yang dikeluarkan oleh lembaga kepolisian.

3. Polisi Lalu Lintas merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum. Pengayoman dan pelayanan masyarakat khususnya di bidang lalu lintas.

(41)

4. Kinerja Polisi Lalu Lintas adalah sebagai satu-kesatuan fungsi teknis terangkum dalam tugas, fungsi dan wewenang polisi lalu lintas dalam upaya terciptanya ketertiban dan keamanan lalu lintas khususnya di jalan umum.

C. Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2002:68), definisi operasional atau operasionalisasi variabel adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka akan diketahui baik buruknya variabel tersebut. Adapun definisi operasional persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja Polisi Lalu Lintas, Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan adalah sebagai berikut:

1. Kedisiplinan pengguna sepeda motor roda dua terhadap keadaan lalu lintas di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, dapat di ukur melalui Indikator- indikatornya sebagai berikut:

a. Pandangan masyarakat pengguna sepeda motor roda dua tentang keadaan berlalu lintas di Desa Hajimena;

b. Kedisiplinan masyarakat pengguna sepeda motor roda dua dalam mentaati rambu-rambu lalu lintas;

c. Ketaatan pengguna sepeda motor roda dua dalam mematuhi etika berlalu lintas;

(42)

e. Perlengkapan pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena.

2. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja Polisi Lalu Lintas dapat diukur melalui tugas, fungsi dan wewenangnya, dengan indikator - indikatornya sebagai berikut:

a. Tugas Polisi Lalu Lintas, dengan indikator-indikator:

1. Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta meningkatkan tertib hukum.

2. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan perlindungan dan layanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan peundang-undangan. 3. Bersama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan

keamanan negara lainnya membina ketentraman masyarakat dalam wilayah negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.

4. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

b. Fungsi Polisi Lalu Lintas, dengan indikator-indikator: 1. Penegakan hukum lalu lintas.

(43)

3. Enjinering Lalu Lintas, fungsi ini adalah segala usaha dan kegiatan. pengamatan, penelitian dan pendidikan terhadap berfungsinya enjinering lalu lintas (sarana dan pra sarana lalu lintas).

4. Registrasi/ identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor roda dua. Adalah segala usaha dan kegiatan di dalam pemberian surat izin mengemudi (SIM), pendaftaran kendaraan bermotor roda dua di bidang lalu lintas.

c. Wewenang Polisi Lalu Lintas, dengan indikator-indikator:

1. Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian dan menyita sementara kendaraan bermotor yang patut diduga melanggar peraturan berlalu lintas atau merupakan alat dan/atau hasil kejahatan.

2. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan dengan penyidikan tindak pidana di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.

3. Meminta keterangan dari pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan perusahaan angkutan umum.

(44)

5. Melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggaran atau kejahatan lalu lintas menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan. 7. Menghentikan penyidikan jika tidak terdapat cukup bukti. 8. Melakukan penahanan yang berkaitan dengan tindak pidana

kejahatan lalu lintas.

9. Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertanggung jawab.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari unit yang ciri-cirinya hendak diduga (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989:152).

Berdasarkan pendapat di atas yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengguna sepeda motor roda dua yang ada di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan adalah 3814 pengguna sepeda motor roda dua. (Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki tersebut. (Sutrisno Hadi, 1986: 70).

(45)

N

n = Nd

2

+ 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Taraf nyata atau derajat penyimpanan (0,1)

1 = Bilangan konstan (Jalaludin Rahmat, 1984: 99).

3814

n = 3814(0.1)2 + 1

3814

= 39.14

= 97.44

= 97

Jadi sampel penelitian ini adalah 97 orang.

E. Teknik Penarikan Sampel

(46)

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini, maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan melalui cara-cara sebagai berikut :

1. Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data kuantitatif dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal yang ia ketahui. (Arikunto Suharsimi, 1989: 124).

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab secara lisan di mana dua orang atau lebih dapat berhadapan secara fisik yang digunakan untuk memperoleh gambaran dari responden (Kartono Kartini, 1980: 171). Dalam penelitian ini responden yang akan diwawancarai sebanyak 5 orang. Hasil wawancara merupakan data kualitatif yang digunakan untuk mendukung dan melengkapi data kuantitatif yang diperoleh melalui pengumpulan data menggunakan kuesioner.

3. Dokumentasi

(47)

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah data dari hasil penelitian ini dikumpulkan, maka untuk tahap selanjutnya adalah pengolahan data. Adapun langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

1. Editing

Sebelum data yang terkandung di dalam jawaban kuesioner diolah, jawaban di dalam kuesioner tersebut harus diperiksa terlebih dahulu melalui proses editing. Editing dilakukan terhadap kelengkapan rekaman jawaban-jawaban yang telah dituliskan ke dalam kuesioner oleh para responden.

2. Koding

Koding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban kedalam kode-kode tertentu dan lazimnya dalam bentuk angka.

3. Tabulasi

(48)

H. Teknik Analisa Data

Menurut M. Nasir (2003:485), data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisa dengan menggunakan teknik analisa deskriptif kuantitatif. Analisa kuantitatif ini untuk mengubah dan mendeskripsikan data yang lebih bermakna dan mudah dipahami akan dilakukan dengan menggunakan tabel tunggal dan tabel silang yaitu metode yang dilakukan dengan memasukan data dari kuesioner ke dalam kerangka tabel untuk menghitung frekuensi dan membuat persentase.

Dari hasil kuesioner dan wawancara mengenai persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap Polisi Lalu Lintas, kernudian diprosentasekan menurut rumus :

P =

� X 100 %

Keterangan:

P = Presentase

F = Frekuensi pada klasifikasi atau kategori variasi yang bersangkutan

(49)

A. Sejarah dan Asal-Usul Desa Hajimena

Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena yang berarti duluan (dalam Bahasa Lampung). Kalau diartikan secara harfiah berarti penduduk yang bermukim diwilayah ini pertama kali (terlebih dahulu dari pendatang lain), yaitu Buay Sebiay yang asal mulanya berasal dari daerah Pagaruyung.

Pada abad ke 17, nenek moyang masyarakat Ajimena ini mengadakan migrasi kembali ke daerah Lampung Tengah tepatnya dikampung Gunung Haji, Tidak lama kemudian mereka pindah kembali ke daerah Tegineneng yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Pesawaran. Tepatnya yaitu di Kampung Ruluk Helok yang dibuktikan dengan bukti sejarah berupa tempat pemandian para leluhur masyarakat Ajimena yang disebut Way Hilian, yang sampai akhirnya masyarakat Ajimena menempati wilayah sekarang.

Adapun perubahan nama kampung dari Ajimena menjadi Hajimena tidak diketahui kepastian waktu (diperkirakan abad ke 19) serta alasan perubahan nama terssebut. Adapun Buay Sebiay sebagai masyarakat asli Hajimena pada awalnya terdiri dari enam punyimbang (kerabat/saudara) yaitu :

1. Minak Bandar / M. Yusuf (Sesepuh Kampung) 2. Batin Dulu

(50)

4. Sultan Ratu / Hi. Abdur Rahman 5. Pesiwa Batin / Abdul Karim 6. Raja Usuh

*(Sumber dari dokumen Desa Hajimena tentang asal-usul Desa Hajimena)

Sejak tahun 1862, Kampung Ajimena telah memiliki Kepala Kampung yaitu Hambung Purba sebagai Kepala Kampung pertama. Hal ini dibuktikan dengan sebuah peningglan sejarah berupa stempel kuningan yang bertuliskan Kampung Ajimena tahun 1862 dengan tulisan Aksara Lampung, dan semenjak tahun 1979 Kepala Kampung berubah menjadi Kepala Desa. Adapun Kepala Desa yang menjabat sekarang yaitu Bahti Idris.

B. Keadaan Demografi Desa Hajimena 1. Letak Geografis

Letak geografis Desa Hajimena, terletak diantara: Sebelah Utara : Desa Pemanggilan

Sebelah Selatan : Kelurahan Rajabasa – Bandar Lampung Sebelah Barat : Desa Kurungan Nyawa – Pesawaran Sebelah Timur : Desa Sidosari

(51)

1. Dusun I Induk Kampung 2. Dusun II Way Layap 3. Dusun III Sinar Jati 4. Dusun IV Bataranila 5. Dusun V Perum Polri 6. Dusun VI Puri Sejahtera 7. Dusun VII Sidorejo

Jarak dari kantor desa ke kantor kecamatan yang membawahi : 6 KM Jarak dari kantor desa ke kantor kabupaten / kota yang membawahi : 60 KM Jarak dari kantor desa ke kantor provinsi yang membawahi : 13 KM Jarak dari kantor desa ke kantor kabupaten / kota lain yang terdekat : 8 KM

2. Di Bidang Hukum

(52)

Kendala lain, masyarakat pada umumnya kurang bersahabat terhadap aparat penegak hukum, dimana masyarakat Desa Hajimena yang enggan berurusan dengan Polisi Lalu Lintas, karena seringkali menimbulkan banyak kasus, khususnya kasus penyuapan yang menimbulkan kesan buruk terhadap kinerja dari Polisi Lalu Lintas. Namun kondisi ini bisa di atasi, jika Polisi Lalu Lintas melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya sesuai dengan kinerja yang seharusnya dilaksanakan, sehingga para pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena dapat mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.

3. Keamanan

Tabel 1. Sarana Keamanan Lingkungan

No Sarana Keamanan

Lingkungan Jumlah

1. Pos Hansip / Siskamling 7

2. Pos Polisi 2

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

(53)

C. Komposisi Penduduk Desa Hajimena

Jumlah penduduk Desa Hajimena sampai tahun 2013 adalah 14.884 Jiwa, terdiri dari :

1. Jumlah Laki – laki : 7.507 Jiwa 2. Jumlah Perempuan : 7.377 Jiwa

3. Jumlah Kepala Keluarga : 3.814 kepala keluarga.

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Bila di tinjau dari umur dan jenis kelamin penduduk yang mendiami Desa Hajimena dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin.

No. Umur

(54)

Sedangkan penduduk yang berusia Non-produktif berjumlah 7.068 orang, yang terdiri dari 3.797 orang laki-laki dan 3.271 orang perempuan. Dengan demikian jumlah penduduk yang berusia Produktif lebih besar dari pada jumlah penduduk Non-produktif. Berbeda dengan kelompok umur usia produktif, jumlah perempuan lebih besar bila di bandingkan dengan jumlah laki-laki, sedangkan pada kelompok umur usia Non-produktif jumlah laki-laki lebih besar bila di bandingkan dengan jumlah perempuan.

2. Komposisi Penduduk Menurut Suku / Ras

Bila di tinjau dari suku / ras penduduk yang mendiami Desa Hajimena dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Suku / Ras.

No Suku/Ras Jumlah

(55)

3. Komposisi Penduduk Menurut Agama

Bila di lihat dari segi agama, agama yang di anut oleh penduduk Desa Hajimena adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Agama.

No Agama Jumlah

1 Islam 13.884

2 Katolik 200

3 Protestan 750

4 Hindu 35

5 Budha 15

Jumlah 14.884

Sumber : Monografi Desa Hajimena 2013

(56)

4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencahariannya

Bila di tinjau dari segi mata pencahariannya, maka penduduk Desa Hajimena dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencahariannya. No Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1 Bidan 6

(57)

5. Komposisi Penduduk Menurut Pendididikan

Bila ditinjau dari segi pendidikannya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Pendididikan.

No Pendidikan Jumlah

1 Tamat SD/Sederajat 1170

2 Masih SD/Sederajat 1992

3 Tamat SLTP/Sederajat 1205 4 Masih SLTP/Sederajat 1549 5 Tamat SLTA/Sederajat 2380 6 Masih SLTA/Sederajat 2080 7 Tamat Perguruan Tinggt/Sederajat 1009 8 Masih Perguruan Tinggi/Sederajat 1123

9 Buta Huruf 567

10 Belum Sekolah 992

11 PAUD / TK 808

Jumlah 14.884

Sumber : Monografi Desa Hajimena 2013

(58)

D. Penggunaan dan Penguasaan Lahan Desa Hajimena

Bila ditinjau dari segi penggunaan dan penguasaan lahan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Luas wilayah Menurut Penggunaan dan penguasaan Lahan.

No Jenis Penggunaanya Jumlah (Ha)

1 Tanah Perumahan dan pemukiman 300

2 Tanah Perkebunan 100

3 Tanah Ladang, huma, Tegal, Kebun,kolam, tambak, tabat, empang, penggembalaan, padang rumput.

220

4 Tanah Perkantoran, Pertokoan 60

5 Tanah Persawahan 40

6 Tanah Bangunan Industri 30

Jumlah 750

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

(59)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang respondenya adalah masyarakat pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena itu sendiri, dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu:

(60)

Pada akhirnya Polisi Lalu Lintas yang melaksanakan tugasnya sering memilih duduk bersantai di Pos Jaga dari pada turun langsung memantau serta menertibkan arus lalu lintas dijalan raya Desa Hajimena. Polisi Lalu Lintas juga kurang dalammengarahkan pengguna sepeda motor sesuai rambu-rambu lalu lintas, tidak adanya sosialisasi mengenai pendidikan lalu lintas, masyarakat pengguna sepeda motor roda dua enggan untuk menghadiri atau berpartisipasi jika terdapat sosialisasi tentang pendidikan lalu lintas yang diselenggarakan oleh pihak kepolisian sehingga masyarakat pengguna sepeda motor tidak mengetahui dan mengerti dengan simbol rambu-rambu lalu lintas, kemudian masyarakat pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena memang sudah mempunyai kelengkapan pengguna sepeda motor roda dua seperti Surat Izin Mengemudi (SIM) tetapi masih belum disiplin dalam mentaati rambu-rambu lalu lintas, hal ini dikarenakan Surat Izin Mengemudi yang mereka miliki diperoleh tidak melakukan serangkaian tes tetapi dengan cara instan dalam pembuatan SIM tersebut sehingga mereka tidak mengerti dan mentaati rambu-rambu lalu lintas yang terpasang di Desa Hajimena.

(61)

persepsi positif terhadap pelaksanaan fungsinya yaitu registrasi atau identifikasi pengemudi kendaraan bermotor roda dua, seperti Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat tanda Nomor Kendaraan (STNK), dan Buku Pemilik Keandaraan Bermotor (BPKB).

(62)

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja polisi lalu lintas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dapat dijadikan masukan bagi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Polisi Lalu Lintas, yaitu:

1. Polisi Lalu Lintas yang bertugas di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, hendaknya dapat menjalankan kinerjanya yang kurang dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya serta dapat menjadi penegak hukum yang tegas sehingga tidak ada lagi kasus penyuapan yang menimbulkan kesan buruk terhadap kinerja dari Polisi Lalu Lintas dengan tidak menerima penyuapan didalam penertiban lalu lintas, sehingga para pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena dapat mematuhi Polisi Lalu Lintas yang memberi arahan lalu lintas dan mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.

(63)

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1986. Statistik. Fakultas Psikologi. Yogyakarta.

Handayaningrat, Soewarno. 2004. Manajemen Personalia. Rineka Cipta. Jakarta

Kartono, Kartini. 1980. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Alumni Bandung.

Kepolisian Republik Indonesia. 2001. Buku Pedoman Petugas. Lembaga Pendidikan dan Latihan

. 2002. Buku Pedoman Petugas. Lembaga Pendidikan dan Latihan

Mar’at. 1981. Sikap Mahasiswa Terhadap Perubahan Dan Pengukuranya.

Liberty. Yogyakarta.

Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Poerwadarminta, W.J.S. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. balai pustaka. Jakarta.

Prasetyo, Bambang. Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Raharjo, Satjipto. 2002. Polisi Sipil. Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Rahmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Samidjo. 2005. Pengantar Hukum Indonesia. Armico. Bandung

(64)

Sarwoto. 2003. Upaya Memotivasi Karyawan. Pelita Umum. Surabaya

Singarimbun, Masri. Sofian Effendi (ed). 1989. Metodologi Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

. 2002. Metodologi Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986. Metodologi Penelitian. UI Press. Jakarta.

. .2005. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sumber Lain:

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU RI No. 22 tahun 2009) Monografi Desa Hajimena Tahun 2013

Sumber Internet:

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1hukum/206712006/bab2.pdf. Diakses pada tanggal 2 September 2013.

http://www.thecrowdvoice.com/post/wewenang-polisi-pada-saat-razia-kendaraan-bermotor.html. Diakses pada tanggal 2 September 2013.

www.bphn.go.id. Di akses pada tanggal 20 September 2013.

http://news.okezone.com/read/2013/04/06/340/787492/redirect. Diakses pada tanggal 20 September.

Gambar

Gambar 1. Bagan kerangka pikir
Tabel 1. Sarana Keamanan Lingkungan
Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin.
Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Suku / Ras.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi terhadap kinerja polisi lalu lintas adalah hasil dari proses aktivitas kejiwaan di mana seseorang dapat mengenali, mamahami, dan memberi makna positif

Melihat fenomena yang menarik tentang apa yang dilakukan Polri pada umumnya dan Polisi Lalu Lintas pada khususnya serta tanggapan masyarakat tentang citra polisi saat ini

xiii lintas dan hubungannya dengan kadar haemoglobin (studi kasus polisi lalu lintas yang bertugas di jalan raya kota Semarang) oleh Sri Suciani (2007) dengan

Pada tahun 2016 wilayah Polrestabes jenis pelanggaran lalu lintas bertambah menjadi 5 pelanggaran yaitu melawan arus, melanggar lampu lalu lintas, tidak

xiii lintas dan hubungannya dengan kadar haemoglobin (studi kasus polisi lalu lintas yang bertugas di jalan raya kota Semarang) oleh Sri Suciani (2007) dengan

data yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti yaitu di Kanit Lantas Kepolisian Resor Kota Pekanbaru mengenai peranan Polisi Lalu Lintas dalam mengawasi

Pada tahun 2016 wilayah Polrestabes jenis pelanggaran lalu lintas bertambah menjadi 5 pelanggaran yaitu melawan arus, melanggar lampu lalu lintas, tidak

Mengingat hal tersebut maka dalam tugas akhir ini diambil judul mengenai PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN DAN PERSYARATAN TEKNIS BERKENDARA PENGGUNA SEPEDA MOTOR TERHADAP KEPATUHAN LALU