• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT PENGGUNA SEPEDA MOTOR RODA DUA TERHADAP KINERJA POLISI LALU LINTAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT PENGGUNA SEPEDA MOTOR RODA DUA TERHADAP KINERJA POLISI LALU LINTAS"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT PENGGUNA SEPEDA MOTOR RODA DUA TERHADAP KINERJA POLISI LALU LINTAS

(Studi Kasus di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh DEVIANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PUBLIC PERCEPTIONS OF USER TWO WHEELS MOTORCYCLE ON THE PERFORMANCE OF TRAFFIC POLICE

by Deviana

This research was conducted to determine the public perception of users two-wheeled motorcycle on the performance of the Traffic Police, which took place in the village Hajimena District Natar of South Lampung . By using simple quantitative research methods. As for the population of this research is the public of users of two-wheeled motorcycle in the village Hajimena. The sample of this research is as much as 97 respondents. Sampling was done by simple random sampling, using observations, questionnaires, and interviews as data collection techniques.

Based on those research result can be in the know that the public perception of user two- wheeled motorcycle on the performance of traffic Police can be measured through the tasks, functions and authority of the Traffic Police is negative. Public users of two-wheeled motorcycles are generally less hostile toward law enforcement officers, where Hajimena villages who do not want to deal with the Traffic Police, because it often results in a lot of cases, especially cases of bribery that lead to a bad impression on the performance of the Traffic Police. However, this condition can be overcome, if the Traffic Police duties, functions and powers in accordance with the performance that should be implemented, so that the users of two-wheeled motorcycle in the village of Hajimena to comply with traffic rules and regulations.

(3)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT PENGGUNA SEPEDA MOTOR RODA DUA TERHADAP KINERJA POLISI LALU LINTAS

Oleh Deviana

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja Polisi Lalu Lintas yang bertempat di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif sederhana. Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah masyarakat pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena. Sampelnya penelitian ini adalah sebanyak 97 orang responden. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling, dengan menggunakan observasi, kuesioner, dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data.

Berasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja Polisi Lalu Lintas yang dapat diukur melalui tugas, fungsi dan wewenang Polisi Lalu Lintas adalah negatif. Masyarakat pengguna sepeda motor roda dua pada umumnya kurang bersahabat terhadap aparat penegak hukum, dimana masyarakat Desa Hajimena yang enggan berurusan dengan Polisi Lalu Lintas, karena seringkali menimbulkan banyak kasus, khususnya kasus penyuapan yang menimbulkan kesan buruk terhadap kinerja dari Polisi Lalu Lintas. Namun kondisi ini bisa di atasi, jika Polisi Lalu Lintas melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya sesuai dengan kinerja yang seharusnya dilaksanakan, sehingga para pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena dapat mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.

(4)
(5)
(6)

Halaman

ABSTRAK ………..i

HALAMAN JUDUL ……….ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………...……….iii

HALAMAN PENGESAHAN ………..iv

SURAT PERNYATAAN ………..v

RIWAYAT HIDUP ………..…………vi

MOTTO ………..……….vii

PERSEMBAHAN ……….……….viii

SAN WACANA ………ix

DAFTAR ISI ………..x

DAFTAR TABEL ………...……….xi

DAFTAR GAMBAR ………..xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Persepsi Masyarakat... 7

1. Pengertian Persepsi... 7

1.1 Sifat – sifat persepsi... 10

2. Pengertian Masyarakat... 11

B. Tinjauan Tentang Masyarakat Pengguna Sepeda Motor Roda Dua... 13

(7)

D. Tinjauan Tentang Kinerja Polisi Lalu Lintas... 15

1. Pengertian Kinerja... 15

2. Pengertian Polisi Lalu Lintas... 17

2.1Tugas Polisi Lalu Lintas... 17

2.2Fungsi Polisi Lalu Lintas... 19

2.3Wewenang Polisi Lalu Lintas... 20

E. Tinjauan Tentang Peraturan Lalu Lintas... 21

F. Kerangka Berfikir... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian... 26

B. Definisi Konseptual... 27

C. Definisi Operasional... 28

D. Populasi Dan Sampel... 31

1. Populasi... 31

2. Sampel... 31

E. Teknik Penarikan Sampel... 32

F. Teknik Pengumpulan Data... 33

G. Teknik Pengolahan Data... 34

H. Teknik Analisa Data... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Asal-Usul Desa Hajimena... 36

(8)

2. Dibidang Hukum... 38

3. Keamanan... 39

C. Komposisi Penduduk Desa Hajimena... 40

D. Penggunaan dan Penguasaan Lahan Desa Hajimena... 45

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden... 46

B. Hasil Penelitian... 49

C. Pembahasan... 77

BAB VI KASIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 82

B. Saran... 85

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

Tabel 1. Sarana Keamanan Lingkungan... ... 39

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin... 40

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Suku / Ras... 41

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Agama... 42

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencahariannya... 43

Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Pendididikan... 44

Tabel 7. Luas wilayah Menurut Penggunaan dan penguasaan Lahan... 45

Tabel 8. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin... 46

Tabel 9. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur... 47

Tabel 10. Identitas Responden Menurut Pekerjaan... 48

Tabel 11. Pandangan masyarakat tentang keadaan ketertiban berlalu lintas... 50

Tabel 12. Kedisiplinan Masyarakat pengguna sepeda motor roda dua dalam mentaati rambu-rambu lalu lintas... 51

Tabel 13 Ketaatan masyarakat dalam mematuhi etika berlalu lintas... 52

Tabel 14 Kelengkapan sepeda motor roda dua yang digunakan masyarakat... 53

Tabel 15 Perlengkapan pengguna sepeda motor roda dua... 54

Tabel 16. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap pelaksanaan tugas Polisi Lalu Lintas... 55

(11)

Tabel 18. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap tugas Polisi Lalu Lintas dalam mengayomi dan memberikan perlindungan... 57

Tabel 19. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap tugas Polisi Lalu Lintas dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban lalu lintas... 59

Tabel 20. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Polisi lalu Lintas yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan... 60

Tabel 21. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua tentang pelaksanaan fungsi Polisi Lalu Lintas... 61

Tabel 22. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua tentang fungsi Polisi Lalu Lintas sebagai penegakan hukum lalu lintas... 62

Tabel 23. Persepsi masyarakat tentang fungsi Polisi Lalu Lintas dalam memberikan pendidikan lalu lintas yaitu mengarahkan, membimbing dan mendidik... 63

Tabel 24. Persepsi masyarakat terhadap fungsi Polisi Lalu Lintas dalam melakukan pengamatan lalu lintas demi ketertiban dan kelancaran pemakai jalan... 64

Tabel 25. Persepsi masyarakat terhadap fungsi Polisi Lalu Lintas dalam melaksanaan registrasi atau identifikasi pengemudi kendaraan bermotor roda dua... 65

Tabel 26. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua tentang pelaksanaan wewenang Polisi Lalu Lintas... 66

Tabel 27. Persepsi masyarakat terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam memberhentikan pengguna sepeda motor yang melakukan pelanggaran lalu lintas... 68

Tabel 28. Persepsi masyarakat terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam melakukan

pemeriksaan atas kebenaran dari tindak pidana lalu lintas... 69

Tabel 29. Persepsi masyarakat terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam meminta keterangan bagi pelanggar lalu lintas... 70

Tabel 30. Persepsi masyarakat terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam melakukan

penyitaan barang bukti bagi pelanggar lalu lintas... 71

Tabel 31. Persepsi masyarakat terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam melakukan tindak pidana tentang pelanggaran lalu lintas menurut perundang-undangan... 72

(12)

Tabel 34. Persepsi masyarakat terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam melakukan

penahanan yang berkaitan dengan pelanggaran lalu lintas... 75

Tabel 35. Persepsi terhadap wewenang Polisi Lalu Lintas dalam melakukan tindakan bagi

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

suatu keamanan dan suatu kerukunan, yang mana tiap-tiap individu di dalam suatu

masyarakat dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota masyarakat dengan baik. Untuk

menciptakan ketertiban antar individu sebagai anggota masyarakat dapat berjalan

sebagaimana yang diharapkan. Maka dirumuskanlah norma-norma yang berfungsi

memberikan batasan-batasan pada perilaku individu di dalam masyarakat. berupa pedoman

bahwa perbuatan mana yang dibenarkan dan perbuatan mana yang dilarang oleh masyarakat.

Norma-norma masyarakat tersebut meliputi, antara lain:

1. Norma kesusilaan

2. Norma kesopanan

3. Norma Agama

4. Norma Hukum

Diantara norma-norma masyarakat yang telah disampaikan di atas, norma hukum adalah

norma yang dapat menegakkan tata, yaitu suatu jenis norma yang bersifat memaksa dan

memiliki sanksi-sanksi tegas (Samidjo, 2005:5). Norma hukum tersebut bertujuan

menciptakan kedamaian antar individu-individu yang hidup di dalam suatu masyarakat.

Seperti halnya norma-norma lain yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat, norma

hukum pun mengalami suatu proses pelembagaan atau institutionalization, yaitu sebuah

(14)

kemasyarakatan. Dengan semakin berkembangnya keadaan masyarakat yang semakin

modern seperti sekarang ini, dengan sendirinya menimbulkan sistem peraturan hukum yang

lebih besar terperinci dan komplek, Sehingga menyebabkan jarak antara hukum yang

berlaku dalam masyarakat dan penghayatan oleh para anggotanya. Dalam hal ini diperlukan

suatu proses penegakkan norma hukum di dalam masyarakat menjadi suatu keharusan untuk

mewujudkannya, maka di bentuklah sebuah mekanisme kontrol formal yang berfungsi

sebagai kontrol sosial. Mekanisme kontrol formal ini juga yang bertugas mengawasi serta

ikut dalam proses berjalannya penegakkan hukum di masyarakat.

(Soerjono Soekanto, 2009:223)

Masyarakat di Indonesia yang menggunakan asas fiksi hukum dimana setiap individu

didalam negara ini dianggap tahu dan mengerti hukum walaupun dalam kenyataan yang

terjadi dimasyarakat, masyarakat belum tahu atau mengerti tentang apa yang di maksud

dengan substansi dan struktur hukum. Masyarakat hanya tahu dan mengerti tentang kultur

atau budaya hukum, yang mereka lihat dari perilaku para aparat penegak hukum. Hal ini pun

kemudian diperkuat dengan kenyataan bahwa masyarakat lebih banyak bersinggungan

dengan lembaga kepolisian khususnya polisi lalu lintas. Ini disebabkan polisi lalu lintas

sering melakukan penertiban dijalan raya sehingga bersentuhan langsung oleh masyarakat

(Satjipto Rahardjo, 2002:36).

Dengan demikian, masih banyak masyarakat yang terkena rajia saat operasi penertiban oleh

polisi lalu lintas dengan banyak kasus pelanggaran yang terjadi. Hal inilah yang disebabkan

oleh masyarakat yang tidak tahu tentang UU lalu lintas sehingga banyak sekali pelanggaran

(15)

3

pelanggaran lalu lintas, yang mengatur tata tertib lalu lintas. dibawah ini adalah UU Lalu

Lintas yang diberlakukan di Indonesia adalah UU Nomor 22 tahun 2009 , yaitu :

1. Berdasarkan pasal 57 Ayat 2 dan pasal 106 ayat 8, bagi pengendara yang tidak menggunakan Helm Standar Nasional Indonesia (SNI) akan dikenakan pidana maksimal penjara satu bulan atau dengan paling banyak Rp 250.000,-

2. Berdasarkan UU Lalu Lintas No 22 Tahun 2009 dalam pasal 57 Ayat 3 mengenai perlengkapan, sepeda motor yang tidak ber-kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah (sen) dan alat pengukur kecepatan (spedometer) maka akan dikenakah hukuman maksimal dua bulan penjara atau denda paling banyak Rp 500.000,-.

3. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

4. Pasal 282, setiap Pengguna Jalan yang tidak mematuhi perintah yang diberikan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

5. Pasal 283, Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di Jalan (sms/menelpon.ex) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

6. Berdasarkan pasal 293 ayat (2) pasal 107 ayat (2) bagi pengendara yang tidak menyalakan lampu di siang hari, denda maksimal yang akan di kenakan sebesar Rp. 100.000,-.

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU RI No. 22 tahun 2009)

Dengan adanya peraturan lalu lintas tersebut diharapkan para pengguna sepeda motor roda

dua mentaati peraturan yang sudah berlaku agar dapat terciptanya ketertiban lalu lintas. Jika

semua pengguna sepeda motor sudah mematuhi peraturan lalu lintas maka tidak ada lagi

(16)

yang mengemudi secara ugal-ugalan, berhenti secara seenaknya, berbelok ke kiri dan kanan

secara tiba-tiba tanpa menghidupkan lampu penunjuk arah (sen) dan tidak memakai helm

SNI. Disiplin pengendara kendaraan bermotor sangat rendah di Hajimena, hal ini menjadi

salah satu faktor terjadinya kemacetan, kesemrawutan dan kecelakaan lalu lintas. Terutama

pengemudi sepeda motor roda dua yang dengan seenaknya memotong jalan dan melawan

arus lalu lintas sehingga terjadi kecelakaan dalam lalu lintas.

Namun demikian faktanya, Polisi Lalu lintas kurang dalam menjalankan kinerjanya,

sehingga kedisiplinan di Desa Hajimena masih kurang. Polisi Lalu lintas malah sering

melakukan operasi penertiban lalu lintas, penertiban itu sendiri yang sering menimbulkan

oknum Polisi Lalu lintas menerima penyuapan sehingga menimbulkan tanggapan negatif

dari masyarakat setempat. Seharusnya menurut tata cara penilangan yang seharusnya

mendapat surat tilang dan bisa diselesaikan melalui sidang namun faktanya bisa diselesaikan

ditempat, sehingga banyak menimbulkan berbagai persepsi dari masyarakat terhadap kinerja

polisi lalu lintas yang kurang sesuai dengan tugas sebagai Polisi Lalu Lintas pada

masyarakat.

Hal tersebut di atas terjadi pula dengan masyarakat di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Lampung Selatan yang merupakan kawasan pemukiman, dimana warga masyarakat

pengguna sepeda motor roda dua pada kelurahan ini secara intensif tersentuhan secara

langsung dengan Polisi Lalu Lintas yang secara rutin mengadakan operasi penertiban

dikawasan ini terutama sepanjang jalan Soekarno Hatta Desa Hajimena. Operasi penertiban

yang dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas dikawasan ini bertujuan guna meningkatkan

kedisplinan para pengguna jalan di kawasan ini. Dampak dari operasi penertiban yang

(17)

5

Namun operasi penertiban ini pun menimbulkan persepsi negatif bagi masyarakat di Desa

Hajimena. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya kasus penyuapan yang dilakukan

oleh oknum polisi lalu lintas dengan para pengguna kendaraan bermotor yang melanggar

lalu lintas. Harapannya bahwa kinerja polisi lalu lintas dapat memberikan perlindungan,

keamanan pengayoman, pelayanan serta ketertiban kepada masyarakat dan memberikan

kelancaran lalu lintas dijalan. Dalam kenyataanya masih banyak oknum polisi yang

melanggar etika kepolisian dengan memeras para pengguna jalan atau melakukan pungutan

liar, menghentikan kendaraan secara kasar serta dapat menjadi ancaman bagi pengguna

jalan.

Berdasarkan pernyataan pada latar belakang di atas beralasan kiranya bila kemudian peneliti

mengadakan penelitian di Desa Hajimena. Sedangkan alasan penulis dalam memilih

pengguna kendaraan roda dua sebagai penelitian adalah tingginya tingkat persentase pemilik

kendaraan roda dua dibandingkan dengan pengguna kendaraan lainnya di Desa Hajimena,

serta pengguna kendaraan bermotor roda dua rnerupakan target utama penertiban pengguna

kendaraan oleh polisi lalu lintas. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Pengguna Sepeda Motor Roda

(18)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka dapat ditarik suatu

rumusan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu Bagaimanakah persepsi

masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja polisi lalu lintas di Desa

Hajimena Kecamatan Natar Lampung Selatan ?

C. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja

polisi lalu lintas di Desa Hajimena Kecamatan Natar Lampung Selatan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

masukan bagi Lembaga Kepolisian Negara Republik lndonesia khususnya polisi lalu

lintas dalam meningkatkan kinerjanya di tengah-tengah kehidupan masyarakat, dan

diharapkan hasil dari penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagian bahan untuk

penelitian lebih lanjut mengenai Lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia,

khususnya polisi lalu lintas.

2. Secara akademis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang berguna

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Persepsi Masyarakat 1. Pengertian Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, W.J.S

1989:675) disebutkan persepsi adalah :

1. Tanggapan atau pengertian langsung dari suatu serapan.

2. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera.

Menurut Desiderato yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmad (2004:51),

menyatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulasi

inderawi (sensory stimuli).

Mar'at (1981:22), menyatakan persepsi merupakan proses pengamatan

seseorang yang berasal dari pengamatan langsung, proses belajar atau

sosialisasi, cakrawala, dan pengetahuan. Kemudian Mar’at (198l:22), pun

berpendapat bahwa persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

(20)

a. Faktor Pengalaman

b. Faktor Proses belajar

c. Cakrawala

d. Pengetahuan

Maka persepsi diartikan sebagai proses seorang individu memilih

mengorganisasikan dan menafsirkan masukan-masukan. Dari pengertian

diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa persepsi merupakan

pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Menurut Selanjutnya Sarlito Wirawan Sarwano (1983:43-44),

menyatakan perbedaan persepsi disebutkan oleh beberapa hal, yaitu :

1. Set, Harapan seseorangan pada rangsangan yang akan muncul.

2. Kebutuhan

3. Sistem Nilai

4. Ciri kepribadian

5. Gangguan kejiwaan

David Krech dan Richard S. Crutchfield yang dikutip oleh Jalalludin

Rakhmad (2004:51), menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi seseorang terhadap suatu objek :

1. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu

dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor personal. Faktor

(21)

9

a. Kebutuhan, kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada

diri seseorang akan menentukan persepsi seseorang.

b. Kesiapan mental, suasana mental seseorang akan

mempengaruhi persepsinya.

c. Suasana emosi, suasana emosi seseorang baik ia dalam

keadaan sedih bahagia, marah ataupun susah akan

berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

d. Latar belakang budaya, latar belakang dimana orang

tersebut berasal akan berpengaruh terhadap suatu

rangsangan.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural semata-mata berasal dari sifat struktur fisik dan

efek-efek saraf, yang di timbulkan dalam sistem saraf individu

yang meliputi :

a. Kemampuan berfikir.

b. Daya tangkap indra manusia

c. Kemampuan daya tangkap yang terdapat dalam diri

(22)

1.1 Sifat-sifat persepsi

Persepsi terjadi dalam benak individu yang mempersepsikan, bukan di

dalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan.

Untuk membantu rnempermudah memahami arti persepsi, maka lebih

lanjut dapat kita lihat sifat-sifat persepsi itu sendiri yang meliputi :

a. Persepsi adalah Pengalaman

Untuk mengartikan makna dari seorang, objek atau peristiwa, harus

dimiliki basis dalam melakukan interprestasi, yang biasa di

tentukan pada pengalaman masa lalu dengan orang, objek,

peristiwa tersebut.

b. Persepsi adalah selektif

Ketika mempersepsikan sesuatu, biasanya hanya memperhatikan

bagian-bagia tertentu dari objek atau tertentu berdasarkan atas

sikap, nilai dan keyakinan yang ada dalam diri yang bersangkutan

dan mengabaikan karateristik yang tidak relevan atau berlawanan

dengan nilai dan keyakinan tersebut.

c. Persepsi adalah Penyimpulan

Proses psikologi dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan

melalui suatu proses induksi secara logis. lnterprestasi yang

dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya penyimpulan atas

informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain mempersepsikan

makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak

(23)

11

d. Persepsi bersifat tidak akurat.

Setiap persepsi yang dilakukan akan mengandung kesalahan dalam

kadar tertentu, yang disebabkan oleh pengaruh masa lalu,

selektivitas dan penyimpulan.

e. Persepsi bersifat evaluatif.

Persepsi tidak akan pernah objektif karena dalam proses

menginterprestasikan makna berdasarkan pengalaman dan

merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi. Sehingga dalam

mempersepsikan suatu objek perlu dilihat baik atau buruknya.

Adalah sangat langka jika dapat mempersepsikan suatu secara

sepenuhnya netral. Jalalludin Rakhmad (2004:89).

2. Pengertian Masyarakat

lstilah rnasyarakat terlalu banyak mencakup berbagai faktor sehingga

kemampuan suatu definisi yang berusaha mencakup keseluruhan, masih

ada juga suatu yang tidak memenuhi unsur-unsurnya. dibawah ini

beberapa definisi masyarakat menurut para sarjana ilmu sosial :

1. Maclver dan Page

Menyatakan masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerja sama antara berbagi kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah-laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan berhubungan sosial dan masyarakat selalu berubah.

2. Ralph Linton

(24)

3. Selo Soemardjan

Menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

(Soerjono Soekanto, 2009:26).

Walaupun definisi masyarakat dari para sarjana-sarjana ilmu sosial

tersebut berlainan akan tetapi pada dasamya memiliki unsur atau dasar isi

yang sama berkaitan dengan hal tersebut Soerjono Soekanto (2009:20),

mengemukakan bahwa masyarakat memiliki beberapa unsur-unsur, yaitu

sebagai berikut :

1. Manusia yang hidup bersama

2. Bercampur dalam waktu yang cukup lama

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu sama lain

4. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu sistem hidup

bersama.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka masyarakat dapat diartikan sebagai

sejumlah manusia yang hidup bersama di suatu daerah, pada suatau

waktu tertentu menciptakan kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan bagi

pergaulan hidupnya yang pada akhirnya menciptakan kebudayaan,

sehingga mereka akan merasa terikat satu sama lain.

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi

masyarakat adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesanyang pernah dialami oleh sekelompok manusia yang

(25)

13

kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan bagi pergaulan hidupnya yang

pada akhirnya menciptakan kebudayaan, sehingga mereka akan merasa

terikat satu sama lain kemudian menilai, menafsir dan menanggapi suatu

objek.

B. Tinjauan Tentang Masyarakat Pengguna Sepeda Motor Roda Dua Di dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengabungkan definisi-definisi

masyarakat yang telah diuraikan di atas dengan pengertian pengguna sepeda

motor roda dua sebagai satu kesatuan di dalam bagian dimasyarakat.

Pengguna adalah orang yang menggunakan sesuatu. Ada pun kendaraan

sepeda motor roda dua, menurut buku pedoman tugas Kepolisian Republik

Indonesia (1999: 111), kendaraan bermotor roda dua adalah suatu alat dapat

bergerak dijalan dan digerakan oleh peralatan teknik di dalam kendaraan

tersebut.

Sepeda motor merupakan kendaraan bermotor roda dua, kendaraan tanpa

rumah-rumah, baik dengan atau tanpa kereta samping (PP No 44 tahun 1993).

Sepeda motor roda dua merupakan komponen terbesar dalam pergerakan

perjalanan dan lalu lintas di jalan umum, hal ini dikarenakan sepeda motor

roda dua merupakan jenis kendaraan biaya murah yang dapat dimiliki oleh

(26)

Dengan demikian pengguna sepeda motor roda dua merupakan pekerjaan

kompleks yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu, karena

pada waktu yang bersamaan pengguna harus menangani pekerjaan yaitu

mengendarai kendaraan bermotor.

Berdasarkan penyataan di atas maka dapat dinyatakan bahwa pengguna

kendaraan bermotor roda dua adalah orang yang menggunakan kendaraan

yang digerakan oleh peralatan teknik di dalamnya dan memiliki bukti

kepemilikan kendaraan yang dikeluarkan oleh lembaga kepolisian.

Berdasarkan penggabungan pengertian masyarakat dan pengertian pengguna

kendaraan bermotor roda dua diatas. Maka dapat dinyatakan bahwa

masyarakat pengguna kendaraan bermotor roda dua merupakan sebuah

bagian dalam satu kesatuan di dalam masyarakat, dimana para anggota

masyarakat ini memiliki satu ciri yang sama yaitu menggunakan kendaraan

bermotor roda dua atau sepeda motor, serta memiliki bukti kepemilikan

kendaraan yang dikeluarkan oleh lembaga kepolisian.

C. Tinjauan Tentang Polisi Lalu Lintas

Lalu lintas merupakan proses jalan raya, dimana jalan raya merupakan salah

satu yang sangat penting dalam kehidupan bersama dalam masyarakat.

Adanya jalan raya merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia dan

sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar lainnya. Oleh karena itu manusia

berlalu lintas untuk mempunyai hasrat mempergunakan jalan raya secara

teratur dan tentram. Dengan demikian, usaha penegakan hukum berfungsi

(27)

15

Berdasarkan Undang-Undang No. 27 tahun 1997, polisi lalu lintas merupakan

alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum. Pengayoman dan pelayanan masyarakat

khususnya di bidang lalu lintas. Hal ini dipertegas di dalam tugas pokok,

fungsi dan wewenang Polisi Lalu Lintas, dimana Polisi Lalu Lintas adalah

salah satu unsur Polisi Republik Indonesia yang melaksanakan segala usaha,

pekerjaan dan kegiatan di bidang pengendalian lalu lintas untuk mencegah

serta meniadakan gangguan, hambatan dan ancaman di bidang lalu lintas,

agar terjamin keamanaan dan ketertiban serta kelancaran lalu lintas di jalan

umum.

Menurut Soerjono Soekanto (2005:34), Polisi Lalu Lintas merupakan satu

tugas dari Polisi Republik Indonesia yang bertugas menyelenggarakan

pengendalian sosial, memperlancar interaksi dan mengadakan perubahan atau

menciptakan yang baru di dalam tatanan berlalu lintas. Dalam tugas, Polisi ini

dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dan diri pribadinya (row input),

pendidikan, tempat pekerjaan maupun instansi lain (instrument input) dan

(28)

D. Tinjauan Tentang Kinerja Polisi Lalu Lintas 1. Pengertian Kinerja

Secara etimologis kinerja berasal dari kata dasar kerja, yang mendapat

sisipan "in" (diambil dari bahasa Jawa). Sisipan "in" disini mengandung

arti kata Kemudian kata ini diserap dalam Bahasa Indonesia, dan kinerja

mengandung arti kata kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Poerwadarminta, W.J.S 1989:450)

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa lndonesia (Poerwadarminta, W.J.S

1989:819). tata berarti aturan, kaidah, aturan dan susunan, cara

menyusun, sistem. Sedangkan kerja (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Poerwadarminta, W.J.S 1989:428) berarti kegiatan melakukan sesuatu,

yang dilakukan atau diperbuat berarti kerja mengaju pada pelaksanaan

tugas tertentu atau tugas yang ditentukan (ditetapkan).

Menurut Soewarno Handayaningrat (2004:19), kinerja adalah cara

menjalankan tugas dan hasil yang di peroleh, kinerja adalah cara dalam

suatu tindakan atau tugas yang sedang dilakukan. Kusnadi mengartikan

kinerja sebagai setiap gerakan, perubahan, pelaksanaan, kegiatan atau

tindakan sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan atau target

tertentu.

Menurut Sarwoto (2003:146), dalam pandangan modern kinerja dapat

diartikan sebagai berikut:

a. Kerja itu merupakan aktivitas dasar, dan dijadikan bagian essensial

(29)

17

b. Kerja itu memberikan status, dan mengikat pada individu lain dan

masyarakat.

c. Pada umumnya baik pria maupun wanita menyukai pekerjaan,

sehingga mereka menyukai bekerja, Jika terdapat orang yang tidak

menyukai bekerja maka kesalahanya terletak pada kondisi

psikologis dan kondisi sosial dari pekerjaan itu sendiri dan tidak

pada kondisi individu yang bersangkutan.

d. Intensif kerja itu banyak sekali bentuknya; diantaranya adalah

uang.

e. Moral pekerja dan pegawai itu tidak mempunyai kaitan langsung

dengan kondisi fisik dam materil dari pekerjaan.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, maka dapat dirumuskanlah bahwa

kinerja adalah aktivitas atau kegiatan untuk melaksanakan atau

menyelenggarkan tugas tertentu yang mengacu pada satu aturan tugas

yang ditetapkan. Untuk menciptakan suatu kinerja yang baik diperlukan

adanya koordinasi yang baik, diperlukan adanya koordinasi antara

unit-unit kerja pihak pimpinan atau manajer.

2. Pengertian Kinerja Polisi Lalu Lintas

Berdasarkan pernyataan mengenai pengertian kinerja di atas. maka

kinerja polisi lalu lintas dapat diartikan sebagai satu-kesatuan fungsi

teknis terangkum dalam tugas, fungsi dan wewenang polisi lalu lintas

dalam upaya terciptanya ketertiban dan keamanan lalu lintas khususnya

(30)

Di bawah ini peneliti akan membahas lebih lanjut mengenai apa yang

dimaksud dengan tugas, fungsi dan wewenang Polisi Lalu Lintas:

2.1 Tugas Polisi Lalu Lintas

Polisi lalu lintas yang merupakan salah satu bagian dari lembaga

Kepolisian Negara Republik lndonesia yang menurut

Undang-Undang RI No 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik

lndonesia, bertugas :

a. Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta

meningkatkan tertib hukum.

b. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam

memberikan perlindungan dan layanan kepada masyarakat

bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Bersama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan

keamanan negara lainnya membina ketentraman masyarakat

dalam wilayah negara guna mewujudkan keamanan dan

ketertiban masyarakat.

d. Membimbing masyarakat dalam terciptanya kondisi dan situasi

yang dapat menunjang terselenggaranya usaha sebagaimana

yang dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c.

e. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Hal mengenai tugas dari lembaga Kepolisian Republik Indonesia

(31)

19

Wewenang Polisi Lalu Lintas, dimana dinyatakan tugas pokok dari

Polisi Lalu Lintas adalah melaksanakan tugas pokok Polisi

Republik lndonesia di bidang lalu lintas yang meliputi segala

usaha, kegiatan dan pekerjaan dalam pengendalian lalu 1intas

untuk mencegah dan meniadakan gangguan serta ancaman supaya

terjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan

raya.

2.2Fungsi Polisi Lalu Lintas

Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok yang telah diuraikan diatas,

menurut (Undang-Undang RI No 28 Tahun 1997 tentang

Kepolisian Negara Republik lndonesia polisi lalu lintas) melakukan

fungsi kepolisian di bidang lalu lintas (fungsi Lantas) dengan

melalui kegiatan-kegiatan :

a. Penegakan hukum lalu lintas, adalah segala dan kegiatan yang

melaksanakan dibidang lalu lintas, agar undang-undang dan

ketentuan perundang-undangan ditaati oleh setiap pemakai

jalan dan dapat bersifat :

1. Preventif yang meliputi :

Pengaturan penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas.

2. Represif, yang meliputi :

Penindakan terhadap para pelanggar lalu lintas serta

penyidikan terjadinya kecelakaan lalu lintas baik secara

represif yustisiil maupun represif non yustisiil (tindakan

(32)

b. Pendidikan lalu lintas kepada masyarakat, adalah segala usaha

dan kegiatan yang dilaksanakan dibidang lalu lintas untuk

mengarahkan, membimbing dan mendidik masyarakat.

c. Enjinering Lalu Lintas, fungsi ini adalah segala usaha dan

kegiatan, pengamatan, penelitian dan pendidikan terhadap

berfungsinya enjinering lalu lintas (sarana dan pra sarana lalu

lintas). Guna menghasilkan bahan infomasi baik bagi

masyarakat pemakai jalan pada umumnya maupun bagi

kepentingan Polisi Republik Indonesia sendiri di dalam upaya

peningkatan pemantapan pelaksanaan tugas-tugas Polisi

Republik Indonesia serta memberikan saran dan pendapatan

kepada instansi-instansi lain yang berkaitan dengan masalah

enjinering lalu lintas, bagi keamanan, ketertiban dan

kelancaran pemakai jalan.

d. Registrasi/ identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor

roda dua. Adalah segala usaha dan kegiatan di dalam

pemberian surat izin mengemudi (SIM), pendaftaran

kendaraan bermotor roda dua di bidang lalu lintas.

(33)

21

2.3Wewenang Polisi Lalu Lintas

Dalam hal bidang penegakan aturan lalu lintas, Polisi memiliki

kewenangan sebagaimana diatur dalam Pasal 260 ayat (1) UU No.

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, antara

lain:

1. Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian dan

menyita sementara kendaraan bermotor yang patut diduga

melanggar peraturan berlalu lintas atau merupakan alat

dan/atau hasil kejahatan.

2. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan

dengan penyidikan tindak pidana di bidang lalu lintas dan

angkutan jalan.

3. Meminta keterangan dari pengemudi, pemilik kendaraan

bermotor, dan perusahaan angkutan umum.

4. Melakukan penyitaan terhadap surat izin mengemudi,

kendaraan bermotor, muatan, surat tanda nomor kendaraan

bermotor, surat tanda coba kendaraan bermotor, dan tanda

lulus uji sebagai barang bukti.

5. Melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggaran

atau kejahatan lalu lintas menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan.

6. Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan.

(34)

8. Melakukan penahanan yang berkaitan dengan tindak pidana

kejahatan lalu lintas.

9. Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertanggung

jawab.

(http://www.thecrowdvoice.com/post/wewenang-polisi-pada-saat-razia-kendaraan-bermotor.html).

E. Tinjauan Tentang Peraturan Lalu Lintas

UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang diberlakukan di Indonesia adalah

UU Nomor 22 tahun 2009 , tertuang dalam Pasal-Pasal berikut ini yaitu :

Pasal 57 Ayat 2 dan pasal 106 ayat 8

Bagi pengendara yang tidak menggunakan Helm Standar Nasional Indonesia

(SNI) akan dikenakan pidana maksimal penjara satu bulan atau dengan paling

banyak Rp 250.000,-

Pasal 57 Ayat 3

Mengenai perlengkapan, sepeda motor yang tidak ber-kaca spion, klakson,

lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah (sen) dan alat pengukur

kecepatan (spedometer) maka akan dikenakah hukuman maksimal dua bulan

penjara atau denda paling banyak Rp 500.000;

Pasal 106 ayat (5) huruf b;

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak

dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud

dalam dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau

(35)

23

Pasal 281

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak

memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sebagaimana dimaksud dalam Pasal

77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan

atau denda paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Pasal 282

Setiap Pengguna Jalan yang tidak mematuhi perintah yang diberikan oleh

petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 104 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu

rupiah).

Pasal 283

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan secara tidak

wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang

mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di Jalan

(sms/menelpon.ex) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana

dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak

Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

Pasal 293

ayat (2) pasal 107 ayat (2) bagi pengendara yang tidak menyalakan lampu di

(36)

F. Kerangka Pikir

Persepsi Masyarakat adalah suatu penilaian, penafsiran akan tanggapan

sejumlah manusia yang hidup bersama di suatu daerah, pada suatu waktu

tertentu menciptakan kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan bagi pergaulan

hidupnya yang pada akhirnya menciptakan kebudayaan, sehingga mereka

akan merasa terikat satu sama lain kemudian menilai, menafsir dan

menanggapi suatu objek.

Masyarakat Pengguna sepeda motor roda dua merupakan sebuah bagian

dalam satu kesatuan di dalam masyarakat, dimana para anggota masyarakat

ini menggunakan satu ciri yang sama yaitu pengguna sepeda motor roda dua,

serta memiliki bukti kepemilikan kendaraan yang dikeluarkan oleh lembaga

kepolisian.

Untuk melihat persepsi masyarakat pengguna kendaraan bermotor di Desa

Hajimena mengenai kinerja lembaga kepolisian pada satuan tugas lalu lintas,

maka dilakukan pengkategorian atas persepsi masyarakat tersebut, dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Persepsi positif adalah apabila masyarakat pengguna sepeda motor

roda dua di Desa Hajimena, mempunyai suatu penilaian akan

tanggapan yang baik terhadap kinerja polisi lalu lintas yang sesuai

dengan tugas, fungsi dan wewenangnya sebagai polisi lalu lintas.

2. Persepsi negatif adalah apabila masyarakat pemilik sepeda motor

(37)

25

yang buruk terhadap kinerja polisi lalu lintas yang tidak sesuai

dengan tugas, fungsi dan wewenang sebagai polisi lalu lintas.

Kinerja Polisi Lalu Lintas adalah sebagai satu-kesatuan fungsi teknis

terangkum dalam tugas, fungsi dan wewenang polisi lalu lintas dalam

upaya terciptanya ketertiban dan keamanan lalu lintas khususnya di jalan

umum.

Gambar 1. Bagan kerangka pikir

Persepsi Masyarakat Pengguna Sepeda Motor Roda Dua Desa Hajimena Kecamatan Natar

Lampung Selatan

Persepsi Positif

Persepsi Negatif

Kinerja Polisi Lalu Lintas Tugas Polisi Lalu Lintas

Fungsi Polisi Lalu Lintas

(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan

kuantitatif sederhana. Pendekatan deskriptif adalah suatu metode penelitian

yang bertujuan mendeskrifsikan apa-apa yang saat ini berlaku, didalamnya

terdapat upaya mendeskrifsikan, mencatat, analisis dan menginterprestasikan

kondisi-kondisi yang terjadi atau ada (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi

(2002:5).

Menurut Whitney (1960) dalam Nazir (2003:54), metode pendekatan

deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang mempelajari

masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlakudalam masyarakat

serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,

sikap-sikap, pandangan-pandangan dari suatu fenomena, metode penelitian

deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk

mendeskripsikan persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua

terhadap kinerja polisi lalu lintas Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten

(39)

27

B. Definisi Konseptual

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2002:66), definisi

Konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga

memudahkan peneliti untuk mengoprasikan konsep tersebut di lapangan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi konseptual dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Persepsi Masyarakat adalah suatu penilaian, penafsiran akan tanggapan

sejumlah manusia yang hidup bersama di suatu daerah, pada suatu

waktu tertentu menciptakan kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan

bagi pergaulan hidupnya yang pada akhirnya menciptakan kebudayaan,

sehingga mereka akan merasa terikat satu sama lain kemudian menilai,

menafsir dan menanggapi suatu objek.

2. Masyarakat Pengguna Kendaraan Bermotor adalah masyarakat

pengguna sepeda motor roda dua merupakan sebuah bagian dalam satu

kesatuan di dalam masyarakat, dimana para anggota masyarakat ini

menggunakan satu ciri yang sama yaitu pengguna sepeda motor roda

dua serta memiliki bukti kepemilikan kendaraan yang dikeluarkan oleh

lembaga kepolisian.

3. Polisi Lalu Lintas merupakan alat negara yang berperan dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum.

Pengayoman dan pelayanan masyarakat khususnya di bidang lalu lintas.

(40)

4. Kinerja Polisi Lalu Lintas adalah sebagai satu-kesatuan fungsi teknis

terangkum dalam tugas, fungsi dan wewenang polisi lalu lintas dalam

upaya terciptanya ketertiban dan keamanan lalu lintas khususnya di

jalan umum.

C. Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2002:68), definisi

operasional atau operasionalisasi variabel adalah petunjuk bagaimana suatu

variabel diukur, dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka

akan diketahui baik buruknya variabel tersebut. Adapun definisi operasional

persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja Polisi

Lalu Lintas, Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

adalah sebagai berikut:

1. Kedisiplinan pengguna sepeda motor roda dua terhadap keadaan lalu

lintas di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan,

dapat di ukur melalui Indikator- indikatornya sebagai berikut:

a. Pandangan masyarakat pengguna sepeda motor roda dua tentang

keadaan berlalu lintas di Desa Hajimena;

b. Kedisiplinan masyarakat pengguna sepeda motor roda dua dalam

mentaati rambu-rambu lalu lintas;

c. Ketaatan pengguna sepeda motor roda dua dalam mematuhi etika

berlalu lintas;

d. Perlengkapan sepeda motor roda dua yang digunakan masyarakat

(41)

29

e. Perlengkapan pengguna sepeda motor roda dua di Desa

Hajimena.

2. Persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua terhadap kinerja

Polisi Lalu Lintas dapat diukur melalui tugas, fungsi dan wewenangnya,

dengan indikator - indikatornya sebagai berikut:

a. Tugas Polisi Lalu Lintas, dengan indikator-indikator:

1. Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta

meningkatkan tertib hukum.

2. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam

memberikan perlindungan dan layanan kepada masyarakat

bagi tegaknya ketentuan peraturan peundang-undangan.

3. Bersama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan

keamanan negara lainnya membina ketentraman masyarakat

dalam wilayah negara guna mewujudkan keamanan dan

ketertiban masyarakat.

4. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan

perundang- undangan.

b. Fungsi Polisi Lalu Lintas, dengan indikator-indikator:

1. Penegakan hukum lalu lintas.

2. Pendidikan lalu lintas kepada masyarakat, adalah segala

usaha dan kegiatan yang dilaksanakan dibidang lalu lintas

untuk mengarahkan, membimbing dan mendidik

(42)

3. Enjinering Lalu Lintas, fungsi ini adalah segala usaha dan

kegiatan. pengamatan, penelitian dan pendidikan terhadap

berfungsinya enjinering lalu lintas (sarana dan pra sarana

lalu lintas).

4. Registrasi/ identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor

roda dua. Adalah segala usaha dan kegiatan di dalam

pemberian surat izin mengemudi (SIM), pendaftaran

kendaraan bermotor roda dua di bidang lalu lintas.

c. Wewenang Polisi Lalu Lintas, dengan indikator-indikator:

1. Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian

dan menyita sementara kendaraan bermotor yang patut

diduga melanggar peraturan berlalu lintas atau merupakan

alat dan/atau hasil kejahatan.

2. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan

berkaitan dengan penyidikan tindak pidana di bidang lalu

lintas dan angkutan jalan.

3. Meminta keterangan dari pengemudi, pemilik kendaraan

bermotor, dan perusahaan angkutan umum.

4. Melakukan penyitaan terhadap surat izin mengemudi,

kendaraan bermotor, muatan, surat tanda nomor kendaraan

bermotor, surat tanda coba kendaraan bermotor, dan/atau

(43)

31

5. Melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggaran

atau kejahatan lalu lintas menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan.

6. Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan.

7. Menghentikan penyidikan jika tidak terdapat cukup bukti.

8. Melakukan penahanan yang berkaitan dengan tindak pidana

kejahatan lalu lintas.

9. Melakukan tindakan lain menurut hukum secara

bertanggung jawab.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari unit yang ciri-cirinya hendak diduga

(Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989:152).

Berdasarkan pendapat di atas yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pengguna sepeda motor roda dua yang ada di Desa

Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan adalah 3814

pengguna sepeda motor roda dua. (Sumber: Monografi Desa Hajimena

2013).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki tersebut. (Sutrisno Hadi,

1986: 70).

Dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan

(44)

N

n = Nd

2

+ 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Taraf nyata atau derajat penyimpanan (0,1)

1 = Bilangan konstan (Jalaludin Rahmat, 1984: 99).

3814

n = 3814(0.1)2 + 1

3814

= 39.14

= 97.44

= 97

Jadi sampel penelitian ini adalah 97 orang.

E. Teknik Penarikan Sampel

Menurut Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah (2005:118). Penarikan

sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara acak

sederhana (simple random sampling). Dikatakan simple (sederhana) karena

pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan

(45)

33

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini, maka

teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan melalui cara-cara

sebagai berikut :

1. Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh data kuantitatif dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya atau hal yang ia ketahui. (Arikunto

Suharsimi, 1989: 124).

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab secara lisan di

mana dua orang atau lebih dapat berhadapan secara fisik yang

digunakan untuk memperoleh gambaran dari responden (Kartono

Kartini, 1980: 171). Dalam penelitian ini responden yang akan

diwawancarai sebanyak 5 orang. Hasil wawancara merupakan data

kualitatif yang digunakan untuk mendukung dan melengkapi data

kuantitatif yang diperoleh melalui pengumpulan data menggunakan

kuesioner.

3. Dokumentasi

Yaitu mencari data-data sekunder yang berupa catatan, buku, agenda,

surat kabar serta hal-hal lain yang berkaitan dengan objek yang akan

(46)

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah data dari hasil penelitian ini dikumpulkan, maka untuk tahap

selanjutnya adalah pengolahan data. Adapun langkah-langkah pengolahan

data sebagai berikut:

1. Editing

Sebelum data yang terkandung di dalam jawaban kuesioner diolah,

jawaban di dalam kuesioner tersebut harus diperiksa terlebih dahulu

melalui proses editing. Editing dilakukan terhadap kelengkapan

rekaman jawaban-jawaban yang telah dituliskan ke dalam kuesioner

oleh para responden.

2. Koding

Koding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan

menandai masing-masing jawaban kedalam kode-kode tertentu dan

lazimnya dalam bentuk angka.

3. Tabulasi

Tabulasi diartikan sebagai proses penyusunan data ke dalam bentuk

tabel. Lewat tabulasi data lapangan akan segera tampak ringkas dan

bersifat merangkum. dalam keadaan yang ringkas dan tersusun ke

dalam suatu tabel yang baik, data dibaca dengan mudah dan maknanya

(47)

35

H. Teknik Analisa Data

Menurut M. Nasir (2003:485), data yang diperoleh dari lapangan akan

dianalisa dengan menggunakan teknik analisa deskriptif kuantitatif. Analisa

kuantitatif ini untuk mengubah dan mendeskripsikan data yang lebih

bermakna dan mudah dipahami akan dilakukan dengan menggunakan tabel

tunggal dan tabel silang yaitu metode yang dilakukan dengan memasukan

data dari kuesioner ke dalam kerangka tabel untuk menghitung frekuensi dan

membuat persentase.

Dari hasil kuesioner dan wawancara mengenai persepsi masyarakat pengguna

sepeda motor roda dua terhadap Polisi Lalu Lintas, kernudian

diprosentasekan menurut rumus :

P =

� X 100 %

Keterangan:

P = Presentase

F = Frekuensi pada klasifikasi atau kategori variasi yang

bersangkutan

N = Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi atau kategori variasi

(48)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di Desa Hajimena

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang respondenya adalah masyarakat

pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena itu sendiri, dapat ditarik suatu

kesimpulan yaitu:

Masyarakat Desa Hajimena pada umumnya kurang bersahabat terhadap aparat penegak

hukum, dimana masyarakat yang enggan berurusan dengan Polisi Lalu Lintas, karena

seringkali menimbulkan banyak kasus, khususnya kasus penyuapan yang menimbulkan

kesan buruk terhadap kinerja dari Polisi Lalu Lintas Namun penyuapan ini tidak

sepenuhnya Polisi Lalu Lintas yang salah, masyarakat pengguna sepeda motor roda dua

juga salah karena melakukan pelanggaran lalu lintas sehingga kerap menimbulkan

penyuapan. Masyarakat Hajimena pada umumnya melakukan penyuapan karena lebih

baik diselesaikan ditempat dibandingkan harus mengikuti sidang karena membutuhkan

proses yang lama dalam penyelesaianya, sedangkan Polisi Lalu Lintas yang menerima

penyuapan penyebabnya adalah ingin menambah penghasilan untuk mencukupi

kehidupan sehari-hari. Fenomena lainya terjadi karena masyarakat pengguna sepeda

motor roda dua sulit untuk diatur agar tercipta suatu ketertiban lalu lintas, sehingga Polisi

(49)

83

Pada akhirnya Polisi Lalu Lintas yang melaksanakan tugasnya sering memilih duduk

bersantai di Pos Jaga dari pada turun langsung memantau serta menertibkan arus lalu

lintas dijalan raya Desa Hajimena. Polisi Lalu Lintas juga kurang dalammengarahkan

pengguna sepeda motor sesuai rambu-rambu lalu lintas, tidak adanya sosialisasi

mengenai pendidikan lalu lintas, masyarakat pengguna sepeda motor roda dua enggan

untuk menghadiri atau berpartisipasi jika terdapat sosialisasi tentang pendidikan lalu

lintas yang diselenggarakan oleh pihak kepolisian sehingga masyarakat pengguna sepeda

motor tidak mengetahui dan mengerti dengan simbol rambu-rambu lalu lintas, kemudian

masyarakat pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena memang sudah

mempunyai kelengkapan pengguna sepeda motor roda dua seperti Surat Izin Mengemudi

(SIM) tetapi masih belum disiplin dalam mentaati rambu-rambu lalu lintas, hal ini

dikarenakan Surat Izin Mengemudi yang mereka miliki diperoleh tidak melakukan

serangkaian tes tetapi dengan cara instan dalam pembuatan SIM tersebut sehingga

mereka tidak mengerti dan mentaati rambu-rambu lalu lintas yang terpasang di Desa

Hajimena.

Masyarakat pengguna sepeda motor roda dua mempunyai persepsi negatif terhadap

wewenang Polisi Lalu Lintas yaitu kurang dalam menghentikan penyidikan jika tidak

terdapat cukup bukti bagi pelanggar lalu lintas, fenomena ini didapat saat Polisi Lalu

Lintas mencari-cari kesalahan seperti melakukan pemeriksaan kelengkapan sepeda motor

roda dua dan memeriksa kebenaran Surat Izin Mengemudi agar pengguna sepeda motor

roda dua mendapat pelanggaran lalu lintas, sehingga Polisi Lalu Lintas memperoleh uang

hasil penilangan. Selain mempunyai persepsi negatif tentang tugas dan sebagian besar

(50)

persepsi positif terhadap pelaksanaan fungsinya yaitu registrasi atau identifikasi

pengemudi kendaraan bermotor roda dua, seperti Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat

tanda Nomor Kendaraan (STNK), dan Buku Pemilik Keandaraan Bermotor (BPKB).

Fenomena ini tidaklah sesuai dengan tugas dan fungsi Polisi Lalu Lintas penyebabnya

adalah wewenang ini memang sudah dilaksanakan oleh Polisi Lalu Lintas dengan baik,

tetapi tugas dan fungsi belum sepenuhnya terlaksana baik itu dari pihak Polisi Lalu Lintas

maupun masyarakat pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena sama-sama

kurang menjalankannya. Selain Polisi Lalu Lintas yang kurang melaksanakan kinerjanya,

masyarakat pengguna sepeda motor juga kerap melakukan pelanggaran lalu lintas tetapi

masyarakat di Desa Hajimena selalu menyalahkan Polisi Lalu Lintas padahal

masyarakatnya juga kurang mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku dan mematuhi

perintah Polisi Lalu Lintas. Seharusnya masyarakat pengguna sepeda motor roda dua

dapat mematuhi peraturan lalu lintas sehingga tidak menimbulkan persepsi negatif

terhadap kinerja Polisi Lalu Lintas sedangkan Polisi Lalu Lintas sendiri harus menegakan

(51)

85

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat pengguna sepeda motor roda

dua terhadap kinerja polisi lalu lintas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dapat

dijadikan masukan bagi masyarakat pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Polisi Lalu Lintas, yaitu:

1. Polisi Lalu Lintas yang bertugas di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan, hendaknya dapat menjalankan kinerjanya yang kurang dalam

menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya serta dapat menjadi penegak hukum

yang tegas sehingga tidak ada lagi kasus penyuapan yang menimbulkan kesan buruk

terhadap kinerja dari Polisi Lalu Lintas dengan tidak menerima penyuapan didalam

penertiban lalu lintas, sehingga para pengguna sepeda motor roda dua di Desa

Hajimena dapat mematuhi Polisi Lalu Lintas yang memberi arahan lalu lintas dan

mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.

2. Masyarakat pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan, hendaknya dapat mematuhi peraturan lalu lintas, yaitu

berupa mematuhi etika berlalu lintas, disiplin dalam menggunakan rambu-rambu lalu

lintas sehingga tidak terjadi pelanggaran dan penyimpangan di dalam lalu lintas,

sehingga tidak adalagi kasus menyuap Polisi Lalu Lintas. Jika masyarakat melakukan

pelanggaran lalu lintas, sebaiknya diproses secara hukum dalam lalu lintas. Namun

jika terjadi kasus penyuapan janganlah menyalahkan Polisi Lalu Lintas saja tetapi

masyarakat pengguna sepeda motor juga patut disalahkan karena masyarakatlah yang

(52)

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1986. Statistik. Fakultas Psikologi. Yogyakarta.

Handayaningrat, Soewarno. 2004. Manajemen Personalia. Rineka Cipta. Jakarta

Kartono, Kartini. 1980. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Alumni Bandung.

Kepolisian Republik Indonesia. 2001. Buku Pedoman Petugas. Lembaga Pendidikan dan Latihan

. 2002. Buku Pedoman Petugas. Lembaga Pendidikan dan Latihan

Mar’at. 1981. Sikap Mahasiswa Terhadap Perubahan Dan Pengukuranya. Liberty. Yogyakarta.

Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Poerwadarminta, W.J.S. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. balai pustaka. Jakarta.

Prasetyo, Bambang. Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Raharjo, Satjipto. 2002. Polisi Sipil. Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Rahmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Samidjo. 2005. Pengantar Hukum Indonesia. Armico. Bandung

(53)

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1983. Pengantar Buku Psikologi. Bulan Bintang. Jakarta

Sarwoto. 2003. Upaya Memotivasi Karyawan. Pelita Umum. Surabaya

Singarimbun, Masri. Sofian Effendi (ed). 1989. Metodologi Penelitian Survai.

LP3ES. Jakarta.

. 2002. Metodologi Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986. Metodologi Penelitian. UI Press. Jakarta.

. .2005. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sumber Lain:

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU RI No. 22 tahun 2009) Monografi Desa Hajimena Tahun 2013

Sumber Internet:

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1hukum/206712006/bab2.pdf. Diakses pada tanggal 2 September 2013.

http://www.thecrowdvoice.com/post/ wewenang-polisi-pada-saat-razia-kendaraan-bermotor.html. Diakses pada tanggal 2 September 2013.

www.bphn.go.id. Di akses pada tanggal 20 September 2013.

http://news.okezone.com/read/2013/04/06/340/787492/redirect. Diakses pada tanggal 20 September.

Gambar

Gambar 1. Bagan kerangka pikir

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini mohon diikutsertakan sebagai peserta "Seminar dan Lokakarya Perhrkaran Pengalaman Akademik Perguruan Tinggi Swasta Kopeltis Wilayah VII Tahun 2017"

Salah satu usaha yang dilakukan dalam restruktusisasi ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dengan meminimasi biaya distribusi dan logistic, yang salah satu

Pengertian program linear yang diterjemahkan dari Linear Programming (LP) adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas

Sampel sedimen yang diambil merupakan sedimen yang mengendap dan terkontaminasi minyak bumi, sehingga bakteri anaerob dapat tumbuh dengan oksigen yang lebih rendah

Nomor CM.UPH.17.04 tanggal 16 Januari 2017 perihal Penetapan Pemenang Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan Teknik Pekerjaan Pemeliharaan Periodik (SFO) dan Rekonstruksi

Penerapan Sistem Informasi yang baru menyebabkan perubahan di organisasi. sering ditolak oleh manusia dalam

[r]

Penelitian ini menyatakan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik permainan mampu mengurangi tingkat keterisolasia siswa, maka hendaknya konselor dapat menegmbangkan