GEJOLAK POLITIK MENJELANG PEMILU 2014 TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PEMILIH PEMULA DI DESA TERPANDI KELURAHAN
KOTABUMI UDIK LAMPUNG UTARA 2014
(Skripsi)
Oleh :
Adam Mustapa
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERITAAN MEDIA MASSA DALAM GEJOLAK POLITIK MENJELANG PEMILU 2014
TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PEMILIH PEMULA DI DESA TERPANDI KELURAHAN
KOTABUMI UDIK LAMPUNG UTARA 2014
Oleh :
ADAM MUSTAPA
Permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh pemberitaan media massa dalam gejolak politik menjelang pemilu 2014 terhadap pembentukan sikap pemilih pemula di Desa Terpandi Kelurahan Kotabumi Udik Lampung Utara 2014.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh pemberitaan media massa dalam gejolak politik menjelang pemilu 2014 terhadap pembentukan sikap pemilih pemula.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif survey dengan pendekatan kuantitatif dan dengan teknik analisis korelasi, subjek penelitian ini adalah seluruh pemilih pemula yang ada di Desa Terpan di Kelurahan Kotabumi Udik Lampung Utara. Teknik pokok dalam pengumpulan data menggunakan teknik angket.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menunjukan: Dari variabel pemberitaan media massa dalam gejolak politik dapat diketahui bahwa dari 94 responden terdapat 68 respondenatau 72,34% pemilih pemula yang menjawab pemberitaan media massa mengenai gejolak politik sangat mempengaruhi sikap pemilih pemula pada 2014. Sedangkan 18 responden atau 19,14% menjawab kurang mempengaruhi, lalu sisanya 8 responden atau 8,52% menjawab tidak mempengaruhi tidak sekali. Sedangkan dari variabel sikap pemilih pemula dapat diketahui 59 responden atau 62,76% pemilih pemula menjawab sangat terpengaruh mengenai sikap kognitif, afektif dan konatif mereka. 23 reponden atau 24,47% kurang terpengaruh dan 12 responden atau 12,77% sangat tidak terpengaruh.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C.Pembatasan Masalah ... 8
D.Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8
F. Kegunaan Penelitian ... 8
G.Ruang Lingkup Penelitian ... 9
1. Ruang Lingkup Ilmu ... ... 9 A.Deskripsi Teoritis ... 11
1. Pemberitaan Media Massa ... 11
2. Jenis-jenis Pemberitaan Media Massa ... 14
a. Berita Langsung ... 14
b. Berita Opini ... 15
c. Berita Interpretatif ... 15
e. Berita Penjelasan ... 15
f. Berita Penyelidikan ... 16
3. Nilai Pemberitaan Media Massa ... 17
4. Sifat-sifat Pemberitaan Media Massa ... 18
5. Peran Media Massa dalam Pemilu ... 19
6. Pengertian Gejolak Politik ... 21
7. Faktor-faktor Gejolak Politik ... 23
8. Sikap Pemilih Pemula ... 25
a. Struktur Sikap ... 26
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ... 27
9. Karakteristik Pemilih Pemula ... 32
10. Peran Pemilih Pemula ... 33
B. Kerangka Pikir ... 34
C.Hipotesis ... 35
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 36
B. Langkah-lankah penelitian ... 37
1. Persiapan Pengajuan Judul ... 37
2. Penelitian Pendahuluan ... 37
3. Pengajuan Rencan Penelitian ... 38
4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 38
5. Uji Coba Anget... 39
6. Pelaksanaan Penelitian ... 40
C. Populasi ... 40
D. Variabel Penelitian ... 41
E. Definisi Konseptual dan Oprasional ... 41
1. Definisi Konseptual Variabel ... 41
2. Definisi Operasional Variabel ... 42
F. Rencana Pengukuran Variabel ... 42
G. Teknik Pengumpulan Data ... 43
1. Teknik Pokok ... 43
2. Teknik Penunjang ... 44
H. Instrumen Penelitian... 42
1. Uji Validitas ... 45
2. Uji Relibilitas ... 45
I. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 47
1. Analisis Validitas Angket... 47
2. Analisis Realibilitas Angket ... 47
J. Teknik Analisis Data ... 52
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 56
1. Sejarah Umum Lampung Utara ... 56
2. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Utara ... 58
3. Iklim ... 59
4. Bupati ... 59
6. Keadaan Geografis Kelurahan Kotabumi Udik ... 61
7. Tata Guna Tanah Kelurahan Kotabumi Udik ... 62
8. Fasilitas Sosial Budaya Kelurahan Kotabumi Udik ... 64
9. Keadaan Demografi Kelurahan Kotabumi Udik ... 65
10.Sejarah Umum Desa Atau Lingkungan VII ... 68
11.Keadaan Geografis Desa Terpandi... 69
B. Deskripsi Data ... 70
1. Penyajian data pengaruh pemberitaan media massa dalam gejolak politik ... 70
a. Indikator Aktualitas ... 70
b. Indikator Faktual ... 74
c. Indikator Menarik ... 77
d. Indikator Penting ... 80
e. Pemberitaan Media Massa Dalam Gejolak Politik ... 85
2. Penyajian Data Sikap ... 86
a. Indikator Afektif ... 86
b. Indikator Kognitif ... 89
c. Indikator Konatif ... 92
d. Penyajian Data Pemilih Pemula C. Pengujian Hipotesis ... 97
1. Pengaruh Pemberitaan Media Massa Dalam Gejolak Politik Menjelang Pemilu 2014 Terhadap Pembentukan Sikap Pemilih Pemula ... 97
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Jumlah pemilih pemula pada pemilu 2014 yang terdapat
di desa terpandi meliputi RT 01- RT 03 kelurahan kotabumi udik…… 37
2. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Item Ganjil (X)... 48
3. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Item Genap (Y)... 49
4. Tabel Kerja Hasil Antara Item Ganjil (X) Dan Item Genap (Y)... 50
5. Daftar lingkungan atau desa di kelurahan kotabumi udik………... 63 6. Sarana Peribadatan di Kelurahan Kotabumi Udik……….. 64
7. Sarana Pendidikan di Kelurahan Kotabumi Udik………... 64
8. Sarana Olahraga di Kelurahan Kotabumi Udik……….…. 65
9. Perincian penduduk menurut umur dan jenis kelamin di kelurahan kotabumi udik ……… 65 10. Jumlah penduduk menurut agama di kelurahan kotabumi udik…...….. 66
11.Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di kelurahan kotabumi udik………. 66 12.Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di kelurahan Kotabumi udik……… 67 13.Distribusi Skor Hasil Dari Indikator aktualitas……... 72
16.Distribusi Skor Hasil Dari Indikator penting……….... 81
17.Distribusi angket Pemberitaan Media Massa Dalam Gejolak Politik... 84
18.Distribusi Skor Hasil Dari Indikator Afektif... 86
19.Distribusi Skor Hasil Dari Indikator Kognitif... . 90
20.Distribusi Skor Hasil Dari Indikator Konatif... 93
21. Distribusi Skor Hasil Dari Sikap Pemilih Pemula... 96
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Penelitian Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 3. Surat Pengesahan Seminar Proposal 4. Surat Izin Penelitian
5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 6. Angket
7. Distribusi Skor Hasil Angket Pemberitaan Media Massa 8. Distribusi Skor Hasil Angket Pemilih Pemula
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Bagan Kerangka Pikir ... 35
Gambar Histagram Aktualitas ... 73
Gambar Histagram Faktual ... 76
Gambar Histagram Menarik ... 79
Gambar Histagram Penting ... 82
Gambar Histagram Pengaruh Pemberitaan Media Massa Dalam Gejolak Politik . 84
Gambar Histagram Afektif ... 88
Gambar Histagram Kognitif ... 91
Gambar Histagram Konatif ... 94
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media massa memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi kepada
masyarakat. Di Era saat ini informasi merupakan salah satu kebutuhan yang sangat di cari oleh publik dan media massa merupakan wadah bagi
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sebagaian besar masyarakat mengahabiskan waktunya dengan memanfatkan media masa untuk menggali informasi baik informasi di bidang hiburan, sosial masyarakat, budaya terlebih
di bidang politik.
Berkembangnya teknologi di era saat ini, maka berkembanglah pula bentuk-bentuk media massa. Media massa berkembang menjadi berbagai macam bentuk tidak hanya berupa media cetak seperti koran, majalah, atau media
elektronik seperti berita ditelevisi namun, dengan berkembangnya Internet maka dewasa ini berkembang sangat pesat portal-portal berita online, akun-
akun berita yang ada di jejaring sosial seperti twitter dan facebook. Hal ini sangat memudahkan bagi masyarakat yang haus akan berita, masyarakat kini
Secara konseptual kebebasan pers akan memunculkan pemerintahan yang
cerdas,bersih, dan bijaksana. Logikanya, melalui kebebasan pers masyarakat akan dapat mengetahui berbagai peristiwa seperti kinerja pemerintah,
sehingga muncul mekanisme check and balance, kontrol terhadap kekuasaan, maupun masyarakat sendiri. Oleh sebab itu media massa sering kali disebut the fourth estate of democracy, pilar keempat demokrasi, melengkapi
eksekutif,legislatif dan yudikatif.
Melalui penyampaian berita dan opini, dengan sendirinya media melakukan fungsi kontrol dan kritik terhadap pilar kekuasaan yang lain. Fungsi kontrol
dan kritik ini merupakan karakteristik utama institusi media, sekaligus karakteristik kerja profesi wartawan. Justru salah besar bila media atau
wartawan bekerjasama dengan penguasa, apalagi menjadi penguasa. Karena masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Kebebasan pers pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas demokrasi. Dengan kebebasan pers,
media massa dimungkinkan untuk menyampaikan beragam informasi, sehingga memperkuat dan mendukung warga negara untuk berperan di dalam demokrasi atau disebut civic empowerment.
Media massa dan politik merupakan kedua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bisa dikatakan sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan pers telah mengalami perkembangan yang cukup menarik. Pemberitaan media tidak lagi didominasi oleh berita yang “menyanjung-nyanjung” kekuasaan
sebagaimana pada masa orde baru, tetapi secara transparan telah berani
Pemberitaan mengenai keterlibatan kopasus dalam penculikan aktivis,
pelanggaran HAM di Aceh, peristiwa kerusuhan di Jakarta, Kupang, hingga Ambon, maupun hujatan pada Soeharto dan kroninya, sampai pada kritikan
tajam pada pemerintahan Habibie dan ABRI seakan tak ada habis-habisnya menghiasi pemberitaan di media massa.
Fenomena ini menunjukan kebenaran asumsi, sensitivitas suatu pemberitaan
sangat tergantung pada kondisi sistem politik dimana negara itu berada. Suatu isu yang pada waktu lalu tidak mungkin diberitakan, bisa serta-merta berubah menjadi informasi yang layak diberitakan, hanya karena perubahan
pusat-pusat kekuasaan dan ketidakpastian sistem politik. Sebelum reformasi bergulir tahun 1998, sulit mencari pers yang berani mengungkap keburukan
pemerintah orde baru, atau yang berani mempersalahkan kebijakan ABRI di Aceh atau Timor-Timur sampai sampai pada waktu itu Pers Indonesia seperti mengidap penyakit inferiority complex, atau kehilangan kepercayaan diri
terhadap fakta-fakta sosial. Pers menjadi takut untuk memberikan fakta yang menyinggung simbol-simbol kekuasaan.
Namun berbeda kenyataannya pada saat ini hubungan antara media massa dan
politik di ibaratkan sebagai hubungan yang simbiosis mutualisme dimana media massa dan politik ini mempunyai hubungan yang sama sama saling menguntungkan. Sebagai contoh dengan adanya media massa para pelaku
perpolitikan, lalu dengan adanya hiruk pikuk perpolitikan di Indonesia media
massa tidak akan kehabisan bahan berita.
Sejak reformasi bergulir 1998, pers telah mengalami suatu tahapan metamorfosis yang luar biasa. Institusi ini telah menemukan wahana
kebebasan, terutama setelah diluncurkannya UU No.40 tahun 1999 mengenai kebebasan pers dan di hapuskannya persyaratan SIUPP. Sejak itu media
massa Indonesia baik cetak maupun elektronik, secara kualitatif mengalami suatu kebebasan. Secara umum pers tidak takut lagi mengungkap fakta sosial baik yang positif maupun yang negatif.
Namun kebebasan pers pada era reformasi saat ini tampaknya tidak lagi menjadi kendala penyampaian informasi, terkadang kebebasan pers telah memunculkan persoalan baru yang acap kali membingungkan. Banyak pihak
tampaknya belum siap menggunakan makna kebebasan itu sendiri. kenyataannya saat ini pemeberitaan media massa cenderung liar dan konten beritanya kurang dapat dipercaya. Termasuk pemeberitaan media massa
terhadap gejolak politik yang ada di Indonesia.
Saat ini pemberitaan media massa dalam konten berita sudah tidak berimbang lagi, hal ini terjadi karena media massa baik itu cetak, elektronik dan lainnya
sudah dikuasai oleh para elite politik negeri ini. kini kita bisa melihat seperti perusahaan pertelevisian Indonesia yang sudah dikuasai oleh para petinggi
Menurut Noam Chomsky, (2012:104) “melihat media dalam era kapitalis
liberal, sarat dengan kepentingan elite politik. Gejalanya terlihat ketika bisnis media mulai diatur oleh tokoh-tokoh yang punya kekuatan politik dan uang.
Para elite kekuasaan dan elite bisnis berkolaborasi mengatur isi media. Akibatnya kebebasan pers yang dijiwai demokrasi dan liberalisme, telah disusupi corong-corong propaganda segelintir orang. Setiap keping informasi
telah disusupi kepentingan tertentu setiap suara berita telah dimodali kekuatan politik dan bisnis. Ditambah lagi menjelang pemilu presiden 2014
pemberitaan media massa terhadap suatu gejolak politik cenderung lebih besar porsinya dari pada pemberitaan di bidang lain.
Contoh pengaruh pemberitaan media massa dalam pemberitaan gejolak politik adalah di media elektronik seperti pertelevisian. dengan di milikinya
stasiun televisi swasta yang di miliki para elite politik menyebabkan Pemberitaan Perpolitikan Menjadi tidak seimbang, antara stasiun televisi swasta yang satu dengan yang lainnya. Televisi yang di punyai suatu elite
politik cenderung menyudutkan lawan politiknya, seperti bila lawan politiknya atau partainya mengalami suatu permasalahan seperti korupsi.
maka media pertelevisian yang dia punya akan secara konstan dan rutin menayangkan kasus yang melibatkan lawan politiknya yang bertujuan menggiring opini masyarakat atau pemilih untuk antipati terhadap lawan
politiknya tersebut di pemilu 2014 yang akan datang. pemberitaan media massa yang akhir-akhir ini menyoroti kinerja para elite politik yang tidak
seperti yang terjadi pada ketua Mahkamah Konstitusi beberapa waktu lalu
yang menyebabkan hilangnya kepercayaan publik terhadap lembaga tinggi negara. Kasus korupsi yang melibatkan beberapa kader partai politik, kasus
hambalang, penanganan century yang tak kunjung usai dan pelemahan lembaga pemberantasan korupsi negara. akhir-akhir ini menjelang pemilu 2014 gejolak politik yang terjadi cenderung kearah negatif dan kinerjanya
jauh dari kata memuaskan masyarakat.
Seharusnya para elit politik yang mempunyai media massa harus menggunakan media massa dengan baik dan berimbang dalam pemberitaan
sosialisasi politiknya dan memperbaiki kinerjanya. Bila tidak dikhawatirkan masyarakat akan menjadi antipati dalam pesta demokrasi Indonesia di pemilu
2014. Secara sadar atau tidak bila tidak mempunyai pondasi pengetahuan politik yang cukup baik, para pemilih pada umumnya akan tergiring oleh opini-opini pemberitaan media massa yang sudah beraflisiasi terhadap
kelompok partai politik tertentu. Termasuk dalam hal ini adalah pemilih pemula. Pemilih pemula merupakan seseorang yang terdaftar atau ikut
memilih untuk pertama kalinya sebagai pemilih di pemilihan umum.
Pada kenyataannya pemilih pemula cenderung minim pengetahuan tentang gejolak perpolitikan di Indonesia. Sebagian besar dari mereka hanya mencari
tahu informasi politik dari media massa. Fakta menunjukan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) untuk pemilih pemula di Indonesia yang mengikuti pemilu 2014 berjumalah 6.252.012 (situs resmi KPU kpu.go.id 16 desember
pemula tersebut, hal ini bisa dimanfaatkan oleh sekelompok elite politik yang
menguasai media untuk menggiring sikap pemilih pemula untuk meraup suara di pemilu 2014.
Pemberitaan media massa yang dewasa ini sudah tidak berimbang lagi dan
cenderung memihak kesuatu golongan elite politik tertentu di khawatirkan, akan menimbulkan sikap antipati para pemilih pemula. Para pemilih pemula
dikhawatirkan tidak akan menggunakan hak pilihnya (Golput) pada pemilu 2014 yang akan datang. Hal ini di sebabkan oleh pengaruh pemberitaan media massa yang tidak berimbang dalam memberitakan gejolak politik yang terjadi
saat ini.
Para pemilih pemula di Desa Terpandi dalam mendapatkan informasi gejolak mengenai pemilu 2014 dominan dari media massa seperti dari jejaring sosial twitter dan surat kabar daerah setempat (surat kabar kotabumi). Setelah
peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa pemilih pemula di Desa Terpandi Kelurahan Kotabumi Udik meraka cenderung menjadi antipati terhadap pemilu 2014 di karenakan pemberitaan media massa dalam gejolak
politik menjelang pemilu yang cenderung kearah negatif. Meski demikian ada pula pemilih pemula yang antusias dalam mengikuti pemilu 2014 di
karenakan mereka akan menggunakan hak pilihnya untuk pertama kali.
Menjelang Pemilu 2014 Terhadap Pembentukan Sikap Pemilih Pemula Di
Desa Terpandi Kelurahan Kotabumi Udik Lampung Utara”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data yang telah dikemukakan sebelumnya identifikasi masalah yang ada adalah :
1. Pemberitaan media massa dalam gejolak politik menjelang pemilu 2014 . 2. Sikap pemilih pemula dalamgejolak politik yang ada di Indonesia melalui
sumber media massa.
3. Fungsi media massa dalam kehidupan politik menjelang pemilu 2014. 4. Pengetahuan pemilih pemula terhadap pemilu 2014.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas permasalahan penelitian ini dibatasi pada pemberitaan media massa dalam gejolak politik menjelang pemilu 2014 pembentukan sikap pemilih pemula.
D. Rumusan Masalah
Dengan pembatasan masalah yang dikemukakan diatas perumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh pemberitaan media massa
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh
pemberitaan media massa dalam gejolak politik menjelang pemilu 2014 terhadap pembentukan sikap pemilih pemula.
F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini secara teoritis memperkaya konsep imu pengetahuan khususnya pendidikan PKn dalam kajian pendidikan politik dan kenegaraan yang membahas tentang pengaruh pemberitaan media massa
dalam gejolak politik dan partisipasi politik.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan yang berkaitan tentang peran media massa dan
G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dalam wilayah kajian ilmu politik dan kewarganegaraan.
2. Ruang Lingkup Subyek
Subyek penelitian ini adalah masyarakat pemilih pemula di Desa Terpandi Kelurahan Kotabumi Udik yang berumur 17-21 tahun.
3. Ruang Lingkup Obyek
Obyek penelitian ini adalah pengaruh pemberitaan media massa dalam
gejolak politik menjelang pemilu 2014 terhadap pembentukan sikap pemilih pemula.
4. Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah penelitian ini dilaksanakan di Desa Terpandi Kelurahan
Kotabumi Udik.
5. Ruang Lingkup Waktu
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Pemberitaan Media Massa
Zaman teknologi yang semakin berkembang dan sumber informasi yang sangat cepat berita sangat dibutuhkan dan sangat cepat diperoleh
masyarakat. Di Era masa kini masyarakat tidak lagi kesulitan dalam mencari berita tetapi bagaimana masyarakat bisa memfilter berita yang ada,
dimana berita yang sesuai fakta yang terjadi, berita yang menurut masyarakat itu penting maupun berita mana yang menarik untuk di simak. Maka sebab itu dibutuhkan media massa yang dapat memberikan laporan
berita yang faktual, tajam dan terpercaya.
Pemberitaan berasal dari kata dasar “berita”, kata “berita” sendiri berasal
dari kata sangsekerta, vrit (ada atau terjadi) atau vritta (kejadian atau
peristiwa). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan, Berita adalah “laporan tercepat mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”.
Berita dalam bahasa Inggris disebut News. Dalam The Oxford Paperback
Dictionary terbitan Oxford University Press (1979) news diartikan sebagai
Sedangkan menurut Michael V. Charnley dalam Apriadi Tamburaka
(2003:35) Berita merupakan laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca
serta menyangkut kepentingan mereka
Menurut Purnama Kusumaningrat (2005:39) Berita merupakan sesuatu atau seseorang yang dipandang oleh media merupakan subjek yang layak untuk
diberitakan. Biasanya subjek pemberitaan merupakan sesuatu atau seseorang yang memang sedang di sorot atau diperhatikan oleh masyarakat umum. Oleh sebab itu media akan menjadikan topik utama dalam suatu
berita.
Selain itu menurut pendapat lain yang dikemukakan Eric C. Hepwood dalam Apriadi Tamburaka (2009:47) “berita merupakan laporan pertama
dari kejadian penting dan dapat menarik perhatian umum”. Dalam hal ini dijelaskan bahwa berita merupakan sesuatu hal yang sedang marak terjadi di masyarakat umum dan menjadi trending topic yang selalu ingin di ikuti
masyarakat umum dalam perkembangan pemberitaannya.
Pengertian pemberitaan menurut William S. Maulsby dalam Purnama Kusumaningrat (2010:1) adalah sesuatu penuturan secara benar dan tidak
memihak dari fakta yang mempunya arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat hal tersebut.
elite politik yang berkuasa.
Media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak.
Budaya, sosial, politik dipengaruhi oleh media. Media massa di katakan sebagai kebudayaan yang bercerita. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Pesan media tidak jadi
begitu saja, tetapi dibuat dan diciptakan oleh media massa dengan tujuan tertentu. Menurut Ardianto (2007:58) media massa yaitu saluran sebagai
alat atau sarana yang di pergunakan dalam proses komunkasi masa. Media massa tidak hanya sekedar memberikan informasi dan hiburan semata,
tetapi juga mengajak khalayak untuk melakukan perubahan perilaku. Melalui beragam konten media yang khas dan unik sehingga pesan-pesan media itu terlihat sangat menarik, menimbulkan rasa penasaran khalayak.
Pembingkaian pesan melalui teks, gambar dan suara merupakan aktivitas media untuk mempengaruhi pikiran perasaan khalayak.
Menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) media massa dapat di artikan sebagai alat atau sarana komunikasi seperti majalah, radio, televisi,
film, poster dan spanduk. Menurut Apriadi Tamburaka (2013;1) media massa merupakan segala bentuk benda yang dapat di manipulasikan, di
lihat, di dengar, di baca atau di bicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik untuk suatu proses penyaluran informasi.
digunakan adalah kertas atau ketika menelpon menggunakan media
telepon.
Menurut Kustadi Suhandang (2012:40) media massa merupakan seni atau
keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.
Jadi pemberitaan media massa merupakan sesuatu atau seseorang yang di pandang oleh media massa merupakan subjek yang layak untuk di beritakan. Hasil dari suatu pemberitaan media massa dapat menjadi suatu
tanggapan atau penilaian masyarakat umum terhadap suatu objek yang berbeda beda dari setiap individu.
2. Jenis-Jenis Pemberitaan Media Masa
Menurut Romly (2003:40) Ada sejumlah jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik, yang paling populer dan menjadi menu utama media massa adalah:
a. Berita Langsung
Berita langsung (straight news) adalah laporan peristiwa yang ditulis
secara singkat, padat, lugas, dan apa adanya. Ditulis dengan gaya memaparkan peristiwa dalam keadaan apa adanya, tanpa ditambah dengan penjelasan, apalagi interpretasi. Berita langsung dibagi
b. Berita Opini
Berita opini (opinion news) yaitu berita mengenai pendapat, pernyataan, atau gagasan seseorang, biasanya pendapat para
cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu peristiwa.
c. Berita Interpretatif
Berita interpretaif (interpretatif news) adalah berita yang
dikembangkan dengan komentar atau penilaian wartawan atau nara sumber yang kompeten atas berita yang muncul sebelumnya sehingga merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi. Berawal
dari informasi yang dirasakan kurang jelas atau tidak lengkap arti dan maksudnya.
d. Berita Mendalam
Berita mendalam (depth news) adalah berita yang merupakan
pengembangan dari berita yang sudah muncul, dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. Bermula dari sebuah
berita yang masih belum selesai pengungkapannya dan bisa dilanjutkan kembali (follow up system). Pendalaman dilakukan
dengan mencari informasi tambahan dari narasumber atau berita terkait.
e. Berita Penjelasan
Berita penjelasan (explanatory news) adalah berita yang sifatnya
argumentasi atau pendapat penulisnya. Berita jenis ini biasanya
panjang lebar sehingga harus disajikan secara bersambung dan berseri.
f. Berita Penyelidikan
Berita penyelidikan (investigative news) adalah berita yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari
berbagai sumber. Disebut pula penggalian karena wartawan menggali informasi dari berbagai pihak, bahkan melakukan penyelidikan langsung ke lapangan, bermula dari data mentah atau
berita singkat. Umumnya berita investigasi disajikan dalam format tulisan feature.
Selain jenis-jenis berita diatas, dikenal pula jenis-jenis berita lainnya,
antara lain:
1. Berita Singkat (spot news)
yaitu berita atau laporan peristiwa yang sedang terjadi secara langsung atau siaran langsung.
2. Berita Basi
yaitu berita yang sudah tidak aktual lagi.
3. Berita Bohong (libel)
4. Berita Foto
yaitu laporan peristiwa yang ditampilkan dalam bentuk foto lepas, tidak ada kaitan dengan tulisan yang ada di sekelilingnya.
5. Berita Kilat (news flash)
yaitu berita yang penting segera diketahui publik, dimuat di halaman depan surat kabar.
6. Berita Pembuka Halaman (opening news)
yaitu berita atau tulisan yang ditempatkan di bagian awal atau paling atas halaman surat kabar, semacam berita utama (headline).
3. Nilai Pemberitaan Media Massa
Suatu berita memiliki nilai layak berita jika di dalamnya ada unsur kejelasan (clarity) tentang kejadiannya, ada unsur kejutannya (surprise),
Ada unsur kedekatannya (proximity) secara geografis, serta ada dampak (impact) dan konflik personalnya. Tetapi, kriteria tentang nilai berita ini sekarang sudah lebih disederhanakan dan disistimatiskan sehingga sebuah
unsur kriteria mencangkup jenis-jenis berita yang lebih luas, Romli (2003:37), mengemukakan unsur-unsur nilai berita yang sekarang dipakai
dalam memilih berita, unsur-unsur nilai tersebut adalah:
a. Aktualitas
peristiwa terbaru, terkini, terhangat (up to date), sedang atau baru
b. Faktual (factual)
yakni ada faktanya (fact), benar-benar terjadi bukan fiksi (rekaan,
khayalan, atau karangan). Fakta muncul dari sebuah kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement).
c. Penting
besar kecilnya dampak peristiwa pada masyarakat (consequences), artinya, peristiwa itu menyangkut kepentingan banyak atau
berdampak pada masyarakat.
d. Menarik
artinya memunculkan rasa ingin tahu (curiousity) dan minat
membaca (interesting). Peristiwa yang biasanya menarik perhatian pembaca, disamping aktual, faktual, dan penting.
4. Sifat-Sifat Pemberitaan Media Massa
Hubungan antara media massa dan khalayak dibangun oleh pesan media,
sedangkan pesan media itu memiliki sifat yang khas dan berikiut adalah sifat-sifat media massa :
a. Menghibur
yakni peristiwa lucu atau mengandung unsur humor yang menimbulkan rasa ingin tertawa atau minimal tersenyum.
b. Mengandung Keganjilan
peristiwa yang dekat baik secara geografis maupun emosional.
d. Human Interest
terkandung unsur menarik empati, simpati atau menggugah perasaan
khalayak yang membacanya. e. Mengandung unsur seks
yakni peristiwa yang berkaitan dengan kebutuhan biologis atau nafsu
seksual manusia.
f. Konflik, pertentangan, dan ketegangan
Yaitu berita yang berkaitan tentang konflik dalam suatu masyarakat dan juga pertentangan dan ketegangan.
5. Peran Media Massa Dalam Pemilu
Menurut Henry Subiakto (2012:179) ada tiga fungsi utama media massa
yaitu memberikan informasi, memberikan pendidikan dan menghibur masyarakat. Dengan menggunakan media massa masyarakat dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan belajar tentang
perkembangan penting dalam bebagai aspek kehidupan. Fungsi mendidik melalui informasi merupakan tugas utama media massa dalam sistem
sosial dimana institusi itu berada. Semakin mampu media massa memperkuat dan mendukung khalaykanya sebagai warga Negara yang berperan di dalam proses demokrasi (promoting active citizen) maka
a. Media massa sebagai sosialisasi pemilu
Dengan kebutuhan akan informasi masyarakat akan selalu mencari media massa, termasuk dalam sosialisasi pemilu, dengan adanya
media massa di harapkan media massa dapat memberikan pemberitaan mengenai pemilu dan tata cara dalam pemilihan umum nanti, dan di sisi inilah peran media massa sebagai
sosialisasi pemilu akan sangat terasa.
b. Media massa mengawasi jalanya pemilu
Dalam pelaksanaan pilkada, ada banyak sekali kemungkinan
persoalan. Kekhawatiran dan ketidakpercayaan terhadap lembaga pelaksana, bisa memunculkan ketidakpuasan bahkan
prasangka-prasangka yang ujung-ujungnya bisa memunculkan banyak masalah, yang puncaknya adalah penolakan terhadap hasil pilkada. Dan apabila itu terjadi , keadaannya akan begitu rumit. Maka di
sinilah peran media massa sangat diperlukan baik untuk mengawasi proses maupun pendidikan politik pada semua pihak, dalam semua tahapan pilkada.
6. Pengertian Gejolak Politik
Menurut Sugito (2008:4) gejolak merupakan suatu keadaan atau gerakan
yang dilakukan kelompok yang ingin mencapai suatu tujuan. Suatu gejolak akan terjadi dalam masyarakat apabila suatu kelompok masyarakat tidak
pemerintahan yang di jalankan oleh pemerintah yang menurut masyarakat
kinerjanya tidak memuaskan dan akhirnya menimbulkan gejolak. Menjelang pemilu 2014 hingar-bingar politik cukup beragam dengan
adanya pemberitaan media massa yang sangat dominan dalam bidang politik menjelang pemilu 2014 akhirnya akan menimbulkan gejolak di bidang politik.
Secara etimologis, kata politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota atau negara kota. Lalu arti polis berkembang menjadi polities yang berarti warganegara, politeia yang berarti semua yang berhubungan
dengan negara, politika yang berarti pemerintahan Negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan. Dengan demikian kata politik menunjukan
suatu aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).
Terdapat banyak sekali pengertian tentang politik yang dikemukakan para
ahli ilmu politik dengan hanya melihat satu aspek politiknya saja. Yang tidak sama dari pengertian politik menurut para ahli-ahli ilmu politik pada dasarnya hanya kepada keadaan negara, kekuasaan dan pengambilan
keputusan, kebijakan, dan pembagian kekuasaan.
Pengertian politik menurut etimologinya adalah sebagai berikut :
pemerintahan-dasar pemerintahan).
b. Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.
c. Cara bertindak dalam menghadapi dan menangani suatu masalah.
Para ahli kenegaraan mengemukakan pengertian politik secara berbeda-beda. Berikut ini pengertian politik menurut para ahli kenegaraan.
Willem Zeven Berger dalam Bambang Miriam Budiardjo (2010:3)
berpendapat bahwa politik dihubungkan dengan dua hal, yaitu seni (kunst) dan ilmu (wetwens cahp).
Miriam Budiardjo (2008:8) mendefinisikan bahwa “politik (politics)
merupakan bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu”. Sedangkan menurut Harold Lawsell dalam Miriam Budiardjo (2008:11) “politik adalah masalah apa, mendapat
apa, kapan dan bagaimana”.
Menurut Karl W. Deutsch dalam Miriam Budiharjo (2008:12) “politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum”. (politics is the
making of decisions by publics means)”.
David Easton seperti dikutip oleh Miriam Budiardjo (2008:13) mengemukakan bahwa “politik adalah kehidupan politik yang mencakup
bermacam-macam kegiatan yang mempengaruhi kebijaksanaan dari pihak
mempengaruhi cara untuk melaksanakan itu”.
Konsep mencapai suatu kekuasaan, umumnya diakui sebagai suatu perjuangan yang menyangkut kepentingan suatu masyarakat. Dalam lingkup ini kekuasaan dibatasi sebagai kemampuan seseorang, atau suatu
kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan perilaku. Berdasarkan pendapat para ahli di atas
dapat disimpulkan gejolak politik merupakan suatu keadaan atau gerakan yang dilakukan kelompok yang ingin mencapai suatu tujuan.
7. Faktor-faktor Gejolak Politik
Dalam lembaga perwakilan rakyat terdapat dewan perwakilan rakyat yang berbeda latar belakang partai, tidak hanya terdapat 2 partai saja seperti di Amerika yaitu partai demokrat dan partai republik. di Indonesia memiliki
beberapa partai yang menduduki kursi lembaga perwakilan rakyat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gejolak politik, dan berikut faktor-faktor gejolak politik menurut Henry Subiakto (2012:187):
a. Partisipasi Politik yang menyimpang.
Partisipasi politik merupakan usaha terorganisir dari warga negara
untuk memilih pemimpin mereka serta untuk mempengaruhi kebijakan -kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Partisipasi
untuk dipilih dan mewakili aspirasi politik rakyat lainnya melalui
keikutsertaan dalam Partai Politik.
Interaksi antara masyarakat dan partai politik hampir sebagian besar
hanya terjadi menjelang dan selama masa pemilihan umum. Partai politik tiba-tiba menghilang ketika pesta demokrasi usai dan para
wakil rakyat terpilih duduk di lembaga legislatif. Usainya pemilu dan terpilihnya para anggota lembaga legislatif sekaligus menandai berakhirnya dinamika dan kehidupan partai politik. Terpilihnya
mereka membuat aktivitas di partai politik semakin surut. Kegiatan partai politik berpindah ke lembaga legislatif. Padahal justru interaksi
partai politik dengan masyarakat merupakan faktor penting dalam membangun pemerintahan yang aspiratif dan berpihak pada kepentingan umum. Kenyataan itu menumbuhkan sikap tak percaya
dari masyarakat, meningkatnya Golongan Putih (Goput), dan menimbulkan gejolak politik.
b. Lembaga politik yang tidak mewakili rakyat
Selain partisipasi politik yang dibutuhkan dalam pembangunan stabilitas politik suatu negara, pelembagaan insitusi politik (Partai
Politik hinnga DPR) diperlukan untuk melembagakan partsipasi politik dari masyarakat. Dalam memahami pelembagaan politik ini terdapat dua pembilahan mendasar antara hubungan pelembagaan politik
kekuatan sosial menggunakan cara mereka sendiri berkasi di
tengah-tengah arena politik disebut sebagai negara pretorian sedangkan sistem politik yang pelembagaan politik serta diimbangi dengan adanya
partisipasi politik yang tinggi disebut sebagai negara kerakyatan.
Tetapi dalam kenyataanya timbulnya gejolak politik di Indonesia disebabkan oleh para wakil rakyat yang ada di pemerintahan tersebut.
Dengan adanya para wakil rakyat yang telah menciderai kepercayaan rakyat dengan melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme menimbulkan gejolak politik dan merusak kepercayaan masyarakat.
8. Sikap Pemilih Pemula
Menurut Berkowitz dalam Saiffudin Azwar (2013:4) sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap
suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Sedangkan menurut thurstone dalam Saiffudin Azwar (2013:5) sikap merupakan
derajat afek positif atau afek negative terhadap suatu objek psikologis.
Menurut La Pierre dalam Saiffudin Azwar (2013:5) sikap adalah respons
terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sedangkan menurut Secord Backman dalam Saiffudin Azwar (2013:5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
Dari beberapa pengertian sikap menurut para ahli dapat di simpulkan
bahwa sikap adalah respons yang teratur dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang
terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (lingkungan sosial).
a. Struktur sikap
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu:
1. Komponen kognitif.
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Jadi komponen kognitif berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
2. Komponen afektif
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara
umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif (perilaku)
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecendrungan berperilaku
dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan
dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Hal ini di maksudkan tentang inidividu berprilaku dalam situasi tertentu
dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecendrungan berprilaku secara konsisten, selaras
dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individu.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
Sikap terbentuk karena adanya faktor interaksi sosial yang di alami oleh individu. Dalam berinteraksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain, berikut
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap.
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang individu alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan individu tersebut terhadap
stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap untuk dapat mempunyai tanggapan dan
penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Seseorang yang di anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti
khususnya bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap individu terhadap sesuatu. Di antara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah
orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami, dan lain-lain.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana suatu individu hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap suatu
individu tersebut. Apabila suatu individu hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual,
sangat mungkin individu tersebut akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual.
Apabila suatu individu hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin individu tersebut akan mempunyai sikap negatif terhadap
kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.
member corak pengalaman individu-individu yang menjadi
anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan
kebudayaan dalam pembentukan sikap individu.
4. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lainnya. Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan
masyarakat. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokonya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan member dasar afektif dalam menilai sesuatu hal
sehingga terbentuk arah sikap tertentu.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,
ajaran-ajaranya. Di karenakan konsep moral dan ajaran agama sangat
menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan bila pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan
dalam menentukan sikap individu terhadap suatu hal.
6. Faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap di tentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang di dasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan
sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persistem dan bertahan lama.
Setiap akan melaksanakan pesta rakyat dalam memilih wakil rakyat, dipemilihan Presiden dan Wakil Presiden atau yang kita sebut dengan
pemilihan umum, sudah pasti akan adanya pemilih pemula disetiap pelaksanaan pemilu. Menurut M. Rusli dalam Tubagus Ali (2012:102) menyatakan bahwa “pemilih pemula adalah warga negara Indonesia
yang belum memiliki pengalaman sama sekali menusuk tanda gambar organisasi politik”.
Seperti yang tertuang dalam pasal 19 ayat 1 dan 2 serta Pasal
dikategorikan sebagai pemilih pemula. Pemilih pemula adalah warga
Indonesia yang pada hari pemilihan atau pemungutan suara yang sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin yang
mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang pemilu.
Menurut Pasal 19 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008, hak memilih
warga negara dalam hal ini yaitu pemilih pemula di atur sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah atau
pernah kawin mempunyai hak memilih.
2. Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih.
Sedangkan menurut, Pasal 20 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008
di sebutkan bahwa untuk dapat menggunakan hak memilih, warga Negara Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih.
Jadi dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan pemilih pemula adalah
warga negara Indonesia yang pada saat pemungutan suara sudah mencapai umur 17 tahun atau sudah pernah menikah maka ia akan mendapatkan hak politiknya sebagai warga Negara Indonesia untuk ikut
serta dalam pemilu dan dapat memberikan hak pilihnya.
bahwa sikap pemilih pemula adalah sebagai kegiatan yang berkenaan
dengan proses pembuatan dan keputusan politik. Sedangkan sikap pemilih pemula adalah tindakan atau kegiatan seseorang atau kelompok
dalam kegiatan politik.
Dari pengertian sikap dan pemilih pemula maka dapat disimpulkan
bahwa sikap pemilih pemula merupakan respons yang teratur dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang yang berumur 17 tahun atau lebih mempunyai hak
pilih dalam pemilu untuk pertama kali terhadap suatu aspek di bidang politik.
9. Karakteristik Pemilih Pemula
Pemilih pemula memiliki karakter yang berbeda denan pemilih yang sudah terlibat pemilu periode sebelumnya yaitu :
1. Belum pernah memilih atau melakukan penentuan suata di dalam TPS.
2. Belum memiliki pengalaman memilih.
3. Memiliki antusias yang tinggi. 4. Kurang rasional.
5. Biasanya adalah pemilih muda yang masih penuh gejolak dan semangat, dan apabila tidak dikendalikan akan memiliki efek terhadap konflik-konflik oial dalam pemilu.
7. Memiliki rasa ingin tahu, mencoba, dan berpartisipasi dalam pemilu,
meskipun kadang dengan berbagai latar belakang yang rasional dan semu.
Pemilih pemula memiliki karakteristik yang berbeda tersebut membutuhkan pemikiran dan penanganan yang serius dalam pilkada dan pemilu mendatang.
10. Peran Pemilih Pemula
Pemilih pemula banyak memiliki peran di dalam pemilu baik pilkada maupun pemilu legislatif dan presiden. Sebagian besar pemilih pemula
memiliki peran yang sangat besar secara kualitas dan kuantitas. Rata-rata memiliki usia yang cukup muda dan memiliki dinamika yang cukup tinggi.
Partisipasi pemilih pemula sebagian besar adalah berupa pemilih aktif dan
pemilih pasif. Pemilih aktif adalah pemilih yang perannya sebagai orang yang memilih. Sedangkan pemilih pasif adalah orang yang dalam pemilu adalah merupakan orang yang dipilih. Dasar memilih berupa hal-hal yang
sifatnya emosional dan bukan berdasarkan visi dan misi calon atau partai yang dia dukung. Pemilih pemula banyak dimobilisasi dari semu
kalangan kontestan. Hal ini akibat pendidikan politik yang kurang sejak masa orde baru yang terkenal dengan konsep depolitisasi. Karena
Peran Ormas, LSM, dan orsospol masih kurang dalam pendidikan politik
bagi rakyat terutama generasi muda terutama generasi pra pemilih. Terutama sejak adanya larangan bagi pelajar untuk aktif dalam kegiatan politik dengan adanya depolitisasi dan pewadahan satu organ tunggal
pelajar yaitu OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Pemilih pemula juga masih memiliki tugas belajar yang lebih penting dari kegiatan di luar
belajar mereka.
B. Kerangka Pikir
Media massa saat ini bukan lagi menjadi salah satu alat untuk mengontrol
jalanya pemerintahan. Media massa kini telah bergeser menjadi kekuatan dalam pembentukan opini masyarakat. Setelah era reformasi bergulir media massa kini menjalani masa eforia dalam kebebasan pers. Sebelum bergulir
reformasi, media massa sangat tertekan dalam memberikan pemberitaan. Hal ini di karenakan pemerintah sebelum zaman reformasi sangat mengekang media massa.
Dalam perkembangan saat ini media massa di miliki oleh para elite politik. Dengan adanya campur tangan elite politik dalam media massa menyebabkan
media massa kini sudah tak berimbang lagi di dalam penyampaian informasi ke masyarakat umum terutama di bidang politik.
Dengan semakin dekatnya pemilu di tahun 2014 ini pemberitaan media massa
dalam gejolak politik yang terjadi di Indonesia semakin deras dan cenderung tidak berimbang, dengan pemeberitaan media massa seperti ini maka di
pemilihan umum 2014.
Untuk menyederhanakan mengenai pembahasan pemberitaan media massa dalam gejolak politik menjelang pemilu 2014 terhadap pembentukan sikap pemilih pemula, maka dibuatlah kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 1: Kerangka Pikir Paradigma Peneliti
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
mengajukan hipotesis dalam penelitian sebagai berikut:
1. Ho: tidak terdapat pengaruh pemberitaan media massa dalam gejolak politik menjelang pemilu 2014 terhadap pembentukan sikap pemilih
pemula.
2. H1: terdapat pengaruh pemberitaan media massa dalam gejolak politik
menjelang pemilu 2014 terhadap pembentukan sikap pemilih pemula. Pemberitaan Media Massa
Dalam Gejolak Politik (X): 1. Aktualitas
2. Faktual 3. Penting 4. Menarik
Sikap pemilih pemula (Y):
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metodologi penelitian sebagai salah satu cara untuk memecahkan suatu masalah atau permasalahan yang di hadapi, memegang peranan penting dalam penelitian ilmiah. Selain memaparkan garis-garis yang cermat, juga akan
menentukan harga ilmiah suatu penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif survey dengan pendekatan
kuantitatif dan dengan teknik analisis korelasi, yakni penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung
dan di sajikan sebagaimana adanya (Subana M. dan Sudrajat, 2001:26). Peneliti menghimpun fakta-fakta sebagaimana adanya dalam bentuk data
kuantitatif yang kemudian dijelaskan dan di interpretasikan dalam bentuk uraian.
Penelitian ini membahas masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat khususnya memaparkan atau menggambarkan pengaruh pemberitaan media
massa dalam gejolak politik menjelang pemilu 2014 terhadap pembentukan sikap pemilih pemula di desa terpandi kelurahan kotabumi udik lampung utara
B. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian pada hakekatnya merupakan suatu persiapan yang bersifat sistematis dengan tujuan agar penelitian dapat berjalan
sesuai dengan rencana, dalam langkah penelitian dan penulisan skripsi ini penulis melakukan kegiatan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Persiapan Pengajuan Judul
Pada tanggal 8 Desember 2013 penulis mengajukan judul penelitian kepada Pembimbing Akademik yang terdiri dari dua alternatif judul. Dua judul
penelitian tersebut salah satunya disetujui dan kemudian diajukan kepada Ketua Program Studi PKn dan disetujui dan sekaligus ditentukan
Pembimbing Utama yaitu Dr. Irawan Suntora, M.S. dan Pembimbing Pembantu yaitu Hermy Yanzi, S.Pd., M.Pd.
2. Penelitian Pendahuluan
Setelah mendapat surat izin penelitian pendahuluan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dengan Nomor 7282/UN26/3/PL/2013 maka penulis melakukan penelitian pendahuluan
SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Penelitian dilakukan dengan cara observasi dan pengamatan secara langsung serta melalui data
dokumentasi sekolah. Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui lokasi, keadaan tempat penelitian, memperoleh data dan gambaran secara umum tentang hal-hal yang diteliti dalam rangka penyusunan proposal
pemula di Desa Terpandi Kelurahan Kotabumi Udik Lampung Utara 2014,
kemudian ditunjang dengan arahan dari dosen pembimbing.
3. Pengajuan Rencana Penelitian
Rencana penelitian dilakukan melalui proses konsultasi sebagai salah satu prosedur untuk mendapatkan persetujuan melaksanakan seminar proposal. Proposal penelitian disetujui oleh pembimbing II (pembantu) pada 3
Januari 2014, kemudian disetujui oleh pembimbing I (utama) pada 4 Februari 2014. Langkah selanjutnya mendaftar seminar, kemudian
disepakati waktu pelaksanaan seminar proposal untuk mendapat masukan-masukan dan saran dari dosen pembahas pada 26 Februari 2014. Setelah seminar proposal peneliti melakukan perbaikan-perbaikan proposal skripsi
sesuai dengan saran dan masukan dari dosen pembahas pada seminar proposal.
4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah angket yang akan ditunjukkan kepada responden (Pemilih Pemula) yang
berjumlah 94 responden dengan jumlah pertanyaan 24 butir soal dengan 3 alternatif jawaban. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam
proses penyusunan angket tersebut antara lain
1. Membuat kisi-kisi angket tentang pengaruh pemberitaan media massa
dalam gejolak politik menjelang pemilu 2014 terhadap pembentukan sikap pemilih pemula di Desa Terpandi Kelurahan Kotabumi Udik
2. Membuat item-item pertanyaan angket tentang pengaruh pemberitaan
media massa dalam gejolak politik menjelang pemilu 2014 terhadap pembentukan sikap pemilih pemula di Desa Terpandi Kelurahan
Kotabumi Udik Lampung Utara 2014.
3. Melakukan konsultasi angket yang akan digunakan untuk meneliti kepada pembimbing I dan pembimbing II guna mendapatkan
persetujuan.
5. Uji Coba Angket
Tahap pertama yang akan dilakukan yaitu uji coba angket kepada sepuluh orang responden di luar sampel. Uji coba angket ini digunakan untuk
mengukur dan mengetahui tingkat reliabilitas soal. Namun sebelum itu angket dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Pembimbing I dan Pembimbing II guna meminta persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan
maka angket dapat disebarkan. Hasil uji coba angket yang telah diisi oleh sepuluh orang responden di luar sampel dikonsultasikan kembali kepada Pembimbing, lalu setelah dinyatakan cukup maka angket dapat
dipergunakan untuk melakukan penelitian kepada responden yang sesungguhnya.
6. Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Administrasi
Membawa surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Nomor 1545/UN26/3/PL/2014 yang
a. Penelitian di Lapangan
Pelaksanaan penelitian di lapangan pada tanggal 21-25 Maret 2014 dengan menyebarkan angket kepada pemilih pemula di Desa Terpandi
yang berjumlah 94 orang dengan jumlah 24 pertanyaan angket yang telah dilengkapi dengan kemungkinan jawaban yang akan dipilih
responden.
b. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data penelitian ini dengan cara mempelajari,
mengkaji dan mengkelompokan data penelitian. Data yang sudah diperoleh, dikelompokan dan dianalisis untuk memperoleh gambaran
nyata tentang hasil dalam penelitian.
C. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemilih pemula di desa Terpandi
yang terdaftar pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) sebanyak 94 pemilih pemula di Kelurahan Kotabumi
Udik, berikut penjelasan terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Jumlah pemilih pemula pada pemilu 2014 yang terdapat di desa Terpandi meliputi RT 01-RT03 Kelurahan Kotabumi Udik Lampung Utara.
No RT Jenis kelamin Jumlah Pemilih Laki laki Perempuan
1 01 12 22 34
2 02 8 15 23
3 03 16 21 37
Total Jumlah Pemilih Pemula 94
Berdasarkan tabel di atas total jumlah pemilih pemula di Desa Terpandi
Kelurahan Kotabumi Udik berjumlah 94. Terdiri dari RT 01 berjumlah 34 orang dengan rincian 12 laki-laki dan 22 perempuan, RT 02 berjumlah 23 orang dengan rincian 8 laki-laki dan 15 perempuan dan RT 03 berjumlah 37
dengan rincian 16 laki-laki dan 21 perempuan. Dengan sampel yang berjumlah 94 orang maka sampel di ambil secara keseluruhan.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi, yaitu pemberitaan
media massa dalam gejolak politik.
2. Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu sikap pemilih
pemula.
E. Definisi Konseptual dan Operasional
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah:
A. pemberitaan media massa dalam gejolak politik merupakan suatu penuturan keadaan atau gerakan yang dilakukan oleh kelompok atau
individu yang menarik perhatian.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
A. Pemberitaan media massa dalam gejolak politik
Persepsi pemilih pemula terhadap suatu keadaan atau gerakan yang
dilakukan kelompok atau individu yang menarik perhatian dapat di ukur melalui indikator berdasarkan :
1. Aktualitas 2. Faktual 3. Penting 4. Menarik
B. Sikap pemilih pemula
Merupakan Skor atau respons pemilih pemula terhadap suatu obyek
yang di ukur melalui indikator: 1. Afektif
2. Kognitif 3. Konatif
.
F. Rencana Pengukuran Variabel
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik scoring pada
1. Pemberitaan media masa diukur dengan menggunakan angket tertutup.
Indikator pengukuran meliputi menarik perhatian, mencapai suatu tujuan dan sesuai fakta. Setiap angket mempunyai tiga kemungkinan jawaban a, b
dan c yang meliputi :
a. Memilih alternatif a diberikan nilai 3 (tiga); b. Memilih alternatif b diberikan nilai 2 (dua);
c. Memilih alternatif c diberikan nilai 1 (satu).
2. Sikap pemilih pemula diukur dengan menggunakan angket tertutup.
Indikator pengukuran meliputi afektif, kognitif dan konatif. Setiap angket mempunyai tiga kemungkinan jawaban a, b dan c yang meliputi :
a. Memilih alternatif a diberikan nilai 3 (tiga); b. Memilih alternatif b diberikan nilai 2 (dua); c. Memilih alternatif c diberikan nilai 1 (satu).
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pokok
A. Teknik Angket
Menurut Sugiyono (2011:199) teknik angket adalah “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.
dari responden yang bersangkutan. Sasaran angket adalah pemilih
pemula di Desa Terpandi Kelurahan Kotabumi Udik.
Responden memilih jawaban yang telah disediakan sesuai dengan
keadaan subjek. Setiap item memiliki tiga alternatif jawaban yang masing-masing mempunyai skor bobot yang berbeda-beda yaitu:
1. Alternatif jawaban yang setuju diberi skor 3
2. Alternatif jawaban yang kurang setuju diberi skor 2
3. Alternatif jawaban yang tidak setuju diberi skor 1
2. Teknik Penunjang
A. Teknik Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data langsung dari
responden serta untuk melengkapi data yang belum lengkap atau terjawab melalui angket. Wawancara dilakukan secara langsung
kepada responden.
B. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang berasal dari data primer dan sumber skunder. Dokumentasi dalam penelitian ini
perangkat Desa Terpandi dan perangkat Komisi Pemilihan Umum
Kelurahan Kotabumi Udik.
H. Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu tindakan yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen sesuai dengan pendapat Syofian Siregar (2012:162) “ validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (valid measure if
it succesfully measure the phenomenon).
Berdasarkan pendapat diatas validitas merupakan tingkat kepercayaan dan
kekuatan instrumen penelitian yang dilakukan.
2. Uji Reliabilitas
Suatu alat ukur dinyatakan baik bila mempunyai tingkat reliabilitas yang baik pula yakni ketetapan suatu alat ukur. Dimana ketetapan alat ukur ini
akan menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Pendapat Suharsimi Arikunto (2010:221) bahwa “reliabilitas adalah suatu instrumen dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data instrumen tersebut sudah baik”.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
2. Untuk menguji reliabilitas angket dan tes digunakan teknik belah
dua atau ganjil genap
3. Mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan Korelasi
Product Moment yaitu:
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara gejala x dan gejala y
= Skor gejala X
= Skor gejala Y
N= Jumlah sampel
(Suharsimi, 2010:331)
4. Untuk menentukan reliabilitas angket digunakan rumus Sperman
Brown, yaitu:
rxy =
rxy = Koefisien reliabilitas seluruh tes
rgg = Koefisien korelasi item x dan y
(Sutrisno Hadi, 1989:294)
5. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas
sebagai berikut:
0,90 – 1,00 = Reliabilitas tinggi.
0,50 – 0,89 = Reliabilitas sedang.
0,00 – 0,49 = Reliabilitas rendah.
(Manase Malo, 1986:139)
I. Pelaksanaan Uji Coba Angket 1. Analisis Validitas Angket
Untuk mengetahui validitas angket, peneliti melakukan konsultasi dengan
beberapa pihak terutama dengan dosen pembimbing I dan pembimbing II. Setelah dinyatakan valid maka angket tersebut dapat digunakan sebagai
alat pengukur data ini.
2. Analisis Reliabilitas Angket
Uji coba ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui reliabilitas alat
mengetahui apakah setiap pertanyaan yang diajukan mudah dipahami
oleh responden dan buntuk mengukur apakah reliabilitas atau tidak.
Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Angket Pengaruh Pemberitaan Media Massa Dalam Gejolak Politik Menjelang Pemilu 2014 Terhadap Pembentukan Sikap Pemilih Pemula Di Desa Terpandi Kelurahan Kotabumi Udik Lampung Utara Dari 10 Orang Di Luar Responden Untuk Item Ganjil (X)
No Nomor Item Ganjil Skor
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
1 3 3 3 3 2 2 1 3 2 3 3 2 30
2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 3 2 2 26
3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 1 3 29
4 3 3 3 3 3 1 3 1 2 3 2 3 30
5 2 3 3 3 2 1 1 3 2 3 2 3 26
6 2 3 3 2 3 2 1 3 1 3 2 3 28
7 3 3 1 3 3 1 1 2 3 3 2 3 28
8 2 3 3 3 3 1 1 3 3 3 1 3 29
9 1 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 3 22
10 2 2 2 3 3 1 2 2 2 3 2 3 27
Jumlah 275
Sumber: Analisis data uji coba angket
Data tabel 3.2 diketahui julah skor 275 yang merupakan hasil penjumlahan hasil skor uji coba angket kepada 10 0rang di luar responden dengan
indikator item ganjil. Hasil penjumlahan ini akan dipkai dalam tabel kerja hasil uji coba angket antara item ganjil (X) dengan genap (Y) untuk
Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Angket Pengaruh Pemberitaan Media Massa Dalam Gejolak Politik Menjelang Pemilu 2014 Terhadap Pembentukan Sikap Pemilih Pemula Di Desa Terpandi Kelurahan Kotabumi Udik Lampung Utara Dari 10 Orang Diluar Responden Untuk Item Genap (Y)
No Nomor Item Genap Skor
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 31
2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 27
3 3 2 1 3 2 3 2 2 3 2 2 2 27
4 2 2 3 3 2 1 3 2 3 2 2 3 28
5 3 2 3 3 3 1 2 3 3 3 1 2 29
6 3 2 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 27
7 2 2 3 3 2 3 1 2 3 3 1 2 27
8 2 2 1 2 2 3 2 2 3 3 2 3 27
9 2 2 1 2 3 1 2 1 1 1 2 2 20
10 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 25
Jumlah 268
Sumber: Analisis data uji coba angket
Berdasarkan data tabel 3.3 diketahui jumlah skor 268 yang merupakan
hasil penjumlahan hasil skor uji coba angket kepada 10 orang diluar responden dengan indikator item genap. Hasil penjumlahan ini akan dipakai dalam tabel kerja hasil uji coba angket antara item ganjil (X)