• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS IV SD NEGERI 2 KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS IV SD NEGERI 2 KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS IV

SD NEGERI 2 KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

HOSDAH

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Kangkung Kecamatan Teluk betung Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika dengan menggunakan metode inkuiri terhadap siswa kelas IV di SDN 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Adapun prosedur dalam penelitian ini ada 2 siklus dengan empat langkah kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan tes menggunakan soal tes. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 53,42 meningkat 22,50 point pada siklus II menjadi 75,92. Hasil belajar siswa pada Siklus 1 mencapai nilai rata-rata 61,67 kemudian meningkat 22,91 point menjadi 84,58 pada siklus II

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi merupakan era yang penuh tantangan, terutama dalam dunia

pendidikan. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan.

Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.

Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas dapat dilihat dari segi

pendidikan. Hal ini terkandung dalam tujuan pendidikan nasional, bahwa

pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia seutuhnya, selain beriman, bertakwa pada Tuhan

Yang Maha Esa serta sehat jasmani dan rohani, juga memiliki kemampuan

dan keterampilan.

Dengan penegasan di atas berarti peningkatan kualitas sumber daya manusia

haruslah dilakukan dalam konteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan

melalui model pengajaran yang efektif dan efisien serta mengikuti

perkembangan zaman. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

memberikan dampak tertentu terhadap sistem pengajaran. Pandangan

mengenai konsep pengajaran terus-menerus mengalami perkembangan sesuai

(3)

Upaya peningkatan keberhasilan pembelajaran, merupakan tantangan yang

selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam profesi keguruan

dan pendidikan. Upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa

diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses

pembelajaran. Dalam memperbaiki proses pembelajaran peranan guru sangat

penting, diantaranya memilih metode pembelajaran yang tepat. Guru harus

mampu menentukan metode pembelajaran yang dipandang dapat

membelajarkan siswa melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan, agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif, dan hasil belajarnya pun

diharapkan dapat lebih ditingkatkan.

Matematika sebagai suatu mata pelajaran disekolah dinilai cukup memegang

peran penting, karena metematika merupakan suatu sarana berpikir untuk

mengkaji sesuatu secara logis, dan sistematis. Oleh sebab itu akan sangat

penting jika matematika dapat dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.

Namun faktanya banyak orang yang tidak menguasai matematika, termasuk

anak-anak yang masih duduk dibangku SD/MI. Mereka menganggap bahwa

matematika sulit dipelajari, serta gurunya kebanyakan tidak menyenangkan,

membosankan, menakutkan, angker, killer, dan sebagainya. Anggapan ini

menyebabkan mereka semakin takut untuk belajar matematika. Sikap ini

tentu saja mengakibatkan hasil belajar matematika mereka menjadi rendah.

Dari hasil pengamatan penulis di kelas IV SD Negeri 2 Kangkung didapati

hasil belajar yang masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan kurang seriusnya

(4)

sebagian siswa ada yang bermain, membuat gumpalan kertas, mengobrol dan

melamun. Ketika diadakan latihan soal di akhir pembelajaran matematika

didapati hanya 10 orang (41,67%) dari 24 siswa yang nilainya di atas KKM,

sedangkan 14 orang (58,33%) nilainya dibawah KKM dan rata-rata kelas

58,33. KKM matematika kelas IV SDN 2 Kangkung adalah 60.

Tabel. 1.1 Nilai Matematika Siswa Kelas IV SDN 2 Kangkung

Nilai Jumlah Siswa Persentase

35-49 50-64 65-79 80-100

5 9 8 2

20,83 % 37,50 % 33,33 % 6,67 %

Jumlah 24 100 %

Sumber : Data Nilai Siswa Kelas IV

Hasil belajar siswa rendah dan kurang maksimalnya pelaksanaan

pembelajaran di atas harus diperbaiki dengan meningkatan kualitas

pembelajaran. Hal tersebut perlu dilakukan agar dapat tercipta suasana

pembelajaran yang kondusif sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat,

khususnya pada mata pelajaran matematika materi pecahan. Salah satu

langkah untuk meningkatkan hasil belajar tersebut adalah guru harus

menguasai berbagai macam metode mengajar. Guru harus mengenal,

mempelajari dan menguasai banyak teknik mengajar, agar dapat

menggunakannya dengan bervariasi, sehingga mampu menciptakan proses

belajar mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna. Dengan menerapkan

metode-metode yang sesuai dalam proses pembelajaran, maka akan

(5)

Metode inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat

digunakan untuk melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran di kelas. Pada pembelajaran menggunakan metode inkuiri siswa

tidak hanya mendengar dan menerima informasi dari guru tetapi mereka

dibimbing sebaik-baiknya oleh guru untuk menemukan sendiri

pengetahuannya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Russeffendi (1988)

mengemukakan bahwa belajar dengan metode inkuiri merupakan cara

penyampaian topik-topik matematika sedemikian hingga proses belajar

memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur-struktur

matematika melalui serentetan pengalaman-pengalaman belajar yang lampau.

Keterangan-keterangan yang harus dipelajari itu tidak disajikan di dalam

bentuk akhir, melainkan siswa diwajibkan melakukan aktivitas mental

sehingga keterangan yang dipelajari itu dapat dipahami dan tertanam kuat

pada diri siswa.

Inkuiri merupakan proses yang mengandung proses-proses mental yang lebih

tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen,

melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik

kesimpulan. Jadi, dalam pendekatan inkuiri siswa dituntut untuk aktif

menemukan sendiri pengetahuannya sehingga konsep yang dipelajari dapat

bertahan lama dalam ingatan siswa. Selain itu, diharapkan siswa mampu

mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis dan memecahkan

(6)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Peningkatan hasil belajar matematika materi

pecahan dengan metode inkuiri pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Kangkung

Bandar Lampung.”

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Siswa masih sulit mencapai KKM pada pelajaran Matematika

2. Hasil belajar Matematika siswa masih rendah

3. Pembelajaran masih berpusat pada guru.

4. Metode yang digunakan belum mengaktifkan siswa.

5. Metode inkuiri adalah salah satu metode pembelajaran Matematika yang

mengaktifkan siswa dan menciptakan pembelajaran yang tidak

membosankan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah penerapan metode inkuiri pada pembelajaran matematika materi

pecahan dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SDN 2 Kangkung

Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung ?

2. Apakah penerapan metode inkuiri pada pembelajaran matematika materi

pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2

(7)

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa Kelas IV SD 2

Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan dengan metode inkuiri.

2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas IV SD 2 Kangkung

Kecamatan Teluk Betung Selatan dengan metode inkuiri.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan sekolah untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran

Matematika.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada guru tentang

metode inkuiri. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

matematika dan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar

menggunakan metode inkuiri.

3. Bagi Siswa

Dapat memberikan pengalaman belajar yang baru dalam upaya mencapai

tujuan belajar, dan mengasah keterampilan dalam menemukan dan

(8)

4. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman pada saat melaksanakan kegiatan

pembelajaran matematika, sehingga dapat memperbaiki serta dapat

menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,

serta mampu menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Matematika di Sekolah Dasar

Matematika merupakan satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar.

Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

hendaknya mengetahui dan memahami objek yang akan di ajarkannya. Kata

matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya diambil

dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu

mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu

(knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata

lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar

atau berpikir. Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika

berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).

Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan

menekankan dari hasil eksperiman atau hasil observasi. Matematika terbentuk

karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan

penalaran Russefendi (Suwangsih, 2006:3)

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia secara empiris. Kemudian

pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan

penalaran didalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep

(10)

mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka

digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global

(universal).

Pada awalnya cabang matematika yang ditemukan adalah Aritmatika atau

Berhitung, Aljabar, Geometri setelah itu ditemukan Kalkulus, Statistika.

Aljabar Abstrak, Aljabar Linear, himpunan, Geometri linear, Analisis Vektor

dan sebagainya.

Suwangsih (2006:4) mengemukakan beberapa definisi para ahli mengenai

matematika, diantaranya sebagai berikut :

a. Russefendi (1988:23)

Matematika terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan,

definisi- definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil. Apabi1a dalil-dalil

tersebut telah dibuktikan kebenarannya maka dalil-dalil tersebut berlaku

secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

b. James dan James (1976)

Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya.

Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan

geometri.

c. Jhonson dan Rising dalam Russefendi (1972)

Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian

yang logis.

(11)

Matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan eksak dan

terorganisasi secara sistematik. Bahkan dia mengartikan matematika

sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan

kesimpulan.

Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa belajar matematika pada

hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan

antar konsep dan struktumya. Hal ini sesuai dengan tujuan matematika di SD

yaitu agar mereka menguasai konsep-konsep yang tepat, pengertiannya dan

struktur matematika (Ruseffendi,2005: 5). Oleh karena itu, guru harus dapat

menciptakan cara mengajar yang lebih baik karena cara mengajar yang baik

akan mengakibatkan hasil belajar siswanya baik. Guru merupakan aktor yang

sangat menentukan keberhasilan anak didik. Disamping harus menguasai

metode mengajar yang baik seorang guru harus mempunyai pengetahuan luas

dalam bidangnya.

2.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

(12)

5. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

6. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.(BNSP, 2006:154)

Ruang lingkup Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi

aspek-aspek sebagai berikut :

1. Bilangan

2. Geometri dan pengukuran

3. Pengolahan data (BNSP, 2006:154).

Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan matematika

adalah agar siswa dapat menumbuhkan dan mengembangkan matematika

serta menggunakan pikirannya dalam setiap memecahkan masalah, dapat

mengkomunikasikannyan dengan berbagai media, sehingga siswa memiliki

sikap menghargai dan menggunakan matematika dalam kehidupan sehari

-hari. Dalam hal ini guru dituntut memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan pola pikir mereka dalam mempelajari matematika.

Berkaitan dengan hal itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika adalah: a) guru

hendaknya mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep,

atau, prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa

melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu, b) pembelajaran

matematika berpokus kepada pendekatan realistik yang dihubungkan

(13)

keterampilan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam memecahkan

masalah. Oleh karena itu, matematika yang dipelajari oleh siswa SD dapat

digunakan oleh siswa SD untuk kepentingan hidupnya sehari-hari dalam

kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir yang logis,

sistematis, kritis, dan akhirnya dapat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu

yang lain.

2.3 Belajar

2.3.1 Teori Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal

batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Di dalam pendidikan proses

belajar merupakan hal yang paling pokok, karena untuk mencapai tujuan

suatau pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa

sebagai anak didik. Jadi sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan

proses belajar adalah terjadinya perubahan menjadi mengerti, dari tidak bisa

menjadi terampil dan dari pembohong menjadi jujur serta banyak lagi lainya.

Berbagai pemikiran tentang belajar telah dikemukakan oleh para pemikir dan

ahli pembelajaran dari masa lalu sampai hari ini, kesemuanya mencari jalan

bagai mana pembelajaran itu lebih bermakna. Ada beberapa konsep

pembelajaran yang sudah sangat dikenal oleh pendidik dan pakar pendidikan

seperti :

(14)

Teori belajar J. Bruner dikenal dengan teori belajar penemuan. Belajar

penemuan merupakan usaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah

serta pengetahuan yang menyertainya, sehingga mendapatkan

pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.

2. Teori Belajar Ausubel

Belajar menurut Ausubel adalah belajar bermakna. Belajar bermakna

adalah proses pengaitan informasi baru dengan konsep-konsep relevan

yang telah dimiliki peserta didik yang tersimpan dalam memori mereka.

3. Teori Belajar Piaget.

Menurut Piaget ada tiga bentuk pengetahuan pada seseorang, yaitu

pengetahuan fisik, logika-matematika, dan pengetahuan social.

Pengetahuan social dapat ditransfer dari pendidik ke peserta didik,

sedangkan pengetahuan fisik dan logika-matematik harus dibangun

sendiri oleh peserta didik tersebut.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari tiga konsep pembelajaran di atas bahwa

belajar dapat diterapkan berdasarkan penemuan yang bermakna baik dari

transfer orang lain atau yang dibangun oleh peserta didik sendiri.

2.3.2 Aktivitas Belajar

Menurut Poerwadarminta (2003:23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas

belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar.

Dalam hal kegiatan belajar, Rousseuau (dalam Sardiman 2004:96)

(15)

dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik

secara rohani maupun teknis.

Menurut Paul B. Diedrich (dalam Nasution, 2000) ada beberapa macam kegiatan/aktivitas murid antara lain:

1. Visual Activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan dan sebagianya.

2. Oral Activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.

4. Writing Activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan test, angket, dan menyalin.

5. Drawing Activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, dan pola.

6. Motor Activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan memelihara binatang.

7. Mental Activities, seperti menginga, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, dan gugup

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas itu

adalah suatu kegiatan atau suatu tindakan yang sengaja dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang. Pada umumnya aktivitas atau tindakan

yang dilakukan secara sengaja tersebut mempunyai tujuan tertentu. Ini berarti

aktivitas tersebut dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang karena

(16)

1.3.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindakan

belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindakan guru pencapaian

tujuan pengajaran pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan

mental siswa. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:3)

Menurut Anni (2004: 4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Senada dengan hal

tersebut Sudjana (1990: 22) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu

kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa

tersebut mengalami aktivitas belajar.

Menurut Slameto (1995: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari luar diri siswa, antara lain :

1) Latar belakang pendidikan orang tua ; 2) Status ekonomi sosial orang tua; 3) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah ; 4) Media yang dipakai guru ; 5) Kompetensi guru

Faktor Intern adalah faktor yang mempengaruhi pretasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa, antara lain :

1) Kesehatan; 2) Kecerdasan / intelegensia; 3) Cara belajar; 4) Bakat; 5) Minat; 6) Motivasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa yaitu faktor intern (faktor dari dalam diri siswa itu sendiri) dan

(17)

2.4 Metode Inkuri

Kata inkuiri berarti menyelidiki dengan cara mencari informasi dan

melakukan pertanyaan-pertanyaan, dengan metode inkuri ini siswa dimotivasi

untuk aktif berfikir, melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu

menyelesaikan tugasnya sendiri. Metode inkuri pada mulanya dikembangkan

oleh Richard Suchman (1960) dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan

kemudian dikembangkan dalam ilmu pengetahuan lainnya.

Metode inkuri menurut Mudjito (1998:85) adalah metode yang mengarahkan

murid untuk melakukan penelitian dan pemecahan masalah yang kreatif.

Peranan guru dalam metode ini adalah membantu murid untuk memilih topik,

mengalokasikan sumber-sumber, menarik kesimpulan, dan meneliti

kesimpulan secara kritis. Murid dalam pelaksanaan metode ini harus belajar

mengajukan pertanyaan, menemukan sumber-sumber, mengumpulkan

informasi, menyusun jawaban atau kesimpulan, menyatakan pendapat, dan

menganalisa pendapat sendiri secara kritis.

Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta

keterangan, atau penyelidikan (Ahmadi,1997:76). Siswa diprogramkan agar

selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan

begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan

sedmikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam

rangka ”menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru

(18)

Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode inkuri

merupakan prosedur pengajaran yang menekankan kegiatan siswa secara

mandiri untuk menemukan konsep-konsep keilmuan terutama pada mata

pelajaran matematika yang membutuhkan pengusaan berfikir secara ilmiah.

Metode ini akan menggiring siswa lebih aktif melakukan penelitian didalam

maupun di luar kelas dengan bimbingan guru.

Jenis-jenis metode Inkuiri menurut Muhammad Ali (2004:87) diantaranya : 1. Inkuiri terpimpin

Pada inkuri terpimpin pelaksanaan dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk yang diberikan umumnya berbentuk pertanyaan yang membimbing.

2. Inkuiri Bebas

Dalam inkuiri bebas siswa melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang scientist. Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen dan penyelidikan dilakukan sendiri serta kesimpulan konsep juga dilakukan sendiri.

3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi

Berdasarkan masalah yang diajukan guru, dengan konsep atau teori yang sudah dipahami, siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenaran.

Menurut Gulo (2002:86-87), peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :

a. Motivator , yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan

memiliki gairah berfikir.

b. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berfikir siswa.

c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat dan

memberikan keyakinan pada diri sendiri.

d. Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.

e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berfikir siswa pada tujuan yang

diharapkan.

f. Manager, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. g. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam

(19)

Metode inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut :

1. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan

kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang

siswa/problematika) dan sesuai daya nalar siswa.

2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan

menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.

3. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang memadai.

4. Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi.

5. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar.

6. Tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap siswa.

Dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip

yang harus diperhatikan oleh setiap guru, diantaranya :

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual siswa

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan

berfikir. Tidak sebatas penguasaan materi tetapi sejauh mana siswa

mencari dan menemukan sendiri.

2. Prinsip interaksi

Guru tidak menempatkan diri sebagai sumber belajar tetapi sebagai

pengatur interaksi agar siswa mengembangkan kemampuan berfikirnya

melalui interaksi mereka.

3. Prinsip bertanya

Guru berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk

(20)

4. Prinsip belajar untuk berfikir

Belajar bukan sekedar mengingat sejumlah fakta tetapi proses berfikir

(learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh

otak, baik otak kiri maupun otak kanan.

5. Prinsip keterbukaan

Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan hipotesis dan secara terbuka

membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif.

b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

d. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan

e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

f. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Metode inkuiri memiliki beberapa keunggulan yaitu:

1. Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

(21)

3. Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan.

4. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Kelemahan metode inkuiri, diantaranya:

1. Jika metode inkuiri digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2. Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena

terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3. Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

(22)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Maret 2013, pertemuan

kedua hari Sabtu tanggal 30 Maret 2013 dengan materi Arti Pecahan.

Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti

oleh 24 siswa kelas IV yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 12 anak

perempuan. Faktor-faktor yang diteliti adalah aktivitas dan hasil belajar

siswa. Tahap kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

1. Membuat perangkat pembelajaran (pemetaan, silabus dan RPP)

2. Menetapkan materi bahan ajar dalam pembelajaran yaitu “Arti

Pecahan”

3. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran yaitu kertas lipat.

4. Menyiapkan lembar kerja kelompok.

5. Menyiapkan instrument penelitian/lembar pengamatan untuk

mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

6. Menyusun lembar evaluasi tes yaitu soal bentuk tes essai untuk setiap

(23)

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal 1. Pertemuan Pertama

Guru mengecek kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran dan

melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan apersepsi:

“Jika kalian memiliki sepotong roti dan harus dibagi dua dengan

adik kalian, berapa bagian masing-masing?” Kemudian siswa

menjawab soal tes untuk mengetahui pengetahuan awal siswa

sebelum pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran dilaksanakan dan

memotivasi siswa agar memperhatikan pelajaran.

2. Pertemuan kedua

Guru memasuki kelas dan meminta ketua kelas untuk memimpin

teman-temannya untuk menerima materi pembelajaran dan berdoa,

kemudian guru memberikan salam. Guru mendata kehadiran siswa.

Guru mengajak siswa untuk mengingat dan mengulas kembali materi

sebelumnya secara keseluruhan. Guru memberikan motivasi dengan

cara memberikan informasi mengenai pentingnya materi yang mereka

(24)

b. Kegiatan Inti

1. Pertemuan Pertama

Guru meminta siswa mengamati gambar-gambar bentuk pecahan, dan

melakukan tanya jawab dengan siswa, kemudian guru membagi siswa

menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4 siswa dan memberi tugas

kelompok untuk berdiskusi dan menemukan jawaban sementara dari

permasalahan yang diberikan oleh guru.

Dalam mengumpulkan data, setiap kelompok berdiskusi dan

melakukan percobaan memotong kertas lipat menjadi bebrapa bagian

dan menuliskan pecahannya. Guru mengamati diskusi dan kerja

kelompok dengan memberikan bimbingan jika perlu. Untuk menguji

hipotesis, Setiap kelompok berdiskusi memperlihatkan gambaran

yang didapatkan dalam kelompok, kemudian membuat catatan

laporan hasil diskusi kelompok. Kemudian setiap kelompok

merumuskan kesimpulan dan setiap kelompok secara bergantian

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, dan

kelompok lain saling menanggapi.

2. Pertemuan Kedua

Guru melanjutkan materi pertemuan lalu dengan menjelaskan

kembali materi yang dianggap sulit dengan melibatkan siswa melalui

peragaan-peragaan dan pengamatan benda konkrit. Kemudian guru

melakukan evaluasi dengan memberikan latihan soal dalam bentuk

(25)

pembelajaran matematika yang telah diajarkan. Hasil tes digunakan

untuk melihat tingkat penguasaan siswa sebelum diberikan materi

dan sesudah diberikan materi dengan menggunakan metode inkuiri.

Setelah kegiatan evaluasi dilaksanakan siswa diminta untuk

mengumpulkan lembar jawaban di meja guru sesuai dengan batas

waktu yang telah ditentukan.

c. Kegiatan Akhir 1. Pertemuan Pertama

Pada kegiatan akhir di pertemuan pertama ini, peneliti memberikan

penguatan dari hasil pembelajaran tentang Arti Pecahan dengan

menggunakan metode inkuiri dan bersama-sama siswa membuat

kesimpulan akhir dari proses pembelajaran yang telah berlangsung.

Kemudian memberikan PR serta menginformasikan materi pelajaran

pertemuan berikutnya. Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam.

2. Pertemuan Kedua

Guru memberikan penguatan kepada seluruh siswa, kemudian guru

bersama siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan dan

memotivasi siswa untuk terus rajin belajar dan mempersiapkan diri

untuk mengikuti pembelajaran pada siklus II. Kegiatan diakhiri

(26)

3. Observasi a. Kinerja Guru

Berdasarkan lembar observasi guru yang diisi oleh observer,

diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I

No Indikator / Aspek Yang Diamati Pertemuan

I PRA PEMBELAJARAN 1 2

1 Mempersiapkan ruang, alat pembelajaran dan media 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mempersiapkan siswa untuk belajar 1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

II MEMBUKA PELAJARAN

1 Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mengkomunikasikan kompetensi yang akan dicapai dan

rencana kegiatannya.

1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN A Penguasaan Materi Pelajaran

1 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

relevan

1 2 3 4 1 2 3 4 3 Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan

hierarki belajar dan karakteristiksiswa

1 2 3 4 1 2 3 4 4 Mengaitkan meteri dengan realitas kehidupan 1 2 3 4 1 2 3 4 2,5 2,75 B Pendekatan/Strategi Pembelajaran

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai.

1 2 3 4 1 2 3 4

2 Menguasai kelas 1 2 3 4 1 2 3 4

3 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 1 2 3 4 4 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif

1 2 3 4 1 2 3 4 5 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi

waktu yang direncanakan

1 2 3 4 1 2 3 4 2,6 3,4 C Pemanfaatan Sumber Belajar /Media Pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/media pembelajaran.

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Dapat mengungkapkan suatu objek dengan media 1 2 3 4 1 2 3 4 3 Menghasilkan media yang menarik 1 2 3 4 1 2 3 4 4 Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 1 2 3 4

2,5 3

D Pembelajaran dan Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa

1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

(27)

No Indikator / Aspek Yang Diamati Pertemuan belajar

2,5 3

E Penilaian Proses dan Hasil Belajar

1 Memantau kemajuan belajar selama proses 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi

(tujuan)

1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

F. Penggunaan Bahasa

1 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas baik dan benar

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

III PENUTUP

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,

atau kegiatan, atau tugassebagai bagian remidi/pengayaan

1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

Jumlah Skor Total 25,1 27,15

Jumlah Skor Maksimal 36 36

Rata-rata 69,72 75,42

Nilai 2,8 3

Sumber : Diolah dari Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I

Keterangan :

Nilai Angka

Nilai Mutu Indikator

4 Sangat Baik Aspek yang diaamati dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik, guru melakukannya dengan sempurna, dan guru terlihat professional.

3 Baik Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan baik, guru melakukannya tanpa kesalahan, dan guru tampak menguasai.

2 Cukup Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan cukup baik, guru melakukannya dengan sedikit kesalahan, dan guru tampak cukup menguasai 1 Kurang Aspek yang diamati tidak dilaksanakan oleh guru,

guru melakukannya dengan banyak kesalahan dan guru tampak tidak menguasai.

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah skor total kinerja guru yang

diperoleh pada siklus I pertemuan 1 adalah 25,1 sedangkan skor

(28)

yaitu 69,72 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 jumlah skor total

kinerja guru mengalami peningkatan 2,05 point menjadi 27,15

dengan nilai rata-rata kinerja guru meningkat menjadi 74,42.

b. Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

Hasil observasi aktivitas siswa dianalisis, kriteria penilaian aktivitas

siswa dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.2 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1

No Nama

Indikator yang

diamati Jumlah Skor

Maksimal a b c d e

1. BS 4 3 2 2 3 14 25

2. MAA 1 2 2 1 2 8 25

3. MFA 3 2 2 3 3 13 25

4. NW 2 1 3 2 2 10 25

5. RS 2 2 3 2 2 11 25

6. SRD 3 1 2 2 1 9 25

7. SLV 1 1 2 2 2 8 25

8. SA 2 2 2 3 1 10 25

9. FI 4 3 4 3 3 17 25

10. KB 3 2 3 3 4 15 25

11. MA 4 3 3 2 2 14 25

12. MH 2 3 2 2 3 12 25

13. NA 3 2 2 2 3 12 25

14. AS 1 2 2 1 1 7 25

15. AN 2 3 3 2 2 12 25

16. FS 2 2 2 2 2 10 25

17. NF 2 3 2 3 2 12 25

18. SA 4 3 3 2 2 14 25

19. MS 3 3 2 3 3 14 25

20. RA 3 2 2 1 3 11 25

21. WD 4 3 3 2 3 15 25

22. AVE 3 3 4 4 4 18 25

23. MAS 3 2 3 3 2 13 25

24. ADR 2 3 3 2 3 13 25

Jumlah 292 600

(29)

Sumber : Diolah dari data hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan 1

Keterangan:

a. Kesiapan siswa dalam belajar

b. Mengerjakan LKS

c. Bertanya atau menjawab pertanyaan

d. Mengerjakan tugas dengan baik

e. Keaktifan dalam berdiskusi

Kriteria Penilaian:

Nilai 5, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan sangat baik.

Nilai 4, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan baik.

Nilai 3, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan cukup.

Nilai 2, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik.

Nilai 1, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik

sekali.

(Sumber: Adaptasi dari Suyono.2005. Jurnal Penelitian Laporan PTK. Dirjen Dikti Jakarta).

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, jumlah skor keseluruhan aktivitas

siswa adalah 292 dan skor maksimal 600. Dengan demikian, nilai

rata-rata aktivitas siswa adalah 48,67. Hal ini dapat diartikan

berdasarkan hasil observasi peneliti, keberhasilan kegiatan penelitian

siklus I pertemuan 1 belum memenuhi target yang diharapkan

sehingga perlu perbaikan pada pertemuan berikutnya.

b. Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

Hasil observasi aktivitas siswa dianalisis, kriteria penilaian aktivitas

(30)
[image:30.595.174.514.104.533.2]

Tabel 4.3 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2

No Nama

Indikator yang

diamati Jumlah Skor

Maksimal a b c d e

1. BS 4 3 3 2 3 15 25

2. MAA 2 3 2 2 2 11 25

3. MFA 4 3 2 3 3 15 25

4. NW 3 2 3 2 2 12 25

5. RS 3 2 3 3 3 14 25

6. SRD 3 2 2 3 2 12 25

7. SLV 2 2 2 3 2 11 25

8. SA 3 2 3 3 2 13 25

9. FI 4 4 4 3 4 19 25

10. KB 4 3 4 3 4 18 25

11. MA 4 3 3 3 3 16 25

12. MH 3 3 3 3 3 15 25

13. NA 3 3 2 3 3 14 25

14. AS 2 3 2 2 2 11 25

15. AN 3 3 4 2 3 15 25

16. FS 2 3 2 3 3 13 25

17. NF 3 3 2 3 3 14 25

18. SA 4 3 4 2 3 16 25

19. MS 4 3 3 3 3 16 25

20. RA 3 3 2 2 3 13 25

21. WD 4 3 3 3 4 17 25

22. AVE 3 4 4 4 4 19 25

23. MAS 3 3 3 3 2 14 25

24. ADR 3 3 3 3 4 16 25

Jumlah 349 600

Rata-rata 58,17

Sumber : Diolah dari data hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan 2

Keterangan:

a. Kesiapan siswa dalam belajar

b. Mengerjakan LKS

c. Bertanya atau menjawab pertanyaan

d. Mengerjakan tugas dengan baik

(31)

Kriteria Penilaian:

Nilai 5, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan sangat

baik.

Nilai 4, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan baik.

Nilai 3, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan cukup.

Nilai 2, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang

baik.

Nilai 1, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang

baik sekali.

(Sumber: Adaptasi dari Suyono.2005. Jurnal Penelitian Laporan PTK. Dirjen Dikti Jakarta).

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, jumlah skor keseluruhan aktivitas siswa

adalah 349 dan skor maksimal 600. Dengan demikian, nilai rata-rata

aktivitas siswa adalah 58,17. Hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil

observasi peneliti, keberhasilan kegiatan penelitian siklus I pertemuan

2 telah mengalami peningkatan walaupun belum memenuhi target

yang diharapkan sehingga perlu perbaikan pada siklus berikutnya.

c. Hasil Belajar Siswa Siklus I

Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang dilaksanakan pada

siklus I dilakukan tes tertulis dengan bentuk isian. Siswa dinyatakan

tuntas apabila lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang telah ditentukan. Hasil belajar siswa yang diperoleh

melalui tes tertulis yang dilaksanakan pada akhir tindakan siklus I

(32)
[image:32.595.173.512.106.589.2]

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Nama Nilai Keterangan

1. BS 60 T

2. MAA 45 BT

3. MFA 65 T

4. NW 55 BT

5. RS 60 T

6. SRD 50 BT

7. SLV 55 BT

8. SA 55 BT

9. FI 70 T

10. KB 75 T

11. MA 80 T

12. MH 60 T

13. NA 65 T

14. AS 50 BT

15. AN 70 T

16. FS 45 BT

17. NF 70 T

18. SA 65 T

19. MS 80 T

20. RA 50 BT

21. WD 70 T

22. AVE 60 T

23. MAS 65 T

24. ADR 60 T

Jumlah 1480

Rata-rata 61,67

KKM 60

Nilai Terendah 45

Nilai Tertinggi 80

Tuntas 16

Belum Tuntas 8

Persentase Siswa Tuntas 66,67 %

Berdasarkan data pada tabel 4.4 di atas diketahui bahwa walaupun

belum mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan tetapi hasil

belajar siswa mengalami peningkatan dibanding sebelum dilakukan

(33)

4. Refleksi

Setelah dilaksanakan siklus I didakan refleksi bersama dengan observer

(guru pendamping). Refleksi bertujuan utnuk mengetahui kekurangan

yang ada pada siklus I sehingga dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

Kekurangan pada siklus I ini adalah sebagai berikut :

1. Siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan metode inkuiri

sehingga masih canggung dan bingung ketika diberikan masalah

yang harus diselesaikan dengan melakukan kegiatan pada LKS.

2. Siswa belum terbiasa melakukan diskusi kelompok sehingga masih

ada siswa yang mengerjakan secara individu dan masih pasif dalam

menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru.

3. Kurangnya motivasi siswa dari guru.

4. Pada proses pembelajaran guru kurang memperhatikan alokasi

waktu yang tersedia.

Maka hal-hal yang harus dilakukan pada siklus II adalah :

1. Menjelaskan kembali pada siswa tentang langkah-langkah

pembelajaran matematika menggunakan metode inkuiri.

2. Menjelaskan kepada siswa tentang manfaat kerja kelompok yaitu

memudahkan siswa dalam memahami materi dan menumbuhkan

sikap kebersamaan antara siswa.

3. Memotivasi siswa lebih aktif dalam pembelajaran dengan cara

memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif lagi dalam

pembelajaran dengan tanya jawab dan memberikan pujian atas

(34)

4. Mengefektifkan kegiatan pembelajaran sehingga dapat sesuai dengan

alokasi waktu yang ditetapkan.

4.1.2 Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 April 2013, pertemuan

kedua hari Kamis tanggal 4 April 2013 dengan materi Pecahan sebagai

pembagian. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan

yang diikuti oleh 24 siswa kelas IV yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 12

anak perempuan. Faktor-faktor yang diteliti adalah aktivitas dan hasil belajar

siswa. Tahap kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

1. Membuat perangkat pembelajaran (pemetaan, silabus dan RPP)

2. Menetapkan materi bahan ajar dalam pembelajaran yaitu “Pecahan

Sebagai Pembagian”

3. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran yaitu kertas karton.

4. Menyiapkan lembar kerja kelompok.

5. Menyiapkan instrument penelitian/lembar pengamatan untuk

mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

6. Menyusun lembar evaluasi tes yaitu soal bentuk tes essai untuk setiap

siklus.

2. Pelaksanaan Tindakan

(35)

a. Kegiatan Awal 1. Pertemuan Pertama

Guru memasuki kelas dan memberi salam serta mengkondisikan

kelas yang dilanjutkan dengan mengabsen siswa, dan diberikan

pertanyaan oleh guru yang berkaitan dengan materi yang akan

diajarkan. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang materi lalu yaitu

arti pecahan. Peneliti kembali menerapkan metode inkuiri pada mata

pelajaran matematika. Kegiatan perbaikan pembelajaran ini diawali

dengan memberikan tes awal yang dikerjakan secara individu untuk

mendapatkankan mengertahui tentang pengetahuan awal siswa

sebelum materi diberikan.

2. Pertemuan Kedua

Guru memasuki kelas dan meminta ketua kelas untuk memimpin

teman-temannya untuk menerima materi pembelajaran dan berdoa,

kemudian guru memberikan salam. Guru mendata kehadiran siswa.

Guru mengajak siswa untuk mengingat dan mengulas kembali

materi sebelumnya secara keseluruhan. Guru memberikan motivasi

dengan cara memberikan informasi mengenai pentingnya materi

yang mereka pelajari.

b. Kegiatan Inti

1. Pertemuan Pertama

Guru menjelaskan materi tengang pecahan sebagai pembagian dan

(36)

kelompok yang terdiri dari 4 siswa dan memberi tugas kelompok

untuk berdiskusi dan menemukan jawaban sementara dari

permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam mengumpulkan data,

setiap kelompok berdiskusi dan melakukan percobaan memotong

karton menjadi beberapa bagian dan menuliskan pecahannya. Guru

mengamati diskusi dan kerja kelompok dengan memberikan

bimbingan jika perlu. Untuk menguji hipotesis, Setiap kelompok

berdiskusi memperlihatkan gambaran yang didapatkan dalam

kelompok, kemudian membuat catatan laporan hasil diskusi

kelompok. Kemudian setiap kelompok merumuskan kesimpulan dan

setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya di depan kelas, dan kelompok lain saling menanggapi.

2. Pertemuan Kedua

Guru melanjutkan materi pertemuan lalu dengan menjelaskan

kembali materi yang dianggap sulit dengan melibatkan siswa melalui

peragaan-peragaan dan pengamatan benda konkrit. Kemudian guru

melakukan evaluasi dengan memberikan latihan soal dalam bentuk

essai kepada siswa, untuk melihat tingkat penguasaan materi

pembelajaran matematika yang telah diajarkan. Hasil tes digunakan

untuk melihat tingkat penguasaan siswa sebelum diberikan materi

dan sesudah diberikan materi dengan menggunakan metode inkuiri.

Setelah kegiatan evaluasi dilaksanakan siswa diminta untuk

mengumpulkan lembar jawaban di meja guru sesuai dengan batas

(37)

c. Kegiatan Akhir 1. Pertemuan Pertama

Pada kegiatan akhir di pertemuan pertama ini, peneliti memberikan

penguatan dari hasil pembelajaran tentang Pecahan Sebagai

Perbandingan dengan menggunakan metode inkuiri dan

bersama-sama siswa membuat kesimpulan akhir dari proses pembelajaran

yang telah berlangsung. Kemudian memberikan PR serta

menginformasikan materi pelajaran pertemuan berikutnya. Kegiatan

diakhiri dengan doa dan salam.

2. Pertemuan Kedua

Guru memberikan penguatan kepada seluruh siswa, kemudian guru

bersama siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan dan

memotivasi siswa untuk terus rajin belajar. Kegiatan diakhiri dengan

doa dan salam.

3. Observasi a. Kinerja Guru

Berdasarkan lembar observasi guru yang diisi oleh observer,

diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II

No Indikator / Aspek Yang Diamati Pertemuan

I PRA PEMBELAJARAN 1 2

1 Mempersiapkan ruang, alat pembelajaran dan media 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mempersiapkan siswa untuk belajar 1 2 3 4 1 2 3 4

3,5 4

II MEMBUKA PELAJARAN

1 Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mengkomunikasikan kompetensi yang akan dicapai dan

rencana kegiatannya.

(38)

No Indikator / Aspek Yang Diamati Pertemuan

3 3,5

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN A Penguasaan Materi Pelajaran

1 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

relevan

1 2 3 4 1 2 3 4 3 Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan

hierarki belajar dan karakteristiksiswa

1 2 3 4 1 2 3 4 4 Mengaitkan meteri dengan realitas kehidupan 1 2 3 4 1 2 3 4 3,5 3,75 B Pendekatan/Strategi Pembelajaran

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai.

1 2 3 4 1 2 3 4

2 Menguasai kelas 1 2 3 4 1 2 3 4

3 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 1 2 3 4 4 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif

1 2 3 4 1 2 3 4 5 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi

waktu yang direncanakan

1 2 3 4 1 2 3 4 3,4 3,6 C Pemanfaatan Sumber Belajar /Media Pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/media pembelajaran.

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Dapat mengungkapkan suatu objek dengan media 1 2 3 4 1 2 3 4 3 Menghasilkan media yang menarik 1 2 3 4 1 2 3 4 4 Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 1 2 3 4 3,25 3,75 D Pembelajaran dan Memicu dan Memelihara

Keterlibatan Siswa

1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam

belajar

1 2 3 4 1 2 3 4

4 4

E Penilaian Proses dan Hasil Belajar

1 Memantau kemajuan belajar selama proses 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi

(tujuan)

1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

F. Penggunaan Bahasa

1 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas baik dan benar

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 1 2 3 4 3,5 3,5 III PENUTUP

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,

atau kegiatan, atau tugassebagai bagian remidi/pengayaan

(39)

No Indikator / Aspek Yang Diamati Pertemuan

3 3,5

Jumlah Skor Total 30,15 32,6

Jumlah Skor Maksimal 36 36

Rata-rata 83,75 90,56

Nilai 3,4 3,6

Sumber : Diolah dari Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II

Keterangan :

Nilai Angka

Nilai Mutu Indikator

4 Sangat Baik Aspek yang diaamati dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik, guru melakukannya dengan sempurna, dan guru terlihat professional.

3 Baik Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan baik, guru melakukannya tanpa kesalahan, dan guru tampak menguasai.

2 Cukup Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan cukup baik, guru melakukannya dengan sedikit kesalahan, dan guru tampak cukup menguasai 1 Kurang Aspek yang diamati tidak dilaksanakan oleh guru,

guru melakukannya dengan banyak kesalahan dan guru tampak tidak menguasai.

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah skor total kinerja guru yang

diperoleh pada siklus I pertemuan 1 adalah 30,15 sedangkan skor

maksimal adalah 36 sehingga diperoleh nilai rata-rata kinerja guru

yaitu 83,75 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 jumlah skor total

kinerja guru mengalami peningkatan 2,45 point menjadi 32,6 dengan

nilai rata-rata kinerja guru meningkat menjadi 90,56.

b. Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

Hasil observasi aktivitas siswa dianalisis menggunakan analisis,

(40)
[image:40.595.163.517.103.536.2]

Tabel 4.6 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1

No Nama

Indikator yang

diamati Jumlah Skor

Maksimal a b c d e

1. BS 4 4 3 3 4 18 25

2. MAA 3 3 3 2 3 14 25

3. MFA 4 4 3 4 3 18 25

4. NW 4 3 3 3 2 15 25

5. RS 4 3 4 3 4 18 25

6. SRD 3 3 3 4 2 15 25

7. SLV 3 3 4 3 4 17 25

8. SA 4 3 3 4 3 17 25

9. FI 5 4 4 4 5 22 25

10. KB 5 4 4 4 4 21 25

11. MA 4 3 4 3 4 18 25

12. MH 4 4 3 4 3 18 25

13. NA 3 3 3 4 4 17 25

14. AS 3 3 3 2 3 14 25

15. AN 4 3 4 3 3 17 25

16. FS 3 3 3 3 3 15 25

17. NF 5 3 4 3 3 18 25

18. SA 5 3 4 3 4 19 25

19. MS 5 3 4 3 4 19 25

20. RA 4 3 3 3 3 16 25

21. WD 5 3 4 3 4 19 25

22. AVE 4 5 4 4 4 21 25

23. MAS 3 4 3 4 3 17 25

24. ADR 4 3 4 3 4 18 25

Jumlah 421 600

Rata-rata 70,17

Sumber : Diolah dari data hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan 1

Keterangan:

a. Kesiapan siswa dalam belajar

b.Mengerjakan LKS

c. Bertanya atau menjawab pertanyaan

d.Mengerjakan tugas dengan baik

e. Keaktifan dalam berdiskusi

Kriteria Penilaian:

(41)

Nilai 4, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan baik.

Nilai 3, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan cukup.

Nilai 2, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik.

Nilai 1, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik

sekali.

(Sumber: Adaptasi dari Suyono.2005. Jurnal Penelitian Laporan PTK. Dirjen Dikti Jakarta).

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, jumlah skor keseluruhan aktivitas siswa

adalah 421 dan skor maksimal 600. Dengan demikian, nilai rata-rata

aktivitas siswa adalah 70,17. Hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil

observasi peneliti, keberhasilan kegiatan penelitian siklus II pertemuan

1 belum memenuhi target yang diharapkan yaitu 75 sehingga perlu

perbaikan pada pertemuan berikutnya.

c. Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

Hasil observasi aktivitas siswa dianalisis dengan kriteria penilaian

[image:41.595.166.513.544.752.2]

aktivitas siswa dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.7 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2

No Nama

Indikator yang

diamati Jumlah Skor

Maksimal a b c d e

1. BS 5 4 3 4 4 20 25

2. MAA 4 4 3 4 3 18 25

3. MFA 5 4 4 4 4 21 25

4. NW 5 3 4 4 3 19 25

5. RS 5 4 4 3 5 21 25

6. SRD 4 3 4 5 3 19 25

7. SLV 4 3 4 3 4 18 25

8. SA 5 4 3 4 4 20 25

9. FI 5 4 5 5 5 24 25

10. KB 5 4 5 4 5 23 25

(42)

No Nama

Indikator yang

diamati Jumlah Skor

Maksimal a b c d e

12. MH 4 4 4 5 4 21 25

13. NA 4 3 4 4 5 20 25

14. AS 4 4 5 3 4 20 25

15. AN 4 4 4 3 4 19 25

16. FS 4 3 4 4 4 19 25

17. NF 5 3 4 4 4 20 25

18. SA 5 3 4 4 5 21 25

19. MS 5 4 4 3 5 21 25

20. RA 4 5 3 4 4 20 25

21. WD 5 4 4 3 5 21 25

22. AVE 4 5 5 4 4 22 25

23. MAS 3 5 3 4 5 20 25

24. ADR 5 4 5 4 4 22 25

Jumlah 490 600

Rata-rata 81,67

Sumber : Diolah dari data hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan 2

Keterangan:

a. Kesiapan siswa dalam belajar

b. Mengerjakan LKS

c. Bertanya atau menjawab pertanyaan

d. Mengerjakan tugas dengan baik

e. Keaktifan dalam berdiskusi

Kriteria Penilaian:

Nilai 5, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan sangat baik.

Nilai 4, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan baik.

Nilai 3, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan cukup.

Nilai 2, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik.

Nilai 1, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik

sekali.

(43)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, jumlah skor keseluruhan aktivitas siswa

adalah 490 dan skor maksimal 600. Dengan demikian, nilai rata-rata

aktivitas siswa adalah 81,67. Hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil

observasi peneliti, keberhasilan kegiatan penelitian siklus II pertemuan

2 telah melampaui target yang diharapkan yaitu 75 sehingga peneltian

dapat dikatakan bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar matematika siswa.

d. Hasil Belajar Siswa Siklus II

Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang dilaksanakan pada

siklus II dilakukan tes tertulis dengan bentuk isian. Siswa dinyatakan

tuntas apabila lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang telah ditentukan. Hasil belajar siswa yang diperoleh

melalui tes tertulis yang dilaksanakan pada akhir tindakan siklus II

[image:43.595.163.512.511.758.2]

sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Nama Nilai Keterangan

1. BS 85 T

2. MAA 65 T

3. MFA 80 T

4. NW 75 T

5. RS 75 T

6. SRD 85 T

7. SLV 70 T

8. SA 75 T

9. FI 100 T

10. KB 100 T

11. MA 100 T

12. MH 80 T

13. NA 85 T

14. AS 90 T

15. AN 90 T

(44)

No Nama Nilai Keterangan

17. NF 100 T

18. SA 80 T

19. MS 100 T

20. RA 85 T

21. WD 100 T

22. AVE 90 T

23. MAS 75 T

24. ADR 80 T

Jumlah 2030

Rata-rata 84,58

KKM 60

Nilai Terendah 65

Nilai Tertinggi 100

Tuntas 24

Belum Tuntas 0

Persentase Siswa Tuntas 100 %

Dari tabel 4.6 di atas diperoleh hasil belajar siswa pada II dengan

rincian tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai < 60 sedangkan siswa

yang mendapat nilai > 60 sebanyak 24 siswa atau sejumlah 100 %.

Dengan rata-rata kelas 84,58.

Dari hasil yang diperoleh pada akhir siklus I didapatkan hasil

persentase aktivitas siswa 58,17 sedangkan pada akhir siklus II

menjadi 80,17 atau mengalami peningkatan sebanyak 22 point.

Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa didapati ketuntasan pada akhir

siklus I yaitu 66,67 % sedangkan pada akhir siklus II mengalami

peningkatan sebanyak 33,33 % sehingga mencapai 100% tuntas maka

dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian ini berhasil dan

dihentikan pada siklus II.

(45)

Refleksi dari kegiatan pembelajaran pada siklus II dilakukan dengan

cara diskusi antara peneliti dengan observer. Berdasarkan hasil

pengamatan didapati hal-hal sebagai berikut:

a. Penerapan metode inkuiri pada pertemuan ini sudah lebih baik dari

pertemuan-pertemuan sebelumnya.

b. Aktivitas belajar siswa baik secara mandiri maupun kelompok

mengalami peningkatan.

c. 100% siswa berhasil mendapatkan nilai diatas KKM yang ditentukan

atau dapat dinyatakan tuntas.

Setelah pelaksanaan siklus II dan melihat perolehan yang dicapai siswa

telah melampaui indikator keberhasilan yang ditentukan maka peneliti dan

observer mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran matematika

tentang Pecahan dengan motode inkuiri berhasil sehingga penelitian

dihentikan dan tidak diperlukan siklus selanjutnya.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan

menggunakan metode inkuiri berjalan dengan baik. Siswa sudah mulai

aktif bertanya dan tampak sangat antusias saat guru meminta siswa

untuk membentuk kelompok dan melakukan kegiatan sesuai LKS.

Rekapituasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika

(46)
[image:46.595.160.549.120.601.2]

Tabel 4.9 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II

No Nama Siklus I Siklus II

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2

1. BS 14 15 18 20

2. MAA 8 11 14 18

3. MFA 13 15 18 21

4. NW 10 12 15 19

5. RS 11 14 18 21

6. SRD 9 12 15 19

7. SLV 8 11 17 18

8. SA 10 13 17 20

9. FI 17 19 22 24

10. KB 15 18 21 23

11. MA 14 16 18 21

12. MH 12 15 18 21

13. NA 12 14 17 20

14. AS 7 11 14 20

15. AN 12 15 17 19

16. FS 10 13 15 19

17. NF 12 14 18 20

18. SA 14 16 19 21

19. MS 14 16 19 21

20. RA 11 13 16 20

21. WD 15 17 19 21

22. AVE 18 19 21 22

23. MAS 13 14 17 20

24. ADR 13 16 18 22

Jumlah 292 349 421 490

Jumlah Maksimal 600 600 600 600

Rata-rata 48,67 58,17 70,17 81,67

Peningkatan Siklus 9,5 11,5

Rata-rata Siklus 53,42 75,92

Peningkatan rerata aktivitas siswa siklus 1 ke siklus 2 sebesar 22,5

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I

pertemuan 1 persentase aktivitas siswa 48,67 dan pada pertemuan 2

mengalami peningkatan 9,5 menjadi 58,17. Rata-rata aktivitas siswa

siklus I sebesar 53,42. Pada siklus II aktivitas siswa kembali mengalami

(47)

dan pada pertemuan 2 mengalami peningkatan 11,5 mencapai 81,67.

Rata-rata aktivitas siklus II yaitu 75,92. Dengan demikian dapat

dikatakan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar

matematika siswa kelas IV SDN 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung

Selatan Bandar Lampung.

4.2.2 Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran

Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode inkuiri

menunjukan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa setiap

siklusnya. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada siklus I diperoleh

hasil 66,67% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

namun nilai yang diperoleh masih rendah dan belum mencapai indikator

keberhasilan yang telah ditentukan. Pada siklus II hasil belajar siswa

mengalami peningkatan yang memuaskan karena 100% siswa

mengalami ketuntasan belajar dan memperoleh nilai melampaui Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini mungkin disebabkan karena pada

siklus II siswa sudah mulai aktif berdiskusi membahas LKS yang

diberikan oleh guru dan lebih memperhatikan penjelasan dari guru.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat rekapitulasi hasil belajar siswa pada

(48)
[image:48.595.160.532.112.172.2]

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa

No Keterangan Siklus I Siklus II Peningkatan

1. Rata-rata Nilai 61,67 84,58 22,91

2. Jumlah Siswa yang Tuntas 16 24 8

3. Persentase Siswa yang Tuntas 66,67% 100% 33,33%

Nilai KKM Matematika SDN 2 Kangkung = ≥ 60

Keterangan :

1. Pada siklus I rata-rata nilai siswa adalah 61,67 dan pada siklus kedua

meningkat sebanyak 22,91 point menjadi 84,58.

2. Pada siklus I siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 16

siswa dan pada siklus II sebanyak 24 siswa. Berdasarkan tabel di atas

terlihat peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar

sebanyak 8 orang pada siklus II.

3. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa hanya 66,67%

kemudian mengalami peningkatan pada siklus II sebanyak 33,33%

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan pada kelas IV

di SDN 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Melalui penggunaan metode inkuiri pada mata pelajaran matematika

materi Pecahan di kelas IV dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada

siswa mulai dari siklus I sampai Siklus II dan terjadi peningkatan disetiap

siklusnya yaitu rata-rata siklus I 53,42 meningkat 22,50 pada siklus II

menjadi 75,92.

Gambar

Tabel 4.2 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1
Tabel 4.3 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2
Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I
Tabel 4.6 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, Kami berharap masyarakat percaya kepada peroduk kami dan mengati pengunaan pestisida sintetik yang tidak ramah lingkungan dengan produk kami..

[r]

Metode observasi atau pengamatan adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan secara cermat. Kalau pengamatan tidak memenuhi prosedur dan aturan yang jelas, tidak

Artinya adalah jika secara keseluruhan variabel bebas dalam penelitian ini bernilai sama dengan nol, maka besarnya nilai variabel terikat dalam hal ini Niat Beli

Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif-komparatif dengan menggunakan uji rasio efektivitas untuk mengetahui seberapa besar tingkat persentase sasaran yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair limbah jerami padi dan limbah cangkang telur ayam terhadap peningkatan kandungan kalsium

Setelah program ALD dibuka akan tampak tampilan seperti Gambar 5.0 tahap pertama yang harus dilakukan adalah membuat file baru dengan membuka open new file hal

Kabupaten Tegal melalui Pejabat Pengadaan telah melakukan proses Pengadaan Langsung. pekerjaan pengadaan barang Kegiatan Pengadaan Perlengkapan