SKRIPSI
PENGARUH DEBT TO ASSET RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN ON ASSETS
PADA PERUSAHAAN PERTANIAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
TANTRI EKA WARDANA 100522136
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
PENGARUH DEBT TO ASSET RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN ON ASSETS
PADA PERUSAHAAN PERTANIAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh dari Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara signifikan terhadap Retrun on Asset (ROA) secara parsial dan simultan pada perusahaan pertanian yang terdaftar di BEI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara signifikan terhadap Retrun on Asset (ROA) secara parsial dan simultan pada perusahaan pertanian yang terdaftar di BEI.
Hipotesis dalam penelitian ini ialah ada pengaruh dari Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara signifikan terhadap Retrun on Asset (ROA) secara parsial dan simultan pada perusahaan pertanian yang terdaftar di BEI.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan memperoleh data secara tidak langsung yang berupa laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan melalui BEI selama periode 2009 – 2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 14 perusahaan yang terdaftar di BEI diperoleh 10 perusahaan sampel. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel DAR, DER secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Pengujian secara Parsial menunjukkan variabel DAR, DER secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.
ABSTRACT
EFFECT OF DEBT TO ASSET RATIO , DEBT TO EQUITY RATIO OF RETURN ON ASSETS LISTED IN AGRICULTURE IN BEI
Formulation of the problem in this study is whether there is the influence of the Debt to Asset Ratio ( DAR ) and the Debt to Equity Ratio ( DER ) significantly to Retrun on Assets ( ROA ) partially and simultaneously on agricultural company listed on BEI . The purpose of this study was to determine whether there is an influence of the Debt to Asset Ratio ( DAR ) and the Debt to Equity Ratio ( DER ) significantly to Retrun on Assets ( ROA ) partially and simultaneously on agricultural company listed on the BEI .
The hypothesis of this study is that there is an influence of the Debt to Asset Ratio ( DAR ) and the Debt to Equity Ratio ( DER ) significantly to Retrun on Assets ( ROA ) partially and simultaneously on agricultural company listed on BEI .
Secondary data collection is done with the data obtained indirectly in the form of financial statements published by the company during the period BEI 2009-2011 . The sample selection method and purposive sampling of 14 companies listed on BEI gained 10 sample firms . The analytical method used was multiple linear regression and performed classical assumption first.
These results indicate that the variable DAR , DER simultaneously not significantly affect ROA . Partial testing showed variable DAR , DER partially no significant effect on ROA .
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Debt to Asset Ratio
(DAR), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return on Asset (ROA) pada Perusahaan Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Program Studi
Strata-1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari tidak dapat berdiri sendiri dalam menyelesaikan
penelitian ini tanpa bantuan dan dorongan baik materil maupun spiritual dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis ingin
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen
S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs.
Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia
Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas
4. Bapak Drs. Chairul Nazwar,M.Si.,Ak sebagai Dosen Pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar,M.Si.,Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang
telah memberikan waktu untuk membaca dan menilai skripsi ini.
6. Orang tua penulis, Ayahanda Willy Ardana dan Ibunda Marina yang telah
memberikan dukungan baik moril dan materil kepada penulis. Serta seluruh
sahabat penulis yang telah menjadi sumber inspirasi dan yang mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan lmu pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena
itu dibutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Medan, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... iv
DAFTAR SNGKATAN ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 9
2.1.1 Hutang... 9
2.1.1.1 Hutang Jangka Pendek ... 10
2.1.1.2 Hutang Jangka Panjang ... 10
2.1.1.3 Faktor – Faktor yang Memiliki PengaruhTerhadap Kebijakan Hutang... 11
2.1.2 Rasio Solvabilitas... 13
2.1.3 Profitabilitas... 15
2.1.3.1 Cara Mengukur Rasio Profitabilitas... 17
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 20
2.3 Kerangka Konseptual... 25
2.4 Hipotesis... 27
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 28
3.2 Jenis Sumber Data... 28
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 28
3.4 Defenisi Operasional Variabel... 30
3.5 Teknik Pengumpulan Data... 31
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data... 31
3.6.1 Metode Analisis Data... 31
3.6.2 Pengujian Hipotesis... 34
3.7 Waktu Penelitian ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 38
4.1.1 Data Penelitian... 38
4.1.2 Fluktuasi Retrun On Asset... 39
4.1.3 Fluktuasi Dest To Asset Ratio... 43
4.1.4 Fluktuasi Debt To Equity Ratio... 47
4.2 Analisis Statistik... 51
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif... 51
4.2.2 Analisis Regresi Sederhana... 52
4.2.3 Uji Asumsi Klasik... 53
4.2.3.1 Uji Normalitas... 53
4.2.3.3 Uji Autokorelasi... 62 4.1.3.4 Pengujian Hipotesis... 63 4.3 Pembahasan... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan... 71 5.2 Saran ... 72
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 23
3.1 Sampel Penelitian ... 30
3.2 Operasional Variabel... 30
3.3 Waktu Penelitian ... 36
4.1 Data Variabel ROA ( Y ) ... 38
4.2 Data Variabel DAR ( X1 ) ... 38
4.3 Data Variabel DER ( X2 ) ... 39
4.4 Pertumbuhan ROA ... 39
4.5 Pertumbuhan DAR ... 44
4.6 Pertumbuhan DER ... 48
4.7 Statistik Deskriptif ... 51
4.8 Tabel Regresi ... 52
4.9 Hasil Uji Normalitas Pendekatan Kolnogrov-Sinirnov ... 55
4.10 Hasil Uji Normalitas (2) Setelah Transformasi dengan logaritma Natural ... 57
4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... 60
4.12 Hasil Uji Autokorelasi ... 62
4.13 Hasil Penguji Koefisien Determinasi ... 64
4.14 Hasil Uji Signifikan Simultan ( Uji – F ) ... 65
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 26
4.1 Histogram Uji Normalitas ... 54
4.2 Uji Normalitas P - Plot ... 56
4.3 Histogram Setelah Transformasi ... 58
4.4 Grafik Normal P – Plot Setelah Transformasi ... 59
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
ABSTRAK
PENGARUH DEBT TO ASSET RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN ON ASSETS
PADA PERUSAHAAN PERTANIAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh dari Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara signifikan terhadap Retrun on Asset (ROA) secara parsial dan simultan pada perusahaan pertanian yang terdaftar di BEI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara signifikan terhadap Retrun on Asset (ROA) secara parsial dan simultan pada perusahaan pertanian yang terdaftar di BEI.
Hipotesis dalam penelitian ini ialah ada pengaruh dari Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara signifikan terhadap Retrun on Asset (ROA) secara parsial dan simultan pada perusahaan pertanian yang terdaftar di BEI.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan memperoleh data secara tidak langsung yang berupa laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan melalui BEI selama periode 2009 – 2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 14 perusahaan yang terdaftar di BEI diperoleh 10 perusahaan sampel. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel DAR, DER secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Pengujian secara Parsial menunjukkan variabel DAR, DER secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.
ABSTRACT
EFFECT OF DEBT TO ASSET RATIO , DEBT TO EQUITY RATIO OF RETURN ON ASSETS LISTED IN AGRICULTURE IN BEI
Formulation of the problem in this study is whether there is the influence of the Debt to Asset Ratio ( DAR ) and the Debt to Equity Ratio ( DER ) significantly to Retrun on Assets ( ROA ) partially and simultaneously on agricultural company listed on BEI . The purpose of this study was to determine whether there is an influence of the Debt to Asset Ratio ( DAR ) and the Debt to Equity Ratio ( DER ) significantly to Retrun on Assets ( ROA ) partially and simultaneously on agricultural company listed on the BEI .
The hypothesis of this study is that there is an influence of the Debt to Asset Ratio ( DAR ) and the Debt to Equity Ratio ( DER ) significantly to Retrun on Assets ( ROA ) partially and simultaneously on agricultural company listed on BEI .
Secondary data collection is done with the data obtained indirectly in the form of financial statements published by the company during the period BEI 2009-2011 . The sample selection method and purposive sampling of 14 companies listed on BEI gained 10 sample firms . The analytical method used was multiple linear regression and performed classical assumption first.
These results indicate that the variable DAR , DER simultaneously not significantly affect ROA . Partial testing showed variable DAR , DER partially no significant effect on ROA .
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Secara umum setiap perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan laba
yang diperoleh. Suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan
agar dapat melangsungkan hidupnya. Dalam menjalankan usahanya perusahaan
haruslah memiliki sumber dana bagi perusahaan. Sumber dana terdiri dari hutang
lancar, hutang jangka panjang dan ekuitas pemilik. Salah satu sumber dana yang
banyak digunakan oleh perusahaan dalam mendanai aktiva atau asset perusahaan
adalah dengan hutang.
Tujuan utama perusahaan adalah mempertahankan kelangsungan hidupnya
(going concern) serta pencapaian laba yang optimal. Perusahaan dituntut untuk
mampu menentukan kinerja usaha yang baik sebagai jaminan kelangsungan
hidupnya. Perusahaan membuat berbagai kebijakan dalam usaha pencapaian
profitabilitas optimal. Perusahaan dapat menggunakan rasio Return on Assets
(ROA) sebagai indikator mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
profitabilitas. Rasio ini diperoleh membagikan laba bersih perusahaan dengan
total aktiva. Rasio return on asset (ROA) menunjukkan keefisienan perusahaan
dalam mengelola seluruh aktiva.
Laba merupakan kelebihan hasil (revenue) dari biaya seluruh pos pendapatan
(gain) dan rugi dari biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil. Laba
merupakan perbedaan antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang
memiliki dua tahap proses pengukuran secara fundamental yaitu pengakuan
pendapatan sesuai dengan prinsip realisasi dan pengakuan biaya. Perbandingan
yang tepat atas pendapatan dan biaya, dilakukan dalam laporan laba rugi.
Penyajian informasi laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja
perusahaan yang penting dibanding dengan pengukuran kinerja yang mendasarkan
pada gambaran meningkatnya atau menurunnya modal bersih. Lebih lanjut
informasi laba juga dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba di
masa mendatang.
Laba pada umumnya dipakai sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai
dalam suatu perusahaan. Penelitian Atmini (Wa’affani, 2008:7) menyatakan
bahwa “laba yang dilaporkan oleh manajemen adalah untuk memperbaiki citra
perusahaan dimata pihak eksternal yaitu bahwa perusahaan memiliki resiko yang
rendah”. Selain itu, informasi laba yang dilakukan manajemen untuk memberikan
informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba yang akan
datang. Informasi laba dapat meningkatkan kepuasan relasi-relasi usaha,
meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen dan
meningkatkan kompensasi manajemen. Namun demikian kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
penjualan, biaya, dan modal kerja. Selain itu perusahaan yang memiliki hutang
yang tinggi tentu akan berkurang labanya karena sebagian laba digunakan untuk
membayar hutang.
Bagi manajemen perusahaan, prediksi laba satu tahun ke depan merupakan
dibandingkan dengan laba aktual sehingga diperoleh selisih lebih atau selisih
kurang. Perbedaan inilah yang nantinya menjadi perhatian manajemen di dalam
evaluasi tahunan. Untuk itu, penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik
oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah, maupun pihak lain yang
berkepentingan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan di antara mereka, tidak
terkecuali perusahaan perbankan.
Masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah adanya kecenderungan
turunnya laba perusahaan Pertanian di BEI (dilihat dari lampiran). Berdasarkan
data lampiran diketahui bahwa turunnya laba perusahaan tahun 2009 pada
perusahaan Pertanian sebagai indikasi utama alasan penelitian ini.
Perkembangan laba diindikasikan sekitar 45% perusahaan mengalami
masalah pada tahun 2009. Masalah yang dimaksud yaitu laba yang menurun, laba
yang tidak stabil dan laba negatif. Pada tahun 2009 PT. SMART Tbk mengalami
penurunan laba yang signifikan, pada PT. Bisi Internasional Tbk menunjukkan
penurunan laba negatif yang terjadi dari tahun 2009, dan Bakrie Sumatra
Plantations Tbk laba mulai menurun di tahun 2009 yang pada tahun 2010 laba
mulai sedikit meningkat, tetapi menurun kembali pada tahun 2011, penurunan
juga terjadi pada Multibreeder Adirama Ind.Tbk di tahun 2009 walaupun sempat
mengalami peningkatan laba di tahun 2010 dan mengalami penurunan laba
kembali secara signifikan di tahun 2011,. Tentunya hal ini akan berdampak bagi
pada jumlah laba, maka para investor akan menjadi tidak percaya untuk
menginvestasikan dana mereka.
Fenomena Total Hutang mengalami peningkatan di tahun 2009 sebesar
45%, dimana Bumi Teknokultura Unggul Tbk mengalami kenaikan total hutang
di tahun 2009 dan 2011, Bisi Internasional Tbk mengalami kenaikan total hutang
yang sangat signifikan ditahun 2009, kenaikan yang sama juga terjadi pada
Multibreeder Adirama Ind.Tbk ditahun 2009 dan mengalami penurunan modal
hutang di tahun 2010 tetapi mengalami kenaikan yang sangat signifikan di tahun
2011. Total hutang yang meningkat tentunya akan berdampak positif apabila
dana tersebut digunakan untuk memperbesar modal kerja bagi perusahaan dan
akan berdampak negatif apabila digunakan untuk membayar hutang sebelumnya.
Modal kerja, sebagian besar perusahaan mengalami kenaikan pada total
modal kerja dan sebahagian mengalami penurunan modal kerja, yaitu
Multibreeder Adirama Ind.Tbk yang mengalami penurunan di tahun 2009 dan
sempat mengalami kenaikan modal kerja di tahun 2010 tetapi mengalami
penurunan modal kerja kembali pada tahun 2011, Bumi Teknokultura Unggul Tbk
mengalami penurunan modal kerja yang sinifikan pada tahun 2009 sampai 2011.
Kenaikan pada total modal kerja berarti pendanaan perusahaan juga meningkat.
Dan sebaliknya, penurunan pada total modal kerja berarti pendanaan perusahaan
juga menurun.
Penelitian yang dilakukan oleh Jin dan Machfoedz (Wa’affani, 2008:6)
variabel-variabel antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas sektor industri dan kebijakan
hutang perusahaan”.
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya laba usaha yang diterima
perusahaan adalah modal kerja. Bagi beberapa perusahaan yang memiliki ekuitas
pemilik besar, tidak akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya,
namun tidak sedikit perusahaan yang memiliki keterbatasan ekuitas pemilik,
sehingga mereka sulit untuk mengembangkan usahanya, agar dapat mengatasi hal
tersebut, pada umumnya pihak manajemen perusahaan memiliki dua pilihan, yaitu
menerbitkan saham baru atau melakukan pinjaman dari pihak luar baik dalam
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, apabila manajemen
memilih hutang sebagai alternatif sumber modal kerja, maka manajemen
perusahaan dituntut untuk bekerja keras agar penggunaan modal kerja tersebut
dapat memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan, sehingga perusahaan
dapat berkembang dengan baik dan mampu membayar hutang tersebut kepada
kreditor, baik pokok maupun bunganya.
Salah satu faktor yang paling mempengaruhi turunnya laba adalah
meningkatnya total hutang. Penggunaan hutang dalam jumlah besar dapat
mengurangi laba perusahaan sehingga dapat membawa kearah kebangkrutan
Brigham ( Wa’affani, 2008:3). Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang
saham, solvabilitas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang
menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan
untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan.
meningkatkan bunga dan beban biaya terhadap perusahaan, hal tersebut
berdampak pada turunnya laba perusahaan. Jadi besarnya hutang secara langsung
berpengaruh terhadap naik turunnya laba perusahaan, oleh karena itu kebijakan
hutang sangat penting dilakukan agar berdampak positif pada perusahaan dan
kenaikan laba perusahaan. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang
dibanding ekuitas pemilik maka tingkat solvabilitas akan meningkat karena beban
bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap
menurunnya profitabilitas. Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah
hutang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan.
Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari hutang secara
produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak
terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut
dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif,
hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap
peningkatan profitabilitas perusahaan.
Penelitian terdahulu yang membahas hubungan antara DAR dan DER
terhadap ROA dan mempunyai kaitan dengan penelitian ini diantaranya oleh
Dessy (2010) mengemukakan hasil penelitian bahwa DAR dan DER mempunyai
pengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap ROA yang terjadi pada
Perusahaan Pertanian yang terdaftar di BEI periode 2006 sampai 2009. Hal ini
dilihat dari hasil korelasi berganda dan uji-F yang menunjukkan bahwa sig.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul: “Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return on Asset (ROA) pada Perusahaan Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah dari penelitian ini adalah apakah ada pengaruh dari Debt to Asset Ratio
(DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara signifikan terhadap Return on
Assets (ROA) secara parsial dan simultan pada perusahaan pertanian yang
terdaftar di BEI.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh terhadap
Return on Assets (ROA) baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan
pertanian yang terdaftar di BEI.
2. Untuk mengetahui apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap
Return on Assets (ROA) baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan
pertanian yang terdaftar di BEI.
3. Untuk mengetahui apakah Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio
(DER) berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA) baik secara simultan
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan yaitu :
1. Bagi penulis, sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai
konsep solvabilitas dan profitabilitas.
2. Bagi investor dan kreditor penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi dan
memberikan kredit pada suatu perusahaan.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
teori terutama untuk penelitian yang sama di masa yang akan datang.
4. Menambah literatur mengenai aspek fundamental yang berkaitan dengan
solvabilitas khususnya pengaruh dari DAR dan DER terhadap ROA yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang
Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian
sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar
oleh perusahaan kepada pihak lain. Untuk menentukan suatu transaksi sebagai
hutang atau bukan sangat tergantung pada kemampuan untuk menafsirkan
transaksi atau kejadian yang menimbulkannya, seperti yang dikemukakan oleh
FASB berikut ini dalam Statement of Financial Accounting Concept No.6
(Chariri dan Ghozali, 2005:157) yaitu “hutang adalah pengorbanan manfaat
ekonomi yang mungkin terjadi di masa yang mendatang yang mungkin timbul
dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau
memberikan ke entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi di
masa lalu”.
Menurut Munawir (2007:18) ialah “hutang adalah semua kewajiban
keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang
ini merupakan sumber dana atau modal kerja perusahaan yang berasal dari
kreditor”, sedangkan menurut Hongren, et. al. (2006:505) menyatakan bahwa
“hutang merupakan suatu kewajiban untuk memindahkan harta atau
memberikan jasa di masa yang akan datang”. Berdasarkan definisi-definisi di
kepada pihak lain yang harus dibayar dengan uang, barang, atau jasa pada saat
jatuh tempo.
2.1.1.1 Hutang Jangka Pendek
Kadang kala perusahaan meminjam uang dalam jangka pendek
untuk kegiatan operasi perusahaan yang biasa disebut dengan hutang
(kewajiban) jangka pendek atau lancar. Menurut Yusup (2005:230),
“kewajiban lancar adalah hutang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam
jangka waktu satu tahun atau siklus akuntansi operasi normal perusahaan,
(2) dengan menggunakan aktiva lancar atau hasil pembentukan kewajiban
lancar yang lain”. Menurut Dyckman, et al. (2000:138), “kewajiban lancar
adalah kewajiban yang likuidasinya secara layak diperkirakan akan
memerlukan penggunaan sumber daya yang ada, yang secara tepat
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, atau penciptaan kewajiban lancar
lain”. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hutang jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam
waktu satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan dan harus dilunasi
dengan menggunakan aktiva lancar, serta kewajiban tersebut berdasarkan
transaksi yang telah terjadi.
2.1.1.2 Hutang Jangka Panjang
Menurut Kieso (2002:242) bahwa “hutang jangka panjang terdiri
dari pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin di masa depan
akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau
et al. (2000:184), “hutang jangka panjang adalah kewajiban dengan jangka
waktu yang melebihi satu tahun dari tanggal neraca atau siklus operasi,
mana yang lebih lama”.
Menurut Baridwan (2000:365) bahwa “hutang jangka panjang
digunakan untuk menunjukkan hutang-hutang yang pelunasannya akan
dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari
sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar”. Sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Gunadi (2005:83) bahwa “kewajiban
jangka panjang merupakan hutang yang tidak akan jatuh tempo dalam
waktu satu tahun atau yang pengeluarannya tidak menggunakan sumber
aktiva lancar”. Berdasarkan definisi dan penjelasan para ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa hutang jangka panjang merupakan pinjaman
yang diperoleh perusahaan dari kreditor, yang jatuh temponya lebih dari
satu tahun, dan dilunasi dengan sumber-sumber yang bukan dari aktiva
lancar, serta jumlah hutang jangka panjang tersebut tidak boleh melebihi
jumlah ekuitas pemilik.
2.1.1.3 Faktor-Faktor Yang Memiliki Pengaruh Terhadap Kebijakan Hutang
Terdapat beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap
kebijakan hutang, antara lain :
1. NDT (Non-Debt Tax Shield)
Manfaat dari penggunaan hutang adalah bunga hutang yang dapat
pajak, perusahaan dapat menggunakan cara lain seperti depresiasi dan
dana pensiun. Dengan demikian, perusahaan dengan NDT tinggi tidak
perlu menggunakan hutang yang tinggi.
2. Struktur Aktiva
Besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan
besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap
dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar
karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.
3. Profitabilitas
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas
investasinya akan menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba
ditahannya yang tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan.
4. Risiko Bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan
menggunakan hutang yang lebih kecil untuk menghindari risiko
kebangkrutan.
5. Ukuran Perusahaan
Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga
menurunkan risiko kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan yang besar
6. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan menentukan kebijakan penggunaan
hutang dalam suatu perusahaan.
2.1.2 Rasio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan sekiranya saat ini
dilikuidasikan. Menurut Mamduh M.Hanafi (2005:40) ialah “rasio solvabilitas ini
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya”.
Menurut Munawir (2007:32), “rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang”.
Pengertian rasio solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk
membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Solvabilitas mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang.
Solvabilitas Ratio merupakan perbandingan antara hutang dan aktiva yang
menunjukkan besarnya bagian aktiva yang diperoleh atau didanai oleh hutang dan
yang termasuk dalam perhitungan hutang adalah kewajiban lancar dan semua
obligasi (hutang jangka panjang). Supaya aman, porsi hutang harus lebih kecil
dari aktiva, berarti semakin kecil nilai rasio hutang atas aktiva, maka akan
semakin aman.
2.1.2.1 Jenis-Jenis Rasio Solvabilitas
Menurut (Munawir, 2007:239) bahwa “Rasio solvabilitas terdiri
tangible assets debt coverage, long term debt to equity ratio, dan debt
service”. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
debt to total asset dan debt to equity ratio.
1. Debt to asset ratio (DAR)
Debt to asset ratio adalah rasio yang mengukur seberapa besar
jumlah aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Karena semua hutang
mengandung risiko maka semakin besar persentasenya makin besar pula
risiko yang ditanggung perusahaan. Aktiva didanai dari dua sumber, yaitu
dari investor dan kreditor. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang
rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan
terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Formulasi dari debt
to asset ratio adalah sebagai berikut:
Total Liabilities DAR =
Total Asset
Keterangan :
Total Liabilities = Jumlah hutang keseluruhan
Total Assets = Jumlah aktiva keseluruhan
2. Debt to Equity Ratio ( DER )
Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dengan ekuitas
dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan ekuitas
pemilik perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Besarnya hutang yang terdapat dalam struktur modal kerja perusahaan
didapat. Hutang membawa risiko karena setiap hutang pada umumnya
akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan dalam bentuk
kewajiban membayar bunga serta cicilan kewajiban pokoknya secara
periodik. Formulasi dari debt to equity ratio adalah sebagai berikut:
Total Liabilities DER =
Total Equity
Keterangan :
Total Liabilities = Jumlah hutang keseluruhan
Total Equity = Jumlah aktiva keseluruhan
2.1.3 Profitabilitas
Kondisi perusahaan dapat diketahui kekuatan dan kelemahannya melalui
rasio profitabilitas. Rasio-rasio profitabilitas yang dipergunakan berhubungan
dengan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Terdapat
beberapa pengukuran terdadap profitabilitas atau rentabilitas suatu perusahaan
yang masing-masing dihubungkan dengan total aktiva, ekuitas pemilik maupun
nilai penjualan yang dicapai. Menurut Mamduh M.Hanafi (2005:hal.42)
“profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada
tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu”.
Berdasarkan pengertian– pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan. Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan
merupakan cerminan sebuah kinerja perusahaan dalam menjalankan usahanya.
yang tinggi merupakan tujuan setiap perusahaan. Jika dilihat dari perkembangan
rasio profitabilitas menunjukkan suatu peningkatan hal tersebut menunjukkan
kinerja yang efisien.
Hubungan laba yang diperoleh dengan investasi yang ditanamkan pemilik
saham di amati secara teliti oleh khalayak keuangan. Analisis menurunkan
beberapa ukuran pokok yang menggambarkan prestasi perusahaan dalam
hubungannya dengan kepentingan pemilik. Dua dari persamaan yaitu hasil
pengembalian atas kekayaan bersih dan hasil pengembalian atas ekuitas biasa,
menunujukkan profitabilitas kepemilikan total. Sedangkan yang ketiga laba per
saham, mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba perusahaan dalam satu
periode.
Pemegang saham merupakan penuntut terhadap laba setelah pajak
dikurangi dividen preferen (laba tersedia bagi saham biasa) tingkat yang
dihasilkan atas modal yang di investasikan pemegang saham (pengembalian
ekuitas pemegang saham) dan perilaku komponen dasar menentukan bahwa
pengembalian merupakan kriteria utama dalam memilih saham. Dua penentu
dasar besarnya pengembalian atas ekuitas pemegang saham adalah pengembalian
atas aktiva dan proporsi aktiva yang didanai oleh pemilik,bukan oleh kreditor.
Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan
relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen dalam pemegang
saham. Menurut (Sudjaja dan Barlian, 2003:389) bahwa “tingkat pengembalian
oleh pemegang saham, baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di
tempat lain”.
Rasio laba bersih terhadap total aktiva merupakan bagian dari rasio
profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
profitabilitas yang dicapai perusahaan. Dalam hal ini rasio laba bersih terhadap
total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak.
2.1.3.1 Cara Mengukur Rasio Profitabilitas
1. Gross profit Margin (GPM)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba kotor
pada tingkat penjualan tertentu dengan mengukur efisiensi produksi dan
penentuan harga jual.
Perhitungan dari rasio ini adalah:
Gross profit Margin (GPM) =
Penjualan Kotor Laba
2. Operating Profit Margin (OPM)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
operasi pada tingkat penjualan tertentu. Nilai rasio yang rendah akan
mempunyai pengaruh yang baik terhadap efisiensi perusahaan.
Perhitungan dari rasio ini adalah:
Operating Profit Margin (OPM) =
3. Net Income to Sales (NIS)
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga bisa
diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya
(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu.
Perhitungan dari rasio ini adalah:
Net Income to Sales =
Penjualan Bersih Laba
4. Return On Assets (ROA)
ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan secara relative dibandingkan dengan
total asetnya atau ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian
dari asset perusahaan. Profitabilitas diukur dengan ROA yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset
yang tertentu (Mamduh M. Hanafi, 2005:42).
Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh
profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha secara keseluruhan.
Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan tingkat rentabilitas usaha semakin
baik atau sehat.
ROA mencoba mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan
seluruh dana, yang sering disebut dengan hasil pengembalian atas investasi.
mempertahankan arus sumber-sumber modal perusahaan. ROA memberikan
ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan
efektifitas mamajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh
pendapatan.
Semakin besar Return On Asset (ROA) semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai dan semakin baik pula posisi perusahaan dari segi
penggunaan asset.
ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa
mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi total
aktivanya. ROA menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola
seluruh aktivanya untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya. ROA
dapat dihitung dengan membagikan laba bersih dengan total aktiva.
Aktiva Total
Bersih Laba
ROA=
ROA merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam menganalisis
laporan keuangan laporan kinerja keuangan perusahaan. Rasio ini dapat
memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan. ROA
menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh pendapatan. Aktiva (asset) adalah sumber daya yang dimiliki
oleh entitas bisnis atau usaha. Sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun
hak yang mempunyai nilai ekonomis. Contoh aktiva adalah kas, piutang,
perlengkapan, beban dibayar dimuka, bangunan, peralatan tanah, dan hak
a. Aktiva lancar
b. Aktiva tetap
c. Aktiva tidak terwujud
d. Aktiva lain-lain
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu oleh Hilda Anggarini (2009) yang membahas tentang
hubungan likuiditas dan leverage terhadap profitabilitas. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis hubungan likuiditas dan leverage terhadap
profitabilitas dan mengemukan kesimpulan bahwa likuiditas yang dihitung dengan
current ratio (CR) memiliki hubungan positif dan signifikan dan quick ratio (QR)
memiliki hubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap rasio profitabilitas yang
dihitung dengan return on investment (ROI). Sedangkan leverage yang dihitung
dengan debt to total equity ratio (DER) dan debt to total asset ratio (DAR)
memiliki hubungan negative dan tidak signifikan terhadap return on investment
(ROI). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regersi berganda.
Penelitian Dessy (2010) yang membahas tentang hubungan pengaruh
solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan pertanian yang terdaftar di
BEI. Tunjuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengaruh
solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan pertanian yang terdaftar di
BEI dan mengemukan kesimpulan bahwa debt to total equity ratio (DER) dan
maupun simultan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regersi
berganda.
Siwi (2005) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh efisiensi modal
kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan property
dan real estate yang go public dibursa efek Jakarta pada tahun 1998–2002.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh efisiensi modal kerja,
likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan property dan
real estate yang go public dibursa efek Jakarta . Rasio-rasio yang digunakan
adalah working capital turnover ratio (WCT), current ratio, debt to equity ratio
(DTA) dan return on investment (ROI). Sampel yang digunakan sebanyak 37
perusahaan property dan real estate yang sudah listing dari tahun 1998-2002.
Dalam penelitiannya Siwi (2005) menggunakan analisis regresi berganda linier
yang hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel efisiensi modal
kerja (working capital turnover) dan solvabilitas (total debt to total capital assets)
yang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (return on investment)
sedangkan variabel likuiditas (current ratio) tidak mempunyai pengaruh terhadap
profitabilitas (return on investment). Sedangkan secara simultan semua variabel
berpengaruh terhadap profitabilitas. Dalam penelitian ini yang membedakan
dengan penelitian Siwi (2005) terletak pada sampel dari perusahaan yang
digunakan. Penelitian ini menggunakan industri barang konsumsi di Bursa Efek
Jakarta tahun 2001-2005 dengan sampel sebanyak 34 perusahaan.
Redy Khoirianto (2009) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh
manufaktur size besar dan kecil yang listing dibursa efek Indonesia tahun 2009.
Tujuan peneletian ini adalah untuk mengetahui kondisi ROE yang dicerminkan
oleh DAR, DER, dan LDER, untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan
parsial variabel DAR, DER, dan LDER terhadap ROE. Data yang digunakan
adalah data sekunder berupa data laporan keuangan. Populasi penelitian ini adalah
laporan keuangan tahun 2009, sebanyak 118 perusahaan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan purposive kuota sampling dan dihasilkan 30 perusahaan size
besar dan 30 perusahaan size kecil yang memenuhi syarat untuk ditetapkan
sebagai sampel penelitian. Penggolongan sampel ke dalam size besar dan kecil
berdasarkan total aktiva perusahaan. Analisis data yang digunakan adalah uji
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi DAR, DER,
LDER, dan ROE pada perusahaan size besar dan kecil berklasifikasi rendah.
Untuk perusahaan size besar, secara parsial Debt to Assets Ratio (DAR) tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROE, sedangkan Debt To Equity Ratio (DER),
dan Long Term Debt To Equity Ratio (LDER) berpengaruh signifikan terhadap
ROE. Secara simultan Debt to Assets Ratio (DAR), Debt To Equity Ratio (DER),
dan Long Term Debt To Equity Ratio (LDER) berpengaruh signifikan terhadap
ROE. Untuk perusahaan size kecil, secara parsial Debt to Assets Ratio (DAR),
Debt To Equity Ratio (DER), dan Long Term Debt To Equity Ratio (LDER) tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROE. Secara simultan Debt to Assets Ratio
(DAR), Debt To Equity Ratio (DER), dan Long Term Debt To Equity Ratio
Tabel 2.1
2.3 Kerangka Konseptual
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen penjelas yang digunakan
adalah solvabilitas yang terdiri dari DAR, dan DER. Sebaliknya, variabel
dependen atau variabel yang dijelaskan yang diteliti adalah profitabilitas (ROA)
perusahaan. Debt to total equity ratio (DER) adalah perbandingan antara hutang
– hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan
modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya. Debt to total
asset ratio (DAR) adalah rasio perbandingan antara hutang lancar dan hutang
jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan
berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Return on
Asset (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan pertanian dalam
menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki. Semakin besar ROA,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan pertanian
sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin
kecil.
Hubungan antara solvabilitas dengan profitabilitas dinyatakan bahwa
perusahaan yang insolvabel tetapi likuid tidak segera dalam keadaan kesukaran
finansial, tetapi perusahaan yang illikuid akan segera dalam kesukaran karena
segera menghadapi tagihan-tagihan dari krediturnya. Perusahaan yang insolvable
tapi likuid masih dapat bekerja dengan baik, dan sementara itu masih mempunyai
usahanya tidak berhasil, maka pada akhir perusahaan tersebut akan menghadapi
kesukaran juga (Bambang Riyanto, 1978:25).
Dalam penelitian Siwi (2005) yang hasilnya menunjukkan bahwa secara
parsial hanya variabel efisiensi modal kerja dan solvabilitas yang mempunyai
pengaruh terhadap profitabilitas.
Dalam Penelitian Dani (2003) menunjukkan bahwa secara simultan faktor
likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terbukti memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas.
Berikut dibawah ini adalah gambaran kerangka konseptual yang terbentuk:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari kerangka variabel diatas memperlihatkan bahwasannya variabel X1
yaitu Debt to Asset Ratio (DAR) mempengaruhi profitabilitas (ROA) untuk
variabel Y nya. Begitu juga dengan variabel X2 yang merupakan Debt to Equity Profitabilitas
( ROA ) (Y) H1
H2
H3 Debt to Asset Ratio
( DAR ) (X1)
Debt to Equity Ratio ( DER )
Ratio (DER) disini bertindak sebagai variabel independen yang menjadi penyebab
timbulnya variabel terikat (dependen) yaitu profitabilitas (ROA).
Selain itu variabel X1, dan X2 atau gabungan keduanya pada kerangka
diatas juga memperlihatkan bahwa variabel-variabel tersebut mempengaruhi
variabel Y yang bertindak sebagai variabel terikatnya.
2.4 Hipotesis
Berikut adalah hipotesis yang terbentuk dari latar belakang masalah yang
ada sebelumnya yang akan dijadikan sebagai acuan jawaban sementara untuk
mempermudah analisis proses dari penelitian, yaitu:
H1= Ada pengaruh dari Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap profitabilitas (ROA)
pada perusahaan pertanian yang terdaftar di BEI.
H2= Ada pengaruh dari Debt to Equity Ratio (DER ) terhadap profitabilitas
(ROA) pada perusahaan pertanian yang terdaftar di BEI.
H3= Ada pengaruh dari Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan pertanian yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
penelitian asosiatif dengan hubungan kausal, sebab tujuan penelitian berusaha
menjelaskan hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui
pengujian hipotesis. Menurut Rochaety, dkk (2009:17), “penelitian asosiatif
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih”.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, yang berupa catatan maupun
laporan historis yang telah tersimpan dalam arsip, baik yang dipublikasikan
maupun yang tidak dipublikasikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan periode
2009-2011. Data penelitian diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui situs
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah kumpulan individu atau proyek penelitian yang memiliki
kualitas-kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Berdasarkan kualitas dan
ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai kelompok individu atau obyek
ini adalah perusahaan Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu
sebanyak 14 perusahaan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.
Menurut (sugiyono, 2008:122), “Purposive Sampling Method adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.
Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel penelitian meliputi :
1. Perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian yaitu tahun 2009 - 2011 yang mencantumkan data secara lengkap
berturut-turut selama periode penelitian.
2. Perusahaan sampel telah mempublikasikan laporan keuangan per 31
Desember untuk tahun 2009, 2010, dan 2011. Laporan per 31 Desember
merupakan laporan yang telah diaudit, sehingga laporan keuangan tersebut
dapat dipercaya.
3. Tahun fiskal emiten berakhir pada bulan Desember. Kriteria ini untuk
memastikan bahwa sampel tidak akan meliputi laporan keuangan tahunan
secara parsial.
Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Pertanian yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun periode 2009 – 2011 sebanyak 10
perusahaan. Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka peneliti mengambil
kesepuluh perusahaan tersebut sebagai sampel penelitian dimana kesepuluh
perusahaan tersebut memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Perusahaan
Pertanian yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat secara lebih jelas
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No Populasi Sampel
1 SMAR SMART Tbk √
2 MBAI Multibreeder Adirama Ind. Tbk √
3 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk √
4 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk √
5 CPDW Cipendawa Agroindustri Tbk √
6 DSFI Dharma Samudera Fishing In Tbk √
7 LSIP PP London Sumatera Tbk √
8 UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk √
9 AALI Astra Agro Lestari Tbk √
10 BISI Bisi International Tbk √
11 IIKP Inti Agri Resources Tbk X
12 CPRO Central Proteinaprima Tbk X
13 GZCO Gozco Plantations Tbk X
14 SGRO Sorini Agro Asia Tbk X
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2012)
3.4 Definisi Operasional Variabel
Adapun defenisi operasional variabel terdapat pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Operasional Variabel
No Nama Variabel
Defenisi Variabel Rumus Skala
Pengukuran
1.
2.
ROA (Y)
DAR (X1)
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah melalui studi
dokumentasi. Data yang digunakan adalah data sekunder. Menurut (Umar,
2004), “data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain”. Penulis
mengumpulkan berbagai data yang relevan dengan penelitian, terutama yang
bersumber dari data yang terdapat pada
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data 3.6.1 Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan adalah regresi berganda menurut
Gujarati (2003) dan Zulaikha (2008),
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/ bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/ atau memprediksi rata populasi atau nilai rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.
Model persamaan regresi untuk menguji formulasi sebagai berikut : Y = a1 + b1X1 + b2X2 + e
3. DER (X2) DER menggambarkan
Y = Variabel Pertumbuhan ROA
a = Konstan
b1, b2 = Koefisien regresi
X1 = Variabel Pertumbuhan DAR
X2 = variabel Pertumbuhan DER
e = error (tingkat kesalahan)
1. Uji Asumsi klasik a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data
penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Model
regresi yaang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati
data normal. Uji normalitas dilakukan dengan analisis grafik dengan melihat
grafik histogram atau normal probability. Jika grafik histogram menunjukkan
pola distribusi normal, artinya titik puncak kurva berada di titik nol (0) pada
sumbu X maka model regresi memenuhi syarat normalitas, begitu juga bila
sebaliknya. Namun demikian, hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel kecil. Metode yang lebih
handal dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk garis lurus diagonal, dan ploting data residul akan dibandingkan
dengan garis diagonal. “Jika distribusi data residul normal, maka garis yang
menggambarkan data yang sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya”
Smirnov (K-S). Jika tingkat signifikasinya lebih besar dari 0,05 maka
distribusi data adalah tidak normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independent. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Metode
pengujian yang biasa digunakan yaitu dengan melihat nilai VIF (Variance
Inflation Factor) dan tolerance pada model regresi. Jika nilai VIF kurang
dari 10 dan tolerance lebih dari 0,1 maka model regresi bebas dari
multikolinearitas (Duwi, 2011).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu
pengamatan ke pengamatan yang lainnya tetap, maka disebut
homoskedastisitas. “Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas” (Duwi, 2011).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokerelasi digunakan untuk menguji apakah model regresi ada
korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode
sebelumnya (t-1). Model regresi yang baik adalah yang tidak adanya masalah
autokorelasi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji
a. Du<dw<4-du maka Ho diterima artinya tidak terjadi autokorelasi
b. Dw<dl atau dw>4-dl maka Ho ditolak artinya terjadi autokorelasi
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan regresi berganda karena
subvaribel dalam penelitian ini lebih dari satu. Pengujian ini bertujuan untuk
menguji apakah variabel independen yaitu Debt to Asset Ratio (DAR), dan Debt to Equity Ratio (DER)secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Debt to
Asset Ratio (ROA).
1. Uji Koefisien Determinasi (R)
Pengujian koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa
besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Kofisien determinasi
berkisar antara nol sampai dengan satu (0 < R < 1). Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X)
adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Sebaliknya, jika R semakin kecil
(mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X)
adalah kecil terhadap variabel terikat (Y).
2. Uji – F
Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen dan menguji apakah
secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas,
Urutan uji F meliputi :
a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.
H0 : β1 = β2 = β3 =β4 = 0
Ha : Paling sedikit ada satu βi≠ 0 i = 1,2,3,4
b. Menghitung F-hitung dengan menggunakan rumus yaitu :
F=
dimana : R2= koefesien determinasi n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
Dengan kriteria tersebut, diperoleh nilai Fhitung yang dibandingkan
dengan Ftabel dengan tingkat resiko (level of significant) dalam hal ini
0,05 dan degree of freedom = n-k-1.
c. Kriteria Pengujian :
dimana : Fhitung > Ftabel = H0 ditolak
Fhitung ≤ Ftabel = H0 diterima
3. Uji t
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. untuk menguji
pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas
dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat
keyakinan 95 % (α = 0,05). Urutan Uji t :
H0: β1= β2= β3=β4 = 0
Ha: Paling sedikit ada satu βi≠ 0 i = 1,2,3,4
b. Menghitung t-hitung dengan menggunakan rumus : Clave et al., (2001:534)
t
-hitung =dimana : bi = koefesien regresi masing-masing variabel
Sbi = standar error masing-masing variabel
Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai thitung yang kemudian
dibandingkan dengan t-tabel pada tingkat keyakinan 95%.
a. Kriteria pengujian :
t hitung > t tabel = H0 ditolak
t hitung ≤ t tabel = H0 diterima
3.7 Waktu Penelitian
Tabel 3.3 Waktu Penelitian
Tahapan
Penelitian
Mar’12 Apr’12 Mei’12 Mar’13 Apr’13 Mei’13 Agst’13
Pengajuan
Judul
Pengajuan
Proposal
Proposal
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data &
Bimbingan
Skripsi
Ujian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data Penelitian
Data penelitian untuk periode 2009 s.d 2011 pada perusahaan
pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terlihat pada tabel dibawah
ini :
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2013)
8 Bakrie Sumatra Plantations Tbk UNSP 47,34% 53,80% 51,57%
9 Astra Agro Lestari Tbk AALI 15,18% 17,43% 24,59%
10 Bisi International Tbk BISI 24,59% 10,86% 15,75%
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2013) Tabel 4.3
5 Cipendawa Agroindustri Tbk CPDW 1895,06% 587,49% 1306,81%
6 Dharma Samudera Fishing In Tbk DSFI 741,45% 578,49% 343,77%
7 PP London Sumatera Tbk LSIP 27,06% 22,12% 16,31%
8 Bakrie Sumatra Plantations Tbk UNSP 89,93% 119,67% 106,48%
9 Astra Agro Lestari Tbk AALI 23,11% 21,10% 32,61%
10 Bisi International Tbk BISI 34,15% 12,77% 18,70%
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2013)
4.1.2 Fluktuasi Return On Assets
Data perkembangan ROA untuk periode 2009 s.d 2011 pada
perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terlihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Pertumbuhan ROA
No Nama Perusahaan KODE Periode
2009-2010
9 Astra Agro Lestari Tbk AALI 2,72% 1,66%
10 Bisi International Tbk BISI 4,98% -0,06%
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2013)
Diketahui bahwa untuk perusahaan SMART Tbk pada periode
2009 – 2010 mengalami kenaikan sebesar 3,72% dan pada periode 2010 –
2011 mengalami sedikit penurunan sebesar 2,02%. Hal ini diakibatkan
oleh penurunan pada laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut,
sementara total aktiva yang dihasilkan mengalami peningkatan. Indikasi
dari permasalahan tersebut, dikarenakan kurang optimalnya perusahaan
memberdayakan total aktiva yang dimiliki guna menghasilkan laba bersih
seperti yang diharapkan. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan
memberikan dampak negatif bagi operasionalisasi perusahaan dalam
mengefektifkan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat meningkatkan
laba perusahaan dimasa yang akan datang.
Pada perusahaan Multibreeder Adirama Ind. Tbk pada periode
2009 – 2010 mengalami kenaikan sebesar 3,62%, namun mengalami
penurunan pada periode 2010 – 2011 sebesar -22,68%. Indikasi dari
permasalahan tersebut, dikarenakan kurang optimalnya perusahaan
memberdayakan total aktiva yang dimiliki guna menghasilkan laba bersih
seperti yang diharapkan. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan
memberikan dampak negatif bagi operasionalisasi perusahaan dalam
mengefektifkan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat meningkatkan
Untuk perusahaan Tunas Baru Lampung. Tbk pada periode 2009 –
2010 mengalami penurunan sebesar -1,3%, pada periode 2010 – 2011
mengalami kenaikan sebesar 2,95 Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya
laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Hal ini tentunya
akan memberikan dampak positif bagi operasionalisasi perusahaan dalam
mengefektifkan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat meningkatkan
laba perusahaan dimasa yang akan datang.
Untuk perusahaan Bumi Teknokultura Unggul Tbk untuk periode
2009 – 2010 mengalami penurunan sebesar -1,81% dan pada periode 2010
– 2011 mengalami penurunan sebesar -1,61%,. Hal ini karenakan terjadi
penurunan pada laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut,
sementara total aktiva yang dihasilkan mengalami peningkatan. Indikasi
dari permasalahan tersebut, dikarenakan kurang optimalnya perusahaan
memberdayakan total aktiva yang dimiliki guna menghasilkan laba bersih
seperti yang diharapkan. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan
memberikan dampak negatif bagi operasionalisasi perusahaan dalam
mengefektifkan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat meningkatkan
laba perusahaan dimasa yang akan datang.
Pada perusahaan Cipendawa Agroindustri Tbk mengalami
penurunan pada periode 2009 – 2010 sebesar -2,35%. Namun pada
periode 2010 – 2011 mulai mengalami peningkatan sebesar 7,38%. Hal
ini diakibatkan oleh meningkatnya laba bersih yang dihasilkan oleh
bagi operasionalisasi perusahaan dalam mengefektifkan sumber daya yang
dimilikinya untuk dapat meningkatkan laba perusahaan dimasa yang akan
datang.
Pada perusahaan Dharma Samudra Fishing Ind. Tbk penurunan
pada periode 2009 – 2010 sebesar -68,08% dan mulai mengalami kenaikan
pada periode 2010 – 2011 menjadi 1,07%. Tentunya apabila hal ini terus
berlanjut maka akan dapat memberikan dampak positif bagi kelangsungan
perusahaan.
Untuk perusahaan PP London Sumatera Tbk pada periode 2009 –
2010 perusahaan mengalami kenaikan sebesar 5,37% dan pada periode
2010 – 2011 mengalami kenaikan sebesar 7,7%. %. Hal ini diakibatkan
oleh meningkatnya laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Hal ini tentunya akan memberikan dampak positif bagi operasionalisasi
perusahaan dalam mengefektifkan sumber daya yang dimilikinya untuk
dapat meningkatkan laba perusahaan dimasa yang akan datang.
Pada perusahaan Bakrie Sumatra Plantation Tbk untuk periode
2009 – 2010 mengalami peningkatan sebesar 18,5%, dan pada periode
2010 – 2011 mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya
yaitru -66,33%. Indikasi dari permasalahan ini, dikarenakan perusahaan
tidak mampu dalam mengoptimalkan pemberdayakan total aktiva
perusahaan yang dimiliki dalam menghasilkan laba bersih yang
diharapkan. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan memberikan ancaman
Pada perusahaan Astra Agro Lestari Tbk untuk periode 2009 –
2010 mengalami peningkatan sebesar 2,72%, dan pada periode 2010 –
2011 mengalami peningkatan yaitu 1,66%. Hal ini diakibatkan oleh
meningkatnya laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Hal
ini tentunya akan memberikan dampak positif bagi operasionalisasi
perusahaan dalam mengefektifkan sumber daya yang dimilikinya untuk
dapat meningkatkan laba perusahaan dimasa yang akan datang.
Pada perusahaan Bisi International Tbk untuk periode 2009 – 2010
mengalami kenaikan sebesar 4,98%, dan pada periode 2010 – 2011
mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya yaitu -0,06%.
Hal ini diakibatkan oleh menurunnya laba bersih yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut. Hal ini tentunya akan memberikan dampak negatif
bagi operasional perusahaan dalam mengefektifkan sumber daya yang
dimilikinya untuk dapat meningkatkan laba perusahaan dimasa yang akan
datang.
4.1.3 Fluktuasi Debt To Assets Ratio
Data perkembangan DAR dari seluruh perusahaan pertanian yang
terdaftar di Bursa efek Indonesia ( BEI ) mulai periode 2009 s.d 2011
Tabel 4.5
10 Bakrie Sumatra Plantations Tbk BISI -13,73% 4,89%
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2013)
Pada perusahaan SMART Tbk untuk periode 2009 – 2010
mengalami peningkatan sebesar 0,58%, dan pada periode 2010 – 2011
terus mengalami kenaikan sebesar 1,92%. Ini diakibatkan karena jumlah
aktiva yang dibiayai oleh utang sedikit. Ini tentunya akan berdampak
positif karena membuat resiko yang akan ditanggung perusahaan akan
semakin kecil.
Perkembangan DAR pada perusahaan Multibreeder Adirama Ind.
Tbk pada periode 2009 – 2010 mengalami penurunan sebesar -13,93%,
dan pada periode 2010 – 2011 mulai mengalami peningkatan sebesar
13,52%. Hal ini dikarenakan jumlah utang yang meningkat yang
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Apabila hal ini terus
dibiarkan, maka akan semakin besar resiko yang akan ditanggung
mengakibatkan perusahaan mengalami likuidasi di masa yang akan
datang.
Pada perusahaan Tunas Baru Lampung Tbk pada periode 2009 –
2010 mengalami penurunan sebesar -1,36%, dan pada periode 2010 –
2011 mengalami penurunan lagi sebesar -3,86%. Hal ini akan membawa
pengaruh positif karena semakin kecil persentase maka akan semakin kecil
resiko tanggungan utang. Hal ini dikarenakan jumlah aktiva perusahaan
yang dibiayai oleh utang adalah kecil. Tentunya ini akan berdampak
positif bagi para kreditur karena semakin kecil persentasenya maka
semakin besar perlindungan terhadap kerugian perusahaan sehingga dapat
terhindar dari peristiwa likuidasi.
Perusahaan Bumi Teknokultura Unggul Tbk untuk periode 2009 –
2010 mengalami kenaikan sebesar 5,14%, dan pada periode 2010 – 2011
mengalami penurunan sebesar –4,31%. Ini diakibatkan karena jumlah
aktiva yang dibiayai oleh utang sedikit. Ini tentunya akan berdampak
positif karena membuat resiko yang akan ditanggung perusahaan akan
semakin kecil.
Pada perusahaan Cipendawa Agro Industri Tbk untuk periode 2009
– 2010 mengalami penurunan sebesar -9,5%, dan pada periode 2010 –
2011 perusahaan mengalami peningkatan sebesar 8,28%. Hal ini
dikarenakan jumlah utang yang meningkat yang digunakan untuk