• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Pensortiran Komoditas Buah Pada Alat Sortasi Jeruk Tipe Gravitasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Pensortiran Komoditas Buah Pada Alat Sortasi Jeruk Tipe Gravitasi"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

UJI PENSORTIRAN KOMODITAS BUAH PADA

ALAT SORTASI JERUK TIPE GRAVITASI

SKRIPSI

Oleh

RICO CHANDRA SIANIPAR 050308030/TEKNIK PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

UJI PENSORTIRAN KOMODITAS BUAH PADA

ALAT SORTASI JERUK TIPE GRAVITASI

SKRIPSI

Oleh

RICO CHANDRA SIANIPAR 050308030/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Taufik Rizaldi, STP, MP) (Ainun Rohanah, STP, M.Si)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

RICO CHANDRA SIANIPAR : Uji pensortiran komoditas buah pada alat sortasi jeruk tipe gravitasi, Dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI dan AINUN

ROHANAH.

Jeruk, sawo dan tomat merupakan 3 komoditas buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya yang segar dan mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah ini diperdagangkan dengan dikelompokkan menurut ukuran dan warnanya. Untuk mendapatkan buah yang seragam perlu dilakukan sortasi baik menurut ukuran fisik maupun kualitasnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji komoditas buah yang sesuai untuk disortir dengan alat sortasi jeruk dengan rancangan eksperimental, dengan

parameter : kapasitas efektif alat, kerusakan buah, keseragaman buah hasil sortasi dan persentase buah tiap-tiap kelas. Hasil ini menunjukkan bahwa komoditas buah yang sesuai untuk disortir dengan alat ini adalah buah jeruk

Kata kunci : jeruk, sawo, tomat, kapasitas alat, kerusakan buah,

keseragaman buah hasil sortasi dan persentase buah tiap-tiap kelas

ABSTRACT

RICO CHANDRA SIANIPAR : fruits sorting test on orange gravity sortinge equipment, Supervised by TAUFIK RIZALDI and AINUN ROHANAH

Orange, sapodilla, and tomato are 3 varieties of community most

preferred fruits, because of their freshness vitamins and minerals. These fruits are being sold according to their size and colours. To get uniform fruits sorting according to physical size and quality are needed

The aim of this study is to test the best fruit that can be suitable to be sorted by orange gravity sorting equipment using 3 varieties with experimental design. The parameters were material effective capacity, fruits damage,

uniformity and fruit percentation in each class. The result of this study show that the best fruit filled the equipment was orange.

(4)

DAFTAR ISI

Persentase Kerusakan Buah Jeruk ... 26

Keseragaman Buah Hasil Sortasi Pada Buah Jeruk ... 26

Persentase Berat Buah Tiap Kelas Pada Buah Jeruk ... 27

Tomat ... 28

Kapasitas Kerja Alat Pada Buah Tomat ... 28

Persentase Kerusakan Buah Tomat... 29

Keseragaman Buah Hasil Sortasi Pada Buah Tomat ... 29

(5)

Sawo ... 31

Kapasitas Kerja Alat Pada Buah Sawo ... 31

Persentase Kerusakan Buah Sawo ... 31

Keseragaman Buah Hasil Sortasi Pada Buah Sawo ... 32

Persentase Berat Buah Tiap Kelas Pada Buah Sawo ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

(6)

DAFTAR TABEL

Hal.

1. Kandungan vitamin dan zat minera lainnya

Setiap 100 gram buah jeruk ... 8

2. Data pengamatan kapasitas alat pada buah jeruk... 25

3. Data pengamatan persentase buah yang rusak pada buah jeruk ... 26

4. Data pengamatan keseragaman buah hasil sortasi pada buah jeruk ... 26

5. Data pengamatan persentase berat buah pada buah jeruk ... 27

6. Data pengamatan kapasitas alat pada buah tomat ... 28

7. Data pengamatan persentase buah yang rusak pada buah tomat ... 29

8. Data pengamatan keseragaman buah hasil sortasi pada buah tomat ... 29

9. Data pengamatan persentase berat buah pada buah tomat ... 30

10. Data pengamatan kapasitas alat pada buah sawo... 31

11. Data pengamatan kerusakan buah pada buah sawo ... 31

12. Data keseragaman buah hasil sortasi pada buah sawo ... 32

(7)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

1. Buah jeruk manis ... 9

2. Diagram alir tahapan penanganan buah jeruk ... 10

3. Buah tomat ... 11

4. Buah sawo ... 13

5. Gambar alat sortasi ... 45

6. Jeruk yang rusak setelah 3 hari penyortiran ... 46

7. Tomat yang rusak setelah 3 hari penyortiran ... 46

8. Sawo yang rusak setelah 3 hari penyortiran ... 46

9. Proses penyortiran buah tomat ... 47

10. Proses penyortiran buah jeruk ... 47

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. ... Fl

ow chart pelaksanaan penelitian ... 36

2. Data pengamatan ... 37

3. analisi sortir ... 49

4. Buah rusak ... 46

5. Proses penyortiran ... 47

6. Gambar alat sortasi tampak depan ... 51

(9)

ABSTRAK

RICO CHANDRA SIANIPAR : Uji pensortiran komoditas buah pada alat sortasi jeruk tipe gravitasi, Dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI dan AINUN

ROHANAH.

Jeruk, sawo dan tomat merupakan 3 komoditas buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya yang segar dan mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah ini diperdagangkan dengan dikelompokkan menurut ukuran dan warnanya. Untuk mendapatkan buah yang seragam perlu dilakukan sortasi baik menurut ukuran fisik maupun kualitasnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji komoditas buah yang sesuai untuk disortir dengan alat sortasi jeruk dengan rancangan eksperimental, dengan

parameter : kapasitas efektif alat, kerusakan buah, keseragaman buah hasil sortasi dan persentase buah tiap-tiap kelas. Hasil ini menunjukkan bahwa komoditas buah yang sesuai untuk disortir dengan alat ini adalah buah jeruk

Kata kunci : jeruk, sawo, tomat, kapasitas alat, kerusakan buah,

keseragaman buah hasil sortasi dan persentase buah tiap-tiap kelas

ABSTRACT

RICO CHANDRA SIANIPAR : fruits sorting test on orange gravity sortinge equipment, Supervised by TAUFIK RIZALDI and AINUN ROHANAH

Orange, sapodilla, and tomato are 3 varieties of community most

preferred fruits, because of their freshness vitamins and minerals. These fruits are being sold according to their size and colours. To get uniform fruits sorting according to physical size and quality are needed

The aim of this study is to test the best fruit that can be suitable to be sorted by orange gravity sorting equipment using 3 varieties with experimental design. The parameters were material effective capacity, fruits damage,

uniformity and fruit percentation in each class. The result of this study show that the best fruit filled the equipment was orange.

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susunan morfologi buah-buahan dan sayuran yang penting dalam perdagangan sangat beraneka ragam. Didalamnya termasuk 16 suku untuk buah-buahan dan sejumlah yang kurang lebih sama untuk sayur-sayuran. Meskipun pada hakekatnya hanya ada dua tipe dasar buah-buahan berdaging, yaitu buah buni dan buah batu, namun dalam susunan secara terperinci terdapat banyak variasi. Penyamarataan susunan anatominya menjadi lebih sulit, bila yang dihadapi adalah buah majemuk. Meski adanya susunan anatomi buah-buahan dan sayuran-sayuran yang beraneka ragam, generalisasi mengenai sifat-sifat fisik, tekstur, dan anatominya masih mungkin dilakukan (Pantastico, 1993).

Buah jeruk adalah buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan merupakan komoditas eksport, hal ini juga dipengaruhi oleh sifat khas jeruk yang manis dan mengandung banyak vitamin, yaitu antara lain vitamin C dan vitamin K. Sehingga kebanyakan petani Indonesia memproduksi buah jeruk, hal itu dapat dilihat dari peningkatan buah jeruk dari tahun ke tahun (AKK, 1994).

(11)

Sedangkan kebutuhan pasar akan jeruk dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini tercermin dari angka produksi yang terus meningkat. Berdasarkan hasil sensus perdagangan 1989, produksi jeruk berturut-turut adalah 138.108 ton pada tahun1964, kemudian meningkat lagi pada tahun 1976 menjadi189.400 ton, dan pada tahun 1986 mencapai 192.200 ton. Dari deretan angka tersebut kita dapat melihat bahwa produksi jeruk secara umum terus meningkat dan mengalami lonjakan pada tahun 1986. Peningkatan angka produksi sebenarnya memper-lihatkan peluang bisnis jeruk masih terbuka lebar karena suplai dari tahun ke tahun sebenarnya belum mencukupi (Pantastico, 1993).

Buah tomat mudah didapatkan di Indonesia. Tomat (Licopersicum esculentum) dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak sehari-hari, bahan baku

(12)

Buah yang lewat matang mengalami penurunan kualitas dan pengurangan umur simpannya karena buah terlalu lunak (Kanara, 2006).

Pohon sawo dapat tumbuh hingga setinggi 30-40 m. Bercabang rendah, batang sawo manila berkulit kasar abu-abu kehitaman sampai coklat tua. Seluruh bagiannya mengandung lateks, getah berwarna putih susu yang kental. Daun tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting. Helai daun bertepi rata, sedikit berbulu, hijau tua mengkilap, bentuk bundar-telur jorong sampai agak lanset, 1,5-7 x 3,5-15 cm, pangkal dan ujungnya bentuk baji, bertangkai 1-3,5 cm, tulang daun utama menonjol di sisi sebelah bawah. Bunga-bunga tunggal terletak di ketiak daun dekat ujung ranting, bertangkai 1-2 cm, kerapkali menggantung, diameter bunga s/d 1,5 cm, sisi luarnya berbulu kecoklatan, berbilangan 6. Kelopak biasanya tersusun dalam dua lingkaran; mahkota bentuk genta, putih, berbagi sampai setengah panjang tabung. Buah sawo muda bertangkai pendek, bulat, bulat telur atau jorong, 3-6 x 3-8 cm, coklat kemerahan sampai kekuningan di luarnya dengan sisik-sisik kasar coklat yang mudah mengelupas, sering dengan sisa tangkai putik yang mengering di ujungnya. Berkulit tipis, dengan daging buah yang lembut dan terkadang memasir, coklat kemerahan sampai kekuningan, manis dan mengandung banyak sari buah. Berbiji sampai 12 butir, namun kebanyakan kurang dari 6, lonjong pipih, hitam atau kecoklatan mengkilap (Prihatman, 2000).

(13)

jeruk maka akan dapat menambah harga jual. Disamping itu kurangnya alat dan terbatasnya pengetahuan petani akan teknologi juga menjadi penyebab utama (Anonimous, 2005).

Menurut Hardjosentono (1996) ruang lingkup mekanisasi pertanian meliputi 6 bidang yaitu :

1. Bidang mesin budidaya pertanian (BDP), yang menelaah persoalan-persoalan penggunaan tenaga dan alat-alat untuk BDP.

2. Bidang teknik tanah dan air, yang menelaah persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan keadaan teknik tanah dan air.

3. Bidang bangunan pertanian, yang menelaah persoalan gedung-gedung, bangunan dan perlengkapan pertanian.

4. Bidang elektrifikasi pertanian, yang menelaah persoalan-persoalan pemakaian/ penggunaan listrik untuk pertanian.

5. Bidang mesin-mesin pengolahan hasil pertanian, yang menelaah persoalan-persoalan penggunaan alat serta syarat-syarat yang diperlukan bagi suatu pengolahan pangan.

6. Bidang mesin-mesin pengolahan pangan, yang menelaah persoalan-persoalan penggunaan alat serta syarat-syarat yang diperlukan bagi suatu pengolahan pangan.

(14)

Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah :

a. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian

c. Menurunkan ongkos produksi

d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi e. Meningkatkan taraf hidup petani

f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten menjadi tipe pertanian komersil

Tujuan tersebut diatas dapat dicapai bila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaanya tidak tepat hal sebaliknya akan terjadi (Rizaldi, 2006).

Untuk buah yang beraturan seperti apel dan jeruk, perlakuan yang dilakukan untuk menambah nilai ekonomi dari buah tersebut adalah sortasi (grading), dan hal itu dapat dilakukan dengan menggunakan alat mekanis. Hal ini juga dilakukan untuk memanfaatkan waktu yang seefisien mungkin dan seefektif mungkin untuk meningkatkan pendapatan di sektor pertanian. Kesemuanya perlakuan itu sudah dilakukan di negara maju. Negara maju sudah menerapkannya dan terbukti efektif (Satuhu, 1996).

Oleh karena itu perlu diadakan suatu penelitian dengan membuat alat sortasi jeruk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam hal penyortiran jeruk dan nantinya dapat meningkatkan pendapatan petani.

(15)

mempengaruhi parameter yang diamati. Terhambatnya buah dikarenakan besarnya ruas-ruas antar saluran, untuk mengatasinya maka dilakukan pemberian busa pada antar ruas saluran agar buah tidak terhambat. Dalam faktor keseragaman buah yang jatuh ke dalam grade A dan B banyak yang jatuh kedalam grade C,oleh sebab itu dilakukan pengujian jarak saluran agar didapat jarak saluran yang sesuai untuk memperbesar ketelitian dari alat sortasi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji komoditas buah yang sesuai untuk disortir alat sortasi dengan menggunakan 3 komoditas buah terhadap kapasitas, kerusakan buah hasil sortasi, keseragaman buah dan persentase berat buah.

Hipotesa Penelitian

Adapun hipotesa penelitian ini adalah diduga adanya pengaruh variasi jarak saluran bahan terhadap hasil penyortiran buah jeruk.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan alat sortasi tipe gravitasi.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Jeruk

Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat kita. Buah jeruk selalu tersedia sepanjang tahun, karena tanaman jeruk tidak mengenal musim berbunga yang khusus. Disamping itu tanaman jeruk dapat ditanam dimana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Walaupun populasi tanaman mengalami peningkatan yang tajam, namun sampai saat ini produk buah jeruk belum memenuhi harapan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan para petani dalam hal bercocok tanam jeruk yang benar dan cara menangani proses pengolahan setelah dipanen. Disamping itu tanaman jeruk dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, karena memiliki nilai ekonomis (AKK, 1994).

Tanaman jeruk dapat ditanam pada semua jenis tanah, pH sekitar 5-6 dan cukup air serta bahan organis. Perkembangbiakan yang baik dengan okulasi atau sambungan dan sebagai batang pokok dipilih yang sesuai. Buah jeruk manis mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, banyak mengandung vitamin C untuk mencegah penyakit sariawan dan menambah selera makan. Selain vitamin C, Buah jeruk mengandung vitamin dan mineral lainnya yang berguna untuk kesehatan. Bila kita makan jeruk manis setiap hari, maka tubuh akan sehat.

(17)

Tabel 1. Kandungan vitamin dan zat mineral lainnya setiap 100 gram buah jeruk

Varietas jeruk manis cukup banyak, diantaranya jeruk manis nanas, puser, merah darah, tidak asam, batu, Hamlin, Shamouti, Tenerife, Thomson, Australia, Brasil, dan Sunkist. Seringkali jeruk manis disebut pula dengan nama daerah asalnya, misalnya jeruk manis batu karena asalnya dari Batu (Pracaya, 2003).

Menurut AKK (1994) jenis-jenis jeruk yang ada di Indonesia cukup banyak, antara lain sebagai berikut :

1. Jenis jeruk manis (Citrus Aurantium L)

2. Jenis jeruk keprok (Citrus Reticula Balnco atau Citrus Nobilis) 3. Jenis jeruk besar (Citrus Maxima Merr, Citrus Grandis Osbeck) 4. Jenis jeruk lemon (Citrus Limon Linn)

5. Jenis jeruk lime (Citrus Aurantifolia Swingle) 6. Jenis jeruk sitrun (Citrus Medica Limnaeus)

7. Jenis jeruk grape fruit (Citrus Paradisi Mactadijen) 8. Jenis jeruk hybrid.

Jeruk manis disebut juga jeruk peras, mempunyai nama latin Citrus auratium L.

(18)

Subgenus : Eucitrus Genus : Citrus Subtribe : Citrinae Tribe : Citreae Subfamili : Aurantioideae Famili : Rutaceae Ordo : Rutales

Klas : Dicotyledoneae Subfilum : Angiospermae Filum : Spermatophyta (Pracaya, 2003).

Gambar 1. Buah jeruk manis

Genus Citrus terdiri dari dua subgenera yaitu subgenera Papeda dan Eucitrus. Buah dari subgenus Papeda tidak enak dimakan karena di dalam

(19)

sayur. Subgenus Eucitrus mempunyai 10 species, delapan species telah banyak dibudidayakan. Jeruk manis merupakan salah satu species yang termasuk didalam subgenus Eucitrus. Banyak jeruk yang dikawinsilangkan sehingga terjadi hibrid, di antaranya yaitu mandarin dikawinkan dengan jeruk manis menghasilkan jeruk tangor, Poncirus dikawinkan dengan jeruk manis menghasilkan jeruk citrange.

Menurut Hadiwiyoto dan Soehardi (1980) penanganan buah jeruk, seperti halnya pada buah yang lain, melewati tahap-tahap sebagai berikut :

Pemanenan Pembersihan/sortasi Pengepakan/pengemasan Pengangkutan

Penyimpanan

Gambar 2. Diagram alir tahapan penanganan buah jeruk

Tomat

(20)

1. Kelas 1, tomat ini berukuran kecil yaitu 3-4 cm,contoh dari tomat ini adalah tomat cherry, Bentuknya relatif bulat dan berwarna kehijauan.

2. Kelas 2, tomat ini berukuran 4-5 cm,tomat ini biasanya tumbuh didataran rendah, bentuknya relatif lonjong dan berwarna merah muda, contohnya dari jenis inia adalah tomat manis.

3. Kelas 3, tomat ini berukuran 5-6 cm,tomat ini biasanya sering dibudidayakan oleh penduduk indonesia,dan berwarna merah tua ketika masak

4. Kelas 4, kelas ini juga disebut kelas ekstra,dimana ukurannya diatas 6 cm, kebanyakan jenis ini berasal dari thailand yang dikembangkan dengan cara hidroponik

Gambar 3. Buah Tomat

Menurut Saptarini (1999), jenis tomat di Indonesia cukup banyak, antara lain sebagai berikut :

a. Tomat ceri

Bentuk buahnya kecil-kecil sebesar kelereng. Buahnya merah dan rasanya manis. Sekarang sering di tanam secara hidroponik

b. Tomat biasa

(21)

c. Tomat Apel

Bentuk buahnya bulat, kokoh, dan agak keras seperti buah apel atau pir. Jenis ini lebih cocok di tanam di dataran tinggi.

d. Tomat kentang

Bentuk buahnya bulat, besar-besar, dan agak padat. e. Tomat keriting

Tomat ini disebut keriting karena daunnya keriting seperti diserang hama penyakit. Bentuk buahnya agak lonjong, keras, dan memiliki kulit yang tebal sehingga tahan untuk pengangkutan jarak jauh.

Sawo

Sawo merupakan tanaman asli Indonesia. Sawo yang paling digemari adalah sawo apel, dan sawo manila betawi. Sawo manila betawi memiliki diameter kira-kira 7 cm. Daging buahnya halus dan rasanya manis. Berwarna coklat ketuaan, sedangkan sawo apel bentuknya seperti apel, diameternya lebih kecil dari 4 cm. rasanya manis dan berwarna kuning ketuaan.

Penyortiran dan penggolongan buah sawo hasil panen dilakukan untuk memisahkan buah yang baik dari yang jelek dan memisahkan buah yang berukuran sama. Untuk buah yang sudah sangat rusak, sebaiknya dibuang, tetapi buah yang rusak sedikit dapat dipisahkan untuk dijual ketempat yang dekat dengan harga murah. Berdasarkan sawo yang ada di Indonesia,sawo dibedakan atas :

(22)

2. Kelas 2, sawo ini berukuran 4 cm sampai 5 cm, jenis ini biasanya tumbuh di dataran rendah, bentuknya relatif lonjong dan berwarna merah muda, contohnya dari jenis ini banyak ditemukan pada hutan-hutan tropis.

3. Kelas 3, sawo ini berukuran 5 cm sampai 6 cm, jenis ini sering dibudidayakan oleh penduduk sebagai salah satu komoditi ekspor.

4. Kelas ekstra, kelas ini merupakan pengembangan dari jenis yang ada berukuran lebih besar dan rasanya manis.

(Prihatman, 2000).

Gambar 4. Buah Sawo Pemanenan

(23)

letaknya tinggi harus dipetik dengan mempergunakan tangga supaya jangan merusak pohon. Apabila baru hujan jangan segera dipetik. Tetapi sebaiknya ditunggu sampai buah sudah kering. Sesudah panen lalu diadakan seleksi, yang sudah busuk atau sakit jangan dicampur karena bisa menular. Jeruk yang terlalu tua dan muda dipisahkan. Seleksi bisa dilakukan di kebun atau sesudah dibawa ke gudang (Pracaya, 2003).

Buah-buah jeruk mudah menjadi rusak dalam penanganan bila dipungut dalam keadaan basah, bila tejadi dapat menyebabkan kulit membengkak dan mudah memar atau tergores. Lonyoh terkena sinar matahari dan menunjukkan sel-sel berminyak. Oleh karena itu perlu penanganan yang hati-hati dalam melakukan pemanenan dan sebaiknya menggunakan gunting pendek atau melengkung dalam pemetikan buah dari tangkai. Setelah dipanen buah dikumpulkan pada tempat yang teduh untuk disortir menurut kualitasnya (Pantastisco, 1993).

Sawo dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada umumnya terdapat satu atau dua musim berbuah puncak. Buah akan matang pada umur sekitar 29 minggu. Buah ini biasanya dipanen dengan hati-hati dari tangkainya, ditaruh di atas tanah atau direndam air agar getahnya habis keluar, lalu dicuci dan digosok kulitnya untuk membuang sisik-sisik di bagian luar. Buah yang baru dipetik itu masih keras, dan perlu disimpan 3-7 hari agar menjadi masak dan lunak, sehingga enak dimakan. Buah yang diperdagangkan biasanya masak dalam perjalanannya ke pasar atau sampai ke pembeli. Penyimpanan dalam suhu rendah dapat memperpanjang masa simpan buah sawo (Prihatman, 2000).

Pemungutan hasil panen tomat dapat dilakukan mulai sekitar umur 75 hari

(24)

pemanenan, kriteria buah yang dipetik disesuaikan dengan tujuan konsumsi atau

tujuan pemasaran. Kriteria panen yang paling mudah untuk menentukan saat

pemetikan adalah kriteria visual yaitu warna kulit buah. Hal ini dikarenakan

tingkat pemasakan buah tomat berkorelasi positif dengan warnanya. Semakin

masak buah tomat maka semakin merah warnanya, sebaliknya semakin muda

maka semakin hijau warnanya. Untuk tujuan pemasaran, buah dipanen ketika

masak ekonomis, yaitu kemasakan yang kriterianya disesuaikan dengan

permintaan pasar. Bila tujuannya untuk pemasaran jarak jauh atau di ekspor,

idealnya buah dipanen pada waktu masih hijau, yakni kira-kira 3 sampai 7 hari

sebelum merah. Untuk pemasaran jarak dekat, buah tomat dapat dipanen sewaktu

buah tomat berwarna kekuningan. Sedangkan untuk tujuan pengolahan

(processing, pengalengan), konsumsi buah segar ataupun bumbu dapur, dipanen

setelah masak fisiologis, ditandai dengan kulit buah yang berwarna merah.

Memanen buah yang masih hijau namun ukuran buahnya telah maksimal,

merupakan pilihan yang baik untuk memperpanjang umur simpannya, karena nilai

gizinya tidak berbeda. Waktu pemanenan yang paling tepat adalah saat cuaca

terang. Cara pemanenan adalah dengan dipetik secara hati-hati agar buah tidak

rusak. Tangkai buah dipatahkan sambil memegang ujung buah dengan telapak

tangan. Pemanenan buah dilakukan dengan kelopak bunga yang masih utuh. Hasil

panen langsung disortasi di tempat dengan memilih buah yang memiliki kualitas

baik untuk dipasarkan dan membuang buah yang abnormal. Buah yang berkualitas

(25)

Sortasi dan Penggolongan Mutu

Petani di Indonesia jarang melakukan sortasi dan penggolongan mutu terhadap hasil panen buahnya. Hal ini disebabkan umumnya petani menjual buah dengan cara borongan. Kegiatan sortasi dan penggolongan mutu umumnya dilakukan oleh pedagang pengumpul, atau petani yang merangkap sebagai pedagang pengumpul, dan pedagang grosir. Dengan melakukan penggolongan mutu sebenarnya akan diperoleh nilai tambah karena buah dan sayur dapat dijual dengan harga yang tidak sama tergantung pada jenisnya masing-masing

(Satuhu, 1996).

Sortasi diperlukan apabila hasil panen akan dijual. Sortasi dilakukan berdasarkan keseragaman ukuran, kematangan buah, kesehatan, bentuk, dan kerusakan. Buah-buah bermutu dapat dipasarkan ke pasar luar negeri atau ke pasar swalayan. Sebaliknya golongan buah yang kurang bermutu hanya dapat dipasarkan di pasar tradisional (Prihmantoro dan Indriani, 1999).

Sortasi dan penggolongan mutu sangat diperlukan untuk menggolongkan buah sesuai dengan ukuran dan ada tidaknya yang cacat. Penggolongan mutu atau grading adalah klasifikasi mutu komoditi ke dalam kelompok menurut standar

yang secara komersil dapat diterima.

Proses penggolongan mutu dalam suatu bangsal pengemasan meliputi kegiatan utama berikut, yakni :

1. Memisahkan hasil buah yang berkualitas tinggi, sedang dan rendah. 2. Melakukan klasifikasi dari hasil tersebut.

(26)

1. Mendapatkan buah yang mempunyai keseragaman baik dalam ukuran maupun kualitas.

2. Mempermudah penyusunan dalam kemasan. 3. Mendapatkan harga yang tinggi di pasaran. 4. Mempermudah dalam perhitungan, dan

5. Mempermudah pembeli untuk mendapatkan buah seperti yang diinginkan juga dalam upaya perlindungan konsumen.

Pada dasarnya penggolongan mutu dimaksud untuk memudahkan informasi pasar, memberikan pengertian antara pembeli dan penjual sehingga memudahkan pemasarannya, juga memudahkan konsumen untuk membeli buah sesuai dengan kualitas yang disenangi dan kemampuan daya beli. Hal ini berdampak positif karena itu merangsang petani untuk meningkatkan buah yang dihasilkan. Mutu buah untuk pasar lokal, swalayan, dan untuk ekspor tidak sama. Mutu buah ekspor harus baik dan standar yang diinginkan umumnya ditentukan negara tujuan. Standar ini bisa berbeda antara satu negara dengan negara lain (Satuhu, 1996).

Alat Sortasi Buah

Pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia yang dipilih oleh Departemen Pertanian Subdit Mekanisasi Pertanian adalah pola pengembangan berdasarkan kebijaksanaan selektif yaitu suatu kebijaksanaan pengembangan mekanisasi pertanian untuk mencapai pengembangan pertanian dengan penerapan penggunaan alat mesin pertanian yang serasi, sehingga tidak mengganggu kelestarian lingkungan baik fisik maupun sosial (Rizaldi, 2006).

(27)

digunakan antara lain adalah kayu. Kayu bersifat alami dan berasal dari alam yang bersifat mentah dan dapat diperbaharui dan diproses untuk dijadikan alat atau barang pendukung material (Dumanauw, 1993).

Alat penyortir buah jeruk ini merupakan alat sortasi dengan tipe gravitasi. Alat ini terdiri dari bagian penting yaitu saluran bahan, kerangka (beam), bak tempat bahan (hopper) dan bak penampungan bahan hasil sortasi.

Prinsip Kerja Alat Sortir Buah

Alat sortir buah jeruk ini bekerja berdasarkan prinsip gravitasi. Setelah alat dipastikan dalam keadaan siap pakai, buah jeruk dicurahkan pada bak paling atas tempat bahan yang akan disortir. Buah tadi akan menggelinding dengan posisi diameter vertical buah sejajar dengan permukaan saluran bahan. Buah menggelinding menyusuri saluran bahan sampai berakhir pada bak tempat penampungan bahan hasil sortasi.

Buah yang diameter vertikalnya lebih kecil dari diameter lubang saluran akan lolos atau jatuh akibat beratnya sendiri menuju saluran bahan yang terdapat di bawahnya. Sedangkan buah yang diameternya lebih besar akan terus menggelinding ke bawah sampai jatuh pada bak penampungan akhir. Begitu pula hal yang terjadi pada buah yang jatuh pada saluran bagian bawah akan disortir lagi mengikuti sistem yang pertama, dimana buah yang diameter vertikalnya lebih kecil dari diameter lubang saluran akan lolos atau jatuh akibat beratnya sendiri dan menuju ke tempat atau bak penampungan bahan akhir.

(28)

saluran pada alat sortasi tipe gravitasi kepada hasil yang dihasilkan dan waktu proses sortasi.

Daryanto (2000) menjelaskan jarak yang ditempuh suatu benda didefe-nisikan sebagai lintasan yang ditempuh suatu benda pada selang waktu tertentu, sedangkan perpindahan didefenisikan sebagai perubahn kedudukan suatu benda selama selang waktu tertentu. Perpindahan termasuk besaran vektor, sehingga perpindahan bergantung pada arah gerak.

Pada proses sortasi terjadi proses perubahan gerak yaitu mulai dari gerak jatuh menggelinding pada saluran dan melewati saluran (sortasi). Hal ini berarti terjadi proses gerak lurus berubah beraturan, dimana dimulai dengan gerak jatuh dan meluncur. Waktu sortasi dan kecepatan pastinya akan dipengaruhi oleh saluran yang akan dilewati buah.

(29)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember 2009 di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : jeruk, sawo, tomat, baut dan mur.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : alat sortasi jeruk tipe gravitasi (Dibuat oleh mahasiswa Teknik Pertanian Angkatan 2005, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, berfungsi untuk memisahkan atau menyortir buah jeruk berdasarkan grade), kalkulator, stopwatch, alat tulis, gergaji, bor, timbangan, meteran.

Metode Penelitian

Dalam penilitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan teknik pengumpulan data dengan melakukan studi kepustakaan (blibiografi), perumusan masalah, dan mengumpulkan informasi. Kemudian dilakukan pengujian terhadap jarak antar saluran sampai didapat jarak saluran yang sesuai untuk alat sortasi tipe gravitasi, dilanjutkan dengan pengamatan parameter.

(30)

Dimana didapatkan data penelitian :

1. Untuk buah jeruk : C1 = 9 cm, C2 = 8,5 cm, C3 = 8 cm, 2. Untuk buah tomat : C1 = 8 cm, C2 = 7,5 cm, C3 = 7 cm 3. Untuk buah sawo : C1 = 8 cm, C2 = 7,5 cm, C3 = 7 cm

Data diatas didapatkan dengan membandingkan buah yang akan disortasi dengan grade buah.

Model Analisa

Yij = µ + αi + ∑ij

Dimana :

Yij = Pengamatan pada unit percobaan yang mandapat perlakuan faktor S ke taraf i pada ulangan j

µ = Efek nilai tengah

αi = Efek dari faktor C pada taraf ke-i

∑ij = Efek galat dari faktor C pada taraf ke-i dengan ulangan ke j

(Bangun, 2008).

Parameter yang diamati : 1. Kapasitas alat ( kg/jam )

2. Persentasi tiap-tiap grade atau kelas hasil sortir (%) 3. Persentase buah yang rusak (%)

4. Persentase keseragaman buah (%)

Persiapan Penelitian

(31)

dalam gambar teknik, mempersiapkan bahan-ahan dan peralatan yang akan digunakan dalam penelitian.

Pelaksanaan Penelitian Alat Penyortir

Alat penyortir yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat penyortir jeruk buatan mahasiswa Teknik Pertanian angkatan 2005, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Alat ini terdiri dari beberapa bagian yaitu : 1. Kerangka Alat

Kerangka merupakan bagian dari alat grading yang berfungsi sebagai penyangga meja sortir. Terbuat dari kayu dan baja. Perangkaian dilakukan dengan baik dengan pengelasan maupun pembautan

2. Saluran Bahan

Saluran bahan merupakan tempat mengalirnya buah pada saat sortasi yang berfungsi sebagai media pembantu dalam proses sortasi. Terbuat dari kayu yang sudah dihaluskan.

3. Bantalan

Tempat poros bertumpu dinamakan tap poros atau leher poros, elemen yang dinamakan bantalan. Bantalan ini dipasang di dalam alat. Dalam bantalan ini bekerja gaya reaksi. Disamping itu bantalan berfungsi menahan gaya gesekan dari alat.

Prosedur Penelitian

(32)

2. Diatur jarak saluran alat sortasi, sehingga didapat jarak sortasi yang sesuai untuk alat sortasi.

3. Dilakukan sortasi terhadap buah dengan menggunakan alat sortasi dengan memasukkan buah ke dalam alat sortasi.

4. Dihitung kapasitas kerja alat per jam dan hasil sortasi. 5. Dilakukan pengulangan perlakuan sebanyak 3 kali.

5. Dilakukan evaluasi terhadap 4 aspek yang dianggap cukup penting yaitu kapasitas kerja maksimum, keseragaman hasil sortasi, persentase buah tiap kelas dan kerusakan buah terhadap pengaruh jarak saluran alat sortasi.

Pengukuran Parameter 1. Kapasitas alat

Kapasitas alat dapat diukur dengan membagi berat buah yang disortir dengan waktu sortir.

2. Persentase tiap-tiap kelas buah (%)

Pengukuran persentase tiap-tiap grade atau kelas dilakukan dengan membandingkan berat tiap-tiap grade atau kelas (kg) dengan berat total buah yang disortir.

Persentase kelas buah =

)

3. Persentase buah yang rusak (%)

(33)

tersebut baik untuk dilakukan pengamatan. Setelah penyimpanan dilakukan pemisahan atau penyortiran buah yang rusak secara mekanis yang ditandai dengan memar, luka pada tiap grade hasil sortasi. Ditimbang buah yang rusak mekanis, setelah itu dihitung persentase buah yang rusak. Persentase buah yag rusak dapat dihitung dengan rumus :

Persentase buah yang rusak =

)

4. Persentase keseragaman buah

Pengukuran persentase keseragaman buah dilakukan dengan membandingkan keseragaman buah yang sesuai untuk suatu kelas dibandingkan dengan total keseragaman kelas.

Persentase keseragaman buah =

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara umum dapat diketahui bahwa perbedaan saluran dengan menggunakan 3 varietas memberi pengaruh terhadap kapasitas alat, kerusakan buah hasil sortasi, keseragaman buah tiap-tiap kelas dan persentase berat buah hasil sortasi tiap kelas.

JERUK

Kapasitas kerja alat

Dari hasil penelitian diperoleh data kapasitas kerja alat untuk buah jeruk. Tabel 3. Data pengamatan kapasitas alat untuk buah jeruk.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C1 403.6 430.6 418.63 1252.83 417.61

C2 410.34 430.12 420.12 1260.58 420.19

C3 420.24 428.36 430.15 1278.75 426.25

Total 1234.18 1289.08 1268.9 3792.16

Rataan 411.39 429.7 422.97 420.72

(35)

Persentase Buah Yang Rusak

Dari hasil penelitian diperoleh data persentase buah yang rusak untuk buah jeruk

Tabel 4. Data pengamatan persentase buah yang rusak untuk buah jeruk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Dari Tabel 4 diatas diambil kesimpulan bahwa persentase buah rusak terbesar terdapat pada perlakuan C1, yaitu sebesar 1,7 % dan terendah sebesar 1,33 % pada perlakuan C3 sebesar 1,8 %. Hal ini dipengaruhi oleh besar saluran dan faktor gaya gesekan buah jeruk pada saluran. Hal ini juga disebabkan lapisan kulit luar jeruk yang tebal, sehingga dapat menahan benturan dan tahan lama setelah disimpan selam 3 hari setelah proses penyortiran.

Keseragaman Buah Hasil Sortasi

Dari hasil penelitian , diperoleh data pengamatan persentase keseragaman buah hasil sortasi pada buah jeruk.

Tabel 5. Data pengamatan keseragaman tiap kelas

Perlakuan Keseragaman buah tiap kelas (%)

A B C D

C1 83.15 82.12 81.36 87.04

C2 83.80 83.3 82.70 87.65

C3 83.5 84.50 84.20 87.80

(36)

jarak antar saluran yang semakin kecil dapat mengurangi persentase kesalahan yang terjadi pada proses penyortiran, yaitu mengurangi persentase buah yang jatuh yang tidak sesuai dengan gradenya. Namun disamping itu faktor jatuh buah jeruk yang tidak dapat dikontrol merupakan faktor dasar yang tidak dapat diubah. Tetapi proses bergulirnya jeruk lebih baik dibandingkan dengan tomat dan sawo, disamping itu bentuk buah dari jeruk itu sendiri yang relatif bulat. Berbeda dengan bentuk buah tomat yang melebar ketengah dan bentuk sawo yang relatif lonjong, hal itu menyebabkan buah tomat dan buah sawo banyak yang jatuh pada tempat yang tidak sesuai dengan gradenya.

Persentase Berat Buah Tiap Kelas

Dari hasil penelitian diperoleh data persentase berat buah tiap kelas untuk buah jeruk

Tabel 6. Data pengamatan berat tiap kelas

Perlakuan Keseragaman buah tiap kelas (%)

A B C D

C1 16.14 25.33 48.33 10.2

C2 11.20 25 50 13.8

C3 10.50 26 53.4 10.1

(37)

ketelitian dalam proses pengumpanan buah agar faktor kesalahan dalam proses penyortiran dapat berkurang.

Tomat

Kapasitas Kerja Alat

Dari hasil penelitian diperoleh data kapasitas kerja alat untuk komoditas tomat.

Tabel 7. Data pengamatan kapasitas alat untuk buah tomat.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(38)

Persentase Buah Yang Rusak

Dari hasil penelitian diperoleh data persentase buah yang rusak untuk buah tomat.

Tabel 8. Data pengamatan persentase buah yang rusak untuk buah tomat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa komoditas tomat mendapat kerusakan terbesar dibandingkan dengan komoditas lainnya, yakni sebesar 5,33 % pada perlakuan C1 dan terendah sebesar 4,3 pada perlakuan C3. buah yang rusak ini disebabkan oleh lapisan kulit luar dari komoditas tomat yang lebih tipis dari komoditas lainnya, sehingga rentan terhadap kerusakan. Disamping itu bentuk dari tomat yang melebar kesamping membuat sering terjadi tubrukan antar sesama tomat pada proses sortasi. Faktor jarak saluran yang semakin kecil tidak begitu mempengaruhi, sebab faktor yang mendasar adalah faktor lapisan kulit buah tomat dan proses bergulirnya tomat yang tidak dapat dikontrol.

Keseragaman Buah Hasil Sortasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada alat sortasi, diperoleh data pengamatan persentase keseragaman buah hasil sortasi.

Tabel 9. Data pengamatan keseragaman tiap kelas

Perlakuan Keseragaman buah tiap kelas (%)

A B C D

C1 100 60.38 96.34 84.91

C2 100 61.3 97.60 85.42

(39)

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa keseragaman terbesar didapat pada keseragaman A pada semua perlakuan yakni 100 % dan terendah pada keseragaman kelas B. Hal ini dikarenakan kebanyakan buah yang seharusnya masuk di kelas A masuk ke kelas B, sehingga keseragaman kelas B menjadi menurun. Disamping itu perlakuan jarak saluran tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan keseragaman tiap kelas, faktor bentuk dasar komoditas dan proses jatuhnya buah merupakan faktor utama yang mempengaruhi keseragaman.

Persentase Berat Buah Tiap Kelas

Dari hasil penelitian diperoleh data persentase berat buah tiap kelas untuk buah tomat.

Tabel 10. Data pengamatan persentase berat tiap kelas

Perlakuan Keseragaman buah tiap kelas (%)

A B C D

C1 4.67 32.33 41.00 22

C2 4.5 31.43 44.2 19.87

C3 4.60 30.9 44.1 20.4

(40)

Sawo

Kapasitas Kerja Alat

Dari hasil penelitian diperoleh data kapasitas kerja alat untuk buah sawo. Tabel 11. Data pengamatan kapasitas alat untuk buah sawo.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Dari Tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa kapasitas alat terbesar didapat pada perlakuan C3 sebesar 458,31 kg/jam dan terendah pada perlakuan C1 sebesar 451,23 kg/jam. Perlakuan jarak saluran mempengaruhi dari peningkatan kapasitas alat, hal ini dikarenakan mempercepat waktu sortasi dan mengurangi faktor terhambatnya buah pada saluran pada proses penyortiran. Disamping itu faktor lapisan kulit dari sawo yang lumayan tebal dan licin juga mempengaruhi. Bentuk sawo yang oval membuat sawo bergulir secara horizontal sehingga jarang membuat terhambatnya buah.

Persentase Buah Yang Rusak

Dari hasil penelitian diperoleh data persentase buah yang rusak untuk buah sawo.

Tabel 12. Data pengamatan persentase buah yang rusak untuk buah sawo

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(41)

Dari Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa kerusakan buah terbesar pada komoditas sawo terdapat pada perlakauan C1 sebesar 4 % dan terendah pada perlakuan C3 sebesar 4 %. Faktor perlakuan jarak saluran memberi pengaruh pada persentase buah sawo yang rusak hal ini disebabkan karena kurangnya terjadi tubrukan pada buah sawo pada saat saluran diperkecil. Disamping itu keadaan buah pada saat akan disortir juga merupakan faktor utama, karena buah sawo kebanyakan disortir pada saat belum tua.

Keseragaman Buah Hasil Sortasi

Dari hasil penelitian diperoleh data persentase keseragaman buah hasil sortasi.

Tabel 11. Data pengamatan keseragaman tiap kelas

Perlakuan Keseragaman buah tiap kelas (%)

A B C D

C1 100 63.80 88.97 71.95

C2 100 64.35 90.32 70.87

C3 100 62.80 88.90 73.40

(42)

Persentase Berat Buah Tiap Kelas

Dari hasil penelitian diperoleh data persentase berat buah tiap kelas untuk buah sawo.

Tabel 12. Data pengamatan keseragaman tiap kelas

Perlakuan Keseragaman buah tiap kelas (%)

A B C D

C1 5.00 36.67 44 14.33

C2 5,5 38.85 46.25 9.4

C3 4.60 37.80 41.5 16.1

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kapasitas rata-rata kerja alat pada buah jeruk sebesar 420,72 kg/jam, persentase rata-rata buah rusak sebesar 1,49 %.

2. Kapasitas rata-rata kerja alat pada buah tomat sebesar 409,13 kg/jam, persentase rata-rata buah rusak sebesar 4,71 %.

3. Kapasitas rata-rata kerja alat pada buah sawo sebesar 455,11 kg/jam, persentase rata-rata buah rusak sebesar 3,44%

4. Keseragaman buah tiap kelas dan persentase berat buah tiap kelas tertinggi didapat pada buah jeruk dan terendah pada buah sawo

5. Komoditas yang sesuai untuk alat ini adalah buah jeruk setelah dibandingkan dengan komoditas lainnya baik dalam hal kapasitas alat, persentase kerusakan buah, keseragaman buah hasil sortasi dan persentase berat buah tiap kelas.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar alat bekerja dengan lebih baik 2. Perlu dilakukan modifikasi alat untuk mengefesiensikan kerja alat seperti

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2005. Jeruk. Penebar Swadaya, Jakarta.

AKK, 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Kanisius, Yogyakarta.

Bangun, MK., 2008. Perancangan Percobaan. Universitas Sumatera Utara, Medan. Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Daryanto, 2000. Fisika Teknik. Rineka Cipta, Jakarta.

Dumanauw, J., 1993. Mengenal Kayu. Kanisius, Yogyakarta.

Hadiwiyoto, S., dan Soehardi, 1980. Penanganan Lepas Panen. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

Hardjosentono, M., Wijato, R. Elon., I.W. Badra, R. T. Dadang, 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Kanara, A., 2006. Pengemasan dan Penyimpanan Buah Tomat. UGM-Press, Yogyakarta.

Pantastico, E. R. B., 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan Komeriyani. UGM Press, Yogyakarta.

Pracaya, 2000. Jeruk Manis, Varietas, Budidaya dan Pascapanen. Penebar Swadaya, Jakarta.

Prihatman, K., 2000. Bertanam Sawo. http://www.ristek.go.id. [25 April 2009]. Prihmantoro, H., dan Y.H. Indriani., 1999. Hidroponik Sayuran Semusim untuk

Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rizaldi, T., 2006. Mesin Peralatan. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Satuhu, S., 1996. Penanganan dan Pengelolaan Buah. Penebar Swadaya, Jakarta. Situmorang, B. A., 2007. Pengujian Kemiringan Rak dan Diameter Pulley pada

Alat Sortasi Tomat Tipe Meja Ayakan Bertingkat. Universitas Sumatera Utara, Medan.

(45)

Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan Penelitian

Persiapan Alat Persiapan Bahan

Tidak

Ya

Mulai Mulai

Persiapan buah yang akan disortir Perancangan Alat

Pengatur Jarak Saluran

Pengambilan data

Pengujian parameter Pengujian Alat

Ditimbang sebanyak 10 kg

PerakitanUlang Alat Sortir

Selesai

(46)

Lampiran 2

Data Pengamatan Kapasitas Alat Pada Buah Jeruk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Pengamatan Persentase Kerusakan Buah Jeruk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Keseragaman Kelas A Pada Buah Jeruk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Keseragaman Kelas B Pada Buah Jeruk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(47)

Data Keseragaman Kelas C Pada Buah Jeruk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Keseragaman Kelas D Pada Buah Jeruk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Persentase Berat Buah A Pada Buah Jeruk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Persentase Berat Buah B Pada Buah Jeruk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(48)

Data Persentase Berat Buah C Pada Buah Jeruk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Persentase Berat Buah D Pada Buah Jeruk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Pengamatan Kapasitas Alat Pada Buah Tomat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Pengamatan Persentase Kerusakan Buah Tomat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(49)

Data Keseragaman Kelas A Pada Buah Tomat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Keseragaman Kelas B Pada Buah Tomat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Keseragaman Kelas C Pada Buah Tomat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Keseragaman Kelas D Pada Buah Tomat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(50)

Data Persentase Berat Buah A Pada Buah Tomat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Persentase Berat Buah B Pada Buah Tomat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Persentase Berat Buah C Pada Buah Tomat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Persentase Berat Buah D Pada Buah Tomat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(51)

Data Pengamatan Kapasitas Alat Pada Buah Sawo

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Pengamatan Persentase Kerusakan Buah Sawo

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Keseragaman Kelas A Pada Buah Sawo

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Keseragaman Kelas B Pada Buah Sawo

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(52)

Data Keseragaman Kelas C Pada Buah Sawo

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Keseragaman Kelas D Pada Buah Sawo

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Persentase Berat Buah A Pada Buah Sawo

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data Persentase Berat Buah B Pada Buah Sawo

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(53)

Data Persentase Berat Buah C Pada Buah Sawo

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C1 45 46 41 132 44

C2 49.2 41.75 47.8 138.75 46.25

C3 43.2 41.6 39.7 124.5 41.5

Total 137.4 129.35 128.5 395.25

Rataan 45.8 43.11 42.83 43.9

Data Persentase Berat Buah D Pada Buah Sawo

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C1 18 10 15 43 14.33

C2 11.3 7.6 9.3 28.2 9.4

C3 19 15.4 13.9 48.3 16.1

Total 48.3 33 38.2 119.5

(54)
(55)

Lampiran 6. Buah Rusak

Gambar 10. Jeruk yang rusak setelah 3 hari penyortiran

Gambar 11. Tomat yang rusak setelah 3 hari penyortiran

(56)

Lampiran 7. Proses penyortiran buah

Gambar 13. Proses penyortiran buah tomat

(57)
(58)

Lampiran 3. Analisis sortir

I. Unsur Produksi

1. Biaya Pembuatan Alat

Papan = Rp. 150.000,00

Triplek = Rp. 50.000,00

Broti = Rp. 90.000,00

Karpet = Rp. 60.000,00

Plat besi = Rp. 22.000,00

Paku = Rp. 20.000,00

Lem = Rp. 20.000,00

Roda = Rp. 20.000,00

Baut dan mur = Rp. 20.000,00

Cat = Rp. 20.000,00

Biaya perakitan = Rp. 300.000,00

Total P = Rp. 772.000,00

2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun

3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 77.200,00

4. Jam kerja = 8 jam/hari

5. Produksi/hari = 3.323,072 kg/hari 6. Biaya operator = Rp. 40.000,00/hari 7. Bunga modal dan asuransi = Rp. 83.376,00/tahun 8. Biaya sewa gedung = Rp. 7.720,00/tahun

(59)

Lampiran 8. Spesifikasi alat sortasi jeruk tipe gravitasi

Dimensi

Panjang : 150 cm Lebar : 122 cm Tinggi : 155 cm

Berat : 47,2 kg

Gambar

Tabel 1. Kandungan vitamin dan zat mineral lainnya setiap 100 gram buah jeruk
Gambar 1. Buah jeruk manis
Gambar 2. Diagram alir tahapan penanganan buah jeruk
Gambar 3. Buah Tomat
+7

Referensi

Dokumen terkait