Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan
Yang Menggunakan Yielding Damper
Akibat GayaGempa
Tugas Akhir
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil
Disusun oleh:
HELMY ISKANDARSYAH 04 0404 046
SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
ABSTRAK
Kerusakan bangunan akibat gempa secara konvensional dapat dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang bekerja padanya. Namun, hasil ini sering tidak memuaskan karena kerusakan elemen baik struktural maupun nonstruktural umumnya disebabkan adanya perbedaan simpangan antar tingkat (interstory drift). Untuk memperkecil interstory drift dapat dilakukan dengan memperkaku bangunan dalam arah lateral. Tetapi , hal ini akan memperbesar gaya gempa yang bekerja pada bangunan. Metode yang lebih baik adalah dengan meredam energi gempa sampai pada tingkat yang tidak membahayakan bangunan. Sejalan dengan perkembangan teknologi bahan/sistem untuk anti gempa, telah ditemukan bahan anti seismik (seismic device) yang disebut juga dengan Damper dalam hal ini yaitu Yielding Damper. Metode perencanaan struktur tahan gempa dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode konvensional yang mengutamakan bentuk-bentuk struktur yang kaku dan daktailitas yang yang tinggi metode teknologi dengan menambahkan alat-alat seismic devices ke struktur.
Yielding damper / metallic yielding damper bekerja dengan mendissipasi
energi melalui pelelehan bahan damper yaitu adalah pelat lentur, yaitu jenis damper dengan dissipasi energi melalui lenturaan pelat. Hubungan gaya dan displacement pelat damper. Pada tugas akhir ini akan digunakan metode respon spektrum dengan bantuan perhitungan program SAP 2000 versi 11. Pada analisa ini akan diperoleh nilai perioda getar struktur, displacement, momen, gaya lintang, dan gaya normal. Dimana struktur yang digunakan adalah struktur baja profil WF. Struktur yang dianalisa adalah struktur konvensional, dengan menggunaka bracing dan yielding damper. Dimana, struktur dengan menggunakan yielding damper ini dapat memperkecil periode getar struktur bangunan dibandingkan kedua struktur lainnya. Sehingga simpangan antar struktur akan menjadi lebih kecil dan struktur akan lebih aman.
Perbandingan periode getar, gaya – gaya yang bekerja (momen, gaya lintang (geser), gaya normal dan simpangan pada struktur dengan menggunakan yielding
damper yang didapatkan dari hasil analisa akan akan memperoleh maksimal 38.02 %
atau sampai 40% lebih kecil bila dibandingkan dengan struktur konvensional dan
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya hingga selesainya Tugas Akhir ini dengan judul Analisa
Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper
Akibat Gaya Gempa”
Tugas Akhir ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam Ujian Sarjana Teknik Sipil Bidang Studi Struktur pada Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis menyadari
bahwa Tugas Akhir ini yang masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan
keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pemahaman penulis. Dengan tangan
terbuka dan hati yang tulus penulis menerima saran dan kritik bapak dan ibu dosen
serta rekan mahasiswa demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Penulis juga menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir ini tidak lepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan tidak terhingga kepada
kedua orang tua yang selalu penulis muliakan yang telah memberikan segalanya
hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Prof. DR. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak IR.Teruna Jaya, M.Sc., selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, MT dan Bapak Ir. Robert Panjaitan selaku
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
dan pikiran dalam memberikan bimbingan yang tiada hentinya kepada penulis
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
5. Kedua orang tua penulis tersayang yang tak pernah lelah berdo’a, memberikan
segala yang terbaik dan kasih sayang yang tak berkesudahan, serta seluruh
saudara-saudara saya semuanya.
6. Rekan – rekan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, terutama teman – teman
Angkatan 2004,. Adik- adik angkatan 2005, 2006, 2007, dan Abang / kakak
stambuk 2003, 2002, 2001, 2000, terima kasih atas masukan nya selama ini.
Medan, 2009
HELMY ISKANDARSYAH
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …….. ... i
ABSTRAK ……….. ... iv
DAFTAR ISI ... ... v
DAFTAR NOTASI ……….. ... xvi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang………….. ... 1
1.2. Permasalahan ... 2
1.3. Tujuan Penulisan ... 5
1.4. Pembatasan Masalah ... 5
1.5. Metode Pembahasan ... 6
BAB 2. TEORI DASAR ... 7
2.1. Umum ……….. ... 7
2.2. Karakteristik Struktur Bangunan ... 13
2.2.1 Massa ... 13
2.2.1 Model Lumped Mass ... 13
2.2.1 Model Consistent Mass Matrix ... 14
2.2.2 Kekakuan ... 15
2.2.3 Redaman ... 15
2.3. Simpangan Drift Akibat Gaya Gempa ... 16
2.4. Derajat Kebebasan (Degree Of Freedom, DOF...17
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
2.4.2 Pers. Diferensial SDOF akibat base motion ... 19
2.4.3 Pers. Diferensial Struktur MDOF ………..21
2.4.3.1 Matriks Massa, Matriks Kekakuan dan Matriks
Redaman………....21
2.4.3.2 Matriks Redaman………..24
2.4.3.3 Non Klasikal / Non Proporsional
Damping………... 25
2.4.3.4 Klasikal / Proporsional Damping………. 26
2.4.4 Getaran Bebas Pada Struktur MDOF ……… 28
2.4.4.1 Nilai Karakteristik (Eigenproblem)……... 28
2.4.4.2 Frekuensi Sudut ( ) dan Normal Modes…30
2.4.5 Getaran Bebas Pada Struktur MDOF... … 32
2.4.5.1 Persamaan Difrensial Independen
( Uncoupling)……….32
2.4.5.2 Getaran Bebas Tanpa Redaman…………..37
2.4.5.3 Getaran Bebas Dengan Redaman………...40
2.4.5.4 Persamaan Difrensial Dependen
( Coupling)……….42
2.4.5.5 Penyelesaian Persamaan Difrensial
Gerakan……….….43
2.4.5.6 Metode - Newmark………...43
2.4.6 Persamaan Difrensial Struktur MDOF Akibat Base
Motion……… 46
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
2.5.1 Modal amplitude Zj dan modal displacement uj….51
2.5.2 Modal Seismic Force Fj ... 54
2.5.3 Modal story Shear Vij ... 56
2.5.4 Modal story Drift, ∂i ... 57
2.5.5 Modal Lateral Displacement ... 57
2.5.6 Modal Overtuning Moment ... 57
2.5.7 Modal Base Shear Vi ... 58
2.5.8 Modal Effective Weight ... 58
BAB 3. Analisa Metallic Yielding Damper Pada Bangunan...60
3.1. Umum………. ... 60
3.2. Konsep perencanaan struktur tahan gempa………..61
3.3. Peran Damper Terhadap Getaran………..63
3.4 Metallic Yielding Damper ………...64
3.5. Kekakuan Dan Daktailitas Pelat Damper ...…...68
3.5.1 Daktailitas Bahan Pelat………...69
3.5.2 Pengaruh Bentuk Pelat...…...71
3.6 Model Analisa Damper Terhadap Suatu Bangunan…… 78
3.7 Pengaruh Damping Terhadap Response Spektrum Gempa………84
3.8 Aplikasi Yielding Damper Pada Bangunan………...86
BAB 4. APLIKASI... ... ..88
4.1. Pendahuluan……. ... ..88
4.2. Pengerjaan Model Struktur……. ... ..89
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
4.2.2. Pembebanan Pada Struktur………90
4.3. Prosedur Perencanaan Bangunan Tahan Gempa Dengan
MetallicYielding Damper...95
4.4. Prosedur Analisa SAP 2000 Versi …11………..97
4.5 Analisa Data Struktur Bangunan………...105
4.5.1. Analisa Struktur Bangunan Biasa (Konvensional)..105
4.5.2. Analisa Struktur Bangunan Dengan
Menggunakan Bracing………..107
4.5.3. Analisa Struktur Bangunan Dengan Damper……….109
4.6. Hasil Analisa Momen , Gaya Lintang , Dan Gaya Normal…112
4.6.1. Hasil Analisa Pada Struktur Biasa Pada Balok……112
4.6.2. Hasil Analisa Pada Struktur Dengan
Menggunakan Bracing Pada Balok………...114
4.6.3. Hasil Analisa Pada Struktur Dengan
Menggunakan Damper Pada Balok………115
4.6.4. Hasil Analisa Pada Struktur Biasa Pada Kolom...117
4.6.5. Hasil Analisa Pada Struktur Dengan.
Menggunakan Bracing Pada Kolom………..118
4.6.6. Hasil Analisa Pada Struktur Dengan
Menggunakan Damper Pada Kolom……...120
4.7. Perbandingan Gaya-Gaya Maksimum Struktur Biasa Dengan
Struktur Dengan Menggunakan Yielding Damper…………..121
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Balok Struktur Biasa Dengan Struktur
Dengan Menggunakan Yielding Damper…………121
4.7.2.Perbandingan Gaya-Gaya Maksimum Pada Kolom
Struktur Biasa Dengan Struktur Dengan Struktur
Menggunakan Yielding Damper………...122
4.8. Perbandingan Gaya-Gaya Maksimum Struktur Menggunakan
Bracing Dengan Struktur Dengan StrukturYang Menggunakan
Yielding Damper………123
4.8.1. Perbandingan Gaya-Gaya Maksimum Pada Balok …..123
4.8.2 .Perbandingan Gaya-Gaya Maksimum Pada Kolom…..124
4.9. Kinerja Batas Layan Pada Struktur Bangunan Dengan Atau
pun Tanpa Menggunakan Metallic Yielding Damper……125
4.9.1. Kinerja Batas Layan Untuk Struktur Bangunan
Biasa (Konvensional)……….125
4.9.2. Kinerja Batas Layan Untuk Struktur Bangunan
Dengan Menggunakan Bracing………127..
4.9.3. Kinerja Batas Layan Untuk Bangunan
Yang Menggunakan Yielding Damper…………..128
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... ...133
5.1. Kesimpulan ...133.
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
DAFTAR NOTASI
b lebar pelat damper
h tinggi pelat damper
ccr damping kritis ( critical damping gaya lateral pelat )
g gravitasi sebesar 980 cm/detik2
cd konstanta damping dari damper
m Massa
k Kekakuan
k1 kekakuan awal ( jumlah kekakuan struktur dan kekakuan
damper)
k2 kekakuan struktur
kd kekakuan damper
kdp kekakuan damper pelat
kp kekakuan pelat
kpe kekakuan pelat keadaan elastic
kpp kekakuan pelat keadaan plastis
fp gaya lateral pelat
u Simpangan
up deformasi pelat
upy deformasi pelat keadaan permulaan leleh
um simpangan maksimum keadaan leleh
ue simpangan maksimum keadaan elastic
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
u(t) simpangan pada waktu t
u(0) simpangan pada waktu t =0
v(0) kecepatan awal pada waktu t = 0
E modulus elastika bahan pelat
Ed dissipasi energi getaran akibat damping
Ehys dissipasi energi dari pelelehan bahan struktur
F gaya dalam struktur
Fd gaya damping
I momen inersia pelat
t tebal pelat damper
Mp momen pelat diujung atau di tumpuan
Mpy momen pelat saat serat paling ujung mulai meleleh
Mpp momen plastis pelat
H tinggi bangunan
SDOF Single Degree Of Freedom
Sa percepatan spectral response gempa
Sa5 percepatan spectral response gempa zone 5 SNI
Sv kecepatan spectral response gempa
Sv5 kecepatan spectral response gempa zone 5 SNI
Sd simpangan spectral response gempa
Sd5 simpangan spectral response spektrum gempa zone 5
T waktu getar
T1 waktu getar awal struktur dengan damping
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
α d perbandingan kekakuan damper dengan kekakuan struktur
) (ζ
β factor damping
µ daktilitas bahan pelat
σ tegangan pelat
σ y tegangan leleh bahan pelat
ζ persen damping
, ,
u Percepatan getaran
, ,
u g Percepatan gerakan tanah
,
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gempa bumi merupakan suatu gerakan tiba – tiba dari tanah yang berasal dari
gelombang pada suatu tempat dan menyebar dari daerah tersebut ke segala arah.
Gempa bumi dalam hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan dengan gerakan
muka bumi dan pengaruhnya terhadap daerah yang bersangkutan. Masing – masing
daerah mempunyai prilaku yang berbeda terhadap gempa, karena tiap daerah
mempunyai bentuk maupun jenis wilayah yang berbeda.
Pada perencanaan bangunan, parameter gempa bumi yang langsung
mempengaruhi perencanaan adalah percepatan tanah yang ditimbulkan gelombang
seismic yang bekerja pada massa bangunan. Kedalaman pusat gempa bumi, jarak
episenter ke daerah yang dituju, sistem pondasi, massa dan geometri bangunan dan
lain sebagainya.
Seperti yang dijelaskan tadi pengaruh gempa juga tergantung daerah/wilayah
yang mengalami gempa. Untuk wilayah Indonesia dibagi dalam 6 (enam) wilayah
gempa dengan masing-masing tingkat kerawanan terjadinya gempa dan wilayah
Indonesia merupakan wilayah yang sering dilanda gempa karena terletak pada 4
(empat) lempeng tektonik yaitu lempeng Australia-India, lempeng Euro-Asia,
lempeng Pasifik dan Philipine. Gempa bumi tidak mungkin di cegah dan sulit sekali
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
harus dilakukan adalah bagaimana mengatasi atau memperkecil pengaruh kerusakan
yang ditimbulkan oleh gempa bumi pada suatu struktur bangunan.
Kerusakan bangunan akibat gempa secara konvensional dapat dicegah dengan
memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang bekerja padanya. Namun,
hasil ini sering tidak memuaskan karena kerusakan elemen baik struktural maupun
nonstruktural umumnya disebabkan adanya interstory drift (perbedaan simpangan
antar tingkat). Untuk memperkecil interstory drift dapat dilakukan dengan
memperkaku bangunan dalam arah lateral. tetapi , hal ini akan memperbesar gaya
gempa yang bekerja pada bangunan. Metode yang lebih baik adalah dengan
meredam energi gempa sampai pada tingkat yang tidak membahayakan bangunan.
Sejalan dengan perkembangan teknologi bahan/sistem untuk anti gempa, telah
ditemukan bahan anti seismik yang disebut juga dengan Damper dalam hal ini yaitu
Yielding Damper.
1.2 Permasalahan
Yielding damper ini dipasang pada struktur bangunan baja, karena alat ini
diletakkan antara balok suatu struktur dan struktur pengaku (Braced Frame).
Yielding damper adalah suatu sistem unik yang mengkombinasikan regangan dan
kekakuan rangka (kekakuan baja) dengan karakteristik momen.Yielding Damper
bekerja pada daerah yang mengalami leleh pada struktur rangka pengaku, baik pada
pengakunya ataupun pada link pada struktur rangka pengaku. Anti seismik yielding
damper ini erat kaitannya dengan rangka pengaku karena alat ini diletakkan di atas
pada eksentrisitas brace frame (link) maupun pada pengakunya. Karena elemen
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
ini harus mendapat perhatian yang lebih khusus, dalam hal perencanaannya. Oleh
sebab itu, untuk daerah tersebut perlu disiasati agar tidak terjadi deformasi yang
terlalu besar atau melebihi kapasitas terhadap gaya gempa.
Yielding Damper ini dapat berupa Added Damping and Stiffness Damper
(ADAS Damper) dan Reinforced Buckling Restrained Brace Damper (RBRB
Damper) yang memiliki system yang memberikan kekakuan untuk mereduksi respon
akibat gempa dari perpindahan lateral, bahaya tingkat, dan torsi dari struktur
bangunan selama gempa terjadi. Damper ini juga menghamburkan kapasitas energi
maksimum saat puncak energi akibat gaya gempa pada struktur. Yielding damper
sudah dapat digunakan pada suatu struktur dengan struktur pengaku seperti yang
telah dijelaskan di atas. Damper ini terdiri dari bahan campuran baja murni sesuai
dengan peraturan building code di Taiwan. Metalic Yielding Damper adalah Sistem
alat anti gempa atau Seismic device.Seismic devices bekerja dengan merubah
kekakuan, damping dan menambah massa ke struktur. Yielding damper disebut juga
hysterestic-yield damper bekerja dengan mendissipasi energi melalui pembentukan
sendi plastis atau pelelehan bahan damper, Yielding damper yang dibahas dalam
tugas akhir ini adalah damper pelat dengan kekakuan bi-linier , yaitu jenis damper
dengan dissipasi energi melalui pelelehan lenturan pelat.
Untuk yielding damper yang diletakkan pada struktur pengaku baik pada link
ataupun pada struktur pengaku, karena bila terjadi gaya yang sangat besar pada
struktur, maka yang akan mengalami deformasi hanya elemen linknya saja dan
bagian leleh pada struktur pengaku. Maka yielding damper ini efektif digunakan
untuk gaya gempa yang melebihi kapasitas bangunan hanya dengan struktur pengaku
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Damper atau disebut sistem anti seismic, merupakan suatu system yang kuat
untuk perencanaan bangunan. Sebaiknya bangunan yang mempunyai kapasitas
tahanan terbatas terhadap gempa bumi setelah menggunakan struktur pengaku
merupakan bangunan yang semestinya menggunakan damper.
Selama gempa terjadi damper ini meredam energi gempa dengan daktilitas
pada pelat baja dan mereduksi deflection yang berlebihan. Di Taiwan banyak
bangunan menggunakan yielding damper yang mengalami gempa dengan kekuatan
rata-rata 6.5 SR dan damper ini menunjukkan kerja yang baik selama gempa terjadi
tanpa ada kerusakan berarti. Pemasangan, perawatan, dan pengamatan terhadap
damper ini termasuk mudah.
Dalam perencanaan bangunan, beban akibat gempa sangat diperhitungkan
dalam analisanya sehingga walaupun bangunan tersebut terkena gempa tidak
langsung rubuh melainkan timbul keretakan yang akan memperkecil korban jiwa.
Pada analisa beban gempa sangat tergantung kepada struktur dari bangunan tersebut
dimana bentuk dari denah dan ketinggian bangunan tersebut adalah factor utama
dalam memperhitungkan gaya akibat dan guncangan gempa tersebut. Oleh sebab itu,
bila telah direncanakan bangunan dengan struktur pengaku masih tidak aman maka
solusi yang dianjurkan adalah dengan yielding damper untuk mereduksi gaya gempa
dan deformasi yang bias mengakibatkan kerusakan pada struktur yang menyebabkan
bangunan rubuh.
Untuk itu analisa yang dipakai dalam menganalisis struktur bangunan tersebut
adalah Analisa Respon Spektrum yang akan memperhitungkan pengaruh torsi,
momen dan perpindahan pusat massa dari pusat kekakuan. Analisis respon spectrum
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
hubungan antara percepatan respon maksimum suatu system satu derajat kebebasan
(SDK) akibat suatu masukan gempa tertentu sebagai fungsi dari faktor redaman C
dan waktu getar alami T sistem tersebut. Perhitungan gaya gempa yang
menggunakan ragam respon spectrum bahwa gempa rencana akan dikalikan dngan
faktor koreksi gempa I/R, dimana I adalah factor reduksi gempa representative dari
struktur gempa yang direncanakan. Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau
dalam penjumlahan respon ragam menurut metode ini sedemikian rupa.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari tugas akhir ini adalah:
1. Menghitung respon struktur bangunan dimana struktur yang dianalisa adalah
struktur biasa (konvensional), struktur dengan bracing, dan struktur dengan
menggunakan damper dalam hal ini adalah Yielding Damper.
2. Menghitung momen, gaya lintang, gaya normal, displacement atau
perpindahan antar lantai akibat gaya gempa pada bangunan tersebut
3. Untuk mengetahui efektifitas damper pada struktur bangunan dengan
membandingkan struktur biasa (konvensional), struktur dengan bracing, dan
struktur dengan menggunakan damper dalam hal ini adalah Yielding Damper.
1.4 Pembatasan Masalah
Yang menjadi batasan masalah adalah:
1. Analisa gaya gempa berdasarkan analisa respon spektrum dari SNI
03-1726-2002.
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
3. Material struktur yang digunakan adalah material baja dengan material
struktur yang digunakan adalah profil baja WF.
4. Damper yang digunakan adalah yielding damper dengan jenis metallic
yielding damper bentuk X.
5. Bangunan yang ditinjau bangunan bertingkat 5.
6. design struktur dihitung oleh struktur olh program SAP 2000 versi 11
1.5 Metode Pembahasan
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah studi literatur
yaitu dengan mengumpulkan data-data dan keterangan dari literatur yang
berhubungan dengan pembahasan pada tugas akhir ini serta masukan dari dosen
pembimbing. Penganalisaan struktur dilakukan dengan program komputer yaitu
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
BAB 2
TEORI DASAR
2.1 Umum
Getaran sering dirasakan oleh manusia pada kehidupan sehari-hari. Suatu
benda akan bergetar apabila terdapat sumber energi yang diteruskan sampai ke benda
yang bersangkutan. Gempa bumi misalnya, walaupun tidak termasuk kejadian
sehari-hari juga dapat menimbulkan getaran. Energi mekanik akibat rusaknya struktur
batuan pada peristiwa gempa bumi selanjutnya akan diubah menjadi energi
gelombang yang menggetarkan batuan sekelilingnya. Getaran batuan akibat gempa
bumi selanjutnya diteruskan oleh media tanah sampai pada permukaan tanah. Tanah
yang bergetar akibat gempa akan mengakibatkan bangunan yang berada di atas tanah
ikut bergetar. Kerusakan bangunan sering terjadi akibat peristiwa gempa bumi seperti
ini, khususnya pada daerah-daerah tertentu.
Gempa bumi merupakan salah satu bagian daripada jenis beban yang dapat
membebani struktur selain beban mati, beban hidup dan beban angin. Beban gempa
memang tidak selalu diperhitungkan dalam perencanaan atau analisa struktur.
Namun bagi struktur yang dibuat pada suatu lokasi dimana gempa bumi dapat terjadi
maka analisa ini harus dibuat.
Besarnya tingkat pembebanan gempa berbeda-beda dari suatu wilayah ke
wilayah lain tergantung pada keadaan seismotektonik geografi dan pada geologi
setempat. Analisa gempa terutama pada bangunan perlu dilakukan karena
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
beberapa metode, baik secara konvensional maupun secara teknologi sekarang ini
para ahli telah menemukan sistem seismic devices.
Seismic devices bekerja dengan merubah kekakuan, damping dan menambah
massa ke struktur. Salah satu system seismic device adalah dengan menggunakan alat
yielding damper disebut juga hysterestic-yield damper bekerja dengan mendissipasi
energi melalui pembentukan sendi plastis atau pelelehan bahan damper, Yielding
damper yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah damper pelat dengan kekakuan
bi-linier , yaitu jenis damper dengan dissipasi energi melalui pelelehan lenturan pelat.
Bila gaya yang bekerja pada damper adalah gaya siklik atau gempa, hubungan gaya
dan simpangan akan berbentuk loop jajaran genjang yang disebut juga dengan
hysteristic loop. Luas hysteristic loop merupakan energi yang didissipasi oleh
damper . Struktur yang memakai metallic damper akan merubah persamaan dinamis
menjadi persamaan non-linier, Untuk menghindari kesulitan perencanaan dengan
metode riwayat waktu gempa yang lebih kompleks dan memerlukan waktu yang
lebih lama , dipakai model pendekatan linier viscous damping untuk menggantikan
model non-linier . Model pengganti linier equivalent tersebut memakai konsep
equivalent viscous damping dengan menyamakan luas loop bilinier dengan luas loop
bentuk ellips dari linier viscous damping. Dari hasil analisa, respons simpangan
model pengganti equivalent tidak selalu memberikan hasil yang sama dengan model
dinamis non-linier, untuk itu dipakai faktor koreksi untuk menyamakan atau
mendekati kedua hasil perhitungan dalam batas toleransi tertentu.
Gaya gempa tidak dapat diprediksi kapan datangnya, sehinga ketika gempa
menimpa struktur bangunan maka ada hal yang dapat dilihat. Bangunan itu tetap
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
bangunan rusak serta terdapat korban jiwa. Gaya gempa adalah goncangan alamiah
bersumber bumi. Goncangan alamiah yang mengguncang bumi beserta apa saja yang
ada di atasnya pada hakekatnya adalah perambatan energi berwujud gelombang.
Energi yang merambat di dalam bumi atau lapisan tanah atau di dalam air laut
menciptakan goncangan pada bumi yang di kenal gempa bumi atau tsunami. Pada
dasarnya telah diketahui bahwa bagian permukaan bumi kita ini terdiri dari
lempeng-lempeng bumi yang disebut lempeng-lempeng tektonik (tectonic plate). Oleh energi yang
terdapat di dalam bumi (hotspot, arus konveksi dll.), lempeng-lempeng itu
digerakkan satu dengan lainnya. Lempeng-lempeng tektonik tadi bergerak satu
terhadap lainnya dengan kecepatan antara 2 cm/tahun sampai 15 cm/tahun.
Pergerakkan lempeng-lempeng itu ada yang saling menjauh (berpisah), ada yang
saling berpapasan berlawanan arah. Ada pula yang saling bertemu atau bertubrukkan.
Semua jenis pergerakkan lempeng tektonik telah menciptakan daerah bergempa,
yang berbeda adalah kekuatan gempa yang tersimpan di dalam bumi pada batas-batas
pertemuan lempeng bumi itu. Energi gempa yang paling besar terdapat pada batas
pertemuan atau perbenturan lempeng tektonik. Energi yang tersimpan pada jalur
perbenturan lempeng bumi itu telah menimbulkan gempa bumi besar. Proses tekan
menekan dan desak mendesak diantara massa bumi pada lempeng-lempeng tektonik
telah menciptakan pengumpulan dan penimbunan energi di dalam bumi. Jangka
waktu proses penimbunan dan pelepasan energi yang menimbulkan gempa bumi itu
berlangsung antara 30-600 tahun. Terdapat variasi siklus perulang gempa antara satu
kawasan dengan kawasan lain, ada siklus kejadian gempa bumi 30-50 tahunan, ada
100 tahun, 200 tahun dan 600 tahun. Energi yang terkumpul atau tersimpan di dalam
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
akhirnya bumi / batuan itu pecah / remuk / patah atau sobek (rupture). Pada saat
bumi itu remuk atau pecah disaat itulah energi dilepaskan dan bergerak dalam wujud
gelombang. Energi yang bergerak dalam wujud gelombang yang merambat di dalam
tanah di daratan disebut gempa bumi. Dan yang merambat di dalam air laut disebut
tsunami, sedangkan yang merambat di dalam danau disebut ’seische’.
Permasalahan gaya gempa ini berbeda dengan pembebanan- pembebanan
statis, sehingga dalam perhitungannya gaya gempa tidak mempunyai solusi tunggal
seperti pada gaya statis karena respon dan beban berubah menurut waktu.
Besarnya tingkat pembebanan gempa berbeda-beda dari satu wilayah
kewilayah lain, yang tergantung pada keadaan seismetektonik, geografi dan geologi
setempat. Analisa gempa terutama pada bangunan tinggi perlu dilakukan karena
pertimbangan keamanan struktur dan kenyaman penghuni bangunan. Beban gempa
yang terutama dalam arah mendatar akan menimbulkan simpangan (driff) yang perlu
dikontrol.
Dalam perencanaan struktur atau bangunan yang mempunyai ketahanan
terhadap gempa dengan tingkat keamanan yang memadai, struktur yang harus
dirancang dapat memikul gaya horizontal atau gaya gempa. Yang harus diperhatikan
adalah bahwa struktur dapat memberikan layanan yang sesuai dengan perencanaan.
Menurut T. Paulay (1988), tingkat layanan dari struktur gaya gempa terdiri dari tiga,
yaitu:
1. Serviceability.
Jika gempa dengan intensitas percepatan tanah yang kecil dalam waktu ulang
yang besar mengenai struktur, disyaratkan tidak mengganggu fungsi bangunan,
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
dibenarkan ada terjadi kerusakan pada struktur baik pada komponen struktur maupun
dalam elemen non-struktur yang ada. Dalam perencanaan harus diperhatikan control
dan batas simpangan (driff) yang dapat terjadi semasa gempa, serta menjamin
kekuatan yang cukup bagi komponen struktur untuk menahan gaya gempa yang
terjadi dan diharapkan struktur masih berprilaku elastis.
2. Kontrol kerusakan.
Jika struktur dikenai gempa dengan waktu ulang sesuai dengan umur atau,
masa rencana bangunan, maka struktur direncanakan untuk dapat menahan gempa
ringan atau gempa kecil tanpa terjadi kerusakan pada komponen struktur ataupun
maupun komponen non-struktur, dan diharapkan struktur dalam batas elastis.
3. Survival
Jika gempa kuat yang mungkin terjadi pada umur / masa bangunan yang
direncanakan membebani struktur, maka struktur direncankan untuk dapat bertahan
dengan tingkat kerusakan yang besar tanpa mengalami kerusakan dan keruntuhan
(collapse). Tujuan utama dari keadaan batas ini adalah untuk menyelamakan jiwa
manusia.
Pengaruh gempa bumi yang sangat merusak struktur bangunan adalah load
pad dari komponen gaya atau getaran horizontal. Getaran horizontal tersebut
menimbulkan gaya reaksi yang besar, bahkan di lokasi puncak atau ujung bangunan
dapat mengalami pembesaran hingga dua kalinya. Bila aliran gaya pada bangunan itu
lebih besar daripada kekuatan struktur maka bangunan itu akan rusak parah.Untuk
daerah yang rawan gempa bumi dibutuhkan ekstra kewaspadaan dan solusi teknologi
tepat guna yang mampu meminimalkan korban jiwa dan harta benda. Untuk itu
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
menghindari hal tersebut di atas maka bisa kita gunakan teknologi yang akan kita
bahas pada tugas akhir ini yaitu Yielding Damper khususnya Metalic Yielding
Damper.
2.2 Karakteristik Struktur Bangunan
Pada persamaan difrensial melibatkan tiga properti utama suatu struktur yaitu
massa, kekakuan dan redaman. Ketiga properti struktur itu umumnya disebut
dinamik karakteristik struktur. Properti-properti tersebut sangat spesifik yang tidak
semuanya digunakan pada problem statik. Kekakuan elemen / struktur adalah salah
satu-satunya karakteristik yang dipakai pada problem statik, sedangkan karakteristik
yang lainnya yaitu massa dan redaman tidak dipakai.
2.2.1 Massa
Suatu struktur yang kontinu kemungkinan mempunyai banyak derajat
kebebasan karena banyaknya massa yang mungkin dapat ditentukan. Banyaknya
derajat kebebasan umumnya berasosiasi dengan jumlah massa tersebut akan
menimbulkan kesulitan. Hal ini terjadi karena banyaknya persamaan differensial
yang ada.
Terdapat dua permodelan pokok yang umumnya dilakukan untuk
mendeskripsikan massa struktur.
2.2.1.1 Model lumped mass
Model pertama adalah model diskretisasi massa yaitu massa diangggap
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Dalam hal ini gerakan / degree of freedom suatu join sudah ditentukan. Untuk titik
model yang hanya mempunyai satu derajat kebebasan / satu translasi maka nantinya
elemen atau struktur yang bersangkutan akan mempunyai matriks yang isinya hanya
bagian diagonal saja. Clough dan Penzien (1993) mengatakan bahwa bagian
off-daigonal akan sama dengan nol karena gaya inersia hanya bekerja pada tiap-tiap
massa. Selanjutnya juga dikatakan bahwa apabila terdapat gerakan rotasi massa (
rotation degree of freedom ), maka pada model lumped mass ini juga tidak akan ada
rotation moment of inertia. Hal ini terjadi karena pada model ini massa dianggap
menggumpal pada suatu titik yang tidak berdimensi (mass moment of inertia dapat
dihitung apabila titik tersebut mempunyai dimensi fisik). Dalam kondisi tersebut
terdapat matriks massa dengan diagonal mass of moment inertia sama dengan nol.
Pada bangunan gedung bertingkat banyak, konsentrasi beban akan terpusat
pada tiap-tiap lantai tingkat bangunan. Dengan demikian untuk setiap tingkat hanya
ada satu tingkat massa yang mewakili tingkat yang bersangkutan. Karena hanya
terdapat satu derajat kebebasan yang terjadi pada setiap massa / tingkat, maka jumlah
derajat kebebasan pada suatu bangunan bertingkat banyak akan ditunjukkan oleh
banyaknya tingkat bangunan yang bersangkutan. Pada kondisi tersebut matriks
massa hanya akan berisi pada bagian diagonal saja.
2.2.1.2 Model consistent mass matrix.
Model ini adalah model yang kedua dari kemungkinan permodelan massa
struktur. Pada prinsip consistent mass matrix ini, elemen struktur akan berdeformasi
menurut bentuk fungsi (shape function) tertentu. Permodelan massa seperti ini akan
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Apabila tiga derajat kebebasan (horizontal, vertikal dan rotasi)
diperhitungkan pada setiap node maka standar consistent mass matrix akan
menghasilkan full-populated consistent matrix artinya suatu matri yang off-diagonal
matriksnya tidak sama dengan nol. Pada lumped mass model tidak akan terjadi
ketergantungan antar massa (mass coupling) karena matriks massa adalah diagonal.
Apabila tidak demikian maka mass moment of inertia akibat translasi dan rotasi
harus diperhitungkan.
Pada bangunan bertingkat banyak yang massanya terkonsentrasi pada tiap-tiap
tingkat bangunan, maka penggunaan model lumped mass masih cukup akurat. Untuk
pembahasan struktur MDOF seterusnya maka model inilah (lumped mass) yang akan
dipakai.
2.2.2 Kekakuan
kekakuan adalah salah satu dinamik karakteristik struktur bangunan yang
sangat penting disamping massa bangunan. Antara massa dan kekakuan struktur akan
mempunyai hubungan yang unik yang umumnya disebut karakteristik diri atau
Eigenproblem. Hubungan tersebut akan menetukan nilai frekuensi sudut , dan
periode getar struktur T. Kedua nilai ini merupakan parameter yang sangat penting
dan akan sangat mempengaruhi respon dinamik struktur.
Pada prinsip bangunan geser ( shear building ) balok pada lantai tingkat
dianggap tetap horizontal baik sebelum maupun sesudah terjadi pergoyangan.
Adanya plat lantai yang menyatu secara kaku dengan balok diharapkan dapat
membantu kekakuan balok sehingga anggapan tersebut tidak terlalu kasar. Pada
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
dibandingkan dengan balok, namun demikian rasio tersebut tidak selalu linear
dengan kekakuannya. Dengan prinsif shear building maka dimungkinkan pemakaian
lumped mass model. Pada prinsif ini, kekakuan setiap kolom dapat dihitung
berdasarkan rumus yang telah ada.
2.2.3 Redaman
Redaman merupakan peristiwa pelepasan energi ( energi dissipation) oeh
struktur akibat adanya berbagai macam sebab. Beberapa penyebab itu antara lain
adalah pelepasan energi oleh adanya gerakan antar molekul didalam material,
pelepasan energi oleh gesekan alat penyambung maupun system dukungan,
pelepasan energi oleh adanya gesekan dengan udara dan pada respon inelastic
pelepasan energi juga terjadi akibat adanya sendi plastis. Karena redaman berfungsi
melepaskan energi maka hal ini akan mengurangi respon struktur.
2.3 Simpangan (Drift) Akibat Gaya Gempa
Simpangan (drift) adalah sebagai perpindahan lateral relative antara dua
tingkat bangunan yang berdekatan atau dapat dikatakan simpangan mendatar
tiap-tiap tingkat bangunan (horizontal story to story deflection).
Simpangan lateral dari suatu system struktur akibat beban gempa adalah
sangat penting yang dilihat dari tiga pandangan yan berbeda, menurut Farzat Naeim
(1989):
1. Kestabilan struktur (structural stability)
2. Kesempurnaan arsitektural (architectural integrity) dan potensi kerusakan
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
3. Kenyaman manusia (human comfort), sewaktu terjadi gempa bumi da
sesudah bangunan mengalami gerakan gempa.
Dalam pada itu juga, Richard N. White (1987) berpendapat bahwa dalam
perencanaan bangunan tinggi selalu dipengaruhi oleh pertimbangan lenturan
(deflection), bukannya oeh kekuatan (strength).
Simpangan antar tingkat dari suatu titik pada suatu lantai harus ditentukan
sebagai simpangan horizontal titik itu, relative terhadap titik yang sesuai pada lantai
yang berada dibawahnya. Perbandingan antar simpangan antar tingkat dan tinggi
tingkat yang bersangkutan tidak boleh melebihi 0.005 dengan ketentuan dalam segala
hal simpangan tersebut tidak boleh lebih dari 2 cm. Terhadap simpangan antar
tingkat telah diadakan pembatasan-pembatasan untuk menjamin agar kenyamanan
bagi para penghuni gedung tidak terganggu dan juga untuk mengurangi
momen-momen sekunder yang terjadi akibat penyimpangan garis kerja gaya aksial didalam
koom-kolom (yang lebih dikenal dengan P-delta).
Berdasarkan UBC 1997 bahwa batasan story driff atau simpangan antar
tingkat adalah sebagai berikut:
Untuk periode bangunan yang pendek T< 0.7 detik, maka simpangan antar tingkat
m ≤ 0.0025Ih atau 2.5%dari tinggi bangunan.
Untuk periode bangunan yang pendek T> 0.7 detik, maka simpangan antar tingkat
m ≤ 0.002Ih atau 2.0% dari tinggi bangunan.
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Derajat kebebasan (degree of freedom) adalah derajat independensi yang
diperlukan untuk menyatakan posisi suatu system pada setiap saat. Pada masalah
dinamika, setiap titik atau massa pada umumnya hanya diperhitungkan berpindah
tempat dalam satu arah saja yaitu arah horizontal. Karena simpangan yang terjadi
hanya terjadi dalam satu bidang atau dua dimensi, maka simpangan suatu massa
pada setiap saat hanya mempunyai posisi atau ordinat tertentu baik bertanda negative
ataupun bertanda positif. Pada kondisi dua dimensi tersebut, simpangan suatu massa
pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat tunggal yaitu U(t). Struktur seperti itu
dinamakan struktur dengan derajat kebebasan tunggal (SDOF system).
Dalam model system SDOF atau berderajat kebebasan tunggal, ssetiap massa
m, kekakuan k, mekanisme kehilangan atau redaman c, dan gaya luar yang dianggap
tertumpu pada elemen fisik tunggal. Struktur yang mempunyai n-derjat kebebasan
atau struktur dengan derajat kebebasan banyak disebut multi degree of freedom
(MDOF). Akhirnya dapat disimpulkan bahwa jumlah derajat kebebasan adalah
jumlah koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi suatu massa pada saat
tertentu.
2.4.1 Persamaan differensial pada struktur SDOF
System derajat kebebasan tunggal (SDOF) hanya akan mempunyai satu
koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi massa pada saat tertentu yang
ditinjau. Bangunan satu tingkat adalah salah satu contoh bangunan derajat kebebasan
tunggal.
Pada gambar 2.1 tampak model matematik untuk SDOF system. Tampak
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
dari waktu. Struktur seperti pada gambar 2.1.a kemudian digambar secara ideal
seperti tampak pada gambar 2.1.b yaitu gambar yang telah dimodelkan. Notasi m, k,
dan c seperti yang tampak pada gambar berturut-turut adalah massa, kekakuan kolom
[image:30.595.129.498.193.494.2]dan redaman.
Gambar 2.1 Permodelan struktur SDOF
Apabila beban dinamik P(t) bekerja ke arah kanan, maka akan terdapat
perlawanan pegas, damper dan gaya redaman seperti pada gambar 2.1.c.
gambar-gambar tersebut umumnya disebut free body diagram. Berdasarkan prinsif
keseimbangan dinamik pada free body diagram tersebut, maka dapat diperoleh
hubungan,
p(t) – fS – fD = mu atau mu + fD + fS = p(t) (2.4.1)
dimana:
fD = c.u
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Apabila persamaan (2.4.1) disubtitusikan kepersamaan (2.4.2), maka akan
diperoleh :
mu + cu+ ku = p(t) (2.4.3)
Persamaan (2.4.3) adalah persamaan differensial gerakan massa suatu
struktur SDOF yang memperoleh pembebanan dinamik p(t). pada problema dinamik,
sesuatu
Yang penting untuk diketahui adalah simpangan horizontal tingkat atau dalam
persamaaan tersebut adalah u(t).
2.4.2 Persamaan difrensial struktur SDOF akibat base motion
Beban dinamik yang umum dipakai pada anlisis struktur selain beban angin
adalah beban gempa. Gempa bumi akan mengakibatkan permukaan tanah menjadi
bergetar yang getarannya direkam dalam bentuk aselogram. Tanah yang bergetar
akan menyebabkan semua benda yang berada di atas tanah akan ikut bergetar
termasuk struktur bangunan. Di dalam hal ini masih ada anggapan bahwa antara
fondasi dan tanah pendukungnya bergerak secara bersama-sama atau fondasi
dianggap menyatu dengan tanah. Anggapan ini sebetulnya tidak sepenuhnya benar
karena tanah bukanlah material yang kaku yang mampu menyatu dengan fondasi.
Kejadian yang sesungguhnya adalah bahwa antara tanah dan fondasi tidak akan
bergerak secara bersamaan. Fondasi masih akan bergerak horizontal relative terhadap
tanah yang mendukungnya. Kondisi seperti ini cukup rumit karena sudah
memperhitungkan pengaruh tanah terhadap analisis struktur yang umumnya disebut
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Untuk menyusun persamaan difrensial gerakan massa akibat gerakan tanah
maka anggapan di atas tetap dipakai, yaitu tanah menyatu secara kaku dengan kolom
atau kolom dianggap dijepit pada ujung bawahnya. Pada kondisi tersebut ujung
bawah kolom dan tanah dasar bergerak secara bersamaan. Persamaan difrensial
gerakan massa struktur SDOF akibat gerakan tanah selanjutnya dapat dirturunkan
[image:32.595.158.521.257.509.2]dengan mengambil model seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur SDOF akibat base motion
Berdasarkan pada free body diagram seperti gambar di atas maka deformasi
total yang terjadi adalah
utt (t) = u(t) + ug (t) (2.4.4)
Dari free body diagram yang mengandung gaya inersia f1 tampak bahwa
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
fI + fD + fS = 0 (2.4.5)
dimana inersia adalah,
fI = mut (2.4.6)
Dengan mensubstisusikan persamaan (2.4.2) dan (2.4.5) ke (2.4.5) dan
(2.4.4),sehingga diproleh persmaaannya sebagai berikut,
mu + cu + ku = - mug (t) (2.4.7)
Persamaan tersebut disebut persamaan difrensial relative karena gaya inersia,
gaya redam dan gaya pegas ketiga-tiganya timbul akibat adanya simpanganrelative.
Ruas kanan pada persamaan (2.4.7) disebut sebagai beban gempa efektif atau beban
gerakan tanah efektif. Ruas kanantersebut seolah menjadi gaya dinamik efektif yang
bekerja pada elevasi lantai tingkat. Kemudian gaya luar ini akan disebut sebagai faya
efektif gempa:
Peef (t) - mug (t). (2.4.8)
2.4.3 Persamaan difrensial struktur MDOF
2.4.3.1 Matriks massa, matriks kekakuan dan matriks redaman
Untuk menyatakan persamaan diferensial gerakan pada struktur dengan
derajat kebebasan banyak maka dipakai anggapan dan pendekatan seperti pada
struktur dengan derajat kebebasan tunggal SDOF. Anggapan seperti prinsip shear
building masih berlaku pada struktur dengan derajat kebebasan banyak (MDOF).
Untuk memperoleh persamaan diferensial tersebut, maka tetap dipakai prinsip
keseimbangan dinamik (dynamic equilibrium) pada suatu massa yang ditinjau. Untuk
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Struktur bangunan gedung bertingkat 3, akan mempunyai 3 derajat
kebebasan. Sering kali jumlah derajat kebebasan dihubungkan secara langsung
dengan jumlahnya tingkat. Persamaan diferensial gerakan tersebut umumnya disusun
berdasarkan atas goyangan struktur menurut first mode atau mode pertama seperti
yang tampak pada garis putus-putus. Masalah mode ini akan dibicarakan lebih lanjut
pada pembahasan mendatang. Berdasarkan pada keseimbangan dinamik pada free
body diagram. maka akan diperoleh :
0 ) ( ) ( ) (
. 1 1
. 2 . 2 1 2 2 1 . 1 1 1 1 ..
1u +k u +c u − k u −u −c u +u −F t =
m (2.4.9)
0 ) ( ) ( ) ( ) ( )
( 2 2
. 3 . 2 1 2 3 1 . 2 . 2 1 2 2 2 ..
2u +k u −u + c u −u −k u −u −c u −u F t =
m (2.4.10)
0 ) ( ) ( )
( 3 2 1
.. 3 1 2 3 3 ..
3u +k u −u +c u −u −F t =
m (2.4.11)
Pada persamaan-persamaan tersebut diatas tampak bahwa keseimbangan
dinamik suatu massa yang ditinjau ternyata dipengaruhi oleh kekakuan, redaman dan
simpangan massa sebelum dan sesudahnya. Persamaan dengan sifat-sifat seperti itu
umumnya disebut coupled equation karena persamaan-persamaan tersebut akan
tergantung satu sama lain. Penyelesaian persamaan coupled harus dilakukan secara
simultan artinya dengan melibatkan semua persamaan yang ada. Pada struktur
dengan derajat kebebasan banyak, persamaan diferensial gerakannya merupakan
persamaan yang dependent atau coupled antara satu dengan yang lain.
Selanjutnya dengan menyusun persamaan-persamaan di atas menurut
parameter yang sama (percepatan, kecepatan dan simpangan) selanjutnya akan
diperoleh : ) ( ) ) ( . )
( 2 1 2 1 2 2 1
. 2 1 2 1 1 ..
1u c c u c u k k u k u F t
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009. ) ( ) ( )
( 3 1 2 3 2 3 3 2
. 3 2 . 3 2 1 . 2 2 ..
2u c u c c u c u u k k u k u F t
m − + + − + + − = (2.4.13)
) ( 3 3 3 2 3 3 . 3 2 . 3 3 ..
3u c u c u k u k u F t
m − + − + = (8.2) (2.4.14)
Persamaan-persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut :
= − − + − − + + − − + − − + + ) ( ) ( ) ( 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 1 3 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 1 3 .. 2 .. 1 .. 3 3 3 3 2 2 2 2 1 3 .. 2 .. 1 .. 3 2 1 t F t F t F u u u k k k k k k k k k u u u c c c c c c c c c u u u m m m
(Pers. 2.4.14 dapat ditulis dalam matriks yang lebih kompleks,
[M]{U} + [C]{U} + [K]{U} = {F(t)} (2.4.15)
Yang mana [M], [C] dan [K] berturut-turut adalah mass matriks, damping matriks
dan matriks kekakuan yang dapat ditulis menjadi,
[M] = 3 2 1 0 0 0 0 0 0 m m m
, [C] =
− − + − − + 3 3 3 3 2 2 2 2 1 0 0 c c c c c c c c c , [K] = − − + − − + 3 3 3 3 2 2 2 2 1 0 0 k k k k k k k k k (2.4.16)
Sedangkan {Ÿ}, { } dan {Y} dan {F(t)} masing-masing adalah vektor percepatan,
vektor kecepatan, vektor simpangan dan vektor beban, atau,
{
..
U } =
3 .. 2 .. 1 .. u u u , { .
U } =
3 . 2 . 1 . u u u
, {U} =
3 2 1 u u u
dan {F(t)} =
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Secara visual Chopra (1995) menyajikan keseimbangan antara gaya dinamik, gaya
pegas, gaya redam dan gaya inersia seperti pada gambar 2.3
Displacement u Diplacement u Velocity u Acceleration u
Velocity u
Acceleration u
[image:36.595.119.507.145.413.2](a) (b) (c) (d)
Gambar 2.3 Keseimbangan Gaya Dinamik dengan fS, fD, dan f1 (Chopra, 1995)
2.4.3.2 Matriks redaman
Pada persamaan diferensial di atas, maka tersusunlah berturut-turut matriks
massa, matriks redaman dan matriks kekakuan. Sebagaimana telah dibahas
sebelumnya bahwa kekakuan kolom sudah dapat dihitung secara lebih pasti.
Kekakuan kolom dapat dihitung berdasarkan model kekakuan balok yang dipakai.
Dengan demikian matriks kekakuan sudah dapat disusun dengan jelas. Pada bagian
lain yang sudah dibahas adalah massa struktur. Apabila model distribusi massa
struktur sudah dapat dikenali dengan baik, maka massa setiap derajat kebebasan juga
dapat dihitung dengan mudah. Akhirnya matriks massa juga dapat disusun secara
jelas. Maka sesuatu yang perlu dibahas lebih lanjut adalah matriks redaman.
Sebelum menginjak matriks redaman maka akan dibahas terlebih dahulu jenis dan
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
2.4.3.3 Non klasikal / non proporsional damping.
Apabila matriks massa dan matriks kekakuan telah dapat disusun, maka
selanjutnya tinggalah matriks redaman. Pada struktur SDOF, koefisien redaman c
dapat dihitung yaitu merupakan produk antara rasio antara redaman-redaman kritik.
Pada Bab III telah dibahas tentang sistem redaman yaitu redaman klasik (clasiccal
damping) dan redaman non-klasik (non clasiccal damping). Damping non-klasik
dapat tergantung pada frekuensi (frequency dependent). Clough dan Penzien (1993)
memberikan contoh damping non-klasik.
Pada gambar 2.4.a tampak kombinasi antara struktur beton di bagian bawah
misalnya dan struktur baja pada bagian atas. Jenis bahan akan mempengaruhi rasio
redaman. Antara struktur beton dan struktur baja akan mempunyai perbedaan rasio
redaman yang cukup signifikan. Oleh karena itu sistem struktur mempunyai rasio
redaman yang berbeda. Prinsip non-klasikal damping akan berlaku pada struktur
tersebut. Pada gambar 2.4.b adalah sistem struktur yang memperhitungkan efek /
pengaruh tanah dalam analisis struktur. Analisis struktur seperti itu biasanya disebut
analisis interaksi antara tanah dengan bangunan (soil-structure interaction analysis).
Struktur tanah umumnya mempunyai kapasitas meredam energi atau mempunyai
rasio redaman yang jauh lebih besar daripada bangunan atas. Disamping itu interaksi
antara tanah dan fondasi sebenarnya adalah interaksi frequency dependent, artinya
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Gambar 2.4 Struktur dengan damping non-klasik (Clough & Pensien, 1993)
Apabila interaksi antara tanah dengan struktur dipengaruhi frekuensi, maka
kekakuan dan redaman interaksi juga frequency dependent. Pada kondisi tersebut
sistem struktur tidak akan mempunyai standar mode shapes (akan dibahas
kemudian). Dengan memperhatikan kenyataan-kenyataan seperti itu maka ada empat
hal yang perlu diperhatikan. Pertama rasio redaman struktur atas yang dipengaruhi
oleh level respon, kedua rasio redaman pada stuktur atas dan bawah sangat berbeda,
ketiga rasio redaman struktur bawah tergantung pada frekuensi beban dan keempat
sistem struktur tidak akan mempunyai standar mode shapes. Apabila analisis struktur
akan memperhatikan hal itu semua, maka problemnya tidak hanya terletak pada
redaman tetapi penyelesaian yang komprehensif terhadap sistem struktur.
Penyelesaian soil-structure interaction pada bangunan bertingkat banyak sungguhlah
tidak sederhana. Oleh karena itu memperhitungkan redaman non-klasik ini
memerlukan kemampuan yang sangat khusus.
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Damping dengan sistem ini relatif sederhana bila dibanding dengan
non-klasikal damping. Namun demikian penggunaan sistem damping seperti ini juga
terbatas, yaitu hanya dipakai pada analisis struktur yang tidak memperhatikan
interaksi antara tanah dengan bangunan. Ada juga yang memakainya, namun hal itu
disertai dengan anggapan-anggapan. Analisis struktur yang menggunakan damping
jenis ini adalah analisis struktur elastik maupun inelastik yang mana struktur
bangunan dianggap dijepit pada dasarnya.
Pada analisis dinamik yang menggunakan superposisi atas persamaan
independen (uncoupled modal superposition method) maka masih dapat dipakai
prinsip ekivalen damping rasio, yaitu yang dinyatakan dalam bentuk,
Cj= 2 j Mj j (2.4.18)
yang mana Cj, Mj adalah suatu simbol yang berasosiasi dengan mode j, dan j
berturut-turut adalah rasio redaman dan frekuensi sudut mode ke-j.
Untuk menyederhanakan persoalan umumnya dipakai rasio redaman yang
konstan, artinya nilai rasio redaman diambil sama untuk semua mode. Apabila hal ini
telah disepakati maka analisis dinamik struktur dengan modal analis tidak
memerlukan matriks redaman. Cara ini mempunyai kelemahan, karena pada mode
yang lebih tinggi umumnya frekuensi sudut dan rasio redaman akan lebih besar.
Pada analisis dinamik yang melakukan integrasi secara langsung dan analisis
dinamik inelastik, maka konsep ekivalen damping ratio sebagaimana tercantum pada
persamaan 2.4.18 tersebut tidak dapat dipakai. Pada kedua analisis ini diperlukan
suatu matriks redaman, dan oleh karenanya matriks redaman perlu disusun. Didalam
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
proporsional damping. Terdapat beberapa sistem redaman proporsional yang dapat
[image:40.595.146.447.189.445.2]disusun yang secara skematis ditunjukkan oleh gambar 2.5
Gambar 2.5 Jenis-Jenis Proporsional Damping
2.4.4 Getaran bebas pada struktur MDOF
2.4.4.1 Nilai karakteristik (eigenproblem)
Sebagaimana disebut di atas bahwa walaupun getaran bebas (free vibration
system) pada kenyataannya jarang terjadi pada struktur MDOF, tetapi membahas
jenis getaran ini akan diperoleh suatu besaran/karakteristik dari struktur yang
bersangkutan yang selanjutnya akan sangat berguna untuk pembahasan-pembahasan
respon struktur berikutnya. Besaran-besaran tersebut terutama adalah frekuensi sudut
, periode getar T, frekuensi alam f dan normal modes.
Pada getaran bebas di struktur yang mempunyai derajat kebebasan banyak
(MDOF), maka matriks persamaan diferensial gerakannya adalah seperti pada
persamaan 8.8), dengan nilai ruas kanan sama dengan nol atau,
[M]{
..
U } + [C]{
.
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Telah dibahas sebelumnya bahwa frekuensi sudut pada struktur dengan
redaman (damped frequency) d nilainya hampir sama dengan frekuensi sudut pada
struktur yang dianggap tanpa redaman . Hal ini akan diperoleh apabila nilai
damping ratio relatif kecil. Apabila hal ini diadopsi untuk struktur dengan derajat
kebebasan banyak, maka untuk nilai C = 0, pers. 2.4.19 akan menjadi,
[M]{
..
U } + [K]{U} = 0 (2.4.20)
Karena pers. 2.4.20 adalah persamaan diferensial pada struktur MDOF yang
dianggap tidak mempunyai redaman, maka sebagaimana penyelesaian persamaan
diferensial yang sejenis pada pembahasan-pembahasan di depan, maka penyelesaian
persamaan tersebut diharapkan dalam fungsi harmonik menurut bentuk,
U = { }isin ( t)
.
U = - { }icos ( t)
..
U = - 2{ }isin ( t) (2.4.21)
Yang mana { }i adalah suatu koordinat masa pada mode yang ke-i. Substitusi pers.
2.4.21 ke dalam pers. 2.4.20 selanjutnya akan diperoleh,
- 2[M] { }isin ( t) + [K] sin ( t) = 0
{[K] - 2[M]}{ }i = 0 (2.4.22)
Pers.2.4.22 adalah suatu persamaan yang sangat penting dan biasa disebut persamaan
eigenproblem atau karakteristik problem atau ada juga yang menyebut eigenvalue
problem. Pers. 2.4.22 tersebut adalah persamaan simultan yang harus dicari
penyelesaiannya. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan persamaan
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
adalah salah satu ahli matematika yang berasal dari Swiss. Dalil tersebut
menyatakan bahwa penyelesaian persamaan simultan yang homogen akan ada
nilainya apabila determinan dari matriks yang merupakan koefisien dari vektor { }i
adalah nol, sehingga,
|[K] - 2 [M]| = 0 (2.4.23)
Jumlah mode pada struktur dengan derajat kebebasan banyak biasanya dapat
dihubungkan dengan jumlah massa. Mode itu sendiri adalah jenis / pola / ragam
getaran/ goyangan suatu struktur bangunan. Mode ini hanya merupakan fungsi dari
properti dinamik dari struktur yang bersangkutan (dalam hal ini adalah hanya massa
dan kekakuan tingkat) dan bebas dari pengaruh waktu dan frekuensi getaran. Dengan
adanya hubungan antara jumlah mode dengan jumlah massa struktur, maka bangunan
yang mempunyai 5 tingkat misalnya, akan mempunyai 5 derajat kebebasan dan akan
mempunyai 5 jenis ”mode” gerakan dan akan mempunyai 5 nilai frekuensi sudut
yang berhubungan langsung dengan jenis / nomor mode nya. Apabila jumlah derajat
kebebasan adalah n, maka persamaan 9.5) akan menghasilkan suatu polinomial
pangkat n yang selanjutnya akan menghasilkan 12 untuk i = 1, 2,3 ...n. Selanjutnya,
substitusi masing-masing frekuensi 1 ke dalam persamaan 9.4 akan diperoleh
nilai-nilai 1, 2,... n.
2.4.4.2 Frekuensi sudut ( ) dan normal modes
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, didalam menghitung frekuensi sudut
untuk struktur yang mempunyai derajat kebebasan banyak (MDOF), diambil suatu
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Untuk menghitung dan sekaligus menggambar normal modes maka diambil suatu
model struktur seperti pada gambar berikut:
Gambar 2.6 Bangunan 2-DOF dan model matematika
Setiap struktur yang dibebani dengan beban dinamik akan mengalami
goyangan. Untuk struktur derajat kebebasan banyak, maka struktur yang
bersangkutan akan mempunyai banyak ragam / pola goyangan. Normal modes adalah
suatu istilah yang sering dipakai pada problem dinamika struktur, dan kata tersebut
diterjemahkan sebagai ragam/pola goyangan.
Kembali pada persoalan inti, suatu persamaan diferensial gerakan dapat
diperoleh dengan memperhatikan free body diagram seperti pada gambar 9.1. c dan
diperoleh,
0 )
( 2 1
2 1 1 1 ..
1u +k u −k u −u =
m
0 )
( 2 1
2 2 ..
2u +k u −u =
m (2.4.24)
Pers 2.4.24 dapat ditulis dalam bentuk yang sederhana yaitu,
0 )
( 1 2 2 2 2
1 ..
1u + k +k u −k u =
m
0
2 2 1 2 2
2u − k u +k u =
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
Pers 2.4.25 dapat ditulis dalam bentuk matriks yaitu,
= + − + 0 0 0 ) ( 0 0 2 1 2 2 2 1 2 .. 1 .. 2 1 u u k k k k u u m m (2.4.26)
Selanjutnya persamaan Eigenproblem atas pers. 2.4.26 adalah,
= − − − − + 0 0 ) ( 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 θ θ ω ω m k k k m k k (2.4.27)
Dengan 1 adalah suatu nilai / ordinat yang berhubungan dengan massa ke-i pada
ragam / pola goyangan massa ke-i. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pers. 2.4.27
akan ada penyelesaiannya apabila dipenuhi nilai determinan,
2 2 2 2 2 1 2 2 1 ) ( m k k k m k k ω ω − − − − +
= 0 (2.4.28)
Apabila 2.4.28 tersebut diteruskan maka nilai determinannya adalah,
m1 m2 4 – {(k1 + k2) m2 – k2m1} 2 + (k1 + k2) k2 – k22 = 0 (2.4.29)
Struktur dianggap tidak mempunyai redaman sehingga periode getar dicari
sebenarnya adalah merupakan undamped free vibration periods. Sebagaimana
disampaikan pada pembahasan struktur SDOF bahwa periode getar ini akan sedikit
lebih kecil dibanding dengan periode getar yang mana redaman struktur
diperhitungkan (ingat ωd < ω, sehingga T < Td).
Selain daripada itu nilai-nilai mode shapes juga tidak dipengaruhi oleh waktu,
artinya nilai-nilai tersebut akan tetap asal nilai-nilai massa dan kekakuan tingkatnya
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009. n nn n n n n n n n n n n Z Z Z Z Y Z Z Z Z Y Z Z Z Z Y Z Z Z Z Y φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ + + + + = + + + + = + + + + = + + + + = ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 3 3 2 2 1 1 2 3 33 2 23 1 31 3 2 3 32 2 22 1 21 2 1 3 13 2 12 1 11 1
shapes merupakan nilai untuk struktur yang bersifat elastik, atau hanya struktur yang
elastiklah yang mempunyai nilai mode shapes. Juga tampak bahwa nilai mode shapes
tidak dipengaruhi oleh frekuensi beban. Dengan demikian apabila disimpulkan
bahwa nilai-nilai mode shapes adalah :
a. bebas dari pengaruh redaman,
b. bebas dari pengaruh waktu
c. bebas dari pengaruh frekuensi beban dan
d. hanya untuk struktur yang elastik
2.4.5 Getaran bebas pada struktur MDOF
2.4.5.1 Persamaan difrensial independen (uncoupling)
Pada kondisi standar shear building, struktur yang mempunyai n-derajat
kebebasan akan mempunyai n-modes atau pola/ragam goyangan. Pada prinsip ini,
masing-masing modes akan memberikan kontribusi pada simpangan horizontal
tiap-tiap massa seperti ditunjukkan secara visual pada gambar 2.8 (Clough dan Penzien,
1993). Pada prinsip ini, simpangan massa ke-i atau Yi dapat diperoleh dengan
menjumlahkan pengaruh atau kontribusi tiap-tiap modes. Kontribusi mode ke-j
terhadap simpangan horizontal massa ke-i tersebut dinyatakan dalam produk antara
φij dengan suatu modal aplitudo Zj atau seluruh kontribusi tersebut kemudian
Helmy Iskandasyah : Analisis Respon Spektrum Pada Bangunan Yang Menggunakan Yielding Damper Akibat GayaGempa, 2009.
[ ]
= nn nn n n n n n Z Z Z Z Y .. .. .. .. 3 2 1 ... 3 2 1 3 ... 33 32 31 11 ... 23 22 21 1 13 12 11 φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ (2.4.40)Pers. 2.4.40 juga dapat ditulis menjadi,
(2.4.41)
Suku pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai suku ke-n pada ruas kanan pers.
2.4.40 diatas adalah kontribusi mode pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai
kontribusi mode ke-n. sebagai perjanjian, massa struktur MDOF diberi indeks m,
dengan i = 1,2,3,… m, sedangkan mode diberi indeks shape φij adalah ordinat mode ke-j untuk massa ke-i.
Pers. 2.4.41 tersebut dapat ditulis dalam bentuk yang lebih kompak.
{ }
Y =[ ]
φ{ }
Z (2.4.42)Derivative pertama dan kedua pers. 2.4.42 tersebut adalah,
[ ]
[ ]
= = .. .. . . Z Y Z Y φ φ (2.4.43) <